1. Penulis
Kitab ini tidak menyebut nama penulis. Pengarang Kitab Ayub bersembunyi tanpa
nama di belakang karyanya. Namun dilihat dari isi kitab ini, penulis menguasai kebudayaan
dan pengetahuan secara luas dan sangat terampil di bidang sastra. Rupa-rupanya cerita
mengenai Ayub adalah suatu cerita yang kuno, kemudian seorang penulis memakai cerita
ini untuk menjelaskan atau menyampaikan pikiran-pikirannya. Menurut Blommendaal, Ayub
yang terdiri dari empat puluh dua pasal, ternyata bagian aslinya hanya pada pasal 1 dan
pasal 2 dan pasal 42:7-17; sedangkan selebihnya adalah tambahan, yaitu pasal 3-42:6.
Begitu juga dengan LaSor yang berpendapat demikian bahwa bagian pembuka dan penutup
berasal dari zaman kuno. Pasal 3-42:6 bisa saja ditambahkan oleh seorang penyair Yahudi
di masa yang kemudian. LaSor juga berpendapat bahwa yang juga menulis kitab ini ialah
seorang Israel. Ini dapat dibandingkan dengan pandangan penulis tentang kuasa Allah,
seruannya akan keadilan Allah dan etikanya yang tak dapat disalahkan (Ayub 31:1-40).
Namun yang menjadi pertanyaannya siapakah orang Israel yang menulis kitab ini?
Jika dilihat lebih jauh maka tentunya orang Israel yang dimaksudkan disini adalah orang-
orang bijak. Menurut Etienne Charpentier orang bijak ialah orang yang berusaha untuk
menjalani hidup dengan baik dan menemukan dalam keberadaannya dan keberadaan dunia
hal-hal yang memperkaya kehidupan dan hal-hal yang menyebabkan kematian. Orang bijak
merenungkan pertanyaan-pertanyaan manusia yang besar: hidup, mati, kasih, penderitaan,
kejahatan. Apakah keberadaan manusia mempunyai arti? Arti apakah itu? Setiap orang
mempunyai falsafahnya sendiri sesuai dengan tingkatannya. Orang-orang bijak di Israel bisa
saja seorang Raja, karena ia yang bertanggung jawab untuk memerintah bangsanya dan
melihat apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk mereka. Ia dianggap sebagai orang
yang mengambil bagian dalam hikmat ilahi. Kemudian ada juga ahli-ahli Taurat adalah
orang-orang bijak yang pertama, dan dengan dukungan ini mereka beruntung sehingga
mempunyai kuasa. Ada juga orang-orang bijak yang hidup sesudah masa pembuangan
yang merupakan ahli waris dari aliran ini. Sesudah belajar untuk merenungkan dan menulis,
mereka menghasilkan hikmat yaitu hikmat manusiawi, tetapi pada saat yang sama mereka
melihat hal ini sebagai pemberian dari Allah, satu-satunya Yang Bijaksana.
2. Waktu Penulisan
Baik para rabi dahulu maupun para ahli modern tidak sepakat mengenai penulisan
kitab Ayub. Pada umumnya para ahli menganggap bagian-bagian puisi Kitab Ayub berasal
dari waktu yang lebih kemudian. Kemiripan Kitab Ayub dengan Kitab Yeremia (bnd. Ayub
3:3-26 dengan Yeremia 20:14-18), dengan paroan akhir Kitab Yesaya (terutama nyanyian
hamba Tuhan yang menderita Yesaya 52:13 – 53;12), dengan Mazmur 8 (bnd. Ayub
7:17,18 dengan Mzm 8:6,7), dan dengan Amsal 8 (bnd. Ayub 15:7,8 dengan Ams 8:22,25)
semuanya menunjuk pada abad ke-7 sM atau sesudahnya.
