Abstrak
Perintisan Jemaat tidak bisa dipisahkan dengan Misi. Keterkaitan
Perintisan jemaat dengan misi merupakan suatu relasi yang tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lain, karena perintisan jemaat merupakan misi
gereja itu sendiri. keberadaan perintisan disuatu daerah juga merupakan misi
yang dikerjakan oleh gereja-gereja lokal. Ditengah perubahan gereja selama
masa pandemi Covid-19 ini, gereja harus mempunyai strategi yang baik untuk
meberitakan kabar sukacita bagi mereka yang berdukacita karena wabah yang
terjadi di seluruh dunia.
Covid-19 merupakan salah satu ancaman baru bagi para perintis jemaat
untuk melaksanakan misi yang di percayakan gereja. Akibat Covid-19
pemerintah langsung merespon dengan sebuah peraturan baru yaitu Physical
Distancing untuk mencegah penularan Covid-19 agar tidak meluas dikalangan
masyarakat. Hal positif yang terjadi karena Covid-19 ini, akhirnya
mengingatkan kita pada masa para rasul yang dimasa Perjanjian Baru(PB),
mereka membangun gereja-gereja rumah atau sering disebut juga mereka
beribadah dari rumah ke rumah. ini juga sebagai jawaban bagi gereja sekarang
ini untuk tetap melakukan perintisan jemaat dengan mengirimkan perintis-
perintis jemaat di daerah-daerah baru untuk mendirikan jemaat baru di daerah
baru juga.
Kata Kunci: Perintisan Jemaat, Perubahan Gereja, Pandemi Covid-19
Abstract
Church Planting cannot be separated from Mission. The connection
between church planting and mission is a relationship that cannot be separated
from one another, because church planting is the mission of the church itself.
The existence of a pioneer in an area is also a mission undertaken by local
churches. Amid the chages in the church during the Covid-19 pandemic, the
church must have a good strategy to share joyful news for those who are
mourning the epidemic that is happening around the world.
Covid-19 is a new threat for church planters to carry out the mission
entrusted by the church. As a result of Covid-19, the government immediately
responded with a new regulation, namely Physical Distancing to prevent Covid-
19 transmission from spreading among the public. The positive thing that
happened because of Covid-19, finally reminded us of the time of the apostles
who were in the New Testament (NT) era, they built house churches or they
often called them worshiping from house to house. This is also an answer for
the current church to continue to do church planting by sending church planters
in new areas to establish new congregations in new areas as well.
Keywords: Church Planting, Church Change, Covid-19 Pandemic
Pendahuluan
Berdasarkan paparan diatas, maka tentunya ini menjadi tanda tanya besar
tentang virus corona yang belum terjawab hingga saat ini. bagaimana dengan
pandangan gereja tentang hal ini? Gereja seharusnya menjadi wadah bagi
masyarakat ditengah-tengah pandemi ini. gereja harusnya melihat peristiwa
Covid-19 ini sebagai kesempatan untuk menstimulasi bangkitnya gereja rumah
melalui kebijakan pembatasan sosial dari pemerintah terkait ibadah atau
keagamaan. Gereja rumah merupakan metode terbaik yang dilakukan oleh rasul-
rasul pada masa gereja mula-mula dalam Kisah Para Rasul.
Metode Penelitian
Pembahasan
Tanaman yang sehat adalah tanaman yang berbuah. Ada banyak cara
untuk berbuah, akan tetapi setiap tanaman ada untuk melipat gandakan dirinya
sendiri. tanaman-tanaman itu merupakan perumpamaan suatu pertumbuhan
jemaat-jemaat yang sehat. Bagaimana jemaat lokal dapat mengikuti
perumpamaan ini dan menghasilkan buah? Ada banyak pemimpin-pemimpin
jemaat yang berbicara mengenai pelipatgandaan jemaat, tetapi banyak juga yang
tidak mau melakukan hal tersebut.
Perintisan Jemaat
53.
3
William Macdonald, Gereja Berhasil, ed. Yuri Adu Tae, 1st ed. (Sastra Hidup
Indonesia, 2013).
