Anda di halaman 1dari 17

Perintisan Jemaat Ditengah Perubahan Gereja

Selama Masa Pandemi Covid-19

Gary Reneker Bermula


Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu
garybermula@ymail.com

Abstrak
Perintisan Jemaat tidak bisa dipisahkan dengan Misi. Keterkaitan
Perintisan jemaat dengan misi merupakan suatu relasi yang tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lain, karena perintisan jemaat merupakan misi
gereja itu sendiri. keberadaan perintisan disuatu daerah juga merupakan misi
yang dikerjakan oleh gereja-gereja lokal. Ditengah perubahan gereja selama
masa pandemi Covid-19 ini, gereja harus mempunyai strategi yang baik untuk
meberitakan kabar sukacita bagi mereka yang berdukacita karena wabah yang
terjadi di seluruh dunia.
Covid-19 merupakan salah satu ancaman baru bagi para perintis jemaat
untuk melaksanakan misi yang di percayakan gereja. Akibat Covid-19
pemerintah langsung merespon dengan sebuah peraturan baru yaitu Physical
Distancing untuk mencegah penularan Covid-19 agar tidak meluas dikalangan
masyarakat. Hal positif yang terjadi karena Covid-19 ini, akhirnya
mengingatkan kita pada masa para rasul yang dimasa Perjanjian Baru(PB),
mereka membangun gereja-gereja rumah atau sering disebut juga mereka
beribadah dari rumah ke rumah. ini juga sebagai jawaban bagi gereja sekarang
ini untuk tetap melakukan perintisan jemaat dengan mengirimkan perintis-
perintis jemaat di daerah-daerah baru untuk mendirikan jemaat baru di daerah
baru juga.
Kata Kunci: Perintisan Jemaat, Perubahan Gereja, Pandemi Covid-19

Abstract
Church Planting cannot be separated from Mission. The connection
between church planting and mission is a relationship that cannot be separated
from one another, because church planting is the mission of the church itself.
The existence of a pioneer in an area is also a mission undertaken by local
churches. Amid the chages in the church during the Covid-19 pandemic, the
church must have a good strategy to share joyful news for those who are
mourning the epidemic that is happening around the world.
Covid-19 is a new threat for church planters to carry out the mission
entrusted by the church. As a result of Covid-19, the government immediately
responded with a new regulation, namely Physical Distancing to prevent Covid-
19 transmission from spreading among the public. The positive thing that
happened because of Covid-19, finally reminded us of the time of the apostles
who were in the New Testament (NT) era, they built house churches or they
often called them worshiping from house to house. This is also an answer for
the current church to continue to do church planting by sending church planters
in new areas to establish new congregations in new areas as well.
Keywords: Church Planting, Church Change, Covid-19 Pandemic

Pendahuluan

Dinamika perubahan gereja selama masa pandemi covid-19 ini terjadi


dengan begitu cepat sehingga memberikan dampak yang besar dan menyangkut
berbagai aspek seperti kebijakan pemerintah, dunia usaha, dan perilaku
masyarakat. Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh jenis
corona virus yang baru ditemukan. Virus ini sebelumnya tidak dikenal setelah
mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, pada bulan Desember 2019. Sehingga
penyebarannya sudah terjadi begitu pesat pada berbagai negara di seluruh dunia.
Akibat dari masalah inipun menjadikan penginjilan di berbagai gereja-gereja
menjadi tidak prioritas lagi karena peraturan pemerintah yang memerintahkan
adanya Physical Distancing, sehingga membuat penginjilan atau program misi
sulit dilakukan karena keterbatasan cara berkomunikasi secara personal.
Masalah inipun membuat gereja lebih memusatkan sumber daya untuk
memastikan semua anggota jemaat terlayani dengan baik. Akibat pandemi juga
mengakibatkan para perintis-perintis gereja kesulitan untuk berusaha mendirikan
jemaat baru daerah-daerah yang baru. Gereja sendiri berasal dari istilah bahasa
Portugis igreja yang sepertinya merupakan terjemahan dari istilah bahasa
Yunani kuriake. Dan mempunyai arti: perkumpulan orang-orang yang sudah
menjadi milik Tuhan Yesus Kristus. Dalam hal ini, meskipun kata gereja tidak
terdapat didalam Alkitab, tetapi itu sama juga dengan jemaat (Mat 16:18; 18:17)
atau sidang jemaat (Rom 16:1-5 TKB). Gereja juga merupakan aliran kristen
yang terdiri dari banyak jemaat. Gereja juga mempunyai arti gedung tempat
kebaktian orang-orang Kristen.1

Jika berbicara mengenai perintis gereja, maka penulis mengutip sebuah


buku yang ditulis oleh Gerald Rowlands. Gerald mendefinisikan bahwa
perintisan jemaat merupakan usaha untuk merencanakan dan memulai pendirian
jemaat lokal yang baru di daerah yang baru pula. Tidak hanya Gerald, Peter
Wagner juga mengatakan dalam bukunya yang berjudul “Penanaman Gereja
Untuk Tuaian Yang Lebih” bahwa denominasi-denominasi gereja yang
bertumbuh adalah denominasi-denominasi yang menekankan penanaman
jemaat-jemaat baru. Tentulah pandangan ini menjadi satu masalah yang cukup
serius bagi para perintis jemaat masa kini yang berada di Era-Covid-19. Jika kita
melihat dibeberapa surat kabar terpercaya yang beredar di Indonesia, memang
perkembangan Covid-19 di Indonesia cukup cepat. Melansir Kompas.com, senin
(28/9/2020), pada selasa (29/9/2020), Satuan Tugas Penanganan Covid-19
mencatat kasus Virus Corona di Indonesia mencapai 278.722. Korban Jiwa
akibat virus SARS-CoV-2 tersebut kini berjumlah 10.473 orang. Sementara
pasien yang sembuh berjumlah 206.870 orang.

