Anda di halaman 1dari 9

12/8/2019 12 Prinsip Kepemimpinan Alkitabiah | TOKOH INDONESIA | TokohIndonesia.com | Tokoh.

id

12 Prinsip Kepemimpinan Alkitabiah


Penulis Tokoh Indonesia - 26/03/2014

Markus Daniel Wakkary | Tokoh.co |


Pentakostapos

[OPINI] – Oleh Pdt. Markus Daniel Wakarry | Bangsa memerlukan


pemimpin. Jikalau tidak ada pemimpin, jatuhlah bangsa. Bangsa tidak akan
bertumbuh mencapai kedewasaan, tanpa kepemimpinan. Suatu bangsa
yang tengah bertumbuh dan bergumul dalam dunia yang penuh goncangan
dan krisis, memerlukan pimpinan yang solid, yang kekuatannya bertumpu
pada asas-asas kepemimpinan yang sesuai dengan nilai-nilai dasar dan
konstitusi yang dianutnya.

ebagaimana juga suatu bangsa, demikian pula Gereja yang tengah

S bertumbuh dan bergumul dalam dunia yang penuh goncangan dan krisis,
memerlukan pimpinan yang solid, yang kekuatannya bertumpu pada
asas-asas kepemimpinan yang Alkitabiah.

Berikut ini, saya merumuskan 12 Prinsip Kepemimpinan Alkitabiah sebagai kunci


keberhasilan pemimpin gereja:

Prinsip I:
Dipanggil dan ditetapkan oleh Allah

Dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian baru, Alkitab mengggariskan bahwa


pemimpin umat Tuhan adalah dipanggil dan ditetapkan oleh Allah: Musa dan Yosua
(Kel. 3:10, Yosua 1:1-3); Saul dan Daud (I Sam. 16:12-13); Rasul-rasul (Mark
3:13-18); Lima Jawatan Gereja (Ef. 4:11-13); Penatua-penatua dan penilik-penilik
di jemaat-jemaat lokal (Kis. 14:23, 20:28).

https://tokoh.id/publikasi/opini/12-prinsip-kepemimpinan-alkitabiah/ 1/9
12/8/2019 12 Prinsip Kepemimpinan Alkitabiah | TOKOH INDONESIA | TokohIndonesia.com | Tokoh.id

Alkitab menerapkan bahwa pemerintahan gereja bersifat teokratis. Bukan otokratis,


bukan birokratis dan bukan pula demokratis. Dalam sistim teokrasi, Allahlah yang
memilih, memanggil dan memperlengkapi orang-orang tertentu menjadi pemimpin
dan pemerintah bagi umatNya. Tuhan juga yang mendelegasikan suatu ukuran
otoritas kepada para pemimpin gereja, sesuai kehendakNya, dan untuk
melaksanakan tugas-tugas, serta mencapai tujuan-tujuan, dalam kerangka
rencanaNya

Para pemimpin gereja adalah pengabdian memenuhi panggilan, karena itu


pemimpin gereja bukanlah suatu profesi, tetapi panggilan pelayanan. Dalam gereja
Tuhan di Perjanjian Baru, Yesus Kristus adalah Kepala Gereja — Gereja atau Jemaat
adalah Tubuh Kristus (Efesus 1:22-23). Yesus menjadi pusat atau sentra gereja
(Wahyu 5:6, 1:13). Dia, Kepala dari Gereja – yaitu jemaat yang lintas suku, kaum,
bahasa, bangsa, denominasi, segmen dan strata masyarakat. (Galatia 3:28).

Gereja yang universal dari semua penjuru dunia ini. (Matius 16:18). Sebagai
pelaksana kepemimpinannya dalam gereja universal, Tuhan mendelegasikan fungsi-
fungsi kepemimpinan kepada: Rasul-rasul, Nabi-nabi, Penginjil-penginjil, Gembala-
gembala, Pengajar-pengajar. (Efesus 4:11). Masing-masing dengan pelayanan
khusus. Namun semuanya meraih suatu sasaran: dunia yang diinjili dan gereja
yang bertumbuh menjadi sempurna (Efesus 4:12-16), Matius 28:18-20).

