Anda di halaman 1dari 10

TATA GEREJA

Nama Kelompok

1. Jochbeth Luturmas
2. Jeaneth Totoy

Gereja dan Jabatan Gereja


Jabatan Gereja di GPM

I. PENDAHULUAN
Gereja dipanggil untuk memberitakan dan membentuk Kerajaan Allah di tengah-
tengah dunia. Anggota-anggota tubuh Kristus harus bergumul dengan orang-orang yang
tertindas untuk memberitakan kabar pembebasan bagi mereka dan melakukan karya
pembebasan itu. Misi ini perlu dilakukan dalam berbagai konteks politik, sosial dan
budaya. Untuk memenuhi misi ini dengan setia, gereja harus mencari bentuk kesaksian
1
dan pelayanan yang relevan dalam setiap situasi. Dalam kisah-kisah dan surat-surat
Perjanjian Baru, Roh Kudus berperan penting dalam menganugerahkan kepada komunitas
Kristen saat itu karunia yang beragam dan saling melengkapi. Baik selaku pelayan, rasul,
diaken, penatua, imam, dan berbagai karunia lainnya. Karunia-karunia inilah yang
dipercaya merupakan pemberian dari Yesus Kristus, sang kepala Gereja yang juga turut
memberikan jabatan-jabatan dalam gereja pada masa-masa setelahnya.
Jabatan-jabatan gerejawi adalah hukum ilahi, tetapi bukan tanpa dinamika historis. Itu
merupakan institutio divina (Ketetapan Ilahi) yang ikut dikondisikan juga oleh dinamika
kehidupan umat dalam konteks sosial-kultural. Pernyataan ini menegaskan adanya
kepelbagian dan keanekaragaman jabatan gerejawi. Kepelbagian ini dapat dilihat
umumnya dari pemahaman tiga aliran utama dalam kekristenan yang berkaitan dengan
jabatan gerejawi.
Pertama, dalam gereja Roma Katolik. Pengurapan ke dalam jabatan gerejawi adalah
sebuah sakramen. Oleh karena itu, si pejabat berada pada orde yang lain, lebih tinggi
levelnya.Ia bukan lagi berhadapan dengan umat. Ia berada di atas mereka. Si pemangku
jabatan menerima tugas itu seumur hidupnya. Paham kedua, dari kaum Protestan klasik
(Calvinis dan Lutheran). Pengurapan seseorang ke dalam jabatan gereja bukanlah
1
Baptism, Eucharist and Ministry tahun 1982
sakramen. Yang bersangkutan tidak berdiri diatas umat, tetapi di depan umat. Paham
ketiga, dianut oleh kaum pentakostal. Mereka tidak lagi melihat pemangku jabatan Gereja
sebagai satu pengkhususan atau pengecualian.2
Dalam perkembangan gereja yang melihat peranan organisasi dan kepejabatan inilah,
kelompok kami akan membahas mengenai Gereja dan Jabatan Gereja dari zaman Biblis
sampai masa kini, serta melihat jabatan-jabatan gereja dalam lingkup GPM.
II. PEMBAHASAN

