====================================
Pendahuluan
----------Kita sering mendengar dan memakai kata "karakter", apakah artinya?
Berikut ini adalah sebagian dari definisi kata "karakter" menurut
beberapa kamus bahasa Inggris:
a. Karakter adalah suatu kualitas yang dimiliki oleh seseorang
yang membedakan dirinya dengan orang lain.
b. Karakter adalah kualitas moral/mental seseorang yang menunjukkan
identitasnya.
c. Karakter juga digunakan untuk menunjukkan orang macam bagaimana
dia.
Dari definisi di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan "Karakter Kristen" adalah kualitas yang dimiliki
orang Kristen yang membedakannya dengan orang yang bukan Kristen.
Kualitas ini tidak muncul dengan sendirinya dalam diri orang
Kristen. Lalu darimana dan bagaimana karakter Kristen ini kita
dapatkan/peroleh?
Karakter Umum
-------------Sebelum melanjutkan pembahasan tentang "Karakter Kristen", ada
baiknya kita membicarakan lebih dahulu faktor-faktor apa yang
membentuk kita menjadi sebagaimana kita adanya sekarang. Faktorfaktor yang membentuk karakter kita secara umum, antara lain:
- faktor keturunan,
- faktor lingkungan
- faktor kebiasaan.
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang sama serupa. Masing-masing
kita adalah unik karena setiap kita lahir dari keturunan yang
berbeda, dibesarkan dari lingkungan yang berbeda dan melakukan
kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Faktor-faktor inilah yang akhirnya
membentuk sebagian besar karakter umum (atau pribadi) kita.
Sebagai contoh, jika seseorang dilahirkan dari keturunan baik-baik,
dibesarkan dalam lingkungan baik-baik dan memiliki kebiasaan yang
baik-baik maka pada umumnya ia akan menjadi orang yang baik,
memiliki karakter sebagai orang yang baik.
Bagaimana dengan Karakter Kristen?
Karakter Kristen
---------------Mari kita kembali pada pembahasan sebelumnya, yaitu darimana dan
bagaimana kita, sebagai orang Kristen, mendapatkan karakter Kristen?
Sama halnya dengan karakter umum, karakter Kristen juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor, namun faktor-faktor tsb. adalah faktor-faktor
yang bersifat rohani.
1. Kelahiran Baru (Yohanes 3:16)
Karakter Kristen didapatkan dari faktor keturunan "rohani", yaitu
ketika kita dilahirkan dalam Roh sehingga kita memiliki benih
paideia kuriou
rohani yang siap bertumbuh dalam diri kita. Benih ini adalah
benih dari Allah, di dalamnya terkandung sifat-sifat dan karakter
Allah yang menurun pada kita, anak-anak-Nya.
2. Persekutuan dengan saudara-saudara seiman (Filipi 2:1-5)
Namun benih rohani yang tertanam dalam hati kita tidak akan
bertumbuh dengan baik kalau tidak berada di tanah dan lingkungan
"rohani" yang baik. Oleh karena itu seorang yang sudah dilahirkan
baru harus hidup dalam persekutuan orang-orang beriman agar benih
itu bertumbuh dengan subur dan memancarkan karakter Allah dengan
dengan cemerlang di dunia sekitarnya.
3. Persekutuan pribadi dengan Allah (Kolose 2:6-7)
Lingkungan yang baik saja tidak cukup menolong seorang Kristen
untuk memiliki karakter Kristen, karena ia perlu memiliki
kebiasaan-kebiasan "rohani" yang akan meneguhkan karakter
rohaninya. Kebiasaan-kebiasaan "rohani"nya ini dibentuk dari
persekutuannya yang teratur dan kehidupan yang dekat dan taat
dengan Tuhan.
Sampai di sini kita dapat melihat bahwa karakter Kristen memang
adalah anugerah dari Allah tapi tidak dengan sendirinya akan
bertumbuh, diperlukan lingkungan dan usaha/kerjasama manusia.
Nah... sebagai guru Sekolah Minggu, pertanyaan yang perlu kita
ajukan sekarang adalah: bagaimana kita dapat menolong anak-anak
Sekolah Minggu kita untuk memiliki "karakter Kristen"?
Karakter Kristen Anak Sekolah Minggu
-----------------------------------Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa karakter Kristen atau
karakter rohani harus lahir dari manusia yang rohani. Oleh karena
itu tugas utama dari seorang guru Sekolah Minggu adalah membawa anakanak untuk menerima keselamatan dalam Kristus Yesus. Kecuali anak SM
menerima kelahiran baru dan keselamatan di dalam Yesus maka tidak
mungkin akan ada karakter rohani dalam hidup mereka. Tapi, sangat
mungkin seorang anak SM belajar karakter-karakter Kristen (seperti
kasih, kesucian, kebajikan, keadilan, keberanian, kedisiplinan dan
sebagainya), namun hal ini hanya sebatas perubahan luarnya/tingkah
lakunya (behaviour) saja dan bukan perubahan dari dalam, yaitu
perubahan hatinya.
