Anda di halaman 1dari 13

KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA, PERJANJIAN BARU & TRADISI DALAM

GEREJA KATOLIK

A. Perjanjian Lama
Dalam Gereja Katolik, Alkitab terdiri dari atas Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Disebut “perjanjian”, karena memang berisi perjanjian antara Allah dan manusia.
Perjanjian Lama : perjanjian antara Allah dan umat Israel, sedangkan Perjanjian Baru:
perjanjian antara Allah dan umat manusia melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus. Kata
“perjanjian” dipakai untuk menunjukkan jalinan istimewa antara Allah dan manusia.
Kitab Suci Perjanjian Lama yang kita kenal sekarang, pada mulanya disarikan
dari kumpulan cerita tentang bangsa Israel dalam hubungannya dengan sejarah
keselamatan. Salah satunya tentang kisah penciptaan manusia. Pada zaman dahulu setiap
bangsa mempunyai cerita-cerita lisan yang diteruskan turun-temurun. Cerita yang
diwariskan mau mengajarkan tentang keyakinan mereka bahwa manusia, pria dan wanita,
diciptakan Tuhan yang berbeda secara jasmani dan rohani, ciptaan Tuhan yang Indah.
Keyakinan dan kepercayaan bahwa manusia berasal dari Tuhan menjadi
keyakinan yang teguh dari suku-suku bangsa. Mereka meyakini ajaran yang terkandung
dalam cerita itu merupakan firman Allah yang harus dipercaya dan diwariskan turun-
temurun. Cerita yang awalnya hanya berupa cerita lisan dan diceritakan turun-temurun,
akhirnya dituliskan dengan begitu rupa menjadi sesuatru yang indah dan menjadi
kekayaan iman. Kisah penciptaan dapat kita baca dalam Kejadian 2:7-9;18:21-23.
Sebagian besar Perjanjian Lama merupakan kisah hidup bangsa Israel yang
diselamatkan oleh Allah, pengalaman akan Allah yang menyelamatkan ini diceritakan
turun-temurun kepada anak cucu. Ajaran yang terkandung dalam cerita-cerita tersebut
diyakini oleh bangsa Israel sebagai firman yang bersalah dari Allah. Dan sejalan dengan
pikiran bangsa Israel, ajaran yang berkembang dalam cerita itu harus dimengerti sebagai
firman Allah. Semua terjadi berkal ilham dan bimbingan Roh Kukdus. Bukan berarti
bahwa firman itu berasal dari Allah. Tetapi firman Allah yang terjadi lewal pengalaman
dan penemuan bangsa Israel dalam pergulatan hidup lewat ilmah dan bimbingan Roh
Kudus. Akhirnya, dengan proses yang panjang, cerita-cerita yang berkembang dalam
perjalanan hidup bangsa Israel ditulis oleh pengarang Kitab Suci atas dasar ilham Roh
Kudus. Lalu dikumpulkan dan disusun menjadi sebuah buku utuh seperti yang kita miliki
sekarang.
Isi Perjanjian Lama memuat kisah mulai dari penciptaan sampai dengan
perjuangan bangsa Israel melawan penindasan agama oleh Antiokhus IV Ephipanes yang
berakhir dengan kemenangan bangsa Israel. (Kitab Makabe) Istilah “Perjanjian Lama”
kita kenal berasal dari Santo Paulus. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di
Korintus, ia mengatakan “ Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai
pada hari ini selubung ini masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca
perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat
menyingkapkannya. (2Kos 3:14).
1. Pembagian Kitab Suci Perjanjian Lama
Perjanjian Lama menurut Gereja Katolik berjumlah 46, sedangkan menurut
Gereja Kristen Protestan berjumah 39, sama dengan jumlah Kitab SUci Yahudi.
Dengan kata lain Gereja Protestan hanya amengakui kitab-kitab yang oleh agama
Yahudi diakui sebagai Kitab Suci. Kitab Suci Perjanjian Lama dapat dikelompokkan
menjadi empat:
1) Pentateukh atau Taurat
2) Kitab Sejarah
3) Kitab Kebijaksanaan dan sesembahan atau pujian
4) Kitap-kitab Kenabian atau Para Nabi.

Pentateukh Kitab Sejarah Kitab Kebijaksanaan Kitab Kenabian


1 Kejadian 1 Yosua Mazmur Yesaya
2 Keluaran 2 Hakim-hakim Amsal Yeremia
3 Imamat 3 Ruth Pengkhotbah Ratapan
4 Bilangan - Samuel Kidung Agung Barukh
5 Ulangan - Samuel Kebijaksanaan Yehezkiel
- Raja-raja Sirakh Daniel
- Raja-raja Hosea
- Tawarikh Yoel
- Tawarikh Amos
4 Ezra Obadiah
5 Nehemia Yunus
6 Tobit Mikha
7 Yudit
8 Ester
9 Ayub
Pada waktu itu di Alexandria berdiam sejumlah besar orang Yahudi yang
berbahasa Yunani. Selama pemerintahan Ptolemius II Philadelphus (285 - 246 SM)
proyek penterjemahan dari seluruh Kitab Suci orang Yahudi ke dalam bahasa Yunani
dimulai oleh 70 atau 72 ahli-kitab Yahudi - menurut tradisi - 6 orang dipilih mewakili
setiap dari 12 suku bangsa Israel. Terjemahan ini diselesaikan sekitar tahun 250 - 125
SM dan disebut Septuaginta, yaitu dari kata Latin yang berarti 70 (LXX), sesuai
dengan jumlah penterjemah.
