Anda di halaman 1dari 32

SEJARAH GEREJA

INDONESIA (SGI)

PERTUMBUHAN GEREJA LOKAL


[ GPT KRISTUS GEMBALA TETEHOSI ]

Dibuat Oleh :
Onesimus Lase
NIM : 147.ST.08.14

Dosen Pengampu :
Stevanus Parinussa, M.Th.

SEKOLAH TINGGI TABERNAKEL INDONESIA (STTIA)


SURABAYA
2016

ABSTRAK

Pada mulanya adalah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu dimulai dari
Allah. Allah yang menghendaki pertumbuhan gereja. Allah sendiri juga yang memberi
pertumbuhan pada gereja. Gereja sebagai organisme dan organisasi selalu melibatkan
pertumbuhan. Sebagaimana pertumbuhan orang yang sehat maka gereja yang bertumbuh dan
sehat akan memperlihatkan tanda-tanda vital tertentu. Menemukan jawaban bagaimana Allah
melakukan pertumbuhan bagi gereja tentu saja dalam analisis terakhir adalah Allah yang
bekerja melalui Roh Kudus. Sedangkan bagian gereja sebagai organisme dan organisasi adalah
menanam dan menyiram (bnd. I Kor. 3:6).
Dalam pembahasan makalah ini akan menjelaskan bagaimana gereja sebagai
organisme dan organisasi melakukan bagiannya dalam pertumbuhannya. Dimulai dari
penyatuan pemahaman yang sama tentang pertumbuhan gereja, komponen yang ada di
dalamnya, tugas gereja yang bertumbuh, mempertahankan gereja yang bertumbuh hingga halhal sederhana yang menjadi faktor pertumbuhan gereja.
Secara khusus juga akan menyajikan analisis terhadap gereja GPT Kristus Gembala
Tetehosi. Dimulai sejak awal berdiri gereja hingga sekarang. Dalam segala bentuk lika-liku
perjalanannya akan disajikan dalam makalah ini. Mulai dari kondisi jemaat, pertumbuhan dan
penurunan kuantitas jemaat, liturgi, managemennya dan hubungannya dengan masyarakat
sekitar serta hal-hal terkait lainnya.
Dan akhir dari pada bab temuan hasil penelitian dan penutup, penulis menyajikan
analisis terhadap pertumbuhan gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi dan implikasinya bagi
penulis sebagai gembala sidang generasi mendatang.

Page 1 of 31

KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yesus karena
rahmat, anugrah dan kasih kemurahan-Nya, penulis mendapat kesempatan untuk membuat dan
menyelesaikan tugas makalah Sejarah Gereja Indonesia (SGI) ini. Dimana makalah Sejarah
Gereja Indonesia (SGI) ini akan membahas tentang Petumbuhan Gereja Pantekosta
Tabernakel Kristus Gembala Tetehosi Ombolata Nias Tengah Kilometer 15. Hanya Dialah
yang patut ditinggikan, disembah dan dilayani dulu, sekarang dan selamanya.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya atas bantuan, dukungan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama
menyelesaikan makalah ini kepada:
1. Bapak Stevanus Parinussa, M.Th., selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Gereja
Indonesia (SGI), yang telah membimbing dan memberikan saran-saran dalam
terselesaikannya makalah ini.
2. Bapak Pdm. Haogoziduhu Lase selaku gembala sidang GPT Kristus Gembala Tetehosi
Ombolata, yang telah membantu penulis makalah ini dalam menyediakan data-data dan
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian makalah ini.
3. Teman-teman semester IV (empat) yang telah banyak mendukung pengerjaan makalah ini,
baik dukungan dalam bentuk ide, semangat dll.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna.
Bahkan dalam penulisan dan sebagainya. Oleh karena itu penulis sangat membutuhkan saran
dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.
Harapan penulis makalah yang sudah disusun ini dapat menjadi kontribusi sebagai
bahan evaluasi dalam perkembangan gereja setempat. Juga kepada semua pembaca, mendapat
dan menambah wawasan tentang pertumbuhan gereja.
Kiranya Allah Bapa, Putra Yesus Kristus dan Roh Kudus memberkati, menyertai dan
melimpahkan kasih-Nya dalam kehidupan penulis dan pembaca semuanya.

Surabaya, 10 Juni 2016


Penulis,

( Onesimus Lase )
Page 2 of 31

DAFTAR ISI
Judul (Cover) .

Abstrak ...............

Kata Pengantar ...

Daftar Isi

BAB I : Pendahuluan .

A. Latar Belakang ...

B. Rumusan Masalah ..

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ....

E. Metode Penelitian .

1. Tipe dan Dasar Penelitian

2. Subjek Penelitian .

3. Teknik Pengumpulan Data ..

F. Ruang Lingkup Penelitian .

BAB II : Landasan Materi .

10

A. Tinjauan Pustaka

10

1. Mendefinisikan Pertumbuhan Gereja ..

10

2. Teologi Pertumbuhan Gereja ...

10

3. Pandangan Yesus Terhadap Pertumbuhan Gereja ...

10

4. Pertumbuhan Gereja Adalah Kehendak Allah

11

5. Peran Gembala Dalam Pertumbuhan Gereja ...

11

6. Gereja Yang Bertumbuh Adalah Gereja Yang Memiliki Tujuan

13

7. Memeriksa Komponen Gereja Yang Bertumbuh

14

8. Mempertahankan Kesehatan Sebuah Gereja Lokal Yang Bertumbuh

15

9. Three Tugas Gereja .

15

B. Hipotesis

15

BAB III : Pembahasan Temuan-temuan Penelitian ..

16

A. Keadaan Umum Gereja .

16

1. Latar Belakang Berdirinya Gereja ...

16

2. Penatalayanan Gereja ..

18

3. Keadaan Gereja ..

22

4. Hambatan Dan Solusi Dalam Perkembangan Gereja Ke Depan

24

Page 3 of 31

B. Pengembangan Pelayanan Gereja .

25

C. Analisi Sejarah (Interpretasi) .

25

BAB IV : Penutup .

27

A. Simpulan

27

B. Implikasi

27

Daftar Pustaka

29

Lampiran

30

A. Daftar Grafik .

30

B. Daftar Gambar ...

31

C. Lain-lain

Page 4 of 31

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Prinsip fundamental bagi semua kehidupan adalah bahwa setiap organisme hidup pasti
bertumbuh. Pertumbuhan itu alamiah sebagai kenyataan kehidupan. Hal kerajaan Allah juga
diumpamakan biji sesawi yang tumbuh menjadi pohon yang besar (bnd. Mark. 4:31-32). Tidak
lain halnya dengan gereja yang mengalami pertumbuhan (bnd. Ef. 4:16).
Gereja merupakan sebuah organisme hidup dan sebagai organisasi. Segala sesuatu
tentang gereja melibatkan kehidupan. Sebagai organisme, gereja ibarat makhluk hidup yang
mempunyai kehidupan dan mempunyai kemampuan untuk bertumbuh secara alamiah, bahkan
pertumbuhan alamiah ini bukan sesuatu upaya pertumbuhan yang dapat dilakukan oleh
kemampuan manusia. Rick Warren berkata, Gereja adalah organisme yang hidup, dan semua
yang hidup secara alamiah bertumbuh. Tugas orang percaya adalah menyingkirkan rintangan
yang menghalangi pertumbuhan. Gereja-gereja yang sehat tidak memerlukan taktik untuk
bertumbuh, mereka bertumbuh secara wajar.1
Pertumbuhan gereja alamiah adalah kemampuan gereja sebagai organisme hidup yang
mempunyai kemampuan atau potensi untuk bertumbuh. Pertumbuhan ini tidak dapat dilakukan
oleh manusia. Potensi partumbuhan gereja adalah anugerah, diberikan oleh Allah bagi semua
gereja-Nya. Tugas orang percaya dan segala strateginya adalah menyingkirkan penghalang
yang merintangi pertumbuhan gereja. Jika gereja sehat, maka secara alamiah gereja pasti
bertumbuh.
Yesus Kristus, kepala gereja adalah Juruselamat yang hidup. Gereja termasuk individu
yang dihidupkan secara rohani sebagai akibat dari kelahiran baru (Yoh. 3:3 ; Ef. 2:1-3). Baik
secara individu atau secara lembaga gereja didiami oleh Roh Kudus yang hidup (Yoh. 14 ; I
Kor. 3:16-17) dan pekerjaannya dipimpin oleh sebuah buku kehidupan (Ibr. 4:12). Karena
gereja berdenyut seiring kehidupan Kristus, maka gereja diharapkan bertumbuh. Gereja telah
bertumbuh sejak kelahirannya pada hari Pentakosta. Oleh karena itu gereja harus bertumbuh
karena telah lahir dan memulai kehidupannya.
Studi tentang pertumbuhan gereja dan analisis dinamikanya telah mendorong banyak
pihak untuk menelitinya. Oleh karena itu juga melalui makalah ini, penulis mencoba