Pertanyaan yang mungkin timbul adalah, bagaimana guru SM mengetahui
apakah seorang anak SM sudah mengalami lahir baru atau belum? Memang
guru SM mungkin tidak tahu, karena kelahiran baru terjadi di dalam
hati dan kadang tidak dapat dilihat seketika dari luarnya (Yohanes
3:8). Namun bukan berarti bahwa guru SM tidak dapat melakukan apaapa. Di tengah keadaan seperti ini sangat penting untuk diingat
bahwa tugas kita sebagai guru SM adalah dua bagian:
Pertama, melayani pemberitaan Injil.
Setiap guru SM harus memegang keyakinan seperti Rasul Paulus:
"Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena
paideia kuriou
2. Keadilan
3. Bijaksana
4. Kebajikan
5. Keberanian
6. dan beberapa yang lain.
Kasih dan keadilan yang dilakukan secara benar dan seimbang akan
menghasilkan bijaksana. Hasil dari keseimbangan ini akan
mendatangkan kuasa yang sangat luar biasa. Bijaksana adalah satu
rahasia untuk memberikan keseimbangan antara cinta kasih dan
keadilan, dan hasil daripada keseimbangan ini akan memberikan
pengaruh yang luar biasa dalam hidup kita. Kebajikan dan keberanian
menjadi dasar untuk hidup dan berjuang di dalam masyarakat.
Pembentukan karakter Kristen membutuhkan kasih yang sungguh-sungguh,
keadilan yagn tegas, bijaksana untuk mengatur keduanya dan kebajian
serta keberanian untuk meneruskan seluruh kehidupannya.
Bahan ini dikutip dari:
Judul buku: Arsitek Jiwa II
Pembicara : Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia (LRII), Jakarta: 1993
Halaman : 21 - 22
*********************************************************************
o/ TIPS MENGAJAR
PENGGALIAN DIRI ANAK
====================
Beberapa prinsip penting yang harus guru lakukan untuk menolong anak
mengembangkan penggalian diri yang baik:
1. Penemuan diri (self-discovery)
-----------------------------Apabila guru dapat membantu muridnya untuk "menemukan" dirinya
sendiri (melihat sifat-sifatnya, melihat apa yang Tuhan tanam
dalam dirinya) maka Ia akan mengagumi apa yang Tuhan kerjakan
di dalam dirinya secara pribadi.
2. Penghargaan diri (self-respect)
------------------------------Sebagai guru, kita harus memupuk anak agar menghormati atau
menghargai dirinya karena Tuhan sendiri yang telah menciptakan
dan membentuk dia dengan memberikan potensi khusus untuk
dikembangkannya. Penghargaan pada diri sendiri akan menjadi
kekuatan untuk memelihara diri dari kehancuran yang dapat
menyerangnya sewaktu-waktu.
3. Pengertian diri (self-understanding)
-----------------------------------Memiliki pengenalan diri adalah sangat penting, dimana seorang
anak dapat mengetahui siapa dirinya, dimana kelebihan dan
kekurangannya. Pengertian diri ini merupakan awal dari
paideia kuriou
normal? Dalam buku "Arsitek Jiwa", Dr. Sthepen Tong menuliskan ada
tiga penyebabnya, yaitu:
1. Penerimaan Kasih yang Tidak Normal
---------------------------------Inti yang disampaikan oleh Dr. Stephen Tong dalam bukunya tsb.
a.l.: Kurang kasih maupun kasih yang berlebihan akan dapat
merusak perkembangan pribadi seorang anak. Bila seorang anak
kurang mendapatkan kasih, namun malah banyak mendapatkan tekanan
dalam hidupnya, ia akan bertumbuh menjadi seorang yang membenci
orang lain. Sebagaimana dia diperlakukan sewaktu masih kecil
(misal: dihajar, diperlakukan tidak adil, tidak dihargai,
dianaktirikan, dsb.), seperti itu jugalah dia akan memperlakukan
orang lain. Anak semacam ini bukan saja membenci orang lain, tapi
juga membenci dirinya sendiri. Sebaliknya, bila seorang anak
terlalu berlebihan "dikasihi", akan membuatnya mempermainkan
kasih serta menganggapnya terlalu murah. Hal ini menyebabkan dia
tidak mempunyai pendirian emosi yang pasti.
