Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjadi seorang gembala sidang tentunya akan selalu dikenal sebagai

seorang yang memiliki integritas dan dihargai oleh jemaat dan masyarakat serta

dikenal sebagai seorang yang memiliki kerohanian lebih tinggi serta profesional

dalam melakukan pelayanan penggembalaan. Oleh sebab itu dapat diketahui

bahwa menjadi seorang gembala sidang bukanlah suatu tugas yang mudah.

Seorang gembala sidang selalu dituntut untuk melakukan segala sesuatu dengan

benar dan harus sesuai dengan kehendak Allah. Untuk bisa melakukan semuanya

ini seorang gembala sidang harus terlebih dahulu memahami panggilannya

sebagai gembala. Seperti yang dikatakan oleh Derek Prime: By call we mean the

unmistakeable conviction an individual possesses taht God wants him to do

aspecific task.1 Yang artinya bahwa: Yang dimaksud dengan panggilan adalah

keyakinan kuat yang dimiliki seseorang bahwa Tuhan ingin supaya ia melakukan

suatu tugas atau pekerjaan tertentu.

Bicara mengenai gembala sidang tidak terlepas dari gereja dan jemaat

yang dipimpin serta kegiatan-kegiatan di gereja.2 Dalam menjalankan tugas dan

tanggungjawab sebagai seorang gembala sidang yang telah dipercayakan untuk

menggembalakan jemaat, terkadang terdapat berbagai masalah yang dihadapi

1
Derek Prime, Pastors and Teachers, (United Kingdom: Cristian Books for Afrika and
Asia 2003), hal. 14.

2
James E. Carter, Etika Pelayan Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), hal. 16.

1
sehingga menghambat pelayanan yang dikerjakan dan terkadang hambatan

tersebut salah satunya menyebabkan gembala sidang gagal menjadi teladan dalam

menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.

Kegagalan etis seorang gembala sidang akan sangat berpengaruh besar

terhadap pelayanan dan pertumbuhan jemaat yang dipimpin, sehingga sangatlah

penting bagi seorang gembala sidang untuk memiliki etika yang benar dan

memahami panggilannya serta memiliki pedoman dalam melayani.3 Seorang

gembala sidang harus memiliki gaya hidup yang benar, memiliki kasih sebagai

prioritas pelayanan, kemudian memiliki fondasi yang kuat dalam pelayanan yaitu

iman kepada Tuhan Yesus Sang Gembala Agung. Semua ini bisa terjadi ketika

gembala sidang memiliki pemahaman yang baik tentang mengapa dia dipanggil

dan posisinya sebagai seorang yang dipanggil.

Berdasarkan penyataan diatas, maka dapat dikatakan bahwa seorang

gembala sidang adalah seorang yang bukan saja menjadi gembala yang bertugas

untuk melayani jemaatnya melainkan juga harus bisa menjaga dirinya dengan baik

dan benar sesuai dengan kehendak Allah agar, tidak mejadi batu sandungan bagi

jemaat yang dilayani. Menurut Gaylord Noyce, “gembala yang bertanggungjawab

akan mengakui kewajibannya pertama-tama berupaya menjadi pribadi yang

mempunyai integritas religius, iman, dan hikmat spiritual”.4

Pemahaman akan suatu tugas dan tanggungjawab sangat diperlukan untuk

dapat menjalankannya dengan baik. Namun ketika seorang tidak memiliki

3
Joe E. Trull, Etika Pelayan Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2016), hal. 3.

4
Gaylord Noice, Tanggung Jawab Etis Pelayanan Jemaat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011), hal. 17.

2
pemahaman mengenai tugas atau tanggungjawab yang dipercayakan, maka akan

sangat sulit untuk melakukannya dengan benar dan akan menyebabkan kelalaian

serta kegagalan etis dalam pelayanan. Dampak dari kurangnya pemahaman

panggilan seorang gembala sidang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Dampak kepada pribadi gembala sidang

Dampak ketidakpahaman akan panggilan sebagai gembala sidang akan

menyebabkan rasa mementingkan diri sendiri dan tidak profesional dalam

melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik serta kehidupannya

tidak memiliki etika yang benar. Ketidakpahaman akan panggilan sebagai

seorang gembala sidang ketika menjalankan tugas dan tanggungjawabnya ia

akan gampang putusasa pada saat diperhadapkan dengan berbagai masalah,

bahkan tidak menutup kemungkinan ia akan meninggalkan panggilannya.

2. Dampak kepada keluarga

Ketika Seorang gembala sidang melayani tanpa memahami

panggilannya, maka akan sangat berdampak pada keluarganya yaitu tidak

bisa mengepalai keluarganya dengan baik, sehingga menimbulkan

permasalahan dalam keluarga, baik itu kepada istri, suami, maupun anak-anak

misalnya, anak-anak tidak menghargai orang tua, ataupun orang tua tidak

mendidik anak-anak mereka dengan baik sehingga menimbulkan

pemberontakan anak-anak terhadap orangtua dan menyebabkan keluarga

gembala sidang tidak dapat menjadi contoh dan teladan yang baik bagi

jemaat.

3
3. Dampak dalam pelayanan

Ketika seorang gembala sidang tidak memahami panggilannya, akan

berdampak juga dalam pelayanannya, misalnya kerohanian jemaat terabaikan,

iman jemaat tidak betumbuh dengan baik dan jemaat tidak taat dalam

melakukan Firman Tuhan yang disampaikan oleh gembala sidang.

Sebagai pemimpin gereja mula-mula, Simon Petrus mengungkapkan

dengan jelas mengenai tanggungjawab gembala kepada gereja Kristus mula-

mula dalam (I Ptr.5:1-4), mengenai bagaimana seorang gembala harus

melakukan tanggungjawabnya dalam menggembalakan domba-domba atau

jemaat yang dipercayakan. Untuk bisa melakukan pelayanan yang sesuai

dengan apa yang dituliskan oleh Simon Petrus maka seorang gembala sidang

harus terlebih dahulu memahami panggilannya sebagai seorang gembala.

Dari hasil wawancara penulis dengan seorang jemaat di Gereja Baptis

Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori mengenai Gembala Sidang

ditemukan beberapa permasalahan yang disebabkan karena kurangnya

pemahaman akan panggilan sebagai Gembala Sidang yang dibagi menjadi

beberapa bagian. Masalah-masalah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pribadi gembala sidang

Kuatir pada saat mengalami masalah atau suatu krisis kehidupan.

Ada gembala yang merasa kuatir dengan krisis kehidupan sehingga membuat

gembala lebih memikirkan tentang krisis kehidupan tersebut.

4
2. Keluarga gembala sidang

Gembala tidak bisa menyeimbangkan waktu bagi keluarga dan

pelayanan dengan baik. Kadang gembala terlalu sibuk dengan pelayanannya

atau tugas-tugas yang dikerjakan sehingga gembala sangat jarang memiliki

waktu dengan keluarga, sehingga keluarga merasa tidak terlalu diperhatikan

dengan baik.

3. Pelayanan gembala sidang

Gembala sidang kurang melakukan kunjungan kepada jemaat

Gembala sidang kurang melakukan kunjungan kepada jemaat-jemaat.

Berdasarkan beberapa masalah yang didaparkan dari dari hasil

wawancara dengan seseorang jemaat tersebut penulis terdorong untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Pemahaman Tentang

Panggilan Gembala Sidang Berdasarkan I Petrus.5:1-4 di Gereja Baptis

Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Implementasi pemahaman gembala

sidang terhadap panggilan pelayanannya berdasarkan 1 Petrus 5:1-4 di Gereja

Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori.

5
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini untuk

mengetahui bagaimana Implementasi pemahaman seorang gembala sidang

terhadap panggilan pelayanannya yang dipercayakan langsung oleh Sang

Gembala Agung Yesus Kristus di Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah

Cabang Kaliori.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis sebagai

berikut:

1. Secara Teoretis.

Untuk menjadi referensi bagi para gembala sidang dalam memahami

panggilannya serta menjadi referensi bagi mata kuliah Konseling Patoral dan

Penggembalaan.

2. Secara Praktis.

a. Bagi gembala sidang

Penelitian ini dapat memberikan dukungan bagi gembala-gembala sidang

dalam memahami dengan benar tentang panggilannya dalam pelayanan

penggembalaan.

6
b. Bagi jemaat

Penelitian ini dapat menjadi referensi agar iman jemaat dapat terawat

dengan baik dan dapat mendukung serta mendoakan pelayanan gembala

sidang.

E. Definisi Oprasional

Setiap kata yang ada dalam judul skripsi ini, memiliki makna khusus.

Untuk mempelajari makna khusus tersebut, maka perlu dibuat defenisi oprasional

dari kata-kata tersebut. Pengertian defenisi dalam sebuah karya tulis ilmiah adalah

usaha pengarang yang memberikan keterangan-keterangan atau arti-arti tertentu,

terhadap sebuah istilah atau hal, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau salah

tafsir pembaca terhadap penulis.5

Beberapa istilah dalam judul penelitian diatas dapat diartikan sebagai

berikut:

1. Implementasi.

Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan melalui rencana dan

mengacu pada aturan tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut.6

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Implementasi berarti pelaksanaan

atau penerapan.7 Jadi Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan

berdasarkan aturan tertentu demi mencapai atau mewujudkan tujuan yang

5
Gorys Keraf, Komposisi, (Flores: Penerbit Nusa Indah, 1994), hal. 98.

6
Saintif.com 16 2021 jam 21.24

7
Ibid. 16 2021 jam 21.24.A

7
telah disepakati dalam suatu keputusan yang bijak baik itu individu maupun

kelompok.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pemahaman berarti proses,

cara, perbuatan memahami atau memahamkan.8 Kemudian pemahaman yaitu

mengerti dengan benar akan suatu hal, atau perkara.9

2. Panggilan.

Panggilan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bearti proses,

cara, perbuatan memanggil.10 Kata “panggilan” sangat sering ditemukan

dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang dicatat sebanyak 700 kali

sebagai kata kerja, kata benda dan kata sifat.11

3. Gembala Sidang.

Kata “Gembala Sidang” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, di

artikan sebagai penjaga atau pemelihara makhluk hidup, selain itu juga dapat

diartikan sebagai penjaga keselamatan orang banyak.12 Dalam bahasa Inggris,

kata “shepherd” (gembala) berasal dari kata “sheep” (domba). Menurut Over

Mahan Mc dalam bahasa Ibrani kuno, kata “gembala” tidak berakar dari kata

“domba”, melainkan dari kata “memberi makan”. 13 Kemudian arti dari kata
8
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), hal. 811.

9
Tim Penerjemah, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua, (Jakarta: Balai Pustaka,
1994), hal. 714.

10
Tim Penyusun, loc.cit.,, hal. 822.

Tim Penyusun, Ensiklopedi Alkitab Masakini Jilid II, (Jakarta: Yayasan Komunikasi/
11

OMF, 2002), hal. 198.

12
Ibid., hal. 306.

13
Oliver Mahan Mc, Gembala Jemaat Yang Sukses, (Jakarta: Sinode GBI, 2002), hal. 5.

8
“sidang” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pertemuan untuk

membicarakan sesuatu dalam rapat yang dihadiri oleh semua anggota dewan

majelis, jemaat dan sebagainya.

Dari kedua arti kata tersebut dapat disimpulkan bahwa, gembala sidang

merupakan orang yang bertanggungjawab memelihara dan menuntun jemaat

kepada jalan keselamatan.

4. Surat 1 Petrus 5:1-4.

Penulis surat 1 Petrus adalah Rasul Petrus sendiri. Ia adalah seorang

penatua yang pernah menjadi saksi mata penderitaan Yesus Kristus. Tujuan

utama surat ini adalah, untuk menguatkan orang Kristen yang mengalami

penganiyayaan.14 Kesadaran akan pencobaan yang terjadi yang dapat

meruntuhkan iman jemaat sehingga jemaat membutuhkan perhatian,

bimbingan, serta arahan agar tidak menyimpang dari jalan kebenaran,

sehingga mengarahkan Rasul Petrus untuk menekankan betapa pentingnya

kepemimpinan yang benar dan bertanggungjawab. Dengan kedudukan yang

istimewa Rasul Petrus mengajak para pemimpin gereja setempat untuk

melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan penuh kerelaan hati, dengan

penuh pengabdian diri, dan menjadi teladan bagi jemaat yang dipercayakan.15

Penulis memakai bagian ayat ini untuk mendukung penafsiran secara luas,

mengenai pentingnya pemahaman gembala sidang sebagai pemimpin gereja.

5. Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori.

Georgen Eldon Ladda, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, (Bandung:Yayasan Kalam


14

Hidup, 1999), hal. 405-406.

Tim Penerjemah, Tafsir Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Binakasih/
15

OMF, 1990), hal. 863.

9
Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori adalah

lembaga Kristen yang berada di Kaliori, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa

Tengah. Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori adalah

Gereja Baptis yang berinduk pada Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah

Jakarta.