Berdasarkan paparan diatas, maka tentunya ini menjadi tanda tanya besar
tentang virus corona yang belum terjawab hingga saat ini. bagaimana dengan
pandangan gereja tentang hal ini? Gereja seharusnya menjadi wadah bagi
masyarakat ditengah-tengah pandemi ini. gereja harusnya melihat peristiwa
Covid-19 ini sebagai kesempatan untuk menstimulasi bangkitnya gereja rumah
melalui kebijakan pembatasan sosial dari pemerintah terkait ibadah atau
keagamaan. Gereja rumah merupakan metode terbaik yang dilakukan oleh rasul-
rasul pada masa gereja mula-mula dalam Kisah Para Rasul.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan


metode penelitian studi pustaka. Penelitian kepustakaan adalah studi yang
mempelajari berbagai buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang
sejenis yang berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang
akan diteliti.2 Dalam hal ini penulis berusaha mengumpulkan informasi-
1
W. N. McElrath and Billy Mathias, Ensiklopedia Alkitab Praktis (Bandung: Lembaga
Literatur Baptis, 1989), 45.
2
Milya Sari, “Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam Penelitian Pendidikan
IPA,” Natural Science: Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA 6, no. 1 (2020): 41–
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang menjadi pokok
penelitian melalui jurnal dan buku-buku yang berbicara mengenai Covid-19,
perintisan jemaat, dan juga buku yang berbicara menbgenai Gereja dan
perubahannya selama masa pandemi.

Pembahasan

Tanaman yang sehat adalah tanaman yang berbuah. Ada banyak cara
untuk berbuah, akan tetapi setiap tanaman ada untuk melipat gandakan dirinya
sendiri. tanaman-tanaman itu merupakan perumpamaan suatu pertumbuhan
jemaat-jemaat yang sehat. Bagaimana jemaat lokal dapat mengikuti
perumpamaan ini dan menghasilkan buah? Ada banyak pemimpin-pemimpin
jemaat yang berbicara mengenai pelipatgandaan jemaat, tetapi banyak juga yang
tidak mau melakukan hal tersebut.

Maka untuk melakukan pembuahan dan melipatgandakan jemaat,


diperlukan pemimpin-pemimpin yang kuat dan yang berkarakter Kristus. Dalam
hal ini, kita harus mempunyai tim yang solit dalam bidang misi perintisan
jemaat atau tim penanam jemaat.3

Perintisan Jemaat

Jika berbicara tentang perintisan jemaat, maka kita tidak bisa


memisahkan antara Misi dan perintisan jemaat. Misi akan berjalan secara
terukur dan Alkitabiah apabila misi itu berjalan bersamaan dengan perintisan
jemaat. Tanpa adanya perintisan jemaat, maka tidak ada misi yang Alkitabiah
dan terukur. Misi (mision)  Latin “misio”  “to send”(mengirim/mengutus):
“act of sending; being sent or delegated by authority”. Itu berarti Misi (mision)
selalu menyediakan landasan bagi gereja dalam bermisi (Misions). Misi sendiri
sangat konkrit dalam perintisan jemaat. Ini adalah relasi antara misi dan
perintisan jemaat.4 Teologi misi merupakan suatu studi tentang pandangan
Alkitab mengenai konsep misi yang sekarang dimiliki oleh Gereja.5

53.
3
William Macdonald, Gereja Berhasil, ed. Yuri Adu Tae, 1st ed. (Sastra Hidup
Indonesia, 2013).
4
Penjelasan ini penulis mengutip dari materi “Misiologi dan Perintisan Jemaat” yang
ditulis oleh David Eko Setiawan, M.Th
Berdasarkan paparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa Perintisan
jemaat merupakan misi dari gereja itu sendiri. karena misi dan perintisan jemaat
sangat konkrit, maka keberadaan perintisan di suatu daerah merupakan misi
yang dikerjakan oleh gereja-gereja lokal. Mengapa kita perlu merintis jemaat?
Karena perintisan jemaat merupakan cara kerja yang Alkitabiah dalam
merencanakan pertumbuhan jemaat lokal yang baru. Jemaat mula-mula
memahami amanat agung Kristus sebagai usaha memulai jemaat baru. Salah
satu misi jemaat lokal ialah untuk membawa orang-orang yang baru bertobat
agar lebih mengenal Tuhan Yesus untuk menjadi satu kesatuan yaitu Tubuh
Kristus dan memulai jemaat-jemaat baru lainnya.

Gereja lokal yang hidup adalah gereja lokal yang berkembang. Gereja
lokal yang hidup juga berkembang secara kuantitatif seperti pertambahan jiwa-
jiwa yang diperoleh melalui penginjilan kepada orang-orang yang belum
percaya kepada Kristus. Selain itu juga berupa penambahan gereja-gereja lokal
baru hasil pengembangan gereja lokal induk yang menjadi tempat berhimpunnya
jiwa-jiwa baru di daerah baru.6 hal ini menjadi pertanyaan pada situasi saat ini
dimana selama pandemi covid-19 merupakan masalah baru bagi penginjil atau
perintis jemaat-jemaat baru untuk memperkenalkan Kristus kepada orang-orang
yang belum percya kepada Kristus.