Oleh karena itu sebagai seorang guru Sekolah Minggu, anda harus
mengajarkan cinta kasih yang murni dari Tuhan Yesus Kristus.
Kasih yang rela berkorban, tapi juga kasih yang adil dan tegas.
Jadilah guru SM yang memberikan cinta kasih yang tulus, cukup dan
adil pada setiap anak di kelas anda.
2. Tidak Memiliki Identitas Diri
----------------------------Menurut Dr. Stephen Tong jika seorang anak mempunyai identitas
diri yang kuat, ia pasti juga akan mempunyai jiwa yang kuat.
Sebaliknya, kalau seseorang kehilangan identitas diri dan
harkatnya dalam masyarakat, tidak mungkin ia mempunyai jiwa yang
sehat. Sebagai contoh, anak dari seorang pemabuk yang keluar
masuk penjara, tentu akan merasa sangat malu bila orang lain
mengenal siapa ayahnya. Dalam hal ini, kedudukan ayahnya menjadi
dasar dari identitas dirinya dalam masyarakat.
Oleh karena itu sebagai seorang Guru Sekolah Minggu, anda harus
dapat menolong anak-anak untuk memiliki identitas di dalam
Kristus. Mereka semua adalah anak-anak terang di dalam Tuhan
Yesus Kristus, dan kewargaan mereka adalah di surga. Tegaskan
bahwa Tuhan Yesus mengasihi setiap mereka tanpa memandang latar
belakang keluarga atau sosial ekonomi mereka, dan bahwa mereka
kini memiliki identitas yang baru sebagai "anak-anak Allah".
3. Tidak Memiliki Komunikasi yang Baik
----------------------------------Dalam hal ini Dr. Stephen Tong berkata bahwa jika seseorang
mempunyai objek komunikasi maka ia tidak akan mudah mengalami
sakit jiwa. Pendapat ini juga sangat benar diterapkan bagi
seorang anak, karena anak pun membutuhkan teman berbicara yang
mau menerima dan mengerti dirinya. Biasanya seorang anak selain
membutuhkan teman sebaya juga menginginkan hubungan yang akrab
dengan orang dewasa yang menghargainya. Sebagai guru Sekolah
Minggu, anda berpeluang besar untuk menjadi sahabat bagi muridpaideia kuriou
murid anda. Jadilah sahabat yang baik bagi setiap mereka, sahabat
yang siap menampung segala kesulitan dan keluh kesah mereka.
Dr. Stephen Tong juga memberikan nasehat agar jangan sekali-kali
kita menghina atau menertawakan pendapat seorang anak sekalipun
kadang-kadang pendapat anak kurang wajar. Lebih baik kita
memberikan pengertian pada anak agar komunikasi tetap jalan.
Anak-anak memang masih membutuhkan banyak bimbingan dan waktu
untuk belajar bagaimana harus bersikap, berbicara, dan bertindak
dengan benar. Jadilah "sahabat yang mempunyai telinga tapi tidak
mempunyai mulut", maksudnya, pandai-pandailah menyimpan rahasia
dari anak yang dipercayakan pada anda, karena guru seringkali
lebih banyak menasehati tapi kurang mendengarkan.
Dalam pembahasan mengenai "Karakter yang Abnormal" ini Dr. Stephen
Tong menyimpulkan dan meminta:
1. Hendaklah kita menjadi guru-guru yang baik agar anak-anak yang
dididik bisa mempunyai jiwa yang normal dan mempunyai identitas
yang jelas di dalam pendidikannya.
2. Agar kita menjadi guru yang memberikan cinta kasih yang sungguh
kepada anak-anak didik agar mereka mendapatkan kepuasan rohani
yang luar biasa.
3. Di dalam mendidik anak, kita harus menjadi guru yang siap
menampung kesulitan murid-murid dan jangan menghina dia.
Sumber:
Judul buku: Arsitek Jiwa
Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit : LRII
Halaman : 71-74
KONTROVERSI TENTANG PERTOBATAN ANAK DALAM 2000 TAHUN SEJARAH GEREJA
Gereja Mula-mula
---------------Sudah jelas bahwa status rohani seorang anak harus dipikirkan oleh
orang Kristen dalam generasi kedua dan ketiga. Anak-anak yang
dibesarkan dalam keluarga Kristen tidak lagi mengalami kekafiran,
seperti yang dialami oleh orangtua mereka. Mereka dapat dibandingkan
dengan anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga orang Yahudi.
