ETIKA KEPENDETAAN
MAKALAH KELOMPOK
DOSEN PENGAMPU:
NAMA ANGGOTA:
BANJARMASIN
MARET 2022
DAFTAR ISI
i
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai pemberita Firman Tuhan melainkan juga sebagai pelayan diakonia bagi
semua orang. Panggilan khusus dari Tuhan adalah gambaran dari seorang pendeta
yang menjadi dasar pelayanannya, pendeta memiliki tugas pokok untuk memelihara
kesatuan umat yang dipimpinnya.1 Dalam hal ini, pendeta secara umum dimengerti
sebagai pelayan serta menjadi tokoh agama daripada orang Kristen protestan.
berhubungan dengan Tuhan atau agama sama sekali tidak bisa bersentuhan dengan
hal-hal yang bersifat duniawi, termasuk ikut ambil bagian dalam bidang politik.
memaparkan bagaimana apabila seorang pendeta ikut ambil bagian dalam bidang
politik.
1.2.3. Bagaimana realita yang terjadi ketika pendeta ikut terlibat dalam politik?
1
Robert P. Borrong, “SIGNIFIKANSI KODE ETIK PENDETA” Gema Teologi, 39, no. 1
(Aprill 2015): 75-76, diakses pada tanggal 4 Maret 2022,
file:///D:/SEMESTER%20VIII/Etika%20Kependetaan/ROBERT%20P.%20BORRONG%20-
%20SIGNIFIKANSI%20KODE%20ETIK%20PENDETA.pdf
1
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
1.2.4. Bagaimana analisis dan refleksi teologis bagi kelompok mengenai seorang
1.3.3. Memaparkan realita yang terjadi ketika pendeta ikut terlibat dalam politik;
1.3.4. Memaparkan analisis dan refleksi teologis bagi kelompok mengenai seorang
Metode penulisan yang diterapkan dalam penulisan makalah ini ialah metode
studi Pustaka.
2
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
BAB II
pandita, yang berakar dalam tradisi agama Hindu. Kata pandit adalah Hinduisme
merupakan gelar anggota kasta Brahmana yang melakukan fungsi Imamat, tetapi
memiliki fungsi spesialisasi dalam mempelajari dan menafsirkan Kitab Suci dan
teks hukum serta filsafat kuno. Jadi, kata pandit umumnya digunakan sebagai gelar
seorang terpelajar atau seorang imam. Dalam Webste’s Third New International
sansakerta berarti seseorang yang pandai yang menjadi perantara antara Tuhan
dengan umat, sedangkan dalam agama Hindu lebih merujuk pada guru agama.2
Kata minister juga ada yang berkaitan dengan kata ministry yang berarti
pelayan Gereja. Oleh sebab itu, pendeta disebut minister sebagai pelaku pelayan
tersebut. Jadi, ministry atau pelayan tidak terkait dengan struktur jabatan dalam
Gereja, tetapi terkait dengan praktek pelayanan yaitu tindakan melayani dengan
memberikan hidup untuk sesama terlebih bagi Tuhan.3 Kata minister berakar dalam
Bahasa Latin ministerium yang berarti pelayanan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
seorang pelayan yang ditahbiskan dan diutus untuk menjalankan tugas pelayanan
2
Robert P. Borrong, Melayani Makin Sungguh: Signifikansi Kode Etik Pendeta bagi Pelayan
Gereja-Gereja di Indonesia (BPK Gunung Mulia, 2016),15.
3
Ibid,17.