Warren. Rick, Pertumbuhan Gereja Masa Kini: Gereja yang mempunyai Visi-Tujuan (Malang:
Gandum Mas, 2000) hlm 21-22
Page 5 of 31

melakukan penelitian tentang Pertumbuhan Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) - Kristus


Gembala, Tetehosi Ombolata. Yang mana penelitian ini didorong oleh kerinduan akan
pengetahuan tentang bagaimana mendapat atau mempertahankan kesehatan (secara
pertumbuhan) gereja setempat. Tidak hanya itu, makalah ini juga akan menjadi tolak ukur bagi
penulis, sejauh mana penulis memahami Sejarah Gereja Indonesia dan sejarah gereja lokal
penulis secara khusus, Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT Kristus Gembala) Tetehosi.
Terkait dengan akademik yaitu untuk memenuhi tugas akhir semester genap 2016.
Inilah yang menjadi latar belakang penulisan makalah ini, yang akan membantu
menganalisa sejauh mana Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) - Kristus Gembala, Tetehosi
Ombolata telah mengalami pertumbuhan.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan masalah
yang harus dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Rumusan masalah penelitian
merupakan penjabaran dari pokok masalah penelitian dan sekaligus juga bisa sebagai
pembatasan masalah.
Maka berdasarkan pokok masalah penelitian di atas, peneliti membuat rumusan
masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Pertama, bagaimanakah penatalayanan gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi
Ombolata?
Kedua, seperti apakah keadaan jemaat gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi
Ombolata?
Ketiga, sambatan-hambatan apakah yang dihadapi oleh gereja GPT Kristus Gembala
Tetehosi Ombolata dalam pertumbuhannya?
Keempat, solusi apakah yang dibutuhkan oleh gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi
Ombolata dalam pertumbuhannya?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian adalah kumpulan pertanyaan yang menjelaskan sasaran-sasaran,
maksud-maksud atau gagasan-gagasan umum diadakannya suatu penelitian. Cara kerja tujuan
penelitian adalah dengan mengubah daftar pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi bentuk
pernyataan.

Page 6 of 31

Adapun tujuan penelitian ini adalah:


Pertama, menjelaskan bagaimana penatalayanan gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi
Ombolata.
Kedua, menjelaskan keadaan gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi Ombolata.
Ketiga, menjelaskan hambatan-hambatan yang dialami oleh gereja GPT Kristus
Gembala Tetehosi Ombolata.
Keempat, menjelaskan solusi yang dibutuhkan oleh gereja GPT Kristus Gembala
Tetehosi Ombolata.

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu kegunaan secara teoritis
sebagai sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan dan kegunaan secara praktis sebagai
sumbangan yang dapat diberikan kepada penerapan ilmu pengetahuan baik kepada pribadi,
institusi ataupun masyarakat secara luas.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
Pertama, secara teoritis adalah untuk memberikan kontribusi bagi bidang sejarah gereja
Indonesia khususnya teori di bidang perkembangan gereja.
Kedua, secara praktis bagi peneliti adalah sebagai bahan pembelajaran pribadi dalam
hal perkembangan gereja sebagai bekal untuk terjun dalam pelayanan setelah lulus dari STTIA.
Bagi gereja setempat yang menjadi objek penelitian menjadi bahan evaluasi dalam
pertumbuhan ke depan. Dan bagi pembaca secara umum, manfaat penelitian ini adalah
memberi sumbangan besar bagi usaha pertumbuhan gereja masa kini dan bagi semua orang
yang terlibat dalam kegiatan pertumbuhan gereja dalam menjangkau generasi dan dunia bagi
Injil Kristus Yesus.

E. METODE PENELITIAN
1. TIPE DAN DASAR PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu.2 Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data
empiris yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid, reliable dan objektif. Adapun dalam
penelitian makalah ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme, digunakan

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfa Beta, 2014) hlm. 3

Page 7 of 31

untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai intrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Secara spesifik metode kualitatif yang peneliti gunakan adalah metode penelitian
kualitatif naratif. Penelitian naratif adalah salah satu jenis penelitian kualitatif dimana peneliti
melakukan studi terhadap satu orang individu atau lebih untuk memperoleh data tentang
sejarah perjalanan dalam kehidupannya. Data tersebut selanjutnya oleh peneliti disusun
menjadi laporan yang naratif dan kronologis.

2. SUBJEK PENELITIAN
Adapun yang menjadi subjek penelitian dari peneliti dalam membuat makalah ini
adalah gereja lokal peneliti, dengan penjelasan dan keterangan sebagai berikut:
Nama Gereja

Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) Kristus Gembala

Nama Gembala Sidang

Pdm. Haogoziduhu Lase

Alamat

Jln. Nias Tengah Kilometer 15

Desa

Tetehosi Ombolata

Kota

Gunungsitoli

Kabupaten

Nias

Provinsi

Sumatra Utara

3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu kualitas
instrument penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas pengumpulan data berkenaan
ketetapan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara. Bila dilihat dari sumber datanya maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Dalam pengumpulan data dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan
pengumpulan data sumber primer. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah teknik wawancara (interview).
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana pewawancara dalam
mengumpulkan data mengajukan suatu pertanyaan kepada yang diwawancarai. Wawancara
dapat dilakukan secara terstruktur. Hal ini dilakukan karena peneliti mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Page 8 of 31

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Dalam penulisan penelitian ini, ruang lingkup penelitian adalah berfokus pada satu
tempat. Tempat yang menjadi fokus atau sasaran peneliti adalah Gereja Pantekosta Tabernakel
(GPT) Kristus Gembala, Tetehosi Ombolata Kilometer 15 Gunung Sitoli Nias, Sumatra
Utara. Peneliti juga melakukan penelitian di Perpustakaan STTIA, tetapi hanya sebatas
keterkaitan terhadap literartur yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Page 9 of 31

BAB II
LANDASAN MATERI

A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Mendefinisikan Perumbuhan Gereja
Banyak seminar dan konferensi yang memusatkan perhatian pada pertumbuhan gereja.
Hal ini dikarenakan oleh pertumbuhan gereja yang sangat cepat sekarang ini. Maka dari itu
sangat penting untuk mendefinisikan konsep pertumbuhan gereja.
1. Pertumbuhan gereja adalah kenaikan yang seimbang dalam kuantitas, kualitas dan
kompleksitas organisasi sebuah gereja lokal.3
2. Pertumbuhan gereja ialah segala sesuatu yang mencakup soal membawa orang-orang yang
tidak mempunyai hubungan pribadi dengan Yesus Kristus ke dalam persekutuan dengan
Dia dan membawa mereka menjadi anggota gereja yang bertanggung jawab. (C. Peter
Wagner).
3. Pertumbuhan gereja ialah berkurangnya penduduk neraka dan bertambahnya penduduk
surga.