Definisi Misiologi

Berikut adalah definisi misiologi menurut beberapa tokoh misiologi.

a. Abraham Kuyper
Menurut Abraham Kuyper, misiologi adalah pelayanan misi, yaitu
pelayanan yang berkaitan dengan pengutusan seseorang oleh Tuhan.
b. J.C. Hoekendijk
Misiologi adalah ilmu pertambahan jiwa dalam gereja Tuhan, yaitu ilmu
yang berkaitan dengan upaya memberitakan Injil Kristus kepada orang
yang belum percaya dan membawanya kepada Tuhan supaya
bertobat(kis.2:47; 5:14;11:24)
c. Johanes Verkuyl

5
I nyoman Enos, PENUNTUN PRAKTIS MISIOLOGI MODERN: Sebuah Telaah
Terhadap Perjalanan Misi Dari Masa Ke Masa, ed. S.S Faisal (Bandung: KALAM HIDUP,
2012), 12.
6
David Eko Setiawan, MISI PERINTISAN JEMAAT (Yogyakarta: Diandra, 2018).
Misiologi merupakan suatu studi tentang kegiatan Allah Bapa, Allah
Anak, dan Allah Roh Kudus yang membawa berita keselamatan kedalam
dunia.7

Berdasarkan paparan diatas, bahwa beberapa tokoh misiologi


mengatakan bahwa misiologi merupakan pelayanan untuk penambahan jiwa-
jiwa baru, maka berangkat dari hal ini, penulis menyimpulkan bahwa relasi
perintisan jemaat dan misiologi sangatlah berkaitan satu sama lain. Karena
sama-sama bertujuan memperkenalkan Injil Allah kepada orang yang belum
percaya guna memperkembangkan pekabaran Injil dan membangun jemaat-
jemaat baru di daerah baru juga. Misi tidak akan sempurna tanpa perintisan
jemaat. Begitu juga sebaliknya. Jadi perintisan jemaat sangat berkaitan erat
dengan misi.

Misi dan perintisan jemaat tidak dapat dipisahkan dari seorang


misionaris dan perintis jemaat. Di tengah-tengah berbagai situasi dan tantangan
pelayanan yang muncul saat ini diperlukan sosok hamba Tuhan yang mumpuni
dalam menghayati spiritualitasnya. Spiritualitas dapat didefinisikan sebagai
pengalaman hidup individu yang terhubung dengan Kristus yang dinyatakan
dalam pikiran, perasaan dan kehendak serta mewujud dalam sikap hidup sehari-
hari. Sikap hidup tersebut merupakan suatu penghayatan iman yang melibatkan
relasi dengan Allah, diri sendiri dan sesamanya.8 Perintisan jemaat bukanlah
suatu hal yang terjadi secara mendadak atau seperti mujizat, melainkan
diperlukan seorang hamba Tuhan yang memiliki spiritualitas yang baik agar
dapat membawa orang-orang kepada Allah.

Pandemi Covid-19

Kasus Virus Covid-19 sudah menjadi pandemi global dan merupakan


virus yang paling populer saat ini. virus ini terdeteksi awal di Wuhan, Cina,
pada desember 2019, dan berkembang sangat cepat sehingga banyak korban
jiwa di seluruh dunia termasuk Indonesia. 9 Menyikapi hal ini, pemerintah
mengeluarkan sejumlah peraturan terkait covid-19 dan telah membatasi
7
I nyoman Enos, PENUNTUN PRAKTIS MISIOLOGI MODERN: Sebuah Telaah
Terhadap Perjalanan Misi Dari Masa Ke Masa.
8
David Eko Setiawan and Anton Ishariyono, “Hakikat Spiritualitas Pelayan Kristus
Dan Implikasinya Bagi Hamba Tuhan Masa Kini,” Pengarah: Jurnal Teologi Kristen (2020):
116–128.
9
Alexander Stevanus Lukuhay and Alexander Stevanus, “DI TENGAH PANDEMI
COVID-19 DI INDONESIA” 2, no. 1 (2020): 43–61.
pertemuan sosial, termasuk ibadah di gereja demi memutuskan rantai
penyebaran wabah yang sangat populer di muka bumi ini. ibadah harus diadakan
secara online dengan mengadopsi teknologi berbasis internet untuk
melaksanakan ibadah dirumah masing-masing jemaat.10 Penjelasan tentang
covid-19 sendiri tidak diuraikan secara detail, karena ini merupakan hal yang
benar-benar terjadi dan dialami oleh dunia khususnya masyarakat Indonesia dan
lebih khusus lagi orang-orang Kristen. Lebih jelas lagi bahwa gereja yang dalam
konteks ini telah memiliki pemahaman yang sederhana dan tepat tentang Covid-
19 sebagai wabah penyakit yang memiliki daya tular yang cepat dan dapat
mengakibatkan kematian.

Ada beberapa pendapat yang mencoba menghubungkan wabah ini


merupakan penyakit sampar versi modern. Istilah sampar tertulis 50 kali dalam
Alkitab; 46 kali dalam perjanjian Lama dan 4 kali dalam Perjanjian Baru.
Penyakit ini dikategorikan sebagai “Pestilence” yang berarti penyakit menular
yang mematikan.11 Hari-hari ini banyak gereja yang sudah mengalami dampak
dari penyakit tersebut baik itu secara ekonomi yang mengharuskan orang
beribadah dirumah, setidaknya ada keterlibatan menurunnya pemasukan
finansial gereja. jika kita melihat di berbagai media sosial juag gereja sudah
mengalami situasi yang sangat menggoncangkan, saling kritik demi
mempertahankan realita kehidupan yang membutuhkan biaya yang banyak. Ada
yang merasa kurang etis jika pemimpin gereja mencoba melakukan strategi
mengedarkan kantong kolekte, atau mengedarkan nomor rekening pribadi,
namun semua hal dan tindakan yang dilakukan oleh masing-masing gereja harus
dilihat secara teknis karena terkait dengan kebijakan masing-masing.