Apabila anak laki-laki Yahudi ditandai dengan sunat pada hari ke
delapan, apakah anak Kristen harus dibaptiskan sewaktu bayi sebagai
tanda "covenant relationship" yang baru?
Dalam abad kedua ada gereja yang mulai membaptiskan anak kecil.
Kemudian, pada abad kelima rupanya baptisan ditetapkan secara umum.
Mengapa terjadi demikian?
Karena dalam abad-abad sesudah masehi lahir beberapa doktrin baru,
misalnya doktrin tentang dosa keturunan yang membuat status rohani
anak tidak aman. Agustinus (354M - 430M), seorang theolog terpandang
pada abad pertengahan mengajarkan, bahwa anak kecil akan binasa jika
paideia kuriou
10
paideia kuriou
11
12
13
14
15
16
17
dirinya.
3. Berkurang kecenderungan untuk ikut-ikutan dengan orang lain
dan kurang bergantung pada persetujuan teman sekelompok.
4. Bertambah kesadaran akan keunikan diri sendiri dan karenanya
rasa yakin dirinya berkembang.
Bahan diedit
Judul Buku :
Penulis
:
Penerbit
:
Halaman
:
dari sumber:
Ajarlah Mereka Melakukan
Andar Ismail
BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1998
186 - 188
______________________________________________________________________
\o/ BAHAN MENGAJAR ------------------------------------------------\o/
Artikel berikut ini sebenarnya ditujukan untuk anak-anak (pra Remaja
atau Remaja). Oleh karena itu, bahasa yang dipakai cukup sederhana
untuk dipahami oleh mereka. Namun demikian, guru SM dapat juga
menggunakannya untuk mengajar anak atau murid yang lebih kecil
dengan cara menyampaikannya dengan bahasa yang dimengerti anak-anak
dan disertai contoh-contoh praktis. Dalam Bahan Mengajar ini Anda
dapat menemukan cara-cara praktis untuk melatih dan membangun
karakter peduli dalam diri anak. Selamat mengajar!
-o- PEDULI - APAKAH ARTINYA? -o========================
Suatu hari, seekor burung dara besar yang bergabung terbang ke
jendela rumah kami. Ia jatuh dan tidak bergerak. Tiba-tiba saja
turun seekor burung dara lainnya ke dekat burung pertama yang jatuh
tadi. Burung dara yang kedua mulai bersuara dan mengangguk-anggukkan
kepalanya. Ia temani burung yang pertama tadi selama kira-kira dua
puluh menit, membujuknya. Lalu, burung dara yang besar itu bangkit
berdiri. Suara burung yang lebih kecil itu berubah nyaring seolaholah menegur. Ia melompat-lompat dan terus bersuara nyaring hingga
burung dara yang besar akhirnya mengibaskan sayapnya dan terbang
bersama pasangannya itu. Dengan menemani serta menolong pasangannya,
burung dara yang kedua tampaknya menunjukkan bahwa ia peduli
terhadap pasangannya itu.
Peduli adalah soal bagaimana kita memperlakukan sesama kita.
Menunjukkan kepedulian, bersikap baik hati, mau berbagi, menolong,
dan memberi adalah cara-cara kita untuk menunjukkan bahwa kita
peduli. Kalau kamu membagi cokelatmu dengan adikmu atau menolong
ayahmu membersihkan dapur, kamu menunjukkan bahwa kamu peduli.
Kalau kamu memungut kertas-kertas bekas yang berserakan di lantai
ruang kelasmu, kamu menunjukkan kepada gurumu bahwa kamu peduli.
Kamu tunjukkan kepada nenekmu bahwa kamu peduli kalau kamu pindah
duduk di lantai agar nenekmu bisa duduk di kursimu. Kamu tunjukkan
kepada para tetanggamu bahwa kamu peduli kalau kamu antarkan surat
kabar mereka ke depan pintu atau membersihkan salju dari depan rumah
mereka.
Setiap harinya, ada ratusan cara yang bisa kamu pakai untuk
menunjukkan bahwa kamu peduli. Dan salah satu hal yang paling
menyenangkan soal peduli kepada sesama adalah bahwa kemungkinan
besar mereka pun akan membalasnya dengan kebaikan.
Kamu mungkin berkata, "Tidak juga. Saya meminjamkan sepeda saya
paideia kuriou
18
19
20
dari sumber:
Character Building untuk Anak-Anak
Barbara A. Lewis
Lyndon Saputra
Karisma, Batam, 2004
25 - 35
______________________________________________________________________
\o/ TIPS ----------------------------------------------------------\o/
-o- MEMBANGUN KARAKTER PEDULI PADA ANAK -o===================================
Agar anak lebih peduli dan sayang kepada orang lain, psikolog
Lawrence E. Saphiro, Ph.D. menganjurkan tips berikut ini:
1. Pujilah mereka saat menunjukkan rasa peduli pada orang lain.
-----------------------------------------------------------Jika anak menunjukkan sikap peduli kepada orang lain, katakan
bahwa yang ia lakukan benar, dan nyatakan sespesifik mungkin.
