Anda di halaman 1dari 6

EXPOSISI TOKOH “PENYEMBAH YANG BENAR” DALAM PERJANJIAN LAMA

RAJA DAUD
1. Sejarah Raja Daud
Daud adalah salah satu tokoh Alkitab yang paling terkenal dan paling dikasihi Allah di dalam
Alkitab. Ia termasuk salah satu dari "Orang-orang Termasyur dalam Iman" yang disebutkan
dalam (Ibrani 11). Daud adalah nenek moyang Yesus Kristus, karenanya Yesus sering kali
disebut "Anak Daud". Bahkan, Allah memanggil Daud sebagai seorang yang berkenan di
hati-Nya (1 Sam 13:14). Namun demikian, ia juga salah satu tokoh yang kontras. Di satu sisi,
ia berkomitmen teguh kepada Allah, tetapi di sisi lain ia juga tidak luput dari dosa. Bahkan,
dosanya termasuk dosa yang paling serius, yang tercatat di Perjanjian Lama. Meskipun
demikian, cerita tentang Daud menjadi cerita yang disukai anak-anak dan orang dewasa.
Daud lahir kira-kira tahun 1004 sM di kota Betlehem, Yerusalem. Daud lahir pada era hampir
berakhirnya masa hakim-hakim, masa yang sangat kacau dan tidak keruan dalam sejarah
Israel. Ia adalah anak ke-8, sekaligus anak bungsu Isai, orang Betlehem. Saudara laki-lakinya
adalah Eliab, Abinadab, Shammah, dan empat saudara lainnya yang tidak disebutkan
namanya. Nama istrinya adalah Mikhal, Ahinoam, Abigail, Maakha, Hagit, Abital, Egla,
Batsyeba. Anak laki-lakinya antara lain Amnon, Daniel, Absalom, Adonia, Sefaca, Yitream,
Syamua, Sobab, Natan, Solomon, Yibhar, Elisua, Nogah, Nefeg, Yafia, Elisama, Elyada,
Elifelet. Sedangkan anak perempuannya adalah Tamar. Saat remaja, Daud bekerja sebagai
gembala domba. Sayangnya, di dalam Alkitab kita tidak dapat menemukan banyak informasi
tentang orang tua Daud. Nama ayahnya jelas Isai, tetapi menurut banyak spekulasi, nama
ibunya adalah Nahash (2 Samuel 17:25).
Secara fisik, Daud digambarkan sebagai pria yang tampan dengan rambut merah (1 Samuel
16:12, 17:42). Ia adalah seorang gembala yang memiliki kemampuan berperang karena
beberapa kali ia melawan binatang buas yang akan memangsa kawanan ternak yang
dijaganya (1 Samuel 17:34-35). Selain itu, ia juga memiliki keterampilan memainkan suling
dan kecapi.
Kisah Raja Daud dapat dibaca dalam 1-2 Samuel, 1 Raja-Raja 2, dan 1 Tawarikh. Daud
menulis sebagian besar kitab Mazmur dan ia juga disebutkan dalam Matius 1:1, 6, 22, 43-45,
Lukas 1:32, Kisah Para Rasul 13:22, Roma 1:3, dan Ibrani 11:32. Kehidupan Daud dapat
digambarkan seperti naik "roller coaster"-naik turun. Selain berada dalam bayang-bayang
saudara-saudaranya, ia juga terus-menerus melarikan diri dari Saul. Setelah menjadi raja, ia
pun sering kali harus melakukan peperangan untuk mempertahankan kerajaannya.
2. Kemunculan Di Alkitab
Daud pertama kali muncul di Kitab Suci ketika Allah memimpin Samuel ke rumah Isai untuk
mengurapi Daud sebagai raja. Setelah itu, ia kerap kali diminta datang ke istana dan
memainkan kecapi bagi Raja Saul ketika Saul merasa tertekan. Selanjutnya, kita menemukan
kisah kemenangan Daud atas Goliat, jawara Filistin yang berbadan besar, seorang prajurit
veteran. Daud adalah seorang pemimpin militer yang hebat. Daud menang karena ia menaruh
percaya kepada Allah yang memberi kemenangan, bukan mengandalkan kekuatannya sendiri.
Setelah Saul ditolak Tuhan, ia menjadi begitu membenci Daud dan berulang kali berusaha
membunuh Daud. Daud pun menjadi pelarian karena Saul terus-menerus mengejarnya. Akan
tetapi, Saul selalu gagal membunuh Daud. Sebaliknya, Daud yang sebenarnya mendapatkan
banyak kesempatan untuk membunuh Saul, tidak mau melakukannya. Saul tewas dalam