Dalam Septuahint terdapat 7 Kitab dan dau tambahan Kitab yang ditolek oleh
Gereja Kristen Protestan tetapi diakui oleh Gereja Katolik sebagai Kitab, yaitu seperti
yang tercantum dalam Septuagint, yaitu: Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh,
Barukh, 1 Makabe, 2 Makabe, berikut tambahan-tambahan dari kitab Ester dan
Daniel. Tujuh kitab berikut dua tambahan kitab yang ditolak tersebut dikenal oleh
Gereja Katolik sebagai Deuterokanonika (= second-listed). Pengelompokan Kitab
Suci Perjanjian Lama. Kata deuterokanonika berasal dari Bahasa Yunani yang artinya
'termasuk kanon kedua'. Etimologi kata ini membingungkan, namun mengindikasikan
keragu-raguan dalam penerimaan kitab-kitab tersebut ke dalam kanon oleh beberapa
pihak. Perlu dicermati bahwa istilah tersebut tidak berarti non-kanonik; sekalipun
istilah tersebut kadang-kadang digunakan sebagai eufemisme untuk menyebut kitab-
kitab Apokrif. Istilah Deuterokanonika pertama kali digunakan pada tahun 1566 oleh
orang-orang Kristen yang sebelumnya beragama Yahudi dan teolog Katolik Sixtus
dari Siena untuk menyebut naskah-naskah Kitab Suci Perjanjian Lama yang
kanonisitasnya ditetapkan bagi umat Katolik oleh Konsili Trente, namun telah
dikeluarkan dari beberapa kanon terdahulu, teristimewa di Timur. Penerimaan akan
kitab-kitab tersebut di antara umat Kristiani awal tidaklah universal, namun konsili-
konsili regional di Barat menerbitkan kanon-kanon resmi yang memasukkan kitab-
kitab tersebut sejak abad ke-4 dan ke-5.
B. Perjanjian Baru
Perjanjian Baru terdiri dari (27) dua puluh tujuh kitab yang semuanya ditulis
dalam bahasa Yunani antara tahun 50 M hingga 140 M. Perjanjian Baru meliputi Injil,
Kisah Para Rasul, Epistula atau Surat-surat dan Kitab Wahyu. Tema inti Perjanjian Baru
adalah Yesus Kristus; pribadi-Nya, pesan-Nya, sengsara-Nya, wafat serta kebangkitan-
Nya, identitas-Nya sebagai Mesias yang dijanjikan dan hubungan-Nya dengan kita
sebagai Tuhan dan saudara. Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani karena pada
waktu itu bahasa Yunani merupakan bahasa percakapan yang paling umum dipergunakan
di wilayah Laut Tengah. Dan Perjanjian Baru di tulis oleh orang yang dekat dan
mengenal siapa Yesus, dari perjuangan, hidup dan penderitaan-Nya. Kita dapat membaca
Injil Markus 1:9-11, ketika Yesus dibaptis di sungan Yordan, oleh Yohanes Pembaptis.
“Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai
Yordan oleh Yohanes. Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh
seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." Kitab Suci Perjanjian Baru
sebenarnya menunjuk kepada seluruh isi yang bersifat menyeluruh pada sebuah Kitab.
Perjanjian itu disebut “Baru”, karena memang berisi perjanjian yang memperbaharui
(Luk 22:20) “Demikian juga cawan minuman itu, sesudahnya makan, kata-Nya, "Cawan
minuman ini adalah perjanjian baharu di dalam darah-Ku, yang ditumpahkan karena
kamu.” Yang oleh Allah dikaitkan dengan umat manusia melalui Yesus Kristus. Artinya
perjanjian itu bersifat kekal, sebab hubungan Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus
tidak pernah akan terputus. Perjanjian Baru melanjutkan dan sekaligus menyempurnakan
perjanjian lama yang diikat oleh Allah dengan umat Israel.
Secara tematik kitab ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: Injil, Kisah
Para rasul, Epistula (surat-surat Paulus, surat-surat Apostolik) dan Kitab Wahyu. Injil
merupakan turunan kata Arab yang artinya Kabar Gembira. Dalam bahasa Yunani
'euaggelion'; dalam bahasa Latin 'evangelium'. Ada empat Injil. Masing-masing Injil
menceritakan kisah hidup, ajaran-ajaran, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus:
1. Matius : Menceritakan kisah Yesus dari segi sebagai Mesias, Raja orang Israel. Injil
ini penuh dengan penggenapan nubuat-nubuat Perjanjian Lama.
