Nama Kelompok
1. Jochbeth Luturmas
2. Jeaneth Totoy
I. PENDAHULUAN
Gereja dipanggil untuk memberitakan dan membentuk Kerajaan Allah di tengah-
tengah dunia. Anggota-anggota tubuh Kristus harus bergumul dengan orang-orang yang
tertindas untuk memberitakan kabar pembebasan bagi mereka dan melakukan karya
pembebasan itu. Misi ini perlu dilakukan dalam berbagai konteks politik, sosial dan
budaya. Untuk memenuhi misi ini dengan setia, gereja harus mencari bentuk kesaksian
1
dan pelayanan yang relevan dalam setiap situasi. Dalam kisah-kisah dan surat-surat
Perjanjian Baru, Roh Kudus berperan penting dalam menganugerahkan kepada komunitas
Kristen saat itu karunia yang beragam dan saling melengkapi. Baik selaku pelayan, rasul,
diaken, penatua, imam, dan berbagai karunia lainnya. Karunia-karunia inilah yang
dipercaya merupakan pemberian dari Yesus Kristus, sang kepala Gereja yang juga turut
memberikan jabatan-jabatan dalam gereja pada masa-masa setelahnya.
Jabatan-jabatan gerejawi adalah hukum ilahi, tetapi bukan tanpa dinamika historis. Itu
merupakan institutio divina (Ketetapan Ilahi) yang ikut dikondisikan juga oleh dinamika
kehidupan umat dalam konteks sosial-kultural. Pernyataan ini menegaskan adanya
kepelbagian dan keanekaragaman jabatan gerejawi. Kepelbagian ini dapat dilihat
umumnya dari pemahaman tiga aliran utama dalam kekristenan yang berkaitan dengan
jabatan gerejawi.
Pertama, dalam gereja Roma Katolik. Pengurapan ke dalam jabatan gerejawi adalah
sebuah sakramen. Oleh karena itu, si pejabat berada pada orde yang lain, lebih tinggi
levelnya.Ia bukan lagi berhadapan dengan umat. Ia berada di atas mereka. Si pemangku
jabatan menerima tugas itu seumur hidupnya. Paham kedua, dari kaum Protestan klasik
(Calvinis dan Lutheran). Pengurapan seseorang ke dalam jabatan gereja bukanlah
1
Baptism, Eucharist and Ministry tahun 1982
sakramen. Yang bersangkutan tidak berdiri diatas umat, tetapi di depan umat. Paham
ketiga, dianut oleh kaum pentakostal. Mereka tidak lagi melihat pemangku jabatan Gereja
sebagai satu pengkhususan atau pengecualian.2
Dalam perkembangan gereja yang melihat peranan organisasi dan kepejabatan inilah,
kelompok kami akan membahas mengenai Gereja dan Jabatan Gereja dari zaman Biblis
sampai masa kini, serta melihat jabatan-jabatan gereja dalam lingkup GPM.
II. PEMBAHASAN
Bagi Augustinus, hanya ada satu jalan, negara dapat mengabdi pada negara Allah sambil
mempertahankan keadilan dan perdamaian kalau tunduk pada agama yang benar. sehingga
muncullah persaingan sengit antar mimbar dan tahta. Pada masa itu, orang sangat
menghormati pemerintahan rohani sehingga pemerintahan saat itu sangat dimanfaatkan oleh
kepausan.8
Bagi Calvin, Allah bertindak dalam seluruh dunia : dalam gereja, dalam negara dan dalam
kebudayaan. Semua itu dibuat Allah mengabdi pada kemuliaanNya. Baik gereja (regnum
spirituale) maupun negara (Regnum Politicum) wajib memusatkan perhatiannya pada
7
Baptism, Eucharist and Ministry tahun 1982
8
A.M.L. Batlajery ; Th van den End , Ecclesia Reformata Semper Reformanda: Dua Belas Tulisan Mengenai
Calvin dan Calvinisme , Cet. Ke-3 (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2015), Hlm. 161
9
Ibid., Hlm. 163-164
pembaharuan yang merupakan sarana keselamatan lahiriah. Menurut Calvin, pemerintah
tidak hanya bertugas mempertahankan tata tertib hukum, tetapi wajib juga menahan ajaran
sesat seabagi ajaran sesat merongrong tata tertib hukum itu. Dalam hal ini, Calvin melihat
pemerintah sebagai hamba Allah, yang juga bertugas menjalankan ajaran-ajaran yang benar.
