Anda di halaman 1dari 14

Resensi Buku

Judul Buku : Memahami Liturgi

Penulis : Jacobus Tarigan, Pr

Penerbit : Cahaya Pineleng Jakarta, 2011

Tebal : 264 Halaman

Dosen Pengampu : Syukurniawati Gea, M.Th

Bab 1 Pemahaman Awal

Pada bagian yang pertama  penulis menjelaskan tentang pemahaman awal Liturgi  dan
bahkan sebelum kita  memahami teologis tentang Liturgi, sebenarnya kita sudah sering
menjalankan ini dalam kehidupan kita. Maka kita mempunyai pengalaman kita masing-masing
seperti dibaptis, menerima komuni pertama, penguatan, pengakuan dosa, merayakan ekaristi hari
Minggu, mengikuti perayaan perkawinan di gereja dan perayaan perayaan Liturgi lainnya, semua
itu sudah sering kita lakukan di dalam gereja. Meskipun kita sudah sering menjalankan Liturgi
tetapi kita harus perlu merefleksi kembali pengalaman-pengalaman kita tersebut. Perlu menilai
kembali praktek berliturgi agar kita dapat menerapkannya lebih baik lagi ke depannya. Perlu kita
ketahui bahwa Liturgi ini sudah ada sejak Perjanjian Lama, zaman Yesus hidup, zaman para
rasul, dan bapak-bapak gereja dan bahkan dituruni banyak menampilkan kegiatan-kegiatan
gereja yang paling khas. Jadi Liturgi dalam gereja itu sangat membantu orang-orang beriman
dalam menunjukkan kepada orang lain bahwa gereja itu bersifat manusiawi dan Ilahi.

Dalam bahasa aslinya Liturgi berarti pelayanan atau karya yang dibuktikan bagi
kepentingan bangsa. Dalam perjanjian baru,  Liturgi yaitu pelayanan kita kepada Allah dan
sesama dalam bentuk ibadah. Namun Liturgi sudah banyak mengalami perubahan demi
perubahan. Menurut jacobus Tarigan Liturgi :bukanlah suatu kewajiban agama, melainkan suatu
pertemuan  dengan Tuhan, suatu aktualisasi dari "Perjanjian Baru" antara Tuhan dan
manusia. Kita perlu memahami Liturgi secara mendalam lagi bahwa Liturgi bukan hanya
dilakukan saja namun perlu mengetahui tentang Liturgi dalam gereja. Liturgi juga disebut doa
bersama dan tanda yang mampu mempertemukan manusia dengan Allah. Seharusnya gereja
sudah memenuhi tugas menguduskan secara istimewa dengan Liturgi suci, melaksanakan tugas
Imamat Yesus Kristus.

1
Bab 2 Cara Mendalami Liturgi

Bab bagian ke dua membahas tentang bagaimana cara mendalami Liturgi karena,
sesungguhnya Liturgi bukanlah ilmu teologi yang berdiri sendiri tanpa ada penopang. Untuk
lebih memahami Liturgi, diperlukan latar belakang pengetahuan teologi Wahyu dan iman,
kristologi, pneumatologi, teologi penciptaan, soteriologi, eklesiologi, eskatologi dan bahkan
mariologi dan yang lebih penting lagi adalah Tidur gih itu harus berpusat pada kitab suci.
Agar efektif dan optimal pendidikan Liturgi hendaknya dilaksanakan sebagai dinamika proyek
dari pengalaman pastoral melalui refleksi dan konsentrasi teologis sampai ke implikasi pastoral.
Untuk itu ada 12 langkah bagaimana mendalami Liturgi menurut penulis buku:
1.  pengalaman pribadi maupun kebaktian dari agama Kristen.
2. Bertukar pengalaman pribadi dibanding dengan pengalaman orang-orang beriman
lainnya.
3. Mencari masalah pengalaman mulai dipersoalkan dan ditinjau secara kritis.
4. Mengklasifikasi pengalaman yang sudah ditinjau secara kritis dan diperlukan bantuan
ilmu-ilmu lain secara lengkap.
5. Nilai moral  ini penting untuk diterapkan karena iman dilihat sebagai realitas kehidupan
manusia titik nilai moral tidak hanya berdasarkan reaksi pribadi, namun terutama atas
norma yang berlaku dalam masyarakat dan dalam gereja
6. Nilai iman kita perlu memperhatikan pengalaman Imam dilihat sebagai sikap dasar
manusia terhadap Allah yang  menyapa.
7. Konfrontasi
8. Infformasi non teologis memunculkan kesadaran bahwa ada orang lain yang sudah
mempunyai pandangan tentang hal yang dipermasalahkan.
9.  informasi teologis memberikan pengantar kitab suci dan pandangan teologis yang
penting.
10.  masalah pastoral mencari bagaimana gereja dapat membantu dan membimbing
perkembangan iman menurut segi-segi yang telah di eksplisit kan.
11. Gereja kecil memberikan tanggapan konkret langsung pada situasi pengalaman pastoral
itu sendiri.
12. Tesis ini merupakan penulisan sebuah paper  yang akan menjadi landasan untuk suatu
pembicaraan dengan dosen pembimbing.
Untuk lebih meningkatkan kesadaran berlibur di, kita perlu menimba pengalaman dari Pastor
Paroki. Karena tugas-tugas yang secara khusus dipercayakan kepada pastor atau Paroki, yang
dirumuskan dalam kanon 530 adalah:
2
1. pelayanan permandian
2. Pelayan sakramen penguatan kepada mereka yang ada dalam bahaya mati menurut
hukum gereja.
3. Pelayanan viaticum dan juga pengurapan orang sakit dengan tetap berlaku ketentuan lain
dalam hukum gereja.
4. Peneguhan perkawinan dan berkat perkawinan.
5. Penyelenggaraan Upacara pemakaman.
6. Pemberkatan bejana permandian di masa Paskah, memimpin prosesi di luar negeri dan
juga pemberkatan meriah di luar.
7. Perayaan ekaristi pada hari hari Minggu dan hari hari raya wajib.
Berdasarkan pengalaman hidup liturgis, kita mempelajari ilmu Liturgi agar pemahaman kita
lebih mendalam dan sistematis. Dengan pemahaman itu, kita boleh menilai praktek Liturgi yang
ada, memilah mana yang inti dan yang sekunder. Kita dapat juga menata Liturgi dalam sikap
dialog dengan budaya dan sikap Teguh. Karena kita merupakan gembala tradisi dan nabi masa
depan titik kita memajukan Liturgi tanpa meninggalkan warisan sejarah yang berharga. Dan
sangat penting adalah bahwa kita memahami ilmu Liturgi dengan mengalami Liturgi dalam dan
iman.

