Anda di halaman 1dari 36

PEMAHAMAN ALKITAB

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’
(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)

Jumat, tanggal 11 Juni 2010, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

MARKUS 16:1-20(8)
Kalau Mark 16:9-20 tetap mau dipertahankan sebagai Firman Tuhan, maka bagaimana menafsirkan
ayat-ayat ini? Di sini saya memberikan exposisi dari Mark 16:9-20, beserta ayat-ayat yang bisa
mendukung ayat-ayat yang ada dalam Mark 16:9-20 itu.

Ay 9: “Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan
diriNya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.”.

1) Dukungan ayat-ayat Kitab Suci terhadap ayat ini:

a) Peristiwa dimana Yesus untuk pertama kalinya menunjukkan diriNya setelah kebangkitanNya
kepada Maria Magdalena (ay 9a), ada dalam Yoh 20:11-17, yang menceritakannya dengan
panjang lebar.
Yoh 20:11-17 - “(11) Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia
menjenguk ke dalam kubur itu, (12) dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih,
yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring.
(13) Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis?’ Jawab Maria kepada
mereka: ‘Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.’ (14) Sesudah
berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu,
bahwa itu adalah Yesus. (15) Kata Yesus kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah
yang engkau cari?’ Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadaNya:
‘Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia,
supaya aku dapat mengambilNya.’ (16) Kata Yesus kepadanya: ‘Maria!’ Maria berpaling dan
berkata kepadaNya dalam bahasa Ibrani: ‘Rabuni!’, artinya Guru. (17) Kata Yesus kepadanya:
‘Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada
saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada
BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu.’”.

b) Bagian Alkitab yang menunjukkan bahwa Maria Magdalena pernah dibebaskan dari 7 setan yang
merasuknya (ay 9b), ada dalam Luk 8:2.
Luk 8:2 - “dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau
berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh
jahat”.

2) Yesus menampakkan diriNya kepada Maria Magdalena.


Ay 9: “Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan
diriNya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.”.
Nama ‘Yesus’ sebetulnya tidak ada dalam ay 9 ini.
A. T. Robertson: “Jesus is not mentioned by name here, though he is clearly the one meant” (= ‘Yesus’
tidak disebutkan dengan nama di sini, sekalipun jelas bahwa Ialah yang dimaksudkan).
Baik KJV maupun NIV menyebutkan nama ‘Yesus’ (tetapi KJV mencetak dengan huruf miring), tetapi
ini salah. Seharusnya seperti dalam RSV dan NASB, dimana nama Yesus memang tidak ada.
RSV: ‘Now when he rose early on the first day of the week, he appeared first to Mary Magdalene,
from whom he had cast out seven demons’.
NASB: ‘Now after He had risen early on the first day of the week, He first appeared to Mary
Magdalene, from whom He had cast out seven demons’.

3) Bagaimana Maria Magdalena tahu-tahu bisa sendirian? Bukankah tadinya ia bersama-sama dengan
beberapa perempuan lain (Mark 16:1-8a)?

Adam Clarke: “‘Mary Magdalene.’ It seems likely that, after this woman had carried the news of Christ’s
resurrection to the disciples, she returned alone to the tomb and that it was then that Christ appeared to her,
John 20:1-12; and a little after he appeared to all the women together, Matt 28:9; Luke 24:10” (= ‘Maria
Magdalena’. Kelihatannya memungkinkan bahwa setelah perempuan ini membawa berita tentang
kebangkitan Yesus kepada murid-murid, ia kembali sendirian ke kuburan dan pada saat itulah Kristus
menampakkan diri kepadanya, Yoh 20:1-12; dan sebentar lagi Ia menampakkan diri kepada semua
perempuan itu bersama-sama, Mat 28:9; Luk 24:10).

Jamieson, Fausset & Brown: “There is some difficulty here, and different ways of removing it have been
adopted. She had gone with the other women to the sepulchre (Mark 16:1), parting from them, perhaps,
before their interview with the angel, and on finding Peter and John she had come with them back to the
spot; and it was at this second visit, it would seem, that Jesus appeared to this Mary, as detailed in John
20:11-18. To a woman was this honour given to be the first that saw the risen Redeemer; and that woman
was NOT his virgin-mother” [= Ada beberapa kesukaran di sini, dan telah diambil cara-cara yang
berbeda untuk menyingkirkannya. Ia telah pergi dengan perempuan-perempuan yang lain ke kuburan
(Mark 16:1), berpisah dengan mereka, mungkin, sebelum pembicaraan mereka dengan malaikat, dan
setelah bertemu dengan Petrus dan Yohanes ia kembali dengan mereka ke tempat itu; dan kelihatannya
pada kunjungan kedua ini Yesus menampakkan diri kepada Maria ini, seperti diceritakan secara
terperinci dalam Yoh 20:11-18. Kepada seorang perempuan kehormatan ini diberikan untuk menjadi
orang pertama yang melihat sang Penebus yang telah bangkit; dan perempuan itu BUKANLAH ibuNya
yang perawan].

Catatan: Maria Magdalena diistimewakan karena ia juga menunjukkan kasih yang istimewa bagi
Kristus, bukan karena seperti yang sering ‘digosipkan’ oleh orang-orang sesat, bahwa Yesus jatuh
cinta kepadanya (dengan cinta EROS), atau bahwa Yesus berselingkuh dengannya, apalagi menikah
dengannya dan punya anak darinya!

4) Maria Magdalena digambarkan sebagai orang dari siapa Yesus pernah mengusir 7 setan.
Jadi, Maria Magdalena tadinya dirasuk 7 setan, tetapi ternyata bisa dibebaskan, dan menjadi orang
percaya yang sangat mencintai Yesus. Ini merupakan sesuatu yang sangat indah, dan bisa juga
terjadi pada orang-orang lain yang sangat jahat / dikuasai setan.

The Biblical Illustrator mengutip kata-kata Spurgeon: “Mary Magdalene represents those who have come
under the tormenting and distracting power of Satan, and whose lamp of joy is quenched in tenfold night.
They are imprisoned not so much in the dens of sin as in the dungeons of sorrow; not so criminal as they
are wretched; not so depraved as they are desolate” (= Maria Magdalena mewakili mereka yang telah
datang di bawah kuasa setan yang menyiksa dan mengganggu / membingungkan, dan yang lampu
sukacitanya dipadamkan dalam malam yang berlipat sepuluh. Mereka dipenjarakan, bukan begitu
hebat dalam gua dosa tetapi dalam kamar tahanan di bawah tanah dari kesedihan; bukan begitu
kriminal tetapi begitu buruk; bukan begitu bejat tetapi terpencil / terkucil / sendiri).
Catatan: kalimat yang saya garis-bawahi itu agak sukar diterjemahkan, tetapi maksudnya hanyalah
bahwa Maria Magdalena, sekalipun dirasuk setan, bukanlah ditunjukkan sebagai orang yang terlalu
berdosa, tetapi ditunjukkan sebagai orang yang keadaannya sangat menyedihkan. Ini perlu
diperhatikan, khususnya karena ada satu pandangan yang populer tentang Maria Magdalena, yang
mengatakan bahwa dulunya ia adalah seorang pelacur. Tetapi ini adalah suatu pandangan yang
sama sekali salah, dan tidak pernah ada dasar Alkitabnya! Mungkin pandangan ini muncul karena
orang mengacau-balaukan Maria Magdalena dengan perempuan berdosa yang mengurapi Yesus
dalam Luk 7:36-50, padahal mereka adalah dua perempuan yang berbeda.

The Biblical Illustrator: “THOSE WHO ARE MOST UNDER SATANIC INFLUENCE, ARE YET WITHIN
THE REACH OF THE GOSPEL. ... The gospel not merely delivers men from Satanic influence, but exalts
men into the most holy characters” (= MEREKA YANG PALING ADA DI BAWAH PENGARUH
SETAN, TETAP ADA DI DALAM JANGKAUAN INJIL. ... Injil tidak hanya membebaskan manusia
dari pengaruh Setan, tetapi meninggikan manusia ke karakter yang paling suci).

Ini tentu tidak berarti bahwa kita harus memberitakan Injil kepada orang-orang yang SEDANG dirasuk
setan. Setannya harus dikeluarkan / ditengking dulu, baru orang itu bisa diinjili.

The Biblical Illustrator: “THE GOSPEL CAN EFFECT THE REFORMATION OF THE MOST
ABANDONED. No sooner was Mary Magdalene dispossessed, than she devotes herself to the service of her
Lord. So with all who heartily embrace Christ’s religion. The power of sin in them is destroyed, the influence
of Satan is dissolved, and they become willing captives of Christ’s love. Justin Martyr, in one of his apologies,
says, ‘O Emperor; we, who were formerly adulterers, are now chaste; we, who used magic charms, now
depend on the immortal God; we, who loved money, now cheerfully contribute to the wants of all; we, who
would not sit down with those who were not of the same tribe with us, now cheerfully sit among and pray for
the conversion of them that hate us, and persuade them to live according to the excellent precepts of Christ.’”
(= INJIL BISA MENGHASILKAN REFORMASI DARI ORANG YANG PALING DITINGGALKAN
/ DIBUANG. Begitu Maria Magdalena dibebaskan dari kerasukan, ia membaktikan dirinya sendiri pada
pelayanan bagi Tuhannya. Demikianlah dengan semua orang yang dengan sungguh-sungguh memeluk
agama Kristus. Kuasa dosa dalam diri mereka dihancurkan, pengaruh Setan dibubarkan, dan mereka
menjadi mau / rela untuk menjadi tawanan dari kasih Kristus. Justin Martyr, dalam salah satu
apologetikanya mengatakan: ‘O Kaisar; kami, yang tadinya pezinah sekarang suci / murni; kami yang
tadinya menggunakan kuasa gelap, sekarang bergantung kepada Allah yang kekal; kami yang tadinya
mencintai uang, sekarang dengan sukacita memberikan sumbangsih bagi kebutuhan dari semua orang;
kami yang tadinya tidak mau duduk bersama-sama mereka yang bukan dari suku yang sama dengan
kami, sekarang dengan sukacita duduk di antara, dan berdoa untuk pertobatan dari, mereka yang
membenci kami, dan mendesak mereka untuk hidup sesuai dengan perintah-perintah yang indah dari
Kristus’).

The Biblical Illustrator mengutip kata-kata Spurgeon: “Hope for the worst: - Until the gate of hell is shut
upon a man, we must not cease to pray for him; and if we see him hugging the very door posts of damnation,
we must go to the mercy seat and beseech the arm of grace to pluck him from his dangerous position. The
case of Mary Magdalene is a looking glass in which many souls, wrung with anguish, may see themselves”
(= Pengharapan bagi yang terburuk: - Sampai pintu gerbang neraka tertutup pada seseorang, kita tidak
boleh berhenti mendoakannya; dan jika kita melihatnya merangkul pintu dari tempat hukuman, kita
harus pergi ke takhta belas kasihan dan memohon lengan dari kasih karunia untuk mengambilnya dari
posisinya yang berbahaya. Kasus Maria Magdalena adalah kaca untuk melihat ke dalam mana banyak
jiwa, yang diperas dengan kesedihan / penderitaan, bisa melihat diri mereka sendiri).

Ay 10-11: “(10) Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi
Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. (11) Tetapi ketika mereka mendengar,
bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya.”.

1) Dukungan Kitab Suci terhadap ay 10-11 ini.


Luk 24:10-11 - “(10) Perempuan-perempuan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu
Yakobus. Dan perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka
memberitahukannya kepada rasul-rasul. (11) Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan
omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu”.
Yoh 20:18 - “Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: ‘Aku telah melihat Tuhan!’
dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya”.

Tetapi ada perbedaan, yaitu dalam Luk 24:10-11 yang memberitahu murid-murid bukan Maria
Magdalena saja tetapi beberapa perempuan, sedangkan dalam Yoh 20:18, memang Maria
Magdalena yang memberitahu murid-murid tetapi tidak diceritakan reaksi para murid atas
pemberitahuan itu.

2) Orang-orang yang tadinya mengiringi Yesus itu sedang berkabung dan menangis (ay 10b).

The Biblical Illustrator: “Unnecessary grief: - A sorrow is none the less sharp because it is founded upon a
mistake. Jacob mourned very bitterly for Joseph, though his darling was not torn in pieces, but on the way
to be lord over all Egypt. Yet while there is of necessity so much well-founded sorrow in the world, it is a pity
that one unnecessary pang should be endured, and endured by those who have the best possible grounds for
joy. The case in the text before us is a typical one. Thousands are at this day mourning and weeping who
ought to be rejoicing. Oh, the mass of needless grief! Unbelief works for the father of lies in this matter, and
works misery out of falsehood among those who are not in truth children of sadness but heirs of light and
joy. Rise, faith, and with thy light chase away this darkness! And if ever thou must have thy lamp trimmed
by a humble Mary, do not despise her kindly aid” (= Kesedihan yang tidak perlu: - Suatu kesedihan
sedikitpun tidak kurang tajamnya karena kesedihan itu didasarkan pada suatu kesalahan. Yakub
berkabung dengan sangat pahit untuk Yusuf, sekalipun orang yang ia cintai tidak dicabik-cabik, tetapi
sedang dalam perjalanan untuk menjadi tuan atas seluruh Mesir. Tetapi sekalipun dalam dunia ini pasti
ada banyak kesedihan yang betul-betul mempunyai dasar, adalah menyedihkan bahwa satu kepedihan
yang tidak perlu harus ditanggung, dan ditanggung oleh mereka yang mempunyai dasar terbaik yang
memungkinkan untuk sukacita. Kasus dalam text di hadapan kita adalah kasus yang khas. Ribuan orang
pada saat ini berkabung dan menangis padahal seharusnya mereka bersukacita. O, begitu banyak
kesedihan yang tidak perlu! Ketidak-percayaan bekerja untuk bapa segala dusta dalam hal ini, dan
mengerjakan kesengsaraan dengan menggunakan kepalsuan / dusta di antara mereka yang sebenarnya
bukanlah anak-anak kesedihan tetapi pewaris-pewaris dari terang dan sukacita. Bangkitlah iman, dan
dengan terangmu usirlah kegelapan ini! Dan, jika sumbu lampumu harus dipotong / dibersihkan oleh
seorang Maria yang rendah, jangan merendahkan pertolongannya yang murah hati).
Catatan: lampu yang menggunakan minyak, pada saat-saat tertentu, sumbunya harus dipotong /
dibersihkan, supaya bisa menyala dengan lebih terang.
3) Setelah mendengar pemberitaan ‘kabar baik’ dari Maria Magdalena bahwa Yesus telah bangkit,
mereka tidak percaya (ay 11).
Ini mirip dengan kesedihan Yakub karena ‘kematian Yusuf’, dan pada waktu belakangan ia diberitahu
bahwa Yusuf ternyata masih hidup, mula-mula ia juga tidak percaya.
Kej 37:33-35 - “(33) Ketika Yakub memeriksa jubah itu, ia berkata: ‘Ini jubah anakku; binatang buas
telah memakannya; tentulah Yusuf telah diterkam.’ (34) Dan Yakub mengoyakkan jubahnya, lalu
mengenakan kain kabung pada pinggangnya dan berkabunglah ia berhari-hari lamanya karena
anaknya itu. (35) Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan berusaha menghiburkan dia, tetapi ia
menolak dihiburkan, serta katanya: ‘Tidak! Aku akan berkabung, sampai aku turun mendapatkan
anakku, ke dalam dunia orang mati!’ Demikianlah Yusuf ditangisi oleh ayahnya”.
Kej 45:25-28 - “(25) Demikianlah mereka pergi dari tanah Mesir dan sampai di tanah Kanaan, kepada
Yakub, ayah mereka. (26) Mereka menceritakan kepadanya: ‘Yusuf masih hidup, bahkan dialah yang
menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir.’ Tetapi hati Yakub tetap dingin, sebab ia tidak dapat
mempercayai mereka. (27) Tetapi ketika mereka menyampaikan kepadanya segala perkataan yang
diucapkan Yusuf, dan ketika dilihatnya kereta yang dikirim oleh Yusuf untuk menjemputnya, maka
bangkitlah kembali semangat Yakub, ayah mereka itu. (28) Kata Yakub: ‘Cukuplah itu; anakku Yusuf
masih hidup; aku mau pergi melihatnya, sebelum aku mati.’”.
Bdk. Mat 2:16-18 - “(16) Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus
itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-
anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-
orang majus itu. (17) Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: (18)
‘Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia
tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.’”.

Ay 12-13: “(12) Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka,
ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. (13) Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya
kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada merekapun teman-teman itu tidak percaya.”.

1) Ay 12: “Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika
keduanya dalam perjalanan ke luar kota”.

a) Dukungan Kitab Suci terhadap ayat ini meragukan!


Mark 16:12 ini kelihatannya paralel dengan Luk 24:13-22 (tetapi Lukas menceritakan dengan
panjang lebar). Tetapi kata-kata ‘menampakkan diri dalam rupa yang lain’ dalam Mark 16:12 ini
tak ada paralelnya dalam Injil-injil yang lain. Ada beberapa kasus dalam Injil Lukas dan Injil
Yohanes yang menunjukkan bahwa orang-orang yang bertemu dengan Yesus tidak
mengenaliNya, tetapi alasannya bukan karena ‘Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain’. Mari
kita menyoroti ayat-ayat itu.

1. Luk 24:16 - “Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat
mengenal Dia”.
Memang tak dijelaskan apa yang menghalangi mata mereka sehingga mereka tidak bisa
mengenali Yesus, tetapi ini rasanya tidak mungkin diartikan bahwa Yesusnya memang
berubah rupa dibandingkan dengan Yesus sebelum mati disalib.

2. Yoh 20:11-16 - “(11) Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia
menjenguk ke dalam kubur itu, (12) dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian
putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus
terbaring. (13) Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau menangis?’ Jawab
Maria kepada mereka: ‘Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.’
(14) Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi
ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. (15) Kata Yesus kepadanya: ‘Ibu, mengapa engkau
menangis? Siapakah yang engkau cari?’ Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman,
lalu berkata kepadaNya: ‘Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di
mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilNya.’ (16) Kata Yesus kepadanya:
‘Maria!’ Maria berpaling dan berkata kepadaNya dalam bahasa Ibrani: ‘Rabuni!’, artinya
Guru”.

Secara explicit tak ada penjelasan dalam text di atas mengapa mula-mula Maria Magdalena
bisa tidak mengenali Yesus (ay 14), dan menyangka orang itu sebagai penunggu taman (ay
15). Tetapi ay 11 mengatakan bahwa Maria Magdalena sedang menangis. Jadi, adalah
memungkinkan untuk menafsirkan bahwa ia mula-mula tidak mengenali Yesus karena
matanya penuh dengan air mata, bukan karena Yesusnya berubah rupa.
3. Yoh 21:4-8 - “(4) Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu
tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. (5) Kata Yesus kepada mereka: ‘Hai anak-anak, adakah
kamu mempunyai lauk-pauk?’ Jawab mereka: ‘Tidak ada.’ (6) Maka kata Yesus kepada
mereka: ‘Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.’ Lalu mereka
menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. (7) Maka
murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: ‘Itu Tuhan.’ Ketika Petrus mendengar,
bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu
terjun ke dalam danau. (8) Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak
jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan
itu”.

Dalam text ini murid-murid juga tidak mengenali Yesus, dan tak ada penjelasan explicit
mengapa mereka tidak mengenaliNya. Tetapi ada kemungkinan mereka tidak mengenali Dia
karena hari masih sangat pagi, dan karena itu masih agak gelap. Kata-kata ‘Ketika hari mulai
siang’ pada awal Yoh 21:4 salah terjemahan.
KJV: ‘But when the morning was now come’ (= Tetapi ketika pagi datang).
RSV: ‘Just as day was breaking’ (= Tepat pada waktu hari / pagi menyingsing).
NIV: ‘Early in the morning’ (= Pagi-pagi sekali).
NASB: ‘But when the day was now breaking’ (= Tetapi ketika hari / pagi menyingsing).
Catatan: Dalam bahasa Inggris suatu hari dibagi menjadi ‘day’ (= hari / pagi) dan ‘night’ (=
malam / petang).