"Kamu baik sekali, mau berbagi popcorn dengan Tomi. Tadi Mama
lihat ia tersenyum. Keliatannya ia senang sekali."
Ajarlah juga anak untuk mengingat ketika orang lain bersikap
peduli pada mereka. Misalnya, "Ingat betapa ramahnya Sarah
kepadamu di hari pertama sekolah, sehingga kamu tidak merasa
kesepian?" Dengan melakukan ini, orangtua menguatkan pemahaman
anak bahwa tindakan orang lain dapat mempengaruhinya secara
emosi.
2. Ajari anak lebih peduli dan bertanggung jawab.
---------------------------------------------Buatlah peraturan keluarga yang jelas dan konsisten, dan tuntut
anak untuk mematuhi peraturan tersebut. Anak usia 5-6 tahun dapat
diberi tanggung jawab untuk merapikan tempat tidurnya sendiri,
merapikan buku dan meja belajarnya, memberi makan anjing
peliharaan, atau membantu menyiapkan peralatan makan. Jika anak
paideia kuriou
21
22
Republika Online
http://www.republika.co.id/
Agar Anak Mempunyai Rasa Empati
Kris
KEADILAN -o========
Adil adalah sikap tidak memihak dalam hubungannya dengan orang dan
keadaan. Seseorang yang adil mampu melihat sesuatu secara objektif,
tanpa menghiraukan perasaan atau prasangka pribadi; ia tidak
berprasangka. Dia apa adanya, karena dia menerapkan suatu standar
terhadap situasi-situasi yang berada di atas pilihan-pilihan
pribadinya.
Kitab Injil menerangkan bahwa Allah tidak pilih kasih terhadap umatNya. Ia tidak menghakimi berdasarkan apa yang tampak dari luar saja.
Tingkat seseorang, popularitas, atau keadaan tidak mempengaruhi
penghakiman Allah namun sifat dari hati-Nyalah yang mempengaruhi
penghakiman-Nya. Allah adalah hakim dunia. Penghakiman-Nya apa
adanya dan tidak memihak. Masing-masing kita dipanggil untuk menjadi
hakim dalam dunia yang kita kuasai. Kita serupa dengan Kristus apa
adanya dan tidak memihak dalam penghakiman kita.
SEBUAH CONTOH POSITIF DARI ALKITAB
Hukum Musa merupakan suatu wahyu dari sifat Allah. Ia memerintahkan
anak-anak-Nya untuk menjadi serupa dengan Allah (seperti Allah)
"Kuduslah kamu, sebab Aku ini kudus". Hukum tersebut memberi kita
poin referensi yang absolut tentang hidup serupa dengan Allah.
Keadilan Allah diekspresikan melalui cara kita memperlakukan orang
lain. Tuhan menjelaskan melalui Musa bahwa Dia bersikap adil
terhadap semua orang dan kita pun diharapkan bersikap demikian,
"Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau
membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau
terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili
orang sesamamu dengan kebenaran." (Imamat 19:15) Tuhan melarang kita
untuk menghakimi berdasarkan kedudukan sosial.
Tuhan secara khusus memperhatikan bahwa pemimpin-pemimpin umat-Nya
melaksanakan penghakiman yang tidak memihak. Ia bersabda melalui
Musa, "Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu
dan janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orangorang bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang-orang yang
benar. Semata-mata keadilan, itulah yang harus kaukejar, ...."
(Ulangan 16:19,20) Tuhan tidak menghendaki anak-anak-Nya menderita
paideia kuriou
23
24
Kristen yang melakukan hal seperti ini karena mereka "telah membuat
pembedaan (di dalam hatimu) dan (bertindak sebagai) hakim dengan
pikiran yang jahat" (Yakobus 2:4). Sekarang ini kita telah
membalikkannya. Masyarakat kita sering menghukum orang kaya dan
memberikan bantuan kepada orang-orang miskin. Contoh ekstrim ini
juga tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
MEMIKIRKAN KEADILAN DALAM KEHIDUPAN KITA SENDIRI
Ini tidaklah mudah. Kebanyakan dari kita jauh lebih berprasangka
dari yang kita sadari. Kita berpikir bahwa pendapat-pendapat kita
didasarkan pada logika yang dingin. Sebenarnya, emosi kita telah
memainkan peran besar dalam berbagai opini itu. Yesus membuat suatu
kebiasaan yang menantang, yaitu manusia membuat tradisi dan cara
berpikir. Ketika Ia duduk beristirahat di sebuah sumur dan berbicara
dengan seorang wanita Samaria, Dia menentang dua tradisi bahwa
sedikit orang yang religius yang siap berubah: berbicara sendiri
dengan wanita (khususnya dengan orang yang tidak bermoral) dan
berbicara dengan orang Samaria.