Bab 3 Liturgi Yang Mengakar dalam Tradisi

Bab bagian ke tiga tentang Liturgi yang mengakar dalam tradisi dan perlu ditegaskan
bahwa usia Liturgi Setua gereja itu sendiri titik pokok dan inti Liturgi tentu saja tetap sama
dilaksanakan oleh Kristus sendiri. Namun, praktek berliturgi mengalami perkembangan dalam
sejarah gereja, pasang dan surut. Keaslian perkembangan awal kadangkala tertutup oleh
penambahan disana-sini. Oleh sebab itu hendaklah kita selalu perlu melihat lagi perkembangan
awal, Khususnya ketika Liturgi dirayakan oleh Gereja perdana dan zaman bapak-bapak gereja.
Mereka adalah generasi pertama dan kedua setelah para rasul. Dari tulisan para bapak gereja,
kita mengenal Tata perayaan Liturgi umat Kristiani pertama. Berangkat dari sana, barulah kita
secara kreatif menata Liturgi hari ini. Pada awal mula terdapat dua bentuk ibadah yang pertama
ibadah Sabda yang terdiri dari bacaan-bacaan, homili dan doa, yang agaknya berasal dari ibadat
pagi hari sabat yang kemudian digeser ke minggu pagi; yang kedua ialah perjamuan Liturgi yang
dilakukan pada Jumat sore dan kemudian digeser ke sabtu sore, yang terdiri dari perayaan
ekaristi dalam kerangka perjamuan makan yang semarak.

3
Perlu kita ingat bahwa Liturgi itu bersifat simbolik, tata gerak atau barang yang
dipadukan dengan tata gerak titik terdapat banyak simbol dalam Liturgi, Namun kita tidak perlu
meninjau yang penting saja, yaitu Air minyak dan penumpangan tangan titik air itu dipandang
sebagai barang Kudus karena disadari hidup manusia sangat tergantung pada air. Dalam Liturgi
pembaptisan, calon Baptis masuk ke dalam hidup baru berkat daya pembasuh dan pemurnian air.
Dari surat Rasul Paulus kepada orang-orang di Roma pembaptisan diadakan dengan cara
penenggelaman. Kita bisa lihat ayat Alkitab yang terdapat dalam roma pasal 6 ayat 4: Dengan
demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan dia melalui baptisan dalam kematian,
supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapak,
demikian juga kita dimungkinkan hidup yang baru.

Gereja perdana memaknai minyak antara lain sebagai ungkapan pengurusan, pemberian
roh, lambang sukacita, lambang cinta dan lambang hormat. Seperti yang tertulis dalam Lukas .
7:46 "Engkau tidak meminyaki kepalaKu dengan minyak, tetapi dia meminyaki kakKu dengan
minyak wangi" dalam sakramen Krisma, pengurapan dengan minyak dan penumpangan tangan
melambangkan pencurahan roh. Minyak mengurangi rasa sakit, bahkan memiliki khasiat
menyembuhkan.

Sirilus dari Yerusalem memaknai keharuman dari minyak sebagai lambang pemberian
Kristus dan pengudusan jiwa oleh pemberi hidup. Maka tidak heran ia menghubungkannya
dengan surat Santo Paulus kepada orang-orang di Kristus. Sejak dalam Perjanjian Lama
penumpangan tangan dimaknai sebagai pengurusan titik kisah Injil memperlihatkan contoh
Yesus menumpangkan tangan untuk penyembuhan orang sakit. Dalam perjanjian baru sangat
menonjolkan penumpangan tangan sebagai lambang pemberian Roh Kudus. Selain itu juga
penumpangan tangan melambangkan pemberian kuasa dan Kharisma untuk tugas pelayanan
tertentu. " jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan
kepadamu melalui nubuat dan dengan menumpangkan tangan sidang panatu" (1 Tim. 4:14)

Sejak pertengahan abad ketiga, zaman bapak-bapak gereja, inti pokok upacara
penahbisan adalah penumpangan tangan disertai doa. Hendaknya diketahui bahwa seperti dalam
bahwa sakramen lain begitu juga upacara sakramen tahbisan tidak ditentukan dalam kitab suci.
Seorang bapa gereja dan teolog terpenting Beliau mengatakan bahwa: tradisi bukanlah
tradisionalisme karena tradisi selalu dihidupkan dari dalam oleh Roh Kudus yang membuatnya
hidup secara baru, yang membuatnya ditafsirkan dan dimengerti dalam vitalitas gereja. Pendapat
dan tulisan dari orang yang dianggap menyimpang, seperti itu Hipolitus dan lain-lain, dalam
sejarah gereja perlu diperhatikan secara serius. Pendapat mereka hendaklah diterima dipelajari
4
dan dinilai secara kritis. sejarah adalah guru terbaik kesadaran akan sejarah memberikan
keberanian, optimis dan antusias. Cakrawala harapan dibuka oleh sejarah titik gereja masih tetap
berziarah. Kita adalah gembala tradisi dan nabi masa depan.