4
Penjelasan ini penulis mengutip dari materi “Misiologi dan Perintisan Jemaat” yang
ditulis oleh David Eko Setiawan, M.Th
Berdasarkan paparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa Perintisan
jemaat merupakan misi dari gereja itu sendiri. karena misi dan perintisan jemaat
sangat konkrit, maka keberadaan perintisan di suatu daerah merupakan misi
yang dikerjakan oleh gereja-gereja lokal. Mengapa kita perlu merintis jemaat?
Karena perintisan jemaat merupakan cara kerja yang Alkitabiah dalam
merencanakan pertumbuhan jemaat lokal yang baru. Jemaat mula-mula
memahami amanat agung Kristus sebagai usaha memulai jemaat baru. Salah
satu misi jemaat lokal ialah untuk membawa orang-orang yang baru bertobat
agar lebih mengenal Tuhan Yesus untuk menjadi satu kesatuan yaitu Tubuh
Kristus dan memulai jemaat-jemaat baru lainnya.
Gereja lokal yang hidup adalah gereja lokal yang berkembang. Gereja
lokal yang hidup juga berkembang secara kuantitatif seperti pertambahan jiwa-
jiwa yang diperoleh melalui penginjilan kepada orang-orang yang belum
percaya kepada Kristus. Selain itu juga berupa penambahan gereja-gereja lokal
baru hasil pengembangan gereja lokal induk yang menjadi tempat berhimpunnya
jiwa-jiwa baru di daerah baru.6 hal ini menjadi pertanyaan pada situasi saat ini
dimana selama pandemi covid-19 merupakan masalah baru bagi penginjil atau
perintis jemaat-jemaat baru untuk memperkenalkan Kristus kepada orang-orang
yang belum percya kepada Kristus.
Definisi Misiologi
a. Abraham Kuyper
Menurut Abraham Kuyper, misiologi adalah pelayanan misi, yaitu
pelayanan yang berkaitan dengan pengutusan seseorang oleh Tuhan.
b. J.C. Hoekendijk
Misiologi adalah ilmu pertambahan jiwa dalam gereja Tuhan, yaitu ilmu
yang berkaitan dengan upaya memberitakan Injil Kristus kepada orang
yang belum percaya dan membawanya kepada Tuhan supaya
bertobat(kis.2:47; 5:14;11:24)
c. Johanes Verkuyl
5
I nyoman Enos, PENUNTUN PRAKTIS MISIOLOGI MODERN: Sebuah Telaah
Terhadap Perjalanan Misi Dari Masa Ke Masa, ed. S.S Faisal (Bandung: KALAM HIDUP,
2012), 12.
6
David Eko Setiawan, MISI PERINTISAN JEMAAT (Yogyakarta: Diandra, 2018).
Misiologi merupakan suatu studi tentang kegiatan Allah Bapa, Allah
Anak, dan Allah Roh Kudus yang membawa berita keselamatan kedalam
dunia.7
Pandemi Covid-19
Akibat dari covid-19 ini, mengingatkan kita pada masa para rasul dalam
perjanjian baru. Mereka membangun gereja-gereja rumah atau dengan kata lain
mereka beribadah dari rumah ke rumah. Hal ini tentunya jadi jawaban bagi
gereja-gereja saat ini ketika melawan pandemi covid-19 yang terjadi di
Indonesia.
Solusi
Solusi
Injil merupakan kabar baik bagi setiap manusia. Kabar baik tersebut
akan berdampak luar biasa jika diterima dengan tulus dan terbuka. Ternyata injil
tidak sekedar berdampak kepada keadaan spiritual manusia, namun juga
memberikan dampak bagi perubahan sosial manusia. Injil juga memberikan
dampak yang positif bagi setiap manusia yang mempercayainya. Injil tidak saja
memberikan dampak transformasi spiritual tetapi juga transformasi sosial. Injil
mengubah keadaan rohani manusia yang berdosa dan patut dihukum, menjadi
anak-anak Allah yang diselamatkan di dalam Yesus Kristus. Selain itu kehadiran
injil mengubah cara pandang manusia tentang kehidupan sosial. Manusia lebih
menghargai waktu, nilai hidup manusia, dan pendidikan. Hal ini membuktikan
bahwa injil tidak saja memberikan dampak transformasi spiritual namun juga
transformasi sosial.13
13
David Eko Setiawan, “Dampak Injil Bagi Transformasi Spiritual Dan Sosial,” BIA’:
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 2, no. 1 (June 24, 2019): 83–93.
