OIKUMENIKA
DISUSUN OLEH :
NIM: 18.511
Adapun tugas kali ini adalah tugas presentasi mandiri. Di mana saya
di dalam makalah yang akan saya susun ini membahas tentang “Pemerintahan
pemerintahan gereja masa kini, tanggung jawab gereja terhadap masyarakat dunia
Dalam menyusun tugas ini, dosen sudah sangat membantu saya, dengan
memberikan foto isi buku “Teologi Kristen” dan “Penginjilan, Penjemaatan dan
menyelesaikan tugas ini saya juga akan mengambil bahan dari internet dan buku
yang lain. Dengan kerendahan hati, segala kritik dan saran akan saya terima demi
perbaikan tugas presentasi mandiri ini menjadi lebih baik. Merupakan suatu
Oikumenika ini.
BAB I
atau pemerintahan gereja telah cukup mendapatkan perhatian dalam abad ke-20
ini. Karena apabila diharapkan akan ada persekutuan dan kerja sama yang baik
dalam sinodenya diakui atau tidak oleh sinode yang mengundang, yaitu
persetujuan mengenai siapa yang berhak mentahbiskan. Hal ini disebabkan karena
pemerintahan gereja yang akan kita bahas bersama nantinya, semua mengakui
gereja. Penelitian kita akan bergerak dari struktur yang berkualitas paling tinggi
dan bergerak kepada yang kurang berkualitas susunannya. Setelah kita dengan
1
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 341.
a. Episkopal
adalah pemerintahan Gereja Metodis, karena gereja ini hanya memiliki satu
bahwa pimpinan itu tetap berada di tangan jabatan tertentu, yaitu jabatan uskup.
Yang melekat pada struktur episkopal ini ialah gagasan pelayanan yang
terdiri dari berbagai tingkatan atau tingkatan pentahbisan. Tingkat yang paling
rendah ialah tingkat pendeta biasa atau imam. Di beberapa gereja terdapat
beberapa bagian di bawah pendeta atau tingkat pertama ini, misalnya jabatan
diaken atau penatua. Kependetaan pada tingkat ini diizinkan hanya melakukan
pentahbisan yang kedua, yaitu uskup yang memiliki kekuasaan khusus tertentu.2
dasar peristiwa dalam Matius 16:18-19, mereka percaya bahwa Tuhan Kepala
atas gereja. Sistem pendelegasian hirarkis ini berlaku dari atas sampai bawah
ada pihak yang mengatakan bahwa sistem episkopal ini merupakan hakikat gereja
itu sendiri: gereja tidak dapat berdiri tanpa sistem ini. Golongan yang
beranggapan bahwa sistem episkopal mutlak diperlukan oleh gereja, ialah gereja
Katolik Roma dan gereja Katolik-Anglikan (atau Anglikan Gereja Tinggi) begitu
juga dengan golongan Anglikan Gereja Rendah. Mereka melihat bahwa sistem
keuskupan ini sebagai sekadar salah satu bentuk pemerintahan gereja yang
ini sebagai sistem yang terbaik untuk melakukan pekerjaan Kerajaan Allah.
Secara khusus, seorang uskup selaku wakil Allah dan gembala sidang,
memerintah dan memelihara sekelompok gereja lokal bukan sekadar satu jemaat
lokal. Salah satu kekuasaan khusus seorang uskup ialah mentahbiskan. Seorang
kepada calon itu kekuasaan yang terkait untuk melaksanakan pelayanan pendeta.