BAB II

LANDASAN TEORI

10
A. Implementasi Panggilan Gembala Sidang

Bedasarkan 1 Petrus. 5:1-4

1. Panggilan Gembala Sidang Berdasarkan 1 Petrus 5:1-4

a. Pengertian panggilan

Panggilan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bearti proses,

cara, perbuatan memanggil.16 Kata “panggilan” sangat sering ditemukan

dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang dicatat sebanyak 700

kali sebagai kata kerja, kata benda dan kata sifat.17

Dalam pengertian “panggilan” yang ditekankan oleh Martin

Luther dan Yohanes Calvin bahwa semua orang Kristen “dipanggil”

untuk melayani Allah dalam berbagai profesi masing-masing. 18 Setiap

orang yang telah dipanggil Allah untuk melayani tidak harus menjadi

seorang hamba Tuhan atau gembala namun setiap orang dapat melayani

Allah dalam pekerjaan atau profesi apapun. Tapi maksudnya adalah

orang yang dipanggil untuk melayani Jemaat Allah atau yang disebut

gembala sidang haruslah melakukan pelayanan sesuai dengan kehendak

Allah, kemudian berdasarkan pemahaman bahwa pelayanannya adalah

untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

Panggilan melibatkan Allah sebagai subjek yang memanggil

untuk mengerjakan suatu pekerjaan dan manusia sebagai objek yang


16
Tim Penyusun, op.cit., hal. 822.

17
Tim Penyusun, Ensiklopedi Alkitab Masakini Jilid II, op.cit., hal. 198.

18
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, op.cit., hal. 822.

11
dipanggil untuk mengerjakan pekerjaan tertentu yang dipercayakan Allah

untuk dikerjakan.

b. Gembala sidang

1) Pengertian gembala sidang

Dalam Ensiklopedia Alkitab Praktis istilah gembala sidang

diartikan sebagai penilik jemaat yang berkarakter Kristus (Titus.

1:7), Pemimpin sidang (Filipi 1:1), atau Pendeta yang seharusnya

memelihara para anggotanya secara lembut, sama seperti seorang

gembala memperhatikan setiap dombanya (Kis. 20:28; Efesus.

4:11).19

Kata “gembala” dalam bahasa Latin ialah “Pasto” dan dalam

bahasa Yunani “Poimen”. Oleh sebab itu penggembalaan dapat juga

disebut “poimenika” atau “pastoralia”. “Pelayanan patoralia” adalah

sebutan untuk menggembalakan.20 Gembala dalam arti harafiah

adalah panggilan untuk tugas yang banyak tuntutannya. Ia harus

mencari rumput di daerah yang kering dan berbatu-batu, harus

melindungi kawanan domba gembalaan-Nya terhadap cuaca buruk

dan binatang buas, dan harus bisa mencari dan membawa kembali

domba yang sesat. Seperti yang telah tetulis sangat indah dalam

Kitab Mazmur 23.

Mathias Billy, Ensiklopedia Alkitab Praktis, (Bandung: Lembaga Literatur Baptis,


19

1999), hal. 256.

20
Maria Bons Storm, Apakah Penggembalaan Itu?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000),
hal. 50.

12
Menurut Marthen Luther semua orang Kristen adalah

gembala. Tetapi gembala sidang yang dimaksud adalah pelayan-

pelayan yang di panggil secara khusus untuk melayani atas nama dan

jabatan pendeta atau sebagai gembala sidang. Sebagai pelayan

Kristus, gembala sidang dipanggil untuk menggembalakan jemaat

sebagai hamba Tuhan yang menyatakan kehendak Allah. Gembala

sidang memang memiliki wibawa, kuasa, jabatan atau hak untuk

menggembalakan domba-domba atau jemaat yang telah

dipercayakan, namun Allah tetap sebagai kepala atas gerejanya.21

Gembala sidang berada diantara kemampuan dan kemauan

untuk melihat hidup berdasarkan perspektif pengikut. Apa yang

menjadi kebutuhan domba-domba, bukan hanya mementingkan diri

sendiri atau egoisme pribadi. Memimpin kawanan domba, dan bukan

untuk memerintah mereka. Mengasihi kawanan domba, dan bukan

memanfaatkan mereka untuk kepentingan pribadi gembala, lebih

baik memberikan contoh dari pada meminta. “Di dalam rencana

Allah, jemaat dipercayakan”, kepada seseorang gembala dan

gembala harus “Bertanggungjawab” atas setiap domba-domba yang

telah dipercayakan kepanya. Tanggungjawab itu merupakan suatu

komitmen terdalam dan tertinggi bagi seorang gembala.

2) Kriteria gembala sidang (1 Petrus 5:1-4)

a) Melayani dengan sukarela

21
Abineo, Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006), hal. 34.

13
Dalam 1 Petrus 5:2 bagian awal kalimat menyatakan

“Gembalakanlah kawanan domba Allah, jangan dengan paksa,

tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah”. Ayat ini

mejelaskan bahwa seorang gembala sidang harus melayani

dengan sukarela dan bukan dengan paksa.

Gembala sidang yang menggembalakan jemaat dengan

sukarela bukan karena keinginan sendiri tetapi harus didasarkan

pada kehendak Allah. M. Bons-Storm mengatakan bahwa

“seorang gembala sidang harus sadar, bahwa ia tidak bertindak

atau berbicara atas kuasanya sendiri, tetapi hanya atas kuasa

Gembala yang Baik, kesadaran akhlak itu akan memberi

keberanian dan kasih yang tulus dari sang gembala”.22 Seorang

gembala mampu melaksanakan pelayanan secara sukarela

karena ada kesadaran bahwa Allah yang empunya pelayanan itu

akan memberikan kemampuan dalam setiap situasi dan kondisi

yang diperhadapkan dalam pelayanan penggembalaan.

b) Pengabdian diri

Dalam 1 Petrus. 5:2-3 dijelaskan bahwa salah satu ciri

gembala yang baik dalam menggembalakan kawanan domba

atau jemaat bukan kerena mau mecari keuntungan, tetapi dengan

22
M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan itu? Petunjuk Praktis Pelayanan Pastoral,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), hal. 27.

14
pengabdian diri. Bekerja tanpa imbalan atau dengan kata lain,

bekerja dengan pengabdian diri memang sangat sulit dilakukan

apalagi setiap orang diperhadapkan dengan kebutuhan ekonomi

dan lain sebagainya namun Rasul Petrus menekankan seorang

gembala sidang harus melayani dengan pengabdian diri dan

harus menyadari bahwa pelayanan yang dilakukan akan

mendapat upah seperti yang telah dijanjikan (1 Petrus 5:4) dan

lain lain.

c) Menjadi teladan

Dalam (I Tim. 3:1-4) menuliskan bahwa, seorang penilik

jemaat (Gembala sidang) haruslah seorang yang hidupnya dapat

menjadi teladan bagi jemaat yang dipimpin, digembalaka

dengan baik dalam kehidupan pelayanannya maupun kehidupan

rumah tangga atau keluarga. Dalam ayat ini, Rasul Paulus

menyampaikan pesan kepada Timotius untuk mengangkat

penilik-penilik jemaat yang memiliki kehidupan yang patut

diteladani oleh jemaat yang akan dipimpin. Menurut Smith,

kurangnya tanggungjawab dan pedoman yang jelas, akan

menyebabkan kegagalan etis khususnya dikalangan gembala

sidang.23 Kemudian menurut Dr. Peter Wongso kedudukan

gembala sidang adalah sebagai Rasul, Nabi, Guru, Iman dan

Diaken yang menggembalakan jemaatnya dengan penuh

23
Joe E. Trull, Etika Pelayanan Gereja, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), hal. 3.

15
tanggungjawab.24 Tugas seorang gembala sidang yang dilihat

dari kedudukannya, sangat menuntut etika dalam melayani

untuk meneladankan moralitas kepada jemaat yang dipimpin.

d) Mendapatkan mahkota kemuliaan

Dalam Korintus 9:18. Paulus menuliskan kesaksian

hidupnya “kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah:

bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku

tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.” Dalam

pernyataan ini ada suatu hukum pelayanan yang membuat

pelayanan kepada Tuhan bermutu sangat tinggi. Paulus sendang

mengajarkan bahwa pelayanan bukan suatu usaha untuk mencari

atau mendapat upah dan upah tidak boleh menjadi dorongan

atau motifasi untuk melayani Tuhan.

Dalam 1 Timotius 5, Rasul Paulus juga memberitahukan

kepada para pemimpin gereja (Gembala sidang) bahwa mereka

harus hidup sebagai pemberi teladan bagi jemaat yang

digembalakan.25 Upah dalam pelayanan dikatakan dalam 1

Petrus 5:4 mengatakan bahwa setiap orang yang akan mendapat

mendapat mahkota kemuliaan hanya orang-orang yang setia

dalam pelayanan dan akan dikatakan berhasil. karena standar

24
Peter Wongso, Teologi Penggembalaan, (Malang: Departemen Literatur SAAT, 2001),
hal. 10.

Sam E. Stone, Bagaimana Menjadi Seorang Pemimpin Yang Berhasil, (Yogyakarta:


25

LATM, 2007), hal. 46.

16
keberhasilan tidak diukur dari hasilnya tetapi kesetiaan pada

Allah.

c. Peran gembala sidang dalam tugas panggilannya.

Seorang gembala memiliki peranan yang sangat penting sebagai

hamba Allah karena seorang gembala sidang bukan saja diharapkan

untuk membimbing anggota jemaat bertumbuh di dalam kehidupan

rohani mereka tetapi ia juga diharapkan untuk membimbing mereka

keluar dari masalah yang mungkin bersangkutan dengan masalah

psikologi.26 Hal ini menyebabkan seorang gembala sidang secara

otomatis telah mejadi tumpuan bagi domba-domba yang digembalakan

ketika mengalami permasalahan apapun. Hal ini terjadi karena gembala

sidang adalah seorang yang paling dekat dengan anggota jemaat yang

digembalakan. Kamus Bahasa Indonesia mendefenisikan gembala

sebagai seorang pembimbing dan pemelihara kawanan domba.27 Jadi

gembala sidang memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing

dan merawat jemaatnya untuk bertumbuh dalam iman dan pengenalan

akan Firman Tuhan sehingga jemaat dapat memiliki karakter seperti

Kristus.

Peran gembala sidang dalam tugas panggilannya sebagai orang

yang menggembalakan jemaat yang telah dipercayakan kepadanya dapat

dipaparkan sebagai berikut:

26
Benny Hutahayan, Kepemimpinan Spiritual dan Media Sosial Pada Rohani Pemuda,
(Yogyakarta: Hak Cipta, 2019), hal. 3.

27
Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2011),
hal. 153.

17
1) Pemimpin

Peran gembala sidang sebagai pemimpin, menurut David P.

Gushee:

Masuk kedalam kepemimpinan gereja berarti masuk kedalam


suatu kovenan untuk menjadi teladan dan menyebarkan
pemuridan bagi Yesus Kristus dan mengatakan kebenaran,
bukan hanya mengatakan apa yang tidak menyebabkan orang
banyak merasa tidak nyaman atau tidak setuju.28

Seorang gembala sidang yang telah diprcayakan untuk

menggembalakan atau menjadi seorang pemimpin jemaatnya harus

selalu mengatakan kebenaran berdasarkan Firman Tuhan atau sesuai

dengan kehendak Allah. Sebagai pemimpin juga pasti akan

diperhadapkan dengan pengambilan keputusan dan didalam

hubungan dengan banyak orang dalam 1 Timotius 5, rasul Paulus

juga memberitahukan kepada para pemimpin gereja (Gembala

sidang) bahwa mereka harus hidup sebagai pemberi teladan, 29

dijelaskan sebagai berikut:

Tidak memihak (ay.21). Sebagai pemimpin tidak boleh

memiliki sikap memihak atau mengistimewakan. 30 Harus menjaga

kemurnia (ay.22). Sebagai pemimpin harus selalu menjaga

kemurnian hati.31 Harus memiliki pertimbangan, mungkin sebagai

gembala sidang yang sudah melakukan yang terbaik namun


28
David P. Gushee, Etika Kerajaan, (Surabaya: Penerbit Momentum, 2013), hal. 481.

Sam E. Stone, Bagaimana Menjadi Seorang Pemimpin Yang Berhasil, (Yogyakarta:


29

LATM, 2007), hal. 46.


30
Ibid.

31
Ibid.

18
terkadang usaha dan kerja keras yang dilakukan tidak dianggap oleh

jemaat yang dipimpin dan orang lain yang terlihat selalu dipuji-puji

dan dan dianggap oleh jemaat, namun percayalah bahwa Tuhan akan

membalas kerja keras yang telah dilaksanakan.32

Sebagai gembala yang memimpin jemaat haruslah menjadi

pemimpin yang adil dan tetap menjaga kesucian diri dan hati agar

tidak menjadi batu sandungan.

2) Pembimbing

Peran Gembala sidang sebagai pembimbing yaitu

mengarahkan jemaat kepada jalan kebenaran ketika mulai

menyimpang dari jalan kebenaran tersebut (Firman Tuhan). Gembala

sidang sebagai pembimbing menurut Perjanjian Lama adalah

seorang yang bertanggungjawab untuk mengarahkan ketika umat

Allah mulai menyimpang dari kehendak Allah seperti Samuel dan

Natan.

3) Konselor

Peran gembala sidang sebagai konselor adalah sebagai

penasehat, pemberi motivasi atau mengurus hal-hal yang

menyangkut dengan masalah-masalah kehidupan jemaat baik itu

masalah pribadi maupun umum. Dalam hal ini seorang gembala

sidang harus menjalakan perannya yaitu: Menjawab pertanyaan,

mendengarkan keluhan jemaat, menjadi teman, memberi dorongan


32
Ibid., hal. 46 dan 47.

19
dan lain sebagainya menyangkut dengan kehidupan jemaat yang

digembalakan.