Akibat dari covid-19 ini, mengingatkan kita pada masa para rasul dalam
perjanjian baru. Mereka membangun gereja-gereja rumah atau dengan kata lain
mereka beribadah dari rumah ke rumah. Hal ini tentunya jadi jawaban bagi
gereja-gereja saat ini ketika melawan pandemi covid-19 yang terjadi di
Indonesia.

Perubahan Gereja selama Masa Pandemi Covid-19


10
H. (2020 Widjaja, F. I., Marisi, C. G., Togatorop, T. M. T., & Hartono,
“Menstimulasi Praktik Gereja Rumah Di Tengah Pandemi Covid-19,” KURIOS (Jurnal Teologi
dan Pendidikan Agama Kristen) 6, no. 1 A (2020): 127–139.
11
Fransiskus Irwan Widjaja et al., “Menstimulasi Praktik Gereja Rumah Di Tengah
Pandemi Covid-19,” Kurios (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 6, no. 1 (2020):
127–139.
Dinamika perubahan Gereja selama masa pandemi juga berlangsung
sangat cepat dan besar, dan menyangkut beberapa aspek seperti kebijakan
pemerintah, dunia usaha, dan perilaku masyarakat. Oleh karena itu penulis
mencoba melihat dari beberapa survei terpercaya mengenai perubahan ini yang
terjadi sangat cepat dari waktu ke waktu.

Berikut beberapa tantangan gereja selama masa pandemi sekaligus


perubahan gereja yang terjadi dari waktu ke waktu dan solusinya menurut
Survei Bilangan Research Center(BRC).12

1. Perpindahan Anggota Jemaat selama dan sesudah pandemi Covid-19.


Realitanya
 Tidak tersedianya ibadah live streaming di setiap gereja
 Kemudahan untuk mengikuti ibadah streaming di gereja lain
 Preferensi pemilihan saluran streaming
 Popularitas pengkhotbah di dunia digital
 Kesamaan aliran atau denominasi
 Kualitas Khotbah

Hasil survei BRC 2017. (1 dari 2 gereja) penyebab paling utama


bertambahnya anggota jemaat adalah perpindahan dari gereja lain. Sebelum
pandemi memang sudah ada kecenderungan perpindahan gereja.

Solusi

 Pendeta, majelis dan segenap pengurus melakukan pendataan dan


perbaikan database jemaat
 Mengadakan kelompok-kelompok persekutuan sebagai
komunitas dan sekaligus meningkatkan kualitas interaksi antar
anggota jemaat, majelis, dan pendeta.
 Memberikan makanan rohani yang lebih sesuai dengan
kebutuhan jemaat, termasuk menyiapkan konten persekutuan
keluarga dan renungan harian yang berseri.

Hasil survei BRC 2019 (2 dari 3 tidak melakukan persekutuan keluarga).


Hasil survei BRC 2017 (sosok paling berjasa menuntun pada Tuhan Yesus:
Orang tua 73.1%, pendeta 10.6%. akan tetapi hanya 23% orang tua yang
dianggap baik dalam membimbing spiritualitas anak selanjutnya.
12
Focus Group Discussion, Survei Brc, and Berbagai Data Sekunder, “7 Tantangan
Gereja Di Masa Pandemi Covid-19 Dan Alternatif Solusinya Metode Penelitian,” Bilangan
Research Center (BRC) 1 (2020).
2. Ketidaksiapan gereja dengan teknologi
Realita
Beberapa gereja tidak bisa melakukan ibadah Online karena:
 Gereja tidak tahu caranya, meski infrastruktur mendukung
 Gereja tidak memiliki sumber daya manusia yang mampu
 Infrastruktur tidak mendukung (internet, listrik, dan lain-lain)

Solusi

 Sinode bekerja sama dengan gereja yang sudah menguasai dan


menggunakan teknologi untuk mengadakan pelatihan
 Kolaborasi dengan gereja lain yang sudah mengadopsi teknologi
 Memberdayakan jemaat muda yang paham teknologi

Berdasarkan hasil survei diatas, maka penulis berpendapat bahwa dimasa


pandemi ini gereja harus benar-benar mempersiapkan diri sebaik-baiknya karena
tidak menutup kemungkinan adanya perubahan yang terjadi dari ibadah yang
sebelumnya di gedung gereja menjadi Online sehingga menyebabkan relasi yang
tadinya dekat antara jemaat dan gembala sidang menjadi berjarak. Dalam hal
pemberian renungan-renungan juga dari gembala sidang mungkin saja tidak
secara otomatis dianggap oleh jemaat karena perubahan akibat pandemi ini.
secara spiritual, gembala sidang mungkin saja tidak mengetahui kondisi
pertumbuhan iman dari jemaat karena adanya Physical Distancing.