Dalam teori, uskup juga berkuasa mutlak untuk menempatkan gembala sidang
dalam wilayah kependetaan lokal yang khusus. Akan tetapi dalam praktik, sistem
episkopal dewasa ini cenderung bersikap lebih demokratis; seorang uskup atau
iman serta ketertiban dalam wilayah yang dikuasainya. Dia berhak mengambil
memberlakukan wewenang-Nya di bumi ini, seorang uskup pada masa lalu sering
ikut campur dalam urusan-urusan yang tidak rohani. Di dalam bentuk episkopal
tertentu seorang uskup bahkan dipandang sebagai penguasa gereja dan bahkan
dianggap bahwa kekuasaan para rasul telah dilimpahkan melalui sejarah kepada
seorang uskup masa kini. Menurut teori ini, yang dikenal dengan teori pergantian
rasuli, para uskup yang mutakhir memiliki kekuasaan yang dimiliki oleh para
rasul yang telah menerima kekuasaan mereka itu dari Kristus sendiri. Seorang
uskup menjadi uskup karena dipilih oleh seseorang yang berkedudukan lebih
terdapat di gereja Katolik-Roma. Dalam sistem ini, uskup Roma dianggap sebagai
uskup tertinggi dan disebut paus atau bapak dari seluruh gereja. Seorang paus
memerintah gereja melalui Uskup Agung yang membawahi wilayah yang luas. Di
bawah mereka terdapat para uskup yang membawahi imam atau pendeta. Pada
hanya apabila tindakannya didukung oleh semua uskup lainnya. Akan tetapi,
dalam konsili tersebut diputuskan bahwa paus memiliki kekuasaan tertinggi dan
tak terbatas karena memiliki tuntutan dan kemampuan pribadi.hal ini disebabkan
5
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 344.
karena Konsili Vatikan I tersebut memutuskan bahwa apabila paus berbicara ex
cathedra (dalam kedudukan yang resmi) mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
iman dan kedudukan jemaat, paus tidak mungkin salah. Dalam pengertian
pejabat gereja yang ditetapkan oleh Yesus, yang memiliki hak untuk
mereka kepada orang lain, khususnya Timotius dan Titus. Selain itu, para
rasul jelas telah menetapkan para penatua atau pemimpin gereja lokal.
(Kis.14:23; Kis.6:1-7).7
ketika itu sama dengan wewenang yang kemudian dimiliki oleh para
6
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 345.
7
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 346.
Garis suksesi langsung dari para rasul kepada uskup dewasa ini.
Namun, ada juga beberapa keberatan yang diajukan terhadap sistem pemerintahan
lebih penting daripada jabatan yang dipegangnya, dan kita dapat melihat
Teori suksesi para rasul. Bahwa tidak ada bukti yang jelas mengenai hak
melakukan penumpangan tangan atas orang lain. Alkitab juga sama sekali
orang lain dapat mengalami hal yang sama? Dengan kata lain, setidak-
8
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 347.
tidaknya dalam satu kasus ini wewenang rasuli tampaknya tidak
b. Presbiterian
kedudukan yang tinggi kepada jabatan tertentu, namun sistem ini kurang
struktur presbiterian ini adalah penatua, suatu jabatan yang berhubungan dengan
mereka. Dalam PB dapat kita lihat dalam Kis.11:30 tentang kehadiran para
bahwa istilah penatua dan uskup merupakan istilah yang dapat bertukar tempat,
dalam I Timotius 3:1-2 dan Titus 1:7 dipahami sebagai merujuk kepada penatua
dan bukan uskup. Namun perlu diperhatikan bahwa istilah penatua biasanya
dipakai dalam bentuk jamak sehingga memberikan kesan bahwa wewenang para
penatua adalah wewenang kolektif dan bukan individual. Ternyata pada zaman
PB, jemaat memilih penatua mereka dari antara orang-orang yang dinilai layak
9
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 348.
Dengan memilih para penatua untuk memimpin gereja, jemaat sadar
bahwa mereka sedang memperkuat, melalui tidakan lahiriah, apa yang telah
ditetapkan oleh Tuhan sendiri. Gereja dengan demikian melaksanakan, atas nama
Allah sendiri memilih para pemimpin gereja diungkapkan dalam berbagai nas di
satu orang wakil-Nya, tetapi pada beberapa orang. Pada masa hidup Kristus
dipimpin oleh banyak tua-tua, bahkan pendetanya pun termasuk salah seorang dari
tua-tua dan kedudukannya tidak lebih tinggi dari tua-tua lain, (I Pet.5:1, Petrus
sendiri menyebut dirinya tua-tua). Kalau mereka mempunyai Klasis dan Sinode,
maka itu cuma merupakan tempat rapat/bersidang dari para tua-tua dari beberapa
gereja yang tergabung dalam wilayah klasis/sinode. Tua-tua yang banyak itulah
yang mengepalai gereja sebagai wakil dari kepala gereja yang sejati yaitu Tuhan
Yesus Kristus sendiri. Mereka itulah yang berapat dan mereka itulah yang
10
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 349-350.