Gereja dan Jabatan Gereja dari PB dan gereja mula-mula

Alkitab memberikan kesaksian serupa.Allah sendiri menghendaki adanya orang-


orang yang memimpin umat tebusannya.Pejabat-pejabat perlu untuk mengejarkan fungsi-
fungsi tertentu. Namun, dalam zaman PB, belum dibuatnya tata gereja. Namun, tata gereja
dilihat dari tuntunan roh kudus yang menuntun gereja pada saat itu. sehingga tidak juga
dengan jelas mengatur tentang jabatan-jabatan yang dikhususkan dalam gereja.
Sumber dari otoritas dan jabatan dalam gereja adalah Yesus Kristus. Ridderbos
berbicara tentang garis vertical dan garis horizontal dalam memahami jabatan gereja yang
bersumber dari Yesus Kristus.Garis vertical atau pneumatologis merujuk pada jabatan-
jabatan yang bersangkut paut langsung dengan karunia khusus Roh kudus. Garis jabatan
horizontal atau yang berkarakter historis pada jabatan-jabatan yang muncul untuk
melindungi gereja dari serangan gnostic, bidat, dan ajaran sesat. Yesus Kristus adalah
imam dari perjanjian baru. Kehidupan Kristus diberikan sebagai pengorbanan untuk
semua umatnya. Perjanjian Baru tidak pernah menggunakan istilah "imamat" atau "imam"
(hiereus) untuk menunjuk pelayanan yang ditahbiskan atau menteri yang ditahbiskan.
Dalam Perjanjian Baru, istilah ini disajikan kembali, di satu sisi, untuk imamat unik Yesus
Kristus dan, di sisi lain, untuk imamat kerajaan dan kenabian dari semua yang dibaptiskan.
Imamat Kristus dan imamat orang yang dibaptis memiliki fungsi pengorbanan dan syafaat
masing-masing. Sebagaimana Kristus telah menawarkan dirinya sendiri, orang-orang
Kristen menawarkan seluruh keberadaan mereka "sebagai korban yang hidup.3
Contoh yang paling menonjol adalah jabatan rasul yang langsunng ditetapkan oleh
Yesus selama masa hidupnya di bumi. Selain jabatan rasul, Perjanjian Baru menyebutkan
penatua atau gembala sidang dan diaken adalah jabatan yang berkarakter organisatori.
Jabatan rasul merupakan sebuah special spiritual gift dan a special authority. Mereka ini
2
Ebenhaizer I Nuban Timo, Meng-hari-ini-kan injil di bumi pancasila: bergereja dengan citra rasa Indonesia
( Jakarta: BPK Gunung Mulia,2017), Hlm 257
3
Baptism, Eucharist and Ministry tahun 1982
tidak perlu penumpangan tangan, karena dipilih langsung oleh Yesus. Ini tentu hanya
berlaku pada jabatan rasul. Selain rasul, perjanjian baru menyebut adanya jabatan-jabatan
tua-tua atau yang saat ini dikenal dengan sebutan penatua.
Dalam perjanjian baru ada dua kata yang dikelan untuk pemangku jabatan yang
dikenalsebagai ”penatua”. Kata yang pertama ialah ‘presbyteros”.kata “presbiter”, dalam
gereja-gereja kita,diderivasi dari kata presbyteros, yang kemudian berkembangmenjadi
kata “imam”. Kata kedua ialah” episkop” kata episkopos diderivasi dadi kata episkopos,
yang kemudian berkembang menjadi “uskup”. Kata episkopos berarti “ penilik”,
menunjuk kepada pekerjaan penatua. Dalam abad-abad pertama timbul episkopat
monarkhis: jemaat dipimpin oleh satu orang uskup, dikelilingi oleh presbiter-presbiter
yang mula-mula berfungsi sebagai semacam “senat”, yang kemudian lebih banyak bekerja
sebagai pembantu-pembantu untuk pos-pos kecil.4
Bersama dengan para diaken, mereka ini menerima panggilan Allah dan menerima
penumpangan tangan dari para rasul atau sidang penatua lainnya. Kata diaken dalam
Perjanjian Baru, berarti pela yan atau hamba. Rullmann mengatakan bahwa jabatan rasul
disebut juga diakonia (Kis. 1:25 dsb). Berkaitan dengan jabatan diaken (syamas) di Kis.
6:2 dikatakan bahwa tugas diaken ialah “melayani meja”. Yang dimaksudkan dengan
“melayani meja” ialah ketika orang-orang beriman berkumpul dan orang-orang kaya
membagi sedekah kepada orang-orang miskin.5 Jelasnya, jabatan dalam gereja bukan
sebuah posisi, melainkan pemberian disposisi.Itu bukan kekuasan, melainkan pelayanan.
Pejabat adalah pelayan, bukan petinggi.
Setelah masa para rasul gereja dipimpin oleh gembala-gembala dan tua-tua, serta
diaken. Tiga jabatan pengganti rasul tadi merupakan jabatan-jabatan organisatoris yang
bersifat tetap, meskipun bagi jabatan ini berlaku fleksibelitas. Jabatan organisatoris ini
diteruskan dalam bentuk institusi yang tediri dari berbagai fungsi dalam gereja.6
Dalam Gereja mula-mula istilah "imamat" dan "imam" mulai digunakan untuk
menunjuk pelayanan dan pendeta yang ditahbiskan sebagai ketua peribadahan. Mereka
menggarisbawahi fakta bahwa pelayanan yang ditahbiskan terkait dengan realitas
keimamatan Yesus Kristus dan seluruh komunitas-Nya. Ketika istilah-istilah itu
digunakan sehubungan dengan pelayanan yang ditahbiskan, maknanya berbeda dalam cara
4
Jl. Ch. Abineno, Penatua Jabatan dan Pekerjaannya (Jakarta: BPK Gunung Mulia), Hlm. 14
5
Jan H. Rapar, Jabatan Gerejawi Menurut Calvin Dan Implikasinya Bagi Organisasi Dan Tata Gereja Di
Masa Kini. Hlm. 55 , diakses dari http://docplayer.info/47792698-Jabatan-gerejawi-menurut-calvin-dan-
implikasinya-bagi-organisasi-dan-tata-gereja-di-masa-kini-pdt-dr-jan-h-rapar-ph-d.html
6
Ebenhaizer I Nuban Timo, Meng-hari-ini-kan injil di bumi pancasila: bergereja dengan citra rasa Indonesia
( Jakarta: BPK Gunung Mulia,2017), Hlm 257-270
yang tepat dari imamat pengorbanan Perjanjian Lama, dari imamat penebusan Kristus
yang unik dan dari imamat bersama umat Allah. Santo Paulus dapat menyebut
pelayanannya "pelayanan keimamatan Injil Allah, sehingga persembahan bangsa-bangsa
lain dapat diterima oleh Roh Kudus" (Rm. 15:16).7