10
Calvin melihat pemerintah sebagai bagian dari pemberitaan karya keselamatan Allah.
Sehingga Rakyat harus tetap setia pada pemerintah. Bahkan bagi pemerintah yang tidak
baikpun, rakyat harus tetap setia kepada pemerintah itu karena itupun merupakan karya Allah
yang sedang diwujudkan dalam jabatan pemerintah sebagai hamba Allah itu. Namun, Calvin
tidak menyangkal adanya hak melawan pemerintah, kendati dalam hal itu calvin sangat
berhati-hati. Puncak idaman Calvin ialah “pemerintahan yang mutlak dari Kristus di dalam
jemaat. Kristokrasi itu ia jalankan dengan perantaraan pejabat- pejabat, yang takluk pada
Firman -Nya.”11
Calvin sendiri tidak setuju dengan pembagian-pembagian yang terjadi dalam gereja katolik
Roma. Menurut Calvin, tidak ada jenjang jabatan gerejawi dalam sistem presbiterial-sinodal,
namun keempat jabatan itu berbeda dalam fungsi dan tugas. Dalam Les ordonnances
ecclestastiques de l’Eglise de Geneve, 1561, Calvin menjelaskan tentang tugas masing -
masing jabatan sebagai berikut12:
1. Pendeta. “Adapun para pendeta, yang sekali-sekali oleh Alkitab disebut juga
‘Penilik’, ‘Penatua’ dan ‘Pelayan’, menyandang jabatan memberitakan Firman Allah,
untuk mengajar, memperingatkan, menasehati, dan menegur, baik di depan umum
maupun secara individual, melayankan sakramen-sakramen, dan menyampaikan
peringatan secara persaudaraan, bersama kaum Penatua atau petugas.”
2. Doktor.“Jabatan khusus para Doktor ialah mengajarkan ajaran sehat kepada orang
percaya, supaya kemurnian Injil tidak dirusak oleh kebodohan atau oleh pandangan -
pandangan keliru. Akan tetapi, sesuai dengan keadaan yang berlaku dewasa ini, bagi
kami nama itu mencakup juga semua sarana dan alat untuk memelihara bibit bagi
masa depan, sehingga gereja tidak hancur disebabkan kekurangan gembala dan
10
A.M.L. Batlajery ; Th van den End , Ecclesia Reformata Semper Reformanda: Dua Belas Tulisan Mengenai
Calvin dan Calvinisme , Cet. Ke-3 (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2015), Hlm. 164-165
11
J.L.Ch. Abineno, Garis - garis Besar Hukum Gereja (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,1994), Hlm. 74
12
Jan H. Rapar, Jabatan Gerejawi Menurut Calvin Dan Implikasinya Bagi Organisasi Dan Tata Gereja Di
Masa Kini. Hlm. 57-58 , diakses dari http://docplayer.info/47792698-Jabatan-gerejawi-menurut-calvin-dan-
implikasinya-bagi-organisasi-dan-tata-gereja-di-masa-kini-pdt-dr-jan-h-rapar-ph-d.html
Pelayan.” Bagi de Jonge: “jabatan pengajar mencakup semua orang yang terlibat
dalam pengajaran iman, dari guru-guru sekolah sampai dengan dosen-dosen teologi.”