Bab 4 Pasang- Surut Perkembangan Liturgi

Pada bagian yang ke 4 ini membahas tentang perkembangan Liturgi. Pada zaman Yesus
dan murid-Nya adalah orang Yahudi dan beragaman Yahudi. Oleh, karena itu, mereka
berdoa/beribadat di Bait Allah (Bait Suci). Pertama kali Bait Allah didirikan oleh raja Salomo di
Yerusalem. Kemudian Bait Allah dibangun kembali setelah masa Pembuangan (526-515). Dan
yang terakhir kali dibangun oleh Raja Herodes Agung (20-10 SM). Sejak saat itu, inti iman
orang Yahudi berubah, dari mengorbankan binatang di Bait Allah kepada Kitab Taurat. Maka
Bait Allah menjadi tempat mendengarkan pembacaan Kitab Suci dan beribadat.

Bab 5 Inkulturasi

Selain inkulturasi, dipakai pula istilah-istilah lain seperti “akomodasi”, “adaptasi”,


“akulturasi”, “indigenisasi”, “kontekstualisasi”, dan “inkarnasi”. Akulturasi adalah termilogi
antropologi budaya di mana suatu unsur kebudayaan tertentu dari masyrakat yang satu
berhadapan dengan unsur kebudayaan masyrakat lain, sehingga lambat-laun unsur budaya asing
itu diserap ke dalam budaya penerima. Indigenisasi diambil dari dunia pertanian yang
berhubungan dengan tanah. Indigenous=asli, pribumi. Kontektualisasi yaitu mneghidupi dan
bertindak dalam situasi tertentu di mana komunita Kristen berada. Inkarnasi merujuk langsung
pada misteri inkarnasi, penjelmaan Allah menjadi manusia. Enkulturasi adalah termilogi
Antropologi budaya yang berarti proses pembudayaan, dimana manusia diperkenalkan dengan
kebudayaannya dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem
norma dan peraturan-peraturan hidup dalam lingkungan budaya.

Salah satu usaha-usaha Gereja dalam proses indigenisasi ialah membuat liturgimenjadi
satu perayaan umat. Inkulturasi menunjuk suatu prosese permanen, dimana Injil diungkapkan ke
dalam suatu situasi sosial politis dan relegius kultural sedemikan rup, sehinggap injil itu,
melainkan injil itu menjadi daya dan kekuatan yang mengilhami, membentuk dan mengubah atau
mentransformasikan situasi tersebut.

Inkulturasi mengandung beberapa tujuan yaitu:

1. Tujuan pastoral, yaitu menjadikan liturgi satu perayaan yang lebih bermakna dan
meresapi kehidupan umat.
5
2. Tujuan aggiornamento ialah mengadakan penyesuain hidup gereja dengan tuntutan
zaman dan aspirasi kebudayaan, misalnya bagaimana liturgi sesuai dengan budaya kota
metropolitan Jakarta yang ditandai oleh pluralisme budaya dan agama.

3. Tujuan Ekemenis ialah bahwa usaha inkulturasi tidak menjadi rintangan untuk dialog
ekumenis, misalnya perayaan Natal bersama ekumenis.

4. Tujuan misioner agar dapat menampung semua orang yang belum percaya akan Yesus
Kristu, tetapi dengan iklas hati mencari kebenaran.

Inkulturasi perlu diusahakan oleh semua pihak antara lain seksi liturgi, seksi
katekese/pewartaan, seksi pelayanan, seksi persekutuan dan lain-lain. Namun pada akhirnya
umat sendirilah yang menyetujuo dan menerimanya. Nilai-nilai budaya diresapi oleh semangat
liturgi dan tetap mempertahankan kesatuan hakiki dengan Ritus Romawi.

Bab 6 Membaca “De Liturgi Romana Et Inculturatione”

Membaca berarti berusaha memahami teks dan memberikan tafsiran berdasarkqn


beberapa referensi. Karena bagaimanapun juga intruksi ini, merupakan hasil akhir dari
perjalanan refleksi dan studi panjang, yang membuktikan bahwa masalah ini penting dan pelik.
Instruksi menegaskan kembali apa yang telah dikatakan oleh Konsili Vatiklan II, “Gereja
memajukan dan menampung segala kemampuan, kekayaan dan adat-istiadat bangsa-bangsa
sejauh itu baik; dengan menampung gereja juga memunikan, menguatkan serta mengangkatnya.