2. Markus : Menceritakan kisah Yesus dari segi sebagai Hamba.
3. Lukas : Mempresentasikan Yesus sebagai Anak Manusia yang datang untuk mencari
dan menyelamatkan mereka yang terhilang.
4. Yohanes : Mempresentasikan Yesus sebagai Firman Allah yang menjelma menjadi
manusia, Kristus, yang berarti, Yang Diurapi.
Epistula atau Surat-surat merupakan bagian terbesar dari Perjanjian Baru. Epistula
dibagi dalam dua kelompok: Surat-surat Paulus dan Surat-surat Apostolik lainnya. Semua
surat mengikuti format penulisan surat pada masa itu. Setiap surat biasanya diawali
dengan salam dan identitas pengirim serta penerima surat. Selanjutnya adalah doa,
biasanya dalam bentuk ucapan syukur. Isi surat adalah penjelasan terperinci tentang
ajaran-ajaran Kristiani, biasanya menanggapi keadaan penerima surat. Bagian berikutnya
dapat berupa pembicaraan tentang rencana perjalanan misi penulis surat dan diakhiri
dengan nasehat-nasehat praktis dan salam perpisahan.
Melalui bimbingan Roh Kudus, mereka menuliskan kisah tentang Yesus
berdasarkan cerita-cerita dari para saksi mata, para pengikut-Nya yang sudah
berkembang luas di tengah umat dan sudah diwarnai oleh rasa kagum, rasa cinta dan
iman akan Yesus Kristus (Luk 1:1-4). Tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru bukanlah
buku laporan atau sejarah, tetapi sebagai buku iman dan cinta umat perdana akan Yesus
Kristus.
1. Gereja Katolik menetapkan Kitab Perjanjian Baru
Ke-dua puluh tujuh kitab diterima sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru baik oleh
umat Kristen Katolik maupun Kristen lain. Pertanyaannya adalah: Siapa yang
memutuskan kanonisasi Perjanjian Baru sebagai kitab-kitab yang berasal dari
inspirasi Allah? Kita tahu bahwa Alkitab tidak jatuh dari langit, jadi darimana kita
tahu bahwa kita bisa percaya kepada setiap kita-kitab tersebut? Pada tahun 382
Masehi, didahului oleh Konsili Roma, Paus Damasus menulis dekrit yang menulis
daftar kitab-kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdiri dari 73 kitab.
Konsili Hippo di Afrika Utara pada tahun 393 menetapkan ke 73 kitab-kitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Konsili Kartago di Afrika Utara pada tahun 397 menetapkan kanon yang sama
untuk Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Catatan: Ini adalah konsili yang
dianggap oleh banyak pihak non-Katolik sebagai yang menentukan bagi kanonisasi
kitab-kitab dalam Perjanjian Baru.
Ada beberapa alas an mengapa kita perlu membaca dan mendalami sabda Tuhan
yang terdapat dalam Kitab Suci.
1) Pertama, Iman kita akan tumbuh dan berkembang dengan membaca Kitab Suci.
“Segala Tulisan yang diilhamkan oleh Allah memang bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan mendidi orang
dalam kebenaran (2 Tim 3:16-17).
2) Kedua, Kita tidak akan mengenal Kristus kalau kita tidak membaca Kitab Suci.
3) Ketiga, Kitab Suci adalah buku Gereja, buku Iman Gereja, Kitab Suci adalah
sabda Allah dalam bahasa manusia, Gereja menerimanya sebagai yang suci dan
ilahi karena di dalamnya mengandung sabda Allah. Dari sabda itu, Kitab Suci
bersama Tradisi menjadi tolak ukur tertinggi bagaimana kita mengenal Iman
Gereja. Kita tahu, bahwa dapat dikatakan, Kitab Suci adalah sabda Allah yang
belum “tampak”. Sabda Allah yang belum “tampak” ini dapat menjadi firman
yang hidup dan terbuka, apa bila dibaca dan dibacakan serta didengar dengan
iman yang dari dalam diri kita. Maka apabila Kitab Suci dibaca dengan iman
kepercayaan, Allah hadir dan bersabda.
C. Tradisi
APA ITU TRADISI? Tradisi merupakan bagian yang amat penting dalam Gereja
Katolik. Kata 'tradisi' dapat dijelaskan sebagai: meneruskan informasi, kepercayaan serta
kebiasaan-kebiasaan, baik dengan kata-kata ataupun dengan teladan hidup dari satu
generasi ke generasi lainnya tanpa petunjuk tertulis. Dengan kata lain, pemikiran-
pemikiran serta nilai-nilai dari satu generasi diwariskan kepada generasi berikutnya.