Seharusnya dalam situasi pandemi ini, gereja harus memiliki strategi


misi yang memungkinkan gereja itu terus berkembang karena salah satu
kebutuhan manusia pada umumnya ternyata membutuhkan sesuatu yang dapat
memberikan jawaban secara utuh. Itu sebabnya demi menjawab kebutuhan itu,
gereja harus mencari cara sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pemberitaan injil adalah salah satu cara yang paling efektif bagi gereja untuk
memenuhi kebutuhan itu. karena injil merupakan kabar baik bagi setiap
manusia, dimana jika itu diberitakan maka akan memberikan upah bagi si
pemberitanya dan memunculkan reaksi dan tindakan bagi pendengarnya, yaitu
jucapan terima kasih sebagai wujud korban kepada Allah.

Injil merupakan kabar baik bagi setiap manusia. Kabar baik tersebut
akan berdampak luar biasa jika diterima dengan tulus dan terbuka. Ternyata injil
tidak sekedar berdampak kepada keadaan spiritual manusia, namun juga
memberikan dampak bagi perubahan sosial manusia. Injil juga memberikan
dampak yang positif bagi setiap manusia yang mempercayainya. Injil tidak saja
memberikan dampak transformasi spiritual tetapi juga transformasi sosial. Injil
mengubah keadaan rohani manusia yang berdosa dan patut dihukum, menjadi
anak-anak Allah yang diselamatkan di dalam Yesus Kristus. Selain itu kehadiran
injil mengubah cara pandang manusia tentang kehidupan sosial. Manusia lebih
menghargai waktu, nilai hidup manusia, dan pendidikan. Hal ini membuktikan
bahwa injil tidak saja memberikan dampak transformasi spiritual namun juga
transformasi sosial.13

Dalam Surat Korintus, Rasul Paulus mengingatkan kembali inti dari


berita Injil, bahwa melalui Injil tersebut jemaat Korintus diselamatkan (1
Korintus 15:2). Selain mengingatkan tentang kekuatan Injil yang
menyelamatkan, dia juga menjelaskan kembali tentang inti dari berita Injil yaitu
karya Allah untuk menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus Anak-Nya
yang telah mati, dikubur, dan bangkitkan pada hari yang ke tiga. Meskipun bagi
mereka yang tidak percaya, salib merupakan kebodohan belaka., namun bagi
Paulus, berita salib merupakan kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap
orang percaya pertama-tama orang Yahudi , tetapi juga orang Yunani (Roma
1:16).14 Injil adalah hal penting yang harus disampaikan kepada semua orang.

Tanggapan Gereja terhadap Covid-19

Covid-19 yang begitu cepat penularannya di Indonesia mengakibatkan


pemerintah harus memberikan perintah untuk wajib menggunakan protokol
kesehatan dan salah satu protokol tersebut adalah adanya Physical Distancing,
sehingga keterbatasan dalam berkomunikasi, keterbatasan dalam perkumpulan,
dan diantaranya pembatasan di tempat-tempat wisata atau pusat perbelanjaan.
Orang-orang juga diarahkan untuk harus bekerja ddari rumah. Semua dilakukan
untuk memutus penyebaran wabah yang mematikan tersebut. Bukan hanya pada
sektor sosial, pendidikan, ekonomi, namun pembatasan ini juga dilakukan pada
sektor keagamaan, seperti larangan untuk melakukan kegiatan keagamaan
dirumah-rumah ibadah. Pemerintah meminta agar semua peribadatan dilakukan
dirumah dan menggunakan teknologi yang dapat mendukung untuk kelancaran
beribadah melalui teknologi tersebut. Akibat dari kebijakan ini tentunya
berbagai reaksi yang dimunculkan dalam menanggapi peraturan tersebut. Ada

13
David Eko Setiawan, “Dampak Injil Bagi Transformasi Spiritual Dan Sosial,” BIA’:
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 2, no. 1 (June 24, 2019): 83–93.
14
David Eko Setiawan and Dwiati Yulianingsih, “Signifikansi Salib Bagi Kehidupan Manusia
Dalam Teologi Paulus,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika (2019): 227–246.
yang dapat mendukung dan ada yang menolak bahkan memprotes keputusan
pemerintah tersebut.

Ketika kita menjadi seorang Hamba Tuhan atau pelayan Kristus, maka
sudah seharusnya kita mewujudkan fungsi gereja yang sesungguhnya yaitu
melayani bukan hanya di dalam tetapi keluar dan memberitakan injil kebenaran
Allah. Menjadi seorang pelayan Kristus seharusnya tidak sekedar mengajar
namun juga membangun relasi yang penuh dengan kesabaran, kelemah-
lembutan, keramahan serta keterbukaan pada orang-orang yang diajarnya.
Ditengah-tengah pandemi ini, seorang pelayan Kristus harus benar-benar punya
strategi misi penginjilan yang pas atau pengajaran yang pas bagi jemaat maupun
bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus. Kehadiran relasi dalam proses
pembelajaran akan berdampak pada efektifitas penyerapan kebenaran pada umat
Allah.15

Menurut ketua PGI, Gomar Gultom, “Ibadah di tengah keluarga tidak


mengurangi nilai hakiki dari sebuah persekutuan Ibadah”.16 Bukan hanya PGI
akan tetapi berbagai denominasi gereja di Indonesia juga menyetujui adanya
gereja rumah demi mengurangi penularan covid-19 ditenganh masyarakat.
Singkatnya gereja juga menyetujui bahwa peribadatan juga dilakukan dari
rumah dan tidak terpatok dengan gedung gereja sendiri. konsep gereja rumah ini
menjadi pro dan kontra. Gereja rumah ini sepertinya menimbulkan dikotomi
antara iman dan hikmat. Di satu sisi ada kalangan yang menganggap gereja
perlu berhikmat dengan menaati himbauan pemerintah untuk beribadah di
rumah dengan tujuan untuk mengurangi resiko penularan dan penyebaran virus
corona. Tetapi di sisi lain ada kalangan pemimpin ataupun warga gereja yang
menganggap bahwa keputusan beribadah di rumah adalah tindakan yang tidak
memiliki iman karena orang kristen dianggap takut dan kalah dari virus
corona.17