4) Pemberita Injil

Peran seorang gembala sidang sebagai pemberita Injil yaitu

menyampaikan kebenaran dan maksud Allah kepada jemaat yang

dipercayakan Kristus untuk digembalakan. Dalam pemberitaan Injil

seorang gembala harus benar-benar mempersiapkan diri untuk

menyampaikan Firman dengan baik yaitu tafsiran yang tepat

terhadap teks Alkitab serta memperhatikan agar tidak terjadi

pelanggaran etis dalam menyampaikan Firman Tuhan sehingga

pesan dan kesan Firman Tuhan dapat sampai kepada jemaat sehingga

menjadi upaya nyata jemaat dalam mengamalkan Firman Allah

dalam kehidupan jemaat sehari-hari.

5) Pelatih

Peran gembala sidang sebagai Pelatih, Tuhan Yesus berkata:

“seperti Bapa mengutus Aku, sekarang aku mengutus kamu”

(Yohanes 20:21), dari ayat Firman ini, peran gembala sidang adalah

setelah mengajar harus melatih untuk meneruskan pekerjaan yang

telah Yesus kerjakan lebih dahulu yaitu untuk menjadikan jemaat

sebagai penerus misi Allah yaitu menjadi pelayan Tuhan yang

menjadi kemuliaan bagi nama-Nya.

6) Pengajar

20
Peran gembala sidang sebagai pengajar, dalam konteks

Kristiani, pengajaran lebih merupakan masalah pendidikan dari pada

indoktrinasi. Sebagai gembala sidang harus mengajarkan jemaat

mengenai kebenaran spiritual untuk menjadikan jemaat Allah orang-

orang yang dewasa rohani.

Menurut bukunya tentang Etika Pelayan Gereja James E.

Carter bahwa kredibilitas dan integritas para pelayan tampak dari

cara mengajarnya,33 jadi sebagai gembala harus menjalankan tugas

sebagai pengajar yang bisa mengajari jemaat agar dapat bertumbuh

dalam iman yang kokoh kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan

Juruselamat.

d. Peran Gembala sidang dalam konteks Perjanjian Lama dan Perjanjian

Baru

1) Konteks Perjanjian Lama

V.M. Siringo-ringo menuliskan tentang panggilan seorang

Nabi Yeremia yang ditugaskan untuk meyampaikan Firman Allah

kepada bangsa-bangsa. Nabi dalam Perjanjian Lama adalah seorang

yang dipanggil untuk menyampaikan isi hati Allah kepada Umat

Perjanjian, berlandaskan apa yang sudah mereka lihat, dengar dan

terima dari Dia,34 seperti Musa yang dipanggil untuk menjadi

gembala bagi umat pilihan Allah (Kel. 3:10). Jadi seorang gembala

yang telah dipanggil untuk menggembalakan jemaat yang telah


33
Carter, op.cit., hal. 138.
34
Retnoningsih, op.cit., hal.94.

21
dipercayakan, ia melayani bukan dari kehendaknya sendiri

melainkan ia berbicara, berkhotbah atau menggembalakan sesuai

dengan apa yang dikehendaki Allah untuk dilakukan. Kemudian

gembala dalam konteks Perjanjian Lama dituliskan tentang Allah

sebagai Gembala yang diungkapkan juga oleh seorang raja Daud

dalam Mazmur 23. Raja Daud mengungkapkan kekagumannya

kepada Allah sebagai Gembala. Dalam bukunya Edi Suranta Ginting

menuliskan ada dua perkara yang dilakukan oleh Allah sebagai

Gembala :

Yang pertama, ialah Allah yang menyediakan dan


memberikan kebutuhan terbaik kepada umat-Nya. Kedua,
Allah sebagai Gembala memberikan perlindungan terbaik
kepada umat-Nya.35

Allah sebagai Gembala yang merawat dan menjadi pelindung

yang sangat sempurnah bagi umat Gembalaan-Nya, dengan selalu

memperhatikan dan menjadi pelindung dari musuh yang berencana

untuk menghancurkan umat-Nya. Allah selalu ada didepan bagi

mereka dan selalu mencukupkan kebutuhan mereka.

2) Konteks Perjanjian Baru

Perjanjian Baru memberikan penjelasan tentang seorang

gembala dapat dilihat dari seorang bernama Timotius yang adalah

anak rohani Rasul Paulus yang dipercayaka untuk menggembalakan

jemaat di Korintus (1 Korintus. 16:10-11). Seorang Timotius adalah

seorang muda yang dipercayakan oleh seorang Rasul Paulus untuk


35
Edi Suranta Ginting, Pelayanan Gereja Yang Kontekstual, (Cimahi: TIRANUS, 2010),
hal. 14.

22
menggembalakan jemaat di Korintus dan ia menjalakan tugasnya

yang telah dipercayakan. Kemudian Perjanjian Baru juga

memberikan penjelasan tentang Yesus Kristus sebagai Gembala

yang baik yang patut di teladani oleh para gembala sidang yang telah

diangkat oleh Kristus untuk menggembalakan “domba-domba-Nya”

Edi Suranta Ginting menuliskan tentang kata gembala teladan

mengandung dua makna :

Makna pertama, Yesus Kristus sebagai gembala yang patut


diteladani. Sikap pelayanan, ajaran, dan hidup-Nya memberi
gambaran yang sempurnah sebagai Gembala. Makna kedua,
Yesus teladan sejati bagi siapa saja, tetapi sebagai Gembala.
Dia adalah teladan sempurnah bagi para gembala yang
diangkat Tuhan untuk menggembalakan jemaat.36

Sudah sepatutnya bagi seorang gembala sidang untuk

menjadikan Yesus sebagai contoh Gembala yang paling sempurnah

bagi gembala-gembala yang diberikan kepercayaan oleh Allah untuk

menggembalakan jemaat-Nya, baik itu dari pelayanan, ajaran, serta

teladan hidup-Nya.

e. Perbedaan peran gembala sidang sebagai panggilan dan profesi

1) Panggilan

Gembala sidang sebagai “panggilan” menurut Joe E. Trull

pelayan adalah panggilan Allah kepada setiap orang yang

dikehendaki-Nya untuk memenuhi misi-Nya dalam setiap waktu

yang diberikan Allah kepadanya, seperti Nabi Yesaya yang dipanggil

Allah untuk melakukan kehendak Allah dengan respon “ini aku,

36
Ibid., hal. 14.

23
utuslah aku!” (Yesaya 6:8).37 William May menegaskan bahwa

setiap orang kristen memiliki panggilan yaitu komitmen yang kuat

kepada Allah dan sesama.38

Panggilan merupakan komitmen seseorang dengan Allah

untuk melakukan suatu pekerjaan dengan tulus dalam keseluruhan

waktunya dan komitmen bahwa apapun yang ia kerjakan semuanya

untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23), sebab tugas

dan tanggungjawab sebagai gembala sidang merupakan tugas yang

dipercayakan langsung oleh Allah dan bukan oleh manusia kepada

setiap gembala.

2) Profesi

Gembala sidang sebagai profesi adalah gembala yang

menggembalakan jemaat dengan segenap pengetahuan, kemampuan

dan ketrampilan yang dimiliki dari latar belakang pendidikan yang

luas. Gembala sidang sebagai profesi tentunya adalah seorang yang

kompeten dalam melaksanakan pelayanan, menjadi teladan melalui

tindakan dan sanggup memenuhi tuntutan yang dibebankan

kepadanya,39 dari pernyataan diatas maka gembala sidang sebagai

profesi adalah seorang yang melayani Tuhan dengan talenta,

pengetahuan, serta ketrampilan yang ia miliki sepenuhnya untuk

37
Trull, op.cit., hal. 21.

38
Ibid., hal. 20.
39
Ibid., hal. 188.

24
menggembalakan jemaat yang dipercayakan oleh Sang Gembala

Agung Yesus Kristus.

Perbedaan peran gembala sidang sebagai panggilan dan profesi

dapat dilihat dari kisah raja Daud yang dijelaskan bahwa dengan profesi

sebagai raja, Daud dipilih Allah memimpin umat-Nya namun ketika ia

mulai menjauh dari Allah maka itu menjadi tugas seorang gembala untuk

mengingatkannya kembali dan mengarahkan kepada kehendak Allah dan

ia kemudian diarahkan oleh Nabi Natan sebagai seorang yang dipanggil

Allah sebagai nabi bagi bangsa Israel (1 Samuel 12:125). Dari kisah

seorang raja Daud ini dapat diketahui bahwa tugas seorang yang

dipanggil untuk melayani Tuhan memiliki tugas yang lebih istimewah

yaitu ia mengerjakan pekerjaan sorgawi dan untuk profesi-profesi lain

hanyalah sebagai sarana untuk mendukung pekerjaan sorgawi.

Kemudian dapat juga dilihat mengenai perbedaan profesi dan

panggilan dari kisah raja Saul yang telah dijadikan Allah sebagai raja

bagi bangsa Israel yang ketika saul berdosa dan ditegur oleh Samuel

sebagai hakim atas orang Israel ia sangat takut dan gementar karena dosa

yang telah ia perbuat dihadapan Allah (1 Samuel 15:1-34). Dari kisah ini

dapat dilihat perbedaan seorang hamba Tuhan atau gembala sidang dan

profesi lain didunia bahwa sebagai gembala sidang memiliki kedudukan

yang sangat istimewah.

f. Pentingnya pemahaman gembala sidang secara Alkitabiah

25
Karena tugas dan tanggungjawab besar yang akan dijalankan oleh

seorang gembala sidang maka sangatlah penting bagi seorang gembala

sidang untuk memiliki pemahaman yang benar tentang panggilannya

sebagai seorang gembala sidang.

Gembala sidang adalah seorang yang dipanggil langsung oleh

Allah untuk menjalankan misi Sang Gembala Agung Yesus Kristus, yaitu

dipanggil untuk menjadi pembimbing bagi domba-domba yang

dipercayakan kepada setiap gembala sidang. Untuk itu setiap gembala

sidang bertugas untuk mengarahkan jemaat Allah kepada jalan

kebenaran, menuntun kepada kedewasaan iman dan menjadi gembala

yang baik yang mengerti setiap keluh kesah dari jemaat yang telah

dipercayakan. Dalam melakukan semuanya ini, seorang gembala sidang

perlu memahami panggilannya dengan benar.

Menurut 1 Petrus 2:18 disana dijelaskan bagaimana seorang

gembala dipanggil untuk siap menderita sebagai seorang hamba Allah,

karena akan diperhadapkan dengan berbagai tantangan dalam tugas dan

tanggungjawab besar yang telah dipercayakan oleh Yesus Kristus.

Menurut Edgar Walz dalam bukunya yang berjudul “Bagaimana

Mengola Gereja Anda” seorang gembala sidang mempunyai

tanggungjawab sebagai berikut:

1) Melayani sebagai pelayan utama dan pemimpin jemaat


2) Memperlengkapi anggota untuk melayani satu sama lain dan
melayani semua orang
3) Merencanakan dan memimpin kebaktian, memberitakan
Firman Allah, melayani sakramen, melayani jemaat,

26
kelompok maupun individu; serta mewakili jemaat bagi
gereja dan dunia.40
4) Dan lain sebagainya yang seharusnya menjadi
tanggungjawab para gembala sidang.

2. Latar Belakang Surat 1 Petrus. 5:1-4.

a. Penulis

Penulis dari surat 1 Petrus diketahui dalam 1 Petrus 1:1 adalah

Petrus sendiri. Rasul Petrus adalah orang Galilea, seorang nelayan, yang

dibawa Yesus pada awal pelayanan-Nya (Yohanes 1:41-42). Petrus

adalah seorang Rasul yang menjadi saksi penderitaan Kristus.41

b. Tempat penulisan

Mengenai tempat penulisan surat 1 Petrus ini belum ada kepastian

tentang tempat penulisannya. Tempat penulisan surat ini yang

diperkirakan ditulis di Babilonia di Mesir yaitu terletak ditepi Sungai

Efrat, namun tidak pernah ada kisah perjalanan Rasul Petrus ke

Babilonia, namun ada juga sebutan Babilonia kepada Kota Roma,

sebutan kepada Kota Roma adalah semacam kata sandi untuk sebutan

bagi Kota Roma yang penuh dengan kejahatan-kejahatan yang mereka

lakukan. Diperkirakan Rasul Petrus menulis surat ini di Kota Roma pada

saat ia berada dipenjara (Kolose. 4:10). Rasul Petrus juga mengakui

bahwa penulisan surat 1 Petrus dibantu oleh Silwanus sebagai juru

tulisnya (1 Petrus 5:1-4).42

Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
40

2008), hal. 11-12.

41
Tim Penyusun, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2006), hal. 430.
42
Ibid., hal. 431-432.

27
c. Waktu penulisan

Waktu penulisan surat 1 Petrus diperkirakan pada masa

penganiyayaan orang-orang Kristen yang dimulai oleh Kaisar Nero pada

tahun 64 atau 65 M.43

d. Latar belakang penulisan

Seperti yang telah diketahui bahwa agama kristen betumbuh

dalam Yudaisme dan merupakan agama yang dilindungi oleh negara.