Gereja senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran, dan ibadahnya, dari
generasi ke generasi. Dalam tradisi ada kurun waktu yang istimewa, yaitu zaman Yesus
dan para rasul, dan periode itu disebut “Zaman Gereja Perdana” Tradisi zaman Gereja
Perdana “didbangun diatas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai
batu penjuru” (Efesus 2:20). Sebagian dari tradisi itu kemudian ditulis dan kita kenal
sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru. Syahadat para rasul, menjadi salah satu contoh tradisi
Gereja yang hingga kini masih dipakai dan dipergunakan sebagai ungkapan iman umat
beriman kepada Allah. Dalam Gereja Katolik ada dua pedoman: Kitab Suci dan Tradisi.
Kitab Suci sendiri berawal dari tradisi bangsa Yahudi (Perjanjian Lama) dan tradisi Para
Rasul Yesus (Perjanjian Baru). Tradisi Gereja berasal dari pengalaman gereja Katolik
selama 2000 tahun. Para Bapa Gereja mencermati pengalaman-pengalaman tersebut dan
menetapkan peraturan-peraturan serta ajaran-ajaran yang terbukti telah membantu umat
Katolik menghadapi permasalahan hidup. Peraturan serta ajaran tersebut telah
memberikan hasil yang baik di masa lampau dan tetap demikian hingga kini.
Sumber iman kita tidak hanya Kitab Suci, tetapi juga tradisi. Tradisi berarti
penyerahan, penyampaian, penerusan. Tradisi bukan sesuatu yang kolot atau dari zaman
dulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga. Gereja yang hidup dan
berkembang, itulah tradisi.
1. Arti dan Makna Tradisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisi diartikan sebagai segala sesuatu
(seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang secara
turuntemurun diwariskan dari nenek moyang. Setiap masyarakat memiliki tradisi
sendiri-sendiri. Tradisi ini berkembang clan diteruskan dari generasi yang satu kepada
generasi berikutnya. Dalam perkembangan selanjutnya, tradisi tersebut tentu saja
mengalami perubahan dan perkembangan. Beberapa tradisi sering juga hilang karena
sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, pada banyak suku atau
etnis, mereka umumnya masih memelihara tradisi-tradisi tersebut. (Sebutlah beberapa
contoh tradisi yang hidup di daerah kalian yang sekarang szcdah hilang atau
ditinggalkan dan yang masih diteruskan!)
2. Pengertian Tradisi dalam Gereja Katolik
Gereja senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran, dan ibadatnya dari
generasi ke generasi. Proses penerusan atau komunikasi iman dari satu angkatan
kepada angkatan berikutnya dan di antara orang-orang seangkatan itulah yang disebut
tradisi. Tradisi berarti penyerahan, penerusan, dan komunikasi terusmenerus. Tradisi
bukan sesuatu yang “kolot” dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi
sekarang ini juga. Sesudah Gereja Perdana, Gereja terus mengolah dan memperdalam
ungkapan iman yang terdapat dalam Kitab Suci. (bdk Dei Tjerbum Art 8).
Tradisi dan Kitab Suci saling berhubungan. Tradisi mempunyai titik beratnya
dalam Kitab Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab Suci. Sebaliknya, tradisi berusaha
terus menghayati dan memahami kekayaan iman yang terungkap di dalam Kitab Suci.
Kekayaan iman itu misalnya Syahadat. Di dalam Kitab Suci, kita tidak menemukan
Syahadat, tetapi apa yang terungkap dalam Syahadat jelas dilandaskan pada Kitab
Suci. Untuk jelasnya, kita akan mempelajari buah karya tradisi, yaitu Syahadat. Kita
akan mencoba membandingkan dua Syahadat, yaitu Syahadat Para Rasul (Syahadat
Singkat) dan Syahadat dari Konsili Nicea (Syahadat Panjang).
3. Kitab Suci dan Tradisi merupakan Tolak Ukur Iman Gereja
Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur iman Gereja. Itu berarti iman
Gereja baik iman Gereja secara keseluruhan (iman objektif) maupun iman dalam arti
sikap masing-masing orang (iman subjektif) diukur kebenarannya oleh Kitab Suci
bersama tradisi.

MEMAHAMI MAKNA SENGSARA, WAFAT, KEBANGKITAN & KENAIKAN YESUS


KRISTUS DEMI KEBAHAGIAN MANUSIA, YESUS KRISTUS YANG DATANG
UNTUK MEWARTAKAN & MEMPERJUANGKAN KERAJAAN ALLAH
A. Arti Penderitaan dan Wafat Yesus Kristus
Kematian seolah menjadi titik akhir dari kehidupan manusia, setelah itu ia lenyap
bagai ditelan bumi. Tetapi, Iman kristiani justru menegaskan, bahwa seharusnya
kematian dihayati sebagai pintu masuk pada kehidupan baru, kehidupan kekal bersama
dengan Allah. Maka persoalannya adalah: bagaimana manusia mempersiapkan dan
menghayati kematian Pada bagian ini, kita diajak membahas sengsara dan kebangkitan
Yesus. Sengsara dan kebangkitan Yesus bagi orang Katolik merupakan dasar iman Wafat
Yesus adalah kenyataan historis. Kisah sengsara yang kita miliki sekarang, sebagaimana
termuat di dalam keempat Injil, sesungguhnya tidak pertama-tama menyampaikan fakta
apa yang sesungguhnya terjadi dan bagaimana kronologinya, melainkan merupakan suatu
pewartaan tentang makna kisah sengsara Yesus bagi jemaat. Namun, pewartaan itu jelas
dilandasi oleh kenyataan historis bahwa Yesus benar-benar menderita sengsara dan wafat
di kayu salib.