Jabatan Dalam Gereja pada zaman Abad pertengahan

Pada zaman abad pertengahan, mulailah bermunculan peraturan-peraturan yang mengatur


baik dalam gereja itu sendiri maupun dalam hubungannya dengan pemerintah. Bagi bapa-
bapa gereja pada abad pertengahan, jabatan dalam gereja pun dihubungkan dengan
pemerintah, karena pemerintah dan gereja pada saat itu dapat dikatakan memiliki hubungan
yang sangat erat. Beberapa yang banyak mengemukakan aturan mengenai jabatan pemerintah
dihubungkan dengan jabatan gereja ialah Augustinus, Thomas Aquinas dan Calvin. Bagi
augustinus, Calvin dan Thomas Aquinas, jabatan dalam gereja tidak bisa dihubungkan
dengan jabatan-jabatan pemerintah. Namun, pemerintah harus melakukan hal baik yang
menunjang kinerja gereja demi kemuliaan nama Tuhan.

Bagi Augustinus, hanya ada satu jalan, negara dapat mengabdi pada negara Allah sambil
mempertahankan keadilan dan perdamaian kalau tunduk pada agama yang benar. sehingga
muncullah persaingan sengit antar mimbar dan tahta. Pada masa itu, orang sangat
menghormati pemerintahan rohani sehingga pemerintahan saat itu sangat dimanfaatkan oleh
kepausan.8

Sedangkan Thomas Aquinas cenderung mengutamakan sistem monarkal (pelaksanaan


kuasa oleh satu orang) di dunia ini hanya ada satu orang pemimpin tertinggi. 9 Raja
memegang pimpinan tertinggi dalam hal-hal manusiawi, tetapi kepala gereja, yang adalah
wakil Kristus di bumi, memgang kepemimpinan tertinggi dalam hal-hal rohani. Maka, dialah
yang mkempunyai wewenang tertinggi. Oleh karena itu, Paus berwenang mengangkat atau
menurunkan raja-raja.

Bagi Calvin, Allah bertindak dalam seluruh dunia : dalam gereja, dalam negara dan dalam
kebudayaan. Semua itu dibuat Allah mengabdi pada kemuliaanNya. Baik gereja (regnum
spirituale) maupun negara (Regnum Politicum) wajib memusatkan perhatiannya pada