Suatu kebijakan pemerintahan Romawi adalah toleransi sejauh ibadah

yang dilakukan suatu agama tidak bertantangan dengan kepentingan

negara. Pada permulaan abad yang pertama orang-orang Kristen telah

menjalin hubungan yang baik dengan pemerintah Roma dan telah

meninggalkan kesan yang baik pula namun pada akhir dekade yang ke

tujuh, keadaan mulai berubah. Agama kristen telah terpisah dengan

Yudaisme. Mulai terjadilah perlawanan terhadap orang-orang kristen

dibawah Nero yang sangat mengerikan yaitu penganiyayaan terhadap

orang kristen pada masa itu yang akhirnya membuat mereka mulai kuatir

pada nasib yang akan menimpa mereka.

Surat pertama Petrus ditulis sebagai jawaban atas keadaan yang

menimpa gereja-gereja di asia kecil, dan Surat ini ditujuka kepada orang-

orang pendatang yang tersebar (1 Petrus. 1:1-2), ini menyadarkan orang-

orang percaya bahwa keberadaan mereka di dunia adalah sebagai

pendatang atau perantau yang penuh dengan orang-orang yang melawan

43
Jhon Drane, Memahami Perjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), hal. 494.

28
Allah dan otomatis mereka yang adalah pengikut-pengikut Kristus pun

akan dibenci dan dianiyaya dan mereka harus siap menerima semuanya.

3. Analisis Konteks.

a. Konteks jauh

Surat 1 Petrus 5:1-4 merupakan nasihat oleh Ralus Petrus kepada

orang-orang yang memegang jabatan “penatua” atau “gembala” didalam

jemaat, sama seperti Petrus sendiri (1 Petrus 5:1-4). Rasul Petrus

menggambarkan seorang penatua dengan menekankan sikap yang benar,

kerelaan hati dalam melayani, dengan pengabdian diri, menjadi contoh

yang baik bagi domba-domba yang dipimpin. Setiap gembala yang

menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan kerendahan hati dan

setia akan mendapatkan mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu (1

Petrus 5:1-4).

b. Konteks dekat

Secara khusus 1 Petrus 5:1-4 menasihati seorang yang telah

dipanggil untuk melayani, apa yang seharusnya ia lakukan terhadap

domba-domba Allah yang dipercayakan untuk digembalakan. Ayat ini

mencatat nasihat Rasul Petrus terhadap penatua-penatua atau gembala-

gembala untuk menjalankan tugas dan tanggungjawab pelayanan yang

telah dipercayakan Kristus kepada mereka dengan baik yaitu melayani

dengan sukarela atau dengan segenap hati, dengan pengabdian diri, serta

menjadi teladan bagi domba-domba yang dipimpin.

4. Eksposisi Surat 1 Petrus. 5:1-4.

29
a. Surat 1 Petrus. 5:1

“Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman

penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat

bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak”.

Dalam bahasa asli: “Πρεσβυτερους ούν έν ύμίν παρακαλώ ό

συμπρεσβύ-τερος καί μαρτυς τών τού Χριστού παθημάτων, ό καί

τής μελλούσης άποκαλύπτεσθαι δόξης κοινωνός”44 terjemahan

bahasa Inggris, “To the elders among you I appeal as a fellow elder

and a witness of Christ’s sufferings who also will share in the glory

to be revealed”45

Para penatua diantara kamu, “Πρεσβυτερους” dan “elders”

sebutan ini biasa dipakai gereja protestan untuk menyebut penatua

atau majelis. Ada dua konsep berbeda mengenai penatua yaitu:

1) Ada yang menyebut bahwa penatua itu adalah


pembantu gembala sidang setempat dalam pelayanan
gereja lokal.46
2) Penatua memiliki wewenang penuh dalam
penggembalaan, yang boleh disebut sebagai Pembina
gereja lokal yang mengatur dan mengelolanya, serta
sekaligus menyampaikan pemberitaan Firman Allah.47

Namun dari kedua konsep diatas yang paling umum

digunakan untuk sebutan kepada penatua adalah konsep yang

Tim Penerjemah LAI, Perjanjian Baru Yunani-Indonesia, (Jakarta: Lembaga Alkitab


44

Indonesia, 1988), hal. 1605.

45
Alkitab Elektronik, New International Version, tanggal 11 2020, jam 11:47.

46
Jonar Situmorang, Kamus Alkitab dan Teologi, (Yogyakarta: ANDI, 2016) hal. 344
dan345.
47
Ibid., hal 344 dan 345.

30
pertama. Penatua yang dimaksud dari ayat ini menunjukkan kepada

para pemimpin jemaat yang telah dipercayakan dalam pemeliharaan

rohani jemaat yang baru bertumbuh berkat penginjilan (Kisah Para

Rasul 14:23; 20:17). Dari adanya nasihat dari Rasul Petrus maka

jelas bahwa penatua harus belajar tentang kewajiban mereka sebagai

gembala sidang. Menurut Matthew Hendry: Bahwa desakan tersebut

diberikan kepada pendeta-pendeta, gembala-gembala dan pemimpin

rohani gereja, tua-tua oleh jabatan, bukan oleh usia pelayan-pelayan

dari kepada siapa Petrus menulis surat ini. Gembala sidang yang

melayani harus dengan hati-hati atau teliti mempelajari kewajiban

mereka dengan baik.48 Penatua adalah seorang yang ditetapkan oleh

Allah untuk melayani dan diperlengkapi oleh Roh Kudus untuk

melayani (Efesus 4:12).49

Aku sebagai teman penatua, “I appeal as a fellow elder”

dalam bagian ini Rasul Petrus tidak menunjukkan dirinya sebagai

seorang Paus atau gembala senior yang kedudukannya berada diatas

semua penatua melainkan sebagai sesama penatua. Menurut

terjemahan NIV atau NASB “fellow elder” yang memiliki arti

“sesama penatua”,50 yang menunjukkan sebagai seorang yang

memiliki kedudukan yang setara atau sama. Menurut Adam Clarke:

48
GolgothaMinistry. Org, Eksposisi, tanggal 04 2020 jam 13:25.

49
J, L. Ch. H. Abineo, Penatua, Jabatannya dan Pekerjaannya, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, tt), hal. …

50
Golgotha Ministry., op.cit.,

31
Seorang rekan atau sesama penatua adalah seorang yang ada pada

tingkatan yang sama dengan dirimu sendiri.51

Yang juga akan mendapatkan bagian dalam kemuliaan yang

akan dinyatakan kelak, ini membuktikan bahwa Petrus memiliki

keyakinan keselamatan dari Allah yang belum dinyatakan.

b. Surat 1 Petrus. 5:2

“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan

dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah,

dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan

pengabdian diri.

Dalam bahasa asli: “Ποι-μάνατε τό έν ύμίν ποίμνιον τού θεού

(έπισκούντες) μή άναγκαστώς άλλά έκουσίως κατά θεόν, μηδέ

αίσχρο-κερδώς άλλά προθύμως”52 terjemahan bahasa Inggris, “Be

shepherds of God’s flock that is under you care, watching over them

not because you must, but because you are willing as God want’s

you to be not pursuing dishonest again, but eager to serve”53

Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, “is

under you care, watching over them” yang memiliki arti “yang

berada dibawah perawatan dan pengawasanmu” dalam hal ini dapat

diketahui bahwa Rasul Petrus memberikan nasihat kepada para

51
Ibid.

52
Tim Penerjemah LAI, Perjanjian Baru Yunani-Indonesia, op.cit., hal. 1605.
53
Alkitab Elektronik, New International Version, tanggal 11 2020, jam 13:13.

32
penatua untuk merawat serta mengawasi jemaat yang dipercayakan

kepada mereka yaitu mereka-mereka yang baru bertobat.

Jangan dengan paksa tetapi dengan sukarela, “not because

you must but because you are willing” dalam terjemahan NIV

memiliki arti “bukan karena itu adalah keharusan yang diberikan

kepadamu” maksud dari ini adalah gembala sidang harus melayani

bukan karena memang ia harus melakukannya sebagai gembala

sidang melainkan ia harus melakukannya dengan sukarela tanpa

paksaan dan karena ia suka melakukannya.

Sesuai dengan kehendak Allah, “” “as God wants you

to be” bagian ini kemungkinan diterjemahkan “perbuatan Allah

sendiri”54 maka maksud dari bagian ini adalah tugas serta

tanggungjawab yang telah diberikan kepada gembala sidang untuk

membimbing jemaat harus dilakukan sesuai dengan kehendak Allah

sendiri.

Jangan karena mau mencari keuntungan tetapi dengan

pengabdian diri, “not pursuing dishonest again, but eager to serve”

bagain ini dapat dalam terjemahan bahasa Inggris “dishonest” yang

diterjemahkan “bengkok” atau “tidak jujur”55 kemudian kata “eager”

diterjemahkan “bersemangat” atau “ingin sekali” 56 kemudian kata

Tim Penyusun, Tafsir Alkitab Masa Kini Matius-Wahyu, (Jakarta: Yayasan


54

Komunikasih Binakasih/ OMF, 1990), hal. 864.

55
W.W.W Google. Com. Google Translate, 11 2020, jam 13:45.

56
Ibid.

33
“to serve” yang diartikan “melayani”.57 Menurut Matthew Hendri :

Seorang gembala sidang yang melayani jemaat yang telah

dipercayakan tidak boleh menghasilkan keuntungan pada diri sendiri

dengan menggunakan jabatan yang telah diberikan, tetapi harus

melakukan pelayanan dengan memandang kawanan domba itu

bernilai dari pada uang atau keuntungan dengan tulus dan penuh

sukacita berupaya melayani jemaat.58

c. Surat 1 Petrus. 5:3

“jangan kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas

mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu

menjadi teladan bagi kawanan domba itu”.

Dalam bahasa asli: “Μηδ ώς κατακυριεύοντες τών κλήρων

άλλά τύποι γινόμενοι τού ποιμνίου”59 terjemahan bahasa Inggris,

“Not lording it over thoes entrusted to you, but being examples to the

flock”

Jangan kamu berbuat seolah-olah kamu memerintah, kata

“not lording” memiliki arti “tidak berkuasa atas jemaat” Matthew

Hendri mengatakan bahwa: Sebagai gembala sidang tidak boleh

melayani dengan memerintah kepada mereka dengan menindas

mereka dengan keharusan dan kekuatan paksaan, atau

57
Ibid.

58
Tafsiran Elektronik, tanggal 11 2020, jam 19:06.

59
Tim Penerjemah LAI, Perjanjian Baru Yunani-Indonesia, op.cit., hal. 1605.

34
memberlakukan pikiran dan keinginan manusia yang tidak

Alkitabiah terhadap mereka, (Mat. 20:25-26; 2Kor. 1:24).60

Mereka yang dipercayakan kepadamu, “κλεροί” yang

memiliki arti “sebidang tanah yang telah diberikan kepada

seseorang” selain itu juga diartikan sebagai jabatan yang ditentukan

dengan undian.61 Namun yang dimaksud dari bagian ini adalah

kawanan domba yang dipercayakan kepada gembala tertentu.

Tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan

domba itu, “but being examples to the flock” yang memiliki arti

“tetapi menjadi teladan bagi kawanan tersebut” kata “examples”

sendiri memiliki arti “contoh” atau “teladan” jadi yang dimaksud

dari bagain ini adalah setiap gembala sidang harus menjadi contoh

atau teladan bagi domba-domba yang telah dipercayakan baik itu

dalam kehidupan jasmani maupun rohani.

d. Surat 1 Petrus. 5:4

“Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima

mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu”.

Dalam bahasa asli: “Καί ϕανε-ρωθεντος τού άρχιποίμενος

κομιείσθε τόν άμαράντινον τής δόξης στϕανον” 62 terjemahan bahasa

60
Tafsiran Elektronik, tanggal 11 2020, jam 19:06.

61
Tim Penyusun, Tafsir Alkitab Masa Kini Matius-Wahyu, op.cit., hal. 864.
62
Tim Penerjemah LAI, Perjanjian Baru Yunani-Indonesia, op.cit., hal. 1605.

35
Inggris, “And when the Chief Shepherd appears, you will receive the

crown of the glory that will never fade away”

Apabila Gembala Agung datang, “when the Chief Shepherd

appears” bagian ini menunjukkan kepada Yesus Kristus sebagai

Gembala diatas seluruh gembala dibawah-Nya. Matthew Hendri

mengatakan bahwa: Gembala Agung adalah Sang Gembala yang

diatas gembala yang dari pada-Nya Mereka mendapatkan

kewenangan, bertindak atas nama-Nya, dan pada akhirnya harus

bertanggung jawab kepada-Nya.63

Kamu akan menerima mahkota Kemuliaan yang tidak dapat

layu, “you will receive the crown of the glory that will never fade

away” kata “will never fade away” memiliki arti “tidak akan pernah

pudar” dan dalam bahasa Yunani kata “άμαράντινον” kata

άμαράντινον sendiri adalah nama bunga amaran yang dikenal tidak

pernah layu sehingga dalam bagain ini diterjemahkan “tidak dapat

layu”.

5. Indikator penelitian

a. Melayani dengan sukarela

Maksud dari sukarela bukan berarti seorang gembala sidang boleh

melakukan pelayanan sesukanya melainkan harus sesuai dengan

kehendak Allah. Dalam ayat tersebut dikatakan “tetapi dengan sukarela”.