pertempuran melawan orang Filistin. Sekalipun Saul membenci Daud, Daud justru bersahabat
baik dengan anak laki-lakinya, Yonatan.
Setelah kematian Saul, Daud pergi ke Hebron. Di sana, ia diurapi menjadi Raja Yehuda,
menurut perintah Tuhan. Saat itu, usianya kira-kira 30 tahun. Pada saat Daud akan dilantik
menjadi raja, terjadilah perang sipil antara pasukan yang mendukung Daud dan orang-orang
yang mendukung Isyboset, anak laki-laki Saul, untuk mendapatkan kekuasaan kerajaan atas
Israel selama tujuh setengah tahun. Seiring berjalannya waktu, banyak pihak memihak Daud.
Dan, ketika Isyboset dibunuh, Daud diurapi menjadi raja atas Israel. Saat menjadi raja, Daud
memindahkan pusat kerajaannya dari Hebron ke Yerusalem. Tiga bulan kemudian, Daud
membawa Tabut Perjanjian ke Yerusalem. Di sana, Tabut Perjanjian diletakkan di sebuah
peti baru. Selama kurun waktu yang singkat, Daud memerintah dari Sungai Nil di Mesir
hingga ke Sungai Efrat di Lembah Tigris dan Efrat.
Seperti yang sering kali terjadi pada orang-orang besar, Daud pun tersandung dalam dosa.
Raja Daud melakukan perzinaan dengan Batsyeba, istri Uria, orang Het. Kemudian, ia
berusaha menutupi kehamilan Batsyeba, dan ketika ia gagal melakukannya, ia
memerintahkan prajuritnya untuk menempatkan Uria di barisan terdepan di medan perang.
Syukurlah, ketika Nabi Natan mengungkapkan tentang dosanya itu, Daud benar-benar
menyesalinya dan Allah mengampuninya. Namun, sebagai konsekuensi dosanya itu, anak
yang dikandung Batsyeba mati.
Sejak itu, kesulitan-kesulitan Daud semakin banyak dan beruntun. Dalam keluarga, Daud
tidak memperlihatkan figur bapak yang baik dan yang memiliki jiwa kepemimpinan. Dia juga
tidak terlalu peduli dengan masalah-masalah keluarganya. Istri-istri dan anak-anaknya tidak
hidup rukun. Bahkan, ketika anaknya yang bernama Amnon memperkosa Tamar, saudaranya
seayah, Daud tidak melakukan apa-apa. Absalom, kakak Tamar tidak terima dan membunuh
Amnon. Setelah Absalom membunuh Amnon, Daud tidak mau berbicara dengan Absalom.
Absalom selanjutnya berusaha mengambil alih kerajaan dan mencetuskan pemberontakan.
Lagi-lagi, Daud hanya bersikap pasif. Namun, karena pasukan Daud kuat, Absalom tewas
dalam pemberontakan dan Daud dikembalikan menjadi penguasa di Yerusalem.
Dosa Daud yang lain adalah menghitung prajuritnya (sensus). Hal ini dianggap dosa karena
dengan begitu, Daud menunjukkan kepercayaannya pada dirinya sendiri dan kurangnya
kepercayaannya kepada Allah. Dengan berbuat begitu, dengan sengaja ia melanggar perintah
Tuhan yang melarangnya untuk melakukannya. Setelah masa pemerintahannya selama empat
puluh setengah tahun, Daud meninggal pada usia 70 tahun, dan dikuburkan di kota Daud (1
Raja-raja 2:10-11).
Dosa lain yang dilakukan Daud adalah bertindak kejam. Suatu ketidakpedulian terhadap
penumpahan darah akhirnya berkembang menjadi kesenangan akan hal itu dan ia semakin
banyak melakukan kekejaman (bdg. 1 Samuel 27:9; 2 Samuel 8:2, 16:7-8). Karena
banyaknya darah yang ia tumpahkan, Daud disebut "orang berdarah". Inilah sebabnya Allah
tidak mengizinkannya membangun Bait Suci.
3. Exposisi Raja Daud Sebagai “Penyembah Yang Benar”
Sekalipun ada banyak kesalahan dan kegagalan, kita tetap dapat meneladani Daud karena ia
adalah hamba Allah yang berdedikasi dan mau bertobat di hadapan Allah, Selain itu Daud
terkenal sebagai seorang penyembah. Ia suka memuji dan menyembah Tuhan, sehingga
dalam kitab Mazmur banyak tertulis puji-pujian kepada Tuhan. Saat Daud menggembalakan