Kita menggunakan prasangka kita untuk membenarkan perlakuan yang
tidak baik terhadap orang lain. Kita tidak harus berhubungan secara
pribadi dengan orang lain jika kita dapat meremehkan mereka dengan
risalat yang disusun dengan benar yang mendukung dosa-dosa kita.
Sejarah singkat tersebut seharusnya menunjukkan kepada kita bahwa
kita tidak sedang dihadapkan dengan masalah ras, pernyataan
kepercayaan, dan prasangka sosial yang terlalu dalam untuk
ditelusuri tanpa melalui darah Yesus. Kita harus memeriksa prasangka
kita dalam terang kasih Allah.
Masyarakat kita tidak mengajarkan keadilan. Polisi pun semakin tidak
didukung karena pengadilan akan mendukung mereka untuk melatih
keadilan. Banyak pemimpin pemerintahan yang rakus terhadap
peningkatan.
Kristus memerintah kita untuk memikirkan orang lain sebelum orang
lain memikirkan kita. Hanya mereka yang telah mati terhadap
kepentingan sendiri saja yang dapat melakukannya. Kita harus
menerima keadilan dari Allah pada diri kita sendiri. Untuk mengadili
seperti yang Yesus lakukan -- bukan dengan apa yang terlihat di luar
tetapi "dengan pengadilan yang benar" -- tentu saja merupakan
kebebasan.
Tak seorang pun lebih bebas dari orang yang emosi, situasi dan
pengetahuannya tidak bisa menjaganya untuk hidup seperti yang Tuhan
kehendaki. Kita dipimpin oleh Roh Kudus, bukan oleh ide-ide
pertimbangan kita atau respon emosional kita. Biarkan Tuhan bergumul
dengan ide-ide kita yang tidak dilahirkan di surga itu. Dia dapat
membebaskan kita untuk berhubungan dengan orang lain dalam
kelemahlembutan yang merefleksikan keadilan dan keagungan-Nya.
Bahan diterjemahkan
Judul Buku
:
Judul Artikel Asli:
Penulis
:
Penerbit
:
Halaman
:
______________________________________________________________________
\o/ ARTIKEL (2) ---------------------------------------------------\o/
Artikel berikut ini merupakan artikel yang ditulis khusus untuk
paideia kuriou
25
26
dari sumber:
: Character Building untuk Anak-anak
: Barbara A. Lewis
: Karisma, Batam, 2004
: 73 - 76
______________________________________________________________________
\o/ BAHAN MENGAJAR ------------------------------------------------\o/
-o- KEADILAN: SUNGGUH TIDAK ADIL -o============================
Renungan untuk Orangtua dan Guru:
--------------------------------"Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN
dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi?
Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran,
dengan anak lembu berumur setahun?
Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan,
kepada puluhan ribu curahan minyak?
Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku
dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?
Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik
Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu:
selain berlaku adil, mencintai kesetiaan,
dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:6-8)
Hidup dengan memperhatikan sesama baik yang dekat maupun yang jauh
adalah hal yang seharusnya kita lakukan. Seperti biasa, Yesus
mengajak kita untuk memahami sebuah pengertian yang baru dan radikal
tentang tanggung jawab kita terhadap keluarga secara global. Lebih
dari sekadar saling memperhatikan; kita dipanggil untuk mengasihi
sesama seperti diri kita sendiri. Kita tidak hanya diminta untuk
sekadar membagikan sup; tetapi juga untuk ikut merasakan apa yang
dirasakan orang lain. Dengan demikian, kita akan lebih
paideia kuriou
27
28
dari sumber:
: Belajar Bersama
: Janice Y. Cook
: Indawati Marsudi
: Yayasan Gloria, Yogyakarta, 1999
: 150 - 152
KETEKUNAN -o-
=========
DEFINISI KETEKUNAN
Ketekunan adalah terus maju ke satu tujuan walaupun banyak halangan.
Orang yang tekun akan terus berpegang pada komitmennya sampai
terpenuhi meskipun tidak mudah untuk melakukannya.