M. Bons-Storm mengatakan bahwa “seorang gembala sidang harus sadar,


63
Tim Penyusun, Tafsir Alkitab Masa Kini Matius-Wahyu, op.cit., hal. 864.

36
bahwa ia tidak bertindak, berbicara, atas kuasanya sendiri, tetapi hanya

atas kuasa Gembala Agung Yesus Kristus64. Hal ini memberikan

keberanian dan kasih yang tulus dari sang gembala.” Seorang pelayan

Tuhan mampu melakukan pelayanan dengan sukarela karena adanya

kesadaran bahwa Allah yang memiliki pelayanan itu akan memberikan

kemampuan dalam menghadapi segala situasi dan kondisi yang

diperhadapkan dalam pelayanan penggembalaannya.

b. Melayani dengan pengabdian diri

Tugas penggembalaan adalah suatu tugas yang berat jika dilihat

dari segi kemanusiaan. Setiap gembala sidang harus rela mengorbankan

waktu, materi, pikiran, dan perasaan. Dengan keadaan ini maka dituntut

keteguhan hati dari setiap gembala sidang serta komitmen untuk

menggembalakan jemaat seperti yang terdapat di dalam 1 Petrus 5:2.

c. Melayani dengan keteladanan

Seorang gembala sidang yang telah dipercayakan untuk

menggembalakan, serta menjadi pemimpin bagi jemaat Allah, untuk

menjadi teladan seorang gembala tidak bisa hanya menghimbau jemaat

untuk selalu melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari,

namun ia sendiri juga harus bisa melakukannya. Seorang gembala sidang

harus berjalan didepan para domba-dombanya. Anggota yang dipimpin

akan berani melakukan segala sesuatu karena mereka melihat

pemimpinnya telah melakukannya dan menuai keberhasilan.

64
Bons-Storm, op.cit., hal. 27.

37
B. Kerangka Pemikiran

Menjadi gembala sidang yang dipercayakan untuk melayani, selalu

dituntut untuk melayani jemaat dengan baik dan menjadi contoh atau teladan yang

baik bagi jemaat. Namun terkadang akibat kurangnya pemahaman tentang

panggilannya, terkadang gembala lalai dalam menjalankan pelayanan dengan baik

dan bahkan tidak menjadi berkat bagi jemaat yang dilayani.

Dalam melayani jemaat yang telah dipercayakan untuk melayani, gembala

sidang perlu memahami panggilannya sebagai gembala sidang yang

bertanggungjawab penuh atas jemaat yang dipercayakan kepadanya.

Ketika seorang gembala sidang telah memahami panggilannya sebagai

gembala yang bertanggungjawab penuh atas “domba-domba” yang telah

dipercayakan kepadanya maka secara otomatis seorang gembala yang

dipercayakan Allah untuk menggembalakan jemaat-Nya ia akan menjalankan

pelayanannya dengan penuh tanggungjawab dan sesuai dengan kehendak Allah,

serta menjadi berkat bagi jemaat yang dilayani.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian di Gereja Baptis Indonesia Cengkareng

Indah Cabang Kaliori, antara lain sebagai berikut:

38
1. Sejarah Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori.

Berawal dari kerjasama dengan LPMI tahun 2000, dengan pemutaran

film Tuhan Yesus di daerah Kaliori Rt. 10 Rw. 4 Grumbul Pejaten Kalibagor

Banyumas. Pelayanan yang dilakukan LPMI mendapatkan sambutan yang

baik dari warga Kaliori dan sekitarnya. Berawal dari pelayanan LPMI

terbentuklah cikal bakal pelayanan didaerah Kaliori. Pada tahun 2001 Pdt.

Paulus bekerja sama dengan Edi Sujarwo bekerjasama di daerah Kaliori. Edi

Sujarwo ditempatkan dan melayani di Kaliori selama satu tahun. Tahun 2002-

2006 dilayani oleh Bpk. Harno dan istrinya bu. Wiwin, selama 4 tahun

pelayanan beliau dimulailah pembangunan Gereja Baptis Kaliori. Karena

pembangunan gereja yang belum terselesaikan untuk ditempati hamba Tuhan

tersebut maka beliau tinggal di Purwokerto dan pada setiap hari Minggu ia

melayani di gereja Kaliori.

Pada tahun 2006 pelayanan kembali dilayani oleh Pdt. Paulus Setyo

Pramono, hingga pada tahun 2013 Gereja Baptis Kaliori dilayani oleh Pdm.

Yulius Eko Emanuel, dalam era kepemimpinan beliau pembangunan gereja

dapat terselesaikan dengan baik. Gedung pastori juga dapat terselesaikan dan

beliau beserta keluarga menempati pastori Gereja Baptis Kaliori. Pada saat itu

juga gereja Baptis Indonesia Kaliori memisahkan diri dari induk Gereja

Baptis Indonesia Tiranus Karangrau, dan menginduk kepada Gereja Baptis

Indonesia Mega Churh Pasar Kamis. Banyak tantangan yang terjadi,

perhatian yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Selama

tiga tahun pelayanan Pdm. Yulius Eko Emanuel banyak hal yang terjadi.

39
Bahkan Islam juga tidak mau kalah, mereka mendirikan pondok pesantren

dan madrasah tepat didepan gereja. Pada tanggal 22 Juni 2015 Pdm. Yulius

memutuskan untuk berpindah pelayanan, penginjilan ke daerah Lampung

Selatan dan digantikan oleh mahasiswa yang praktek pelayanan di Gereja

Baptis Indonesia Kaliori.

Pada Maret 2019 Dafit Mei Dianto dikukuhkan menjadi gembala

sidang dan pendeta muda di Gereja Baptis Indonesia Tiranus cabang Kaliori.

18 Mei 2019 GBI Tiranus melepas cabangnya GBI Tiranus Cabang Kaliori

kepada GBI Cengkareng Indah Jakarta. Setelah dikukuhkan jadi Pdm di

Gereja Baptis Indonesia Tiranus Karangrau, Pdm. Dafit Meidianto lalu

menikah dan mereka sekeluarga menempati pastori dan melayani di Gereja

Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori, Banyumas hingga

sekarang.

Pelayanan di Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang

Kaliori terkesan sangatlah sulit, mengingat penduduk sekitar yang sudah

dicekoki dengan paham-paham yang fanatisme. Sehingga, untuk diajak

berkomunikasi saja sudah sangat susah, apalagi untuk dilakukan pendekatan.

Namun masih ada beberapa orang yang mau untuk membuka diri dengan

gereja.

2. Visi dan Misi Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang

Kaliori, Banyumas.

Visi :

Gereja yang mau belajar, bersekutu, memiliki kasih, dan berdoa (Kis.2:42).

40
Misi:

Memelihara sebanyak yang Tuhan percayakan Menjangkau sebanyak yang

Tuhan kehendaki.

B. Waktu Penelitian

Jadwal pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap persiapan sampai

pada tahap penelitian akhir, yakni dari bulan Juli sampai bulan Desember 2020.

Adapun jadual penelitian ini dilaksanakan dalam tahap-tahap sebagai berikut:

Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian.

No
Kegiatan Waktu
.
1. Pra- persiapan (pengajuan dan pemantapan judul Bulan Juli 2020
penelitian)
2. Persiapan penelitian proposal (menetapkan Bulan Agustus-
kembali proposal penelitian dan menyusun September 2020
Instrumen pengumpulan data)
3. Mengadakan penelitian dilapangan Oktober 2020
(Mengadakan wawancara dan pengumpulan data
penelitian)
4. Pengelolahan data dari hasil wawancara di November 2020
Gereja Baptis Indonesia Cabang Kaliori
5 Menyusun laporan penelitian dan mengakhiri Desember 2020
penelitian dengan mengambil keputusan

C. Partisipan Penelitian

41
Dalam penelitian ini hanya satu partisipan, dan yang menjadi Responden

atau partisipan adalah Gembala Sidang Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah

Cabang Kaliori.

D. Ancangan Penelitian

Ancangan penelitian, dikenal dua paradigma yaitu Positivism dan Post-

Positivisme. Paradigma yang dipakai dalam penelitian ini adalah positif dengan

ancangan penelitian kualitatif, wawancara dengan metode kualitatif akan sangat

membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana pemahaman tentang panggilan

pelayanan seorang gembala sidang. Menurut Husaini Usman dalam bukunya

Metode Penelitian Sosial menyatakan bahwa:

Metode kualitatif didasarkan pada fenomena yang masuk akal dengan


mengutamakan penghayatan dengan metode ini berusaha memahami serta
menafsirkan akan suatu peristiwa yang berinteraksi tingkah laku manusia
dalam situasi tertentu menurut perspeketif peneliti sendiri.65

Berdasarkan kutipan diatas, makna metode kualitatif adalah metode

penelitian yang dipahami dan diperhatikan. Oleh karena itu yang menjadi tolak

ukur penelitian ini peneliti menggunakan ancangan kualitatif.

E. Rancangan Penelitian

Dalam suatu penelitian perlu dibuat rancangan penelitian agar proses

penelitian dapat dilakukan secara teratur dan terukur. Adapun hal-hal yang perlu

disiapkan dalam hal ini adalah sebagai berikut:

1. Rancangan Pengambilan Data.

65
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 61.

42
Rancangan penelitian digunakan untuk mempermudah proses

penelitian yang akan dilakukan. Rancangan berisikan tentang instrumen dan

langkah-langkah yang akan digunakan dalam penelitian.

a. Alat pengambilan data

Pengambilan data dilakukan menggunakan wawancara tertulis

yang diberikan kepada responden yaitu gembala sidang di Gereja Baptis

Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori. Pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan adalah pertanyaan wawancara terbuka, karena penelitian

ini memperoleh informasi yang luas tentang kondisi yang ada pada

partisipan sesuai dengan tujuan penelitian. Panduan wawancara berisi

pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun berdasarkan indikator yang

terdapat pada variabel penelitian.

b. Metode pengambilan data

Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah dengan

menggunakan wawancara. Wawancara adalah setiap interaksi orang per

orang antara dua atau lebih Individu dengan tujuan yang spesifik dalam

pemikirannya.66 Atau Wawancara adalah satu kejadian atau proses

interaksi antara pewawancara dan sumber informasi atau orang yang

diwawancarai melalui komunikasi langsung.67

66
Restu Kartiko Widi, Asas Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hal.
241.

A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Gabungan, (Jakarta:


67

KENCANA, 2017), hal. 372.

43
Andreas B. Subagyo dalam bukunya Pengantar Riset Kuantitatif

dan Kualitatif, mengutip pendapat Sproul (1988:160) menjelaskan

tentang metode wawancara, yaitu sebagai berikut:

Pada metode wawancara, peneliti atau wakilnya mengajukan


pertanyaan-pertanyaan kepada subjek penelitian, baik secara
perorangan maupun perkelompok, untuk mendapatkan informasi
mengenai variabel penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
dapat diajukan secara tatap muka atau tidak langsung (melalui
telepon, komunikasi computer, dan televisi interaktif).
Pewawancara kemudian mencatat jawaban subjek penelitian pada
daftar wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya, meliputi
ruang untuk mencatat jawaban yang tidak diantisipasi.68

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode

wawancara langsung. Wawancara langsung adalah wawancara yang

dilakukan secara langsung kepada Gembala Sidang di Gereja Baptis

Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori.

c. Prosedur pengambilan data

Dalam pengambilan data kepada partisipan, maka peneliti

melakukan tahapan-tahapan yang membuat peneliti mudah untuk

mengumpulkan data antara lain sebagai berikut:

1) Sekolah Tinggi Teologi Diakonos mengajukan surat permohonan

penelitian kepada Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah

Cabang Kaliori sebagai pengantar untuk melakukan penelitian.

2) Setelah mendapat injil Gembala sidang dari Gereja Baptis Indonesia

Cengkareng Indah Cabang Kaliori, maka peneliti mulai membagi

dan merancang waktu untuk melakukan penelitian sesuai dengan

yang sudah disusun berdasarkan indikator dalam variabel penelitian.


68
Subagyo, Op.cit, hal. 227.

44
3) Peneliti melakukan penelitian selama jangka waktu tertentu

menyusun panduan wawancara yang berisi pertanyaan berdasarkan

indikator penelitian yang akan ditanyakan kepada partisipan.

4) Peneliti menyebar lembaran wawancara kepada partisipan dan

kemudian dijawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

5) Peneliti mengelolah sesuai dengan ancangan penelitian yang dipakai

yaitu kualitatif.

2. Variabel dan Pengukuran.

a. Pernyataan dan pengukuran

Penelitian ini berisi satu variabel yaitu variabel pemahaman

panggilan gembala sidang berdasarkan 1 Petrus 5:1-4. Teknik

pengukuran dalam penelitian ini dengan cara mencermati jawaban yang

diberikan oleh partisipan, yang selanjutnya dijadikan patokan oleh

peneliti untuk menentukan hasil penelitian.

b. Kisi-kisi dan rancangan panduan wawancara

1) Kisi-kisi rancangan panduan wawancara

Kisi-kisi rancangan panduan wawancara yang disusun

berdasarkan indikator dari variabel pemahaman panggilan gembala

sidang di Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori.