Selain itu, kalau dilihat dari Yoh 21:8, mereka berjarak cukup jauh dari Yesus, yaitu sekitar
200 hasta (90 meter).

Jadi, bisa saja mereka tidak mengenali Yesus karena alasan yang alamiah, bukan karena
Yesus berubah rupa setelah Ia bangkit dari antara orang mati.

b) Ayat ini menimbulkan penafsiran yang pro kontra tentang bentuk / rupa Yesus setelah
kebangkitan.

Lenski: “all the manifestations of the risen Savior were made in a bodily form that differed from his old,
ordinary form. We may add, however, that Jesus did not always appear in the same glorified form duting
the forty-day period” (= semua manifestasi dari sang Juruselamat yang telah bangkit dibuat dalam
suatu bentuk jasmani yang berbeda dengan bentukNya yang lama / biasanya. Tetapi bisa kami
tambahkan, bahwa Yesus tidak selalu muncul dalam bentuk yang telah dimuliakan yang sama
selama periode 40 hari itu) - hal 761.

J. A. Alexander: “The only discrepancy which has been alleged is Mark’s saying that our Lord
‘appeared to them in another form’, while Luke says that ‘their eyes were holden that they should not
know him.’ The one gives the cause and the other the efffect” (= Satu-satunya ketidak-sesuaian yang
telah dinyatakan adalah kata-kata Markus bahwa Tuhan kita ‘menampakkan diriNya kepada
mereka dalam bentuk / rupa yang lain’, sedangkan Lukas mengatakan bahwa ‘mata mereka ditahan
sehingga mereka tidak mengenaliNya’. Yang satu memberikan penyebabnya dan yang lain
memberikan akibat / hasilnya) - hal 439-440.

Saya menganggap penafsiran ini dipaksakan. Menurut saya Markus memberikan penyebabnya
(‘Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain’), sedangkan Lukas memberikan penyebab maupun
akibat / hasilnya (‘Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat
mengenal Dia’). Kata-kata ‘ada sesuatu yang menghalangi mata mereka’ merupakan penyebabnya,
sedangkan kata-kata ‘sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia’ merupakan akibat / hasilnya.
Jadi, Mark 16:12 memberikan penyebab yang berbeda dengan penyebab yang diberikan oleh
Lukas.

Matthew Henry: “He appeared to two of the disciples, as they went into the country, v. 12. This refers,
no doubt, to that which is largely related (Luke 24:13, &c.), of which passed between Christ and the two
disciples going to Emmaus. He is here said to have appeared to them in another form, in another dress
than what he usually wore, in the form of a traveller, as, in the garden, in such a dress, that Mary
Magdalene took him for the gardener; but that he had really his own countenance, appears by this, that
their eyes were holden, that they should not know him; and when that restrain on their eyes was taken
off, immediately they knew him, Luke 24:16-31” [= Ia menampakkan diri kepada dua murid pada
waktu mereka berjalan ke luar kota, ay 12. Ini tak diragukan menunjuk pada apa yang diceritakan
dengan banyak (Lukas 24:13 dst), tentang yang terjadi antara Kristus dengan dua murid yang
berjalan ke Emaus. Di sini dikatakan Ia menampakkan diri kepada mereka dalam rupa / bentuk
yang lain, dalam pakaian yang lain dari pada yang biasanya Ia pakai, dalam bentuk dari seorang
pelancong, seperti di taman / kebun, dalam pakaian sedemikian rupa sehingga Maria Magdalena
mengira Ia adalah tukang taman / kebun; tetapi bahwa Ia betul-betul mempunyai wajahNya sendiri
terlihat dari sini, bahwa mata mereka ditahan, sehingga mereka tidak mengenaliNya; dan pada
waktu tahanan / halangan pada mata mereka itu diambil / disingkirkan, mereka langsung / segera
mengenaliNya, Luk 24:16-31].

Saya setuju dengan Matthew Henry bahwa dua murid itu tidak mengenali Yesus karena mata
mereka ditahan, bukan karena Yesusnya mempunyai wajah yang berbeda. Karena itu pada
waktu yang menahan mata mereka itu disingkirkan, mereka segera mengenaliNya. Tetapi saya
sangat meragukan penafsiran Matthew Henry tentang Mark 16:12, dimana ia karena ingin
mengharmoniskan Markus dengan Lukas, mengatakan bahwa ‘dalam rupa / bentuk yang lain’ itu
artinya adalah dalam pakaian yang berbeda dari yang biasanya Ia pakai. Ini mungkin masih bisa
diterima dalam kasus Maria Magdalena, kalau Maria Magdalena hanya melihatNya sepintas lalu.
Tetapi dalam kasus perjalanan bersama dua murid ke Emaus, mereka berjalan dan bercakap-
cakap cukup lama. Mungkinkah hanya karena pakaian yang berbeda lalu mereka tidak mengenali
Dia? Ini rasanya sangat tak masuk akal.

Luk 24:13-32 - “(13) Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung
bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, (14) dan mereka
bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. (15) Ketika mereka sedang bercakap-
cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-
sama dengan mereka. (16) Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka
tidak dapat mengenal Dia. (17) Yesus berkata kepada mereka: ‘Apakah yang kamu percakapkan
sementara kamu berjalan?’ Maka berhentilah mereka dengan muka muram. (18) Seorang dari
mereka, namanya Kleopas, menjawabNya: ‘Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem,
yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?’ (19) KataNya kepada
mereka: ‘Apakah itu?’ Jawab mereka: ‘Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah
seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh
bangsa kami. (20) Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia
untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkanNya. (21) Padahal kami dahulu mengharapkan,
bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga
hari, sejak semuanya itu terjadi. (22) Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah
mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, (23) dan tidak menemukan
mayatNya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-
malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. (24) Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur
itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia
tidak mereka lihat.’ (25) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Hai kamu orang bodoh, betapa
lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!
(26) Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaanNya?’ (27)
Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai
dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. (28) Mereka mendekati kampung yang mereka
tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalananNya. (29) Tetapi mereka sangat
mendesakNya, katanya: ‘Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam
dan matahari hampir terbenam.’ Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.
(30) Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-
mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. (31) Ketika itu terbukalah mata mereka dan
merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. (32) Kata mereka seorang
kepada yang lain: ‘Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah
jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?’”.

The Biblical Illustrator: “II. THE FORM OF CHRIST IS SUSCEPTIBLE OF CHANGE. ‘In another
form.’ The form of Christ still changes, as perhaps all forms change. There are constant and legitimate
changes in the presentment of Christ; in the expression of evangelical doctrine; in the ritual and
government of Christ’s Church. Christ changes the form of His manifestation for great ends. 1. That the
form shall not stand between us and the Saviour Himself. We can only know Christ through the form,
and up to a certain point any particular form may help us, but at length the form instead of being a
medium of revelation may become a screen. Spiritual meaning evaporates from the best definitions;
ceremonies are emptied of their meaning; and the Church order which once aided the gospel may
become inoperative and obstructive. The form may become a darkened glass to hide Christ, and lest this
should be the case the form is ever being changed so that we may all with open face behold as in a glass
the glory of the Lord. 2. That He may make Himself known to men of the most diverse character and
circumstance. It seems very probable that the appearance of Christ was altered from time to time during
the forty days to meet the several cases of the disciples. Our religion, thank God, is for the world, and it
has all the richness and versatility of a universal faith. What a scene of infinite variety is this world of
ours! How it teems with individuality, originality, eccentricity, divergence, contrast! So the Christian
Church does not come with stereotyped language, a rigid ritual, an unalterable rubric, but it meets the
infinite richness of human nature with infinite flexibility and inexhaustible resource. Christ comes in
many forms that He may meet the multitudiousness and manifoldness of the race. 3. That He may
become the Saviour of all generations. With the perpetual and inevitable changes of time Christ
constantly reappears in new forms. The world does not outgrow Christ, but Christ confronts successive
generations in new forms, appropriate forms, richer forms. Christianity never becomes obsolete; in the
midst of a new world it stands forth in a new form, but with all its ancient power and grace” (= II.
Bentuk / rupa dari Kristus bisa / mudah berubah. ‘Dalam rupa / bentuk yang lain’. Bentuk / rupa
dari Kristus tetap berubah, mungkin seperti semua bentuk berubah. Ada perubahan yang konstan
dan sah dalam kehadiran Kristus; dalam pernyataan dari doktrin injili; dalam upacara dan
pemerintahan dari Gereja Kristus. Kristus mengubah bentuk dari manifestasiNya untuk tujuan-
tujuan yang besar / agung. 1. Supaya bentuk itu tidak berada di antara kita dan sang Juruselamat
itu sendiri. Kita hanya bisa mengenal Kristus melalui bentuk, dan sampai pada titik tertentu bentuk
khusus apapun bisa menolong kita, tetapi akhirnya bentuk itu bukannya menjadi pengantara dari
wahyu tetapi bisa menjadi suatu tabir. Arti-arti rohani menguap dari definisi-definisi yang terbaik;
upacara-upacara dikosongkan dari arti mereka; dan sistim Gereja yang pernah membantu injil bisa
menjadi tidak berlaku dan bersifat menghalangi. Bentuk bisa menjadi suatu kaca yang digelapkan
untuk menyembunyikan Kristus, dan supaya ini tidak terjadi maka bentuk itu selalu diubah
sehingga kita semua dengan muka terbuka bisa memandang, seperti dalam kaca, kemuliaan Tuhan.
2. Supaya Ia bisa membuat diriNya sendiri dikenal kepada manusia dari karakter dan keadaan yang
paling bermacam-macam. Kelihatannya sangat memungkinkan bahwa penampakan Kristus diubah
dari waktu ke waktu sepanjang 40 hari untuk menemui / menyesuaikan dengan beberapa kasus dari
murid-murid. Agama kita, syukur kepada Allah, adalah bagi dunia ini, dan itu mempunyai semua
kekayaan dan kepandaian yang beraneka ragam dari suatu iman yang universal. Dunia kita ini
betul-betul mempunyai variasi yang tak terbatas. Dunia ini penuh dengan keindividualan,
keorisinilan, keexentrikan, keberbedaan, kontras! Dengan demikian Gereja Kristen tidak datang
dengan bahasa yang sama / monoton, ucapara yang kaku, peraturan ibadah yang tak berubah, tetapi
itu menemui kekayaan yang tak terbatas dari manusia dengan kelenturan yang tak terbatas dan
sumber yang tak pernah habis. Kristus datang dalam banyak bentuk sehingga Ia bisa menemui
banyaknya dan bermacam-macamnya umat manusia. 3. Supaya Ia bisa menjadi Juruselamat dari
semua generasi. Dengan perubahan waktu yang terus menerus / kekal dan tak terhindarkan, Kristus
secara konstan muncul lagi dalam bentuk-bentuk yang baru. Dunia tidak tumbuh melebihi Kristus,
tetapi Kristus menghadapi generasi-generasi yang berturut-turut dalam bentuk-bentuk yang baru,
bentuk-bentuk yang lebih cocok, bentuk-bentuk yang lebih kaya. Kekristenan tidak pernah menjadi
usang; di tengah-tengah dari dunia yang baru kekristenan berdiri dalam suatu bentuk yang baru,
tetapi dengan semua kuasa dan kasih karunianya yang kuno).

Saya tidak tahu apakah saudara menganggap kutipan di atas ini sebagai suatu ajaran yang
menarik / bagus, atau tidak. Tetapi bagi saya ini adalah suatu ‘ajaran asing’, dan merupakan
contoh tentang ajaran yang semata-mata didasarkan pada bagian dalam Mark 16:9-20, yang
diperdebatkan keasliannya ini!

Wycliffe Bible Commentary: “‘In another form.’ Luke 24:16 says that their eyes were somehow affected
so that they did not recognize Christ. Whether Christ had actually changed his appearance we do not
know” (= ‘Dalam rupa / bentuk yang lain’. Lukas 24:16 mengatakan bahwa mata mereka, entah
bagaimana, dipengaruhi sedemikian rupa sehingga mereka tidak mengenali Kristus. Apakah Kristus
betul-betul berubah penampilanNya, kami tidak tahu).

Calvin (tentang Luk 24:16): “‘But their eyes were restrained.’ The Evangelist expressly states this, lest
any one should think that the aspect of Christ’s body was changed, and that the features of his
countenance were different from what they had formerly been. For though Christ remained like himself,
he was not recognized, because the eyes of beholders were held; and this takes away all suspicion of a
phantom or false imagination” (= ‘Tetapi mata mereka ditahan’. Sang Penginjil secara explicit
menyatakan ini, supaya jangan seseorang berpikir bahwa aspek dari tubuh Kristus diubah, dan
bahwa ciri-ciri dari wajahNya berbeda dengan apa yang sebelumnya mereka lihat. Karena sekalipun
Kristus tetap seperti diriNya sendiri, Ia tidak dikenali, karena mata dari orang-orang yang
melihatNya ditahan; dan ini mengambil semua kecurigaan dari sesuatu yang tidak nyata atau
khayalan yang palsu).

Saya sendiri setuju dengan Calvin. Saya tidak percaya bahwa bentuk wajah ataupun bentuk
badan Yesus berubah, apalagi terus berubah-ubah, setelah kebangkitanNya. Jangan lupa bahwa
Kitab Suci mengajar bahwa apa yang Yesus alami merupakan suatu pola yang akan kita alami.
Kalau Yesus berubah-ubah seperti itu, maka itu harus diartikan bahwa nanti (setelah kita
dibangkitkan dari antara orang mati) kita juga akan terus berubah-ubah.
2) Ay 13: “Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi
kepada merekapun teman-teman itu tidak percaya.”.

a) Penceritaan oleh 2 orang itu kepada murid-murid diceritakan dalam Luk 24:33-35. Tetapi
penceritaan Lukas berbeda dengan ay 13 ini, karena Luk 24:33-35 berbunyi: “(33) Lalu
bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu.
Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. (34) Kata mereka itu:
‘Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.’ (35) Lalu kedua
orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia
pada waktu Ia memecah-mecahkan roti”.

Lenski berusaha mengharmoniskan dengan cara di bawah ini.


Lenski: “But note what Luke himself writes in v. 41 after Jesus actually appeared to all the disciples and
after he had showed them his hands and his feet: ‘while they were still disbelieving from joy.’ This is the
disbelief which Mark records as greeting the report of the Emmaus disciples” (= Tetapi perhatikan apa
yang Lukas sendiri tuliskan dalam ay 41 setelah Yesus sungguh-sungguh menampakkan diriNya
kepada semua murid dan setelah Ia menunjukkan tanganNya dan kakiNya: ‘ketika mereka belum
percaya karena girangnya’. Ini adalah ketidak-percayaan yang dicatat oleh Markus sebagai
sambutan dari laporan dari murid-murid Emaus) - hal 761.
Luk 24:41 - “Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia
kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’”.

b) Penolakan yang benar dan yang salah terhadap suatu kesaksian.


Pulpit Commentary: “In some cases we are justified in refusing our assent to testimony; in others we
are justified in withholding that assent until the testimony is confirmed. Such was not the case on the
occasion under consideration. The evidence was that of credible persons, and of persons whom the eleven
knew to be credible. Mary of Magdala, and Cleopas, and his companion were well known to the company
of our Lord’s friends and disciples. They were persons of unquestionable veracity. They had been
themselves convinced against their own persuasions and prejudices. Mary had gone to the grave to
complete the rites of burial - a proof that she was not expecting the resurrection. The two who walked to
Emmaus regarded the death of Jesus as the destruction of their hopes; they were sad of countenance
and slow of heart. If the testimony of Mary were rejected as that of an enthusiast, how could the testimony
of the two companions be disputed? Besides, from the other Gospels we know that the other women had
also borne witness to having seen Jesus, and that the Lord had appeared to Simon, who had announced
the good news to the others. Testimony so varied, repeated, and credible as this deserved a better reception
than was accorded to it. But whatever was said of the rising of the Lord Jesus, the disciples during that
day disbelieved” (= Dalam beberapa kasus kita dibenarkan dalam menolak untuk memberikan
persetujuan kita terhadap kesaksian; dalam kasus-kasus lain kita dibenarkan dalam menahan
persetujuan itu sampai kesaksian itu diteguhkan. Bukan demikian kasusnya pada kejadian yang
sedang dipertimbangkan ini. Bukti itu adalah dari orang-orang yang dapat dipercayai, dan dari
orang-orang yang diketahui oleh 11 rasul itu sebagai orang-orang yang dapat dipercayai. Maria
Magdalena, dan Kleopas, dan temannya, dikenal dengan baik dalam rombongan dari sahabat-
sahabat dan murid-murid Tuhan kita. Mereka adalah orang-orang dengan kejujuran yang tidak
dipertanyakan. Mereka sendiri telah diyakinkan terhadap / menentang kepercayaan dan prasangka
mereka sendiri. Maria telah pergi ke kubur untuk menyelesaikan upacara penguburan - suatu bukti
bahwa ia tidak sedang mengharapkan kebangkitan. Dua orang yang berjalan ke Emaus menganggap
kematian Yesus sebagai kehancuran dari harapan mereka; mereka mempunyai wajah sedih dan hati
yang berat. Jika kesaksian dari Maria ditolak sebagai kesaksian dari seorang penggemar / pecandu,
bagaimana kesaksian dari 2 orang ini bisa dibantah? Disamping, dari Injil-injil yang lain kita tahu
bahwa perempuan-perempuan yang lain juga memberikan kesaksian bahwa mereka telah melihat
Yesus, dan bahwa Tuhan telah menampakkan diri kepada Simon, yang telah mengumumkan kabar
baik itu kepada orang-orang yang lain. Kesaksiannya yang begitu bervariasi, diulang-ulang, dan
dapat dipercayai seperti ini layak mendapatkan suatu penerimaan yang lebih baik dari pada yang
diberikan kepadanya. Tetapi apapun yang dikatakan tentang kebangkitan dari Tuhan Yesus, murid-
murid dalam sepanjang hari itu tidak percaya).

-bersambung-
PEMAHAMAN ALKITAB
G. K. R. I. ‘GOLGOTA’
(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)

Jumat, tanggal 18 Juni 2010, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.


(7064-1331 / 6050-1331)
buas22@yahoo.com

MARKUS 16:1-20(9)
Ay 14: “Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia
mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-
orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitanNya.”.