Banyak tekanan yang akan terus menyerang dan menghalangi kita
mencapai tujuan - tekanan waktu, rasa tidak bersemangat, rasa ingin
mundur yang disebabkan oleh orang lain atau keadaan yang tidak
paideia kuriou
29
30
31
______________________________________________________________________
\o/ TIPS ----------------------------------------------------------\o/
-o- MENDIDIK ANAK-ANAK AGAR BERTEKUN -o================================
Kalau anak-anak bermain-main, mereka bermain "sampai selesai". Jadi,
apakah sebabnya mereka merasa sulit kalau harus bertekun terus dalam
melakukan tugas-tugas harian mereka - yaitu yang merupakan kunci
bagi kehidupan yang berhasil? Dan bagaimanakah caranya sehingga
orangtua dapat menolong mereka untuk memiliki kebiasaan yang
positif ini? Bagaimanakah caranya agar Anda dapat menolong anak Anda
untuk belajar bertekun terus sampai akhir? Ingatlah akan prinsipprinsip yang dapat memberi motivasi yang berikut ini:
1. Bagi anak pra sekolah, keseimbangan itu penting. Pada usia ini
yang terutama memotivasi anak Anda ialah upah atau hukuman dan ia
tidak dapat mengerti bahwa suatu pekerjaan itu harus diselesaikan
oleh karena itu merupakan hal yang "benar" yang harus dikerjakan.
Jika seorang anak tidak berhasil menyelesaikan apa yang sudah
ditugaskan kepadanya, tindakan yang terbaik yang harus Anda
lakukan ialah turun tangan dan menolongnya. Teladan yang Anda
berikan mengungkapkan bahwa Anda mendukung dia dan bahwa penting
sekali untuk dengan tekun menyelesaikan tugas itu. Tindakan
demikian ini juga dapat menghindari keputusasaan dan
menghilangkan ketegangan yang ditimbulkan oleh omelan-omelan
Anda.
2. Bersikap peka terhadap anak Anda itu sangat penting. Jika apa
yang Anda harapkan dari anak Anda terlalu rendah maka anak itu
tidak mendapat tantangan untuk mengembangkan potensi yang mungkin
dicapainya. Jika apa yang Anda harapkan dari anak Anda terlalu
tinggi maka ia menjadi takut gagal dan ketakutan semacam ini
sangat merusak. Salah satu cara untuk menekankan prinsip yang
benar ialah dengan membaca berbagai cerita anak-anak yang populer
yang menekankan dan menghargai ketekunan seperti dongeng tentang
kelinci yang balap lari dengan kura-kura. Anak-anak yang agak
besar dapat disuruh membaca riwayat hidup tokoh terkenal seperti
Thomas Alva Edison yang karena ketekunannya berhasil menjadi
penemu bola lampu listrik atau Madame Curie yang karena
ketekunannya berhasil menemukan radium.
3. Pada masa anak duduk di Sekolah Dasar, motivasi anak Anda lebih
ditentukan dengan sikap saling mendukung dan saling memberi
pujian. Selama masa ini tingkatkanlah dukungan dan apa yang Anda
harapkan. Perkenalkan kepadanya motto-motto seperti "Kalau pada
mulanya engkau tidak berhasil, cobalah sekali lagi, dan sekali
lagi" dan semangat fabel kura-kura dan kelinci: "Walau lambat
jika tekun, maka perlombaan pun akan dimenangkan." Tanamkan
pikiran ini dengan suatu percakapan tentang prinsip Alkitab
mengenai kerajinan - perhatikanlah Kolose 3:23; 2Tesalonika
3:11-13; Pengkhotbah 10:18; 11:6; dan Amsal 10:4; 12:24; 13:4 dan
paideia kuriou
32
22:29.
4. Limpahkanlah pujian dan berilah hadiah untuk usaha-usaha yang
luar biasa. Ingatkan anak Anda tentang kejadian-kejadian saat ia
berhasil menyelesaikan sesuatu dan menuai kepuasan dari apa yang
berhasil dicapainya. Jika anak Anda tidak berhasil untuk
menyelesaikan suatu tugas, tunjukkanlah dengan jelas kekecewaan
Anda, dukungan Anda, dan kasih Anda kepadanya. Sekali lagi,
menolong anak Anda pada waktu anak Anda benar-benar merasa
frustrasi atau pada saat ia ingin meninggalkan pekerjaannya itu
merupakan cara yang paling baik untuk menunjukkan bahwa Anda
mendukungnya dan dengan demikian Anda dapat memberikan teladan
mengenai disiplin yang diperlukannya. Secara konsisten memberikan
teladan tentang bagaimana Anda sendiri menepati komitmen Anda
merupakan sesuatu yang paling penting.