dombanya, dia suka memuji Tuhan dengan kecapi. Dalam keadaan apapun, Daud selalu
memuji Tuhan (Maz 27:4, Maz 84:11, Maz 119:64), itulah sebabnya Daud merupakan salah
satu tokoh Alkitab yang terkenal sebagai penyembah yang benar. Berikut ini kita akan
mempelajari menjadi penyembahan yang benar dari tokoh Daud.
Untuk menjadi penyembah yang benar seperti Raja Daud bukanlah sesuatu yang instan, yang
terjadi dalam waktu semalam.
 Mencintai dan merenungkan Taurat Tuhan sepanjang hari (Maz 1:2-3, Maz 119:97)
 Berdoa merupakan waktu yang tidak pernah ditinggalkannya, bahkan banyak Mazmur
yang ditulisnya menjadi ungkapan doa (misalnya, Mazmur 3-5, 9, 13, 20, 38, 42, 51).
Kita menemukan Daud berdoa di beberapa peristiwa penting dalam hidupnya
(misalnya 2 Samuel 2:1, 7:18-29; 1 Tawarikh 29:10-18).
 Rendah hati / tidak sombong meskipun Ia adalah seorang raja, dan memiliki semua
hal terlebih dihadapan Tuhan (1 Samuel 18:18-23).
 Mau ditegur, menyadari kesalahan dan dosanya serta mau berbalik dari setiap jalan-
jalannya yang jahat (Tidak mau hidup dalam dosa). Ketika Natan mengungkapkan
tentang dosa perzinaan dan pembunuhan yang dilakukannya, Daud pun segera
mengaku. Mazmur 51 adalah pengungkapan kepedihan atas dosanya. "Kasihanilah
aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-
Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku
dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul
dengan dosaku." (Mazmur 51:1-3)
 Ia memiliki kesaksian hidup bersama Tuhan (mengandalkan Tuhan dalam setiap
aspek hidupnya). "Lalu mengertilah Saul dan tahulah ia, bahwa TUHAN menyertai
Daud ...." (1 Samuel 18:28) Ia disebut "Cahaya Israel" (2 Samuel 21:17).
 Murah hati dan pemaaf. Daud ingin melakukan sesuatu yang baik bagi Mefiboset,
anak Yonatan. Daud mengundangnya untuk tinggal di Yerusalem dan makan di meja
raja. Meskipun Mefiboset tinggal di Yerusalem selama pemberontakan Absalom,
Daud tidak menghukumnya, tetapi memeliharanya sebagai seorang teman (2 Samuel
9, 16).
Penyembahan haruslah menjadi luapan dari pemahaman kita akan Allah sebagaimana ia telah
menyatakan diri-Nya dalam Kitab suci. Raja Daud merupakan contoh pribadi yang memiliki
pemahaman dan pengenalan akan Tuhan yang membuatnya menjadi seorang penyembahan
yang benar.
EXPOSISI TOKOH “PENYEMBAH YANG BENAR” DALAM PERJANJIAN BARU
JEMAAT MULA-MULA
1. Sejarah Jemaat Mula-Mula
Sewaktu mereka berkumpul di balik pintu terkunci di Yerusalem pada hari-hari pertama setelah
kebangkitan Yesus, para murid mengetahui bahwa lebih mudah berbicara tentang mengubah dunia
daripada pergi keluar dan melakukannya. Tetapi tidak lama kemudian, sesuatu terjadi yang bukan
hanya mengubah jalan pikiran mereka, tetapi yang juga memberanikan mereka untuk
menyampaikan iman mereka dengan cara yang menggoncangkan seluruh dunia Romawi. Hanya lima
puluh hari setelah kematian Yesus, Petrus berdiri di depan suatu kerumunan orang banyak di
Yerusalem, dan dengan berani menyatakan kerajaan Allah telah datang, dan Yesuslah Raja dan
Mesiasnya. Pada waktu itu Yerusalem penuh dengan peziarah-peziarah yang datang dari seluruh
penjuru kekaisaran Roma untuk merayakan Pesta Pentakosta - dan ketika Petrus berbicara, mereka
tidak hanya mengerti pemberitaannya tetapi juga, dalam jumlah yang luar biasa besarnya,
memberikan respons terhadapnya. Ketika Petrus menyatakan mereka harus menjadi murid-murid
Yesus dengan bertobat dari dosa dan menerima hidup baru yang diberikan Allah, tiga ribu orang
menerima seruannya dan menyerahkan diri mereka kepada Yesus (Kis. 2:14-42).