11
Pdt.Dr.Yakub B.Susabda, Prinsip-prinsip Pertimbangan Utama dalam Administrasi Gereja,
(Malang: Gandum Mas: 2016), hal. 108.
presbiterian ini dapat ditemukan dalam gereja-gereja GKI, GKJ,GKT, dan
sebagainya.12
sistem presbiterian hanya ada satu tingkat pendeta saja. Yang ada hanya penatua
pengajar atau gembala sidang, tidak ada uskup di atasnya. Tentu saja, ada tokoh-
kelompok yang memimpin. Satu-satu wewenang yang dimiliki pejabat ini ialah
telah memilih mereka. Jadi wewenang terletak di pihak badan yang memilih,
bukan pada jabatan atau orang yang menduduki jabatan itu. lagi pula, masa
kelanjutan maksud dan kemauan dari organisasi itu. Dalam sistem presbiterian
terdapat koordinasi kependetaan dan kaum awan yang diatur. Kedua kelompok ini
termasuk dalam semua jenis yang berkuasa. Tidak ada kelompok yang memiliki
12
Pdt.Dr.Yakub B.Susabda, Prinsip-prinsip Pertimbangan Utama dalam Administrasi Gereja,
(Malang: Gandum Mas: 2016), hal. 109.
Prinsip peran serta jemaat tetap dipertahankan. Setiap anggota jemaat
penatua, dan bukan di tangan satu orang pendeta atau penatua yang
Keberatan kritis terhadap sistem ini terutama dilancarkan oleh golongan yang
dalam hirarki beberapa kelompok yang berkuasa yang tidak didukung oleh
Alkitab.
sedemikian.14
c. Kongregasional
13
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 353.
14
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 354.
Otonomi ialah bahwa jemaat lokal itu berdiri bebas dan mengatur dirinya
sendiri. Tidak ada kekuasaan di luar gereja lokal tersebut yang dapat
dapat bersekutu dan beribadah kepada Allah tanpa mediator yang lain.15
lebih efektif daripada yang dapat dilakukan oleh gereja lokal itu
sendiri.
Paulus, setiap anggota atau bagian dari tubuh Kristus memiliki peranan
kongregasional, seperti halnya dalam sistem presbiterian, hanya ada satu tingkat
dalam gereja Kristen seperti yang tercatat dalam Luk.22:25-27; Mat.23:8. Dengan
dari semuanya. Sebuah pemahaman yang benar tentang pelayanan akan muncul
apabila para pemimpin sadar bahwa mereka dipilih oleh orang-orang yang harus
mereka layani dan bertanggung jawab kepada mereka. Karena, Yesus juga
gelar.18
Bahwa telah terjadi pemisahan jabatan uskup, penatua dan diaken pada
d. Tanpa Pemerintahan
17
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 354.
18
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 359.
19
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 360.
Sistem terakhir perlu dipertimbangkan dengan singkat. Sesungguhnya para
penganut sistem ini tidak mendukung bentuk pemerintahan gereja tertentu dan
pada saat bersamaan mendukung apa yang paling baik dapat disebut sistem tanpa
pemerintahan gereja yang konkret atau yang kelihatan. Oleh karena itu, mereka
karya Roh Kudus di dalam diri seseorang percaya; Roh Kudus menggunakan
keanggotaannya tidak begitu berarti, maka tidak terdapat peraturan yang sangat
mungkin ada penatua atau penilik yang memiliki tanggung jawab tertentu. Rapat-
rapat diadakan untuk menentukan rencana kerja. Sekalipun demikian tidak pernah
kelihatan. Mereka beranggapan bahwa di dunia ini gereja hanya ada secara tidak
kelihatan, yaitu yang terdiri dari semua orang percaya yang sejati. Oleh karena itu
utama bagi kehidupan kita: Alkitab atau karya langsung Roh Kudus. Bila
20
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 360-361.