7
Baptism, Eucharist and Ministry tahun 1982
8
A.M.L. Batlajery ; Th van den End , Ecclesia Reformata Semper Reformanda: Dua Belas Tulisan Mengenai
Calvin dan Calvinisme , Cet. Ke-3 (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2015), Hlm. 161
9
Ibid., Hlm. 163-164
pembaharuan yang merupakan sarana keselamatan lahiriah. Menurut Calvin, pemerintah
tidak hanya bertugas mempertahankan tata tertib hukum, tetapi wajib juga menahan ajaran
sesat seabagi ajaran sesat merongrong tata tertib hukum itu. Dalam hal ini, Calvin melihat
pemerintah sebagai hamba Allah, yang juga bertugas menjalankan ajaran-ajaran yang benar.
10

Calvin melihat pemerintah sebagai bagian dari pemberitaan karya keselamatan Allah.
Sehingga Rakyat harus tetap setia pada pemerintah. Bahkan bagi pemerintah yang tidak
baikpun, rakyat harus tetap setia kepada pemerintah itu karena itupun merupakan karya Allah
yang sedang diwujudkan dalam jabatan pemerintah sebagai hamba Allah itu. Namun, Calvin
tidak menyangkal adanya hak melawan pemerintah, kendati dalam hal itu calvin sangat
berhati-hati. Puncak idaman Calvin ialah “pemerintahan yang mutlak dari Kristus di dalam
jemaat. Kristokrasi itu ia jalankan dengan perantaraan pejabat- pejabat, yang takluk pada
Firman -Nya.”11

Calvin sendiri tidak setuju dengan pembagian-pembagian yang terjadi dalam gereja katolik
Roma. Menurut Calvin, tidak ada jenjang jabatan gerejawi dalam sistem presbiterial-sinodal,
namun keempat jabatan itu berbeda dalam fungsi dan tugas. Dalam Les ordonnances
ecclestastiques de l’Eglise de Geneve, 1561, Calvin menjelaskan tentang tugas masing -
masing jabatan sebagai berikut12:

1. Pendeta. “Adapun para pendeta, yang sekali-sekali oleh Alkitab disebut juga
‘Penilik’, ‘Penatua’ dan ‘Pelayan’, menyandang jabatan memberitakan Firman Allah,
untuk mengajar, memperingatkan, menasehati, dan menegur, baik di depan umum
maupun secara individual, melayankan sakramen-sakramen, dan menyampaikan
peringatan secara persaudaraan, bersama kaum Penatua atau petugas.”
2. Doktor.“Jabatan khusus para Doktor ialah mengajarkan ajaran sehat kepada orang
percaya, supaya kemurnian Injil tidak dirusak oleh kebodohan atau oleh pandangan -
pandangan keliru. Akan tetapi, sesuai dengan keadaan yang berlaku dewasa ini, bagi
kami nama itu mencakup juga semua sarana dan alat untuk memelihara bibit bagi
masa depan, sehingga gereja tidak hancur disebabkan kekurangan gembala dan

10
A.M.L. Batlajery ; Th van den End , Ecclesia Reformata Semper Reformanda: Dua Belas Tulisan Mengenai
Calvin dan Calvinisme , Cet. Ke-3 (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2015), Hlm. 164-165
11
J.L.Ch. Abineno, Garis - garis Besar Hukum Gereja (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,1994), Hlm. 74
12
Jan H. Rapar, Jabatan Gerejawi Menurut Calvin Dan Implikasinya Bagi Organisasi Dan Tata Gereja Di
Masa Kini. Hlm. 57-58 , diakses dari http://docplayer.info/47792698-Jabatan-gerejawi-menurut-calvin-dan-
implikasinya-bagi-organisasi-dan-tata-gereja-di-masa-kini-pdt-dr-jan-h-rapar-ph-d.html
Pelayan.” Bagi de Jonge: “jabatan pengajar mencakup semua orang yang terlibat
dalam pengajaran iman, dari guru-guru sekolah sampai dengan dosen-dosen teologi.”
3. Penatua. “Mereka bertugas mengawasi tingkah laku tiap-tiap orang, mereka harus
menasehati secara baik-baik mereka yang dilihatnya bersalah dan menempuh
kehidupan kurang teratur. Dan bilamana perlu mereka harus memberi laporan kepada
kelompok y ang diberi tugas membenahi perbuatan salah dengan cara persaudaraan,
dan kemudian melakukannya bersama dengan yang lain-lain.”
4. Diaken. “Dalam Gereja lama selalu ada dua jenis Diaken. Yang satu diangkat dengan
tugas menerima, membagi-bagikan, dan menyimpanharta kaum miskin, baik derma
sehari-hari maupun harta milik tak bergerak, simpanan uang, dan tunjangan-
tunjangan. Yang satu lagi memperhatikan dan merawat orang sakit, dan mengelola
dapur orang miskin.”
Banyak yang mengira bahwa sistem presbiterial-sinodal itu merupakan penerapan
pemerintahan demokratis di dalam gereja. Tetapi Calvin jelas menegaskan bahwa
pemerintahan gereja adalah pemerintahan yang Kristokratis. “Calvin tidak melihat mereka
yang memegang jabatan sebagai wakil anggota jemaat.” Tetapi mereka melihat mereka
sebagai umat yang dipanggil oleh Allah. Calvin sangat menghargai imamat am orang - orang
percaya, oleh karena itu dia menolak ajaran dan prak tek Gereja Katolik yang hanya
memperkenankan para klerus (rohaniwan) yang memimpin gereja. Calvin memberi tempat
bagi warga gereja biasa untuk ikut serta mengurus, mengatur dan memimpin gereja melalui
jabatan-jabatan Penatua dan Diaken. Hal itu merupakan suatu pembaruan yang luar biasa
mengingat telah berabad-abad lamanya gereja hanya dipimpin oleh para klerus.13