Adalah konsekuensi atau resiko yang Dia tahu akan terjadi. Sebab para penguasa,
Farisi dan Saduki dan tua-tua yang terang-terang tidak sejalan dengan misi dan visinya.
Mereka berkali-kali berusaha menjebaknya agar segera dihukum.  Ajaran Yesus berkali-
kali pula langsug menyerang dan menggoncang mereka. Mereka merasa terganggu dan
kehilangan wibawa sebagai penguasan dan intelektual, dalam banyak kesempatan
berdebat, mereka akhirnya mundur karena kehilangan ide.
Sengsara dan wafat Yesus merupakan tanda terbesar kasih Allah kepada manusia:
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-
Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada- Nya tidak binasa,
melainkan memperoleh hidup yang kekal” Yoh 3: 16. Allah Bapa menyerahkan Putera-
Nya untuk menderita dan wafat demi keselamatan manusia. Sengsara dan wafat Yesus
juga merupakan tanda agung dari Kerajaan Allah. Yesus telah mewartakan Kerajaan
Allah melalui kata-kata dan perbuatan.
Yesus menyadari bahwa kesaksian yang paling kuat dalam mewartakan dan
memperjuangkan Kerajaan Allah ialah kesediaan-Nya untuk mati demi Kerajaan Allah
yang diperjuangkan-Nya. Maka, Yesus berani menghadapi risiko ini dengan penuh
kesadaran dan tanpa takut. Yesus yakin dengan sikap-Nya yang konsekuen dan berani
menghadapi maut akan memberanikan pula semua murid-Nya dan pengikut-pengikut-
Nya untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah walaupun harus
mempertaruhkan nyawanya. Kegiatan Pembelajaran Doa Pembuka Allah, Bapa Yang
Mahakasih, kami bersyukur atas kebesaran kasih-Mu kepada kami, sebab nyatalah dalam
hidup kami, bahwa kasih-Mu itu tak pernah putus oleh kedosaan kami sekalipun. Bahkan
saat dunia terkungkung maut, Engkau merelakan Putera-Mu sendiri menjadi penebus
kami. 
Sebagai orang Katolik, kita beruntung memiliki tokoh yang lebih hebat lagi dalam
berkorban demi kebahagiaan orang lain. Tokoh itu adalah Yesus Kristus. Ia rela
menanggung sengsara hingga wafat semata-mata demi kesetiaanNya kepada Allah dan
demi kecintaannya kepada manusia. 
Sebagai bukti ketaatan dan kesetiaan-Nya kepada Bapa.  Ingat : penderitaan dan
kematian Yesus tidak wajib terjadi, bukan takdir atau nasib yang harus diterima. Namun
ketika ternyata Yesus berhadapan dengan situasi demikian Dia merasa wajib menerima-
Nya dengan ikhlas, meski pun Dia punya kebebasan untuk menolak-Nya (ingat doaNya
di kebun Zaitun). Bagi kita pesanNya jelas : jangan lari dari kepahitan. “Makanan-Ku
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya”
(Yohanes 4:34). Semua gunung punya puncak, namun untuk kesana selalu tidak mudah.
Sebagai tanda solidaritas-Nya terhadap manusia. Bahwa Allah juga menderita
bersama dengan manusia yang menderita. Allah dalam Yesus pernah mengalami
penderitaan dahsyat, hingga wafat. Maka kalau mengeluh tentang penderitaan hidup,
bersyukurlah sebab Allah tahu perasaan kita yang sebenarnya, sebab Dia juga pernah
mengalaminya.
Sebagai bukti Kasih Allah. Seluruh hidup-Nya Yesus telah menunjukan kasih.
Namun suatu ketiak Dia berkata : tiada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang
yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yohanes 15:13). Dia orang jujur
yang hidupNya selaras dengan ucapanNya. Dia memang memberikan nyawaNya karena
mengasihi manusia. Itulah contoh cinta sejati.
Merupakan penyelamatan manusia. “Kristus telah mati karena dosa-dosa kita”
(1Kor 15:3). Dosa manusia yang bertumpuk-tumpuk tak akan bisa dilunasi oleh manusia
sendiri. Maka Allah mengorbankan diri-Nya sendiri melalui Yesus untuk menebusnya.
Mengapa harus lewat kematian? Jawabanya : Adakah yang lebih berharga dari pada
nyawa? Maka dosa manusia memang telah dibayar dengan harga yang sangat, sangat
mahal (1Ptr 1:18-19).