3
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
diutus oleh Allah untuk menyampaikan Firman-Nya dan akan diperlengkapi oleh
Allah sendiri dan pendeta akan memperlengkapi jemaat yang digembalakan melalui
pengajaran atau pembinaan firman Tuhan. Peran seorang pendeta yang dipanggil
jawab seorang hamba Tuhan ialah melayani jemaat sebagai pelayan namun juga
merupakan suatu tanggung jawab yang sangat penting dalam jemaat. Maka oleh
sebab itu, seorang pendeta dituntut harus mampu berperan aktif dalam jemaat bukan
hanya pelayan firman Tuhan saja, tetapi juga harus memberikan contoh yang baik
Politik mempunyai ruang lingkup suara negara atau dunia dimana secara
filsafat mengkaji politik adalah mengkaji negara. Secara tinjauan bahasa, politik
berasal dari kata ‘polis’ (negara atau kota). Politik merupakan suatu kecerdikan atau
kata lain diartikan suatu cara atau metode untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.5 Jika dianggap bahwa ilmu politik mempelajari politik, maka perlu
dibahas istilah politik itu. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah
4
G.D. Dahlenburg, Siapakah Pendeta Itu? (Jakarta: Gunung Mulia, 1993), 8-9.
5
M.Fadhallilah Harnawansyah, Sistem Politik Indonesia (Surabaya: Scopindo Media Pustaka,
2019), 4, diakses pada tanggal 4 Maret 2022,
http://books.google.com/books?id=5CrbDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pengertian+dan+
peran+politik&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiHrLm_qKz2AhUijOYKHYDeCy8Q6AF6BAgGEA
M
4
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
memfungsikan semua lembaga politik dan masyarakat scara lebih pragmatis dan
wilayah negara.7
Kekuasaan menjadi pusat perhatian utama dalam studi ilmu politik, yakni:
2.2.1. Studi politik itu boleh dikatakan berurusan dengan “pengaruh dan yang
2.2.2. Ilmuwan di bidang politik dan pemerintahan sejak zaman Yunani Kuno
6
Markus Amid, “Urgensi Keterlibatan Pendeta Dalam Politik Praktis”, Jurnal Teologi dan
Pendidikan Agama Kristen, Vol. 3, No. 2 (Februari 2021): 119.
7
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), 8-
12, diakses, pada tanggal 4 Maret 2022,
http://books.google.co.id/books?id=_dZ247rCydlC&printsec=frontcover&dq=pengertian+dan+per
an+politik&hl=id&sa=X&ved=2UKEwiHrLm_qKz2AhUijOYKHYDeCy8Q6AF6BAgMEAM
5
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
krusial dalam ilmu sosial pada umumnya dan ilmu politik pada khususya.
2.2.4. Kekuasaan sebagai konsep yang paling mendasar dan kaya dalam ilmu
politik.8
disebut “politik praktis”) ditanggapi berbeda oleh gereja-gereja. Ada gereja yang
sama sekali menutup pintu bagi para pendetanya untuk bergiat dalam politik; kalau
memilih berpolitik maka harus berhenti menjadi pendeta. Ada pula yang lebih
lunak: pendeta yang ikut menjadi calon legislatif cuti sementara dulu, nanti kalau
berhasil baru diberhentikan dari jabatan sebagai pendeta; tetapi kalau tidak berhasil
maka dapat kembali sebagai pelayan gereja. Ada pula gereja yang “mengutus” para
dalam politik kekuasaan. Pertama, politik kekuasaan terkait dengan suatu partai
praktis maupun prinsip-prinsip ideologis. Sebab itu sebaiknya pendeta yang bergiat
di bidang politik itu secara penuh meninggalkan status kependetaannya dalam arti
tidak lagi berada di bawah peraturan gereja, supaya dia tidak mengabdi kepada dua
tuan (Mat. 6:24). Dan bersama dengan itu, juga menanggalkan semua atribut dan
8
Muhtar Haboddin, Memahami Kekuasaan Politik (Malang: UB Press, 2017), 2-3, diakses
pada 4 Maret 2022,
https://books.google.com/books?id=851ODwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=politik+dalam+
pemerintahan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiM9seHvqz2AhXHTmxGHeCuDUoQ6AF6BAgGE
AM
9
Tim Penyusun, “Teologi Politik”, (Makassar: Yayasan OASE INTIM, 2013), 25.