Pada zaman Gereja Reformasi inilah, Pejabat gereja dilihat sebagai salah seorang yang
dipilih dari antara warga Gereja untuk berdiri berhadapan dengan mereka di tempat jemaat
mengharapkan Kristus dan Roh Kudus datang. Pejabat gereja ada karena firman Allah harus
diberitakan. Berkhof berbicara tentang tujuh tugas pejabat Gereja: memberi pengajaran,
menaikan doa, menyampaikan khotbah, melaksanakan tugas pastoral, memimpin baptisan
kudus dan perjamuan kudus, melakukan diakonia, dan menyelenggarakan ibadah jemaat.
Mereka yang dapat menjadi teladan, terus bertumbuh dalam iman menuju kepada

13
Jan H. Rapar, Jabatan Gerejawi Menurut Calvin Dan Implikasinya Bagi Organisasi Dan Tata Gereja Di
Masa Kini. Hlm. 59, diakses dari http://docplayer.info/47792698-Jabatan-gerejawi-menurut-calvin-dan-
implikasinya-bagi-organisasi-dan-tata-gereja-di-masa-kini-pdt-dr-jan-h-rapar-ph-d.html
kedewasaan layak ditetapkan sebagai pejabat Gereja (Timotius 3). Ini berlaku terutama dalam
Gereja protestan, sebagai implementasi dari prinsip Imamat Am orang percaya.14

Jabatan Dalam Gereja Pada Masa Kini

Ketika melihat perkembangan dalam kehidupan bergereja dalam pelayanannya


mengenai jabatan, maka tidak dapat dilepaspisahkan pengaruh dari zaman sebelumnya pada
masa kini. Jabatan dalam gereja masa kini turut dipengaruhi oleh peraturan-peraturan yang
dibuat gereja sebelumnya, bahkan oleh pemikir-pemikir gereja seperti Yohanes Calvin.
Calvin turut memberikan sumbangsi yang besar bagi kemajuan gereja masa kini, khususnya
dalam kepejabatan gereja.. Dalam konteks kehidupan masa kini, banyak timbul gerakan
ideologis yang baru seperti nasionalis-sosialisme, fasisime, dan komunisme. Gereja Tuhan
bukanlah badan demokratis Yang memerintah ialah Kristus, atau dapat kita sebut dengan
Kristokrasi. Pejabat-pejabat gereja tidak bisa disamakan dengan wakil-wakil rakyat. Pejabat
gereja dipilih dan dipanggil oleh Tuhan.15 Sehingga, bagi Calvin seharusnya kita menjaga
jangan sampai demokratis yang dicita-citakan akhirnya menjurus pada lembaga keagamaan
semu.