3. Penatua. “Mereka bertugas mengawasi tingkah laku tiap-tiap orang, mereka harus
menasehati secara baik-baik mereka yang dilihatnya bersalah dan menempuh
kehidupan kurang teratur. Dan bilamana perlu mereka harus memberi laporan kepada
kelompok y ang diberi tugas membenahi perbuatan salah dengan cara persaudaraan,
dan kemudian melakukannya bersama dengan yang lain-lain.”
4. Diaken. “Dalam Gereja lama selalu ada dua jenis Diaken. Yang satu diangkat dengan
tugas menerima, membagi-bagikan, dan menyimpanharta kaum miskin, baik derma
sehari-hari maupun harta milik tak bergerak, simpanan uang, dan tunjangan-
tunjangan. Yang satu lagi memperhatikan dan merawat orang sakit, dan mengelola
dapur orang miskin.”
Banyak yang mengira bahwa sistem presbiterial-sinodal itu merupakan penerapan
pemerintahan demokratis di dalam gereja. Tetapi Calvin jelas menegaskan bahwa
pemerintahan gereja adalah pemerintahan yang Kristokratis. “Calvin tidak melihat mereka
yang memegang jabatan sebagai wakil anggota jemaat.” Tetapi mereka melihat mereka
sebagai umat yang dipanggil oleh Allah. Calvin sangat menghargai imamat am orang - orang
percaya, oleh karena itu dia menolak ajaran dan prak tek Gereja Katolik yang hanya
memperkenankan para klerus (rohaniwan) yang memimpin gereja. Calvin memberi tempat
bagi warga gereja biasa untuk ikut serta mengurus, mengatur dan memimpin gereja melalui
jabatan-jabatan Penatua dan Diaken. Hal itu merupakan suatu pembaruan yang luar biasa
mengingat telah berabad-abad lamanya gereja hanya dipimpin oleh para klerus.13
Pada zaman Gereja Reformasi inilah, Pejabat gereja dilihat sebagai salah seorang yang
dipilih dari antara warga Gereja untuk berdiri berhadapan dengan mereka di tempat jemaat
mengharapkan Kristus dan Roh Kudus datang. Pejabat gereja ada karena firman Allah harus
diberitakan. Berkhof berbicara tentang tujuh tugas pejabat Gereja: memberi pengajaran,
menaikan doa, menyampaikan khotbah, melaksanakan tugas pastoral, memimpin baptisan
kudus dan perjamuan kudus, melakukan diakonia, dan menyelenggarakan ibadah jemaat.
Mereka yang dapat menjadi teladan, terus bertumbuh dalam iman menuju kepada
13
Jan H. Rapar, Jabatan Gerejawi Menurut Calvin Dan Implikasinya Bagi Organisasi Dan Tata Gereja Di
Masa Kini. Hlm. 59, diakses dari http://docplayer.info/47792698-Jabatan-gerejawi-menurut-calvin-dan-
implikasinya-bagi-organisasi-dan-tata-gereja-di-masa-kini-pdt-dr-jan-h-rapar-ph-d.html
kedewasaan layak ditetapkan sebagai pejabat Gereja (Timotius 3). Ini berlaku terutama dalam
Gereja protestan, sebagai implementasi dari prinsip Imamat Am orang percaya.14
Dalam ajaran GPM dijelaskan bahwa Jabatan dalam gereja merupakan pekerjaan
atau tugas dalam suatu pemerintahan atau organisasi. Istilah yang digunakan dalam gereja
adalah pelayan sebagaimana diteladankan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berkata, “ . yang
terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai
pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani?
Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan”
(Luk. 22:26-27). Kemudian dijelaskan perbedan antara jabatan dalam masyarakat dengan
pelayanan dalam gereja. Dimana jabatan dalam gereja tidak sama dengan jabatan dalam
pemerintahan yang dapat berorientasi pada kekuasaan. Jabatan di gereja bukan pangkat,
bukan derajat, tetapi nama yang dikenakan gereja untuk orang-orang yang dipanggil dan
diangkat untuk melayani jemaat. Dengan demikian maka pelayanan gerejawi merupakan
anugerah Allah, karena tidak berdasar pada kebaikan atau prestasi pelayan, tetapi berdasarkan
14
Ebenhaizer I Nuban Timo, Meng-hari-ini-kan injil di bumi pancasila: bergereja dengan citra rasa Indonesia (
Jakarta: BPK Gunung Mulia,2017), Hlm 257-270
15
Abineno, Penatua.., Hlm. 14
kemurahan Tuhan. pelayan gereja di GPM ialah semua warga GPM adalah pelayan yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dalam gereja (1 Pet.2:9,10). Dari antara
warga jemaat itu dipilih dan diangkat menjadi pelayan khusus yang ditandai dengan
penumpangan tangan dalam ibadah jemaat. Mereka terdiri atas pendeta dan atau penginjil,
penatua, dan diaken. 16 pejabat-pejabat gereja ini dirangkul dalam sebuah sistem yakni sistem
presbiterial-sinodal, yakni berjalan bersama mulai dari jemaat lokal samapi ke tingkat
sinodal.17
Dalam kehidupan bergereja di GPM, ada beberapa jabatan yang dikenal dalam gereja,
yang sering disebut dengan pelayan gereja, diantaranya pendeta, diaken, penatua, majelis
jemaat. Berikut adalah jabatan gereja yang dijelaskan dalam ajaran GPM. 18
Pendeta yang telah diangkat dan ditahbiskan oleh gereja dengan penumpangan
tangan dalam ibadah jemaat. mereka orang yang sadar akan panggilan Tuhan untuk melayani
umat-Nya. dan karena itu dididik pada lembaga Pendidikan Teologi yang diakui gereja.
pendidikan tersebut membuat ia memahami Alkitab dan memaknakaannya secara
kontekstual, mampu membritakan Firman Allah dan melayani sakramen, melayani dengan
memberi teladan , mengajar dan mengembalakan, menjalankan diakonia yang
memberdayakan dan membebaskan, mengembangakan kesadaran tanggungjawab umat
terhadap pelestarian lingkungan hidup.
Penatua adalah pelayan khusus yang dipilih dan diangkat dan ditahbiskan dengan
penumpangan tangan dalam ibadah jemaat. Dalam Perjanjian Baru, khususnya Surat-Surat
Pastoral secara umum disebutkan tentang syarat-syarat penilik (episkopos, 1 Tim.3:1-7; Titus
1:7-9), dan penatua (presbuteros, Titus1:5-6). Pada mulanya tidak ada pembedaan penilik dan
penatua seperti yang tampak dalam surat Titus. Baru kemudian dalam praktek bergereja
orang membedakan penilik, yang lebih tinggi kedudukannya dari penatua. Dalam GPM tidak
ada penilik, yang ada hanya penatua dan diaken. Penatua memiliki kewajiban untuk
memimpin, berkhotbah dan mengajar (1 Tim 5:17; 3:2), mengatur rumah Allah dan
berberpegang pada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat dan sanggup
meyakinkan para lawannya (Tit 1:7,9). Dalam tradisi Calvinis dibedakan antara penatua yang
memimpin dan penatua yang berkhotbah dan mengajar yaitu pendeta.
16
Ajaran Gereja Protestan Maluku Tahun 2016, BAB IV.13 tentang Jabatan Gereja
17
Ajaran Gereja Protestan Maluku Tahun 2016, No 124
18
Ajaran Gereja Protestan Maluku tahun 2016
Diaken Selain penatua diakui juga diaken sebagai pelayan khusus yang dipilih dan
diangkat serta ditahbiskan dengan penumpangan tangan dalam ibadah jemaat. Syarat-syarat
diaken secara umum disebutkan dalam 1 Tim.3:8-10. Diaken berkewajiban untuk
menunjukkan kemurahan atau melayani orang miskin (Rm. 12:8) dan pelayanan terhadap
orang sakit.