6
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
sebagai hamba Allah yang melayani dan memperjuangkan keadilan akan tetap
pendeta menggembalakan warga jemaat, yang bisa jadi menjadi anggota atau
masing dapat menjalankan hak-hak dan kewajiban politiknya dengan baik. Alasan
lainnya, supaya mimbar dan sarana pelayanan gereja lainnya tidak menjadi sarana
penolakan kepada keterlibatan gereja dalam aktivitas politik. Justru gereja wajib
mendampingi warga jemaat dalam memahami dan menentukan pilihan politik yang
berbeda-beda, sebab itu gereja tidak boleh mengikatkan dirinya pada salah satu
partai politik. Tetapi gereja perlu melakukan pembinaan di kalangan warga gereja
untuk dapat bergiat dalam politik kekuasaan dan visi atau prinsip-prinsip Kristen,
di bidang politik. Dalam hal inilah pengetahuan dan komitmen politik pendeta
Tim Penyusun, “Teologi Politik”, (Makassar: Yayasan OASE INTIM, 2013), 26.
10
11
Ibid, 27.
7
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
memelihara perdamaian. Tetapi pejabat gereja sebaiknya tidak aktif dalam sesuatu
partai politik, baik sebagai pengurus, sebagai (calon) legislatif, maupun sebagai
pimpinan atau anggota tim sukses seorang politikus. Keterlibatan para pejabat
gereja, khususnya para pendeta, di dalam partai politik di Indonesia merupakan hal
yang biasa terjadi, namun menimbulkan sikap pro dan kontra. Pendeta melayani
warga jemaat dengan pilihan atau anutan politik yang berbeda-beda; sehingga
pendeta jangan menjadi aktivis suatu partai politik; dan supaya mimbar dan
pelayanan lainnya tidak menjadi sarana kegiatan politiknya. Seorang pendeta telah
menyerahkan dirinya untuk pelayanan jemaat Tuhan, karena itu pendeta yang mau
dia memilih tunduk pada kebijakan atau kepentingan partai politik tertentu.12
2.4. Studi Kasus Pendeta Non-Organik GKE yang Terlibat Dalam Politik13
mewawancarai salah satu pendeta non-organik GKE yang dulunya sempat ikut serta
dalam politik. Wawancara yang kelompok lakukan melalui chat WhatsApp yang
berlangsung kurang lebih seminggu. Ia adalah seorang pendeta GKE yang dulunya
sebagai pendeta aktif sebelum menjadi senator (atau sama dengan anggota DPD RI)
pada tahun 2009. Menurut keterangan dari narasumber, sejak tahun 2009 sampai
masuk masa pensiun tahun 2012, ia meminta status sebagai pendeta non-organik
GKE (artinya diluar tanggungan GKE), namun tetap membantu dalam pelayanan
12
Tim Penyusun, “Teologi Politik”, (Makassar: Yayasan OASE INTIM, 2013), 298.
13
Bento (nama samaran), Kelompok 1 melakukan wawancara melalui WA Grup, pada tanggal
18-24 Februari 2022.
8
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
Gereja. Ia dipercayakan selama dua periode, yaitu periode pertama tahun 2009-
Politik Kristen Dalam Konteks Indonesia Masa Kini.” Secara garis besar,
didalamnya membahas seperti apa standar berpolitik kristiani yang baik, benar, dan
didasari dengan firman Tuhan. Ia mengatakan ketika kita ingin masuk dalam ranah
politik, terlebih dahulu kita harus tahu minimal hal-hal dasar mengenai politik agar
tidak sembarangan dan tidak salah langkah. Salah satu hal sederhananya ialah
dengan mengetahui seperti apa moral dan etika politik kristiani yang didasari oleh
etika Kristen. Prinsip dasar etika Kristen ialah terletak pada kesediaan untuk
melayani dan berkorban demi kesejahteraan semua orang (atau dalam tulisannya ia
saluran berkat dan damai yang datangnya dari Allah. Maka dari itu, dengan iman
kita percaya bahwa Allah juga ikut campur tangan dalam tugas dan tanggungjawab
sebab itulah bagi orang percaya dituntut sikap tunduk dan taat.