5. Dalam masa remaja, motivasi anak-anak Anda dalam melaksanakan
tugas harus mulai mencerminkan suatu rasa penghargaan yang lebih
matang dan berdasarkan kesadaran terhadap kebutuhan akan adanya
ketertiban dalam hidup. Tuntutlah anak Anda agar tetap konsisten
dengan tugas-tugas sehari-harinya, pekerjaan rumah, pemeliharaan
benda-benda kepunyaannya, dan dalam menepati janjinya. Jika
seorang remaja gagal, biarkanlah ia menanggung akibat atau
konsekuensi dan tindakannya. Namun demikian tetaplah berikan rasa
pengertian, kasih, dan dukungan Anda kepadanya.
Tentu saja memang ada juga batasnya dalam soal mendisiplin agar
bertekun terus sampai akhir ini. Cepat atau lambat, kita semua pada
suatu saat harus juga menyerah dan menghentikan apa yang sedang kita
lakukan karena kita mendapati bahwa hal itu berada di luar batas
kemampuan kita, terlalu banyak menuntut, atau mungkin karena tidak
menyenangkan sama sekali. Jadi, bagaimanakah caranya supaya seorang
anak dapat meninggalkan atau menghentikan apa yang sedang
dikerjakannya tanpa menjadi orang yang cepat menyerah? Di bawah ini
terdapat beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan dalam menyusun
jawabannya.
1. Apakah ada saat yang wajar untuk menghentikan apa yang sedang
dikerjakannya itu? Dapatkah anak Anda bertahan sampai saat itu?
Lebih baik bertahan terus sedapat-dapatnya atau bertahan sampai
secara wajar hal itu memang harus dihentikan daripada
meninggalkan pekerjaan itu pada waktu sedang mengalami stres yang
paling berat, yaitu apabila berbagai kesulitan menyebabkan apa
yang menjadi sasaran terakhir menjadi kabur.
2. Sebenarnya pada mulanya siapa yang mempunyai gagasan untuk
melakukan kegiatan itu? Jika hal itu memang bukan pilihan anak
Anda sendiri, maka izin untuk menghentikan pekerjaan itu harus
diberikan dengan lebih mudah. Jika pada mulanya memang anak Anda
yang memintanya, maka Anda harus bersikap lebih keras.
3. Apakah komitmen itu dilakukan sambil lalu saja? Tolonglah anak
Anda untuk menyadari sepenuhnya apa artinya dengan setia
melaksanakan komitmen atau keputusan itu. Hal ini akan
menyebabkan anak itu tidak mudah untuk dengan begitu saja
menyerah bila kesukaran atau keletihan mulai timbul.
4. Dalam hal ini apakah ada keadaan yang merupakan pengecualian?
Keadaan dapat mengubah haluan utamanya. Bila anak Anda ingin
menyerah dan meninggalkan hal itu, ajukanlah banyak pertanyaan
yang sifatnya tidak mengecam dan perhatikanlah apakah ada
indikasi terselubung tentang faktor-faktor negatif yang
paideia kuriou
33
dari sumber:
: 40 Cara Mengarahkan Anak
: Paul Lewis
: Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993
: 135 - 139
______________________________________________________________________
\o/ BAHAN MENGAJAR ------------------------------------------------\o/
-o- JANGAN BERHENTI SEKARANG -o========================
"Sekarang saya berhenti membaca!" kata Rahmat.
Paman Niko segera berhenti membaca dan memandang kepada Rahmat.
"Kamu baru saja mulai membaca, bukan?" katanya.
"Tetapi saya tidak suka buku ini," jawab Rahmat. "Saya tidak
mengerti mengapa guru itu menyuruh kami membacanya."
"Kamu tidak akan pernah selesai membajak sawahmu jika kamu tidak
tekun," kata Paman Niko.
Rahmat tampak kebingungan. "Apakah maksud Paman?" tanya Rahmat.
Renungan Singkat tentang Ketekunan:
----------------------------------1. Kapan terakhir kamu berhenti mengerjakan pekerjaan yang
seharusnya kamu kerjakan terus dengan tekun?
2. Mengapa kamu berhenti mengerjakannya?
3. Menurutmu, apakah salah jika mempunyai kebiasaan menghentikan
pekerjaan itu? Mengapa?
"Pada suatu hari Tuhan yesus berkata tentang hal mengikut Dia," kata
Paman Niko kepada Rahmat. "Ia berkata bahwa hal mengikut Dia sama
seperti membajak sawah."
paideia kuriou
34
paideia kuriou
35