Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK IBADAH VIRTUAL DI MASA PANDEMI COVID-19

BAGI GEREJA KRISTEN BERSINAR EL-BETHEL KELAPA GADING

NAMA MAHASISWA:

LIDIA ESTER SUMANGKUT, S.TH

NIM : 02025105

PROGRAM PASCASARJANA

DOSEN PENGAMPU : DR. LENNY CHENDRALISAN, M.TH

MATA KULIAH : TEOLOGI KONTEKTUAL

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI RAHMAT EMMANUEL

JAKARTA, 3 MARET 2021


DAMPAK IBADAH VIRTUAL DI MASA PANDEMI COVID-19

BAGI GEREJA KRISTEN BERSINAR EL-BETHEL KELAPA GADING

PENDAHULUAN

Di tengah masa pandemi Covid-19, di Indeonesia sejak Maret 2020, sebagian besar

warga gereja di perkotaan mulai beribadah di rumah masing-masing, tidak lagi beribadah

Minggu di Gedung Gereja melainkan beribadah di dalam rumah tinggal. Pemerintah

menganjurkan untuk warga Indonesia agar menjaga jarak (social distancing), membatasi

kegiatan yaitu bekerja dari rumah, bersekolah dari rumah dan beribadah dari rumah.

Tentunya dalam situasi apapun, Gereja tidak mungkin berhenti dari kegiatan penatalayanan

atau penggembalaan.

Sebagai Gereja, harus menaati peraturan pemerintah dan juga di sisi lain, tetap

memperhatikan pertumbuhan kerohanian jemaat. Maka Gereja mengambil sikap untuk

mengadakan ibadah secara virtual yaitu dengan menerapkan penggunaan teknologi yaitu

internet untuk mendukung terlaksananya ibadah secara virtual atau online.

Latar Belakang Masalah

Pandemi Covid-19 sangat berdampak pada kehidupan dunia. Indonesia sangat merasakan

dampak yang hebat ini. Oleh sebab itu Pemerintah berusaha untuk mengatasi atau membatasi

penyebaran virus corona dengan kata lain memutuskan mata rantai penyebaranya. Tentunya

ada konsekuensinya yaitu dibatasi kerumunan dalam jumlah besar dan jarak yang sangat

dekat misalnya berjabat-tangan atau bersentuhan.


Gereja yang dikenal dengan keramahannya yaitu selalu berjabat-tangan/bersentuhan

(berpelukan) diharuskan untuk menjaga jarak (social distancing) dan harus menerima

keputusan untuk beribadah di rumah.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana Ibadah Virtual di Gereja Kristen Bersinar El-Bethel Kelapa Gading?

2. Apakah dampak Ibadah Virtual bagi Gereja Kristen Bersinar El-Bethel Kelapa Gading?

3. Apa relevansinya Ibadah Virtual dengan Gereja Mula-mula?

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana Ibadah Virtual di Gereja Kristen Bersinar El-Bethel Kelapa

Gading?

2. Untuk mengetahui apakah dampak Ibadah Virtual bagi Gereja Kristen Bersinar El-Bethel

Kelapa Gading?

3. Untuk mengetahui apa relevansinya Ibadah Virtual dengan Gereja Mula-mula?

PEMBAHASAN

1. Ibadah Virtual di Gereja Kristen Bersinar El-Betehel Kelapa Gading

Di masa pendemi Covid-19 sejak Maret 2020, ibadah bersama yang diadakan di rumah

masing-masing jemaat Gereja Kristen Bersinar El-Bethel Kelapa Gading dilakukan

dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dalam jaringan internet yaitu


dalam bentuk live streaming di Facebook dan Youtube atau Zoom Meeting (dapat

berinteraksi).

Gedung Gereja yang awalnya adalah tempat untuk beribadah, bertemu dengan saudara

seiman, bersekutu dan saling membangun, kini digantikan oleh media komunikasi untuk

bertemu secara virtual.

Jemaat hanya dapat melihat wajah, bertemu sapa di balik layar handphone atau computer.

Gereja harus beradaptasi dengan metode Ibadah secara virtual, demi untuk memutuskan mata

rantai penyebaran virus covid-19. Ibadah virtual atau ibadah online melalui live streaming

atau zoom meeting adalah cara yang tepat sebagai sarana ibadah bersama yang diterapkan di

GKB El-Bethel.

2. Dampak Ibadah Virtual bagi Gereja Kristen Bersinar El-Bethel Kelapa Gading

Ibadah adalah perjumpaan pribadi orang percaya dengan Allah. Saat kita bersekutu dengan

Tuhan, maka kita akan mengalami perjumpaan yang indah dalam hadirat-Nya. Ketika kita

mengalami perjumpaan dengan Allah, di situ terjadi perubahan hidup. Dalam ibadah, kita

dapat mengalami kehadiran-Nya dan bahkan dapat mengerti bahwa sungguh besar kasih

Allah pada umat tebusan darah-Nya.

Jadi Ibadah bukan hanya sebatas mendengarkan pembicara atau sebatas menyanyikan puji-

pujian, tetapi dalam ibadahlah ada pengalaman terindah yaitu mengalami perjumpaan dengan

Allah dalam hadirat-Nya.

Dalam Mazmur 96:8 berkata : “Berilah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, bawalah

persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya”


Roma 12:1 berkata : “Karena itu saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasehatkan

kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang

kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”

Jadi ibadah adalah mempersembahkan seluruh aspek kehidupan kita kepada Allah.

“Hugh Litcfield mengatakan bahwa hasil ibadah yang terpenting adalah mengalami

kehadiran Allah dan kehidupan yang diubahkan melalui kebenaran Firman Allah yang

disampaikan.” Yang menentukan suatu perubahan baik atau buruk adalah hasilnya, apakah

membantu jemaat untuk dapat mengalami kehadiran Allah dan diubahkan kehidupannya oleh

penyampaian kebenaran Firman Allah.

Atas dasar inilah Gereja tidak menyerah untuk datang beribadah kepada Allah walaupun

sebatas Ibadah Virtual.

Ibadah virtual dengan penggunaan teknologi yang semakin berkembang, dimanfaatkan oleh

Gereja untuk membangun sebuah hubungan dalam arti dapat menghubungkan Gembala

sidang dan jemaat atau jemaat dengan jemaat, tetap terjadi komunikasi dan interaksi.

Melalui ibadah virtual seperti sarana Zoom Meeting atau bahkan Facebook dan Youtube

maka dapat dengan mudah dibangun sebuah komunikasi dan demi pertumbuhan kerohanian

jemaat.

Melalui ibadah virtual, jemaat gereja dapat berdoa satu sama lain dan dapat membagi berkat

melalui sebuah postingan video di Facebook gereja.


Kendala yang terjadi

Memang sangat diakui bahwa pelaksanaan Ibadah Virtual membutuhkan persiapan yang

sangat matang baik pemimpin maupun jemaat. Ketika awal pandemi, jemaaat masih belum

terbiasa dengan pola yang baru yaitu secara virtual atau online. Kendala yang ditemukan

adalah kurang sinyal atau jaringan untuk melakukan Ibadah online.

Ibadah Minggu yang biasanya ada keakraban atau kebersamaan tetapi ketika berubah dalam

bentuk virtual, terjadi perubahan yang signifikan.

Kendala yang terjadi juga adalah mengenai persembahan. Jemaat dihimbau untuk memberi

persembahan melalui rekening bank atau melalui barkot OVO dan GOPAY gereja, tetapi

masalahnya tidak semua jemaat mengerti dengan cara ini.

Namun ibadah secara virtual memiliki banyak kelebihan yaitu semua jemaat dapat terlibat

dan tidak terbatas ruang dan waktu. Ibadah virtual bisa melalui, live streaming

Youtube/Facebook, live Instagram, Google meet, Zoom Meeting.

Dengan ibadah virtual, jemaat tidak perlu keluar rumah untuk mengikuti ibadah, melainkan

dari rumah.

Liturgis atau tata cara ibadah virtual di Gereja Kristen Bersinar El-Bethel Kelapa Gading

dilakukan berbeda dengan ibadah offline sebelumnya saat di gedung gereja yaitu tata cara

ibadah dan waktu dipersingkat. Ibadah virtual diselenggarakan sesuai dengan jadwal ibadah

minggu gereja. Para petugas ibadah : Gembala sidang, pembicara/pengkhotbah, WL, singer

dan Pemusik melaksanakan ibadah di gereja, sementara jemaat mengikuti ibadah virtual atau

secara online. Biasanya ibadah virtual diselenggarakan selama 1 jam (waktu dan tata ibadah
dipersingkat) yaitu pujian dan penyembahan, penyampaian Firman Tuhan, doa syafaat dan

doa berkat.

Dengan ibadah virtual, gereja tetap mengalami pertumbuhan rohani dan dapat saling

membangun serta saling menguatkan di dalam melayani Tuhan Yesus.

3. Relevansinya Ibadah Virtual dengan Gereja Mula-mula

Ibadah virtual tentu dilakukan di rumah masing-masing jemaat. Rumah sebagai tempat

tinggal dapat berfungsi sebagai gereja artinya gereja rumah. Rumah dijadikan tempat ibadah

virtual yaitu dijadikan tempat bersekutu dan merasakan kehadiran Yesus dalam setiap ibadah

di rumah. Rumah yang dijadikan tempat beribadah relevansinya dengan gereja mula-mula

dalam Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus, rumah selalu menjadi tempat pertemuan

pengikut Kristus. Rumah dijadikan tempat untuk pertemuan jemaat di Yerusalem (Kis. 1:13

“ruang di atas”; Kis. 2:41-47).

Pelayanan Paulus di berbagai kota selalu dilakukan di rumah tertentu selain di rumah ibadah.

Di Filipi, Paulus menumpang di rumah Lidia (Kis. 16:15-16), rumah Yason di Tesalonika

(Kis. 17:7), rumah Akwila di Korintus (Kis. 18:1), ruang atas di Troas (Kis. 20:8, 11), rumah

Filipus di Kaisarea (21:8). Paulus sendiri sering menyebut kumpulan orang percaya dengan

sebutan jemaat di rumah-rumah tertentu. Misalnya: jemaat di rumah Priskila dan Akwila

(Rm. 16:3-5); rumah Aristobulus (Rm. 16:10), rumah Narkisus (Rm. 16:11), Gayus yang

memberi tumpangan (Rm. 16:23), jemaat di rumah Nimfa (Kol. 4:15), Paulus pernah tinggal

di rumah Karpus di Troas (2Tim. 4:13).

Mengapa pengajaran Yesus, teks-teks Injil dan surat-surat banyak menggunakan kata
rumah dan mengambil kisah dengan latar belakang rumah? Karena gereja saat itu ada di

rumah.

Orang percaya mula-mula menggunakan struktur rumah untuk pengembangan pekabaran

Injil. Para pemimpin dan misionari dalam Gereja Mula-mula telah melaksanakan upaya

kontekstualisasi agar Injil dapat diterima oleh masyarakat pada waktu itu.

Hal pertama yang menonjol mengenai penggunaan rumah pada Gereja Mula-mula adalah

karena untuk pertumbuhan gereja diperlukan ruang untuk melaksanakan pertemuan.

Di masa Pandemi Covid-19 telah menyebabkan gereja-gereja harus mengubah pola

ibadahnya dari yang dilaksanakan di gedung gereja kepada pola ibadah virtual di rumah. Hal

ini berkaitan dengan himbauan pemerintah untuk melakukan social distancing dan physical

distancing demi memutuskan mata rantai penularan virus tersebut yang sangat mudah

berpindah terutama melalui interaksi antar manusia di dalam kerumunan.

Kesimpulan dan Saran

Ibadah virtual tidak bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan. Gereja adalah anggota

tubuh Kristus yang keberadaannya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Ibadah virtual adalah cara gereja berkontekstualisasi pada perkembangan yang terjadi di masa

pandemi. Dengan melakukan ibadah di rumah masih relevan dengan kehidupan gereja mula-

mula yang terdapat dalam Kisah Para Rasul yaitu rumah dijadikan tempat pekabaran injil dan

bersekutu serta mengalami perjumpaan Pribadi dengan Tuhan.

Gereja harus bisa melakukan perubahan sesuai perkembangan, dan tentunya harus relevan

dengan Alkitab demi terpenuhi kebutuhan rohani jemaat di masa pandemi Covid-19.
Gereja berkontektual artinya gereja berani mengikuti perubahan seiring dengan

perkembangan yang terjadi namun harus tetap relevan dengan Kebenaran Allah.

Gereja harus bisa berkontekstual terhadap suatu perubahan tanpa kehilanganan esensinya

sebagai tubuh Kristus dan tentunya tidak menyimpang dari Alkitab yang adalah Firman

Allah.

Daftar Kepustakaan :

Alkitab, LAI, Jakarta, 2011

Budiman, R. L., Pelayanan Lintas Budaya dan Kontekstualisasi, Bandung; np., nd.

BIA: Jurnal Dampak Injil bagi Transformasi Spiritual dan Sosial Vol 2, no 1 (2019)

Bilangan Research Center – Tantangan Gereja di masa pandemi covid-19 dan alternatif

solusinya. https://web.facebook.com/bilanganresearchcenter.

Hessegrave, David J. & Edward Rommen, Kontekstualisasi: Makna, Metode dan

Model, Terj. Stephen suleeman, Jakarta: BPK GM, 1994.

Hidajat, Djeffry. “Gereja Di Rumah: Kontekstualisasi Fungsi-Fungsi Rumah Dalam Masa

Pandemi

Kristiyono, J. (2015). Budaya Internet: Perkembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi

Richardson, Don, Anak Perdamaian, Bandung: Kalam Hidup, 1977.


Singgih, E. G, Berteologi dalam Konteks, Jakarta: BPK & Yogyakarta: Kanisius, 2000.

Tomatala, Yakob, Teologi Kontekstualisasi, Malang: Gandum Mas, 1993.

Sunarko, Adrianus. Teologi Kontektual, OBOR, 2016

Venema, H., Hidup Baru: Orang kristen dalam Konteks Kebudayaan Setempat, Jakarta:

Yayasan Bina Kasih/OMF, 2006.

Anda mungkin juga menyukai