9
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
Selama ia ikut terlibat dalam ranah politik, ada begitu banyak dampak baik
pelayanan GKE. Kontribusi yang telah dilakukan oleh pendeta GKE ini ialah
berupa pengadaan barang-barang seperti motor, mesin kelotok, laptop, orgen, buku-
buku bacaan gerejawi, Alkitab, Surat Barasih, Kidung Jemaat, Nyanyi Ungkup,
pendeta yang menikah, sakit, meninggal, pendeta yang pensiun, dan juga mambantu
pembiayaan uang sekolah bagi siswa(i) STM GKE Mandomai dan mahasiswa(i)
UNKRIP. Dengan adanya kontribusi dalam bentuk bantuan secara langsung seperti
yang telah dilakukan, besar harapan pendeta ini dapat membantu sebagian kecil
pelayanan bagi warga GKE. Meskipun ia juga menyadari bahwa semua yang telah
dilakukan pun masih belum cukup untuk merangkul seluruh proses pelayanan di
dampak pula dalam membangun sebuah relasi antar agama dan juga tokoh
masyarakat. Hal pula yang juga dirasakan oleh pendeta GKE satu ini. Ia bertemu
dengan tokoh masyarakat Islam karena aktif ikut memberangkatkan jemaah haji
KalTeng, kemudian bertemu dengan tokoh agama Islam MUI di Kantor Depag
KalTeng, bertemu dengan teman lintas agama di FKUB Kalteng ketika sosialisasi
4 Pilar Berbangsa dan Bernegara, dan berbagai pertemuan lainnya yang bersifat
10
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
keberagaman. Dengan adanya relasi yang baik antara umat beragama dan tokoh-
Kristen yang mampu memberikan pelayanan internal (dalam GKE) dan eksternal
(luar GKE).
11
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
BAB III
bersifat netral. Artinya, positif atau negatifnya sebuah politik tergantung pada
oknum yang melakukan atau yang melaksanakan politik tersebut. Dalam hal ini,
penjelasannya:
tidak terlepas dari hal-hal yang bersifat pro dan kontra, karena sebagaimana
pendeta dalam politik tidak selalu berkaitan dengan hal-hal yang negatif
pelayanan.
sebagai orang Kristen hak kemerdekaan itu semakin diberi isi dan arti,
12
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
umat beragama serta tokoh-tokoh penting dalam masyarakat. Dengan hal ini
14
E.G. Homrighausen, I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: Gunung Mulia,
200821) 55. Diakses tanggal 6 Maret 2022,
https://www.google.co.id/books/edition/Pendidikan_Agama_Kristen/_m_8SHAjdtUC?hl=id&gbp
v=1&dq=fungsi+pendeta+dalam+politik&pg=PA54&printsec=frontcover
13
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
politikus tidak terbatas pada agama atau orang-orang tertentu, namun lebih
kepada kualitas dan kinerja kerja yang baik dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawab.