B. Mereka yang Berperan dalam Peristiwa Pengadilan & Penyaliban Yesus
1. Para petinggi agama.
Alasan mereka : karena warta  dan tindakan Yesus mau merombak agama
Yahudi, perubahan agama dianggap dapat menimbulkan murka Allah dan
membahayakan bangsa.
2. Para petinggi Pemerintahan
Alasan mereka : pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah dan pernyataan diriNya
sebagai mesias dapat menumbuhkan harapan baru  pada bangsa Israel akan datangnya
mesias. Hal itu dapat mendorong mereka untuk memberontak.
3. Vonis hukuman mati
Diajukan oleh majelis/mahkamah agama kemudian disetujui oleh Pilatus.
Hukuman mati di salib bagi orang Yahudi berarti dibuang  oleh bangsanya dan
dikutuk oleh Allah.
C. Kisah Sengsara & Kematian Yesus
1. Penangkapan di taman Getsemani. Yesus mengetahui bahwa Ia akan mengalami
kesengsaraan sebagai konsekuensi dari pewartaanNya tentang kerajaan Allah. dalam
rangaka mempersiapkan diri Yesus berdoa kepada BapaNya di surga sebagai
berikut:“Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau,ambilah cawan ini daripada-Ku, tetapi
nukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendakMulah yang terjadi” (Luk 22:42).
Setelah selesai berdoa, Yesus ditangkap bagaikan penjahat.
2. Yesus diadili oleh pengadilan agama. Setelah ditangkap, Yesus dibawa kerumah
imam besar, setelah imam besar selesai menjebak Yesus, tetapi tidak menemukan
kesalahan, Yesus dibawa ke mahkamah agama. Mahkamah agama melanjutkan
sidang dan mengajukan pertanyaan “Apakah engkau Mesias”? ketika Yesus
menjawab Dia mesias, sidang ditutup sebab jawaban itu menjadi alasan yang dapat
diterima oleh semua pihak untuk menghukum Yesus. dan mereka pun sepakat untuk
menghukum Yesus dan kemudian di bawa ke Pilatus sebagai wakil pemerintah Roma
yang berkuasa saat itu.
3. Yesus diadili oleh Pengadilan Negeri. Wakil pemerintah Roma yang berkuasa
waktu itu adalah Pontius Pilatus. Pilatus menanyakan apa yang menjadi kesalahan
Yesus,tetapi tidak ditemukan. Walaupuin demikian, ia tetap membuat kompromi yang
tidak adil untuk menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus.
4. Wafat Yesus. Ada dua firasat alam yang menyertai wafat  Yesus menurut Lukas,
yaitu kegelapan meliputi seluruh daerah itu pada tengah hari (Luk 23:44) dan
terbelahnya tirai Bait Allah menjadi dua (Luk 23:45) Pristiwa kegelapan memiliki arti
khusus yakni sebagai wujud keterlibatan Allah atas kematian Yesus. Melalui
kegelapan Allah mau menyatakan terang kehidupan baru yang akan muncul, dari
kegelapan lahirlah Mesias yang mebawa keselamatan, sedangkan tirai bait Allah
terbelah dua, berarti kematian Yesus membawa perubahan radikal yakni Allah
terbuka bagi semua bangsa, Allah adalah Allah beserta kita, berada di tengah kita
tidak terikat pada Bait Allah. (Tirai di Bait Allah memisahkan antara orang Yahudi
dengan orang kafir dan perempuan).
5. Yang menyaksikan kematian Yesus. Kepala pasukan Roma, ia memuliakan Allah
sambil berkata:  “Sungguh,  orang ini  adalah orang  benar!” (Luk 23:39-49).
D. Makna Sengsara & Kematian Yesus
1. Kematian Yesus adalah konsekuensi dari pewartaanNya tentang kerajaan
Allah.
Pewartaan Yesus dalam sabda dan tindakanNya sangat radikal. Banyak pihak
yang tersinggung dengan sepak terjang Yesus. Namuan keberanian Yesus
menghadapi risiko termasuk kematian turut memberanikan para pengikutNya untuk
mewartakan dan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah.
2. Wafat Yesus sebagai tanda ketaatan dan kesetiaanNya pada Bapa.
Yesus menerima semua yang terjadi atas diriNya dengan rela, karena itulah yang
dikehendaki oleh Allah dalam rencana penyelamatanNya. Yesus menyadari bahwa
kematian adalah bagian dari rencana BapaNya. Tugas untuk mewartakan kerajaan
Allah menuntut kesetiaan dan taruhan nyawa.
3. Kematian Yesus adalah tanda SolidaritasNya dengan manusia.
Dengan peristiwa salib, kita melihat penyertaan Allah dalam hidup manusia.
Allah yang berbelaskasih tidak pernah meninggalkan manusia termasuk dalam
kesengsaraan dan penderitaan. Allah tetap menjadi Allah beserta kita (Emanuel).
Allah senasib dengan manusia sampai pada kematian.
4. Kematian Yesus menyelamatkan manusia.
Penyerahan diri Yesus kepada Allah telah mempersatukan kita kembali dengan
Allah. Rekonsiliasi (perdamaian) antara kita dengan Allah telah terjadi berkat
kematian Yesus di salib.