1) Ada 3 text dalam Injil-injil yang lain, yang memungkinkan untuk dianggap sebagai bagian yang paralel
dengan ay 14 ini, yaitu:

a) Mat 28:16-18 - “(16) Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan
Yesus kepada mereka. (17) Ketika melihat Dia mereka menyembahNya, tetapi beberapa orang ragu-
ragu. (18) Yesus mendekati mereka dan berkata: ‘KepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga
dan di bumi”.
Dalam Mat 28:16-18 ini tidak ada celaan dari Yesus kepada murid-murid, Dan juga tidak
dikatakan bahwa mereka sedang makan, tetapi perbedaan-perbedaan seperti ini tidak perlu
dipersoalkan, karena bisa saja Matius tidak mencatat hal-hal itu.

b) Luk 24:36-46 - “(36) Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba
berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: ‘Damai sejahtera bagi kamu!’ (37)
Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu (roh). (38) Akan tetapi Ia
berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam
hati kamu? (39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah,
karena hantu (roh) tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40)
Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika
mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah
padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia
mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. (44) Ia berkata kepada mereka: ‘Inilah
perkataanKu, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu,
yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan
kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.’ (45) Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka
mengerti Kitab Suci. (46) KataNya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita
dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga”.
Di sini kelihatannya mereka sedang makan, karena Yesus minta makanan dan mereka bisa
memberikan sepotong ikan kepadaNya (Luk 24:41-42), dan juga di sini ada celaan karena
ketidakpercayaan mereka (Luk 24:38).

c) Yoh 20:19-29 - “(19) Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-
murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-
orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata:
‘Damai sejahtera bagi kamu!’ (20) Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tanganNya dan
lambungNya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. (21) Maka
kata Yesus sekali lagi: ‘Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian
juga sekarang Aku mengutus kamu.’ (22) Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka
dan berkata: ‘Terimalah Roh Kudus. (23) Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya
diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.’ (24) Tetapi
Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka,
ketika Yesus datang ke situ. (25) Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ‘Kami telah
melihat Tuhan!’ Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ‘Sebelum aku melihat bekas paku pada
tanganNya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan
tanganku ke dalam lambungNya, sekali-kali aku tidak akan percaya.’ (26) Delapan hari kemudian
murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka.
Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata:
‘Damai sejahtera bagi kamu!’ (27) Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini
dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan
engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.’ (28) Tomas menjawab Dia: ‘Ya Tuhanku dan
Allahku!’ (29) Kata Yesus kepadanya: ‘Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.’”.
Di sini ada dua kali penampakan. Pada kali yang pertama tak ada celaan, dan murid yang hadir
hanya 10 orang (tanpa Yudas Iskariot dan Tomas), dan pada penampakan kedua yang hadir 11
orang (dengan Tomas). Tidak dikatakan bahwa mereka sedang makan, dan sekalipun ada celaan
tetapi hanya ditujukan kepada Tomas (Yoh 20:27,29).

Albert Barnes menganggap ay 14 paralel dengan penampakan yang pertama dalam Yoh 20 ini.
Barnes’ Notes: “‘Afterward he appeared unto the eleven.’ Judas was dead, and the apostles were then
called ‘the eleven.’ This was done even when one of them was absent, as Thomas was on this occasion”
(= ‘Setelah itu Ia menampakkan diri kepada ke 11 murid’. Yudas sudah mati, dan rasul-rasul disebut
‘11 murid’. Ini dilakukan bahkan pada saat satu dari mereka sedang absen, seperti Tomas sedang
absen pada peristiwa itu).
Calvin dan Pulpit Commentary mempunyai pandangan yang sama dengan Albert Barnes.

2) Mereka ditegur karena ketidak-percayaan mereka terhadap kebangkitanNya.

Matthew Henry: “when he appeared to them, he upbraided them with their unbelief and hardness of heart,
... Note, The evidences of the truth of the gospel are so full, that those who receive it not, may justly be
upbraided with their unbelief; and it is owing not to any weakness or deficiency in the proofs, but to the
hardness of their heart, its senselessness and stupidity” (= pada waktu Ia menampakkan diri kepada
mereka, Ia mencela / memarahi mereka karena ketidak-percayaan dan kekerasan hati mereka, ...
Perhatikan, Bukti-bukti dari kebenaran dari injil adalah begitu penuh / lengkap, sehingga mereka yang
tidak menerimanya bisa dengan benar dicela / dimarahi karena ketidak-percayaan mereka; dan itu
bukan disebabkan karena adanya kelemahan atau kekurangan apapun dalam bukti-bukti itu, tetapi
karena kekerasan hati mereka, kebodohan dan ketololannya).

Matthew Henry: “Though they had not till now seen him themselves, they are justly blamed because they
believed not them who had seen him after he was risen; and perhaps it was owing in part to the pride of their
hearts, that they did not; for they thought, ‘If indeed he be risen, to whom should he delight to do the honour
of showing himself but to us?’ And if he pass them by, and show himself to others first, they cannot believe
it is he” (= Sekalipun sampai sekarang mereka belum melihatNya sendiri, mereka dengan benar
dipersalahkan karena mereka tidak mempercayai mereka yang telah melihatNya setelah Ia
dibangkitkan; dan mungkin itu disebabkan karena kesombongan hati mereka, sehingga mereka tidak
percaya; karena mereka berpikir, ‘Jika Ia memang dibangkitkan, kepada siapa Ia seharusnya
melakukan kehormatan untuk menunjukkan diriNya sendiri kecuali kepada kami?’ Dan jika Ia
melewati mereka, dan menunjukkan diriNya sendiri kepada orang-orang lain lebih dulu, mereka tidak
bisa percaya bahwa itu adalah Dia).
Catatan: kata-kata Matthew Henry ini memang hanya dugaan saja, tetapi tak ada buktinya.

A. T. Robertson: “Doubt is not necessarily a mark of intellectual superiority. One must steer between
credulity and doubt” (= Ragu-ragu tidak harus merupakan suatu tanda dari intelek yang lebih tinggi.
Seseorang harus mengemudikan di antara sikap terlalu mudah percaya dan keragu-raguan).

Ay 15-16: “(15) Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada
segala makhluk. (16) Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya
akan dihukum.”.

1) Ini kelihatannya paralel dengan:


a) Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman.’”.
b) Luk 24:47-49 - “(47) dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa
harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. (48) Kamu adalah saksi dari
semuanya ini. (49) Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu
harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.’”.
Bdk. Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu
akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi.’”.
2) Perintah untuk memberitakan Injil (ay 15).

a) Dalam Mark 16:15 hanya kata ‘beritakanlah’ yang merupakan kata perintah, sedangkan kata
‘pergilah’ sebetulnya bukan kata perintah, tetapi participle. Demikian juga dalam Mat 28:19 hanya
kata-kata ‘jadikanlah murid’ yang adalah kata perintah, sedangkan kata ‘pergilah’, ‘baptislah’,
dan ‘ajarlah’ bukan kata-kata perintah, tetapi participle.
Catatan: ‘participle’ adalah ‘kata kerja + ing’, seperti going, preaching, walking dan sebagainya.

b) Ada keanehan dalam ay 15 karena kata ‘beritakanlah’ merupakan suatu aorist imperative (kata
perintah bentuk lampau), yang biasanya menunjukkan bahwa perintah itu hanya perlu dilakukan
satu kali saja. Demikian juga kata-kata ‘jadikan murid’ dalam Mat 28:19 merupakan kata perintah
bentuk lampau.

Lenski: “The aorist imperative is peremptory, the commands also stands for all time” (= Kata perintah
bentuk lampau ini adalah pasti / tak bisa diubah, perintah-perintah juga berlaku untuk semua waktu
/ jaman) - hal 765.

3) Siapa yang harus memberitakan Injil?

a) Para rasul itu yang mendapat perintah langsung dari Yesus.


The Biblical Illustrator: “Yet they were far from being perfect men. Just before this commission was
addressed to them they were upbraided by Christ with their unbelief and hardness of heart. A perfect
man or a perfect preacher is not necessary for the preaching of a perfect gospel” (= Tetapi mereka jauh
dari sempurna. Tepat sebelum perintah ini diberikan kepada mereka, mereka dicela / dimarahi oleh
Kristus karena ketidak-percayaan dan kekerasan hati mereka. Seorang manusia yang sempurna
atau seorang pengkhotbah yang sempurna tidak dibutuhkan untuk memberitakan /
mengkhotbahkan injil yang sempurna).

Penerapan:
1. Memang seorang pengkhotbah harus berusaha untuk menjadi sesempurna mungkin, baik
dalam hidupnya, pelayanannya, maupun motivasinya. Tetapi ia tidak akan bisa berhasil.
Sekalipun ia tidak bisa menjadi sempurna, ia tetap harus memberitakan Injil!
2. Jemaat tidak boleh menuntut pengkhotbah / pendeta yang sempurna, baik dalam
kehidupannya, pelayanannya, maupun motivasinya! Tentu saja semua ini harus benar, tetapi
‘benar’ tidak sama dengan ‘sempurna’.

b) Tetapi jelas bahwa bukan hanya rasul-rasul saja yang harus memberitakan Injil.
Sekalipun kata-kata dalam ay 15 atau Mat 28:19 diberikan oleh Yesus kepada rasul-rasul, tetapi
mereka lalu diperintahkan untuk mengajarkan segala sesuatu yang telah Yesus ajarkan kepada
mereka kepada orang-orang yang menerima Injil yang mereka beritakan.
Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman.’”.
Jadi, jelas bahwa perintah untuk memberitakan Injil ini juga harus diajarkan kepada mereka. Dan
dengan demikian maka pemberitaan Injil juga merupakan tugas / kewajiban dari semua orang
kristen yang sejati.

Bdk. Kis 8:1b,4 - “(1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di
Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. ...
(4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil”.
Yang tersebar itu justru adalah orang-orang Kristen yang bukan rasul. Tetapi mereka
memberitakan Injil.

William Barclay: “The church has a preaching task. It is the duty of the church, and that means that it
is the duty of every Christian, to tell the story of the good news of Jesus to those who have never heard
it” [= Gereja mempunyai tugas / kewajiban memberitakan (Injil). Itu merupakan tugas / kewajiban
dari gereja, dan itu berarti bahwa itu adalah tugas / kewajiban dari setiap orang Kristen, untuk
menceritakan / memberitakan cerita tentang kabar baik tentang Yesus kepada mereka yang tidak
pernah mendengarnya] - hal 370.
Catatan: menurut saya, Injil bukan hanya harus diberitakan kepada orang-orang yang belum
pernah mendengar Injil, tetapi juga kepada orang-orang yang sudah mendengar Injil tetapi belum
mempercayainya.
The Biblical Illustrator: “After these words were spoken, the missionary duty of the Church, in its nearest
and remotest extent, was as little a matter of doubt as the resurrection. A thousand other things it may
do or neglect; may have elaborate organization or none; may build cathedrals, or pitch tents; may master
all learning and art, or know nothing save Christ and Him crucified; but go it must, and preach it must,
or it is not Christ’s Church. You little children who love Jesus must tell others of His love. You rich men
must work through your money; you wise men by your wisdom; you poor uncultured souls through your
prayers. Unless you do your utmost to spread the kingdom, you disobey the first law of the kingdom;
unless your love reaches out to all men, you have not the spirit of Christ, who died for all. A positive
belief and a missionary spirit have long ago been proved the indispensable characteristics of a living
Church” (= Setelah kata-kata ini diucapkan, tugas / kewajiban misionaris dari Gereja, dalam ruang
lingkup yang terdekat dan terjauh, sama pastinya seperti kebangkitan. Seribu hal lainnya boleh
dilakukan atau diabaikan oleh gereja; gereja boleh mempunyai organisasi yang rumit / terperinci
atau tidak sama sekali; gereja boleh membangun kathedral-kathedral atau mendirikan tenda-tenda;
gereja boleh menguasai semua pengetahuan dan kesenian atau tidak mengetahui apa-apa selain
Kristus, yaitu Dia yang disalibkan; tetapi gereja harus pergi, dan gereja harus memberitakan, atau
itu bukanlah Gereja Kristus. Kamu anak-anak kecil yang mengasihi Yesus harus memberitahu
orang-orang lain tentang kasihNya. Kamu orang-orang kaya harus bekerja melalui / menggunakan
uangmu; kamu orang-orang berhikmat dengan hikmatmu; kamu jiwa-jiwa miskin yang tidak
berkebudayaan melalui doa-doamu. Kecuali kamu melakukan usaha terbaikmu untuk
menyebarkan kerajaan, kamu tidak mentaati hukum pertama dari kerajaan; kecuali kasihmu
menjangkau keluar kepada semua orang, kamu tidak mempunyai roh Kristus, yang mati untuk
semua orang. Suatu kepercayaan yang positif dan suatu roh misionaris telah sejak lama terbukti
merupakan sifat / karakteristik yang sangat diperlukan dari suatu Gereja yang hidup).

The Biblical Illustrator: “He who saith ‘Go,’ came into the world. He who saith ‘Go ye,’ Himself came:
came not by deputy or proxy, but Himself came. He who saith ‘Go ye and preach,’ Himself preached. He
who saith ‘Go ye and preach the gospel,’ is the gospel. He who saith ‘Go into the world to every creature,’
is the propitiation for the sins of the world. With such a Master the lack of willing workmen is truly
wonderful. Shall we neglect to obey? Shall we undervalue obedience as a means of redemption to others?
All cannot preach, but all can repeat the faithful saying, that Jesus Christ came into the world to save
sinners, and all can unite in sending forth men qualified to preach, and in sustaining such men by
contributions of property, by manifestations of sympathy, and by prayer” (= Ia yang berkata ‘Pergilah’,
datang ke dalam dunia. Ia yang berkata ‘Pergilah kamu’, Ia sendiri datang: datang bukan oleh /
melalui utusan atau wakil, tetapi Ia sendiri datang. Ia yang berkata ‘Pergilah kamu dan
beritakanlah’, Ia sendiri memberitakan. Ia yang berkata ‘Pergilah kamu dan beritakanlah injil’,
adalah injil itu sendiri. Ia yang berkata ‘Pergilah ke dalam dunia untuk setiap makhluk ciptaan’,
adalah pendamaian untuk dosa-dosa dunia. Dengan Tuan / Guru yang seperti itu ketidak-mauan
dari para pekerja betul-betul merupakan sesuatu yang luar biasa. Apakah kita akan lalai untuk
mentaati? Apakah kita akan menilai rendah ketaatan sebagai cara dari penebusan kepada orang-
orang lain? Tidak semua bisa berkhotbah / memberitakan, tetapi semua bisa mengulang kata-kata
yang setia, bahwa Yesus Kristus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa,
dan semua bisa bersatu dalam mengirimkan / mengutus orang-orang yang memenuhi syarat untuk
memberitakan / berkhotbah, dan dalam menopang orang-orang seperti itu oleh sumbangan
kekayaan, oleh perwujudan dari simpati, dan oleh doa).

Kita harus menjadi orang yang mempunyai ‘jiwa penginjilan’! Bandingkan dengan kata-kata
Paulus dalam:
 1Kor 1:22-23 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari
hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi
suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.
 1Kor 2:2 - “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain
Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan”.
 1Kor 9:16 - “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk
memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak
memberitakan Injil”.

The Biblical Illustrator mengutip kata-kata Spurgeon: “The duty of spreading the gospel: - Huber, the
great naturalist, tells us that if a single wasp discovers a deposit of honey or other food, he will return
and impart the good news to his companions, who will then sally forth in great numbers to partake of
the fare which has been discovered for them. Shall we who have found honey in the rock Christ Jesus
be less considerate of our fellow men than wasps are of their fellow insects?” (= Tugas / kewajiban
menyebarkan injil: - Huber, penyelidik alam yang besar, memberitahu kita bahwa jika seekor tawon
menemukan tumpukan madu atau makanan lain, ia akan kembali dan memberikan kabar baik itu
kepada kawan-kawannya, yang lalu akan bergerak maju dalam jumlah yang besar untuk ambil
bagian dari makanan yang telah ditemukan bagi mereka. Apakah kita, yang telah menemukan madu
dalam batu karang Kristus Yesus kurang perhatian terhadap sesama manusia kita dari pada tawon-
tawon terhadap sesama serangga mereka?).

Spurgeon: “I will not believe that you have tasted of the honey of the gospel if you can eat it all yourself”
(= Aku tidak akan percaya bahwa engkau sudah mengecap madu Injil jika engkau bisa memakan
sendiri semuanya) - ‘Morning and Evening’, February 19, evening.

4) Kepada siapa injil harus diberitakan?


Injil harus diberitakan kepada semua orang / bangsa, bukan kepada makhluk-makhluk yang bukan
manusia, benda dsb.

a) Injil harus diberitakan kepada semua manusia.


Sampai saat ini mereka hanya boleh memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi, tetapi sejak
saat ini mereka harus memberitakan Injil kepada ‘segala makhluk’ (ay 15). Kata-kata ‘segala
makhluk’ tentu hanya harus diartikan ‘semua orang’, dan pasti tidak mencakup hewan, setan /
malaikat yang jatuh, tumbuh-tumbuhan, apalagi benda-benda.

Alasan:

1. Kata-kata ‘segala makhluk’ sebetulnya adalah ‘segala / seluruh ciptaan’.


Vincent: “‘To every creature’ (PASEE TEE KTISEI). Rightly, as the English Revised Version
(1885): ‘to the whole creation.’” [= ‘Kepada setiap makhluk ciptaan’ (PASEE TEE KTISEI).
Secara benar, seperti ERV (1885): ‘kepada seluruh ciptaan’.].
Jadi, kalau ada orang, yang berdasarkan terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia ini, lalu
memberikan ajaran extrim, yang mengharuskan penginjilan kepada hewan dan setan, maka
kita bisa menghancurkan argumentasinya dengan lebih mengextrimkannya lagi. Kalau ay 15
ini memang mau dihurufiahkan dan lalu diterapkan kepada binatang dan setan, maka
mestinya juga secara konsisten juga diterapkan pada tanaman, pohon, batu, laut, bulan,
matahari, bintang dan sebagainya.

2. Mat 28:19, yang kelihatannya merupakan ayat yang paralel dengan Mark 16:15, mengatakan
bahwa sasaran penginjilan adalah ‘segala bangsa’, yang jelas menunjuk kepada manusia.
Demikian juga Luk 24:47.
Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.
Luk 24:47 - “dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus
disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem”.

3. Tidak pernah ada teladan dalam Alkitab, baik dari Yesus, rasul-rasul maupun orang-orang
Kristen abad pertama, yang menerapkan penginjilan kepada siapapun kecuali kepada
manusia.

4. Binatang bukan makhluk bermoral, dan tidak punya sifat kekal.


Binatang bukan makhluk bermoral, dan karena itu binatang tidak bisa dikatakan berdosa.
Karena itu, penebusan dosa menjadi sesuatu yang tidak relevan untuk binatang. Juga
binatang bukan makhluk kekal (binatang musnah pada waktu mati), sehingga hidup kekal
juga tidak relevan bagi binatang.

5. Setan memang makhluk bermoral dan kekal, tetapi Tuhan tidak pernah memberikan
penebusan untuk setan / malaikat yang jatuh.
Karena malaikat yang jatuh tidak pernah ditebus, maka tidak mungkin kita melakukan
penginjilan kepada setan. Jadi, memang tidak ada jalan keselamatan bagi malaikat yang
jatuh.
Yesus yang adalah Allah, menjadi manusia, karena Ia mau menebus dosa manusia, bukan
dosa dari makhluk-makhluk lain (setan atau hewan).
Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka
Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh
kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan
jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh
karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia
kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala
hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang
menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.

b) Adakah orang yang dikecualikan, kepada siapa kita tidak perlu memberitakan Injil?
The Biblical Illustrator: “WHAT IS THE EXTENT OF THIS COMMISSION? No limit as to where this
gospel is to be preached. No limit as to the persons to whom it is to be preached” (= APA LUAS /
BATASAN DARI PERINTAH INI? Tak ada batasan berkenaan dengan dimana injil ini harus
diberitakan. Tak ada batasan berkenaan dengan pribadi-pribadi / orang-orang kepada siapa injil
harus diberitakan).
Kata-kata ini tidak boleh dimutlakkan. Maksudnya hanya bahwa kita tidak boleh membatasi
pemberitaan Injil kepada bangsa / suku bangsa tertentu, orang kaya saja, orang berpendidikan
saja, orang dewasa saja, dan sebagainya.
Tetapi jelas bahwa ada perkecualian, terhadap siapa Injil tidak perlu / tidak boleh diberitakan.
Perkecualiannya hanyalah orang-orang yang tidak bisa mengerti Injil itu, seperti:
1. Orang gila, kecuali gilanya disembuhkan lebih dulu.
2. Bayi dan anak kecil yang belum bisa mengerti Injil. Bagi mereka ini penginjilannya hanya
harus ditunda sampai mereka bisa mengerti.
3. Orang-orang yang mempunyai IQ yang sangat rendah (idiot dsb) sehingga tidak
memungkinkan mereka mengerti Injil. Ini berbeda dengan orang yang sekedar bodoh, tetapi
bisa diajak bicara. Yang seperti ini bisa diinjili, tetapi Injilnya harus disederhanakan.
4. Orang kerasukan setan seringkali (biarpun tidak selalu) tidak memungkinkan diajak bicara.
Bahkan pada saat bisa diajak bicara, saya tidak yakin ia bisa diinjili. Dalam Alkitab kita tidak
pernah menjumpai ada penginjilan kepada orang yang sedang dirasuk setan. Jadi, orang
yang kerasukan ini harus ditengking dulu setannya, baru diinjili.