Jabatan Gereja di GPM

Dalam ajaran GPM dijelaskan bahwa Jabatan dalam gereja merupakan pekerjaan
atau tugas dalam suatu pemerintahan atau organisasi. Istilah yang digunakan dalam gereja
adalah pelayan sebagaimana diteladankan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berkata, “ . yang
terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai
pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani?
Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan”
(Luk. 22:26-27). Kemudian dijelaskan perbedan antara jabatan dalam masyarakat dengan
pelayanan dalam gereja. Dimana jabatan dalam gereja tidak sama dengan jabatan dalam
pemerintahan yang dapat berorientasi pada kekuasaan. Jabatan di gereja bukan pangkat,
bukan derajat, tetapi nama yang dikenakan gereja untuk orang-orang yang dipanggil dan
diangkat untuk melayani jemaat. Dengan demikian maka pelayanan gerejawi merupakan
anugerah Allah, karena tidak berdasar pada kebaikan atau prestasi pelayan, tetapi berdasarkan
14
Ebenhaizer I Nuban Timo, Meng-hari-ini-kan injil di bumi pancasila: bergereja dengan citra rasa Indonesia (
Jakarta: BPK Gunung Mulia,2017), Hlm 257-270
15
Abineno, Penatua.., Hlm. 14
kemurahan Tuhan. pelayan gereja di GPM ialah semua warga GPM adalah pelayan yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dalam gereja (1 Pet.2:9,10). Dari antara
warga jemaat itu dipilih dan diangkat menjadi pelayan khusus yang ditandai dengan
penumpangan tangan dalam ibadah jemaat. Mereka terdiri atas pendeta dan atau penginjil,
penatua, dan diaken. 16 pejabat-pejabat gereja ini dirangkul dalam sebuah sistem yakni sistem
presbiterial-sinodal, yakni berjalan bersama mulai dari jemaat lokal samapi ke tingkat
sinodal.17

Dalam kehidupan bergereja di GPM, ada beberapa jabatan yang dikenal dalam gereja,
yang sering disebut dengan pelayan gereja, diantaranya pendeta, diaken, penatua, majelis
jemaat. Berikut adalah jabatan gereja yang dijelaskan dalam ajaran GPM. 18

Pendeta yang telah diangkat dan ditahbiskan oleh gereja dengan penumpangan
tangan dalam ibadah jemaat. mereka orang yang sadar akan panggilan Tuhan untuk melayani
umat-Nya. dan karena itu dididik pada lembaga Pendidikan Teologi yang diakui gereja.
pendidikan tersebut membuat ia memahami Alkitab dan memaknakaannya secara
kontekstual, mampu membritakan Firman Allah dan melayani sakramen, melayani dengan
memberi teladan , mengajar dan mengembalakan, menjalankan diakonia yang
memberdayakan dan membebaskan, mengembangakan kesadaran tanggungjawab umat
terhadap pelestarian lingkungan hidup.

Penatua adalah pelayan khusus yang dipilih dan diangkat dan ditahbiskan dengan
penumpangan tangan dalam ibadah jemaat. Dalam Perjanjian Baru, khususnya Surat-Surat
Pastoral secara umum disebutkan tentang syarat-syarat penilik (episkopos, 1 Tim.3:1-7; Titus
1:7-9), dan penatua (presbuteros, Titus1:5-6). Pada mulanya tidak ada pembedaan penilik dan
penatua seperti yang tampak dalam surat Titus. Baru kemudian dalam praktek bergereja
orang membedakan penilik, yang lebih tinggi kedudukannya dari penatua. Dalam GPM tidak
ada penilik, yang ada hanya penatua dan diaken. Penatua memiliki kewajiban untuk
memimpin, berkhotbah dan mengajar (1 Tim 5:17; 3:2), mengatur rumah Allah dan
berberpegang pada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat dan sanggup
meyakinkan para lawannya (Tit 1:7,9). Dalam tradisi Calvinis dibedakan antara penatua yang
memimpin dan penatua yang berkhotbah dan mengajar yaitu pendeta.