berpegang pada prinsip yang telah menandai penyelidikan kita sejauh ini, kita
BAB II
seharusnya. Sama sekali tidak ada apa-apa yang dapat digunakan sebagai
bahan perbandingan. Gereja tidak diperintahkan untuk menerima bentuk
Tidak ada pola tertentu. Pada satu sisi terdapat unsur-unsur demokratis
yang kuat, suatu fakta yang ditunjukkan oleh para pendukung sistem
para penatua.21
Sebagaimana sudah kita ketahui, ada begitu banyak variasi dalam uraian tentang
gereja-gereja di dalam PB, sehingga kita tidak dapat menemukan pola yang
berwenang. Oleh karena itu, kita harus merujuk kepada prinsip-prinsip yang
terdapat dalam PB, dan berusaha untuk menyusun sebuah sistem pemerintahan
Sebuah prinsip yang jelas sekali dalam PB, dan khususnya di I Korintus,
adalah nilai dari ketertiban. Situasi jemaat di Korintus di mana ciri khas pribadi
yang amat menarik. Dalam tingkat yang paling parah, sikap semacam ini benar-
benar merugikan. Oleh karena itu, diperlukan sesuatu untuk dapat mengendalikan
Kor.14:40). Juga menarik bila ada tokoh-tokoh tertentu yang bertanggung jawab
21
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 362.
untuk pelayanan-pelayanan yang khusus. Di sini kita diingatkan kepada situasi
dalam Kisah Para Rasul pasal 6, dikatakan bahwa tujuh orang diangkat untuk
melayani janda-janda.
Prinsip lainnya ialah Imamat semua orang percaya. Setiap orang mampu
untuk berhubungan dengan Allah secara langsung. Beberapa nas menyatakan hal
ini secara jelas maupun secara tidak langsung (Rm.5:1-5; I Tim.2:5; Ibr.4:14-16).
Sama sekali tidak diperlukan perantara. Semua dapat menghampiri Tuhan karena
sudah ditebus. Dan apa yang berlaku pada awal kehidupan Kristen juga berlaku
langsung.
sistem yang paling memenuhi prinsip-prinsip yang telah kita tetapkan selama ini.
dari semua orang percaya. Sistem ini juga bersungguh-sungguh tentang janji
Alkitab bahwa Roh Kudus yang mendiami kita akan menuntun semua orang
22
percaya. dalam beberapa situasi para pemimpin harus dipilih untuk bertindak
atas nama kelompoknya. Mereka yang terpilih dengan demikian harus sadar
keanggotaan untuk diputuskan bersama pula. Dan prinsip bahwa keputusan yang
terdapat para pemimpin awam yang terlatih dan cakap, seorang gembala
instruksi dan membina jemaat agar mereka dapat lebih banyak terlibat
23
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 366.
24
Millard J. Erickson, Teologi Kristen-Volume Tiga, (Malang: Gandum Mas: 2018), hal. 367.
BAB III
Oleh karena gereja Tuhan itu dipanggil dari dalam dunia ini secara penuh,
kemudian ditempatkan kembali dari dalam dunia ini, maka dengan sendirinya
gereja terpisah secara organisasi, tetapi dari segi tanggung jawab gereja tidak
memisahkan diri dengan dunia ini. Di sinilah kita melihat hubungan antar gereja
kelimpahan berkat Allah. Oleh sebab itu, setiap orang Kristen mempunyai
kewajiban memajukan ekonomi dalam segala bentuk. Artinya kita harus sungguh-
sungguh berjuang dengan kemampuan yang ada pada diri kita masing-masing.
Tuhan Yesuslah yang25 menjadi sumber berkat. Segala perkara haruslah kita
lakukan dengan tekun dan jujur serta takut kepada Tuhan dan orang-orang yang
demikian akan dapat memajukan ekonominya, baik dalam keluarga maupun yang
berakibat bagi negara. Paulus pernah berkata, “yang tidak bekerja janganlah
makan” (2 Tes.9-10).
perihal mengucap syukur bagi segala raja dan segala orang besar-besar
25
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.118.
26
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.119.
supaya kita boleh melakukan sesuatu kehidupan yang aman dan sejatera di
suatu negara itu besar sekali pengaruhnya. Doa orang-orang beriman juga
politik, untuk itu anak-anak Tuhan tidak boleh menutup mata. Karena kita sebagai
orang beriman tidak dapat kompromi dengan kesalahan. Itulah yang merupakan
tanggung jawab kita yang paling besar, di maa kita tidak boleh segan-segan
menyatakan yang salah. Oleh karena itu juga, Paulus menasehatkan Timutius
berdoa untuk orang-orang besar supaya mereka tidak sendirian dalam menentukan
Sebagai orang beriman dan warga negara yang sudah merdeka sudah
sepatutnya kita berdoa agar negara ini selalu berada dalam anugerah Tuhan serta
bagaimanapun juga anak-anak Tuhan harus berdiri sebagai hamba Tuhan yang
teguh. Karena maju dan mundurnya sebuah negara juga bergantung permohonan
merupakan tanggung jawab gereja Tuhan. Tetapi untuk pokok ini, di Indonesia
telah dilaksanakan dengan baik, seperti terlihat bahwa hampir di kota-kota sudah
27
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.120.