Mengapa kita mempunyai perkecualian? Karena ayat harus ditafsirkan dengan memperhatikan
ayat-ayat lain dalam Alkitab. Dan ayat-ayat lain jelas menekankan bahwa orang-orang harus
mengerti Injil, baru bisa percaya.
Yes 6:9-10 - “(9) Kemudian firmanNya: ‘Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah
sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan!
(10) Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya
melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya
dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.’”.
Mat 13:10-17 - “(10) Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa
Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi
karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. (12) Karena siapa
yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak
mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku
berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat
dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka
genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak
mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati bangsa ini telah
menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka
melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu
berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. (16) Tetapi berbahagialah matamu karena melihat
dan telingamu karena mendengar. (17) Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi
dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar
apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya”.
Yoh 12:39-40 - “(39) Karena itu mereka tidak dapat percaya, sebab Yesaya telah berkata juga: (40)
‘Ia telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan
mata, dan menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.’”.
Mat 13:51 - “Mengertikah kamu semuanya itu?’ Mereka menjawab: ‘Ya, kami mengerti.’”.
Kis 8:30-31 - “(30) Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi
Yesaya. Kata Filipus: ‘Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?’ (31) Jawabnya: ‘Bagaimanakah
aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’ Lalu ia meminta Filipus naik dan
duduk di sampingnya”.
Mat 13:23 - “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan
mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada
yang tiga puluh kali lipat.’”.

c) Selain orang-orang pada point b di atas, maka semua orang, dalam keadaan apapun, harus
menjadi obyek penginjilan kita!
The Biblical Illustrator: “if one country in the world is well adapted for this particular system of truth,
there are other countries that are altogether different from that country, and what is fit for it cannot be
good for the other. ‘Go ye into all the world.’ We keep to our commission; the command is very clear.
Well, but some countries are too cold; their icy mountains frown away the fanatics who would go to those
shivering wretches gorging their blubber in their snow huts to try and explain to them the mysteries of
Christianity, ‘Go into all the world.’ But some countries are too hot; the burning suns, scorching blast,
and arid deserts forbid the things that are suited to temperate climes. ‘Go into all the world.’ But some
nations are highly civilized, and don’t need your gospel as savage nations do. ‘Go into all the world.’ But
some are too barbarous, eating one another, and looking hungrily at you; it’s madness to go and teach
them the mysteries of Christianity. ‘Go into all the world.’ But some parts of the world are the homes of
ancient idolatries; their gods are visible, and their worship is fortified by the indulgence of cruelty and
lust. It is impossible to win such nations to the pure worship of an invisible Spirit. ‘Go into all the world.’
But some nations are the worshippers of one God with a comparatively pure form of faith; why disturb
them? ‘Go into all the world.’” (= jika satu negara dalam dunia sesuai dengan baik bagi sistim
kebenaran yang khusus ini, maka ada negara-negara lain yang sama sekali berbeda dari negara itu,
dan apa yang cocok untuknya tidak bisa baik untuk yang lain. ‘Pergilah ke seluruh dunia’. Kita
berpegang pada perintah kita, perintah itu sangat jelas. Ya, tetapi beberapa negara tertalu dingin;
gunung-gunung es mereka merengut / mengusir orang-orang fanatik yang pergi kepada orang-orang
yang malang yang menggigil yang makan dengan rakus lapisan lemak mereka dalam pondok-
pondok salju untuk mencoba dan menjelaskan kepada mereka misteri kekristenan, ‘Pergilah ke
seluruh dunia’. Tetapi beberapa negara terlalu panas; matahari yang membakar, ledakan yang amat
panas / menghanguskan, dan padang pasir yang kering / gersang melarang hal-hal yang cocok untuk
iklim yang sedang. ‘Pergilah ke seluruh dunia’. Tetapi beberapa bangsa berkebudayaan sangat
tinggi, dan tidak membutuhkan injilmu seperti bangsa-bangsa yang biadab / ganas / liar. ‘Pergilah
ke seluruh dunia’. Tetapi beberapa bangsa terlalu biadab, saling memakan satu sama lain, dan
memandang kepadamu dengan lapar; merupakan suatu kegilaan untuk pergi dan mengajar mereka
misteri kekristenan. ‘Pergilah ke seluruh dunia’. Tetapi beberapa bagian dari dunia merupakan
rumah-rumah dari para penyembah berhala kuno; dewa-dewa mereka terlihat, dan ibadah mereka
dibentengi oleh pemuasan dari kekejaman dan nafsu. Adalah mustahil untuk memenangkan bangsa-
bangsa seperti itu kepada penyembahan yang murni dari Roh yang tidak bisa dilihat. ‘Pergilah ke
seluruh dunia’. Tetapi beberapa bangsa adalah penyembah-penyembah dari satu Allah dengan suatu
bentuk yang termasuk murni dari iman; mengapa mengganggu mereka? ‘Pergilah ke seluruh
dunia’.).

5) Apa tujuan dari pemberitaan Injil?

a) Keselamatan dari orang-orang yang belum percaya kepada Yesus.


Ro 10:13-15 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14)
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia?
Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia.
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya? (15) Dan
bagaimana mereka dapat memberitakanNya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: ‘Betapa
indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!’”.

b) Keselamatan dari orang-orang pilihan.


Memang semua orang yang percaya kepada Yesus akan selamat (Kis 16:31), tetapi tidak ada
kemungkinan seseorang bisa percaya kepada Yesus kecuali ia adalah orang pilihan.
Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka
memuliakan firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal,
menjadi percaya”.
Jadi, pada hakekatnya, tujuan dari pemberitaan Injil adalah keselamatan dari orang-orang pilihan.
2Tim 2:8-10 - “(8) Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah
dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku. (9) Karena pemberitaan
Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak
terbelenggu. (10) Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan Allah,
supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal”.

The Biblical Illustrator mengutip kata-kata Spurgeon: “By it the elect are to be gathered out” (=
Olehnya orang-orang pilihan harus dikumpulkan).

Tetapi karena kita tidak mungkin bisa mengatahui yang mana yang orang pilihan dan yang mana
yang bukan, maka kita tetap harus memberitakan Injil kepada semua orang. Jadi, Calvinisme
tidak menyebabkan orang tidak memberitakan Injil, kecuali kalau orang itu menerapkan faham
Calvinismenya secara salah.

c) Kemuliaan Tuhan.
Perlu kita ketahui bahwa tujuan tertinggi dari penginjilan, bukanlah pertobatan ataupun
keselamatan dari orang yang diinjili, tetapi kemuliaan Tuhan.
1Kor 10:31 - “Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau
melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah”.
Jadi, kita memberitakan Injil, supaya orang-orang bisa percaya dan diselamatkan, dan supaya
karena hal itu, atau supaya setelah itu, mereka bisa memuliakan Tuhan.
Itu sebabnya maka kalau dalam penginjilan Injil / Yesusnya justru diejek / dimaki-maki, maka kita
harus menghentikan penginjilan itu.
Mat 7:6 - “‘Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu
melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia
berbalik mengoyak kamu.’”.
Yang dimaksudkan dengan ‘anjing’ / ‘babi’ di sini adalah orang-orang yang bukan hanya tidak
menghargai injil, tetapi yang juga mengejeknya. Kalau kita memberitakan Injil, dan Tuhannya
justru diejek / dipermainkan, maka kita harus menghentikan penginjilan tersebut. Ini memang
tidak berarti bahwa kita tidak lagi memberitakan Injil kepada anjing / babi itu untuk selama-
lamanya. Kita berhenti memberitakan Injil kepada mereka, lalu mendoakan mereka, lalu mencoba
untuk memberitakan Injil lagi. Kalau mereka tetap bersikap sebagai anjing / babi, kita hentikan
lagi pemberitaan Injil itu, dst.

6) Bagaimana caranya memberitakan Injil?

The Biblical Illustrator: “What is meant by the word ‘preach’? Its meaning is extensive. It includes all
church work for the spread of the gospel” (= Apa yang dimaksudkan dengan kata ‘memberitakan’?
Artinya sangat luas. Itu mencakup semua pekerjaan gereja untuk penyebaran injil).
Kata-kata ini juga perlu diwaspadai. Menurut saya tetap harus dibedakan antara pelayanan yang
secara tak langsung mendukung penginjilan, dan pelayanan penginjilan secara langsung. Misalnya
musikus dalam suatu kebaktian penginjilan, juga mendukung penginjilan itu, tetapi secara tak
langsung. Orang-orang yang melakukan pelayanan yang secara tak langsung mendukung
penginjilan, tidak boleh puas dengan pelayanan itu, dan menganggap mereka sudah melakukan
Amanat Agung. Kapanpun hal itu memungkinkan, mereka sendiri juga harus melakukan pelayanan
penginjilan yang langsung.

The Biblical Illustrator: “every living Christian is a preacher. Every prayerful, earnest, godly life is a sermon.
There are a hundred ways of preaching Jesus without choosing a Bible text or standing in a pulpit” (= setiap
orang Kristen yang hidup adalah seorang pemberita / pengkhotbah. Setiap kehidupan yang penuh
dengan doa, sungguh-sungguh, saleh, adalah suatu khotbah. Ada ratusan cara memberitakan Yesus
tanpa memilih suatu text Alkitab atau berdiri di mimbar).
Catatan: kalimat yang saya garis-bawahi perlu diwaspadai, karena sering disalah-artikan oleh orang-
orang Liberal, dengan mengatakan bahwa kita tidak perlu memberitakan Injil, tetapi cukup berdoa
dan hidup baik.

7) Pada waktu memberitakan Injil, kita harus menyerahkan hasilnya kepada Tuhan.
Sekalipun kita harus memberitakan Injil dengan sebaik-baiknya, berdoa semaximal mungkin untuk
penginjilan itu, dan berusaha hidup sesaleh mungkin untuk mendukung penginjilan itu, tetapi hasilnya
tetap tergantung sepenuhnya kepada Tuhan!
1Kor 3:5-7 - “(5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu
menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam,
Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang
menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan”.

a) Tuhan bisa mempertobatkan orang dengan cara yang aneh.

The Biblical Illustrator: “A strange messenger: - A professional diver said he had in his house what
would probably strike a visitor as a very strange chimney ornament - the shells of an oyster holding fast
a piece of printed paper. The possessor of this ornament was diving on the coast, when he observed at
the bottom of the sea this oyster on a rock, with a piece of paper in its mouth, which he detached, and
commenced to read through the goggles of his headdress. It was a gospel tract, and, coming to him thus
strangely and unexpectedly, so impressed his unconverted heart, that he said, ‘I can hold out against
God’s mercy in Christ no longer, since it pursues me thus.’ He became, whilst in the ocean’s depth, a
repentant, converted, and (as he was assured) sin-forgiven man. Saved at the bottom of the sea” [=
Utusan yang aneh: - Seorang penyelam profesional berkata bahwa ia mempunyai di rumahnya apa
yang mungkin dianggap seorang pengunjung sebagai suatu hiasan cerobong asap yang sangat aneh
- kulit tiram yang memegang / menjepit erat secarik kertas cetakan. Pemilik hiasan ini sedang
menyelam di pantai, pada waktu ia memperhatikan di dasar laut tiram ini pada sebuah batu karang,
dengan secarik kertas di mulutnya, yang ia sobek / lepaskan dan mulai baca melalui kaca mata selam
dari penutup kepalanya. Kertas itu merupakan sebuah traktat injil, dan datang kepadanya dengan
cara yang begitu aneh dan tak terduga, begitu mengesankan hatinya yang belum bertobat, sehingga
ia berkata, ‘Aku tidak bisa bertahan terhadap / menentang belas kasihan Allah dalam Kristus lebih
lama lagi, karena belas kasihan itu mengejar aku seperti itu’. Ia menjadi, pada waktu ada di
kedalaman laut, seorang petobat, bertobat, dan (seperti yang ia yakini) orang yang diampuni
dosanya. Diselamatkan di dasar laut].
b) Tuhan bisa ‘lambat bekerja’ untuk menguji ketekunan kita.
The Biblical Illustrator: “Success of missions: - Carey and his compeers, the first English Baptist
missionaries, laboured seven years before the first Hindoo convert was baptized. Judson toiled on for
years without any fruit of his labour, until the few churches in this land which sustained him began to
be disheartened. He wrote, ‘Beg the churches to have patience. If a ship were here to carry me to any
part of the world, I would not leave my field. Tell the brethren success is as certain as the promise of a
faithful God can make it.’ The mission was commenced in 1814. In 1870 there were more than a hundred
thousand converts” (= Sukses dari missi: - Carey dan rekan-rekannya, misionaris-misionaris pertama
dari Gereja Baptis Inggris, bekerja / berjerih payah 7 tahun sebelum petobat Hindu pertama
dibaptis. Judson bekerja keras selama bertahun-tahun tanpa buah apapun dari jerih payahnya,
sampai beberapa gereja di negara ini yang menyokongnya mulai kecil hati. Ia menulis, ‘Mintalah
gereja-gereja itu untuk mempunyai kesabaran. Seandainya sebuah kapal ada di sini untuk
membawaku ke bagian manapun dari dunia ini, aku tidak akan meninggalkan ladangku. Beritahu
saudara-saudara bahwa sukses adalah sama pastinya seperti janji yang bisa dibuat oleh Allah yang
setia’. Missi itu dilanjutkan pada tahun 1841. Pada tahun 1870 ada lebih dari 100.000 petobat).

-bersambung-
PEMAHAMAN ALKITAB
G. K. R. I. ‘GOLGOTA’
(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)

Jumat, tanggal 25 Juni 2010, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.


(7064-1331 / 6050-1331)
buas22@yahoo.com

MARKUS 16:1-20(10)
Ay 16: “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan
dihukum”.

Bible Knowledge Commentary: “Though the New Testament writers generally assume that under normal
circumstances each believer will be baptized, 16:16 does not mean that baptism is a necessary requirement for
personal salvation. The second half of the verse indicates by contrast that one who does not believe the gospel
will be condemned by God (implied) in the day of final judgment (cf. 9:43-48). The basis for condemnation is
unbelief, not the lack of any ritual observance. ... Thus the only requirement for personally appropriating God’s
salvation is faith in Him (cf. Rom 3:21-28; Eph 2:8-10)” [= Sekalipun penulis-penulis Perjanjian Baru secara
umum menganggap bahwa di bawah kondisi yang normal setiap orang percaya akan dibaptis, 16:16 tidak
berarti bahwa baptisan adalah syarat yang perlu untuk keselamatan pribadi. Setengah bagian yang kedua
dari ayat itu menunjukkan oleh kontras bahwa orang yang tidak percaya injil akan dihukum oleh Allah
(secara implicit) pada hari penghakiman terakhir (bdk. 9:43-48). Dasar dari penghukuman adalah ketidak-
percayaan, bukan tidak adanya ketaatan yang bersifat upacara yang manapun. ... Jadi, satu-satunya syarat
untuk secara pribadi mengambil keselamatan Allah bagi diri sendiri adalah iman kepadaNya (bdk. Ro 3:21-
28; Ef 2:8-10)].

A. T. Robertson: “The omission of baptized with ‘disbelieveth’ would seem to show that Jesus does not make
baptism essential to salvation. Condemnation rests on disbelief, not on baptism. So salvation rests on belief.
Baptism is merely the picture of the new life not the means of securing it. So serious a sacramental doctrine
would need stronger support anyhow than this disputed portion of Mark” (= Penghapusan / penghilangan dari
‘dibaptis’ dengan ‘tidak percaya’ kelihatannya menunjukkan bahwa Yesus tidak membuat baptisan mutlak
perlu untuk keselamatan. Penghukuman disandarkan pada ketidak-percayaan, bukan pada baptisan. Jadi
keselamatan didasarkan pada kepercayaan. Baptisan adalah semata-mata gambaran dari kehidupan yang
baru, bukan cara untuk memastikan hal itu. Doktrin tentang sakramen yang begitu serius memerlukan
dukungan yang lebih kuat dari bagian yang diperdebatkan dari Markus ini).

Wycliffe Bible Commentary: “This verse has been used by some to attempt to prove that baptism is necessary
for salvation. In the first place, the fact that the statement appears only in this questionable conclusion to the
book of Mark should indicate the need for caution in the use of the verse as a proof-text. And then, it should be
noted that in the second half of the verse the only basis for condemnation is a refusal to believe. It may therefore
be concluded that the only basis of salvation is belief. Such an interpretation is in full harmony with the teaching
of the NT as a whole on the subject (cf. Rom 3:28; Eph 2:8-9)” [= Ayat ini telah digunakan oleh beberapa
orang untuk berusaha membuktikan bahwa baptisan adalah perlu untuk keselamatan. Pertama, fakta
bahwa pernyataan itu muncul hanya di penutup yang dipertanyakan bagi kitab Markus ini harus
menunjukkan perlunya kehati-hatian dalam penggunaan dari ayat ini sebagai suatu ayat bukti. Dan lalu,
harus diperhatikan bahwa dalam separuh kedua dari ayat itu satu-satunya dasar untuk penghukuman
adalah suatu penolakan untuk percaya. Karena itu bisa disimpulkan bahwa satu-satunya dasar dari
keselamatan adalah kepercayaan. Penafsiran seperti itu sesuai sepenuhnya dengan ajaran dari PB secara
keseluruhan tentang pokok ini (bdk. Ro 3:28 Ef 2:8-9)].
Ro 3:28 - “Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan
hukum Taurat”.
Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah, (9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.

Ada 3 hal yang ingin saya berikan sebagai komentar terhadap kata-kata Wycliffe dan A. T. Robertson
ini:
1) Memang ada orang-orang yang menggunakan ayat ini sebagai ayat bukti bahwa keselamatan
didapatkan bukan hanya dengan iman saja, tetapi dengan iman + baptisan. Contoh: Gereja Roma
Katolik.