3. Mengapa Ditulis
4. Maksud Penulisan
Kitab Ayub berbicara tentang penyebab penderitaan manusia dan peran Tuhan
dalam penderitaan ini. Ayub sebagai pemeran utama dalam cerita ini digambarkan sebagai
orang yang saleh dan jujur. Ia percaya kepada Tuhan dan diberkati dengan anak yang
banyak, kesehatan dan kekayaan. Namun, ketika Ayub kehilangan semuanya dan sangat
menderita, kitab ini memusatkan perhatian terhadap pertanyaan: Mengapa seorang yang
saleh dan setia seperti Ayub harus menderita? Tokoh-tokoh lainnya dalam cerita ini
mencoba menjawab pertanyaan seperti itu. Apakah semua penderitaan disebabkan oleh
dosa manusia? Apakah Tuhan meyebabkan manusia menderita? Mengapa? Kitab Ayub
mengajak para pembaca menggumuli pertanyaan-pertanyaan klasik ini bersama tokoh yang
ada di dalamnya. Akhirnya kesimpulan yang ada bahwa kuasa dan cara Tuhan yang penuh
rahasia itu kadang-kadang berada di luar jangkauan pengertian manusia. Namun, kehadiran
Tuhan pada waktu menderita dapat memberi kekuatan untuk melanjutkan hidup dan
menghadapi masa depan. Ini juga menjadi pembelajaran bagi umat Israel pada waktu
kembali dari pembuangan.
5. Tempat Penulisan
Kemungkinan besar kitab Ayub ditulis di Yerusalem, karena di situ merupakan pusat
pencarian dan pengajaran hikmat, pertama-tama bagi umat Israel sendiri. Ini juga dapat
diperjelas dengan nubuatan yang jelas dari Yesaya 33:6 “kekayaan yang menyelamatkan
ialah hikmat dan pengetahuan; takut akan Tuhan, itulah harta benda Sion”.
6. Situasi
- Spiritual
- Ekonomi
Sejak pulangnya bangsa Israel dari pembuangan di Babel, itu sama sekali bukan
zaman kemakmuran dan kesejahteraan besar. Israel adalah daerah bawahan dari Persia,
yang harus membayar upeti. Ekonominya jauh dari yang memuaskan. Perekonomian
bangsa Israel bisa juga dilihat dari tersendatnya pembangunan kembali Bait Suci karena
kekurangan dana.
- Sosial
- Budaya
Budaya juga dapat dilihat dari bahasa yang digunakan, yaitu bahasa Aram sebagai
bahasa pengantar. Bahasa Aram yang dekat dengan bahasa Ibrani, adalah bahasa
internasional di kerajaan Persia untuk dunia perdagangan dan diplomasi. Bahasa Aram juga
diberlakukan sebagai bahasa pergaulan umum. Ini berpengaruh pada bangsa Israel karena
di dominasi oleh kerajaan Persia.
- Politik
Keadaan politik pada waktu mengharuskan bangsa Yehuda membayar upeti kepada
bangsa Persia, karena mereka merupakan bagian daripara daerah kekuasaan Persia. Imam
juga bukan saja menjadi pemimpin keagamaan, tetapi juga mereka menjadi pemimpin politik
bangsa pada waktu itu.
Ayub pasal 32:1-22, Menurut pembagian Alkitab yang dibagi dalam 4 bagian (pasal
1-3, pasal 4-31, pasal 32-37, dan pasal 38-42), termasuk pada bagian yang keempat yaitu
pasal 32-37 yang menjelaskan Elihu, kawan yang keempat, muncul dengan mengatakan
bahwa selain Allah bisa memberi penderitaan, agar orang yang berdosa itu bertobat, maka
Allah juga bisa memberi penderitaan kepada orang saleh untuk mencobai mereka.
Menurut David Atkinson, Kitab Ayub dibaginya dalam tiga bagian, yaitu: bagian
pertama pasal 1-2 sebagai prolog; bagian kedua, yaitu dari pasal 3:1-42:6, berarti termasuk
pasal 32:1-22 yang strukturnya berbentuk sajak panjang, dan menceritakan bagaimana
Ayub dan sahabat-sahabatnya berdebat untuk mengerti keadaan Ayub; dan pada akhirnya
Ayub mengindahkan suara Allah; dan bagian ketiga yaitu pasal 42:7-14 sebagai epilog
dalam bentuk prosa, mengakhiri cerita Ayub dengan makna khusus.
Dengan pendapat di atas, kelompok setuju dengan pendapat David Atkinson, bahwa
kitab Ayub ini dibagi dalam 3 bagian dan pasal 32:1-22 termasuk pada bagian yang kedua,
dengan melihat keterkaitan antara bagian pasal ini dengan pasal-pasal sebelumnya.
Keterkaitannya dapat dilihat pada kata pertama dalam bagian ini yaitu maka ketiga orang
itu....., menjelaskan keberhubungan cerita dalam pasal ini dengan pasal sebelumnya.