Dalam gereja lokal ditetapkan penatua-penatua (presbuteros) dan penilik jemaat


(episkopos). Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul menetapkan penatua-penatua (Kisah
14:23, Titus 1:5-9). Paulus juga menyebut penilik jemaat (Kisah 20:28, Filemon
1:1, I Timotius 3:1-7). Juga ada diaken (diákonos) yang menjadi pembantu
pimpinan (Kisah 6:4-6, I Timotius 3:8-13). Rasul Yohanes mengaku dirinya sebagai
penatua (II Yohanes 1:1, III Yohanes 1:1). Rasul Petrus juga (I Petrus 5:1).

Dalam organisasi gereja, terdapat juga para pemimpin struktural seperti dalam
GPdI. Sifat kepemimpinan dalam organisasi adalah pemimpin atas pimpinan,
seperti pimpinan atas gembala-gembala. Dan gembala-gembala sebagai pimpinan
jemaat lokal. Karena penetapan pemimpin dalam organisasi menurut konsensus,
dipilih dari antara pimpinan (para gembala, pengajar atau penginjil), menurut
aturan yang telah disepakati, dan tetap berlandaskan Firman Allah.

Prinsip II:
Pemimpin harus diurapi Roh Kudus

Dalam Perjanjian Lama jawatan strategis pada umat Israel yaitu Raja, Imam dan
Nabi, dilantik atau disahkan dengan cara pengurapan minyak. Dalam Perjanjian
Baru minyak urapan adalah metáfora untuk Roh Kudus. Yesus Kristus, Kepala
Gereja, menjadi contoh. Ia diurapi dengan Roh Kudus dan kuat kuasa (Kisah
10:38). Rasul-rasul harus menunggu di Yerusalem untuk menerima Roh Kudus

https://tokoh.id/publikasi/opini/12-prinsip-kepemimpinan-alkitabiah/ 2/9
12/8/2019 12 Prinsip Kepemimpinan Alkitabiah | TOKOH INDONESIA | TokohIndonesia.com | Tokoh.id

(Kisah 2:1-4). Paulus juga mengalami pengurapan yang sama untuk panggilannya
(Kisah 9:17).

Diurapi dengan Roh Kudus dan Kuasa, menurut hemat saya, bukan sekedar
pengalaman kepenuhan Roh Kudus dengan tanda bahasa roh, melainkan juga
pengurapan khusus untuk misi atau tugas khusus, seperti Yesus (Kisah 10:38,
Matius 3:16-17). Roh Kudus mengaruniakan kuasa dan kesanggupan (dunamis
Kisah 1:8) kepemimpinan, baik kemampuan intelektual maupun spiritual.
Pengurapan harus dipelihara, harus proaktif, harus aktual dan selalu dibaharui.
Pemimpin gereja mutlak memerlukan pengurapan Roh Suci, sebagai keabsahan
pelayanannya.

Prinsip III:
Pemimpin harus jadi Teladan

Seorang pemimpin gereja wajib menjadi teladan atau contoh (Ibrani 13:7, I
Timotius 1:16, 4:12, I Petrus 5:3). Banyak pemimpin adalah ahli – dan seharusnya
demikian. Juga banyak yang pandai bicara – dan itu juga satu talenta yang baik.
Namun, lebih penting, bahwa ia dapat menjadi contoh dalam semua hal yang
diajarkannya.

Pemimpin dalam Alkitab adalah seorang yang berjalan di depan dan domba-domba
mengikut dari belakang. Dalam perang modern dewasa ini, para jenderal
memegang komando dari markas komando, menentukan strategi, sasaran
serangan, Namun tidak lagi berada di medan tempur barisan depan.