‘Catechism of the Catholic Church’ No 977: “Our Lord tied the forgiveness of sins to faith and Baptism:
‘Go into all the world and preach the gospel to the whole creation. He who believes and is baptized will be
saved.’ Baptism is the first and chief sacrament of forgiveness of sins because it unites us with Christ, who
died for our sins and rose for our justification, so that ‘we too might walk in newness of life.’” (= Tuhan
kita mengikatkan / menghubungkan pengampunan dosa-dosa kepada iman dan baptisan: ‘Pergilah ke
seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan
diselamatkan’. Baptisan adalah sakramen yang pertama dan terutama dari pengampunan dosa-dosa
karena itu mempersatukan kita dengan Kristus, yang telah mati untuk dosa-dosa kita dan bangkit untuk
pembenaran kita, sehingga ‘kita juga bisa berjalan dalam hidup yang baru’.).
Catatan: dalam kutipan ini ada dua ayat yang dikutip, yang pertama dari Mark 16:15-16 (tetapi kurang
ajarnya adalah bahwa potongan terakhir dari Mark 16:16 dibuang!), dan yang kedua dari Ro 6:4.
‘Catechism of the Catholic Church’ No 980: “It is through the sacrament of Penance that the baptized
can be reconciled with God and with the Church: Penance has rightly been called by the holy Fathers ‘a
laborious kind of baptism.’ This sacrament of Penance is necessary for salvation for those who have fallen
after Baptism, just as Baptism is necessary for salvation for those who have not yet been reborn.” (= Adalah
melalui sakramen pengampunan / pengakuan dosa bahwa orang yang telah dibaptis bisa diperdamaikan
dengan Allah dan dengan Gereja: Pengampunan / pengakuan dosa secara benar telah disebut oleh Bapa-
bapa kudus ‘suatu jenis baptisan yang membutuhkan banyak tenaga / jerih payah’. Sakramen
pengampunan / pengakuan dosa ini perlu untuk keselamatan bagi mereka yang telah jatuh setelah
baptisan, sama seperti Baptisan adalah perlu untuk keselamatan bagi mereka yang belum dilahirkan
kembali).
‘Catechism of the Catholic Church’ No 1213: “Holy Baptism is the basis of the whole Christian life, the
gateway to life in the Spirit (vitae spiritualis ianua), and the door which gives access to the other sacraments.
Through Baptism we are freed from sin and reborn as sons of God; we become members of Christ, are
incorporated into the Church and made sharers in her mission: ‘Baptism is the sacrament of regeneration
through water in the word.’” [= Baptisan Kudus adalah dasar dari seluruh kehidupan Kristen, pintu
gerbang pada kehidupan dalam Roh (vitae spiritualis ianua), dan pintu yang memberikan jalan masuk
kepada sakramen-sakramen yang lain. Melalui Baptisan kita dibebaskan dari dosa dan dilahirkan
kembali sebagai anak-anak Allah; kita menjadi anggota-anggota dari Kristus, dimasukkan /
digabungkan ke dalam Gereja dan dibuat pengambil bagian dalam missinya: ‘Baptisan adalah
sakramen dari kelahiran baru melalui air dalam firman’].
Catatan: sebetulnya ada jauh lebih banyak lagi point-point dalam ‘Catechism of the Catholic Church’
yang menekankan mutlak perlunya baptisan untuk keselamatan, tetapi saya tidak memberikan
semuanya di sini.

Pulpit Commentary: “A great alternative is propounded. There is no middle course supposed. Belief and
baptism are the condition of salvation; disbelief ensures condemnation” (= Suatu alternatif / pilihan
diajukan. Di sana dianggap tidak ada jalan tengah. Kepercayaan dan baptisan adalah syarat dari
keselamatan; ketidak-percayaan memastikan penghukuman).
Catatan: kata-kata yang saya beri garis bawah ganda salah / sesat! Jadi penafsiran yang seperti
tafsiran Katolik ini, juga ada dalam kalangan Protestan!

2) Saya kira ada ayat lain, yang tidak diragukan keasliannya, yang juga berbicara dengan nada serupa,
yaitu Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing
memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan
menerima karunia Roh Kudus”. Karena itu, tidak cukup untuk menentang perlunya baptisan untuk
keselamatan dengan mengatakan bahwa Mark 16:16 itu palsu. Kita harus menafsirkan ayat-ayat
seperti itu dengan menafsirkannya bersama-sama dengan seluruh ayat-ayat lain dalam Alkitab, yang
berbicara tentang hal itu.

3) Kalau kita mau menyoroti Mark 16:16 saja, maka apa yang harus diperhatikan dari ayat ini adalah
bagian negatifnya yang mengatakan ‘siapa yang tidak percaya akan dihukum’, tanpa kata-kata ‘tidak
dibaptis’!!!

Calvin: “Baptism is joined to the faith of the gospel, in order to inform us that the mark of our salvation is
engraved on it; for had it not served to testify the grace of God, it would have been improper in Christ to have
said, that they who shall believe and be baptized shall be saved. Yet, at the same time, we must hold that it is not
required as absolutely necessary to salvation, so that all who have not obtained it must perish; for it is not added
to faith, as if it were the half of the cause of our salvation, but as a testimony. I readily acknowledge that men
are laid under the necessity of not despising the sign of the grace of God; but though God uses such aids in
accommodation to the weakness of men, I deny that his grace is limited to them. In this way we will say that it is
not necessary in itself, but only with respect to our obedience” (= Baptisan digabungkan dengan iman dari
injil, untuk memberi informasi kepada kita bahwa tanda dari keselamatan kita diukirkan padanya; karena
seandainya itu tidak berguna untuk memberi kesaksian tentang kasih karunia Allah, maka adalah tidak
benar bagi Kristus untuk mengatakan bahwa mereka yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan. Tetapi
pada saat yang sama, kita harus memegang / mempercayai bahwa itu tidaklah diperlukan / diharuskan
sebagai keperluan secara mutlak bagi keselamatan, sehingga semua yang tidak / belum mendapatkannya
harus binasa; karena hal itu tidak ditambahkan pada iman, seakan-akan itu adalah setengah dari penyebab
dari keselamatan kita, tetapi sebagai suatu kesaksian. Saya siap untuk mengakui bahwa manusia diletakkan
di bawah keharusan untuk tidak meremehkan tanda dari kasih karunia Allah; tetapi sekalipun Allah
menggunakan bantuan / pertolongan seperti itu untuk menyesuaikan dengan kelemahan manusia, saya
menyangkal bahwa kasih karuniaNya dibatasi pada mereka. Dengan cara ini kami mengatakan bahwa itu
bukanlah perlu dalam dirinya sendiri, tetapi hanya berkenaan dengan ketaatan kita).

Matthew Henry: “Dr. Whitby here observes, that they who hence infer ‘that the infant seed of believers are not
capable of baptism, because they cannot believe, must hence also infer that they cannot be saved; faith being
here more expressly required to salvation than to baptism. And that in the latter clause baptism is omitted,
because it is not simply the want of baptism, but the contemptuous neglect of it, which makes men guilty of
damnation, otherwise infants might be damned for the mistakes or profaneness of their parents.’” (= Dr. Whitby
di sini mengamati, bahwa mereka yang dari sini menyimpulkan ‘bahwa benih bayi dari orang-orang percaya
tidak boleh dibaptis karena mereka tidak bisa percaya, karena hal itu harus juga menyimpulkan bahwa
mereka tidak bisa diselamatkan; karena iman di sini dibutuhkan dengan lebih jelas bagi keselamatan dari
pada bagi baptisan. Dan bahwa dalam anak kalimat belakangan baptisan dihapuskan, karena bukanlah
sekedar karena tidak adanya baptisan, tetapi kelalaian yang bersifat menghina / merendahkan terhadapnya,
yang membuat orang-orang bersalah yang menyebabkan penghukuman, atau bayi-bayi bisa dihukum untuk
kesalahan-kesalahan atau keduniawian dari orang tua mereka’).

Barnes’ Notes: “It is worthy of remark that Jesus has made ‘baptism’ of so much importance. He did not say,
indeed, that a man could not be saved without baptism, but he has strongly implied that where this is neglected
‘knowing it to be a command of the Saviour,’ it endangers the salvation of the soul. Faith and baptism are the
beginnings of a Christian life: the one the beginning of piety in the soul, the other of its manifestation before
men or of a profession, of religion” (= Layak diperhatikan bahwa Yesus telah membuat ‘baptisan’ begitu
penting. Ia memang tidak berkata bahwa seseorang tidak bisa diselamatkan tanpa baptisan, tetapi Ia secara
kuat menunjukkan secara implicit bahwa dimana hal ini diabaikan ‘dengan mengetahuinya sebagai suatu
perintah dari sang Juruselamat’, itu membahayakan keselamatan dari jiwa. Iman dan baptisan adalah
permulaan dari suatu kehidupan Kristen: yang satu permulaan dari kesalehan dalam jiwa, yang lain dari
manifestasi / perwujudannya di hadapan manusia atau dari suatu pengakuan, tentang / dari agama).

Pulpit Commentary: “He that believeth and is baptized shall be saved; but he that disbelieveth shall be
condemned. These words are very important. The first clause opposes the notion that faith alone is sufficient for
salvation, without those works which are the fruit of faith. He that believeth and is baptized shall be saved; that
is, he that believeth, and as an evidence of his faith accepts Christ’s baptism, and fulfils the promises and vows
which he then took upon himself, working out his own salvation with fear and trembling, shall be saved” (= Ia
yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan; tetapi ia yang tidak percaya akan dihukum. Kata-kata ini
sangat penting. Anak kalimat yang pertama menentang pikiran / gagasan bahwa iman saja cukup untuk
keselamatan, tanpa pekerjaan / perbuatan baik itu, yang adalah buah dari iman. Ia yang percaya dan
dibaptis akan diselamatkan; artinya, ia yang percaya, dan sebagai suatu bukti dari imannya menerima
baptisan Kristus, dan menggenapi janji-janji dan nazar-nazar yang pada saat itu ia ambil bagi dirinya
sendiri, mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar, akan diselamatkan).

Lenski: “Nothing is said about those who never hear the gospel and thus never get to believe or to disbelieve;
the Scripture leave their fate in God’s hands, and it is vain for us to speculate.” (= Tidak ada apapun yang
dikatakan tentang mereka yang tidak pernah mendengar injil dan karena itu tidak pernah percaya atau
tidak percaya; Kitab Suci meninggalkan / menyerahkan nasib mereka dalam tangan Allah, dan adalah sia-
sia bagi kita untuk berspekulasi) - hal 767.

Kata-kata ini tolol dan salah, bahkan berbau kesesatan. Kalau text ini tidak berkata-kata apapun tentang
orang yang tidak pernah mendengar injil, maka seharusnya Lenski tidak berbicara apapun tentang hal
itu. Ia seharusnya mencari ayat-ayat lain dalam Alkitab yang memang berbicara tentang hal itu. Dengan
mengatakan kata-kata tolol ini, itu berarti Lenski membuka kemungkinan selamat bagi orang-orang yang
tidak pernah mendengar injil. Ini menjadi sama dengan komentar Stephen Tong tentang Khong Hu Cu.
Ini salah dan sesat! ORANG YANG TIDAK PERNAH MENDENGAR TENTANG YESUS JUGA AKAN
BINASA / MASUK NERAKA! Kalau orang yang tidak pernah mendengar Injil bisa masuk surga, lalu untuk
apa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil? Bahwa kita diperintahkan untuk memberitakan Injil dan
menjadikan semua bangsa murid Yesus, jelas menunjukkan bahwa orang yang tidak pernah mendengar
Injil juga pasti tidak bisa selamat. Pandangan ini didukung oleh beberapa bagian Kitab Suci yang lain
seperti:
a) Ro 2:12a - “Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat”.
Dalam jaman Perjanjian Lama, orang di luar Israel / Yahudi yang tidak pernah mempunyai hukum
Taurat, dikatakan ‘binasa tanpa hukum Taurat’. Analoginya, dalam jaman Perjanjian Baru, orang
yang tidak pernah mendengar Injil, akan ‘binasa tanpa Injil’!
b) Ro 10:13-14 - “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14)
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia?
Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana
mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?”.
Text ini membentuk suatu rantai. Orang yang berseru kepada nama Tuhan akan selamat, tetapi ia
tidak akan bisa berseru kepada nama Tuhan kalau ia tidak percaya kepada Tuhan. Dan ia tidak akan
bisa percaya kepada Tuhan kalau ia tidak pernah mendengar tentang Dia. Dan ia tidak akan bisa
mendengar tentang Dia, kalau tidak ada yang memberitakan Injil kepadaNya.
Jadi, kalau tidak ada orang yang memberitakan Injil kepadanya, ia tidak bisa mendengar tentang Dia,
sehingga tidak percaya kepadaNya, sehingga tidak bisa berseru kepadaNya, sehingga tidak bisa
diselamatkan.
c) Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak
memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya
yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan
menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang tidak diinjili / tidak pernah mendengar tentang Yesus, pasti
tidak selamat. Fakta Kitab Suci inilah yang mendasari pengutusan misionaris ke tempat-tempat yang
belum pernah dijangkau Injil.

Ay 17-18: “(17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-
setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka
akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka;
mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.’”.

1) Text ini jadi masalah, karena rasanya tak ada paralelnya sama sekali dalam ketiga Injil yang lain.
Karena diragukannya / diperdebatkannya Mark 16:9-20, dan karena Mark 16:17-18 ini tidak punya
dukungan apapun dari bagian-bagian lain dari Alkitab, maka saya tidak mau menerima ajaran apapun
yang hanya didasarkan pada Mark 16:17-18 ini!

2) “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya”.

a) Pro kontra tentang ay 17-18 ini.


J. A. Alexander: “This is one of the grounds, on which the sceptical critics would reject this passage as
a spurious addition to the gospel, while to others, free from such dogmatic prepossessions, it is rather a
confirmation of its authenticity and genuineness” (= Ini adalah salah satu dasar, pada mana pengkritik
yang skeptis menolak text ini sebagai suatu penambahan palsu kepada injil, sementara bagi yang
lain, yang bebas dari pra kepemilikan dogma seperti itu, itu malah merupakan suatu konfirmasi dari
kebenaran dan keasliannya) - hal 443.
Tanggapan saya:
1. Saya tak pernah tahu ada penafsir yang menggunakan ay 17-18 sebagai dasar untuk
menyatakan kepalsuan Mark 16:9-20!
2. Saya tidak mengerti bagaimana ayat-ayat ini bisa merupakan suatu konfirmasi tentang
kebenaran dan keaslian Mark 16:9-20. Ini kata-kata yang sangat tidak masuk akal!

Pulpit Commentary: “It may be observed of this passage, that no one could have interpolated it after
the cessation of the signs to which it refers, which took place very early” (= Bisa diperhatikan tentang
text ini, bahwa tak seorangpun bisa telah menyisipkan / menambahkannya setelah penghentian dari
tanda-tanda pada mana itu menunjuk, yang terjadi sangat awal).
Catatan: kata-kata itu ia gunakan sebagai bukti kalau Mark 16:9-20 itu asli. Maksudnya adalah,
tanda-tanda itu berhenti sangat awal, dan karena itu tidak mungkin ada orang yang bisa
menyisipkan Mark 16:9-20 itu. Jadi, itu pasti asli.
Tanggapan saya:
1. Tidak ada orang yang tahu kapan tanda-tanda itu berhenti. Ia hanya mengatakan ‘sangat
awal’, tetapi kapan? Sebelum kematian rasul Yohanes? Atau sesudahnya? Kalau
sebelumnya, maka memang rasul itu rasanya tidak akan mengijinkan peredaran injil yang
sudah diberi tambahan. Tetapi kalau sesudahnya? Itu tetap sangat awal, karena Yohanes
mati pada akhir abad pertama. Penambahan bisa terjadi pada awal abad kedua.
2. Orang-orang yang tidak menerima Mark 16:9-20, menganggap bahwa ‘bahasa-bahasa yang
baru’ (bahasa Roh) merupakan istilah Kisah Rasul, karena baru ada setelah hari Pentakosta
(Kis 2). Jadi, ini rasanya tidak mungkin termasuk pada injil. Karena itu, bagian ini dianggap
sebagai penambahan.

b) Kebanyakan penafsir menganggap bahwa janji Yesus di sini bersifat sementara.

Pulpit Commentary: “‘And these signs shall follow them that believe.’ Such evidences were necessary
in the first dawn of Christianity, to attract attention to the doctrine; but our Lord’s words do not mean
that they were to be in perpetuity, as a continually recurring evidence of the truth of Christianity” (=
‘Dan tanda-tanda ini akan menyertai mereka yang percaya’. Bukti-bukti seperti itu perlu pada
permulaan dari kekristenan, untuk menarik perhatian pada doktrin / ajaran; tetapi kata-kata Tuhan
kita tidak berarti bahwa hal-hal itu akan ada untuk selama-lamanya, sebagai suatu bukti dari
kebenaran kekristenan yang muncul berulang kali terus menerus).

Lenski: “The miraculous gifts were seals that were appended to the gospel preaching in the early days
only” (= Karunia-karunia yang bersifat mujijat adalah meterai-meterai yang dibubuhkan /
ditambahkan pada pemberitaan injil hanya pada jaman awal / mula-mula) - hal 771.

Pulpit Commentary: “Why they were given. It was to authenticate the message and the messengers. ...
Why they were withdrawn. When this exactly was we cannot perhaps decide; but as the purpose of their
bestowal was temporary, it is evident that when this purpose was answered, and Christianity was
launched upon the waters of the world, it was in accordance with Divine wisdom that miracles should
cease” [= Mengapa mereka (tanda-tanda itu) diberikan. Itu adalah untuk membuktikan kebenaran
dari berita dan pemberitanya. ... Mengapa mereka (tanda-tanda itu) ditarik kembali. Kapan persisnya
ini terjadi kita mungkin tidak bisa menentukan; tetapi karena tujuan dari pemberian tanda-tanda
itu adalah sementara, adalah jelas bahwa pada waktu tujuan ini terpenuhi, dan kekristenan sudah
diluncurkan di atas lautan dunia, adalah sesuai dengan hikmat ilahi bahwa mujijat-mujijat itu harus
berhenti].

Barnes’ Notes: “These signs were shown in the case of the apostles and early Christians. The infidel
cannot say that the promise has not been fulfilled unless he can show that this never occurred; the
Christian should be satisfied that the promise was fulfilled if these miracles were ever actually wrought,
though they do not occur now; and the believer now should not expect a miracle in his case. Miracles
were necessary for the establishment of religion in the world; they are not necessary for its continuance
now” (= Tanda-tanda ini ditunjukkan dalam kasus dari rasul-rasul dan orang-orang Kristen mula-
mula. Orang kafir tidak bisa berkata bahwa janji itu tidak digenapi kecuali ia bisa menunjukkan
bahwa ini tidak pernah terjadi; orang Kristen harus puas bahwa janji itu digenapi jika mujijat-
mujijat itu betul-betul pernah dibuat, sekalipun tanda-tanda itu tidak terjadi sekarang; dan orang
percaya jaman sekarang tidak boleh mengharapkan suatu mujijat dalam kasusnya. Mujijat-mujijat
perlu untuk pendirian / penegakan dari agama dalam dunia; mereka tidak perlu untuk kelanjutan
agama itu sekarang).
Catatan: saya tidak setuju kalau pada jaman sekarang kita secara mutlak tidak boleh
mengharapkan mujijat!

Calvin: “Though Christ does not expressly state whether he intends this gift to be temporary, or to remain
perpetually in his Church, yet it is more probable that miracles were promised only for a time, in order
to give luster to the gospel, while it was new and in a state of obscurity. ... I think that the true design for
which miracles were appointed was, that nothing which was necessary for proving the doctrine of the
gospel should be wanting at its commencement. And certainly we see that the use of them ceased not
long afterwards, or, at least, that instances of them were so rare as to entitle us to conclude that they
would not be equally common in all ages” (= Sekalipun Kristus tidak secara explicit / jelas menyatakan
apakah Ia memaksudkan karunia ini hanya untuk sementara, atau untuk tetap ada selama-lamanya
dalam GerejaNya, tetapi adalah lebih mungkin bahwa mujijat-mujijat itu dijanjikan hanya untuk
sementara waktu, untuk memberikan kilauan / kemasyhuran kepada injil, pada waktu injil itu masih
baru dan dalam keadaan tidak dikenal. ... Saya berpikir / menganggap bahwa rancangan yang benar
untuk mana mujijat-mujijat ditetapkan adalah, bahwa tak ada apapun yang perlu untuk
membuktikan doktrin dari injil harus kekurangan pada permulaannya. Dan pasti kita melihat
bahwa penggunaan dari mereka berhenti tidak lama setelahnya, atau sedikitnya, bahwa contoh-
contoh dari mereka adalah begitu jarang sehingga memberikan hak kepada kita untuk
menyimpulkan bahwa mereka tidak akan sama umumnya dalam semua jaman).