Menyikapi hal ini, penulis berpendapat bahwa ibadah dalam maknanya


adalah bagaimana manusia mampu menciptakan hubungan yang baik antara
pribadi Allah dan manusia itu sendiri. Allah yang sangat dinamis bergerak
dalam ibadah manusia yang progresif menunjukkan bahwa ibadah tidak dibatasi
oleh ruang dan waktu. Ibadah yang sejati melalui persembahan hidup kepada

15
David Eko Setiawan and Anton Ishariyono, “THE ESSENSE OF SPIRITUALITY
OF CHRIST SERVANT AND ITS IMPLICATION FOR THE SERVANT OF GOD TODAY”
2, no. 2 (2020): 116–128.
16
Lukuhay and Stevanus, “DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA.”
17
Ibid.
Allah yang teraplikasi dalam kepedulian kepada sesamanya adalah ungkapan
iman orang percaya. Jadi kapanpun, diamanapun kita melaksanakan ibadah, baik
itu dirumah atau di tempat-tempat terbuka, tidak pernah merubah nilai dan
esensi ibadah itu sendiri selama manusia memiliki hubungan yang baik dengan
Allah dan diaplikasikan dalam kepedulian sesamanya.18 Gereja, baik lokal
maupun global harus memberi dampak bagi masyarakat. Sebab Allah ingin
menyelesaikan tujuan penebusannya, yaitu agenda besar Allah, melalui gereja-
Nya. Gereja jauh lebih penting dalam mengubah sebuah masyarakat
dibandingkan kepala negara, atau lembaga perwakilan rakyat. Itu sebabnya
ditengah-tengah pandemi ini, gereja harus menjadi contoh. Ditengah-tengah
berbagai situasi dan tantangan pelayanan yang muncul saat ini diperlukan sosok
hamba Tuahan yang mampu dalam menghayati spiritualnya.19

Berangkat dari hal ini, mari kita melihat kembali beberapa prinsip dan
sikap pastoral dari seorang reformator gereja yaitu Martin Luther ketika
ditengah pandemi yang pernah terjadi di benua eropa antara 1348 dan 1350.
30% penduduk Eropa pada waktu itu lenyap oleh sebuah wabah ganas yang
disebut Bubonic Plague atau Black death, sebuah pandemi yang di mulai abad
14 dan terus masih berlanjut hingga pertengahan abad 17 (secara keseluruhan
korban yang meninggal di Eropa diperkirakan berjumlah 200 juta jiwa). Martin
Luther berkata dalam suratnya kepada salah seorang hamba Tuhan yang
bernama Johann Hess yang waktu itu mengirim surat kepada Luther untuk
meminta nasehat dimasa pandemi. Luther menjawab Johann dengan bunyi: bila
ada orang Kristen yang teguh imannya memilih tinggal ditempatnya masing-
masing biarlah ia melakukannya, namun bila ada yang lemah imannya ingin
menghindar dari bahaya dengan cara melarikan diri silakan ia melakukannya.
Sedangkan Luther tetap memilih stay di rumahnya sendiri, dan menolak untuk
pindah ke tempat lain, khususnya ketika ia dan rekan-rekannya dihimbau untuk
pergi ke kota jena yang berdekatan dengan wittenberg. Bahkan luther juga
menegaskan setiap orang Kristen harus siap untuk menghadapi kematian.20

Tentunya keputusan dari sang reformator menimbulkan pro dan kontra di


berbagai hamba Tuhan pada zaman itu. jika kita mensejajarkan dengan situasi
18
Pada bagian ini penulis mencoba melihat dari sudut pandang Alkitab yang terdapat
dalam Roma 12:1LAI. dimana Ibadah yang sejati melalui persembahan kita kepada Allah
diantaranya kehidupan kita harusnya kita persembahkan kepada Allah.
19
Setiawan and Ishariyono, “THE ESSENSE OF SPIRITUALITY OF CHRIST
SERVANT AND ITS IMPLICATION FOR THE SERVANT OF GOD TODAY.”
20
Daniel Lucas Lukito, IMAN KRISTEN DI TENGAH PANDEMI: Hidup Realistis
Ketika Penderitaan Dan Kematian Merebak, ed. David Alinurdin (Malang: LP2M STT SAAT,
2020), 47–49.
saat ini dimana peraturan pemerintah demi mencegah penularan covid-19, maka
seluruh orang diperintahkan untuk beraktifitas dari rumah. Kerja dari rumah,
rapat dari rumah, sekolah dari rumah, bahkan untuk melakukan aktivitas
keagamaanpun diharuskan dari rumah. Itu sebabnya banyak gereja yang
mencoba menghidupkan kembali gerakan gereja rumah seperti zaman Para
Rasul. gereja harus mempunya strategi yang baik untuk melancarkan misi gereja
tersebut. Adanya pandemi ini juga mengakibatkan banyak para perintis jemaat-
jemaat baru mengalami problem karena Physical Distancing yang membatasi
pergerakan para perintis. Pandemi covid-19 seharusnya merupakan warning atau
wake-up Call bagi bangsa atau manusia dimana saja, yaitu Tuhan sedang
menyadarkan manusia di seluruh bumi ini bahwa mereka semua hanya memiliki
“little power” di tengah kelumpuhan di segala sektor kehidupan saat ini.21