Intruksi ini memperhitungkan situasi-situasi berbeda yaitu negara yang tidak memiliki
tradisi Kristen dan negara barat yang telah lama memiliki tradisi Kristen. Untuk yang pertama,
gereja harus menerima semua kah Jannah tradisi setempat yang dapat didamaikan dengan Injil,
menyampaikan kekayaan Kristus dan diperkaya oleh kebijaksanaan tradisi tersebut. Faktor
bahasa menjadi sangat, karena dengan menggunakan bahasa ibu yang mengemban mentalitas
dan budaya bangsa, gereja dapat menyentuh hati suatu bangsa. Perlu diketahui bahwa bahasa
sungguh-sungguh Bersatu padu dengan bahasa yang bertutur atau menulis. Bahasa tak pernah
lepas dari subjek yang berbicara titik seperti juga tubuh tidak dapat dipisahkan dari jiwa titik
pikiran mendapat kepenuhannya karena terjemah dalam perkataannya.

Gereja Katolik di Indonesia sejak masa para misionaris sampai sekarang telah berusaha
menerjemahkan naskah naskah Liturgi ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Masalah
terjemahan tidaklah mudah titik Banyak persyaratan yang harus dipatuhi agar pesan-pesan
Alkitab dan buku-buku Liturgi dapat dipahami secara tepat oleh umat. Di tahun 70-an misalnya,
6
PW Liturgi telah minta bantuan A. M. Pakar bahasa Indonesia untuk menjelaskan persoalan
terjemahan titik diperhatikan dalam terjemahan yaitu tahap analisa, tahap penggalian, tahap
pembalikan struktur tahap terjemahan bebas atau harafiah. Kecuali itu selalu diingat bahal
Indonesia sebagai bahasa yang baru masih banyak dipengaruhi oleh ke kosannya bahasa
setempat.
Intruksi menandakan pentingnya musik dan menyanyi dalam Liturgi demikian pula alat musik
dapat digunakan asal sesuai dengan keagungan gedung gereja dan membantu penghayatan umat
beriman. Dalam memajukan inkulturasi musik hendaknya diperhatikan bahwa musik merupakan
bagian integral dari Liturgi tersendiri titik musik mengungkapkan peran serta umat secara titik-
titik musik memperjelaskan misteri Kristus. Manusia tidak bisa melepaskan diri dari musuh titik
Liturgi gereja juga sejak awal mula tidak dapat melepaskan diri dari musik. Musik Liturgi, musik
gereja atau musik sakral termasuk salah satu unsur dan bentuk ungkapan Liturgi.
Instruksi meminta perhatian pada tata gerak dan sikap badan dalam Liturgi setiap
kebudayaan akan memilih tata gerak dan sikap badan yang cocok untuk mengungkapkan jika
manusia dihadapan Allah dengan memberinya arti Kristen, dan gerak dan sikap badan dari
Alkitab. Intruksi mengingatkan agar tepuk tangan dan goyang badan serta tarian hendaknya
mengungkapkan sembah sujudku pujian persembahan, dan permohonan seluruh Jemaat itu
bukanlah pementasan kesenian karena Liturgi pada hakekatnya adalah ungkapan iman dan
kehidupan Kristen.
Doa-doa dalam Liturgi diambil dari Alkitab dan tradisi Liturgi. Maka kita tidak boleh
dengan mudah menggantikan doa-doa Liturgi dengan kata-kata dari agama lain titik Dalam hal
ini dapat mungkin sinkretisme yang berbahaya karena dalam agama-agama atlet kita mendapat
gambaran tentang sikap agama rakyat terhadap dewa-dewa tertinggi dan roh-roh leluhur dari
doa-doa itu sendiri. Akhirnya intruksi mengingatkan agar devosi terus-menerus dimurnikan dan
diresapi oleh Injil. Namun, menurut hakikatnya nya di liturgi memang jauh lebih unggul
daripada semua ulah kesalehan. Dengan membaca secara cermat Liturgi Romawi dan inkulturasi
dapat dikatakan bahwa instruksi ini di satu pihak mendorong usaha enkulturasi tetapi di pihak
lain mengingatkan agar inkulturasi tidak dilaksanakan kan secara sewenang-wenang.
Bab 7 Perayaan Keselamatan dalam Bentuk Tanda