2. Teologi Pertumbuhan Gereja


Ada banyak orang yang mengkritik Gerakan Pertumbuhan Gereja dengan
mengatakan bahwa gerakan ini tidak mempunyai landasan Alkitabiah yang cukup kuat.
Gerakan ini disebut-sebut sebagai gerakan yang tidak teologis ataupun miskin akan materi
eksegetis. Tetapi para pelopor Gerakan Pertumbuhan Gereja memandang ini sebagai gerakan
yang benar-benar teologis. Dengan semangat mereka meyakinkan bahwa Tuhan menghendaki
agar domba-domba-Nya yang hilang diketemukan dan dibawa kembali ke kandang.4

3. Pandangan Yesus Terhadap Pertumbuhan Gereja


Pada saat-saat akhir pelayanan-Nya di dunia ini ketika Ia ditangkap, diadili, difitnah,
diludahi, didera, dilucuti pakaian-Nya, diejek dan disalibkan bahkan yang lebih parah lagi
ditinggalkan oleh murid-murid-Nya, Yesus tetap optimis. Bagi-Nya kejadian-kejadian yang
dialami-Nya tidaklah akan berakhir dalam kekalahan tetapi dalam kemenangan. Di tengahtengah semuanya itu, Ia membuat pernyataan yang luar biasa yaitu Injil Kerajaan ini akan

3
4

Jenson, Ron & Jim Stevens, Dinamika Pertumbuhan Gereja (Malang: Gandum Mas, 2004) hlm. 8
Wagner, C. Peter, Strategi Perkembangan Gereja (Malang: Gandum Mas, 2003) hlm. 24

Page 10 of 31

diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba
kesudahannya (Mat. 24:14). Pandangan Yesus jauh ke depan dan mampu melihat pemberitaan
Injil Kerajaan Allah kepada sekalian bangsa di bumi.

4. Pertumbuhan Gereja Adalah Kehendak Allah


Pertumbuhan gereja adalah kehendak Allah karena Allah sendirilah yang menghendaki
agar gereja-Nya bertumbuh. Hal ini dengan jelas diungkapkan dalam Kis. 2:41, 47: Orangorang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka
bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka
dengan orang-orang yang diselamatkan. Demikian juga Rasul Paulus menyatakan bahwa
pemberi pertumbuhan bukan Apollos, bukan juga Paulus tetapi Allah (I Kor. 3:6-7). Maka
jelas bahwa kehendak Allah merupakan prinsip mutlak dari pertumbuhan gereja. Jemaat mulamula menyadari bahwa Allah menghendaki pertumbuhan gereja yang pesat. Jadi menolak
pertumbuhan gereja berarti menolak kehendak Allah.
5. Peranan Gembala Dalam Pertumbuhan Gereja
Pelayanan rasul Paulus merupakan suatu pelayanan yang didorong oleh kuasa
kebangkitan yang ada pada dirinya sehingga ia rela berkorban dan rela bersama Kristus supaya
kebangkitan Kristus semakin dinikmati oleh banyak orang. Paulus berkata bahwa dia telah
menerima gerakan kuasa kematian di dalam dirinya supaya gerakan kuasa kebangkitan itu ada
pada kita (II Kor. 4:12). Menurut Stephen Tong, apa yang dikatakan oleh Paulus itu adalah arti
pelayanan yang sesungguhnya.5 Seorang pelayan sejati rela berkorban demi kehidupan anggota
jemaat yang dilayaninya seperti kata Tuhan Yesus bahwa gembala yang baik (Yoh 10:11) rela
berkorban bagi kawanan dombanya manakala gembala upahan akan meninggalkan kawanan
dombanya apabila ia berhadapan dengan bahaya.
Tugas utama seorang gembala adalah memberitakan Injil. Menurut Dr. Peter C.
Wagner, pemberitaan Injil adalah alat utama bagi pertumbuhan iman anggota jemaat.6 Dengan
itu, sangat penting bagi seorang gembala menyadari akan panggilannya sebagai pelayan dan
tanggungjawab yang datang bersama dengan panggilan itu.
1. Panggilan sebagai pelayan
Martin Luther pernah berkata jika seseorang tidak jelas tentang panggilan Tuhan
baginya untuk melayani, adalah lebih baik ia melarikan diri dari tugas yang kudus itu sebab
5
6

Tong. Stephen, Pelayanan Yang Berkorban (Surabaya: Lembaga Reformed Injil Indonesia, 2005) hlm. 5
Wagner. Peter, Manfaat Karunia Roh (Malang: Gandum Mas, 2000) hlm. 173

Page 11 of 31

tugas sebagai gembala tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Ungkapan ini
menunjukkan bahawa tugas seorang pelayan tidak boleh dipandang remeh. Di dalam Injil
Yohanes 13, Yesus telah membasuh kaki murid-murid-Nya. Dia telah melakukannya
sebagai contoh kehidupan pelayan yang benar-benar terpanggil untuk menjadi pelayan.
2. Panggilan sebagai pengkhotbah
Gembala sebagai pengkhotbah berperanan untuk menyampaikan apa yang Tuhan ingin
sampaikan kepada jemaat-Nya atau sebagai penyambung lidah Allah (Yer. 15:19). Sebagai
pengkhotbah harus mengerti kehendak Tuhan dan menyelami visi Tuhan bagi jemaat-Nya.
Ini boleh dicapai apabila seorang gembala itu memiliki hati yang sudah diperbaharui.
3. Panggilan sebagai pengajar
Di dalam II Tim. 2:15, rasul Paulus menegaskan kepada Timotius bahwa peranan
seorang gembala adalah untuk mengajar tentang kebenaran firman Allah tanpa rasa malu.
Dia harus tetap setia di dalam tugasnya walau apapun keadaannya. Tugas seorang gembala
adalah menggembalakan kawanan domba Allah melalui pengajaran firman Allah. Seorang
gembala bertanggungjawab untuk mengajar anggota jemaat dan membantu mereka
mengetahui kebenaran (Yoh. 8:31-32). Sebab kebenaran itulah yang akan membebaskan
mereka untuk menyembah Allah di dalam roh dan kebenaran.
4. Panggilan sebagai pemimpin
Gembala atau pendeta adalah gelar bagi seorang yang memenuhi persyaratan sebagai
pemimpin gereja, sebab gembala juga adalah pemimpin. Seorang pemimpin perlu
mengambil satu pendekatan yang terpadu untuk memimpin jemaat. Di dalam usaha untuk
memimpin jemaat, seorang gembala tidak seharusnya terlalu menekankan tentang kuasa
yang dimilikinya sebagai pemimpin melainkan peranan kepemimpinannya itu hendaklah
dimanfaatkan sepenuhnya untuk memimpin jemaat ke arah jalan Tuhan. Cara pendekatan
dalam kepemimpinan harus bijaksana (I Tim. 5:1-5), setia dan jujur, tidak ada pilih kasih
melainkan semua anggota jemaat dilayani sama rata.
Seorang pemimpin harus taat sepenuhnya kepada Tuhan dan harus memiliki
kerendahan hati untuk memimpin sesama manusia. Yesus sendiri telah merendahkan diri
sehingga Ia mati di atas kayu salib sebagai teladan tentang hati yang paling nyata taat
kepada Allah sampai mati (Flp. 2:2-11).
5. Panggilan sebagai pembimbing
Seorang gembala mempunyai peranan yang sangat penting sebagai hamba Allah kerana
ia bukan saja diharapkan untuk membimbing anggota jemaat bertumbuh di dalam
kehidupan rohani mereka tetapi ia juga diharapkan untuk membimbing mereka keluar dari
Page 12 of 31

masalah yang mungkin ada sangkut paut dengan masalah psikologi. Ini menyebabkan
seorang gembala menjadi tumpuan bagi anggota jemaat apabila mereka mempunyai
masalah.
Oleh hal yang demikian, seorang gembala perlu memperlengkapi dirinya dengan
pengetahuan dunia pembimbingan Kristian supaya ia dapat memainkan peranannya yang
serba menyeluruh dengan lebih berkesan sama baik dalam bidang pelayanan kerohanian
maupun dalam bidang pelayanan pembimbingan. Peranan pembimbingan Kristian di dalam
sebuah jemaat masa kini semakin penting karena manusia semakin maju. Kemajuan yang
dihadapi itu semakin merumitkan lagi tugas seorang gembala sidang.
6. Panggilan sebagai imam
Seorang gembala sidang bukan hanya berperan sebagai nabi tetapi juga berperan
sebagai imam yang akan mendamaikan manusia dengan Allah. Ia berperan untuk
membawa orang-orang yang berdosa untuk kembali kepada jalan Tuhan (I Ptr. 2:9 dan Ibr.
7:22-25). Seorang gembala sidang yang sudah dilahirkan baru akan menjadi alat pendamai
di antara manusia dan Allah. Seorang gembala berperanan sebagai pendoa syafaat. Dalam
Keluaran 32:30-32, Musa berdoa kepada Tuhan untuk ampunan dosa umat Israel. Musa
telah menjadi alat pendamai di antara umat Israel dengan Allah. Di dalam II Tim. 2:24-26,
seorang gembala berperan sebagai pendamai, mendamaikan orang dengan Allah agar
mereka bertobat, menasihati orang agar tidak bertengkar melainkan berkelakuan lemah
lembut. Yesus juga berperan sebagai pendamai di antara Allah dan manusia.