Gereja Rumah

Pada bagian bab pertama, penulis menekankan bahwa salah satu arti dari
gereja adalah mengarah kepada sebuah gedung dan digunakan sebagai tempat
kebaktian orang-orang kristen, namun kali ini kebaktian orang-orang kristen
bukan lagi diarahkan ke gedung gereja namun di Rumah masing-masing.
Konsep gereja rumah ini rupa-rupanya bukanlah hal yang baru bagi orang-orang
kristen, karena jemaat mula-mula juga melakukan pola yang sama dengan
kejadian selama masa pandemi ini yaitu gereja rumah. Tidak ada definisi yang
kuat tentang gereja rumah ini, sehingga pemahaman tersebut dapat dibangun
dari fenomena gereja rumah ala para rasul di Kisah Para Rasul. sekalipun Kisah
Para Rasul sendiri tidak memberikan definisi secara jelas tentang konsep ini,
setidaknya pengertian ini dapat dipahami dalam beberapa pola yang dilakukan
oleh jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul. menurut Djeffry Hidajat bahwa
gereja dalam Perjanjian Baru adalah gereja rumah karena merupakan unit
sosial,ekonomi dan religius.22

Gereja menggunakan struktur rumah sebagai media karena sudah ada


dalam masyarakat sebelumnya sehingga tidak perlu membentuk lagi yang baru
tetapi menggunakan bentuk yang sudah ada. Hal ini merupakan kontekstualisasi
yang memudahkan para perintis gereja baru untuk melakukan penyebaran iman
kristen kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus. Rumah menjadi basis
21
Daniel Lucas Lukito, IMAN KRISTEN DI TENGAH PANDEMI: Hidup Realistis
Ketika Penderitaan Dan Kematian Merebak.
22
Irwan Widjaja et al., “Menstimulasi Praktik Gereja Rumah Di Tengah Pandemi
Covid-19.”
pekerjaan misi serta menjadi pusat organisasi jemaat lokal dan pertemuan
ibadah. Paulus mengintegrasikan struktur rumah dalam masyarakat dengan
strategi misi. Bagi paulus gereja rumah tetap menjadi sel dasar gereja lokal , ia
jelas ingin gereja rumah itu membentuk satu tubuh dengan satu sama lain di
dalam gereja di seluruh kota.23 Jika secara historis konsep ibadah itu berubah
secara progresif sesuai konteks, maka kita tidak bisa menyalahkan jika
peribadatan ditengah pandemi Covid-19 ini dilaksanakan dirumah masing-
masing, karena Allah-pun secra historis hadir, bekerja dan menyertai umat-Nya
dalam konteks tertentu(bnd. Mat. 18:20).24

Perubahan konsep ibadah ditengah pandemi covid-19 ini bukanlah


untuk merubah makna ibadah secara esensial, akan tetapi merupakan upaya
untuk mengembalikan nature dari makna ibadah itu sendiri yang telah
mengalami degradensi makna. Jadi kita sebagai warga gereja atau orang-orang
percaya seharusnya memberikan respon positif akan keputusan pemerintah dan
pimpinan gereja untuk merubah konsep beribadah yang normatif ini kepada
ibadah rumah masing-masing. Momen ini seharusnya dipahami oleh para
perintis-perintis jemaat bahwa ini sebuah kesempatan gereja merekronstruksi
ulang konsep beribadah yang Alkitabiah. Beribadah dirmah bukanlah untuk
mengensampingkan rumah gereja (ditengah pandemi), akan tetapi sebagai
tempat berkumpul beribadah umat Tuhan.

Gereja harus menjadi alat untuk memberikan injl keselamatan bagi setiap
orang ditengah-tengah pandemi Covid-19. Alkitab dengan tegas menyatakan
bahwa keselamatan hanya bersumber dari Allah. karena pada dasarnya manusia
tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Akibat dosa yang membuat manusia
membutuhkan anugerah dari Allah untuk diselamatkan. Keberdosaan itulah
yang membuat manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dan
keberdosaan itu dialami sejak dalam kandunganibunya. Fakta ini menunjukkan
bahwa pada dasarnya semua manusia telah berdosa tanpa terkecuali. Selain itu,
Alkitab juga menjelaskan bahwa seseorang akan diselamatkan jika dia percaya
kepada Yesus Kristus.25 Setelah orang percaya dan menerima Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia harus mengalami kelahiran baru. Kelahiran
baru adalah suatu peristiwa rohani di mana Allah memberikan kehidupan baru
pada diri orang percaya sehingga dia menggalami persatuan dengan Kristus. Hal
23
Ibid.
24
Lukuhay and Stevanus, “DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA.”
25
David Eko Setiawan, “Refleksi Pastoral Terhadap Konsep Keselamatan Dalam
Universalisme Ditinjau Dari Soteriologi Kristen,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan
Praktika (2018).
ini terjadi secara spiritual saat seseorang percaya kepada Yesus sebagai satu-
satunya Tuhan dan Juru Selamat pribadi. Peristiwa ini menghasilkan sebuah
kehidupan baru yang dinyatakan melalui watak yang baru dalam kehidupan
sehari-hari.26

Maka dari itu, gereja harus memberitakan Injil dalam situasi apapun,
sekalipun situasi yang dianggap mustahil bagi manusia untuk memberitakan
Injil. Berdasarkan penelitian di atas, seharusnya hamba Tuhan menyadari
pentingnya Injil ditengah pandemi Covid-19 yang sudah mengakibatkan
meningkatkan jumlah kematian dalam waktu yang singkat.