E. Arti & Makna Kebangkitan Yesus Kristus
1. Makna Kubur Kosong
a) Kebangkitan Yesus sebagai Misteri Keselamatan. Makam kosong bukanlah bukti
kebangkitan melainkan perandaian. Bagi orang yang percaya kepada Yesus,
makam kosong merupakan tanda yang membutuhkan keterangan lebih lanjut
supaya bermakna, apa yang diwartakan oleh makam kosong adalah kebangkitan
Kristus sebagai misteri keselamatan.
b) Dukacita dan kegelapan maut sudah diganti oleh sukacita dan terang kebangkitan.
“Jangan mencari Dia yang sudah bangkit dari antara orang mati” (Luk 24:5).
c) Yesus tidak kembali kepada kehidupan duniawi tetapi kepada kehidupan yang
mulia.
2. Makna penampakan-penampakan Yesus
Tiga unsur pokok dalam penampakan Yesus :
a) Unsur Prakarsa : Yang memprakarsai penampakan adalah Yesus. “Ia
menampakkan/ memperlihatkan diri”.
b) Unsur Pengakuan : Yesus dikenal dan di akaui sebagai Kristus dan Tuhan, yang
menampakan diri adalah Yesus dari Nasaret.
c) Unsur kesaksian : Yang menyaksikan kebangkitan adalah Para Rasul
F. Arti Penampakan Selama 40 hari
Yesus memperkenalkan diri kepada para murid dan seluruh gerejaNya dengan
cara kehadiran baru.
Yesus telah membuktikan bahwa Dia sudah mengalahkan kematian. Artinya
Yesus hendak meyakinkan kepada banyak orang bahwa bukan Allah yang mati,
melainkan Ia hidup untuk selama-lamanya.Dengan adanya penampakan diri Yesus
kepada murid" dan banyak saudara yang lain adalah untuk menepis anggapan bahwa
Yesus merupakan manusia biasa.
Yesus meneguhkan kesaksian dari para murid. Artinya Yesus menampakan diri
kepada para murid dengan tujuan untuk mempersiapkan saksi bagi kristus. Ketika Yesus
menampakan diri kepada semua murid" dan sebelum Ia naik ke surga dalam catatan kecil
Lukas mengatakan " Kamu adalah saksi dari semuanya ini." ( Lukas 24 : 48 ). Ayat itu
hendak mengaskan bahwa setiap murid Kristus dipanggil untuk menjadi saksi untuk
menceritakan karya salib mulai dari kematian, kebangkitan, penampakan diri Yesus dan
akhirnya naik ke surga.
G. Arti penampakan selama 40 hari adalah
Yesus mau mengatakan bahwa ia selalu hadir walaupun tidak melihatnya. Kehadiran
Yesus antara lain melalui :
1) SabdaNya (Luk 24:13-35 : dua murid dalam perjalanan ke Emaus).
2) Melalui tanda yaitu memecahkan roti (sakramen ekaristi).
3) Melalui Roh KudusNya (Yesus menghembusi mereka dan memberikan RohNya).
4) Melalui jabatan kegembalaan Petrus dan kuasa apostolik untuk mengampuni dosa.
Yesus tidak menampakan diri pada kaum elit tetapi kepada orang-orang kecil dan
juga tidak dalam peristiwa yang luarr biasa tetapi dalam peristiwa keseharian pada murid
yaitu pada waktu  yang laur biasa tetapi dalam peristiwa keseharian pada murid yaitu
pada waktu makan, bepergian dan bekerja.
H. Perayaan Paskah
Perayaan Paskah bagi bangsa Yahudi mau memperingati peristiwa pembebasan
dari perbudakan Mesir. Dalam peristiwa tersebut mereka yakin bahwa Allah terlibat
dalam seluruh hidup mereka. Karena itu semua wajib ke Yerusalem, termasuk Yesus dan
para muridNya.  Di Yerusalem penuh dengan orang yang mau merayakan Paskah, pada
saat itulah Yesus ditangkap.
Setiap perayaan Paskah selalu terjadi pemberontakan, karena itu tentara Roma
selalu siap-siaga. Yesus dan para muridNya dicurigai sebagai pemberontak, karena itu
para pemuka agama Yahudi mempunyai alasan yang kuat untuk menghukum dan
menghadapkan Yesus pada Pilatus. Selain itu mereka juga mempunyai alasan politis
tersendiri untuk menjatuhkan Yesus karena Yesus menyatakan diri sebagai Mesias. Hal
itu sangat dilarang dalam agama Yahudi, selain itu kehadiran Yesus dengan berbagai
kritikanNya sangat mengganggu posisi mereka.
Pada zaman Yesus banyak mesias palsu dan Yesus dianggap sebagai mesias
palsu. Tetapi injil dengan jelas membedakan Yesus dengan mesias-mesias palsu. Hal ini
dapat ketahui dari tindakan Pilatus diamana ia berusaha membebaskan Yesus, tetapi
karena Pilatus takut pada masa maka ia tetap menjatuhkan hukuman mati.