Apapun perayaan Liturgi selalu dilaksanakan dalam bentuk simbol . Melalui simbol
Liturgi, dilaksanakan dan dihadirkan apa yang dilambangkan, yaitu realitas kehadiran Kristus
yang menyelamatkan. Jadi, kehadiran Kristus dan karya keselamatannya dalam Liturgi
merupakan kehadiran dalam bentuk simbol. Arti simbol tidak terletak dalam dirinya sendiri
tetapi mewakili sesuatu yang ada di luar dirinya titik simbol mengungkapkan arti dari sesuatu
7
yang tak terselami. Dalam Liturgi kita bertemu dengan Allah melalui simbol atau tanda, yang
membangkitkan harapan untuk bertemu dengan Allah dari muka ke muka. Liturgi merupakan
upaya yang sangat membantu kaum beriman untuk dengan penghayatan mengungkapkan misteri
Kristus secara hakikat asli gereja yang sejati, serta memperlihatkan itu kepada orang-orang lain
yakni bahwa gereja bersifat sekaligus manusiawi dan nilai, kelihatan namun penuh kenyataan
yang tak kelihatan, penuh semangat dalam kegiatan namun meluangkan waktu juga untuk
kontemplasi hadir di dalam dunia Namun sebagai musafir.
Dalam Liturgi, berbagai simbol merupakan sebuah dialog antara Allah dan manusia.
Allah mengutuskan manusia dan manusia memuliakan Allah titik simbol Liturgi menyatakan
misteri Paskah sebagai peristiwa keselamatan yang telah terlaksana dalam Kristus simbol Liturgi
menghadirkan Rahmat sebagai peristiwa keselamatan yang dialami manusia sekarang dan di
sini.  beberapa simbol simbol dan tanda-tanda yang dipakai dalam Liturgi memperhatikan ciri
utama Liturgi yaitu: sebagai sarana pertemuan antara Allah dan manusia, sebagai karya Umar
sebagai ibadah yang benar dan sebagai tanda cultural.
Simbol utama dalam Liturgi adalah pertemuan umat beriman yang memperlihatkan umat
Allah yang dipanggil, dikumpulkan, dan dipilih bagi karya penebusan Kristus dan pemulihan
Allah. Sikap dan gerak tubuh dalam Liturgi bermakna simbolis, sebagai ungkapan pertemuan
umat beriman dengan Allah maka hendaknya diperhatikan agar bahasa tubuh sungguh-sungguh
berarti, sesuai dengan keagungan misteri yang dirayakan dan selaras dengan watak setiap suku
bangsa berbagai sikap Tata tubuh seperti duduk berdiri berlutut Diam ,merenung dan lain-lain
hendaknya dapat membantu untuk dapat mengambil bagian aktif dalam perayaan Liturgi kritik
tanda-tanda Liturgi hendaknya memperoleh makna dari kitab suci agar dapat membentuk dan
menyuburkan imajinasi Kristiani.
Peralatan Liturgi selain memperlancar penyelenggaraan perayaan Liturgi, juga bermakna
simbolik. Roti, anggur, air minyak dalam Liturgi merupakan tanda-tanda sakramental. Gereja
mengambil ahli kebiasaan-kebiasaan Perjanjian Lama hukum bahkan kebiasaan-kebiasaan
bangsa  non-yahudi. Simbol itu mendapat hati yang lebih mendalam sejak Kristus sampai
sekarang dalam gereja.
Air mengungkapkan pembersihan dosa, anugerah keselamatan dan hidup baru seperti
nampak dalam perayaan baptisan. Minyak melambangkan daya kuasa Allah yang
menyembuhkan dan daya kekuatan bagi perjuangan hidup serta penyertaan Allah dalam juga
kepemimpinan. Api dan cahaya melambangkan terang Kristus yang telah bangkit dari kematian-
Nya. Garam dimaknai sebagai simbol pembersihan. Abu mengungkapkan rasa tobat dan
penyesalan, pengakuan akan kerapuhan dan kelemahan. Pemecahan roti dalam ekaristi

8
mengungkapkan simbolis yang amat kaya. Pertama, pemecahan roti itu mengungkapkan
kesatuan dan kebersamaan dengan Allah titik kedua, atas dasar kesatuan nya dengan Allah itu,
Jemaat dipersatukan satu sama lain. Pakaian melambangkan kehadiran Yesus Kristus, ungkapan
fungsi dan tugas pelayanan serta memperlihatkan sifat meriah dari perayaan Liturgi. Gedung
gereja adalah simbol Suci mengenai rumah Allah. Gedung gereja berfungsi sebagai tempat
utama beriman berkumpul untuk merayakan karya keselamatan.
Bab 8 Musik Gerejawi

Dengan kata lain, melalui musik Liturgi, umat beriman memuliakan Allah dan
menguduskan hidupnya sendiri. Musik Liturgi membantu umat beriman untuk bersatu dengan
Kristus dan membantu umat untuk mencicipi  Surgawi. Syair lagu-lagu gereja hendaknya
disusun berdasarkan isi dan makna kitab suci. Juga bersumber dari daftar lagu gerejawi Seperti
lagu Gregorian dan lagu klasik. Dalam bernyanyi hendaknya lagu dihayati sungguh-sungguh
sebagai doa yang di adakan. Karena bagaimanapun juga, lagu-lagu Liturgi merupakan ekspresi
Iman Yang hendaknya dinyanyikan dengan sikap terbuka dan rendah hati titik musik Liturgi
diciptakan dan dipakai khusus dalam ibadat, yang merupakan bagian integral dalam Liturgi. Jadi,
musik Liturgi bukanlah musik rohani karena musik rohani diciptakan dan dipakai di luar ibadat.

Lagu-lagu rohani mengungkapkan cita rasa religius yang mungkin cocok untuk Minggu
gembira, Bina iman, rekoleksi, camping rohani dan lain-lain. Lagu-lagu rohani hendaknya tidak
dinyanyikan dalam perayaan perayaan Liturgi. Lagu-lagu Liturgi sudah diterbitkan untuk umat,
misalnya buku puji syukur, yang disahkan oleh KWIi, buku Jubilate untuk Keuskupan
Keuskupan di NTT dan buku Madah Bakti untuk Keuskupan Agung Semarang.

Musik yang diperlukan dalam musik Liturgi, yaitu musik yang bisa digunakan untuk
mengungkapkan dan merayakan Iman. Para pemusik harus menyadari jenis musik ini titik
pilihan lagu, alat musik syair harus dapat dipertanggungjawabkan sebagai musik Liturgi. Lagu
Liturgi bersifat hormat, terpelihara, istimewa, dan lain daripada yang sehari-hari. Juga
hendaknya sederhana, tidak aneh-aneh, mampu mengungkapkan makna hidup Iman umat dan
mengandung unsur kedalaman, bukan dangkal titik lagu-lagu untuk umat hendaknya tidak terlalu
banyak memakai nada-nada asing, dan dan juga tidak terlalu memakai Irama yang sulit seperti
trial dan singkop. Maka melodi lagu Arash enak dinyanyikan dengan tidak terlalu banyak nada
yang sangat tinggi selama beberapa hitungan titik jadi, melodinya menang sederhana, namun
sekaligus Agung dan layak untuk memuliakan Allah.