Apa yang sesungguhnya telah terjadi sehingga murid-murid Yesus mengalami transformasi dalam
hidup mereka? Jawabannya terdapat dalam pembukaan pidato Petrus. Sebab ketika ia berdiri dan
berbicara kepada orang banyak itu, Petrus mengingatkan mereka tentang suatu nats Perjanjian Lama
yang menggambarkan bahwa datangnya abad baru adalah masa di mana Roh Allah akan bekerja
dengan cara baru dalam hidup orang-orang. Sewaktu nabi-nabi Perjanjian Lama memandang ke
masa depan, beberapa dari mereka menyadari bahwa masalah manusia tidak pernah akan selesai
hingga suatu hubungan baru dijalin antara manusia dan Allah. Dosa dan ketidaktaatan manusia telah
mengakibatkan kekacauan, tetapi dalam abad baru Allah tidak hanya menuntut ketaatan - Ia akan
memberi mereka kekuatan moral yang baru dan kemampuan untuk menjadi manusia seperti yang
dimaksudkan Allah (Yer. 31:31-34). Dalam nubuat Yoel (2:28-32), kekuatan baru untuk hidup ini
dihubungkan dengan pemberian Roh Allah - dan Petrus mengambil perikop tersebut sebagai
natsnya, serta menyatakan nats tersebut sedang dipenuhi dalam pengalaman murid-murid Yesus.
Melalui kematian dan kebangkitan Yesus, orang-orang sekarang dapat mempunyai hubungan baru
dengan Allah sendiri. Dari pengalamannya sendiri, Petrus tahu bahwa hal itu benar.