Majelis Jemaat merupakan konsekuensi dari gereja sebagai suatu organisasi. Mereka
adalah pemimpin di tingkat jemaat. Fungsi dan tanggung jawab mereka adalah memimpin
dan mengarahkan pelayanan dalam jemaat dengan melibatkan seluruh warga jemaat.
Pemimpin di tingkat klasis adalah Majelis Pekerja Klasis dan di tingkat sinode adalah Majelis
Pekerja Harian Sinode.
III. PENUTUP
Jabatan di dalam gereja bukanlah tanggungjawab yang baru terlihat dalam zaman bapa-
bapa gereja atau zaman dimana gereja sedang dalam perkembangan yang pesat. Jabatan
dalam gereja sudah dikenal sejak dahulu, baik dalam kitab Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru. Misalnya istilah Imam yang digunakan dalam Perjanjian lama sebagai
orang-orang yang melayani kultus, maupun para Rasul, tua-tua dan Diaken pada zaman
Perjanjian Baru dengan tugasnya masing-masing merupakan wujud dari pejabat gereja
yang sering ditemui pada zaman ini.
PB menunjukan dua garis kesaksian mengenai pejabat gereja.Pertama, jabatan
gerejawi adalah pemberian Kristus. Jabatan itu berasal dari Kristus dan jemaat tunduk pada
jabatan itu. Skemanya adalah sebagai berikut: Kristus-Pejabat-Jemaat. Kedua, Gereja
bukan pribadi atau institusi yang berdiri di antara Allah dan manusia, antara Kristus dan
jemaat dalam fungsi sebagai jembatan.Pejabat berdiri di dalam dan bersama-sama jemaat
berhadapan dengan Allah di dalam Kristus. Pejabat Gereja berfungsi atas nama Kristus
dalam Jemaat sebagai tubuh Kristus di dalam jabatan. Ini menegaskan bahwa jabatan dalam
gereja diadakan untuk jemaat dan bukan jabatan. Skemanya: Kristus-Jemaat-Pejabat.
Menurut Luther: Jabatan dalam Gereja diadakan oleh Allah untuk membangun kehidupan
jemaat dengan cara memberitakan Firman dan melayani sakramen secara terus-Menerus
kepada mereka. Jabatan gerejawi dan pemberitaan Firman serta pelayanan sakramen
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Allah menetapkan pejabat-pejabat untuk
memperlihatkan keibuan Gereja dalam merawat dan mendewasakan iman orang-orang
percaya.19
DAFTAR PUSTAKA
Abineno, Jl. Ch. 2005. Penatua Jabatan dan Pekerjaannya. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Abineno, J.L.Ch. 1994.Garis - garis Besar Hukum Gereja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
Ajaran Gereja Protestan Maluku tahun 2016
Baptism, Eucharist and Ministry tahun 1982
Batlajery A.M.L.; End.Th van den. 2015 Ecclesia Reformata Semper Reformanda: Dua
Belas Tulisan Mengenai Calvin dan Calvinisme .Cet. Ke-3.Jakarta:BPK Gunung Mulia
Rapar, Jan H. Jabatan Gerejawi Menurut Calvin Dan Implikasinya Bagi Organisasi Dan
Tata Gereja Di Masa Kini. diakses dari http://docplayer.info/47792698-Jabatan-gerejawi-
menurut-calvin-dan-implikasinya-bagi-organisasi-dan-tata-gereja-di-masa-kini-pdt-dr-jan-h-
rapar-ph-d.html
Timo, Ebenhaizer I.N. 2017.Meng-hari-ini-kan injil di bumi pancasila: bergereja dengan
citra rasa Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia
19
Ebenhaizer I Nuban Timo, Meng-hari-ini-kan injil di bumi pancasila: bergereja dengan citra rasa Indonesia (
Jakarta: BPK Gunung Mulia,2017), Hlm 257-270