6. Gereja yang Bertumbuh Adalah Gereja yang memiliki Tujuan


Gereja mula-mula bertumbuh karena gereja Tuhan memiliki tujuan Agung yaitu agar
semua orang diselamatkan dalam nama Yesus Kristus yaitu Tuhan dan Juruselamat (Kis. 4:12;
Yoh. 14:6). Oleh karena pemberitaan para rasul dan penginjil maka semua orang yang
mendengar itu memuliakan Allah. Lalu mereka berkata kepada Paulus: "Saudara, lihatlah,
beribu-ribu orang Yahudi telah menjadi percaya dan mereka semua rajin memelihara hukum
Taurat (Kis. 21:20). Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi
Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! (Rm.11:36).
Gereja mula-mula didorong oleh dua hal yaitu hukum terutama dan Amanat Agung
(Mat. 28:18-20). Kedua bagian ini memberikan kepada mereka tugas-tugas penting yang harus
menjadi fokus gereja sampai Kristus kembali. Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal
budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama (Matius 22:37-38). Gereja yang
Page 13 of 31

didorong oleh tujuan bertekad untuk memenuhi kelima tugas yang sudah ditetapkan Kristus
dan yang harus dilaksanakan oleh gereja-Nya yaitu:
a) Kasihanilah Tuhan dengan segenap hatimu.
b) Kasihanilah sesama manusia seperti dirimu sendiri.
c) Pergi dan jadikan murid.
d) Baptiskan mereka.
e) Ajarlah mereka untuk taat.
Dengan mengorganisasikan gereja dengan kelima tujuan tersebut dan mengenali jemaat
dalam gereja sesuai dengan komitmen mereka kepada masing-masing tujuan itu, maka hal itu
sedang mengimbangkan pelayanan dan menghasilkan gereja yang sehat.

7. Memeriksa Komponen Sebuah Gereja Yang Bertumbuh


Komponen pertumbuhan gereja harus seimbang satu dengan yang lain. Berikut adalah
komponen-komponen tersebut:
1. Pertumbuhan kuantitatif merupakan pertumbuhan secara jumlah.
Pertumbuhan Gereja secara kuantitaf atau jumlah adalah Alkitabiah karena disebut
dalam Alkitab khususnya dalam kitab Kisah Para Rasul. Gereja mula-mula bertumbuh
secara kuantitatif:
a) Jumlah jemaat pemula 120 orang (Kis 1:15).
b) Bertambah menjadi 3.120 orang (Kis 2:41).
c) Bertambah menjadi 5.000 orang (Kis 4:4).
d) Bertambah terus menjadi puluhan ribu orang percaya (Kis 6:7; 11:21; 21:20).
2. Pertumbuhan kualitatif merupakan perkembangan tubuh yang progresif untuk menjadi
seperti kepala yaitu Yesus Kristus. Sementara gereja bertumbuh, ia akan menjadi makin
seperti Kristus dalam tingkah laku dan karakter lembaga. Dalam Kisah Para Rasul 2:42-47;
4:32-37 dijelaskan tentang gereja mula-mula yang mengalami pertumbuhan kualitatif baik
dalam hubungan mereka dengan Tuhan (vertikal) maupun dalam hubungan mereka dengan
sesama (horizontal). Pertumbuhan kualitatif itu nampak dalam hal:
a) Adanya perubahan tingkah laku dan karakter, di mana mereka hidup dalam ketakutan
(ayat 43), kesatuan (ayat 44), dan kasih (ayat 45).
b) Adanya ketekunan dalam pengajaran rasul-rasul, dalam persekutuan, dalam doa, dan
dalam ibadah bersama (ayat 42,47).
c) Adanya pengorbanan harta benda untuk keperluan sesama dan pelayanan (ayat 45).
3. Pertumbuhan organik dicerminkan dalam perkembangan organisasi dan struktural gereja.
Page 14 of 31

8. Mempertahankan Kesehatan Sebuah Gereja Yang Bertumbuh


1. Memusatkan pada apa yang diungkapkan Alkitab.
2. Memiliki pandangan yang luas tentang kepemimpinan.
3. Mengembangkan anggota-anggota dan organisasinya.
4. Mengembangkan pelayanan yang diatur sedemikian rupa sehingga melibatkan anggotaanggotanya.
9. Three Tugas Gereja7
Bentuk tugas pelayanan secara tri tugas gereja ini merupakan bentuk pelayanan yang
masih dipertahankan oleh gereja-gereja yang dipandang utama dari tugas-tugas pokok gereja
di dalam menjalankan misi Allah di dunia.
1. Koinonia (persekutuan) dan Liturgi, yang menciptakan persekutuan, mempererat
persaudaraan dengan tata cara yang disepakati bersama. Semua upaya ini dilakukan untuk
tetap berada dalam persekutuan (I Kor. 1:9; 15:22 dan I Yoh. 1:3)
2. Diakonia (pelayanan), yang dapat menjadi salah satu bentuk kepedulian gereja terhadap
jemaat dan masyarakat luas dalam rangka menunjukkan tanda-tanda Kerajaan Allah di
bumi (Gal. 6:1-10; Mat. 25:31-46). Pelayanan ini bisa dilakukan kepada mereka yang
miskin, terlantar, tersingkir, anak yatim dan para janda.
3. Marturia (kesaksian) dan Kerygma (pewartaan) dalam hal ini istilah ini menunjuk kepada
pengutusan dalam pengabaran injil.

B. HIPOTESIS
Ada korelasi atau hubungan yang segnifikan antara organisme (gembala, pelayan dan
jemaat) dengan system organisasi yang diterapkan dalam gereja GPT Kristus Gembala
Tetehosi Ombolata terhadap pertumbuhan dan perkembangan gereja GPT Kristus Gembala
Tetehosi Ombolata.

Widiyaningtyas. Ester, Diktat Kuliah Ekklesiologi (Surabaya: STTIA, 2016) hlm. 38-39

Page 15 of 31

BAB III
PEMBAHASAN TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN

A. KEADAAN UMUM GEREJA


1. Latar Belakang Berdirinya Gereja GPT Kristus Gembala
Sebelum tahun 1971 warga Desa Tetehosi Ombolata melakukan peribadatan di gereja
Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Lolowua. Bahkan di Desa Tetehosi Ombolata sendiri
sudah ditetapkan seorang penatua sekaligus menjadi pendeta untuk jemaat desa Tetehosi.
Penetapan ini bertujuan untuk bisa mengayomi jemaat yang ada di desa Tetehosi Ombolata
khususnya tetapi juga karena alasan jarak yang cukup jauh antara desa Tetehosi Ombolata
dengan tempat ibadah. Jarak yang ditempuh jemaat untuk bisa beribadah tiap minggunya
adalah 3,5 km, dengan berjalan kaki.
Hingga pada tahun 1971, Bapak Ama Zimeri (alm), Eliyakim Lase (alm) dkk
mendatangi desa Tetehosi Ombolata. Mereka melakukan kebaktian kebangunan rohani (KKR)
di desa Tetehosi. Sejak dari KKR yang diadakan tersebut, mereka rutin datang untuk
melaksanakan ibadah kebaktian keluarga di rumah salah satu warga desa. Hingga beberapa dari
warga desa rindu untuk dilayani tidak hanya pada ibadah kebaktian keluarga tetapi ibadah
minggu raya. Faktor yang paling mendorong untuk adanya ibadah raya adalah jarak dengan
gereja BNKP.
Sebagai hamba-hamba Tuhan bapak Ama Zimeri dan Eliyakim Lase sangat senang
dengan permintaan ini. Akhirnya pada tahun yang sama 1971, ibadah raya perdana dilakukan
di desa Tetehosi Ombolata. Setelah berjalan cukup lama dari tahun 1971 sampai 1978, maka
tergeraklah para pemimpin yang ada di desa untuk mendirikan sebuah gereja lokal. Dan pada
tahun 1978, pembangunan gereja lokalpun mulai dilaksanakan. Mengenai badan organisasi
yang akan menjadi gereja lokal ini bernaung, maka disepakati untuk bernaung di bawah sinode
Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) yang mana bapak Ama Zimeri dan Eliyakim Lase ini juga
bernaung. Akhirnya nama gereja inipun disepakati menjadi Gereja Pantekosta Tabernakel
(GPT) Kristus Gembala.
Tahun 1978 pembangunan dan peletakkan batu pertama dilakukan. Ukuran gereja yang
akan dibangun adalah 8 x 7 meter, dengan bahan utama dari kayu. Sejak saat itu warga desa
yang mulai mengikuti ibadah rutin ada 10 kepala keluarga. Untuk melayani jemaat inipun
maka bapak Eliyakim ditunjuk sebagai gembala sidang yang akan mengembalakan jiwa-jiwa
yang ada. Dengan kesetiaan dan bergantung kepada Tuhan, akhirnya pada tahun 1986 gereja
kembali direnovasi secara permanen. Adapun ukuran renovasi ini adalah 9 x 15 meter.
Page 16 of 31