Dalam strategi Tuhan, pemimpin harus berada di barisan depan. Memberi komando
dan diikuti anak buah. Ia menjadi sasaran terdepan dari musuh. Ingatlah disamping
harus menjadi teladan dalam unsur-unsur Illahi seperti iman dan kasih, dalam soal
moral: kekudusan pernikahan. Tak kalah pentingnya soal karakter: tingkah laku,
sopan-santun, tidak angkuh, dlsb.

Dalam hal integritas yakni moral kejujuran, pengabdian. Dan kredibilitas: dapat
dipercaya, teguh dalam prinsip. Di samping semua itu, pemimpin juga disorot
kehidupan pribadinya, perkawinannya, rumah tangganya, anak-anaknya, dll.
Sebagai pemimpin teladan, kita menjadi panutan yang transparan. Anggota melihat
kita, memperhatikan kita dan mencontoh kita. Seorang pemimpin ialah pengatur
(proistemi), yang berarti berdiri di hadapan memimpin, mengatur, mengarahkan
dengan praktek.

Prinsip IV:
Pemimpin harus memiliki standar Moral dan Karakter

Harus hidup Kudus. Kalau kita membaca kualifikasi seorang penatua atau penilik

https://tokoh.id/publikasi/opini/12-prinsip-kepemimpinan-alkitabiah/ 3/9
12/8/2019 12 Prinsip Kepemimpinan Alkitabiah | TOKOH INDONESIA | TokohIndonesia.com | Tokoh.id

jemaat dalam I Timotius 3:1-7dan Titus 1:5-9, bagian terbesar dari persyaratan
pemimpin rohani adalah moral dan karakter. Kemurnian, kesalehan dan kekudusan
adalah prinsip dasar dari para pemimpin rohani. Kehidupan nikah, pengelolaan
keuangan, pengendalian temperamen, pembinaan rumah tangga, sifat perilaku,
percakapan, dlsb. menjadi unsur-unsur penting pembinaan moral dan karakter.

Rasul Paulus mengingatkan para pemimpin: “jagalah dirimu” kemudian baru


“jagalah seluruh kawanan” (Kisah 20:28). Itu sebabnya sering dikatakan bahwa
pemimpin rohani harus berkarakter, harus memiliki integritas.

Kebiasan-kebiasaan buruk acap kali kita kategorikan sebagai “kelemahan


manusiawi” dan dianggap sah-sah saja. Padahal kemurnian moral dan karakter
tidak boleh kita anggap hal lumrah sebab Kemurnian moral atau “bejana yang
bersih” sangat menentukan karya pengurapan Roh Kudus.

Di zaman sekarang, terasa sekali betapa sulitnya hidup kudus. Godaan uang,
pergaulan, kehidupan enak, kedudukan, kehormatan, godaan film dan literatur,
keterbukaan soal-soal seksual, membenarkan dusta, dll tidak luput menghadang
para pemimpin rohani. Tetapi pegangan kita tidak boleh bergeming: “hendaklah
kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu seperti Dia yang kudus, yang telah
memanggil kamu”. (II Petrus 1:15).
Pemimpin yang dipanggil oleh Tuhan harus memiliki hidup kudus, dan jangan
terkena pencemaran (Roma 12:1,2, I Korintus 6:19-20, I Petrus 2:6, 2 Korintus
6:12-16).

Prinsip V:
Pemimpin harus memiliki Visi

Harus visioner. Para pemimpin gereja pada zaman “paling akhir” yang luar biasa ini,
yang ingin menjadi mitra Tuhan dalam pembentukan tubuh Kristus, dalam
penginjilan Global, harus merupakan pemimpin-pemimpin visioner. Abad 21 sudah
di depan kita, abad dengan sebutan era globalisasi. Karenanya, para pemimpin
dunia selalu dianjurkan memiliki visi global. “Bila tidak ada wahyu (vision), menjadi
liarlah rakyat”. (Amsal 29:18).

Umat yang tidak memiliki pemimpin visioner akan salah arah atau berputar-putar di
tempat – tidak maju walaupun tidak mundur. Seorang pemimpin dari Tuhan harus
memiliki visi, juga dari Tuhan, seperti Abraham (Kejadian 12:1-3). Visi adalah suatu
pandangan rohani yang jauh ke depan, menjangkau hal-hal yang besar, dahsyat,
ajaib, tidak mungkin dan mustahil. Visi adalah pandangan iman, yang tak terbatas
indra mata dan kadar intelegensia. Visi berhubungan erat dengan iman (II Korintus
5:7, Efesus 1:18-20, 3:20) dan dengan rencana Tuhan ( I Korintus 2:9, Ayub
42:2). Visi dapat diperoleh dari Firman Tuhan dan dari Roh Kudus.

https://tokoh.id/publikasi/opini/12-prinsip-kepemimpinan-alkitabiah/ 4/9
12/8/2019 12 Prinsip Kepemimpinan Alkitabiah | TOKOH INDONESIA | TokohIndonesia.com | Tokoh.id

Pemimpin gereja minimal harus memiliki 4 visi strategis ini: 1) Visi globalisasi Injil
(Markus 16:15, Matius 28:18-20, Kisah 1:8, Roma 1:5, Matius 24:14, Wahyu 5:9)
dan pekabaran Injil lintas budaya; 2) Visi Gereja Tubuh Kristus (Efesus 4:12,16)
mempelai Kristus (Efesus 5:23-25) dan visi gereja lintas denominasi; 3) Visi Gereja
Lokal dan pertumbuhan gereja lokal (Kisah 20:28, Kisah 14:23); 4) Visi Karya Roh
Kudus Akhir Zaman (Kisah 2:17-19), yang lintas dan di atas segala-galanya (Kisah
2:17-19). Visi global, walaupun ruang lingkup pelayanan kita lokal.

Untuk mengimplementasikan visi, pemimpin harus mengembangkan dan


menggunakan strategi. Strategi mencakup pertumbuhan pelayanan, peperangan
rohani dan persekutuan atau kebersamaan. Seorang pemimpin haruslah seorang
visioner.

Prinsip VI:
Pemimpin harus memiliki pengetahuan dan rajin belajar

Harus memiliki kemampuan intelektual. Raja Salomo adalah pemimpin yang berdoa
kepada Tuhan memohon hikmat dan pengetahuan. (II Tawarikh 1:10). Dalam buku
Amsal kita dapat membaca betapa substansialnya Hikmat dan Pengetahuan. Nabi
Hosea menulis: Umatku binasa karena tidak mengenal Allah (My people are
destroyed for lack of knowledge. Hosea 4:6).

Kalau umat Tuhan dibinasakan karena kurang pengetahuan, apalagi para


pemimpinnya. Hikmat (wisdom) atau kearifan dan kebijaksanaan hanya kita
peroleh dari Tuhan. Pengetahuan dapat kita miliki karena belajar dari Alkitab (I
Timotius 3:15), belajar dari orang-orang lain, belajar dari buku-buku dan belajar
dari sumber informasi lainnya.

Pemimpin harus rajin belajar. Pelayan Tuhan, para gembala, pendeta, harus rajin
belajar dari orang lain (Amsal 27:17, Pengkhotbah 10:10). Zaman ini adalah era
informasi. Zaman ini adalah abad ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan
dunia kita dalam bidang Iptek maju secara mencengangkan. Perubahan-perubahan
dahsyat terjadi karena revolusi Iptek. Pemimpin rohani harus mengantisipasi hal
ini, karena banyak teologi sudah rancu karena pengaruh filsafat manusia. Seorang
pemimpin harus memiliki kemampuan intelektual.

Prinsip VII:
Pemimpin adalah Pelayan

Kepemimpinan rohani adalah kehambaan, pengabdian dan pengorbanan.


Kepemimpinan gereja adalah pengabdian (I Petrus 5:1-3), dan bukan untuk cari
uang dan jabatan. Godaan kedudukan adalah salah satu kejatuhan utama para
hamba Tuhan. Kepemimpinan rohani bukanlah bergaya majikan, boss atau direktur

https://tokoh.id/publikasi/opini/12-prinsip-kepemimpinan-alkitabiah/ 5/9
12/8/2019 12 Prinsip Kepemimpinan Alkitabiah | TOKOH INDONESIA | TokohIndonesia.com | Tokoh.id

perusahaan. Pemimpin wajib memiliki hati hamba dan sifat pelayan (Yohanes 13:4-
17, Markus 9:35). Para pemimpin harus berjiwa pelayan. (Efesus 6:6-8).

Pemimpin adalah PELAYAN. (Lukas 22:26), dan Yesus, pemimpin agung kita
berfungsi sebagai pelayan (Lukas 22:27). Kepemimpinan gereja adalah
pengorbanan. Model kepemimpinan kita adalah Yesus Kristus. Para pemimpin
sendiri disebut: hamba Tuhan. Jadi, majikannya ialah Tuhan sendiri. Para pemimpin
harus bergantung total kepada Tuhan, bukan kepada manusia, kekuatan uang,
ekonomi, politik, atau sikon.

Prinsip VIII:
Pekerja keras, rajin berdoa dan berprestasi baik

Para penatua yang baik dan bekerja keras patut dihormati (I Timotius 5:17).
Mereka harus orang-orang yang rajin, tidak malas (Roma 12:8). Para pemimpin
harus merupakan sosok yang rajin berdoa, rajin melayani, rajin mengajar Firman
dan bekerja sekerasnya untuk pertumbuhan gereja dan penyebaran Injil. Bekerja
keras berarti juga disiplin dan tidak cengeng. Pemimpin gereja harus berprestasi
baik, barulah beroleh kedudukan yang baik (I Timotius 3:13).

Prinsip IX:
Pemimpin adalah komunikator

Pemimpin harus mampu berkomunikasi. Salah satu kelemahan para pemimpin


gereja yang dapat menghambat keberhasilan pelayanannya adalah
kekurangmampuan untuk berkomunikasi. Komunikasi merupakan unsur penting
dalam kepemimpinan. Pernyataan rasul Paulus: “Sama seperti aku juga berusaha
menyenangkan hati semua orang dalam segala hal….” (I Korintus 10:33);
menunjukkan kemampuannya yang besar sekali dalam berkomunikasi.

Komunikasi bukan sekedar kemampuan berbicara, tetapi kesanggupan melakukan


kontak-kontak, melalui beraneka ragam cara. Kehidupan kita dalam suatu
masyarakat, apapun segmennya, stratanya atau kelompoknya, mengharuskan kita
berkomunikasi, mengarahkan kita untuk mengembangkan dan membina relasi.
Allah lebih dahulu berkomunikasi dengan kita, bahkan Ia berusaha selalu
mengadakan komunikasi dengan manusia, sejak di taman Eden, dan puncaknya
melalui Yesus, serta kini dengan Firman dan Roh Kudus.

Komunikasi kita yang pertama, harus secara kontinyu dengan Tuhan, lewat doa,
pujian, penyembahan, berkorban. Kedua, dengan orang-orang yang kita layani.
Ketiga, dengan orang-orang luar. Sebagai gembala kita harus mampu
berkomunikasi dengan jemaat, apakah itu secara individu dan berkelompok. Kita
harus mampu berkomunikasi dengan keluarga sendiri, dengan lingkungan, dengan

https://tokoh.id/publikasi/opini/12-prinsip-kepemimpinan-alkitabiah/ 6/9
12/8/2019 12 Prinsip Kepemimpinan Alkitabiah | TOKOH INDONESIA | TokohIndonesia.com | Tokoh.id

masyarakat, dengan Pemerintah. Kita harus berkomunikasi lewat khotbah,


ceramah, pelajaran dan pelayanan lainnya.

Prinsip X:
Pemimpin musti Siap menghadapi Tantangan dan Menghadapi konflik.
Pemimpin harus memiliki Solusi. Seorang pemimpin rohani harus memiliki
kemampuan memanfaatkan peluang-peluang yang ada, dan siap menghadapi
tantangan-tantangan yang menghadang. Para pemimpin gereja di zaman modern
ini harus memiliki risiko tantangan-tantangan yang canggih pula. Tantangan terdiri
dari banyak jenis. Saya hanya utarakan beberapa butir yang aktual saja.

Pertama, tantangan dari godaan keinginan duniawi (I Yohanes 2:16), berupa berkat
material, kemakmuran, kedudukan dan kehormatan, uang dan kemewahan,
kesuksesan dan keangkuhan, serta seks dan problema keluarga.

Kedua, tantangan dari sikon dunia dengan “penguasanya” (I Yohanes 5:19, II


Timotius 3:1-5) berupa kekuatan moneter ekonomi, kekuatan sosial politik,
kekuatan bersenjata, kekuatan agama-agama, kekuatan okultisme, kekuatan kultur
(budaya), kekuatan massa, kekuatan kompromi, kekuatan tekanan, dan kekuatan
penekan ekonomi (kemiskinan).
Ketiga, tantangan dari diri sendiri (Kisah 20:28) yakni: egoisme, tidak terpanggil
atau tidak terbeban, tidak memiliki kepemimpinan yang Alkitabiah, tidak memilki
semangat dan keberanian, tidak ada visi, cengeng apabila ada kesulitan. Dan
problema keluarga.
Keempat, tantangan dari Jemaat dan orang luar, yakni kritik, kecaman, protes,
konflik, dan kompetetif antar gereja.

Tantangan harus dihadapi, dilawan, diatasi dan dibereskan/diselesaikan. Seorang


pemimpin jangan mengelak atau lari dari tantangan. Tidak ada pilihan: harus siap
menghadapinya, harus temukan solusinya.

Strategi dalam menghadapi setiap tantangan, ialah: 1) Koreksi diri sendiri (mawas
diri); 2) Lakukan peperangan rohani: Musuh kita adalah iblis dan aparaturnya; Doa
dan puasa; Arif, bijaksana dan cerdik; Jangan berkelahi atau bersaing; Yesus sudah
menang, kita adalah anak-anak dan pelayan-pelayan Yesus; Roh Kudus pembela
dan penolong kita; 3) Jangan menyendiri, galang kebersamaan.

Prinsip XI:
Pemimpin harus bersemangat

Pemimpin bermental kemenangan. “Tuhan menggerakkan semangat Zerubabel bin


Sealtiel, bupati Yehuda, dan semangat Yosua bin Yosadak, imam besar…..” (Hagai
1:14). Rupanya gangguan semangat yang memudar juga dapat mengganggu para
pemimpin.

https://tokoh.id/publikasi/opini/12-prinsip-kepemimpinan-alkitabiah/ 7/9
12/8/2019 12 Prinsip Kepemimpinan Alkitabiah | TOKOH INDONESIA | TokohIndonesia.com | Tokoh.id

Umat Tuhan di zaman nabi Hagai luntur semangat mereka untuk membangun
rumah Tuhan, sampai-sampai Zerubabel dan Yosua ketularan, sehingga Tuhan
membangunkan kembali semangat mereka untuk melanjutkan pekerjaan. “Siapa
akan memulihkan semangat yang patah?” (Amsal 18:14), karena “semangat yang
patah mengeringkan tulang” (Amsal 17:22). Dan Tuhan sanggup memulihkan
semangat (Yesaya 57:15).

Dalam situasi dan suasana apapun, pemimpin gereja harus menunjukkan bahwa
semangat mereka tidak kendor. Gereja dalam kancah krisis memerlukan pimpinan
yang konsisten dengan semangat yang tinggi. Semangat datang dari Tuhan
melalui: doa & penyembahan, puji-pujian; Firman dan kesaksian-kesaksian;
Kebangunan rohani dan/atau karya Roh Kudus. Pemimpin memiliki semangat
menyala-nyala. (Roma 12:11).

Prinsip XII:
Pemimpin harus didoakan

Pemimpin rohani didukung Tim Doa. Para pemimpin gereja adalah manusia biasa.
Mereka bukanlah “Superman”. Mereka dapat letih, lemah, sakit, luka batin, stress
dan jenuh. Mereka harus disokong secara moral dan spiritual. Mereka harus
ditopang dengan doa syafaat. Doakan para pemimpin gereja!

Rasul Paulus, seorang pemimpin yang dipakai Tuhan secara istimewa dan luar
biasa, dengan jujur menulis beberapa kali memohon, agar ia didoakan. (Efesus
6:19, Kolose 4:3, Ibrani 13:18). Kita wajib menaati dan memiliki roh penundukan
kepada pimpinan. (Ibrani 13;17). Mereka yang bekerja keras juga harus dihormati
(I Timotius 5:17). Tetapi yang terpenting, kita harus mendoakan mereka. Sebab
setiap pemimpin rohani yang sukses, berarti di belakangnya ada pasukan doa yang
sedang menyokong. Para pelayan/pemimpin rohani harus terlibat dalam
persekutuan doa dan puasa. Harus ada “back-up” dari para pendoa syafaat.

Penutup
Gereja memerlukan pemimpin-pemimpin. “Jikalau tidak ada pemimpin, jatuhlah
bangsa” (Amsal 11:14). Gereja tidak akan bertumbuh mencapai kedewasaan, tanpa
kepemimpinan (Efesus 4:11-16). Gereja yang tengah bertumbuh dan bergumul
dalam dunia yang penuh goncangan dan krisis, memerlukan pimpinan yang solid,
yang kekuatannya bertumpu pada asas-asas kepemimpinan yang Alkitabiah.

Kita merindukan gereja yang menang dan sukses, berarti gereja yang memiliki
kepemimpinan bervisi tajam, bermotivasi dasar yang benar, dengan strategi yang
diarahkan oleh Firman dan Roh Kudus, serta paling penting: dalam otoritas Kepala
Gereja Tuhan Yesus Kristus (Efesus 4:16). Kita menantikan gereja yang tak ada
cacat, kerut atau cela; gereja yang suci, cemerlang, dan gemilang. Gereja
sempurna: pengantin Kristus. Haleluyah! Opini TokohIndonesia.com | rbh

https://tokoh.id/publikasi/opini/12-prinsip-kepemimpinan-alkitabiah/ 8/9
12/8/2019 12 Prinsip Kepemimpinan Alkitabiah | TOKOH INDONESIA | TokohIndonesia.com | Tokoh.id

© ENSIKONESIA – ENSIKLOPEDI TOKOH INDONESIA

Penulis Pdt. Dr. Markus Daniel Wakkary, Ketua Majelis Pusat GPdI (Gereja
Pentakosta di Indonesia) dan Gembala Sidang GPdI Maranatha, Medan, serta
Executif Committee ECFC (Eastern Council Of Foursquare Churches). Tercatat 28
negara di Asia Pacifik yang tergabung antara lain: Australia, Bangladesh,
Cambodia, Cook Islands, East Timor, Fiji,Guam, Hongkong, India, Indonesia, Japan,
Korea, Macau, Malaysia, Nepal, New Caledonia, New Zeland,Pakistan, Papua New
Guinea, Philliphines, Singapore, Solomon Islands, Sri Lanka, Taiwan, Thailand,
Vanuatu, Vietnam, Western Samoa.

Tokoh Terkait: Markus Daniel Wakkary, | Kategori: Opini | Tags: Kepemimpinan, gereja,
Alkitabiah

https://tokoh.id/publikasi/opini/12-prinsip-kepemimpinan-alkitabiah/ 9/9

Anda mungkin juga menyukai