9
Secara khusus, dalam perayaan ekaristi harus diperhatikan dua bagian pokok yaitu Liturgi Sabda
dan Liturgi ekaristi.. kedua bagian ini didahului oleh upacara pembukaan dan diakhiri dengan
upacara penutup. Nyanyian untuk setiap bagian memiliki fungsi tersendiri: nyanyian pembuka
Tuhan kasihanilah kami, kemuliaan, Mazmur Tanggapan, bait pengantar Injil, persiapan
persembahan, Kudus, Bapak Kami, Anak Domba Allah, lagu komuni, Madah syukur, dan lagu
penutup.
Organ pipa dalam gereja latin orgel pipa hendaknya dijunjung tinggi sebagai alat musik
tradisional yang suaranya mampu memeriahkan upacara gereja secara mengagumkan dan
mengangkat hati umat kepada Allah.  dirigen mengabdi umat dan paduan suara. Jadi menjadi
dirigen bukan untuk show, karena dirijen memimpin dan mempersatukan umat. Hendaknya
gereja dan menghayati makna ibadah secara tepat, memahami lagu pembuka, persiapan
persembahan, dll iya harus mampu memilih lagu-lagu yang cocok dengan perayaan dan masa
Liturgi: Advan, Natal, prapaskah, pasta, dan pentakosta juga lagu yang sesuai untuk bulan Maria,
perkawinan, Misa arwah dan pesta orang Kudus. Dengan aba-abanya, ia mengekspresikan
makna teks, alunan melodi, sentakan berirama, forte dan piano, ritardando, dan lain-lain.
Pemazmur memperindah ibadah dengan suara yang merdu tetapi bukan untuk Show titik
kemas mengumandangkan suasana khusus seperti suasana syukur dan suasana ratapan.
Intonasinya harus jelas agar mudah dimengerti olehmu mati karena bagaimanapun juga,
pemazmur mewartakan Sabda Allah sebagai pencipta dan penebus. Mazmur Tanggapan mulai
meletus di dalam banyak gereja dan merupakan unsur pokok dalam Liturgi Sabda titik karena
dengan Mazmur tanggapan kita menanggapi Sabda Allah dalam bacaan pertama dan
memperdalam renungan atas Sabda Allah tersebut " Mazmur dipilih gereja untuk menanggapi
Sabda Allah karena dia dapat dikatakan rangkuman dari seluruh Perjanjian Lama. Sebagai
jawaban iman terhadap Allah yang menyatakan diri-Nya, Mazmur dapat dikatakan hati
Perjanjian Lama." 
Mazmur dinyanyikan oleh pemazmur dan umat mendengarkan serta menjawab dengan
sebuah refleksi. Untuk membantu umat merenungkan bacaan, sebaiknya ada suasana Hening
sejenak antara bacaan pertama dan Mazmur Tanggapan. Sifat nyanyian adalah tenang meditatif.
Dinyanyikan secara resitatif dengan ucapan kata yang jelas, karena Mazmur adalah puisi dan
nyanyian Iman. Kedua unsur ini harus dipertahankan. Sementara itu baik pengantar Injil
berfungsi untuk mempersiapkan umat dalam mendengarkan Injil yang akan diwartakan. Dengan
lagu Alleluya, kita menyatakan pujian dan syukur tak terhingga atas karya penyelamatan Allah
yang mencapai puncaknya dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Nyanyian pembuka
mendahului Liturgi Sabda. Tujuannya untuk mempersatukan dan mempersiapkan umat agar

10
dapat mendengarkan Sabda Allah dan merayakan ekaristi Dengan hormat. Umat diantara masuk
ke dalam misteri iman yang dirayakan dalam Liturgi tersebut. 
Nyanyian penutup, yang tidak pernah merupakan bagian resmi dari perayaan Liturgi,
bertujuan memberi semangat kepada umat untuk pergi mewartakan damai dan kebaikan Tuhan.
Nyanyian penutup boleh dibawakan oleh umat atau atau boleh juga Permainan musik
instrumental. Nyanyian Liturgi harus bermutu, tidak hanya ciptaannya, tetapi juga cara
pembawaannya. Yang membuat suasana dituruti bukan alat musik, bukan jenisnya  nyanyian,
bukan organized, bukan dirijen, bukan, tetapi hati manusia titik karena Liturgi adalah doa
bersama titik dengan doa bersama terbentuklah komunitas doa. Tanpa doa, agama hanyalah
upacara adat atau kebudayaan saja dan doa pertama-tama dan utama adalah pengungkapan iman.

Bab 9 Devosi

Kata latin devotio  berarti penghormatan. Dengan devosi, umat mewujudkan cinta kasih
dengan menyerahkan seluruh pribadi kepada kehendak Allah. Dengan kata lain, devosi adalah
kebaktian khusus  dalam bentuk doa dan perilaku dari umat atau seorang pribadi kepada rahasia
kehidupan Yesus atau kepada orang-orang Kudus tertentu. Devosi adalah bentuk penghayatan
dan pengungkapan Iman Kristiani di luar di Turki resmi. Walaupun tidak resmi, devosi diakui
dan diterima oleh Gereja. Di Indonesia terdapat berbagai macam devosi, antara lain devosi
kepada: Bunda Maria, sakramen, mahakudus, Hati Kudus Yesus Yesus dan salibnya, roh kudus,
dan devosi kepada Allah tritunggal. Gerakan atau bentuk devosi adalah: ziarah, doa rosario,
Novena, Jalan Salib, prosesi, pendalaman Iman atau kitab suci dan litani.