Renovasi ini tidak terjadi karena tanpa alasan. Hal yang sangat mendasar adalah dengan
bertambahnya jumlah warga desa yang beribadah dan menjadi anggota warga jemaat GPT
Kristus Gembala Tetehosi Ombolata.
Sejak tahun 1986 jumlah warga jemaat yang terdaftar menjadi warga jemaat gereja
adalah 80 kepala keluarga. Dari 80 kepala keluarga ini kurang lebih ada 250 jiwa (dewasa
dan anak-anak). Rata-rata jemaat yang datang untuk beribadah ada 100 orang. Dan dengan
setia bapak Pdt. Eliyakim Lase mengembalakan mereka. Hingga pada tahun 2001 karena faktor
usia dan kondisi kesehatan, maka bapak Pdt. Eliyakim Lase mengumumkan kepada warga
jemaat untuk meregenerasi kepemimpinan yang ada. Alasan yang paling utama yang beliau
ungkapkan adalah faktor kesehatan beliau yang sudah menurun karena usia. Ditambah dengan
jarak rumah beliau dengan gereja berjarak 15 kilometer.
Akhirnya pada tahun 2001 proses regenerasi jabatan sebagai gembala sidang
dilaksanakan dengan menetapkan Pdm. Haogoziduhu Lase sebagai pengganti gembala sidang
sebelumnya bapak Pdt. Eliyakim Lase. Sejak pergantian tersebut, maka bapak Pdm.
Haogoziduhu Lase menjadi gembala yang sah dan melakukan aktifitas pengembalaan terhadap
warga jemaat. Walaupun sebenarnya ada yang pro dan kontra atas pemilihan yang dilakukan
oleh bapak Pdt. Eliyakim Lase, tetapi lambat laun akhirnya bisa diterima dengan baik oleh
seluruh warga jemaat. Aktivitas kegiatan kerohanian warga jemaat berjalan dengan baik dan
normal.
Tahun 2005 bulan Maret tanggal 28, seluruh bangsa Indonesia turut berduka ketika
gempa melanda bagian barat Indonesia dengan kekuatan gempa 8,7 SR. Akibat gempa ini
80% kota Gunungsitoli rata dengan tanah. Ribuan warga Nias menjadi korban. Tidak terkecuali
juga, bangunan gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi Ombolata ambruk (runtuh). Sebagai
gembala sidang, bapak Pdm. Haogoziduhu Lase sangat sedih. Akhirnya ibadah yang biasanya
dilakukan di gereja sekarang beralih ke rumah bapak Pdm. Haogoziduhu Lase dan kadang
digilir di rumah-rumah jemaat lainnya.
Tanpa diduga juga sebagian warga yang dahulu tidak menyetujui bapak Pdm.
Haogoziduhu Lase menjadi gembala sidang mulai mendirikan rumah ibadah baru.
Pembangunan rumah ibadah ini 300 meter dari gedung gereja GPT Kristus Gembala.
Mereka bernaung di bawah sinode Gereja Injil Sepenuh Indonesia (GISI).
Dengan tidak berkecil hati, bapak Pdm. Haogoziduhu Lase dan seluruh jemaat dengan
setia berdoa untuk pembangunan gedung gereja yang baru. Walaupun cukup lama karena
biaya, akhirnya pembangunan gereja yang baru di atas bangunan gereja yang lama dilakukan.
Tahun 2007 Pdm. Haogoziduhu Lase dan jemaat melakukan kegiatan pembangunan gedung
Page 17 of 31

gereja baru. Gedung baru ini dibangun dengan ukuran 9 x 7 meter, dengan bahan baku yang
seadanya. Dengan penuh kebahagiaan gedung gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi berdiri
kembali. Walaupun hanya terbuat dari kayu dan papan.
Pembangunanpun terus berlanjut walau dengan keterbatasan yang ada. Tahun 2009
yang tadinya dindingnya terbuat dari papan sekarang sudah semi permanen. Gotongroyong dan
rasa kepemilikan warga jemaat yang sangat tinggi, membuat pembangunan ini tidak berhenti.
Akhirnya pada tahun 2013 gedung gereja GPT Tetehosi Ombolata sudah permanen hingga
sekarang. Jumlah jemaat yang masih bertahan ada 40 kepala keluarga dengan jumlah 180
jiwa (dewasa dan anak-anak). Grafik jumlah anggota jemaat GPT Kristus Gembala pertahun
2016 dapat dilihat dalam lampiran grafik 1.1. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa jemaat
mengalami penurunan 50% sejak beralihnya kepemimpinan (regenerasi).
Sekarang ini setiap minggunya dalam ibadah raya dihadiri oleh 60 jiwa (dewasa dan
anak-anak). Sekolah minggu juga masih terus berjalan dengan kehadiran anak-anak 20
anak/minggu. Ibadah-ibadah lain adalah ibadah penyembahan dan ibadah pendalaman Alkitab
yang rata-rata dihadiri oleh 10-20 orang dewasa. Dengan komitmen yang kuat Pdm.
Haogoziduhu Lase akan terus melayani jiwa-jiwa yang ada dengan segala kemampuan dan
sumber daya yang beliau miliki. Didorong oleh belas kasihan yang dari pada Tuhan merupakan
semangat beliau dalam melayani Dia. Grafik kehadiran jemaat perminggu dalam ibadah raya
dapat dilihat di dalam daftar grafik 1.2.
Analisis terhadap grafik kehadiran jemaat didominasi oleh kaum wanita dan anak-anak.
Hal ini menunjukkan bahwa minat laki-laki dewasa untuk beribadah sangat rendah. Faktor
yang mempengaruhi hal ini tidak jelas. Tetapi dilihat dari sebelum-sebelumnya berdasarkan
pengakuan gembala setempat mengatakan bahwa kaum wanitalah yang selalu mendominasi
kehadiran dalam gereja. Biasanya kaum laki-laki dewasa menggunakan hari minggu untuk
istrahat di rumah dan nongkrong di warung-warung kopi. Bisa jadi hal ini akibat kelelahan
selama enam hari kerja. Tugas berat gembala sidang adalah bagaimana membuat minat kaum
laki-laki untuk datang beribadah.

2. Penatalayanan Gereja
Maksud dari penatalayanan adalah mengatur sebaik-baiknya, melipatgandakan,
menggunakan dengan benar apa yang dipunyainya untuk melayani jemaat dan masyarakat
disekelilingnya dengan apa yang ada padanya. Tugas orang-orang percaya adalah menjadi
orang yang bijak yang turut bertanggungjawab terhadap kesejahteraan bersama (sesama).