Bagi Petrus dan murid-murid lainnya, hari itu sama seperti hari-hari sebelumnya. Tetapi ketika
mereka menghadapi tugas yang begitu besar dan yang tidak mungkin dilaksanakan - yang
dipercayakan Yesus kepada mereka, tanpa disangka-sangka suatu kuasa yang memberi hidup masuk
ke dalam kehidupan mereka. Kuasa itu merupakan suatu dinamika moral dan spiritual yang
memperlengkapi para murid supaya memberi kesaksian tentang iman yang baru. Kuasa itu adalah
kuasa Roh Kudus dan akan menjadikan mereka seperti Yesus. Tidaklah mudah menggambarkan
dalam kata-kata apa yang mereka alami. Tetapi sebagai akibatnya, kepercayaan mereka yang ragu-
ragu dan tidak pasti kepada Yesus dan janji-janji-Nya secara luar biasa diteguhkan. Sejak saat itu dan
seterusnya, mereka yakin janji-janji Allah dalam Perjanjian Lama dipenuhi dalam hidup mereka
sendiri - dan mereka sangat yakin bahwa Yesus yang hidup ada dan hadir bersama mereka secara
unik. Jemaat telah lahir.

Seluruh kehidupan para murid mengalami perombakan sedemikian rupa, sehingga tidak diperlukan
argumen lain untuk meyakinkan mereka bahwa pengalaman mereka sehari-hari merupakan akibat
langsung dari kuasa dan kehadiran Yesus di dalam hidup mereka. Petrus, Yohanes dan yang lain-
lainnya memiliki kuasa guna melakukan tindakan-tindakap hebat dalam nama Yesus (Kis. 2:43; 3:1-
10) - dan tentunya Petrus diberikan kemampuan secara tak disangka-sangka untuk berbicara dengan
kuasa kepada orang banyak yang berkumpul di Yerusalem. Sebagai akibat semuanya ini, para rasul
dan orang-orang Kristen baru begitu dikuasai oleh cinta-kasih kepada Yesus yang hidup dan
kerinduan untuk melayani-Nya, sehingga kebutuhan-kebutuhan kehidupan sehari-hari terlupakan.
Orang-orang Kristen selalu "bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan
mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa" (Kis. 2:42). Mereka malahan menjual
harta mereka dan mengumpulkan hasil penjualan sehingga mereka dapat hidup sebagai suatu
persekutuan sejati dari pengikut-pengikut Yesus. Mencari uang bukan lagi merupakan haI yang
terpenting dalam hidup. Satu-satunya hal yang penting adalah memuji Allah, dan membawa berita
yang-mengubah hidup kepada orang-orang lain (Kis. 2:44,47; 4:32,35).

2. Kemunculan di Alkitab
Kisah para rasul menceritakan sejarah gereja kristen awal setelah naiknya yesus kristus ke
surga. Amanat kisah para rasul ini menjelaskan bagaimana pengikut-pengikut yesus kristus—
dengan pimpinan roh kudus—menyebarkan kabar baik tentang yesus "di yerusalem, di
seluruh yudea, di samaria, dan sampai ke ujung bumi" (1:8). Pergerakan umat kristen yang
dimulai di antara orang yahudi lalu meluas menjadi suatu agama untuk seluruh dunia, tidak
hanya untuk orang yahudi. Penulis kitab ini merasa perlu pula meyakinkan para pembacanya
bahwa orang-orang kristen bukanlah suatu bahaya politik subversif terhadap kekaisaran
romawi, tetapi bahwa agama kristen merupakan penyempurnaan agama yahudi.
3. Exposisi Jemaat Mula-Mula sebagai penyembah yang benar
Kisah Para Rasul 2:37-47 memberikan suatu pembelajaran bagaimana gaya hidup
komunitas orang percaya, yaitu jemaat mula-mula, dalam menjadi penyembah yang benar :

1. Mereka Bertobat, Memberi Diri Dibaptis dan Dipenuhi Roh Kudus (Kis 2:41)

Kelahiran dan keberadaan Gereja tidak dapat dipisahkan dari pencurahan Roh Kudus. Alkitab
mencatat dengan jelas hal ini.  Kisah Para Rasul 2 mencatat terjadinya pencurahan Roh
Kudus, dengan tanda awal berbahasa Roh (Kis 2:1-4). Akibat dari pencurahan ini, para Rasul
memberitakan injil Kristus dengan lantang dan para pendengarnya bukan hanya terkagum
dengan pemberitaan tersebut tetapi juga terheran dengan kenyataan adanya bahasa Roh. (Kis
2:5-36). Salah satu maksud pencurahan Roh Kudus dan bahasa Roh adalah memampukan
pengikut Kristus menyebarkan injil ke seluruh bangsa-bangsa. (Kis 1:8). Ketika para
pendengar bertanya apa yang harus mereka lakukan, Rasul Petrus menegaskan bahwa mereka
harus bertobat, memberi diri dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk menerima
pengampunan dosa dan menerima Roh Kudus. (Kis 2:38) Ketiga hal tersebutlah yang
dilakukan para pendengar dan lahirlah Gereja mula-mula di Kis 2:41 (“Orang-orang yang
menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka
bertambah kira-kira tiga ribu jiwa”).

Di sini kita belajar bahwa gaya hidup jemaat adalah bahwa mereka hidup di dalam pertobatan
dan menerima Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat secara pribadi, jika berdosa
memohon pengampunan Kristus, dan hidup dipenuhi Roh Kudus. Perlu diingat adalah jemaat
mengalami baptisan Roh Kudus. TUHAN Yesus sendiri dalam Kis 1:5 (“Sebab Yohanes
membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus”)
menegaskan bahwa jemaat harus mengalami baptisan Roh Kudus. Itulah yang dilakukan para
Rasul kepada jemaat mula-mula; bukan hanya baptisan selam, tetapi juga baptisan Roh
Kudus dengan tanda awal berbahasa Roh.