Sumbangan positif dari deposito mah antara lain titik2 devosi mengingatkan pentingnya
dimensi afeksi dan emosi dalam Liturgi perlu kesederhanaan ungkapan iman dalam Liturgi
iqomah orang semakin sadar akan ke kebutuhan rohani, disiplin hidup rohani dipupuk, keinginan
doa meningkat, demikian pula semakin rajin merayakan ekaristi, menyegarkan hidup beragama,
memupuk perasaan religius dan lain-lain. Kecenderungan negatif dari devosi hendaknya
diwaspadai devosi tidak pernah dipandang sebagai pengganti Liturgi resmi. Bahaya praktek
magis harus dihindari. Devosi menjadi tempat pelarian atau tempat penampungan yang tidak
sehat bagi umat. Devosi menjuruskan orang ke subjektivisme iman, maka orang lupa akan
pentingnya pengetahuan Iman titik devosi yang dilebih-lebihkan dapat memupuk kesalehan
egosentrik sambil melalaikan keterlibatan sosial Iman. Deposit cenderung menunjukkan peranan
Rahmat kepada usaha-usaha manusia.

11
Pada abad ke-19 devosi yang sangat digemari adalah devosi kepada sakramen
mahakudus. Muncul kebiasaan adorasi sakramen yang ditahtakan di luar Tabernakel. Devosi ini
mendorong umat untuk merayakan ekaristi dengan khusus untuk lebih sering mengunjungi
sakramen dan mengadakan silih. Lalu kemudian menyusul ber lagi prosesi sakramen mahakudus.
40 jam terdiri dari Upacara penghormatan sakramen mahakudus secara Maria korma perayaan
ekaristi khusus dan doa bergiliran selama 40 jam dalam satu Paroki. Tujuan dari posisi ini adalah
pertobatan permintaan akan Rahmat khusus dan perdamaian.
Bab 10 Liturgi Sakramen

Dalam Liturgi gereja melaksanakan tugas Imamat Yesus Kristus untuk menguduskan
dunia secara istimewa. Tujuh sakramen sebagai perbuatan liturgis adalah perayaan gereja yang
adalah sakramen kesatuan. Perayaan Liturgi yang dilaksanakan oleh umat bersama Uskup imam
dan diakon harus timbul dari iman dan bertumbuh padanya. Sakramen-sakramen adalah & sarana
untuk mengungkapkan dan menguatkan iman. Sakramen-sakramen menguduskan manusia dan
penampakan kesatuan gerejawi.
Konsili trente menetapkan tujuh sakramen Gereja yaitu pembaptisan Krisma, ekaristi,
tobat, pengurapan orang sakit, tahbisan dan perkawinan. Dalam tujuh sakramen ini, cinta Allah
disampaikan sebagai kongkrit melalui tanda-tanda badaniah kepada umat beriman yang percaya.
Sakramen adalah perbuatan manusiwi- gerejawi yang melaksanakan tindakan Allah secara
simbolis. Perbuatan dan perkataan bersama-sama menjadi simbol penyelamatan Allah titik
sakramen-sakramen berkembang dalam sejarah gereja sebagai praktek sejak gereja Perdana
sebagian besar peritus diambil alih oleh Gereja dari agama-agama lain khususnya agama Yahudi
namun sejak awal ritus itu bersifat kas Kristiani.
Sakramen Baptis, Risma, dan ekaristi disebut sebagai sakramen inisiasi karena
Meletakkan dasar bagi seluruh hidup Kristiani dengan pembaptisan, orang mulai menjalankan
hidup baru yaitu hidup dalam kasih antara Allah Bapa Putra dan Roh Kudus. Dalam sakramen
Krisma orang diperkaya dengan anugerah Kudus dipersatukan lebih sempurna dengan gereja,
diteguhkan dan dikuatkan dengan hidup nilai. Dalam ekaristi umat beriman diajak untuk makan
daging dan minum darah Kristus sebagai santapan rohani bagi hidup kekal demi penyerupaan
dengan Kristus. 
Sakramen tobat dan pengurapan orang sakit adalah sakramen penyembuhan; sedangkan
tahbisan dan Perkawinan adalah sakramen yang diabdikan kepada persekutuan orang beriman.
Yang memberikan sakramen Baptis adalah Uskup dan Pastor. Sedangkan diakon adalah pemberi
luar biasa. Dalam keadaan darurat boleh diberikan oleh setiap orang Kristen. Dalam keadaan
biasa, untuk orang dewasa yang ingin dibaptis, hendaknya tahap menjadi katekumen, lalu
12
menjadi calon Baptis dan akhirnya menjadi petisan baru. Dalam Baptis, dipakai Air sebagai
simbol karena air merupakan suatu lambang yang sangat umum dan dapat dimengerti oleh segala
suku bangsa sebagai tanda kehidupan, pembinasaan dan pembersihan. Apalagi lambang air
mempunyai dasar biblis yang kuat, terutama di dalam pembaptisan Yesus sendiri.
Sakramen penguatan atau Krisma. Berkat sakramen penguatan mereka terikat pada gereja
secara lebih sempurna dan diperkaya dengan daya kekuatan roh kudus yang istimewa dengan
demikian mereka semakin diwajibkan untuk menyebarluaskan dan membela Iman sebagai saksi
Kristus yang sejati, dengan perkataan maupun perbuatan.
  Sakramen tobat atau rekonsiliasi juga di namakan ya itu sakramen pemulihan,
pengakuan, pengampunan dan perdamaian. Walaupun mendapatkan kehidupan baru dalam
inisiasi Kristen hal ini tidak menghilangkan kecenderungan kepada dosa. Kerja itu suci dan
sekaligus harus selalu dibersihkan, serta terus-menerus menjalankan pertobatan dan
pembaharuan. 
Sakramen pengurapan orang sakit, melalui perminyakan Suci orang sakit dan doa para
Iman seluruh gereja menyerahkan mereka yang sakit kepada Tuhan yang sengsara dan telah
dimuliakan, supaya ia menyembuhkan dan menyelamatkan mereka bahwa gereja mendorong
mereka untuk secara bebas menggabungkan diri dengan sengsara Kristus dan demikian memberi
sumbangan bagi kesejahteraan umat Allah. Sakramen ini diberikan kepada orang sakit berat
dengan harapan penyembuhan atau adanya kekuatan untuk menghadapi maut .
Sakramen tahbisan, di antara umat beriman yang ditandai dengan tahbisan Suci, diangkat
untuk atas nama Kristus menggembalakan gereja dengan sabda dan rahmat Allah. Terdapat tiga
jenjang tahbisan yaitu: Uskup imam dan diakon . Tahbisan Uskup merupakan kepenuhan
sakramen tahbisan. Seorang Imam ditahbiskan untuk menjadi rekan sekerja Uskup. Tahbisan
diakon bukan untuk Imamat, tetapi untuk pelayanan titik di akan membantu Uskup dan Imam
dalam perayaan ekaristi Komah membagi komuni Kudus, memberkati mempelai Komah
membacakan Injil dan berkotbah melaksanakan pelayanan karitatif dan lain-lain.
Sakramen perkawinan zaman dulu upacara nikah diadakan di pintu masuk gereja.
dengan begitu diungkapkan pernikahan sebagai realitas dunia. Walaupun diadakan upacara
ditulis, ciri sekuler pernikahan tidak diubah. Namun dewasa ini pernikahan dilangsungkan dalam
gereja, bahkan diintegrasikan dengan perayaan ekaristi. Dengan demikian, pasangan pengantin
yang baru boleh ikut serta dalam perjamuan perjanjian.  Materia sacramenti dalam upacara
perkawinan Katolik adalah pernyataan janji nikah, pemasangan cincin kawin pada jari tangan
pasangannya.