Page 18 of 31

Dengan pemahaman ini, maka persoalan yang sulit dan rumit dalam hidup berjemaat dan
masyarakat dapat diatasi.
Untuk dapat melaksanakan penatalayanan dengan baik maka diperlukan kejujuran,
ketabahan, inisiatif, efesiensi kerja dan kerajinan. Semua pelayan tersebut diatas dapat
terlaksana dengan baik bila dalam kehidupan sehari-hari orang Kristen menunaikan tugasnya
masing-masing dengan sepenuh hati dan yakin bahwa pekerjaan itu untuk Tuhan dan bukan
untuk manusia. Dari segala persyaratan yang diperlukan dalam pelayanan, maka kasih harus
mendasari semua aktivitas pelayanan orang-orang percaya atau gereja.
Penatalayanan di GPT Kristus Gembala Tetehosi semuanya berpusat kepada Gembala
Sidang Gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi yaitu Bapak Pdm. Haogoziduhu Lase. Dalam
kepengurusan gereja GPT Tetehosi dapat dilihat dalam struktur organisasi gereja GPT
Kristus Gembala Tetehosi berikut ini:
1. Gembala Sidang

: Pdm. Haogoziduhu Lase

2. Sekretaris

: Alison Lase

3. Bendahara

: Linida Lase

4. Penatua

: Peringatan Lase dan Sokhinaso Lase

5. Ketua Pembangunan

: Ibesano Lase

6. Departemen Pastoral

: Pdm. Haogoziduhu Lase

a. Departemen Ibadah Raya

: Pdm. Haogoziduhu Lase

b. Departemen Sekolah Minggu : Yusniar Gea dan Forni Lase

2.1. Manajemen
Secara etimologi, kata manajemen berasal dari kata manus (bahasa latin) yang
berarti tangan. Secara lengkap definisi dari manajemen adalah suatu tindakan menangani,
mengelola, mengontrol, memimpin dan mengarahkan untuk mencapai hasil-hasil tertentu
dalam suatu pekerjaan, usaha ataupun institusi dengan melalui dan bekerja sama dengan orang
lain. Atau secara singkat management is getting things done through other people.
Dalam management terdapat dan terkandung beberapa fungsi pokok antara lain:
a. Fungsi perencanaan (planning)
b. Fungsi pengorganisasian (organizing)
c. Fungsi memimpin (leading)
d. Fungsi pengendalian (controlling)

Page 19 of 31

Gereja sangat membutuhkan manajemen. Bahkan kita bisa melihat begitu banyak contohcontoh dalam Alkitab tentang penerapan manajemen yang baik, dari Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru. Contoh-contoh penerapan manajemen dalam gereja:
1. Yusuf dalam menghadapi bahaya kelaparan (Kej. 41:37-57).
2. Yesus dalam mengutus murid-murid-Nya, Dia mengatur berdua-dua untuk mengarahkan
dan memberikan pembekalan untuk menjalankan tugasnya (Mark. 6:7-13).
Dan masih banyak contoh-contoh manajemen lainnya yang keseluruhannya
berlandaskan Firman Tuhan. Dalam hal ini penulis hanya dapat memaparkan manajemen
keuangan dan administrasi gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi.
1. Adapun manajemen keuangannya yaitu keuangan pemasukan berasal dari kolekte. Dan
pengeluaran gereja dipergunakan untuk persembahan kasih dan operasional gereja. Adapun
pertanggungjawaban atas keuangan gereja ini setiap bulannya dalam hal ini bagian
keuangan (bendahara) membacakan kepada seluruh jemaat uang yang diterima dan uang
yang keluar. Sedangkan proses dalam pengambilan uang kepada bagian bendahara harus
melalui persetujuan gembala sidang. Tanpa persetujuan gembala sidang uang kas gereja
tidak bisa diberikan untuk keperluan apapun. Namun ada pengecualian khusus untuk
persembahan kasih akan diberikan oleh bendahara langsung dengan nominal yang sudah
ditetapkan bersama. Misalnya dalam kedukaan, pesta yang diadakan warga jemaat dll.
2. Managemen administrasi gereja sampai saat ini masih sangat tradisional. Hal ini sangat
terlihat dari surat baptisan dan penyerahan anak yang masih ditulis dengan manual (tulisan
tangan). Data-data jemaat juga tidak ada secara tertulis, masih menggunakan hitungan
secara manual. Gereja tidak memiliki file apapun tentang jemaat baik jumlah yang sudah
dibaptis, penyerahan anak, yang sudah meninggal dll. Salah satu faktor yang membuat hal
ini bisa terjadi adalah kurangnya gembala sidang dalam hal pengetahuan administrasi dan
perkembangan teknologi.

2.2. Kepemimpinan
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap penelitian yang dilakukan di GPT Kristus
Gembala Tetehosi, terdapat satu pola kepemimpinan dimana gembala sidang dibantu oleh
wakil gembala sidang dan beberapa penatua dan diaken serta beberapa koordinator yang telah
ditetapkan.

Page 20 of 31

2.3. Liturgi
Umat mengikuti perayaan ibadah resmi untuk menemukan, mengakui dan menyatakan
identitas kristiani yang dinyatakan dalam doa, simbol, lambang-lambang dan dalam
persekutuan umat. Istilah liturgi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu leitos yang
berarti umum dan ergos yang berarti pekerjaan. Liturgi merupakan ibadah umat kepada
Allah karena telah mendapat berkat-berkat Allah. Liturgi menunjuk kepada sikap batin penuh
hormat kepada Allah. Liturgi menunjuk kepada persembahan manusia kepada Allah. Liturgi
memiliki hubungan dengan kehidupan nyata manusia.
Gereja menetapkan liturgi sebagai salah satu tugas dengan maksud agar mendidik
warganya beribadah kepada Allah. Ibadah kepada Allah merupakan respons umat atas berkatberkat yang diterima dari Allah. Ibadah menuntut sikap batin penuh hormat kepada Allah. Dan
ibadah harus diselenggarakan dalam keteraturan agar menjadi persembahan yang benar kepada
Allah. Liturgi memiliki hubungan dengan kehidupan karena liturgi merupakan liniatur dari
kehidupan nyata manusia. Liturgi merupakan demonstrasi dari kehidupan manusia. Jadi, apa
yang terjadi dalam liturgi juga terjadi dalam kehidupan nyata.
Pada gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi, terdapat pola ibadah yang umumnya
dipakai oleh gereja-gereja beraliran pentakosta yakni:
a. Liturgika Kebaktian Umum
1) Lagu pra-ibadah

9) Persembahan

2) Worship leader naik mimbar

10) Lagu firman

3) Ucapan selamat datang oleh WL

11) Doa firman

4) Lagu pembukaan (1 lagu)

12) Firman (khotbah)

5) Doa pembukaan

13) Doa penutup khotbah

6) Pujian (2 lagu)

14) Pujian

7) Ruang kesaksian

15) Pengumuman + persembahan

8) Pujian

16) Doa penutup + doa berkat

b. Liturgika Ibadah Doa Penyembahan


1) Lagu pra-ibadah
2) Worship leader naik mimbar

7) Lagu firman

3) Ucapan selamat datang oleh WL

8) Doa firman

4) Lagu pembukaan

9) Firman (khotbah)

5) Doa pembukaan

10) Doa penyembahan

6) Pujian (2 lagu)

11) Perjamuan kudus

Page 21 of 31

12) Doa ucapan syukur

14) Doa penutup + berkat

13) Pengumuman

c. Liturgika Pendalaman Alkitab


1) Lagu pra-ibadah

7) Lagu firman

2) Worship leader naik mimbar

8) Doa firman

3) Ucapan selamat datang oleh WL

9) Firman (khotbah)

4) Lagu pembukaan

10) Doa penutup firman

5) Doa pembukaan

11) Pengumuman

6) Pujian (2 lagu)