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Rancangan Panduan Wawancara

Jenis Nomor
No Indikator
Pertanyaan Pertanyaan

45
1 Melayani dengan sukarela Terbuka 1, 2, 3, 4, 5
2 Melayani dengan Terbuka 6, 7, 8, 9, 10
pengabdian diri
3 Melayani dengan Terbuka 11, 12, 13, 14, 15
keteladanan

2) Rancangan panduan wawancara

Berdasarkan kisi-kisi diatas maka dibuatlah rancangan alat

pengumpulan data berupa pertanyaan terbuka untuk memperoleh

jawaban yang luas tentang Pemahaman panggilan gembala sidang di

Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori, sesuai

kemampuan dengan indikator pertanyaan penelitian. Rancangan alat

pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.3 Rancangan Panduan Wawancara.

No Indikator Pertanyaan Jawaban


1 Melayani 1. Apakah Bapak melayani
dengan dengan sukarela?
2. Mengapa Bapak perlu
sukarela
melayani dengan suakrela?
3. Contoh praktis apa saja
yang Bapak lakukan
menunjukkan pelayanan
yang penuh sukarela?
4. Pernahkah Bapak melayani
dengan keterpaksaan?
5. Bagaimana cara Bapak
mengatasi keterpaksaan
tersebut?
2. Melayani 6. Apakah Bapak melakukan

46
dengan pelayanan tanpa
pengabdian mengharapkan pamrih?
7. Mengapa Bapak perlu
diri
melayani dengan tanpa
mengharapkan pamrih?
8. Kendala-kendala apa saja
yang Bapak alami ketika
melayani tanpa pamrih?
9. Pernahkah Bapak merasa
capek atau putusasa dalam
melayani?
10. Bagaimana cara Bapak
mengatasi perasaan capek
atau putus asa tersebut?
3 Melayani 11. Apakah Bapak menjadi
dengan teladan baik dalam keluarga
keteladanan maupun pelayanan?
12. Mengapa Bapak perlu
menjadi teladan dalam
keluarga maupun
pelayanan?
13. Contoh praktis apa saja
yang Bapak lakukan
menunjukkan pelayanan
dengan keteladanan?
14. Kendala-kendala apa saja
yang Bapak alami ketika
menjadi teladan dalam
keluarga dan pelayanan?
15. Bagaimana Bapak
mengatasi kendala-kendala
ketika menjadi teladan
dalam keluarga maupun
pelayanan?

47
3. Validasi Isi

Validasi isi adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam membuktikan

suatu metode sehingga bisa memberikan hasil yang konsisten. Suatu alat

dapat disebutkan valid jika mencerminkan kecocokan dengan gejala yang

ditimbulkan oleh alat tersebut.69 Sebelum panduan wawancara disebarkan

kepada partisipan terlebih dahulu diuji validasi oleh orang yang dianggap

mampu untuk menjadi validator.

Wawancara yang digunakan penulis untuk mendapatkan data

penelitian sebelum disebar ke responden, terlebih dahulu diuji kevalidannya.

Validator yang menguji kevalidan panduan wawancara adalah validator 1

yakni Dr. Pujiono, M.Pd.K dan validator 2 yakni Dr. Rianto, M. M. M.Pd. K.

Untuk menentukan valid tidaknya butir-butir pertanyaan, peneliti

menggunakan ketentuan penilaian sebagai acuan validator untuk memberikan

nilai, yaitu:

Skor 5, untuk pertanyaan dengan kategori sangat jelas dan sangat relevan.

Skor 4, untuk pertanyaan dengan kategori sangat jelas dan relevan.

Skor 3, untuk pertanyaan dengan kategori relevan dan jelas.

Skor 2, untuk pertanyaan dengan kategori relevan dan tidak jelas.

Skor 1, untuk pertanyaan dengan kategori tidak relevan dan tidak jelas.

Pertanyaan yang dianggap valid adalah yang mendapatkan nilai 3

(tiga) ke atas dan yang tidak valid rata-rata nilai 3 ke bawah.

69
Subagyo, Op, Cit, hal. 233.

48
Sesuai hasil rekap uji validasi dari dua dosen validator, diketahui

bahwa semua rancangan angket dinyatakan valid karena semua item angket

memperoleh skor rata-rata 3 ke atas. Dengan demikian, semua rancangan

angket yang sudah valid dijadikan sebagai alat pengumpul data (angket) yang

tetap.

4. Kisi-Kisi dan Pengumpulan Data.

Dengan mengacu pada hasil validasi isi, maka dibuatlah kisi-kisi dan

panduan kuesioner sebagai berikut:

a. Kisi-kisi panduan wawancara

Kisi-kisi disusun berdasarkan indikator dari variabel

pemahaman panggilan gembala sidang berdasarkan 1 Petrus 5:1-4

sebagai berikut:

Tabel 3.4 kisi-kisi Panduan Wawancara.

Jenis Nomor
No Indikator
Pertanyaan Pertanyaan
1 Melayani dengan sukarela Terbuka 1, 2, 3, 4, 5

2 Melayani dengan Terbuka 6, 7, 8, 9, 10


pengabdian diri
3 Melayani dengan Terbuka 11, 12, 13, 14,
keteladanan
15

49
b. Panduan wawancara

Pertanyaan dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan

terbuka. Pertanyaan-pertanyaan setelah validasi yang dikemukakan

sebanyak 15 pertanyaan yaitu:

Tabel 3.5.Panduan Wawancara Setelah Divalidasi.

No Indikator Wawancara Jawaban

1. Melayani 1. Apakah Bapak melayani


dengan suakrela dengan sukarela?
2. Mengapa Bapak perlu
melayani dengan
sukarela?
3. Contoh praktis apa saja
yang Bapak lakukan
menunjukkan pelayanan
yang penuh sukarela?
4. Pernahkah Bapak
melayani dengan rasa
terpaksa?
5. Bagaimana cara Bapak
mengatasi keterpaksaan
tersebut?
2 Melayani 6. Apakah Bapak melakukan
dengan pelayanan tanpa
pengabdian diri mengharapkan pamrih?
7. Mengapa Bapak perlu
melayani dengan tanpa
mengharapkan pamrih?
8. Kendala-kendala apa saja

50
yang Bapak alami ketika
melayani tanpa pamrih?
9. Pernahkah Bapak merasa
capek atau putus asa
dalam melayani?
10. Bagaimana cara Bapak
mengatasi perasaan capek
atau putus asa tersebut?
3. Melayani 11. Apakah Bapak menjadi
dengan teladan baik dalam
keteladanan keluarga maupun
pelayanan?
12. Mengapa Bapak perlu
menjadi teladan dalam
keluarga maupun
pelayanan?
13. Contoh praktis apa saja
yang Bapak lakukan
menunjukkan pelayanan
dengan keteladanan?
14. Kendala-kendala apa saja
yang Bapak alami ketika
menjadi teladan dalam
keluarga dan pelayanan?
15. Bagaimana Bapak
mengatasi kendala-
kendala ketika menjadi
teladan dalam keluarga
maupun pelayanan?

F. Analisis Data

51
Analisis data adalah kegiatan pengelola data dari hasil penelitian sesuai

dengan ancangan penelitian kualitatif dalam penelitian ini, maka analisis data

hasil penelitian akan menggunakan teori Walcott yang dituliskan dalam bukunya

Andreas Bambang Subagyo yang Berjudul Pengantar Riset Kuantitatif Dan

Kualitatif, yaitu melalui deskripsi, analisis, dan interpretasi. 70 Analisis bertujuan

untuk menjelaskan fenomena, kejadian, atau perilaku; atau menerangkan apa yang

menjadi latar belakang fenomena, kejadian atau perilaku baik mengenai

seseorang, sekelompok orang atau masyarakat.71

1. Deskripsi.

Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengkajian fenomena secara

lebih rinci atau membedakannya dengan fenomena lain. 72 Tahapan deskripsi

adalah tahapan yang menyajikan data sedekat mungkin dengan keadaan

aslinya, berusaha untuk sedekat mungkin dengan keadaana aslinya (dicatat

atau direkam). Deskripsi menjawab “Apakah yang terjadi disini?”

(berdasarkan pengumpulan data atau laporan orang lain).73

Dalam tahapan deskriptif, data yang didapatkan dari hasil

pengumpulan data akan dideskripsikan sesuai kenyataan yang ada melaui

narasi dan tribulasi sederhana. Data yang didapatkan akan dipaparkan dengan

apa adanya sesuai dengan jawaban dari objek penelitian dan kemudian

disajikan dalam bentuk tabel sederhana menurut indikator dalam penelitian.

70
Subagyo op. cit., hal. 261-263
71
Purnama Junaidi, Pengantar Analisis Data, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal. 3.

72
Sandu Sioto, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media Publishing,
2015), hal. 8.

73
Subagyo op. cit.,hal. 261.

52
2. Analisis.

Tahap berikut setelah data dideskripsikan adalah menganalisis data.

Dalam tahapan ini, data akan diuraikan secara terperinci sesuai indikator

penelitian. Analisis membahas mengenai identifikasi ciri objek serta

memaparkan secara sistematis hubungan antara ciri-ciri tersebut dengan

singkat dan bagaimana objek tersebut beroperasi.74 Dikarenakan penelitian ini

adalah penelitian kualitatif maka, jawaban metode yang di dapati dari

partisipan akan di analisis sesuai dengan kelompok indikator.

3. Interpretasi.

Data yang telah dianalisis selanjutnya data akan diinterpretasikan.

Interpretasi merupakan data yang telah dianalisis dan diberi arti. 75Andreas B.

Subagyo menjelaskan tentang tahapan Interpretasi sebagai berikut: Tahapan

interprestasi membahas pertanyaan “apa arti semuanya itu?, apa yang harus

dilakukan?” terhadap konteks dan makna sebagai kelanjutan dari penemuan. 76

Menurut L. R. Gay interpretasi adalah peneliti menganalisis data hasil

penelitian dengan menampilkan deskripsi hasil dan membandingkan dengan

teori yang relevan (tertera pada landasan teori) kemudia menganalisis secara

kritis temuan penelitian berdasarkan temuan.77 Dalam tahapan interpretasi,

data dan hasil penelitian akan ditafsirkan sehingga menjadi kesimpulan

74
Ibid., hal, 261.

75
Robert Siburian, Beta Orang Kupang: Mengenal Jhon Haba Lewat Para Sahabat,
(Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017), hal. 43.

76
Subagyo, op. cit., hal. 263.

Mardawani, Praktik Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Grup Penerbitan CV BUDI


77

UTAMA, 2020), hal. 74.

53
tentang gambaran pelaksana. Data yang diperoleh dari hasil wawancara

kepada responden ditafsirkan oleh peneliti yang pada akhirnya menghasilkan

sebuah kesimpulan tentang keadaan atau gambaran pelaksanaan.

G. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembatasan dari

luar (diluar kemampuan peneliti), yang mengurangi kemampuan untuk dapat

menarik kesimpulan umum.78 Peneliti tidak dapat mencapai hasil yang maksimal

sekalipun diupayakan supaya hasil penelitian ini subjektif dan seakurat mungkin,

namun penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu. Adanya faktor-

faktor di luar kendali peneliti seperti ketidak jujuran, enggan untuk menjawab

dengan benar sehingga kurang mencapai sasaran dan tujuan peneliti.

H. Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah pernyataan tentang sesuatu hal yang diterima

begitu saja sebagai kebenaran tanpa mempersoalkan bukti-bukti atau yang

menjadi dasar dari keputusan-keputusan. Terjadinya penerimaan itu karena belum

dapat dibuktikan, tetapi ada alasan yang kuat untuk menerimanya sebagai

kebenaran.79 Dalam penelitian ini anggapan dasarnya adalah: “Sangatlah penting

bagi Gembala sidang untuk memahami panggilannya sebagai gembala sidang

dalam mengimplementasikan pelayanan ditengah-tengah jemaat yang dilayani”.


78
Subagyo, op. cit., hal. 242.

79
Subagyo, op. cit., hal. 243

54
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti mendapat sumber informasi dari satu

partisipan, yakni Gembala Sidang Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah

Cabang Kaliori.Penulis mengolah data berdasarkan hasil jawaban angket atau

kuesioner dari partisipan tersebut.

Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui bagaiman panggilan

pemahaman gembala sidang berdasarkan 1 Petrus 5:1-4 menggunakan kuesioner.

Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan

terbuka. Ada 15 pertanyan yang diajukan kepada partisipan berdasarkan tiga

indikator penelitian, yaitu: Melayani dengan sekarela, melayani dengan

pengabdian diri, dan melayani dengan keteladanan.

Setelah data hasil penelitian dikumpulkan selanjutnya data tersebut akan

diolah, melalui tiga tahap yaitu: Tahap deskripsi, tahap analisis, dan tahap

interpretasi sebagai barikut:

A. Deskripsi Data

55
Deskripsi merupakan bagain tahapan pertama dalam pengolahan data

penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini. Deskripsi berarti

memaparkan data hasil penelitian yang ditemukan di lapangan yang berkaitan

dengan indikator-indikator yang diteliti. Dalam memaparkan data hasil temuan

digunakan cara pemaparan yang bersifat apa adanya yang berkaitan dengan hasil

wawancara. Peneliti tidak mengubah makna, tetapi hanya merapikan redaksional

dari jawaban-jawaban partisipan. Deskripsi dilakukan berdasarkan indikator-

indikator yang meliputi: Melayani dengan sukarela, melayani dengan pengabdian

diri, dan melayani dengan keteladanan.

1. Indikator: Melayani dengan Sukarela

Dalam indikator melayani dengan sukarela, ada lima pertanyaan yang

diajukan kepada partisipan. Jawaban dari partisipan dipaparkan dalam

tabulasi berikut:

Tabel 4.1. Indikator: Melayani Dengan Sukarela

Pertanyaan Jawaban

1. Apakah Bapak melayani Iya, saya melayani dengan sukarela

dengan sukarela?
2. Mengapa Bapak perlu Karena Allah yang saya layani telah

melayani dengan sukarela? melayani terlebih dahulu, bahkan

mengasihi saya dengan menebus dosa

saya.
3. Contoh praktis apa saja Tidak mengeluhkan segala yang terjadi,

yang Bapak lakukan memandang segala yang dialami adalah

menunjukkan pelayanan proses dan Tuhan memiliki tujuan yang

56
yang penuh sukarela? baik terhadap semua peristiwa yang saya

alami dalam pelayanan.


4. Pernahkah Bapak melayani Tidak

dengan rasa terpaksa?


5. Bagaimana cara Bapak Selalu memandang bahwa pelayanan

mengatasi keterpaksaan yang dilakukan untuk Tuhan

tersebut? (berorientasi pada Tuhan)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Gembala sidang di Gereja

Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori, yang berkaitan dengan

indikator melayani dengan kerelaan hati yang menanyakan lima pertanyaan

maka, dapat disimpulkan bahwa partisipan dapat menjawab pertanyaan

tersebut sesuai dengan maksud pertanyaan.

2. Indikator: Melayani dengan Pengabdian Diri

Dalam indikator melayani dengan pengabdian diri, ada lima

pertanyaan yang diajukan kepada partisipan. Jawaban dari pertisipan

dipaparkan dalam tabulasi berikut:

Tabel 4.2. Indikator: Melayani Dengan Pengabdian Diri

Pertanyaan Jawaban

1. Apakah Bapak melakaukan Iya, tanpa mengharapkan pamrih

pelayanan tanpa mengharapkan

pamrih?
2. Mengapa Bapak perlu melayani Karena Tuhan yang saya layani

tanpa mengharapkan pamrih? juga menebus saya tanpa pamrih,

sehingga sebuah kewajiban bagi

57
saya sebagai pelayan-Nya untuk

meneladani apa yang telah

diteladankan
3. Kendala-kendala apa saja yang Di dalam menjalani pelayanan

Bapak alami ketika melayani pasti dibutuhkan dana, juga dalam

tanpa pamrih? menjalani kehidupan. Namun

segala kebutuhan dana

tersebutdapat diatasi jika kita

percaya bahwa Allah

mencukupkan kehidupan saya.

4. Pernahkah Bapak merasa capek Capek secara fisik pasti pernah,

atau putus asa dalam melayani? tetapi jika sampai putus asa ya

tentunya tidak. Tuhan memberikan

penghiburan dan kekuatan baru

ketika saya lelah

5. Bagaimana cara Bapak mengatasi Mengingat kembali siapa saya?

perasaan capek atau putus asa Siapa yang saya layani? Dan

tersebut? untuk apa saya melayani

Berdasarkan hasil wawancara dengan Gembala sidang di Gereja

Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori, yang berkaitan dengan

indikator melayani dengan pengabdian diri, yang menanyakan lima

58
pertanyaan, maka dapat disimpulkan bahwa partisipan dapat menjawab

pertanyaan tersebut sesuai dengan maksud pertanyaan.

3. Indikator: Melayani dengan Keteladanan

Dalam indikator menjadi teladan, ada lima pertanyaanyang diajukan

kepada pertisipan. Jawaban dari partisipan dipaparkan dalam tabulasi berikut:

Tabel 4.3. Indikator: Melayani Dengan Keteladanan

Pertanyaan Jawaban

1. Apakah Bapak menjadi teladan Sebagai pelayan Tuhan saya

baik dalam kehidupan keluarga berusaha menjadi teladan yang

maupun pelayanan? baik untuk keluarga maupun

orang lain. Namun untuk menilai

diri saya sudah menjadi teladan

atau tidak, itu terlalu subyektif.


2. Mengapa Bapak perlu menjadi Jika hanya saya mengajarkan

teladan dalam keluarga maupun tetapi tidak menjadi teladan sama

dalam pelayanan? halnya saya membohongi diri

sendiri, keluarga, jemaat, juga

setiap orang yang berada

disekitar saya.

3. Contoh praktis apa saja yang Menepati janji, berkata-kata

Bapak lakukan menunjukkan yang membangun, berusaha

pelayanan dengan keteladanan? menuntun keluarga di dalam

Tuhan, mengandalkan Tuhan

59
dalam menyelesaikan berbagai

masalah dll
4. Kendala-kendala apa saja yang Sejauh kita memberikan teladan

Bapak alami ketika menjadi dengan tulus, bagi saya dan

teladan dalam keluarga dan dalam keluarga tidak ada kendala,

pelayanan menjadi sebuah kendala jika ada

orang yang mungkin tidak suka

dengan keberadaan dan

pelayanan kami.
5. Bagaimana Bapak mengatasi Tetap memberikan teladan

kendala-kendala ketika menjadi dengan tulus meskipun mungkin

teladan dalam keluarga maupun ada yang tidak suka dengan

pelayanan? kami, menginstropeksi diri dan

keluarga dalam pelayanan,

memfokuskan diri dan keluarga

kepada Tuhan yang telah

menebus kami.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Gembala sidang di Gereja

Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori, yang berkaitan dengan

indikator menjadi teladan, yang menanyakan lima pertanyaan, maka dapat

disimpulkan bahwa partisipan dapat menjawab pertanyaan tersebut sesuai

dengan maksud pertanyaan.

B. Analisis Data

60
Analisis data adalah tahapan menguraikan data terperinci sesuai indikator-

indikator penelitian. Berdasarkan data temuan yang telah dideskripsikan diatas,

maka selanjutnya data temuan tersebut akan dianalisis menurut indikator dalam

variabel.

1. Indikator: Melayani dengan Suakrela

Pertanyaan pertama: Apakah Bapak melayani dengan sukarela?

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan satu

pertanyaan tersebut dapat diketahui bahwa partisipan menjawab telah

melayani dengan sukarela, dan dari jawaban yang telah diisi oleh partisipan,

partisipan melakukan pelayanan tanpa adanya rasa keberatan atau terpaksa

karena jemaat yang dilayani adalah milik kepunyaan Allah yang harus

digembalakan dan pelayanan yang dilakukan adalah kepunyaan Allah sendiri.

Pertanyaan kedua: Mengapa Bapak perlu melayani dengan suka rela?

Dari pertanyaan kedua tersebut, partisipan memberi jawaban bahwa

karena Allah telah telah lebih dahulu melayani, dari jawaban partisipan

menunjukkan bahwa dalam melakukan pelayanan yang telah dipercayakan

kepadanya partisipan, partisipan menjadikan Yesus sebagai prioritas dalam

penggembalaan atau dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya

sebagai Gembala.

Pertanyaan ketiga: Contoh praktis apa saja yang Bapak lakukan yang

menunjukkan pelayanan yang sukarela?

Dari pertanyaan ketiga tersebut, partisipan menjawab tetap tegar dan

memandang segala sesuatu yang terjadi adalah proses dari Allah dalam

61
pelayanan. Dari jawaban partisipan ini dapat diketahui bahwa partisipan tidak

dengan menyerah dengan segala sesuatu yang terjadi baik itu yang baik atau

bahkan yang tidak baik sekalipun.

Pertanyaan keempat: Pernahkah Bapak melayani dengan terpaksa?

Dari pertanyaan keempat tersebut, partisipan menjawab tidak pernah

melayani dengan rasa terpaksa melainkan melayani dengan sepenuh hati

karena Tuhan Yesus sendiri telah menjadi contoh untuk melayani dengan

sepenuh hati kepada setiap orang tanpa terkecuali.

Pertanyaan kelima: Bagaimana cara Bapak mengatasi keterpaksaan

tersebut?

Dari pertanyaan kelima tersebut, partisipan menjawab pelayanan yang

dikerjakan semuanya berorientasi pada Tuhan. Dari jawaban partisipan

tersebut dapat diketahui bahwa partisipan melakukan penggembalaan bukan

untuk dirinya sendiri melainkan semuanya hanya untuk Tuhan saja.

2. Indikator: Melayani dengan Pengabdian Diri

Pertanyaan keenam: Apakah Bapak melakukan pelayanan tanapa

pamrih?

Dari pertanyaan tersebut, partisipan menjawab bahwa pelayanan yang

dilakukan tanpa pamrih. Dari jawaban partisipan ini menunjukkan bahwa

partisipan melakukan pelayanan penggembalaan dengan tidak memiliki

maksud untuk memenuhi keinginan pribadi atau mengambil keuntungan

untuk dirinya sendiri, dari pelayanan tersebut dan berjuang untuk melayani

Jemaat yang telah dipercayakan.

62
Pertanyaan ketujuh: Mengapa Bapak perlu melayani tanpa pamrih?

Dari pertanyaan tersebut, partisipan menjawab bahwa penebusan yang

Tuhan kerjakan juga tanpa pamrih maka sudah menjadi kewajiban bagi

pelayan-Nya untuk meneladani apa yang telah diteladankan. Dari jawaban

yang diberikan oleh partisipan, partisipan selalu melakukan pelayanan

penggembalaan dengan menjadikan Yesus Kristus sebagai contoh atau

teladan dalam melayani dengan melihat pengorbanan Yesus Kristus yang

mati demi menyelamatkan umat manusia dari dosa atau kejahatan yang telah

dilakukan.

Pertanyaan kedelapan: Kendala-kendala apa saja yang Bapak alami

ketika melayani tanpa pamrih?

Dari pertanyaan tersebut, partisipan menjawab dalam pelayanan

dibutuhkan juga dana untuk menjalani kehidupan namun semuanya dapat

diatasi dengan tetap berharap dan percaya kepada Tuhan. Dari jawaban

Partisipan ini dapat diketahui bahwa partisipan menjalankan tugas dan

tanggungjawabnya sebagai Gembala yang selalu memiliki iman dan

pengharapan kepada Tuhan sang Gembala Agung itu bahwa Dia sanggup

menolong dan memulihkan segala keadaan menjadi lebih baik.

Pertanyaan kesembilan: Pernahkah Bapak merasa capek atau putus

asa dalam melayani?

Dari pertanyaan tersebut, partisipan menjawab capek secara fisik

pernah dialami namun sampai pada titik putus asa tidak pernah, dan Tuhan

selalu menjadi penghibur dan kekuatan ketika mengalami kelelahan. Dari

63
jawaban partisipan ini dapat diketahui bahwa dalam pelayanan

penggembalaan yang dilakukan partisipan mengalami kelelahan secara fisik

namun tidak pernah merasa putus asa dalam melayani, dan Tuhan selalu

menjadi penolong yang memberikan kakuatan serta peghiburan dalam

menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai Gembala Sidang.

Pertanyaan kesepuluh: Bagaimana cara Bapak mengatasi perasaan

capek atau putusasa dalam melayani?

Dari pertanyaan tersebut, partisipan menjawab kembali kepada

kesadaran akan diri sendri? siapa yang dilayani? Dan untuk apa melayani?.

Dari jawaban partisipan dengan sangat jelas dapat dilihat bahwa motivasi

partisipan dalam melayani sebagai Gembala Sidang semuanya berpusat

hanya kepada Yesus Kristus Sang pemilik domba-domba yang dipercayakan

kepada partisipan untuk digembalakan, partisipan juga menyadari bahwa dia

hanyalah seorang manusia biasa yang dipercayakan untuk menggembalakan

domba-domba bagi Allah.

3. Indikator: Melayani dengan Keteladanan

Pertanyaan kesebelas: Apakah Bapak menjdai telada yang baik bagi

kehidupan keluarga maupun pelayanan?

Dari pertanyaan tersebut, pertisipan menjawab bahwa sebagai

gembala sidang pasti selalu berusaha menjadi teladan baik untuk keluarga

maupun orang lain. Dari jawaban partisipan tersebut diketahui bahwa

partisipan selalu berusaha menjadi teladan yang baik bagi keluarga maupun

bagi orang lain.

64
Pertanyaan kedua belas: Mengapa Bapak perlu menjadi teladan yang

baik dalam kehidupan keluarga maupun pelayanan?

Dari pertanyaan tersebut, partisipan menjawab pengajaran tanpa

memberikan teladan sama saja dengan kebohongan jadi sebagai gembala

sidang yang mengajarkan kepada jemaat maka harus juga melakukan apa

yang diajarkan baik kepada keluarga maupun orang lain. Dari jawaban

partisipan diketahui bahwa partisipan tidak saja mengajarkan jemaat tentang

kebenaran Firman Tuhan melainkan melakukannya juga dalam kehidupannya

karena adanya pemahaman bahwa “mengajarkan tanpa memberi teladan

adalah kebohongan”.

Pertanyaan ketiga belas: Contoh Praktis apa saja yang Bapak lakukan

menunjukkan pelayan dengan keteladanan?