Ada beberapa alasan yang menyebabkan saya sukar menerima bahwa janji Yesus ini bersifat
sementara:

1. Di antara tanda-tanda itu terdapat bahasa Roh. Memang tentang bahasa Roh inipun
kebanyakan penafsir menganggapnya sebagai sudah tidak ada lagi pada jaman sekarang.
Tetapi ini menurut saya rasanya tidak mungkin, karena bahasa Roh disebutkan sebagai salah
satu dari karunia-karunia Roh Kudus (1Kor 12:8-10,28-30), dan juga 1Kor 13:8-10
kelihatannya menunjukkan bahwa baik nubuat maupun bahasa Roh baru berhenti pada akhir
jaman / kedatangan Kristus yang keduakalinya.
1Kor 12:8-11,28-30 - “(8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-
kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata
dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada
yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh
memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia
untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan
bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata
dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa
roh itu. (11) Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang
memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya. ... (28)
Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua
sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk
mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk
berkata-kata dalam bahasa roh. (29) Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar?
Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, (30) atau untuk
menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa
roh?”.
1Kor 13:8-10 - “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan
berhenti; pengetahuan akan lenyap. (9) Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita
tidak sempurna. (10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan
lenyap”.

2. Di antara tanda-tanda itu juga ada penyembuhan dan pengusiran setan. Apakah keduanya
juga harus berhenti? Ini rasanya tidak masuk akal. Lalu apa yang harus dilakukan oleh orang
Kristen jika ada orang yang kerasukan setan? Dan karunia penyembuhan jelas juga masuk
dalam daftar karunia-karunia (1Kor 12:9).

Tetapi masih mungkin untuk menganggap bahwa janji ini berlaku sementara untuk orang-orang
yang memberitakan Injil. Jadi, pada jaman itu, orang-orang Kristen yang memberitakan Injil
disertai dengan tanda-tanda itu, tetapi pada jaman sekarang tidak.
Sedangkan 1Kor 12:8-10 merupakan sesuatu yang bersifat umum, berlaku untuk semua orang
Kristen, dan tak ada hubungannya dengan pemberitaan Injil.

c) Selain menafsirkan bahwa hal itu bersifat sementara, J. A. Alexander memberikan alternatif
penafsiran-penafsiran yang lain.

J. A. Alexander: “As the miracles here mentioned were to serve as signs or proofs, their end would be
attained without their being universal, i.e. by their being bestowed upon many, or even on a few, who
may possibly be those represented as ‘believing,’ not with a saving faith merely but a special faith of
miracles ... Or the promise may be to believers as a body, though it was to be fulfilled in the experience
of only some. And as this whole discourse has reference to the planting and extension of the church in
the first ages, the presumption, even from its terms, would be, that these miraculous endowments were a
temporary gift, a presumption since confirmed by the experience of the church, although the time cannot
be ascertained at which they wholly ceased” (= Karena mujijat-mujijat yang disebutkan di sini
berfungsi sebagai tanda atau bukti, tujuan mereka tercapai tanpa harus bersifat universal, yaitu
dengan diberikannya mereka kepada banyak orang, atau bahkan kepada sedikit orang, yang
mungkin adalah mereka yang digambarkan sebagai ‘orang-orang percaya’, bukan hanya semata-
mata dengan ‘iman yang menyelamatkan’, tetapi dengan ‘iman khusus tentang mujijat-mujijat’ ...
Atau janji itu bisa bagi orang-orang percaya sebagai suatu tubuh, sekalipun itu harus digenapi
dalam pengalaman dari hanya beberapa orang. Dan karena seluruh percakapan ini mempunyai
referensi pada penanaman dan perluasan dari gereja pada abad pertama, anggapannya, bahkan dari
istilah-istilahnya, adalah bahwa pemberian-pemberian yang bersifat mujijat ini adalah karunia
sementara, suatu anggapan yang dianggap benar karena dikonfirmasikan oleh pengalaman dari
gereja, sekalipun tak bisa dipastikan saatnya dimana mereka seluruhnya berhenti) - hal 442.
Catatan: bagi saya, bagian yang saya garis-bawahi itu rasanya merupakan penafsiran yang
terlalu dipaksakan, dan tak sesuai dengan kontextnya (bdk. Mark 16:20).

d) Siapa ‘orang-orang percaya’, bagi siapa janji Yesus ini berlaku?

James M Gray: “These signs did not follow all even in the apostles’ time, but they did follow some. And
if they do not follow now, it is because there are other evidences more suitable for the later periods of
Christianity. As a matter of fact, such signs do still follow the preaching of the gospel on foreign mission
fields, and doubtless will be practically universal again as the end of the age draws near and the coming
of the King” (= Tanda-tanda ini tidak mengikuti mereka semua bahkan pada jaman rasul-rasul,
tetapi tanda-tanda itu mengikuti beberapa dari mereka. Dan jika tanda-tanda itu tidak mengikuti
sekarang, itu adalah karena ada bukti-bukti lain yang lebih cocok untuk periode-periode belakangan
dari kekristenan. Dalam faktanya / sesungguhnya, tanda-tanda seperti itu tetap mengikuti
pemberitaan injil di ladang-ladang missi yang asing, dan tak diragukan akan secara praktis menjadi
bersifat universal lagi pada waktu akhir jaman dan kedatangan sang Raja mendekat) - AGES vol
15.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi itu tak berdasar dan saya anggap tidak Alkitabiah. Entah
ia mendapatkan itu dari mana. Yang akan menjadi banyak pada akhir jaman adalah mujijat-mujijat
palsu.

Calvin: “When he says that believers will receive this gift, we must not understand this as applying to
every one of them; for we know that gifts were distributed variously, so that the power of working
miracles was possessed by only a few persons” (= Pada waktu Ia berkata bahwa orang-orang percaya
akan menerima karunia ini, kita tidak boleh menganggap ini sebagai berlaku bagi setiap orang dari
mereka; karena kita tahu bahwa karunia-karunia didistribusikan secara berbeda-beda, sehingga
kuasa mengerjakan mujijat-mujijat dimiliki oleh hanya sedikit orang).

Adam Clarke: “‘Them that believe.’ The believers, as we express it; i.e. the apostles, and all those who
in those primitive times were endued with miraculous powers, for the confirmation of the doctrines they
preached” (= ‘Mereka yang percaya’. Orang-orang percaya, seperti kami menyatakannya, yaitu
rasul-rasul, dan semua mereka yang pada jaman kuno / awal itu diperlengkapi dengan kuasa-kuasa
yang bersifat mujijat, untuk / sebagai konfirmasi dari doktrin-doktrin yang mereka khotbahkan).

Tentang kata-kata ‘orang-orang yang percaya’, Bible Works 7 memberikan penjelasan:


“pisteu,sasin verb participle aorist active dative masculine plural from pisteu,w” (= PISTEUSASIN
kata kerja, participle, lampau, aktif, dative, laki-laki, jamak, dari PISTEUO).
NASB: ‘those who have believed’ (= mereka yang telah percaya).
Catatan: setahu saya dari Kitab Suci - Kitab Suci bahasa Inggris hanya NASB yang
menterjemahkan dalam bentuk lampau / perfect.
Kalau terjemahan NASB ini memang benar, maka yang dimaksud dengan ‘orang-orang percaya’
di sini adalah ‘orang-orang yang sudah percaya’, bukan orang-orang yang akan percaya’.

Menurut saya lebih baik untuk menafsirkan seperti ini, yaitu bahwa kata-kata ‘orang-orang
percaya’ dalam Mark 16:17a menunjuk kepada rasul-rasul (atau kepada rasul-rasul dan orang-
orang yang hadir pada saat itu), kepada siapa Yesus saat itu sedang berbicara. Hanya bagi
merekalah janji tentang tanda-tanda itu berlaku, pada saat mereka memberitakan Injil. Dan Mark
16:20 kelihatannya mendukung hal ini.
Mark 16:20 - “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja
dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”.
Memang dengan menafsirkan seperti ini, juga berarti bahwa pada jaman sekarang janji Yesus ini
tak ada lagi penggenapannya. Tetapi bukan karena janjiNya bersifat sementara, tetapi karena
orang-orang kepada siapa janji itu diberikan, sudah tidak ada lagi.

e) Bahayanya pengejaran mujijat-mujijat.


Mengingat bahwa pada jaman sekarang banyak orang Kristen, khususnya dari kalangan
Pentakosta dan Kharismatik, yang begitu tergila-gila dan mengejar mujijat-mujijat, maka saya
memberikan kata-kata Calvin di bawah ini, yang memberi peringatan kepada orang-orang seperti
itu.

Calvin: “Yet those who came after them, that they might not allow it to be supposed that they were entirely
destitute of miracles, were led by foolish avarice or ambition to forge for themselves miracles which had
no reality. Thus was the door opened for the impostures of Satan, not only that delusions might be
substituted for truth, but that, under the pretense of miracles, the simple might be led aside from the true
faith. And certainly it was proper that men of eager curiosity, who, not satisfied with lawful proof, were
every day asking new miracles, should be carried away by such impostures. This is the reason why Christ,
in another passage, foretold that the reign of Antichrist would be full of ‘lying signs,’ (Matthew 24:24;)
and Paul makes a similar declaration, (2 Thessalonians 2:9.)” [= Tetapi mereka yang mengejarnya,
sehingga mereka tidak mengijinkan untuk dianggap bahwa mereka miskin / tak mempunyai
mujijat-mujijat, dibimbing oleh ketamakan atau ambisi yang tolol untuk memalsukan bagi diri
mereka sendiri mujijat-mujijat yang tidak mempunyai kenyataan. Maka pintu terbuka bagi
penipuan Iblis, bukan hanya supaya khayalan bisa menggantikan kebenaran, tetapi supaya, di
bawah kepura-puraan dari mujijat-mujijat, orang-orang yang sederhana bisa disesatkan dari iman
yang benar. Dan pasti merupakan sesuatu yang benar, bahwa orang-orang yang mempunyai rasa
ingin tahu yang besar, yang tidak puas dengan bukti yang sah, setiap hari meminta mujijat-mujijat
yang baru, dipengaruhi / dipesonakan oleh penipu-penipu seperti itu. Inilah alasan mengapa Kristus,
dalam text yang lain, meramalkan bahwa pemerintahan sang Anti Kristus akan penuh dengan
‘tanda-tanda palsu’ (Mat 24:24); dan Paulus membuat pernyataan yang serupa (2Tes 2:9)].
Mat 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan
mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka
menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
2Tes 2:9 - “Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa
perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu”.

-bersambung-
PEMAHAMAN ALKITAB
G. K. R. I. ‘GOLGOTA’
(Jl. Dinoyo 19b, lantai 3)

Jumat, tanggal 2 Juli 2010, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.


(7064-1331 / 6050-1331)
buas22@yahoo.com

MARKUS 16:1-20(11)
Ay 17-18: “(17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-
setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka
akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka;
mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.’”.

3) Lima tanda yang dijanjikan, dan pembahasannya secara individuil.

a) “mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu”.


Barnes’ Notes: “‘In my name.’ By my authority, and using the power that I would in such cases, if
bodily present. This was done; and in this they differed essentially from the manner in which Jesus
himself wrought miracles. He did it in ‘his own name,’ and as possessing original, underived authority.
See the account of his stilling the sea (Matthew 8:26, etc.); of his healing the sick (Matthew 9:5,6); of
his raising Lazarus, John 11. The prophets spoke ‘in the name of the Lord.’ The apostles did likewise,
Acts 3:6, etc. There was, therefore, an important difference between Jesus and all the other messengers
that God has sent into the world. He acted in his own name; they in the name of another. He wielded his
own power; they were the instruments by which God put forth the omnipotence of his arm to save. He
was therefore God; they were men of like passions as other men, Acts 14:15” [= ‘Dalam / demi namaKu’.
Oleh / dengan otoritasKu, dan menggunakan kuasa yang Kugunakan dalam kasus-kasus seperti itu
seandainya Aku hadir secara jasmani. Ini dilakukan; dan dalam hal ini mereka berbeda secara
hakiki dengan cara dalam mana Yesus sendiri melakukan mujijat-mujijat. Ia melakukan ‘dalam
namaNya sendiri’, dan sebagai orang yang mempunyai otoritas yang orisinil, dan tidak didapatkan
(dari orang lain). Lihat cerita tentang penenangan laut (Mat 8:26, dst); tentang penyembuhan orang
sakit (Mat 9:5,6); tentang pembangkitan Lazarus, Yoh 11. Nabi-nabi berbicara ‘dalam nama
Tuhan’. Rasul-rasul juga melakukan hal yang sama, Kis 3:6, dst. Karena itu, ada perbedaan penting
antara Yesus dan semua utusan-utusan lain yang telah Allah kirimkan ke dalam dunia. Ia bertindak
dalam namaNya sendiri; mereka dalam nama orang lain. Ia menggunakan kuasaNya sendiri;
mereka adalah alat-alat dengan mana Allah mengeluarkan kemaha-kuasaan dari lenganNya untuk
menyelamatkan. Karena itu Ia adalah Allah; mereka (nabi dan rasul) adalah manusia-manusia
dengan perasaan-perasaan yang sama seperti orang-orang lain, Kis 14:15].
Kata-kata di atas ini perlu saudara ingat kalau saudara mau membuktikan keilahian Yesus
dengan menunjukkan bahwa Ia maha kuasa, karena bisa melakukan mujijat-mujijat. Saksi-Saksi
Yehuwa akan menjawab bahwa para rasul dan nabi juga melakukan mujijat-mujijat. Apakah itu
berarti mereka juga maha kuasa, dan karena itu adalah Allah?

b) “mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka”.

Barnes’ Notes: “Shall speak other languages than their native language” (= Akan berbicara bahasa-
bahasa lain dari bahasa asli mereka).

UBS New Testament Handbook Series: “KAINAIS ‘new’ is omitted by Westcott and Hort, and Taylor,
but included by the great majority of editions of the Greek text. ... It is to be presumed, however, that the
meaning here is the same as that in Acts 2:4-11, rather than that in 1 Cor 14 (it should be observed,
however, that nowhere else is the phrase ‘speak in new tongues’ used: in Acts 2:4 ‘speak in other
tongues’ is used, while 1 Cor 14 has simply ‘to speak in tongues’ or, ‘a tongue’). GLOOSSA ‘tongue,’
meaning here ‘language’ (the word is not used in this sense in Mark - cf. Mark 7:33). KAINEE ‘new’:
the meaning here is, presumably, ‘new (i.e. strange) to the one speaking it’ not necessarily ‘new’ in the
sense of a heretofore unknown language” [= KAINAIS ‘baru’ dihapuskan oleh Westcott dan Hort,
dan Taylor, tetapi dimasukkan oleh mayoritas yang besar dari edisi-edisi dari Text Yunani. ... Tetapi
harus dianggap bahwa artinya di sini adalah sama dengan kata itu dalam Kis 2:4-11, dan bukannya
dengan dalam 1Kor 14 (tetapi harus diperhatikan bahwa tidak ada dimanapun ungkapan ‘berbicara
dalam bahasa-bahasa baru’ digunakan: dalam Kis 2:4 ‘berbicara dalam bahasa-bahasa lain’
digunakan, sedangkan 1Kor 14 sekedar mempunyai ‘berbicara dalam bahasa-bahasa / bahasa Roh’
atau ‘bahasa Roh’). GLOOSSA ‘lidah’, di sini berarti ‘bahasa’ (kata itu tidak digunakan dalam arti
ini dalam Markus - bdk. Mark 7:33). KAINEE ‘baru’: artinya di sini rupanya adalah, ‘baru (yaitu,
aneh) bagi orang yang mengucapkannya’ tidak harus ‘baru’ dalam arti bahwa sampai sekarang itu
merupakan bahasa yang tak dikenal].
Catatan: Ada beberapa hal yang ingin saya soroti / bahas dari kutipan di atas ini:
1. Saya tidak mengerti mengapa penafsir ini membedakan bahasa Roh dalam Kis 2 dan bahasa
Roh dalam 1Kor 14. Menurut saya keduanya adalah sama.
2. Salah satu hal yang saya tekankan tentang kutipan ini adalah bahwa istilah ‘bahasa-bahasa
yang baru’ itu memang tidak ada dalam bagian Alkitab yang lain. Biasanya istilah yang
digunakan hanyalah ‘bahasa yang lain’, atau sekedar ‘bahasa’. Kata Yunani GLOSSA bisa
diartikan ‘lidah’ (Mark 7:33) atau ‘bahasa’ (Wah 17:15). Tetapi dalam bagian-bagian tertentu,
pada waktu kata itu ditujukan kepada salah satu dari karunia-karunia Roh Kudus, maka dalam
terjemahan bahasa Indonesia kata itu diterjemahkan ‘bahasa Roh’. Dimanapun kata ‘bahasa
Roh’ itu muncul dalam Alkitab Indonesia, sebetulnya kata ‘Roh’ itu tidak ada.
3. Penafsir ini mengatakan bahwa kata ‘baru’ tidak berarti bahwa itu betul-betul merupakan
suatu bahasa yang baru, yang sampai saat itu tidak dikenal / belum pernah ada, tetapi hanya
merupakan suatu bahasa asing. Perlu ditambahkan bahwa bahasa asing itu haruslah bahasa
yang tidak pernah dipelajari oleh orang yang mengucapkan. Kalau tidak, itu bukan bahasa
Roh.
Vine’s Expository Dictionary (dengan topik ‘new’): “1. kainos (kaino/$) denotes ‘new,’ of
that which is unaccustomed or unused, not ‘new’ in time, recent, but ‘new’ as to form or
quality, of different nature from what is contrasted as old. ‘The new tongues,’ kainos, of
Mark 16:17 are the ‘other tongues,’ heteros, of Acts 2:4. These languages, however, were
‘new’ and ‘different,’ not in the sense that they had never been heard before, or that they
were new to the hearers, for it is plain from v. 8 that this is not the case; they were new
languages to the speakers, different from those in which they were accustomed to speak” (=

belum diterjemahkan ).
William Hendriksen: “Ability to speak in new tongues is never mentioned in the Gospels” (=
Kemampuan untuk berbicara dalam bahasa-bahasa baru tidak pernah disebutkan dalam Injil-injil)
- hal 691.

Saya kira di sini kata-kata William Hendriksen patut diperhatikan. Merupakan sesuatu aneh
bahwa dalam kitab Injil dibicarakan tentang bahasa Roh, yang baru ada dalam Kisah Rasul.

c) “mereka akan memegang ular”.