12) Doa penutup + berkat

3. Keadaan Gereja
Sejak berdirinya gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi Ombolata pada tahun 1971
hingga sekarang ini boleh dikatakan memiliki penurunan jemaat yang sangat signifikan. Mulai
dari gedung gereja yang lebih kecil dari gedung gereja yang pertama sebelum hancur oleh
gempa. Bahkan perkembangan jemaat mengalami kemerosotan sejak kejadian gempa tersebut
yang mengakibatkan gedung gereja hancur. Saat ini jemaat yang masih setia beribadah di
gereja GPT Kristus Gembala, ada 180 jiwa (dewasa dan anak-anak).
Sejak berdirinya pada 1971 hingga 2005 jumlah jemaat kira-kira ada 80 kepala
keluarga atau 250 jiwa (dewasa dan anak-anak). Dan tiap tahun mengalami pertambahan
jumlah. Penambahan jumlah ini dikarenakan jumlah kelahiran dalam gereja. Tetapi di pihak
lain pengurangan juga terjadi akibat kematian dan beberapa jemaat baik individu maupun
keluarga melakukan perantauan ke luar pulau atau melanjutkan studi ke kota atau luar pulau.
Tetapi kalau dihitung secara rata-rata, maka jemaat yang datang berkisar 100 orang perminggu.
Secara jumlah memang tidak bisa bertumbuh secara kuat selain dari pada jumlah
kelahiran karena di desa sekeliling gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi, juga memiliki
rumah ibadah masing-masing. Hanya ada beberapa jemaat saja yang berasal dari luar desa. Hal
ini disebabkan oleh karena faktor kekeluargaan. Jadi keadaan jemaat secara jumlah memiliki
keadaan yang statis.
Dalam hal kwalitas (mutu) jemaat dalam hal kerohanian mereka tidak terlihat adanya
tanda-tanda peningkatan. Hal ini terlihat dari kehidupan dan sikap anggota jemaat dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk masyarakat desa konflik individu merupakan hal yang sudah
biasa terjadi. Tetapi jemaat gereja juga mengalami hal yang sama. Padahal setiap minggunya
Page 22 of 31

mereka sama-sama mengikuti ibadah di gereja yang sama, namun mereka tidak pernah akur
atau damai.
Sikap persaingan terselubung antara warga desa juga sangat kentara. Yang mana salah
satu warga desa membangun maka yang lain juga ikut-ikutan untuk membangun. Yang satu
membeli alat-alat elektronik rumah tangga maka warga yang lain juga ikut-ikutan. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan secara kwalitas (mutu) dari manusia warga jemaat GPT
Kristus Gembala Tetehosi masih kanak-kanak. Keadaan ini juga memberi gambaran yang jelas
bahwa jemaat yang datang ke gereja setiap kebaktian hanya memenuhi rutinitas keagamaan
mereka.
Keanggotaan warga desa Tetehosi Ombolata sebagai warga jemaat gereja sangat terasa.
Hal ini bisa terlihat dari setiap upacara-upacara desa dan pesta, bagian (daging babi) untuk
pemimpin gereja selalu diutamakan. Ini memberikan kesan bahwa mereka itu berada di bawah
otoritas kepemimpinan gereja. Jadi identitas mereka sebagai warga gereja sangat dijunjung
tinggi. Bahkan dalam setiap persoalan dan konflik, pemimpin gereja merupakan salah satu
tokoh sentral yang bisa mendamaikan kedua belah pihak. Ketundukan mereka kepada otoritas
gereja sangat tinggi.
Dalam hal mengambil bagian dalam pelayanan gereja mereka sangat jarang untuk mau
ikut terlibat. Peneliti belum bisa menjelaskan kenapa banyak warga jemaat yang kurang
antuasias terlibat dalam pelayanan. Tetapi peneliti menduga hal ini bisa terjadi karena mereka
tidak terbiasa tampil di depan umum. Sehingga orang-orang yang terlibat dalam pelayanan
dalam gereja hanyalah orang-orang yang biasa muncul baik dalam dunia pemerintahan desa
dan pendidikan. Sikap tidak percaya diri dan kemampuan secara sumber daya merupakan
faktor dari warga jemaat untuk tidak mengambil bagian dalam pelayanan dalam gereja.
Untuk pelayanan penginjilan gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi hampir tidak
pernah melakukannya. Bahkan peneliti menduga bahwa jemaat tidak pernah mengerti dan tahu
arti dari penginjilan tersebut. Hal ini memang wajar karena mereka tinggal dalam satu wilayah
yang sudah sepenuhnya orang Kristen. Sehingga untuk menjangkau melalui penginjilan tidak
pernah dilakukan. Orang desa Tetehosi Ombolata merupakan satu garis keturunan. Hal ini
membuat penginjilan tidak pernah dilakukan.
Gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi biasanya melakukan baptisan air berdasarkan
permintaan jemaat. Biasanya jemaat gereja yang sudah berumur 15 tahun ke atas pasti akan
mengajukan diri untuk dibaptis oleh pemimpin gereja. Dalam hal baptisan jemaat, sebelum
mereka dibaptis mereka minimal harus sudah mengikuti bimbingan minimal satu bulan dalam
empat kali pertemuan. Hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada mereka yang
Page 23 of 31

mau dibaptis tentang baptisan itu sendiri. Jadi untuk melakukan baptisan tidak ada jadwal yang
sudah ditetapkan tetapi berdasarkan kesepakatan.
Kepemimpinan gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi yang sekarang ini merupakan
pemimpin generasi yang kedua. Peneliti menyaksikan sendiri bahwa sistem dan pelaksanaan
dalam pergantian pemimpin dilakukan dengan cara penunjukkan. Yang mana pemimpin
terdahulu mengumumkan kepada seluruh jemaat bahwa yang akan meneruskan kepemimpinan
dalam gereja berikutnya adalah orang yang sudah ditunjuk oleh pemimpin sebelumnya. Dalam
prosesi pergantian pemimpin yang peneliti saksikan memang mengundang pro dan kontra dari
jemaat. Ada yang setuju dan tidak setuju. Namun semua keputusan tertinggi ada di tangan sang
gembala sidang. Sehingga keputusan gembala tidak bisa diganggu gugat. Banyak yang kecewa
namun harus menerima karena tidak ada acara lain untuk menentukan pergantian
kepemimpinan.
Khususnya Sinode Gereja Pantekosta Tabernakel, urusan gereja lokal tidak bisa
diganggu gugat. Gereja lokal memiliki kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri.
Sehingga berkembang atau mundurnya sebuah gereja lokal tergantung dari gereja lokal itu
sendiri. Sinode hanya merupakan payung hukum dalam menjalankan kegiatan peribadatan di
hadapan hukum. Namun dalam hal perpuluhan gembala sidang, akan dikirimkan ke bagian
sinode sebagai bagian dari sistem organisasi tertinggi yang ada. Kelebihan dan kekurangan
pasti ada. Semuanya tergantung dari jemaat dan pemimpin gereja lokal dalam menjalankan
kehidupan keagamaan mereka.

4. Hambatan Dan Solusi Dalam Perkembangan Gereja Ke Depan


Dari uraian tentang keadaan jemaat di atas maka peneliti menemukan beberapa
hambatan yang terjadi dalam jemaat untuk berkembang. Hambatan-hambatan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Tidak adanya visi dan misi gereja yang jelas, membuat kehidupan gereja berjalan tanpa
arah dan hanya sebuah rutinitas keagamaan.
2. Kurangnya sumber daya manusia sehingga gereja seolah-oleh hanya dipimpin oleh
gembala sidang dan orang-orang tertentu yang memiliki kemampuan untuk tampil di depan
umum.
Dalam menyikapi masalah-masalah di atas yang menjadi hambatan dalam pertumbuhan
gereja adalah peran seorang pemimpin. Menurut penulis yang bisa menjadi solusi yang bisa
ditempuh dalam menyelesaikan persoalan-persoalan di atas adalah:

Page 24 of 31

1. Gembala dan seluruh aktifis gereja harus bersama-sama menentukan visi dan misi gereja
ke depan.
2. Dalam menumbuhkan orang-orang yang berani dalam gereja, maka gereja harus memulai
dari membangun harga diri dari setiap jemaat. Hal ini bisa dilakukan melalui khotbahkhotbah yang disampaikan. Langkah berikutnya adalah dengan menanamkan rasa percaya
diri kepada jemaat. Penanaman ini memberikan sebuah rasa keberhargaan kepada warga
jemaat. Dengan demikian mereka bisa menjadi orang-orang yang bisa diandalkan.
3. Kesiapan seorang gembala sidang untuk terlibat secara langsung dengan anggota jemaat,
dalam membangun ikatan sebagai seorang gembala dan domba-domba yang
digembalakannya.