I. Yesus Kristus yang datang untuk Mewartakan & Memperjuangkan Kerajaan Allah
Dalam mewartakan Kerajaan Allah, Yesus kerap kali memakai perumpamaan,
agar para pendengar mudah menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh Yesus.
Perumpamaan-perumpamaan Yesus mengenai Kerajaan Allah mau menyampaikan hal-
hal berikut :
1) Perumpamaan tentang Pohon Ara (Markus 13 : 28 – 32).
2) Perumpamaan tentang Orang yang Menghadap Hakim (Lukas 12 : 57 – 58) untuk
menuntut kembali pinjaman dari orang yang berhutang kepadanya. Maksud Yesus :
kita sekalian adalah orang yang berdosa, maka harus segera bertobat supaya tidak
terlambat; penghakiman terakhir sudah diambang pintu.
3) Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Jujur : Dekatnya Kerajaan Allah berarti
juga dekatnya penghakiman Allah.
4) Perumpamaan tentang Pohon Ara yang Tidak Berbuah : menggambarkan bahwa
Allah sesungguhnya sabar, tetapi apabila orang itu tidak bertobat, maka penghakiman
akan mendatangi orang itu.
5) Perumpamaan tentang Pencuri yang Datang Pada Waktu Malam Di Saat Waktu yang
Tidak Diketahui : Penghakiman Allah akan datang secara tiba-tiba dan tidak
disangka-sangka.
6) Perumpamaan tentang Gadis yang Bijaksana & Gadis yang Bodoh : Kedatangan
Kerajaan Allah & penghakiman yang tidak disangka-sangka.
Kerajaan Allah berarti Allah mulai memerintah sebagai raja, Allah yang
memerintah dilukiskan oleh Yesus sebagai Bapa. Allah itu sungguh-sungguh Bapa yang
baik hati dan suka mengampuni. Allah meraja dengan kasih. Oleh sebab itu, manusia
dituntut sikap pasrah dan sikap iman kepada Allah. Allah menjadi sumber harapan,
sandaran, dan andalan bagi manusia. Manusia tidak boleh mengandalkan hal-hal lain,
seperti harta, kekuasaan, bahakn dirinya sendiri. Kerajaan Allah adalah karunia bagi
Allah, bukan hanya jasa manusia. Kerajaan Allah sebagai karunia Allah harus
diperjuangkan dan dikembangkan oleh manusia sebagai nilai yang paling tinggi. Karena
manusia yang memperolehnya patut bergembira dan bersedia memperjuangkan dan
mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari.
J. Perbuatan-perbuatan Yesus dalam Rangka Memperjuangkan Kerajaan Allah
Yesus Mengadakan Mukjizat-Mukjizat. Dengan mukjizat yang diadakan Yesus,
Allah menyatakan kekuasaan Penyelamatan-Nya. Mukjizat-mukjizat Yesus mau
menunjukkan :
1. Yesus menghubungkan mukjizat-mukjizat-Nya dengan pemberitaan tentang Kerajaan
Allah.
2. Dasar dann motif mengadakan mukjizat adalah pemberitaan tentang Kerajaan Allah.
3. Mukjizat-mukjizat Yesus mempunyai arti mesianis. Artinya, mukjizat-mukjizat
Yesus mau menunjukkan bahwa Yesus adalah mesias yang dinanti-nantikan.
4. Mukjizat-mukjizat Yesus menyatakan solidaritas Allah dengan manusia yang miskin
dan menderita serta kemasukkan roh jahat.
K. Apa isi perumpamaan Yesus
Isi perumpamaan Yesus adalah sebagai berikut
1. Kerajaan Allah sudah dekat.
2. Yesus mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, bahkan sudah datang terutama
dalam diri Yesus.
3. Kerajaan Allah berarti Allah mulai memerintah. Kerajaan Allah berarti Allah mulai
memerintah sebagai raja, Allah yang memerintah dilukiskan oleh Yesus sebagai
Bapa. Allah itu sungguh-sungguh Bapa yang baik hati dan suka mengampuni.
4. Kerajaan Allah menuntut sikap pasrah  (Iman) manusia kepada Allah, Allah meraja
dengan kasih. Oleh sebab itu, manusia dituntut sikap pasrah dan sikap iman kepada
Allah. Allah menjadi sumber harapan, sandaran, dan andalan bagi manusia. Manusia
tidak boleh mengandalkan hal-hal lain, seperti harta, kekuasaan, bahakn dirinya
sendiri.
5. Kerajaan Allah itu suara karunia, Kerajaan Allah adalah karunia bagi Allah, bukan
hanya jasa manusia. Kerajaan Allah sebagai karunia Allah harus diperjuangkan dan
dikembangkan oleh manusia sebagai nilai yang paling tinggi. Karena manusia yang
memperolehnya patut bergembira dan bersedia memperjuangkan dan
mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai