Oleh:
EVENDRI LIAN
(516072015)
YEREMIA
(516072012)
2019
GEREJA KONGGREGASIONAL
DEFINSI
Didalam Ekklesiologi, terdapat beberapa pertanyaan strategis,
bagaimanakah sebaiknya pengaturan sistem pemerintahan gereja pada zaman
sekarang ini ? Perlukah gereja memiliki Gembala yang memimpin jemaat ?
Kalau perlu bagaimanakah cara pengaturan batasan otoritasnya? Berbagai
pertanyaan diatas adalah sebagian pertanyaan-pertanyaan penting didalam
Penataan Gereja karena kekurang tepatan pengaturan termasuk sistem dan
batasan wewenangnya akan menghambat pelayanan gereja didalam dunia.
Jemaat mengurusi gereja Konggregasi ini melalui hak suara dimana setiap
anggota jemaat setempat memiliki suara dalam menentukan perwakilan jemaat
yang ditunjuk untuk menjalankan wewenang terkait segala urusan pelayanan
gereja. Untuk itu, dibentuklah Panitianya. Namun demikian, keputusan-
keputusan Tim yang dipilih jemaat ini dapat ditolak oleh Jemaat apabila mereka
tidak menjalankan otoritas mereka secara independen atau bertentangan dengan
keinginan seluruh jemaat.
Rapat Jemaat melakukan rapat secra teratur misalnya rapat tahunan untuk
melakukan perubahan atau penyesuaian Kepanitian, aturan dan ketentuan,
Kepanitiaan termasuk anggaran. Selain itu, Kongregasi juga dapat
mendelegasikan kekuasaan membuat keputusan kepada pendeta dan staff
tentang beberapa masalah, tetapi jemaat memiliki otoritas final.
Tidak ada otoritas di luar gereja lokal, meskipun dalam satu nama gereja,
yang memiliki wewenang atau pengaruh terhadap gereja lokal tersebut sebab
pemerintahan gereja bersifat demokratis dari jemaat lokal tersebut. Sehingga
setiap anggota jemaat turut membuat keputusan dan memerintah gereja. Konsep
ini lahir dari pernyataan Alkitab yang mengatakan bahwa setiap orang percaya
adalah imamat yang rajani (1 Pet 2:9). Denominasi yang menganut sistem
pemerintahan ini adalah Baptis, Evangelical Free, Congregational dan sebagian
Lutheran.
Sistem yang pertama dalam Kristen pentakosta yaitu Episkopal yang mana
nama ini diambil dari kata Yunani yaitu episkopos yang memiliki arti penilik.
Dalam sistem ini menyatakan bahwa gereja diatur dan dipimpin oleh para
Bishop. Untuk bentuk konkrit dari sistem pemerintahan gereja pentakosta ini
berbeda dengan beberapa gereja seperti misalnya gereja Methodist yang mana
Gereja dipimpin oleh seorang Bishop yang menjadi pemimpin tunggal di atas
seluruh gereja lokal yang ada. Struktur yang lebih kompleks ada dalam gereja
anglikan dan gereja Katolik Roma yang mana di gereja Katolik Roma dipimpin
seorang paus namun memiliki sistem Keuskupan dalam wilayah yang tertentu.
Dan yang terakhir yaitu sistem presbyterian yang diambil dari kata Yunani
tersebut dan memiliki arti penatua. Di dalam pemerintahan gereja dengan sistem
ini setiap gereja lokal merupakan independen satu dan dari yang lainnya namun
mereka diikat oleh suatu ketentuan yang normatif dan pengakuan iman yang
sama. Pada sistem ini lebih menegaskan kepada bahwa setiap jemaat bisa
melakukan pelayanan sendiri yang dipimpin oleh Pendeta termasuk memanggil
pendeta yang di mau yang ditemukan oleh Presiden RI terdiri dari pendeta dan
penatua yang mewakili gereja lokal.
Itulah sistem-sistem yang terdapat dalam Gereja pentakosta yang bisa Anda
ketahui. Contohnya sistem-sistem yang diterapkan memiliki perbedaannya
masing-masing yang mana hal ini sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
jemaat dalam menentukan sistem apa yang ingin digunakan dalam melakukan
suatu gereja pentakosta.
Dasar Alkitabiah
Adapun ayat-ayat yang dipakai dalam mendukung sistem ini adalah sama
dengan ayat-ayat yang dipakai oleh para pendukung model Presbiterian,
menunjuk pada Kisah 6: 2-6 yang menyatakan, penunjukan beberapa penatua
jemaat yang terkenal baik, penuh Roh dan hikmat untuk melaksanakan tugas
pelayanan dan pengambilan keputusan didasarkan pada suara mayoritas (2
Korintus 2: 6).