B. PENGEMBANGAN PELAYANAN GEREJA


Gereja sebagai organisme secara otomatis akan mengalami pertumbuhan. Ibarat
seorang anak yang bertumbuh, peran orangtua sangat dibutuhkan. Peran ini bisa berupa
memberi makan, kenyamanan, kasih sayang dan mendidik serta memikirkan masa depan si
anak. Tidak lain halnya dengan kehidupan gereja. Peran seorang gembala sidang sangat
mempengaruhi pertumbuhan jemaat. Konsumsi firman Tuhan, didikan yang diberikan dan
kasih yang dicurahkan adalah sebuah kebutuhan tetapi lebih baik lagi jika gereja mengetahui
arah dan tujuannya. Dengan tujuan yang jelas menuntun pada langkah (arah) yang benar dan
pertumbuhan yang maksimal.8
Hal-hal sederhana yang bisa dikembangkan ke depan dalam pengembangan pelayanan
adalah membangun hubungan antara pemimpin dengan jemaat dan jemaat dengan jemaat.
Dengan adanya hubungan yang baik ini maka kesatuan dalam mencapai tujuan akan sangat
efektif. Seperti pepatah lama mengatakan bersatu kita teguh bercerai kita runtuh.

C. ANALISIS SEJARAH (INTERPRETASI)


Kesan yang penulis dapatkan setelah memperhatikan sejarah perkembangan gereja
GPT Kristus Gembala Tetehosi adalah peran seorang gembala sebagai seorang pemimpin
sangat mempengaruhi keadaan, situasi dan pertumbuhan dari gereja lokal. Sebagai seorang
gembala tidak boleh hanya memperhatikan keadaan domba-domba. Tetapi seorang gembala
menjadi teman, sahabat dari domba-domba tersebut dalam mereka menemukan makanan dan
minuman. Itu artinya bahwa seorang gembala sidang harus memiliki hubungan yang akrab

Smith. Donald K., Creating Understanding (Yogyakarta: Andi Offset, 2014) hlm. 93

Page 25 of 31

dengan jemaat. Seperti perkataan Yesus dalam Yohanes 10:14 Akulah gembala yang baik dan
Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku.

Selain dari hubungan yang baik antara gembala dan jemaat, seorang gembala juga harus
bisa memperhatikan hubungan antara sesama jemaat. Kualitas hubungan antar jemaat sangat
mempengaruhi pertumbuhan sebuah gereja. Gembala yang baik tidak membiarkan dombadombanya tercerai-berai tetapi senantiasa hidup dalam kesatuan. Seperti perkataan Rasul
Paulus dalam surat I Kor. 1:10 Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama
Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu,
tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.
Sungguh sangat terlihat bahwa semua proses dari dinamika pertumbuhan gereja GPT
Kristus Gembala Tetehosi, terfokus pada andil seorang pemimpin yang ada dan pengelolaan
managemen gereja. Salah satu ciri gereja yang bertumbuh adalah ketika seorang gembala
mampu membuat jemaat merasa bahwa dirinya bagian dari gereja dan jemaat yang lain adalah
bagian dari dirinya sendiri. Sesama jemaat memiliki keterlibatan satu dengan yang lain,
memiliki ikatan dan hidup dalam kebenaran firman Tuhan.

Page 26 of 31

BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
Merujuk pada hasil penelitian yang sudah dipaparkan di atas, maka peneliti mencoba
menyimpulkan beberapa hal terkait pertumbuhan gereja GPT Kristus Gembala sebagai
organisme dan organisasi sebagai berikut:
Pertama: pertumbuhan gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi, sejak berdiri secara
kuantitas mengalami penurunan yang sangat drastis. Hampir 50% jemaat yang dahulu
tergembalakan kini memisahkan diri dan membuat tempat ibadah sendiri.
Kedua: ketiadaan dari visi dan misi gereja lokal membuat gereja sebagai organisasi
menjadi sebuah rutinitas keagamaan dan statis serta tidak ada gairah untuk beribadah.
Ketiga: hubungan antara individu dalam gereja lokal, baik antara gembala sidang
dengan jemaat dan jemaat dengan jemaat sangat mempengaruhi pertumbuhan gereja sebagai
organisme dan organisasi.
Keempat: kurangnya pemberdayaan sumber daya manusia mengakibatkan kurangnya
keterlibatan jemaat dalam pelayanan.
Meskipun demikian, kebenaran mutlaknya adalah bahwa pertumbuhan gereja adalah
kehendak Allah, karena Allah sendirilah yang menghendaki agar gereja-Nya bertumbuh.
Pemberi pertumbuhan bukan orang-orang yang ada di dalam gereja atau sistemnya tetapi Allah
(I Kor. 3:6-7). Maka jelas bahwa kehendak Allah merupakan prinsip mutlak dari pertumbuhan
gereja. Jemaat mula-mula menyadari bahwa Allah menghendaki pertumbuhan gereja yang
pesat. Sedangkan gereja sebagai organisme dan organisasi merupakan alat di tangan Tuhan.
Seperti perkataan Rasul Paulus dalam I Kor. 3:6 Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi
Allah yang memberi pertumbuhan.

B. IMPLIKASI BAGI PENULIS


Hasil dari penelitian ini menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi penulis.
Kenapa tidak, sebagai calon gembala sidang ke depan hal ini pasti akan sangat dihadapi dan
dialami. Sebuah pepatah lama mengatakan bahwa lebih baik belajar dari pengalaman orang
lain. Oleh karena itu bagi penulis segala hal-hal berupa kekurangan, perbaikan dan lain-lain
yang berhubungan dengan pertumbuhan gereja GPT Kristus Gembala Tetehosi menjadi
pembelajaran bagi penulis. Adapun implikasinya bagi penulis adalah:

Page 27 of 31

Pertama:

bagi

penulis

sebagai

mahasiswa,

agar

lebih

sungguh-sungguh

mempersiapkan diri sebagai calon gembala sidang selama proses pembentukan (perkuliahan)
di STTIA.
Kedua: bagaimana hubungan penulis dengan jemaat yang akan dilayani ke depan, yang
mana sebagai seorang gembala harus mengenal domba-domba yang saya layani dan juga
sebaliknya.
Ketiga: hubungan antara jemaat yang akan peneliti layani ke depan, harus juga menjadi
perhatian peneliti supaya setiap konflik yang ada bisa segera diperbaiki dan tidak menimbulkan
perpecahan.
Keempat: dalam hal managemen, penulis harus belajar lebih banyak lagi agar selain
menjadi seorang gembala, penulis juga bisa menjadi seorang manager yang baik atas segala
bidang yang diperlukan dan butuhkan dalam pengembalaan.
Kelima: visi dan misi gereja lokal, yang akan menjadi peta dari tujuan yang akan
dicapai dan akan menuntun pada langkah-langkah yang benar dan harapan (pertumbuhan) yang
maksimal.

Page 28 of 31

DAFTAR PUSTAKA

Warren, Rick. Pertumbuhan Gereja Masa Kini: Gereja yang mempunyai Visi-Tujuan. Malang:
Gandum Mas. 2000.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfa Beta. 2014.
Jenson, Ron & Jim Stevens. Dinamika Pertumbuhan Gereja. Malang: Gandum Mas. 2004.
Wagner, C. Peter. Strategi Perkembangan Gereja. Malang: Gandum Mas. 2003.
Tong, Stephen. Pelayanan Yang Berkorban. Surabaya: Lembaga Reformed Injil ljIndonesia.
2005.
Wagner, Peter. Manfaat Karunia Roh. Malang: Gandum Mas. 2000.
Widiyaningtyas, Ester. Diktat Kuliah Ekklesiologi. Surabaya: STTIA. 2016.
Smith, Donald K. Creating Understanding. Yogyakarta: Andi Offset. 2014.

Page 29 of 31

LAMPIRAN

A. Daftar Grafik

Pertumbuhan Jemaat 1971 - 2016


Gambar 1.1
300

250
250
200
130

150
80

100

50

40

35
10

0
1971 - 1978

1978 - 2001

Kepala Keluraga

2001 - 2016

Jiwa

Kehadiran Jemaat Dalam Ibadah Raya Umum


Gambar 1.2

35

15
10

PRIA

Page 30 of 31

WANITA

KAUM MUDA & REMAJA

Kehadiran Jemaat Dalam Ibadah Yang Ada


Gambar 1.3
60

Ibadah Umum

20

18

Sekolah Minggu

Doa Penyembahan

B. Daftar Gambar
Surat Baptisan

C. Lain-lain

Page 31 of 31

15
Pengajaran Alkitab

Anda mungkin juga menyukai