13
Bab 11 Sakramentali

Pertama sekali perlu dibedakn “sakramen” dari “ sakramentali”. Sakramen diadakan oleh
Kristus sendiri dan dipercayakan kepada Gereja, sebagai tanda dan sarana untuk menghormati
Allah dan menguduskan manusia. Sakramen menyangkut Gereja seluruhnya dan menjadi
perayaan resmi Gereja. Sedangkan sakramentali adalah perwujudan doa Gereja bagi orang atau
kelompok tertentu. Dua unsur pokok yang harus selalu ada dalam Sakramentali ilah anamnese
dan epiklese. Justru karena doa Gereja memohon kedatangan Roh Kudus untuk menguduskan
orang atau barang, maka Sakramentali terhindar dari praktek magis.

Contoh doa-doa untuk Sakramentali, dapat dilihat dalam, Puji Syukur, Buku doa dan
nyanyian gerejawi, disusun oleh Komisi Lturgi KWI, diterbitkan oleh penerbit Obor, Jakarta.
Dalam Puju Syukur, sakramentali didefenisikan sebagai “kegiatan atau barang, yang berkaitan
dengan sakramen, yang digunakan gereja untuk memohon hal-hal khusus yang bermanfaat untuk
kehidupann jemaat”

Bab 12 Perayaan Liturgi Sabda

Konsili Vatikan II menetapkan: Dengan kekuatan-Nya, Ia hadir dalam sakramen-


sakramen sedemikian rupa, sehingga bila ada orang yang membaptis, Kristus sendirilah Ia
sendiri bersabda bila Kita Suci dibacakan dalam Gereja. Akhinya Dia hadir, sementara Gereja
memohon dan bermazmur, karena Ia sendiri berjanji: Bila dua atau tiga orang berkumpul dalam
nama-Ku, disitulaj Aku berada di antara mereka (Mat. 18:20).

Bacaan pertama dalam perayaan liturgi sabda diakhiri dengan: “Demikanlah Sabda
Tuhan”, dan umat menjawab: “Syukur kepada Allah”. Sebelum bacaan II, didaraskan mazmur
sebagai tanggapan dan jawaban umat terhadap sabda Allah dalam bacaan I. Mazmur berisi puji-
pujian, permohonan dan upacara syukur. Bacaan II diambil dari surat rasuli, biasannya surat-
surat Santo Paulus. Liturgi sabda adalah berita Injil dengan mengikuti pewartaan Injil dengan
sikap hormat misalnya berdiri. Perayaan sabda dan Ibadat Sabda di lingkungan adalah
mendengarkan Sabda Allah (dalam Alkitab) dan merenungkan. Maka ketika Alkitab dibacakan,
hendaknya umat sungguh mendengarkan dan melihat pembacanya.

14

Anda mungkin juga menyukai