Banyak orang menganggap kasus Paulus digigit ular berbisa tetapi tidak celaka merupakan
penggenapan dari bagian ini.
Kis 28:1-6 - “(1) Setelah kami tiba dengan selamat di pantai, barulah kami tahu, bahwa daratan itu
adalah pulau Malta. (2) Penduduk pulau itu sangat ramah terhadap kami. Mereka menyalakan api
besar dan mengajak kami semua ke situ karena telah mulai hujan dan hawanya dingin. (3) Ketika
Paulus memungut seberkas ranting-ranting dan meletakkannya di atas api, keluarlah seekor ular
beludak karena panasnya api itu, lalu menggigit tangannya. (4) Ketika orang-orang itu melihat ular
itu terpaut pada tangan Paulus, mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Orang ini sudah pasti
seorang pembunuh, sebab, meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi
Keadilan.’ (5) Tetapi Paulus mengibaskan ular itu ke dalam api, dan ia sama sekali tidak menderita
sesuatu. (6) Namun mereka menyangka, bahwa ia akan bengkak atau akan mati rebah seketika itu
juga. Tetapi sesudah lama menanti-nanti, mereka melihat, bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi
padanya, maka sebaliknya mereka berpendapat, bahwa ia seorang dewa”.
Terjemahan ‘menggigit’ (ay 3b) sebetulnya merupakan terjemahan yang salah.
KJV/RSV: ‘fastened on his hand’ (= melekat pada tangannya).
NIV/NASB: ‘fastened itself on his hand’ (= melekatkan dirinya sendiri pada tangannya).
Kata yang diterjemahkan ‘terpaut’ (ay 4a) menurut Bible Works 7 berarti ‘tergantung’. Juga
digunakan untuk orang yang tergantung pada salib. Jadi, text ini (ay 3-4) tidak secara explicit
mengatakan bahwa ular itu menggigit Paulus. Tetapi rasanya memang harus diartikan
‘menggigit’, karena:
1. Orang-orang mengira ia akan mati (ay 4b,6a), dan pada waktu ternyata ia tidak apa-apa,
mereka kira ia adalah seorang dewa (ay 6b).
2. Kalau hanya ‘tergantung’, tetapi tidak ‘menggigit’, itu bukan hal aneh, sehingga rasanya tidak
perlu dicatat dalam Alkitab.
Sebetulnya saya merasa agak aneh kalau peristiwa ini dianggap sebagai penggenapan dari janji
dalam Mark 16:17-18 ini, karena saya berpendapat bahwa janji itu berlaku untuk rasul-rasul dan
orang-orang pada saat itu saja. Jadi, jelas tak berlaku untuk Paulus. Saya menganggap bahwa
peristiwa yang dialami Paulus ini terjadi bukan sebagai penggenapan dari janji dalam Mark 16:17-
18, tetapi sekedar merupakan perlindungan yang bersifat mujijat dari Tuhan bagi dia.

d) “dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka”.

1. Dari lima tanda, yang ke 3 dan ke 4 paling dipermasalahkan, dan paling khusus adalah tanda
ke 4 (minum racun tetapi tidak celaka).

A. T. Robertson: “Bruce considers these verses in Mark to be ‘a great lapse from the high level of
Matthew’s version of the farewell words of Jesus’ and holds that ‘taking up venomous serpents and
drinking deadly poison seem to introduce us into the twilight of apocryphal story.’” (= Bruce
menganggap ayat-ayat ini dalam Markus sebagai ‘suatu loncatan besar dari tingkat yang tinggi
dari versi Matius tentang kata-kata perpisahan dari Yesus’ dan menganggap bahwa ‘memegang
ular berbisa dan meminum racun yang mematikan kelihatannya memperkenalkan kita ke dalam
masa / periode dari cerita Apokripa’).

William Hendriksen: “A. B. Bruce, op. cit. 456,457, is probably correct when he states that ‘taking
up venomous serpents and drinking deadly poison seem to introduce us into the twilight of
apocryphal story.’” (= A. B. Bruce, op. cit. 456,457, mungkin benar ketika ia menyatakan bahwa
‘memegang ular berbisa dan meminum racun yang mematikan kelihatannya memperkenalkan
kita ke dalam masa / periode dari cerita Apokripa’) - hal 691.

UBS New Testament Handbook Series: “The bizarre promise of immunity from snakes and
poisonous drinks is completely out of character with the Person of Christ as revealed in the Gospel
of Mark, the other Gospels, and in the whole of the New Testament. Nowhere did Jesus exempt
himself or his followers from the natural laws which govern this life, nor did he ever intimate such
exemptions would be given those who believed in him. That such miracles have in fact occasionally
taken place is a matter of record; what is to be doubted is that the Lord should have promised them
indiscriminately to all believers as part of the blessings which would be bestowed upon them” (=
Janji yang aneh tentang kekebalan dari ular-ular dan minuman beracun sama sekali tidak cocok
dengan Pribadi Kristus sebagaimana dinyatakan dalam Injil Markus, Injil-injil yang lain, dan
dalam seluruh Perjanjian Baru. Tidak ada dimanapun Yesus membebaskan diriNya sendiri atau
pengikut-pengikutNya dari hukum-hukum alam yang memerintah kehidupan ini, juga Ia tidak
pernah mengisyaratkan bahwa pembebasan seperti itu akan diberikan kepada mereka yang
percaya kepadaNya. Bahwa mujijat-mujijat seperti itu dalam faktanya kadang-kadang terjadi
merupakan persoalan catatan; apa yang harus diragukan adalah bahwa Tuhan telah
menjanjikan mereka tanpa pandang bulu kepada semua orang-orang percaya sebagai bagian
dari berkat yang akan diberikan kepada mereka).

2. Kata-kata ‘mereka tidak akan mendapat celaka’ berlaku untuk point c. dan d.
Lenski: “The kai wants us to combine these two miracles: protection from poisonous serpents and
from poisonous drink” [= Kata KAI (= dan) meminta kita untuk menggabungkan kedua mujijat
ini: perlindungan dari ular berbisa dan dari minuman beracun] - hal 769.

Mark 16:17-18 - “(17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan
mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru
bagi mereka, (18) mereka akan memegang ular, dan (Yunani: KAI) sekalipun mereka minum
racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas
orang sakit, dan orang itu akan sembuh.’”.

Memang terlihat bahwa dari kelima tanda yang dijanjikan ini, hanya tanda ke 3 dan ke 4 yang
dihubungkan dengan kata penghubung KAI (= dan). Dan ini oleh Lenski dijadikan argumentasi
untuk menunjukkan bahwa kata-kata ‘mereka tidak akan mendapat celaka’ berlaku untuk
kedua janji tersebut, yang telah digabungkan oleh kata KAI (= dan) itu.

3. Tidak ada catatan dalam Alkitab tentang orang percaya minum racun dan tidak celaka. Tetapi
tradisi mengatakan bahwa hal itu pernah terjadi dalam sejarah.

Lenski: “We have no example of the latter in the New Testament. But tradition reports that the
apostle John drank poison without harm, likewise Justus Barsabas (Eusebius, 3, 39)” [= Kita tidak
mempunyai contoh dari yang terakhir dalam Perjanjian Baru. Tetapi tradisi melaporkan bahwa
sang rasul Yohanes meminum racun tanpa mengalami bahaya / kecelakaan, demikian juga
Justus Barsabas (Eusebius, 3, 39)] - hal 769.

Pulpit Commentary: “‘And if they drink any deadly thing, it shall in no wise hurt them.’ There are
some few traditionary notices of the fulfillment of this promise; as in the case of ‘Justus Barsabas,’
mentioned by Eusebius (‘H.E.,’ 3, 19), and of St. John, mentioned by St. Augustine” (= ‘Dan jika
mereka minum sesuatu apapun yang mematikan, itu tidak akan mencelakai mereka’. Ada
beberapa pemberitahuan yang bersifat tradisi tentang penggenapan dari janji ini; seperti dalam
kasus dari ‘Yustus Barsabas’, disebutkan oleh Eusebius (‘H.E.,’ 3, 19), and tentang Santo
Yohanes, disebutkan oleh Santo Augustinus).

J. A. Alexander: “There is no particular fulfilment of this promise upon record in the sacred history,
and the later legend of John’s drinking poison may have been directly derived from it. But this is no
proof that it was not really fulfilled, as the cases above mentioned were recorded incidentally, for
other reasons, not as specimens, much less as an exhaustive list, of such fulfilments” (= Tidak ada
penggenapan khusus tentang janji ini pada catatan dalam sejarah suci / sejarah Alkitab, dan
dongeng belakangan tentang Yohanes minum racun mungkin / bisa telah diturunkan darinya.
Tetapi ini bukan bukti bahwa janji itu tidak sungguh-sungguh digenapi, karena kasus-kasus
yang telah disebutkan di atas dicatat secara sambil lalu, untuk alasan-alasan yang lain, bukan
sebagai contoh-contoh, apalagi sebagai suatu daftar yang lengkap dari penggenapan-
penggenapan seperti itu) - hal 443.

Ini memang masuk akal, karena seperti dalam Mat 10, tidak ada laporan tentang
pembangkitan orang mati, padahal Mat 10:8 mengatakan “Sembuhkanlah orang sakit;
bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah
memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma”.

4. Bukti bahwa Muhammad bukan rasul?


Adam Clarke mengatakan bahwa Mark 16:17-18 ini menjanjikan bahwa rasul-rasul tidak
mungkin bisa mati karena racun. Tetapi Muhammad, yang menganggap diri / dianggap
sebagai rasul, ternyata mati karena diracun. Memang matinya tidak langsung, tetapi sekitar 3
tahun setelahnya, tetapi memang disebabkan karena racun itu.

Adam Clarke: “That the apostles of our Lord should not lose their lives by poison is most fully
asserted in this verse, and there is neither record nor tradition to disprove this. But it is worthy of
remark, that Mohammed, who styled himself THE APOSTLE OF GOD, lost his life by poison; and
had he been a true apostle of God, he could not have fallen by it. Al Kodai, Abul Feda, and Al Janabi,
give the following account. When Mohammed, in the seventh year of the Hejra, A.D. 628 A.D., had
taken the city of Kheebar, from the Arab Jews, he took up his lodgings at the house of Hareth, the
father of Marhab the Jewish general, who had been slain at the taking of the city by Alee, the son-
in-law of Mohammed. Zeenab the daughter of Hareth, who was appointed to dress the prophet's
dinner, to avenge the fall of her people, and the death of her brother, put poison in a roasted lamb
which was provided for the occasion. Bashar, one of his companions, falling on too hastily, fell dead
on the spot. Mohammed had only chewed one mouthful, but had not swallowed it: though, on
perceiving that it was poisoned, he immediately spat it out, yet he had swallowed a sufficiency of the
juice to lay the foundation of his death; though this did not take place until about three years after:
but that it was the cause of his death then, his dying words related by Al Janabi, and others,
sufficiently testify. When the mother of Bashar came to see him in his dying agonies, he thus
addressed her: ‘O mother of Bashar, I now feel the veins of my heart bursting through the poison of
that morsel which I ate with thy son at Kheebar.’ Abul Feda, Ebnol Athir, and Ebn Phares say, that
the prophet acknowledged on his death-bed, that the poison which he had taken at Kheebar had
tormented him from that time until then, notwithstanding blisters were applied to his shoulders, and
everything done in the beginning to prevent its effects. Al Kodai and Al Janabi relate, that when
Zeenab was questioned why she did this, she answered to this effect: ‘I said in my heart, If he be a
king, we shall hereby be freed from his tyranny; and if he be a prophet, he will easily perceive it, and
consequently receive no injury.’ To support his credit, he pretended that the lamb spoke to him, and
said that it was infected with poison! See Elmakin, p. 8. It was therefore policy in him not to put
Zeenab to death. It has pleased God that this fact should be acknowledged by the dying breath of this
scourge of the earth; and that several of even the most partial Mohammedan historians should relate
it! And, thus attested, it stands for the complete and everlasting refutation of his pretensions to the
prophetic spirit and mission. Vide Specimen Hist. Arabum, a POCOCKIO, p. 189, 190. Le Coran
traduit par SAVARY, vol. 1 p. 135, and 212. See also, The Life of Mohammed by PRIDEAUX, 93,
101” (= ).
Tanggapan saya: Sekalipun saya sebagai orang Kristen tidak mengakui kerasulan
Muhammad, tetapi saya berpendapat bahwa merupakan sesuatu yang salah untuk
menggunakan ayat seperti ini untuk membuktikan bahwa Muhammad bukan rasul. Pertama,
karena ayat ini diragukan keasliannya (dan bagi saya memang tidak asli), dan kedua, karena
kalaupun ayat ini mau dianggap asli, tidak semua dari kelima tanda itu berlaku untuk setiap
rasul. Ini merupakan pandangan Calvin yang telah saya berikan di atas, tetapi untuk
mudahnya saya kutip ulang di bawah ini.

Calvin: “When he says that believers will receive this gift, we must not understand this as applying
to every one of them; for we know that gifts were distributed variously, so that the power of working
miracles was possessed by only a few persons” (= Pada waktu Ia berkata bahwa orang-orang
percaya akan menerima karunia ini, kita tidak boleh menganggap ini sebagai berlaku bagi setiap
orang dari mereka; karena kita tahu bahwa karunia-karunia didistribusikan secara berbeda-
beda, sehingga kuasa mengerjakan mujijat-mujijat dimiliki oleh hanya sedikit orang).

5. Jelas bahwa tanda ke 3 dan 4 ini tidak boleh digunakan sebagai pameran / sombong-
sombongan, karena ini merupakan tindakan ‘mencobai Tuhan’.
Wycliffe Bible Commentary: “The statement concerning casting out demons (devils) and speaking
with new tongues (v. 17) could well have reference to occurrences in the early church as recorded in
Acts. Even the words about taking up serpents may be an allusion to Paul’s experience in Acts 28:1-
6. The NT contains no other passage dealing with drinking poison (any deadly thing). Even if this
passage were unquestionably genuine, it could not reasonably be used as a basis for the deliberate
and presumptuous handling of snakes and drinking of poison which are practiced by certain extreme
religious sects” [= Pernyataan berkenaan dengan pengusiran roh jahat (setan / iblis) dan
berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru (ay 17) bisa berhubungan dengan kejadian-kejadian
dalam gereja mula-mula / awal seperti yang dicatat dalam Kisah Rasul. Bahkan kata-kata
tentang memegang ular bisa merupakan suatu referensi tidak langsung pada pengalaman Paulus
dalam Kis 28:1-6. Perjanjian Baru tidak mempunyai text lain yang berhubungan dengan minum
racun (benda / hal apapun yang mematikan). Bahkan jika text ini asli secara tidak
dipertanyakan, itu tidak bisa digunakan sebagai suatu dasar untuk memegang ular dengan
sengaja dan sombong dan minum racun, yang dipraktekkan oleh sekte-sekte agamawi extrim
tertentu].

William Hendriksen: “Taking such a risk is exactly what by implication Jesus condemned both by
example (Matt. 4:7) and precept (Matt. 10:23; 24:16-18). Ever so often newspaper report incidents
of religious fanatics picking up venomous snakes and / or drinking dealy poison, frequently with sad
results. At times those who do this try to justify their strange behavior by appealing to Mark 16:18.
It is high time that everybody be told that the ending is binding for faith and practice only to the
extent in which its teachings are definitely supported by Scripture in general. In fact, they should be
told that the items about picking up serpents and drinking poisons must not be considered Scripture
at all! ... The public in general should become informed about the truth with respect to Mark
16:17,18” [= Mengambil resiko seperti itu adalah persis merupakan apa yang secara tidak
langsung dikecam oleh Yesus baik dengan teladan (Mat 4:7) maupun ajaran / perintah (Mat
10:23; 24:16-18). Tetapi begitu sering surat kabar melaporkan kejadian tentang orang-orang
beragama yang fanatik yang mengambil ular berbisa dan / atau meminum racun yang
mematikan, seringkali dengan hasil / akibat yang menyedihkan. Kadang-kadang mereka yang
melakukan ini mencoba untuk membenarkan tindakan mereka yang aneh dengan ‘naik banding’
pada Mark 16:18. Sudah waktunya bahwa setiap orang diberitahu bahwa akhiran ini mengikat
untuk iman dan praktek hanya pada waktu ajaran-ajarannya secara pasti didukung oleh Kitab
Suci secara umum. Dalam faktanya, mereka harus diberitahu bahwa hal-hal tentang memegang
ular dan meminum racun tidak boleh dianggap sebagai Kitab Suci sama sekali! ... Masyarakat
secara umum harus mengetahui tentang kebenaran berkenaan dengan Mark 16:17,18] - hal 691.
Mat 4:5-7 - “(5) Kemudian Iblis membawaNya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan
Bait Allah, (6) lalu berkata kepadaNya: ‘Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diriMu ke bawah,
sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikatNya dan
mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kakiMu jangan terantuk kepada
batu.’ (7) Yesus berkata kepadanya: ‘Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan,
Allahmu!’”.
Mat 10:23 - “Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain;
karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota
Israel, Anak Manusia sudah datang”.
Mat 24:16-18 - “(16) maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan.
(17) Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil
barang-barang dari rumahnya, (18) dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali
untuk mengambil pakaiannya”.
Catatan: kedua text yang terakhir ini maksudnya pada waktu ada bahaya, kita harus
menghindar, dan bukannya sengaja menantang bahaya.

e) “mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh”.
Barclay: “The church has a healing task. Here is a fact we have seen again and again. Christianity is
concerned with men’s bodies as well as men’s minds. Jesus wished to bring health to the body and health
to the soul. ... The church has a source of power. We need not take everything literally. We need not
think that the Christian is literally to have the power to lift venomous snakes and drink poisonous liquids
and take no harm. But at the back of this picturesque language is the conviction that the Christian is
filled with a power to come with life that others do not possess” (= Gereja mempunyai tugas
penyembuhan. Di sini ada suatu fakta yang kita lihat berulang-ulang. Kekristenan memperhatikan
tubuh manusia maupun pikiran manusia. Yesus ingin membawa kesehatan kepada tubuh dan
kesehatan kepada jiwa. ... Gereja mempunyai sumber kuasa. Kita tidak perlu mengartikan segala
sesuatu secara hurufiah. Kita tidak perlu berpikir bahwa orang Kristen secara hurufiah harus
mempunyai kuasa untuk mengangkat ular berbisa dan minum cairan beracun dan tidak akan
celaka. Tetapi di belakang bahasa yang indah yang seperti lukisan ini ada keyakinan bahwa orang
Kristen dipenuhi dengan suatu kuasa untuk datang dengan kehidupan, yang tidak dimiliki orang-
orang lain) - hal 370.
Catatan: saya anggap Barclay tidak konsisten. Mengapa dalam kesembuhan ia
menghurufiahkan, tetapi dalam hal ular berbisa dan racun tidak?

William Hendriksen mengatakan (hal 690) banyak orang Reformed (Warfield, Shedd, Spurgeon,
Dabney, Whitefield, bahkan juga Matthew Henry) menganggap bahwa janji tentang tanda-tanda
ini (ia hanya memaksudkan tanda ke 1,2,5) hanya berlaku untuk para rasul. Dengan matinya para
rasul, maka janji ini juga tak berlaku lagi.

Wiersbe’s Expository Outlines (New Testament): “The special signs described in vv. 17-18 applied
primarily to the apostolic age (Heb 2:3-4; 2 Cor 12:12) and are recorded in the Book of Acts: speaking in
tongues (Acts 2:1-4; 10:44-46), casting out demons (Acts 8:5-7; 19:12), taking up serpents (Acts 28:3-6), and
healing the sick (Acts 3:1-10; 5:15-16). There are no references to people surviving after drinking poison,
but not every miracle is mentioned in Acts. These ‘sign’ miracles are given to encourage us to trust God and
not to tempt Him with foolish experiments. These signs were the credentials of the apostles (v. 20), but it is
not necessary to perform miracles in order to serve the Lord (John 10:39-42)” [= Tanda-tanda khusus yang
digambarkan dalam ay 17-18 berlaku terutama pada jaman rasuli (Ibr 2:3-4; 2Kor 12:12) dan dicatat
dalam Kisah Rasul: berbicara dalam bahasa Roh (Kis 2:1-4; 10:44-46), pengusiran roh jahat / setan (Kis
8:5-7; 19:12), memegang ular (Kis 28:3-6), dan penyembuhan orang sakit (Kis 3:1-10; 5:15-16). Tidak
ada referensi tentang orang-orang yang tetap hidup setelah minum racun, tetapi tidak setiap mujijat
disebutkan dalam Kisah Rasul. Tanda-tanda mujijat ini diberikan untuk mendorong kita untuk
mempercayai Allah, dan bukannya untuk mencobai Dia dengan percobaan-percobaan yang tolol.
Tanda-tanda ini adalah hal-hal yang menyebabkan rasul-rasul punya hak untuk dipercayai (ay 20),
tetapi tidaklah perlu untuk melakukan mujijat-mujijat untuk melayani Tuhan (Yoh 10:39-42)].
Ibr 2:3-4 - “(3) bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar
itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita
dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan (4) Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-
tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang
dibagi-bagikanNya menurut kehendakNya”.
Catatan: boleh dikatakan semua Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan kata-kata ‘Roh Kudus’
dengan ‘gifts of the Holy Spirit / Ghost’ (= karunia-karunia Roh Kudus).
2Kor 12:12 - “Segala sesuatu yang membuktikan, bahwa aku adalah seorang rasul, telah dilakukan di
tengah-tengah kamu dengan segala kesabaran oleh tanda-tanda, mujizat-mujizat dan kuasa-kuasa”.
Yoh 10:39-42 - “(39) Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.
(40) Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia
tinggal di situ. (41) Dan banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak
membuat satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.’
(42) Dan banyak orang di situ percaya kepadaNya”.