14
David Eko Setiawan and Dwiati Yulianingsih, “Signifikansi Salib Bagi Kehidupan Manusia
Dalam Teologi Paulus,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika (2019): 227–246.
yang dapat mendukung dan ada yang menolak bahkan memprotes keputusan
pemerintah tersebut.
Ketika kita menjadi seorang Hamba Tuhan atau pelayan Kristus, maka
sudah seharusnya kita mewujudkan fungsi gereja yang sesungguhnya yaitu
melayani bukan hanya di dalam tetapi keluar dan memberitakan injil kebenaran
Allah. Menjadi seorang pelayan Kristus seharusnya tidak sekedar mengajar
namun juga membangun relasi yang penuh dengan kesabaran, kelemah-
lembutan, keramahan serta keterbukaan pada orang-orang yang diajarnya.
Ditengah-tengah pandemi ini, seorang pelayan Kristus harus benar-benar punya
strategi misi penginjilan yang pas atau pengajaran yang pas bagi jemaat maupun
bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus. Kehadiran relasi dalam proses
pembelajaran akan berdampak pada efektifitas penyerapan kebenaran pada umat
Allah.15
15
David Eko Setiawan and Anton Ishariyono, “THE ESSENSE OF SPIRITUALITY
OF CHRIST SERVANT AND ITS IMPLICATION FOR THE SERVANT OF GOD TODAY”
2, no. 2 (2020): 116–128.
16
Lukuhay and Stevanus, “DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA.”
17
Ibid.
Allah yang teraplikasi dalam kepedulian kepada sesamanya adalah ungkapan
iman orang percaya. Jadi kapanpun, diamanapun kita melaksanakan ibadah, baik
itu dirumah atau di tempat-tempat terbuka, tidak pernah merubah nilai dan
esensi ibadah itu sendiri selama manusia memiliki hubungan yang baik dengan
Allah dan diaplikasikan dalam kepedulian sesamanya.18 Gereja, baik lokal
maupun global harus memberi dampak bagi masyarakat. Sebab Allah ingin
menyelesaikan tujuan penebusannya, yaitu agenda besar Allah, melalui gereja-
Nya. Gereja jauh lebih penting dalam mengubah sebuah masyarakat
dibandingkan kepala negara, atau lembaga perwakilan rakyat. Itu sebabnya
ditengah-tengah pandemi ini, gereja harus menjadi contoh. Ditengah-tengah
berbagai situasi dan tantangan pelayanan yang muncul saat ini diperlukan sosok
hamba Tuahan yang mampu dalam menghayati spiritualnya.19
Berangkat dari hal ini, mari kita melihat kembali beberapa prinsip dan
sikap pastoral dari seorang reformator gereja yaitu Martin Luther ketika
ditengah pandemi yang pernah terjadi di benua eropa antara 1348 dan 1350.
30% penduduk Eropa pada waktu itu lenyap oleh sebuah wabah ganas yang
disebut Bubonic Plague atau Black death, sebuah pandemi yang di mulai abad
14 dan terus masih berlanjut hingga pertengahan abad 17 (secara keseluruhan
korban yang meninggal di Eropa diperkirakan berjumlah 200 juta jiwa). Martin
Luther berkata dalam suratnya kepada salah seorang hamba Tuhan yang
bernama Johann Hess yang waktu itu mengirim surat kepada Luther untuk
meminta nasehat dimasa pandemi. Luther menjawab Johann dengan bunyi: bila
ada orang Kristen yang teguh imannya memilih tinggal ditempatnya masing-
masing biarlah ia melakukannya, namun bila ada yang lemah imannya ingin
menghindar dari bahaya dengan cara melarikan diri silakan ia melakukannya.