16
Ajaran Gereja Protestan Maluku Tahun 2016, BAB IV.13 tentang Jabatan Gereja
17
Ajaran Gereja Protestan Maluku Tahun 2016, No 124
18
Ajaran Gereja Protestan Maluku tahun 2016
Diaken Selain penatua diakui juga diaken sebagai pelayan khusus yang dipilih dan
diangkat serta ditahbiskan dengan penumpangan tangan dalam ibadah jemaat. Syarat-syarat
diaken secara umum disebutkan dalam 1 Tim.3:8-10. Diaken berkewajiban untuk
menunjukkan kemurahan atau melayani orang miskin (Rm. 12:8) dan pelayanan terhadap
orang sakit.

Majelis Jemaat merupakan konsekuensi dari gereja sebagai suatu organisasi. Mereka
adalah pemimpin di tingkat jemaat. Fungsi dan tanggung jawab mereka adalah memimpin
dan mengarahkan pelayanan dalam jemaat dengan melibatkan seluruh warga jemaat.
Pemimpin di tingkat klasis adalah Majelis Pekerja Klasis dan di tingkat sinode adalah Majelis
Pekerja Harian Sinode.

III. PENUTUP
Jabatan di dalam gereja bukanlah tanggungjawab yang baru terlihat dalam zaman bapa-
bapa gereja atau zaman dimana gereja sedang dalam perkembangan yang pesat. Jabatan
dalam gereja sudah dikenal sejak dahulu, baik dalam kitab Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru. Misalnya istilah Imam yang digunakan dalam Perjanjian lama sebagai
orang-orang yang melayani kultus, maupun para Rasul, tua-tua dan Diaken pada zaman
Perjanjian Baru dengan tugasnya masing-masing merupakan wujud dari pejabat gereja
yang sering ditemui pada zaman ini.
PB menunjukan dua garis kesaksian mengenai pejabat gereja.Pertama, jabatan
gerejawi adalah pemberian Kristus. Jabatan itu berasal dari Kristus dan jemaat tunduk pada
jabatan itu. Skemanya adalah sebagai berikut: Kristus-Pejabat-Jemaat. Kedua, Gereja
bukan pribadi atau institusi yang berdiri di antara Allah dan manusia, antara Kristus dan
jemaat dalam fungsi sebagai jembatan.Pejabat berdiri di dalam dan bersama-sama jemaat
berhadapan dengan Allah di dalam Kristus. Pejabat Gereja berfungsi atas nama Kristus
dalam Jemaat sebagai tubuh Kristus di dalam jabatan. Ini menegaskan bahwa jabatan dalam
gereja diadakan untuk jemaat dan bukan jabatan. Skemanya: Kristus-Jemaat-Pejabat.
Menurut Luther: Jabatan dalam Gereja diadakan oleh Allah untuk membangun kehidupan
jemaat dengan cara memberitakan Firman dan melayani sakramen secara terus-Menerus
kepada mereka. Jabatan gerejawi dan pemberitaan Firman serta pelayanan sakramen
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Allah menetapkan pejabat-pejabat untuk
memperlihatkan keibuan Gereja dalam merawat dan mendewasakan iman orang-orang
percaya.19

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, Jl. Ch. 2005. Penatua Jabatan dan Pekerjaannya. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Abineno, J.L.Ch. 1994.Garis - garis Besar Hukum Gereja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
Ajaran Gereja Protestan Maluku tahun 2016
Baptism, Eucharist and Ministry tahun 1982
Batlajery A.M.L.; End.Th van den. 2015 Ecclesia Reformata Semper Reformanda: Dua
Belas Tulisan Mengenai Calvin dan Calvinisme .Cet. Ke-3.Jakarta:BPK Gunung Mulia
Rapar, Jan H. Jabatan Gerejawi Menurut Calvin Dan Implikasinya Bagi Organisasi Dan
Tata Gereja Di Masa Kini. diakses dari http://docplayer.info/47792698-Jabatan-gerejawi-
menurut-calvin-dan-implikasinya-bagi-organisasi-dan-tata-gereja-di-masa-kini-pdt-dr-jan-h-
rapar-ph-d.html
Timo, Ebenhaizer I.N. 2017.Meng-hari-ini-kan injil di bumi pancasila: bergereja dengan
citra rasa Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia

19
Ebenhaizer I Nuban Timo, Meng-hari-ini-kan injil di bumi pancasila: bergereja dengan citra rasa Indonesia (
Jakarta: BPK Gunung Mulia,2017), Hlm 257-270

Anda mungkin juga menyukai