William Hendriksen: “It is possible, in fact, that in connection with four of the five items here mentioned
the historical milieu is later than that of Christ’s earthly sojourn. The following facts must be borne in mind:
Ability to speak in new tongues is never mentioned in the Gospels. Neither is ability to pick up venomenous
snakes or to drink poisons without incurring any harm” (= Dalam faktanya, adalah mungkin bahwa
berhubungan dengan empat dari lima hal yang disebutkan di sini lingkungan / suasana historisnya
adalah lebih belakangan dari pada lingkungan / suasana sejarah dari tinggal-sementaranya Kristus di
bumi. Fakta-fakta berikut ini harus dicamkan: Kemampuan untuk berbicara dalam bahasa-bahasa
baru tidak pernah disebutkan dalam Injil-injil. Juga tidak pernah disebutkan tentang memegang ular
berbisa atau minum racun tanpa mendatangkan kecelakaan / bahaya) - hal 691.
Tetapi dalam hal di bawah ini saya menganggap William Hendriksen terlalu mencari-cari kesalahan.
William Hendriksen: “And even as to the gift of performing miraculous healings, though, to be sure, this is
definitely mentioned in the Gospels, the possibility that the change from ‘anointing them with oil’ (see on
Mark 6:13) to ‘they will place their hands on the sick’ (here in 16:18) is significant deserves consideration”
[= Dan bahkan berkenaan dengan karunia melakukan penyembuhan yang bersifat mujijat, sekalipun
jelas ini disebutkan dalam Injil-injil, kemungkinan bahwa perubahan dari ‘mengurapi mereka dengan
minyak’ (lihat tentang Mark 6:13) kepada ‘mereka akan meletakkan tangan mereka pada orang sakit’
(di sini dalam 16:18) adalah sesuatu yang menyolok yang layak untuk mendapatkan pertimbangan] - hal
691.
Mark 6:13 - “dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan
menyembuhkan mereka”.

Dalam sepanjang pembahasan tentang Mark 16:9-20, saya kira William Hendriksen cukup banyak
mencari-cari hal-hal yang bertentangan dengan Kitab Suci. Kita harus mewaspadai hal ini.

Ay 19: “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk
di sebelah kanan Allah.”.

1) Ay 19 ini mempunyai bagian paralel, yaitu Luk 24:50-53 - “(50) Lalu Yesus membawa mereka ke luar
kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tanganNya dan memberkati mereka. (51) Dan ketika
Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. (52) Mereka sujud
menyembah kepadaNya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. (53) Mereka
senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah”.

2) Keanehan bagian ini.

a) Kenaikan Yesus ke surga terjadi di Galilea?


Kalau Mark 16:15-16 memang paralel dengan Mat 28:19-20, maka Mark 16:15-16 diucapkan
oleh Yesus di Galilea (Mat 28:16). Dan kelihatannya Mark 16:17-18 langsung menyusul Mark
16:15-16, jadi seharusnya juga terjadi di tempat yang sama. Lalu Mark 16:19 diawali dengan kata-
kata “Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka”, sehingga kelihatannya
menunjukkan bahwa kenaikan Yesus juga terjadi di Galilea. Tetapi kesimpulan yang didasarkan
pada Mark 16 ini tidak cocok dengan cerita versi Lukas, baik dalam Injil Lukas maupun Kisah
Rasul.

Luk 24:50 - “Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia
mengangkat tanganNya dan memberkati mereka”.
Bdk. Kis 1:12 - “Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit
Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem”.
Catatan: Betania terletak di bagian Timur dari Bukit Zaitun.

b) Duduk di sebelah kanan Allah.


A. T. Robertson: “‘Sat down at the right hand of God’ ... Swete notes that the author ‘passes beyond
the field of history into that of theology,’ an early and most cherished belief (Acts 7:55f.; Rom 8:34; Eph
1:20; Col 3:1; Heb 1:3; 8:1; 10:12; 12:2; 1 Peter 3:22; Rev 3:21)” [= ‘Duduk di sebelah kanan Allah’
... Swete memperhatikan bahwa sang pengarang ‘melampaui bidang sejarah ke dalam bidang
theologia’, suatu kepercayaan awal dan paling / sangat dihargai (Kis 7:55-dst.; Ro 8:34; Ef 1:20; Kol
3:1; Ibr 1:3; 8:1; 10:12; 12:2; 1Pet 3:22; Wah 3:21)].
Catatan: Mark 16:19 yang membicarakan tentang kenaikan Kristus ke surga memang ada
paralelnya dalam Luk 24:50-53, tetapi tentang ‘duduk di sebelah kanan Allah’ tak ada paralelnya
dalam kitab-kitab Injil yang lain. Ini merupakan bahasa dari Kisah Rasul dan surat-surat Perjanjian
Baru.

3) Baik kebangkitan maupun kenaikan Yesus ke surga hanya disaksikan oleh sedikit orang.
Calvin: “Now as he did not, after his resurrection, appear indiscriminately to all, so he did not permit all to
be the witnesses of his ascension to heaven; for he intended that this mystery of faith should be known by
the preaching of the gospel rather than beheld by the eyes” (= Sama seperti setelah kebangkitanNya Ia
tidak menampakkan diri secara sama / sembarangan kepada semua orang, demikian juga Ia tidak
mengijinkan semua orang menjadi saksi-saksi dari kenaikanNya ke surga; karena Ia memaksudkan /
menghendaki bahwa misteri iman ini diketahui oleh pemberitaan injil dan bukannya oleh penglihatan
oleh mata).

4) Arti dari kata-kata ‘duduk di sebelah kanan Allah’.


Calvin: “‘And sat down at the right hand of God.’ In other passages I have explained what is meant by this
expression, namely, that Christ was raised on high, that he might be exalted above angels and all creatures;
that by his agency the Father might govern the world, and, in short, that before him every knee might bow,
(Philippians 2:10.) It is the same as if he were called God’s Deputy, to represent the person of God; and,
therefore, we must not imagine to ourselves any one place, since ‘the right hand’ is a metaphor which denotes
the power that is next to God. This was purposely added by Mark, in order to inform us that Christ ‘was
taken up into heaven,’ not to enjoy blessed rest at a distance from us, but to govern the world for the salvation
of all believers” [= ‘Dan duduk di sebelah kanan Allah’. Dalam text-text yang lain saya telah menjelaskan
apa yang dimaksudkan dengan ungkapan ini, yaitu, bahwa Kristus diangkat ke atas, supaya Ia bisa
ditinggikan di atas malaikat-malaikat dan semua makhluk-makhluk ciptaan; supaya oleh
perantaraanNya Bapa bisa memerintah dunia, dan singkatnya, supaya di hadapanNya setiap lutut akan
bertelut, (Fil 2:10). Adalah sama seandainya Ia disebut Wakil Allah, untuk mewakili pribadi Allah; dan
karena itu, kita tidak boleh membayangkan / mengkhayalkan bagi kita suatu tempat manapun, karena
‘sebelah kanan’ merupakan suatu kiasan yang menunjukkan kuasa setelah Allah. Ini secara sengaja
ditambahkan oleh Markus, untuk memberikan informasi kepada kita bahwa Kristus ‘diangkat ke
surga’, bukan untuk menikmati istirahat yang diberkati jauh dari kita, tetapi untuk memerintah dunia
bagi keselamatan semua orang percaya].
Fil 2:9-11 - “(9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama
di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang
ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah
Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.

Ay 20: “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan
meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”.

1) Ini tak ada paralelnya dalam kitab-kitab Injil yang lain; tetapi ada peneguhannya dalam kitab Kisah
Para Rasul (setelah hari Pentakosta dalam Kis 2).

James M. Gray: “Mark records the ascension as Matthew does not, and even penetrates the clouds and sees
Christ in heaven at the right hand of God. But he sees Him working with His disciples even though He is in
heaven (v. 20), and refers to it in a word found nowhere else in the Gospels” [= Markus mencatat kenaikan
yang tidak dicatat oleh Matius, dan bahkan menembus awan-awan dan melihat Kristus di surga di
sebelah kanan Allah. Tetapi ia melihatNya bekerja bersama murid-muridNya sekalipun Ia ada di surga
(ay 20), dan menunjuk pada hal itu dengan kata-kata yang tidak ditemukan dimanapun dalam Injil-
injil] - AGES vol 15.

William Hendriksen: “In obedience to Christ’s command (verse 15; cf. Matt. 28:19) the disciples ‘preached
everywhere,’ a statement which one would naturally associate with a period of church history considerably
later than Pentecost” [= Dalam ketaatan pada perintah Kristus (ayat 15; bdk. Mat 28:19) murid-murid
‘berkhotbah / memberitakan Injil dimana-mana’, suatu pernyataan yang secara wajar akan
dihubungkan dengan suatu periode sejarah gereja yang sangat lebih belakangan dari pada Pentakosta]
- hal 692.

2) “Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja”.

Pulpit Commentary: “The Lord wrought with them. They were workers, but they were fellow-workers with
him. What was to be done in the renewal of human hearts, and the transformation of human character, was
not to be done by the exercise of merely human power. A Divine energy and operation were alone adequate
to secure results so difficult, so glorious” (= Tuhan bekerja dengan / bersama mereka. Mereka adalah
pekerja-pekerja, tetapi mereka adalah rekan-rekan kerjaNya. Apa yang harus dilakukan dalam
pembaharuan hati manusia, dan perubahan karakter manusia, tidak boleh dilakukan dengan semata-
mata menggunakan kekuatan manusia. Tenaga dan pekerjaan Ilahi saja yang cukup untuk memastikan
hasil-hasil yang begitu sukar, begitu mulia).

Adam Clarke: “‘The Lord working with them.’ This co-operation was twofold, internal and external.
Internal, illuminating their minds, convincing them of the truth, and establishing them in it. External,
conveying their word to the souls that heard it, by the demonstration of the Holy Spirit; convincing them of
sin, righteousness, and judgment; justifying them by his blood, and sanctifying them by his Spirit. Though
miraculous powers are not now requisite, because the truth of the Gospel has been sufficiently confirmed,
yet this co-operation of God is indispensably necessary, without which no man can be a successful preacher;
and without which no soul can be saved” (= ‘Tuhan bekerja bersama mereka’. Kerja sama ini rangkap
dua, di dalam dan di luar. Di dalam, menerangi pikiran mereka, meyakinkan mereka tentang kebenaran,
dan meneguhkan mereka di dalamnya. Di luar, menyampaikan firman mereka kepada jiwa-jiwa yang
mendengarnya, oleh demonstrasi dari Roh Kudus; meyakinkan mereka tentang dosa, kebenaran, dan
penghakiman; membenarkan mereka dengan darahNya, dan menguduskan mereka oleh RohNya.
Sekalipun kuasa-kuasa yang bersifat mujijat sekarang tidak diharuskan / dibutuhkan, karena
kebenaran dari Injil telah diteguhkan secara cukup, tetapi kerja sama dari Allah ini mutlak perlu, tanpa
mana tak seorangpun bisa menjadi pengkhotbah yang sukses; dan tanpa mana tidak ada jiwa bisa
diselamatkan).

Calvin: “‘The Lord working with them;’ by which he means that this was truly a divine work. And yet by this
mode of expression he does not represent them as sharing their work or labor with the grace of God, as if
they contributed any thing to it of themselves; but simply means that they were assisted by God, because,
according to the flesh, they would in vain have attempted what was actually performed by them. The ministers
of the word, I acknowledge, are called fellow-workers with God, (1 Corinthians 3:9,) because he makes use
of their agency; but we ought to understand that they have no power beyond what he bestows, and that by
‘planting and watering’ they do no good, unless the increase come from the secret efficacy of the Spirit” [=
‘Tuhan bekerja bersama / dengan mereka’; dengan mana ia memaksudkan bahwa ini betul-betul adalah
suatu pekerjaan ilahi. Tetapi dengan cara pengungkapan ini ia tidak menggambarkan mereka sebagai
bersama-sama bekerja atau berjerih payah dengan kasih karunia Allah, seakan-akan mereka
memberikan sumbangsih apapun kepadanya dari diri mereka sendiri; tetapi hanya berarti bahwa
mereka dibantu oleh Allah, karena, menurut daging, mereka akan secara sia-sia mengusahakan apa
yang sungguh-sungguh dilakukan oleh mereka. Saya mengakui, bahwa pelayan-pelayan firman disebut
rekan kerja dari Allah (1Kor 3:9), karena Ia menggunakan perantaraan mereka; tetapi kita harus
mengerti bahwa mereka tidak mempunyai kuasa lebih dari apa yang Ia berikan, dan dengan ‘menanam
dan menyiram’ mereka tidak melakukan kebaikan, kecuali pertumbuhan datang dari kemujaraban
yang rahasia dari Roh].
1Kor 3:5-9 - “(5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu
menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (6) Aku menanam,
Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (7) Karena itu yang penting bukanlah yang
menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. (8) Baik yang menanam
maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan
pekerjaannya sendiri. (9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah,
bangunan Allah”.

Wiersbe’s Expository Outlines (New Testament): “Having completed His work on earth, Jesus returned
to the Father in heaven; and there He represents us as our High Priest (Heb 4:14-16) and Advocate (1 John
2:1-2). But He does more than represent us; He also works in us and through us to accomplish the mandate
He left with His church. Since the Gospel of Mark emphasizes Christ the Servant, it is only right that the
book close with this reminder that God’s Servant is still at work! He works in us (Heb 13:20-21; Phil 2:12-
13), with us (v. 20), and for us (Rom 8:28) if we will allow Him to work through us by the power of His Holy
Spirit” [= Setelah menyelesaikan pekerjaanNya di bumi, Yesus kembali kepada Bapa di surga; dan di
sana Ia mewakili kita sebagai Imam Besar kita (Ibr 4:14-16) dan Pengacara / Pengantara kita (1Yoh 2:1-
2). Tetapi Ia melakukan lebih dari mewakili kita; Ia juga bekerja di dalam kita dan melalui kita untuk
mengerjakan mandat yang Ia tinggalkan dengan gerejaNya. Karena Injil Markus menekankan Kristus
sebagai Pelayan / Hamba, maka benarlah kalau kitab ini ditutup dengan pengingat ini bahwa Pelayan /
Hamba Allah ini tetap bekerja! Ia bekerja di dalam kita (Ibr 13:20-21; Fil 2:12-13), dengan / bersama
kita (ay 20), dan bagi kita (Ro 8:28) jika kita mau mengijinkanNya untuk bekerja melalui kita oleh kuasa
dari Roh KudusNya].
Catatan: sekalipun kita memang harus mengijinkan Ia untuk bekerja melalui kita, tetapi apakah kita
mau mengijinkanNya atau tidak, itu juga tergantung pekerjaanNya di dalam kita.
Ibr 4:14-16 - “(14) Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua
langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. (15) Sebab
Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-
kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. (16) Sebab itu
marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima
rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya”.
1Yoh 1:1-2 - “(1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa,
namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus,
yang adil. (2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi
juga untuk dosa seluruh dunia”.
KJV/RSV/NASB: ‘an advocate with the Father’ (= seorang pengacara bersama Bapa).
NIV: ‘one who speaks to the Father in our defense’ (= seseorang yang berbicara kepada Bapa untuk
membela kita).
Ibr 13:20-21 - “(20) Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa
kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, (21) kiranya
memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendakNya, dan mengerjakan di
dalam kita apa yang berkenan kepadaNya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-
lamanya! Amin”.
Fil 2:12-13 - “(12) Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah
kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi
terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, (13) karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu
baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”.
Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana
Allah”.

3) “dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya”.


Kelihatannya yang dimaksudkan dengan ‘tanda-tanda’ di sini adalah tanda-tanda bersifat mujijat
yang Ia janjikan dalam Mark 16:17-18.

J. A. Alexander: “The particular co-operation here intended is that promise in v. 17, of which this clause
describes the general fulfilment” (= Kerja sama khusus yang dimaksudkan di sini adalah janji dalam ay
17 itu, tentang mana anak kalimat ini menggambarkan penggenapan umum) - hal 444.

Calvin: “‘And confirming the word.’ Here, in my opinion, Mark points out a particular instance of what he
had just now stated in general terms; for there were other methods by which the Lord ‘wrought with them,’
that the preaching of the gospel might not be fruitless; but this was a striking proof of his assistance, that he
confirmed their doctrine by miracles. Now this passage shows what use we ought to make of miracles, if we
do not choose to apply them to perverse corruptions; namely, that they aid the gospel. Hence it follows that
God’s holy order is subverted, if miracles are separated from the word of God, to which they are appendages;
and if they are employed to adorn wicked doctrines, or to disguise corrupt modes of worship” (= ‘Dan
meneguhkan firman’. Di sini, dalam pandangan saya, Markus menunjuk pada suatu contoh khusus
tentang apa yang baru saja ia tuliskan dalam istilah yang umum; karena ada metode-metode lain dengan
mana Tuhan ‘bekerja dengan / bersama mereka’, supaya pemberitaan Injil tidaklah tanpa buah; tetapi
ini merupakan suatu bukti yang menyolok dari pertolonganNya, bahwa Ia meneguhkan ajaran mereka
oleh mujijat-mujijat. Text ini menunjukkan bagaimana kita harus menggunakan mujijat-mujijat, jika
kita tidak memilih untuk menerapkan mereka menjadi kejahatan yang menyimpang / sesat; yaitu,
bahwa mereka membantu injil. Jadi urut-urutan kudus dari Allah itu dibalikkan, jika mujijat-mujijat
dipisahkan dari firman Allah, bagi siapa mereka merupakan tambahan-tambahan; dan jika mereka
digunakan untuk menghiasi ajaran-ajaran yang jahat, atau untuk menyamarkan cara-cara yang jahat
dari ibadah / penyembahan).

Seorang pemberita firman memang tidak harus bisa melakukan mujijat. Sebagai contoh Yohanes
Pembaptis tak pernah melakukan mujijat (Yoh 10:41), tetapi ia betul-betul adalah seorang pemberita
Firman Tuhan, dan pelayanannya menghasilkan orang-orang yang bertobat.
Yoh 10:41 - “Dan banyak orang datang kepadaNya dan berkata: ‘Yohanes memang tidak membuat
satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.’”.

4) ‘Amin’.
Kata ‘Amin’ ini tidak ada dalam Kitab Suci Indonesia, NIV, dan NASB, tetapi ada dalam KJV, RSV,
ASV, dan NKJV. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan manuscript-manuscript.

Adam Clarke: “‘Amen.’ This is added here by many MSS. and versions; but is supposed not to have made
a part of the text originally. Griesbach, Bengel, and others, leave it out” (= ‘Amin’. Ini ditambahkan di sini
oleh banyak manuscript-manuscript dan versi-versi; tetapi dianggap bukan sebagai bagian dari text
aslinya. Griesbach, Bengel, dan lain-lain, menghapuskannya).

Lenski juga menganggap kata ‘Amin’ ini tidak asli.

-o0o-

Anda mungkin juga menyukai