Dari pertanyaan tersebut, partisipan menjawab bahwa partisipan selalu

berusaha menepati janji, berkata-kata yang membangun, berusaha menuntun

keluarga dalam Tuhan, mengandalkan Tuhan dalam menyelesaikan berbagai

masalah dan lain-lain. Dari jawaban partisipan menunjukkan bahwa dalam

pelayanan Penggembalaannya sebagai Gembala siding partisipan menjaga

integritasnya sebagai gembala, mejaga mulut dari kata-kata yang tidak

membangun, menggembalakan keluarganya tetap ada didalam jalan

kebenaran dan hidup itu (Yesus Kristus) serta mengandalkan Tuhan dalam

menghadapi berbagai persoalan.

Pertanyaan keempat belas: Kendala-kendala apa saja yang Bapak

alami ketika mejadi teladan dalam keluarga dan dalam pelayanan?

65
Dari pertanyaan tersebut, partisipan menjawab tidak ada kendala

kecuali jika ada orang yang mungkin tidak suka dengan keberadaan dan

pelayanan yang dilakukan. Dari jawaban partisipan menunjukkan bahwa

dalam pelayanan penggembalaan yang dilakukan partisipan tidak mengalami

kendala apapun ketika menjadi teladan.

Pertanyaan kelima belas: Bagaimana Bapak mengatasi kendala-

kendala ketika menjadi teladan dalam keluarga maupun pelayanan?

Dari pertanyaan tersebut, maka ditemukan bahwa partisipan tetap

memberikan teladan dengan tulus, selalu intropeksi diri dan keluarga dalam

pelayanan, dan tetap memfokuskan diri dan keluarga kepada Tuhan. Dari

jawaban partisipan tersebut diketahui bahwa sebagai Gembala sidang

partisipan tetap memberikan teladan dengan tulus, kemudian adanya

kesadaran sebagai manusia biasa yang tidak luput dari dosa untuk tetap

memperbaiki diri baik itu dalam keluarga maupun pelayanan, dan tetap

menjadi Gembala yang memfokuskan diri dan keluarga kepada Tuhan.

C. Interprestasi Data

Interpretasi data yang diperoleh dengan melihat deskripsi dan analisis data

dari pertanyaan wawancara diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui gambaran mengenai Implementasi pemahaman tentang

66
panggilan gembala sidang berdasarkan 1 Petrus 5:1-4 di Gereja Baptis Indonesia

Cengkareng Indah Cabang Kaliori.

Dari deskripsi dan analisis data yang telah dipaparkan berdasarkan tiga

indikator penelitian diatas, selanjutnya diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Melayani dengan sukarela

Gembala sudah melakukan pelayanannya dengan adanya kesadaran bahwa

Jemaat yang dilayani adalah milik Allah, menjadikan Yesus sebagai prioritas

dalam melayani, gembala sidang juga memandang segala yang terjadi dalam

kehidupan pelayanan adalah proses dari Tuhan dan melayani semata-mata

untuk Tuhan.

2. Melayani dengan Pengabdian diri

Gembala melakukan pelayanan dengan berjuang sendiri untuk melayani

jemaat yang telah dipercayakan kepadanya, dan tidak mencari keuntungan dari

jemaat, gembala melakukan semua pelayanan itu dengan menjadika Yesus

sebagai contoh dalam melayani dengan terus berharap dan percaya kepada

pertolongan Tuhan serta menyadari bahwa jemaat yang dilayani adalah omba-

domba yang dipercayakan kepadanya sebagai gembala sidang yang dipanggil

untuk melayani.

3. Melayani dengan keteladanan

Gembala sidang berusaha untuk mampu menjadi contoh dan teladan dengan

tulus bagi jemaat dan keluarga sesuai dengan ajaran Firman Tuhan yang

disampaikan karena mengajar tanpa melakukannya adalah kebohongan,

67
gembala sidang menjaga mulutnya untuk berkata-kata yang membangun, dan

selalu berusaha menjadi gembala yang bisa menuntun keluarganya sendiri ke

dalam Tuhan,

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

68
Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi pemahaman tentang

panggilan gembala sidang berdasarkan 1 Petrus 5:1-4 di Gereja Baptis Indonesia

Cengkareng Indah Cabang Kaliori, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Gembala sidang Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori

Sudah memahami panggilannya sebagai gembala sidang. Gembala sidang

telah melayani dengan sukarela, dengan melihat teladan Yesus sendiri yang

telah lebih dahulu melayani, tidak mengeluh dalam pelayanan, serta

melakukan pelayanan yang berorientasi pada Tuhan.

2. Gembala sidang Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori

Sudah memahami panggilannya sebagai gembala sidang dengan melakukan

pelayanan dengan pengabdian diri, tidak mengharapkan pamrih, melakukan

pelayanan dengan mengikuti keteladanan Yesus yang telah menebus dosa

manusia tanpa pamrih, dan meletakkan seluruh hidup kepada Allah.

3. Gembala sidang Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori

Sudah memahami panggilannya sebagai gembala sidang dengan melakukan

pelayanan dengan berusaha menjadi teladan bagi keluarga dan orang lain,

yaitu dengan menepati janji, berkata-kata yang membangun, dan menuntun

keluarga dalam Tuhan serta mengandalkan Tuhan dalam menyelesaikan

berbagai masalah.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, mengenai implementasi pemahaman

tentang panggilan gembala sidang berdasarkan 1 Petrus 5:1-4 di Gereja Baptis

Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori dapat dinyatakan telah memahami

tentang penggilannya sebagai gembala sidang, dan perlu ditingkatkan lagi dalam

69
melayani dengan sukarela, dengan pengabdian diri, serta keteladanannya, dan

tetap berusaha melakukan yang terbaik dalam melayani agar pelayanan semakin

menjadi kemuliaan bagi Tuhan.

B. Saran

Dengan melihat kesimpulan yang merupakan gambaran dari hasil

penelitian, maka penulis ingin memberikan masukan kepada gembala sidang

Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang Kaliori, sebagai berikut:

Gembala sidang Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang

Kaliori diharapkan meningkatkan pelayanan yang penuh kerelaan, pengabdian,

dan keteladanan.

penulis juga ingin memberikan masukan kepada para gembala sidang

sebagai berikut:

4. Gembala sidang dapat menjadikan Yesus sebagai contoh

dalam melayani yaitu dengan ketulusan, dan sukarela tanpa adanya perasaan

terpaksa.

5. Gembala sidang dapat siap sedia melayani dalam seluruh

waktunya dengan pengabdian diri dan bukan untuk mencari keuntungan

pibadi, melainkan semata-mata untuk Tuhan.

6. gembala sidang harus menjadi teladan bagi jemaat yang

dipercayakan Allah, dan bukan menjadi batu sandungan bagi mereka.

70
DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU:

Arikunto, Suharsini. Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

71
Abineo. Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2006.

Bons-storm, M. Apakah Penggembalaan itu? Petunjuk Praktis Pelayanan Pastoral,


Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.

Billy, Mathias. Ensiklopedi Alkitab Praktis, Bandung: Lembaga Literatur Baptis,


1999.

Browning, F. M.R.W. Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Carter, E. James. Etika Pelayan Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.

Drane, Jhon. Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: Gunung Mulia, 2005.

Gushee, P. Davit. Etika Kerajaan, Surabaya: Momentum, 2013.

Hutahayan, Benny. Kepemimpinan Spiritual dan Media Sosial Pada Rohani


Pemuda, Yogyakarta: Hak Cipta, 2019.

Iryanto, Tata. Kamus Besar Bahasa Indonesia Terbaru, Surabaya: Indah, 1989.

Junaidi, Purnama. Pengantar Analisis Data, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

Keraf, Gorys. Komposisi, Flores: Nusa Indah, 1994.

Ladda, Eldon Georgen. Teologi Perjanjian Baru Jilid II, Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1999.

Mc Maha, Oliver. Gembala Jemaat Yang Sukses, Jakarta: Sinode GBI, 2002.

Mardawani. Praktik Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Grup Penerbit VC BUDI


UTAMA, 2020.

Prime, Derek. Pastors and Teachers, United Kingdom: Of Christ’s Ministers,


2003.

Retnoningsih, Ana. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: Widya Karya,


2011.

Ridwan. Belajar Mudah Untuk Guru Kariawan Dan Peneliti Pemula, Bandung:
Alfabet, 2005.

Suharto. Kamus Besar Bahasa Indonesia Terbaru, Surabaya: INDAH, 1998

Siringo-ringo, M.V. Teologi Perjanjian Lama, Jakarta: ANDI, 2013.

72
Sioto, Sandu. Dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015.

Siburian, Robert. Beta Orang Kupang: Mengenal Jhon Haba Lewat Para Shabat,
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,2017.

Situmorang, Jonar. Kamus Alkitab dan Teologi, Yogyakarta: ANDI, 2016.

Stone, E. Sam. Bagaimana Menjadi Seorang Pemimpin Yang Berhasil,


Yogyakarta: LATM, 2007.

Tim LAI, Alkitab Perjanjian Baru Yunani-Indonesia, Jakarta: Lembaga Alkitab


Indonesia, 1988.

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002.

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indinesia Edisi ketiga, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002.

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Jakarta: Balai
Pustaka, 1994.

Tim Penerjemah, Tafsir Alkitab Masa Kini, Jakarta: Yayasan Bina Kasih
Binakasih/ OMF, 1990.

Tim Penyusun, Survei Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 2006.

Trull, E. Joe. Etika Pelayan Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.

Usman, Husaini. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Wongso, Peter. Teologi Penggembalaan, Malang: Depertemen Literatur SAAT,


2001.

Waltz, Edgar. Bagaimana Mengelola Gereja Anda, Jakarta: PT BPK Gunung


Mulia, 2008.

Widi, Kartiko Restu. Asas Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Yusuf, Muri A. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Gabungan, Jakarta:


KENCANA, 2012.

SUMBER INTERNET:

73
Alkitab Elektronik, New International Version, diakses pada 11/ November 2020.

Tafsiran Elektronik, Matthew Hendri, diakses pada tanggal 11/ November 2020.

Google Translite,W.W.W Google. Com. Google Translate, diakses pada tanggal


11/ November 2020.

Ekposisi surat 1 Petrus 5:1-4, GolgotaMinistry. Org, Ekposisi, diakses pada


tanggal 04/ November 2020.

Saintif.com 16 Maret 2021 jam 2124

SUMBER WAWANCARA

Hasil wancara dengan Pdm. Dafit Meidianto, M.Th.di Gereja Baptis Indonesia
Cengkareng Indah Cabang Kaliori, hari Rabu 09 Desember-2020, pukul
09.30 WIB.

Banyumas, 06 November 2020

Hal : Surat permohonan validasi angket

Yth. Dr. Pujiono, M. Pd. K.


Dosen STT Diakonos
Banyumas

Disampaikan dengan hormat,

74
Sebagaimana aturan yang berlaku dan memperhatikan saran dosen pembimbing
skripsi, maka saya mahasiswa STT Diakonos Banyumas:

Nama : Novi Yuliana Lema


Nim : 12.17.080
Jenjang/ Prodi : S-1/ Teologi
Judul Skripsi : Implementasi Pemahaman Tentang Panggilan
Gembala Sidang Berdasarkan 1 Petrus 5:1-4 Di
Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang
Kaliori.
Rumusan Masalah : Bagaimana implementasi pemahaman gembala sidang
terhadap panggilan pelayanannya berdasarkan 1 Petrus
5:1-4 di Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah
Cabang Kaliori.
Guna mendapat validasi pada panduan yang peneliti susun, maka penulis
mengajukan permohonan kepada Bapak untuk mengoreksi dan menjadi validator
pada rancangan angket yang penulis susun ini, agar segera dapat peneliti tindak
lanjuti panduan kuesioner yang akan disebarkan kepada responden.
Demikian permohonan saya. Atas perhatian dan bantuannya, saya ucapkan
terimakasih.

Teriring salam dan doa saya,


Peneliti

Novi Yuliana Lema

Banyumas, 06 November 2020

Hal : Surat permohonan validasi angket

Yth. Dr. Rianto, M.M.M. Pd. K.


Dosen STT Diakonos
Banyumas

Disampaikan dengan hormat,

75
Sebagaimana aturan yang berlaku dan memperhatikan saran dosen pembimbing
skripsi, maka saya mahasiswa STT Diakonos Banyumas:

Nama : Novi Yuliana Lema


Nim : 12.17.080
Jenjang/ Prodi : S-1/ Teologi
Judul Skripsi : Implementasi Pemahaman Tentang Panggilan
Gembala Sidang Berdasarkan 1 Petrus 5:1-4 Di
Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah Cabang
Kaliori.
Rumusan Masalah : Bagaimana implementasi pemahaman gembala sidang
terhadap panggilan pelayanannya berdasarkan 1 Petrus
5:1-4 di Gereja Baptis Indonesia Cengkareng Indah
Cabang Kaliori.
Guna mendapat validasi pada panduan yang peneliti susun, maka penulis
mengajukan permohonan kepada Bapak untuk mengoreksi dan menjadi validator
pada rancangan angket yang penulis susun ini, agar segera dapat peneliti tindak
lanjuti panduan kuesioner yang akan disebarkan kepada responden.
Demikian permohonan saya. Atas perhatian dan bantuannya, saya ucapkan
terimakasih.

Teriring salam dan doa saya,


Peneliti

Novi Yuliana Lema

76

Anda mungkin juga menyukai