Percakapan antara Ayub dengan ketiga temannya (Elifas, Bildad dan Zofar) dalam
pasal 4-31 dengan tuduhan-tuduhan mereka kepada Ayub karena kesengsaraannya itu
yang kemudian di bantah Ayub dengan pembelaan dirinya, sampai pasal 31 menyebabkan
ketiga temannya itu menghentikan sanggahan mereka.
Elihu yang juga adalah teman Ayub juga berada disitu ketika mereka sedang
mengadakan percakapan. Sebelumnya Elihu tidak mengeluarkan pendapatnya tentang
keadaan Ayub, tapi kemudian dalam bagian ini Elihu tampil dan turut serta dalam
percakapan mereka. Elihu menunggu demi menghormati yang lebih tua (32:4).
Ada penafsir-penafsir yang menganggap pasal 32-37 ini adalah sebagai tambahan,
yang ditambahkan kemudian setelah bagian terbesar peristiwa itu dituliskan. Cara
pendekatan pasal 32-37 dikatakan berbeda dari bagian sebelumnya. Bahwa Elihu tidak
disinggung pada awal percakapan , ia juga tidak disinggung dalam pasal 42, bagian terakhir
drama ini. Tetapi pendapat ini banyak tidak disetujui oleh para penafsir lain.
TAFSIRAN
2. Kata-Kata Kunci
a. Marah
b. Sanggahan
c. Usia
d. Hikmat
Bagian ini tidak hanya menggunakan satu bentuk paralelismus, misalnya ayat 4
menggunakan Parelelismus Sintesis (baris kedua menguatkan baris pertama), dan ayat 9
menggunakan Parelelismus Sinonim (2 ungkapan yang sejajar).
3. Pokok-Pokok Pikiran
b. 32:2-5 : Elihu marah
ISI TAFSIRAN
Elihu menangguhkan bicaranya dengan Ayub, karena mereka lebih tua dari pada
dia (4). Dalam BIS, Elihu orang yang paling muda di antara mereka, sebab ia menunggu
sampai semuanya selesai berbicara. Karena ia menghormati teman-temannya yang lebih
tua itu maka ia membiarkan mereka mengemukakan pendapat terlebih-dahulu.
Tetapi setelah dilihatnya, bahwa mulut ketiga orang itu tidak memberi sanggahan,
maka marahlah ia (5). Elihu melihat ketiga temannya berhenti memberikan sanggahan
kepada Ayub setelah Ayub memberikan pembelaannya. Alasan juga kenapa Elihu marah
yaitu karena menurutnya teman-temannya itu tidak dapat menghibur Ayub, malahan hanya
menuduhnya.
Mulai ayat ini Elihu memberikan suaranya. Ia turut serta dalam percakapan tersebut,
tetapi ia memulainya dengan kemarahan. Alasan dia menahan suaranya yaitu karena dia
sadar bahwa disitu dialah yang paling mudah. Pikirnya teman-temannya yang lebih tua itu
lebih berhikmat dari dirinya sehingga kata-kata mereka lebih bijak dari kata-katanya. Dengan
pemikirannya seperti itu karenanya dia malu dan takut untuk mengemukakan pendapatnya.
Juga menurut adat zamannya, sebagai orang muda ia harus menghormati yang lebih tua.
Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas Yang Mahakuasa, itulah yang
memberi kepadanya pengertian. Bukan orang yang lanjut umurnya yang mempunyai
hikmat, bukan orang yang sudah tua yang mengerti keadilan (8,9). Selanjutnya bagi
Elihu, ia mengetahui bahwa sumber hikmat-kebijaksanaan dan pengetahuan hanya berasal
dari Allah dengan memberikan Roh-Nya kepada manusia. Dan hal itu diberikan Allah bukan
hanya kepada orang yang lanjut umurnya, bukan hanya kepada orang yang sudah tua,
tetapi dirinya juga yang mudah berhak untuk mendapat hikmat-kebijaksanaan dan
pengetahuan. Oleh sebab itu aku berkata: Dengarkanlah aku, akupun akan mengemukakan
pendapatku (10). Ungkapan ini juga merupakan bentuk kemarahan Elihu, dan bahwa ia
walaupun masih mudah berhak untuk memberikan pendapatnya atas penderitaan yang
diderita Ayub.