2. Mereka Bertekun Di Dalam Pengajaran (Kis 2:42,46)

Jemaat mula-mula menyadari bahwa pertobatan dan menerima Yesus Kristus sebagai
TUHAN dan Juruselamat adalah langkah awal perjalanan rohani. Jemaat menyadari bahwa
mereka memerlukan kebenaran Firman TUHAN untuk dapat bertumbuh dewasa secara
rohani menjadi serupa dengan gambaran Kristus dan agar tahu apa yang harus dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Rasul Paulus mengingatkan dalam 2 Timotius 3:16-17 bahwa
pengajaran yang Alkitabiah-lah yang bermanfaat untuk: mengajar agar kita semakin cerdas,
menyatakan kesalahan agar kita mau bertobat, memperbaiki kelakuan agar hidup kita
semakin baik, mendidik dalam kebenaran agar kita mencerminkan sang kebenaran itu sendiri
yaitu Kristus dan supaya dengan demikian perbuatan baik kita menjadi jelas dan sesuai
dengan apa yang TUHAN kehendaki.  Bertekun dalam mempelajari dan melakukan Firman
TUHAN inilah yang dilakukan oleh jemaat --bahkan Kisah 2 mencatatnya hingga dua kali
yang artinya selalu mereka lakukan-- sehingga kehidupan dan kesaksian mereka menjadi
demikian powerfull di hadapan semua orang. (Kis 2:43)

3. Mereka Suka Beribadah, Berdoa, Memuji dan Menyembah TUHAN (Kis 2:42,46-47)

Jemaat mula-mula sangat suka berkumpul bersama untuk beribadah dan berdoa-memuji-
menyembah TUHAN secara konsisten.  Alkitab menggunakan kata-kata “selalu”,
“bertekun”, “tiap-tiap hari” dan “bergilir” untuk menjelaskan gaya hidup ini. Jemaat
melakukannya bukan karena hal itu wajar dalam kehidupan sebagai anak-anak TUHAN,
tetapi juga karena ada sukacita dan roh yang selalu menyala dalam diri mereka oleh Roh
Kudus. Apa akibat dari gaya hidup ini? Kis 2:47 mencatat jelas hasilnya: penuaian! Jiwa-jiwa
baru ditambahkan TUHAN kepada bilangan orang-orang percaya.

4.Mereka Saling Melayani (Kis 2:44-46)

Jemaat mula-mula menyadari bahwa sejak menjadi pengikut Kristus, mereka menjadi
Saudara satu-sama-lain. Sangat indah tercatat dalam Kis 2:44 bahwa semua yang telah
menjadi orang percaya menjadi satu, atau dengan kata lain unity!  Apa yang mereka miliki
adalah untuk kepentingan bersama, sehingga jika ada yang memerlukan sesuatu akan segera
dibantu. Bukankah ini adalah hal yang luar biasa? Gereja dimulai dengan pencurahan Roh
Kudus dan ketika jemaat penuh Roh Kudus mereka tidak lagi melihat kepada kepentingan
pribadi melainkan berusaha untuk memenuhi keperluan orang lain. Di sini kita melihat bahwa
hidup dipenuhi Roh Kudus itu penting. Roh Kudus memberikan karunia-karunia Roh kepada
kita bukan untuk kebaikan diri sendiri, namun agar kita menjadi berkat bagi banyak orang.
Roh Kudus-lah yang mengubah pandangan dari melihat diri sendiri menjadi peduli kepada
orang lain. Ketika kita dipenuhi Roh Kudus dan bergerak melayani dengan karunia-karunia
Roh maka kita menjadi berkat bagi banyak orang, memenangkan jiwa-jiwa dan nama
TUHAN ditinggikan. Pelayanan yang sejati, termasuk memberitakan kasih Kristus, hanya
bisa dilakukan jika kita hidup di dalam oleh oleh tuntunan Roh Kudus.

Anda mungkin juga menyukai