Simpulan

Berdasarkan paparan diatas, maka sudah menjadi tanggung jawab bagi


bita sebagai gembala sidang untuk melatih setiap anggota jemaat masing-masing
agar mampu memperdalam teks-teks Alkitab karena itu merupakan kebutuhan
yang mendesak. Hal ini terjadi karena banyak ditemukan anggota jemaat yang
kurang terampil menguasai Alkitab.

Berangkat dari hal ini, penulis mencoba membangun sebuah solusi


perintisan yang mungkin dapat diterapkan bagi perintis masa kini yang akan
melakukan perintisan ditengah pandemi dan juga bagi gereja yang mengalami
perubahan dari dampak pandemi covid-19. Adapun solusinya sebagai berikut:

1. Apabila pada masa pandemi menjadikan penginjilan tidak lagi prioritas,


maka solusinya: gereja harus membangun atau memperkuat saluran
media sosial gereja tersebut seperti (youtube, IG, Facebook, dan media
sosial lainnya) yang dapat menjadi rencana kerja para perintis-perintis
gereja, gereja juga harus menyusun strategi penginjilan serta membuat
konten melalui media sosial.
2. Masa pandemi ini, gereja harus memberikan kesempatan pada hamba
Tuhan junior yang belum mengerti tentang digital untuk mengikuti
pelatihan untuk digital guna menjaga gereja dalam menghadapi era
digital pada masa pandemi.
3. Gereja harus benar-benar memberikan dukungan kepada orang-orang
yang ditugaskan dalam pelayanan perintisan jemaat.
26
David Eko Setiawan, “Kelahiran Baru Di Dalam Kristus Sebagai Titik Awal
Pendidikan Karakter Unggul,” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat
(2019): 153–160.
4. Para perintis jemaat harus benar-benar mengetahui kebutuhan yang
paling mendasar dari masyarakat untuk memperlancar misi perintisannya
ditengah pandemi Covid-19.

Kepustakaan

Daniel Lucas Lukito. IMAN KRISTEN DI TENGAH PANDEMI: Hidup Realistis


Ketika Penderitaan Dan Kematian Merebak. Edited by David Alinurdin.
Malang: LP2M STT SAAT, 2020.

Discussion, Focus Group, Survei Brc, and Berbagai Data Sekunder. “7


Tantangan Gereja Di Masa Pandemi Covid-19 Dan Alternatif Solusinya
Metode Penelitian.” Bilangan Research Center (BRC) 1 (2020).

I nyoman Enos. PENUNTUN PRAKTIS MISIOLOGI MODERN: Sebuah Telaah


Terhadap Perjalanan Misi Dari Masa Ke Masa. Edited by S.S Faisal.
Bandung: KALAM HIDUP, 2012.

Irwan Widjaja, Fransiskus, Candra Gunawan Marisi, T. Mangiring Tua


Togatorop, and Handreas Hartono. “Menstimulasi Praktik Gereja Rumah
Di Tengah Pandemi Covid-19.” Kurios (Jurnal Teologi dan Pendidikan
Agama Kristen) 6, no. 1 (2020): 127–139.

Lukuhay, Alexander Stevanus, and Alexander Stevanus. “DI TENGAH


PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA” 2, no. 1 (2020): 43–61.

Macdonald, William. Gereja Berhasil. Edited by Yuri Adu Tae. 1st ed. Sastra
Hidup Indonesia, 2013.

McElrath, W. N., and Billy Mathias. Ensiklopedia Alkitab Praktis. Bandung:


Lembaga Literatur Baptis, 1989.

Sari, Milya. “Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam Penelitian


Pendidikan IPA.” Natural Science: Jurnal Penelitian Bidang IPA dan
Pendidikan IPA 6, no. 1 (2020): 41–53.

Setiawan, David Eko. “Dampak Injil Bagi Transformasi Spiritual Dan Sosial.”
BIA’: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 2, no. 1 (June 24,
2019): 83–93.

———. “Kelahiran Baru Di Dalam Kristus Sebagai Titik Awal Pendidikan


Karakter Unggul.” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan
Warga Jemaat (2019).

———. MISI PERINTISAN JEMAAT. Yogyakarta: Diandra, 2018.

———. “Refleksi Pastoral Terhadap Konsep Keselamatan Dalam


Universalisme Ditinjau Dari Soteriologi Kristen.” FIDEI: Jurnal Teologi
Sistematika dan Praktika (2018).

Setiawan, David Eko, and Anton Ishariyono. “Hakikat Spiritualitas Pelayan


Kristus Dan Implikasinya Bagi Hamba Tuhan Masa Kini.” Pengarah:
Jurnal Teologi Kristen (2020).

———. “THE ESSENSE OF SPIRITUALITY OF CHRIST SERVANT AND


ITS IMPLICATION FOR THE SERVANT OF GOD TODAY” 2, no. 2
(2020): 116–128.

Setiawan, David Eko, and Dwiati Yulianingsih. “Signifikansi Salib Bagi


Kehidupan Manusia Dalam Teologi Paulus.” FIDEI: Jurnal Teologi
Sistematika dan Praktika (2019).

Widjaja, F. I., Marisi, C. G., Togatorop, T. M. T., & Hartono, H. (2020.


“Menstimulasi Praktik Gereja Rumah Di Tengah Pandemi Covid-19.”
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) 6, no. 1 A
(2020): 127–139.

Anda mungkin juga menyukai