3.1.4.1. Terpengaruh dengan gaya politik yang kurang baik. Pengaruh ini
berpeluang terjadi atau muncul dari beberapa oknum yang melakukan gaya
politik yang kurang baik. Biasanya, dengan tujuan untuk kepuasan pribadi
jemaat dan juga masyarakat. Namun, ada begitu banyak jemaat dan juga
masyarakat yang masih memandang bahwa politik itu adalah dunia yang
ikut terlibat dalam politik, kemungkinan citra baik dari figure seorang
14
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
dan wewenang yang diberikan kepadanya untuk kepentingan dirinya sendiri.15 Hal
tersebut berbanding terbalik dengan prinsip dasar etika Kristen dalam berpolitik
dalam Alkitab. Jabatan pendeta disamakan dengan imam dan nabi dalam di
Perjanjian Lama, dan rasul di dalam Perjanjian Baru. Dalam konteksnya, para
imam, nabi, dan rasul juga terlibat dalam politik, baik secara langsung maupun juga
tidak langsung. Misalnya, ketika Musa berupaya membebaskan bangsa Isarel dari
penindasan dan memimpin mereka ke luar dari Mesir. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka tujuan seorang pendeta yang terlibat dalam politik yaitu
membebaskan jemaat dan masyarakat dari penindasan yang dilakukan oleh siapa
saja, termasuk oleh oknum yang terlibat di dalam politik itu sendiri.17
dari wilayah lain, dengan tujuan agar dalam politik kerajaan Israel memperoleh
tahun (bdk. 1 Raj. 11:42). Pada saat ia memerintah, rakyat Israel mengalami
kedamaian. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa secara politis, Salomo
memiliki kemampuan yang luar biasa dan hikmat tersebut berasal dari Allah.18
15
Khairunas, “Penyalahgunaan Wewenang Jabatan: Abuse of Power,” dirilis tanggal 31
Agustus 2015, diakses tanggal 6 Maret 2022, https://iainptk.ac.id/penyalahgunaan-wewenang-
jabatan-abuse-of-power/
16
Bento (nama samaran), Kelompok 1 melakukan wawancara melalui WA Grup, pada
tanggal 18-24 Februari 2022.
17
Markus Amid, “Urgensi Keterlibatan Pendeta Dalam Politik Praktis,” Jurnal Teologi dan
Pendidikan Agama Kristen Vol. 3, no 2 (Februari 2021): 120, adobe pdf eBook.
18
Ibid.
15
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
Dalam Perjanjian Baru, salah satu tokoh terkenal dan merupakan karakter
ideal seorang pemimpin yaitu Yesus Kristus. Meskipun Yesus tidak secara
langsung ikut terlibat dalam partai politik, tetapi sebenarnya Yesus juga
berpolitik.19 Politik Yesus ialah politik Kerajaan Sorga yang mewujudkan damai
sejahatera bagi umat manusia.20 Hal ini dapat dilihat melalui ajaran-ajaran dan
terpinggirkan dan sangat menderita (fisik dan psikis) karena ditindas oleh
masyarakat.21 Selain itu, Yesus juga mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk
dilayani oleh orang lain melainkan untuk melayani (bdk. Mat. 20:28).22
Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat dipahami bahwa tidak ada larangan bagi
Pendeta untuk terlibat dalam politik. Tetapi yang harus diperhatikan ialah
menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya ketika sudah
terlibat dalam politik. Pendeta harus berpolitik sesuai dengan prinsip etika Kristen
yang meneladani sikap Yesus yaitu jujur, tidak menyalahgunakan kedudukan yang
19
Tom Saptaatmaja, “Yesus dan Politik,” dirilis tanggal 18 April 2019, diakses tanggal 7
Maret 2022, https://mediaindonesia.com/opini/230353/yesus-dan-politik.
20
Padri Hans, “Berpolitik Ala Yesus,” dirilis tanggal 23 Juli 2014, diakses tanggal 7 Maret
2022, https://www.kompasiana.com/revandriashans/54f6a084a333116a018b5125/berpolitik-ala-
yesus
21
Tom Saptaatmaja, “Yesus dan Politik,”…
22
G. Riemer, Jemaat yang Diakonal: Perspektif Baru dalam Pelayanan Kasih Nasional dan
Internasional (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 20041), 67.
23
Ibid.