Sedangkan Luther tetap memilih stay di rumahnya sendiri, dan menolak untuk
pindah ke tempat lain, khususnya ketika ia dan rekan-rekannya dihimbau untuk
pergi ke kota jena yang berdekatan dengan wittenberg. Bahkan luther juga
menegaskan setiap orang Kristen harus siap untuk menghadapi kematian.20
Gereja Rumah
Pada bagian bab pertama, penulis menekankan bahwa salah satu arti dari
gereja adalah mengarah kepada sebuah gedung dan digunakan sebagai tempat
kebaktian orang-orang kristen, namun kali ini kebaktian orang-orang kristen
bukan lagi diarahkan ke gedung gereja namun di Rumah masing-masing.
Konsep gereja rumah ini rupa-rupanya bukanlah hal yang baru bagi orang-orang
kristen, karena jemaat mula-mula juga melakukan pola yang sama dengan
kejadian selama masa pandemi ini yaitu gereja rumah. Tidak ada definisi yang
kuat tentang gereja rumah ini, sehingga pemahaman tersebut dapat dibangun
dari fenomena gereja rumah ala para rasul di Kisah Para Rasul. sekalipun Kisah
Para Rasul sendiri tidak memberikan definisi secara jelas tentang konsep ini,
setidaknya pengertian ini dapat dipahami dalam beberapa pola yang dilakukan
oleh jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul. menurut Djeffry Hidajat bahwa
gereja dalam Perjanjian Baru adalah gereja rumah karena merupakan unit
sosial,ekonomi dan religius.22
Gereja harus menjadi alat untuk memberikan injl keselamatan bagi setiap
orang ditengah-tengah pandemi Covid-19. Alkitab dengan tegas menyatakan
bahwa keselamatan hanya bersumber dari Allah. karena pada dasarnya manusia
tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Akibat dosa yang membuat manusia
membutuhkan anugerah dari Allah untuk diselamatkan. Keberdosaan itulah
yang membuat manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dan
keberdosaan itu dialami sejak dalam kandunganibunya. Fakta ini menunjukkan
bahwa pada dasarnya semua manusia telah berdosa tanpa terkecuali. Selain itu,
Alkitab juga menjelaskan bahwa seseorang akan diselamatkan jika dia percaya
kepada Yesus Kristus.25 Setelah orang percaya dan menerima Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia harus mengalami kelahiran baru. Kelahiran
baru adalah suatu peristiwa rohani di mana Allah memberikan kehidupan baru
pada diri orang percaya sehingga dia menggalami persatuan dengan Kristus. Hal
23
Ibid.
24
Lukuhay and Stevanus, “DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA.”
25
David Eko Setiawan, “Refleksi Pastoral Terhadap Konsep Keselamatan Dalam
Universalisme Ditinjau Dari Soteriologi Kristen,” FIDEI: Jurnal Teologi Sistematika dan
Praktika (2018).
ini terjadi secara spiritual saat seseorang percaya kepada Yesus sebagai satu-
satunya Tuhan dan Juru Selamat pribadi. Peristiwa ini menghasilkan sebuah
kehidupan baru yang dinyatakan melalui watak yang baru dalam kehidupan
sehari-hari.26
Maka dari itu, gereja harus memberitakan Injil dalam situasi apapun,
sekalipun situasi yang dianggap mustahil bagi manusia untuk memberitakan
Injil. Berdasarkan penelitian di atas, seharusnya hamba Tuhan menyadari
pentingnya Injil ditengah pandemi Covid-19 yang sudah mengakibatkan
meningkatkan jumlah kematian dalam waktu yang singkat.
Simpulan
Kepustakaan
Macdonald, William. Gereja Berhasil. Edited by Yuri Adu Tae. 1st ed. Sastra
Hidup Indonesia, 2013.
Setiawan, David Eko. “Dampak Injil Bagi Transformasi Spiritual Dan Sosial.”
BIA’: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 2, no. 1 (June 24,
2019): 83–93.