Ketahuilah, aku telah menantikan kata-katamu, aku telah memperhatikan
pemikiranmu, hingga kamu menemukan kata-kata yang tepat. Kepadamulah
kupusatkan perhatianku, tetapi sesungguhnya, tiada seorangpun yang mengecam
Ayub, tiada seorangpun di antara kamu menyanggah perkataannya (11,12).
Jangan berkata sekarang: Kami sudah mendapatkan hikmat; hanya Allah yang
dapat mengalahkan dia, bukan manusia (13). Ungkapan ini dikeluarkan Elihu sebab ia
melihat perbincangan ini telah menjadi pengadilan bagi Ayub atau lebih tepatnya
peperangan argumen antara Ayub dengan Elifas, Bildad dan Zofar. Dan Elihu, dapat
dikatakan mengungkapkan ini untuk menyadarkan Elifas, Bildad dan Zofar yang sebelumnya
menganggap diri mereka berhikmat, tapi kemudian tidak dapat menemukan kesalahan dari
Ayub. Elihu menjelaskan hanya Allah saja sumber hikmat dan hanya Allah yang dapat
menjawab penderitaan tersebut dan hanya Allah yang dapat mengalahkan Ayub.
Perkataannya tidak tertuju kepadaku, dan aku tidak akan menjawabnya dengan
perkataanmu (14). Dalam BIS, Kepadamulah Ayub berbicara, dan bukan kepadaku, tetapi
aku tak akan memberi jawaban seperti kamu. Dengan jelas dapat dilihat yang dimaksudkan
Elihu bahwa sanggahan-sanggahan atau pembelaan dari Ayub itu adalah balasan dari
tuduhan-tuduhan dari ketiga temannya kepada Ayub, dan apabila hal itu diberikan kepada
Elihu, dia tidak akan mengeluarkan kata-kata yang seperti Elifas, Bildad dan Zofar
ungkapkan. Karena mungkin menurut Elihu perkataan seperti itu tidak dapat menghibur hati
Ayub ataupun membantu menemukan jawaban dari penderitaan Ayub, tapi malah hanya
untuk menyudutkan Ayub dan mencari-cari kesalahannya.
Jawaban-jawaban dari Ayub tidak dapat dibalas tepat oleh Elifas, Bildad dan Zofar,
malahan mereka terdiam dan bingung (lih.ayt 15), karena memang tak didapati mereka
Ayub berbuat salah.
Sesungguhnya, batinku seperti anggur yang tidak mendapat jalan hawa, seperti
kirbat baru yang akan meletup (19). Dibandingkan dengan BIS: Jika aku diam saja, akan
pecahlah aku, seperti kantong yang penuh dengan anggur baru. Dengan sabar saja ternyata
membuat batin Elihu terkekang sehingga ia mengandaikannya dengan kirbat yang akan
pecah karena penuh untuk itu perlu untuk dikeluarkan. Kelegaan akan didapati Elihu jika ia
dapat memeberitahukan pendapat atau sanggahannya. Mulutnya ingin mengeluarkan kata-
katanya untuk mereka, tetapi kata-kata tersebut bukan untuk membela atau mendukung
salah satu dari mereka (lih.ayt 21). Hal ini dapat berarti apa yang ada dalam pikiran Elihu
berbeda dengan apa yang telah mereka ungkapkan. Dan Elihu yakin bahwa kebijaksanaan
dari Allah telah diberikan kepada dia untuk memberi jawaban dari penderitaan Ayub
tersebut.
POKOK-POKOK TEOLOGI:
- Orang muda bukan berarti tidak dapat dipakai oleh Allah, dan usia muda tidak menjadi
halangan bagi manusia untuk menjadi bijaksana. Dan orang tua bukan berarti telah penuh
hikmat dan bijaksana.
- Allah adalah sumber hikmat dan pengetahuan. Jadi hikmat-kebijaksanaan dan pengetahuan
hanya akan didapatkan dari Dia.
- Kesombongan, keangkuhan, dan menganggap diri berpengetahuan atau lebih dari orang lain
pada akhirnya hanya akan mempermalukan diri sendiri.
LITERATUR
- Alkitab Terjemahan Baru, Jakarta:LAI, 2008
- http:www.bloger.co.id
- http://alkitab.sabda.org/bible.php?book=Ayb