16
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
BAB IV
5.1. Kesimpulan
Tugas dan panggilan utama dari seorang pendeta ialah memberitakan Kabar
Baik dan melayani sesama seturut dengan firman Tuhan. Akan tetapi, pelayanan
yang dimaksud tidak hanya sebatas melayani didalam jemaat, namun dapat juga
diberikan dalam bentuk pelayanan lain, seperti penggembalaan dan diakonia pada
ranah jemaat atau masyarakat umum. Demikian halnya pelayanan di ranah politik,
keterlibatan seorang pendeta dalam ranah politik cenderung mengundang pro dan
yang negatif. Hal itu terjadi karena banyaknya kasus politikus nakal yang lebih
bagi seorang politikus keseluruhan tugas dan tanggungjawabnya ialah melayani dan
kesenjangan paham dalam menilai politik sebagai salah satu sarana untuk
terlibat dapat politik, kelompok menyimpulkan bahwa pandangan jemaat dan juga
Pada dasarnya, kelompok melihat bahwa politik itu bersifat terbuka dan
netral, sehingga semua orang boleh ikut terlibat dalam politik termasuk seorang
pendeta. Inilah kesempatan bagi seorang pendeta untuk melayani dan menyatakan
syallom secara luas dalam segala bidang termasuk ikut terlibat langsung dalam
politik. Kesempatan untuk seorang pendeta terlibat dalam ranah politik justru harus
17
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
dalam ranah politik dapat membuka peluang baik dalam mengembangkan dan
mengabarkan Kabar Baik kepada masyarakat umum dan luas. Selain itu, seorang
pendeta dengan latar belakang pendidikan teologi dianggap juga mampu membawa
dan menjadi teladan yang baik untuk politikus lain, tokoh masyarakat, dan bagi
keberadaan politik itu sendiri. Seorang pendeta yang berpolitik harus menjalankan
pinsip-prinsip etika Kristen dengan meneladani sikap dari Yesus Kistus, yaitu sikap
5.2. Saran
Kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam politik itu adalah kesempatan
yang luar biasa, terlebih bagi seorang pendeta ataupun jemaat Kristen lainnya.
Namun hal yang harus diingat ialah jangan sampai melupakan tugas dan
kemampuan, dan kesempatan yang baik itu untuk menyatakan kasih Allah bagi
seluruh umat manusia. Ketika sudah mengaku dan berjanji untuk setia dihadapan
Tuhan, tunjukkanlah sikap kesetiaan, ketaatan, dan pengabdian diri untuk melayani.
Sehingga, dimana pun kita akan ditempatkan, kita akan senantiasa membawa dan
18
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
DAFTAR PUSTAKA
Borrong, Robert P. “Signifikansi Kode Etik Pendeta” Gema Teologi, Vol.39, No. 1
(Aprill 2015): 75-76, diakses pada tanggal 4 Maret 2022,
file:///D:/SEMESTER%20VIII/Etika%20Kependetaan/ROBERT%20P.%20
BORRONG%20-
%20SIGNIFIKANSI%20KODE%20ETIK%20PENDETA.pdf
…….., Melayani Makin Sungguh: Signifikansi Kode Etik Pendeta bagi Pelayan
Gereja-Gereja di Indonesia. BPK Gunung Mulia, 2016.
Hans, Padri. “Berpolitik Ala Yesus”, dirilis tanggal 23 Juli 2014. diakses tanggal 7
Maret 2022,
https://www.kompasiana.com/revandriashans/54f6a084a333116a018b5125/
berpolitik-ala-yesus
Homrighausen, E.G. dan I.H. Enklaar. Pendidikan Agama Kristen .Jakarta: Gunung
Mulia, 200821. Diakses tanggal 6 Maret 2022,
https://www.google.co.id/books/edition/Pendidikan_Agama_Kristen/_m_8S
HAjdtUC?hl=id&gbpv=1&dq=fungsi+pendeta+dalam+politik&pg=PA54&
printsec=frontcover
19
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
Saptaatmaja, Tom. “Yesus dan Politik,” dirilis tanggal 18 April 2019, diakses
tanggal 7 Maret 2022, https://mediaindonesia.com/opini/230353/yesus-dan-
politik.
Wawancara
Orang yang diwawancarai atau informan
No. Nama orang yang Jenis Usia
Pekerjaan Agama
diwawancarai kelamin (tahun)
1. Bento (nama Pendeta
Laki-laki 71 tahun Kristen
samaran) pensiun
20