didirikan sekolah-sekolah, baik Taman Kanak-kanak, SD, SMP dan SMA Kristen,
bahkan perguruan tinggi Kristen sudah di dirikan. Untuk bidang sosial ialan
pendirian penampungan anak-anak yatim piatu atau rumah sakit atau poliklinik
Kristen. Karena hal tersebut sangat erat hubungannya dengan tanggung jawab
terhadap masyarakat dunia, maka apabila gereja harus dapat mendirikan yayasan
Dan apa yang dimaksud dengan pekabaran Injil? Pekabaran Injil adalah
upaya orang Kristen ataupun orang yang sudah percaya untuk pergi memberitakan
Kabar Baik Yesus Kristus kepada orang lain (termasuk orang yang sudah pernah
mendengar maupun yang sama sekali belum pernah mendengarkan Injil). Dan
Tujuan dari pekabaran Injil ini adalah supaya orang bisa mengenal Allah, supaya
orang bisa mengenal siapa dirinya sendiri, sehingga mereka dapat mengakui
bahwa mereka orang berdosa dan membutuhkan Yesus untuk menghapuskan dosa
mereka dan memperoleh keselamatan daripada Yesus. Dan dalam pekabaran Injil
ini tidak lepas dari pekerjaan Roh Kudus yang sudah tinggal di dalam orang-orang
percaya.
28
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.121.
29
Pdt.Dr.Yakub B.Susabda, Prinsip-prinsip Pertimbangan Utama dalam Administrasi Gereja,
(Malang: Gandum Mas: 2016), hal. 24-26.
Jelas di sini arti daripada pemilihan Allah yang mau tidak mau harus
yang mutlak pada Allah, di luar itu gereja mati. Arti kata mati di sini adalah tidak
lagi berfungsi panggilan gereja, tidak lagi menyatakan kemuliaan TUHAN. Oleh
karena itu, gereja harus mengekspresikan iman yang benar ini, dan menyadari
kasih Allah pada dunia yang berdosa ini menjadi kenyataan sepanjang
zaman. (Mat.28:19-20)
Kita menyadari bahwa ladang Tuhan ini begitu luas, tetapi orang-orang
yang bekerja di ladang Tuhan ini begitu terbatas. Jika kita melihat jumlah
penghuni dunia ini, apabila kita bandingkan dengan jumlah orang percaya
30
Pdt.Dr.Yakub B.Susabda, Prinsip-prinsip Pertimbangan Utama dalam Administrasi Gereja,
(Malang: Gandum Mas: 2016), hal. 25-26.
Kristus. Ciri-ciri khas pelayanan Yesus Kristus harus kita hayati, karena
murid-murid-Nya (Yoh.13:4)
27), dan sebagai bukti kasih kita kepada Kristus, kita wajib
Nya”
buah”, kita tidak boleh hidup mementingkan diri sendiri. Tapi kita
hidup kita kepada Tuhan, supaya kita dapat dipakai Tuhan demi
kita ingin Allah berkenan akan pelayanan kita, maka kita harus mengikuti
Masih banyak orang yang belum mendengarkan Injil dan kita tahu bahwa
jumlah penghuni dunia ini, apabila kita bandingkan dengan jumlah orang
percaya yang ada sungguh-sungguh tidak sebanding. Oleh sebab itu, satu-
yang diambil dari dalam Alkitab sebagai alat Pekabaran Injil. Jumlah surat
31
David W.Ellis, Metode Penginjilan, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih: 2011), hal.116-118.
selebaran yang sudah dibagikan tidak dapat dihitung jumlahnya, meskipun
hal itu yang sukar dilakukan. Untuk itu, kita perlu berdoa kepada Tuhan
Yesus itu. salah satu metode penginjilan yang tidak kalah dengan metode
Yang menjadi titik tolak atau dasar pekabaran Injil melalui radio, yaitu II
terbelenggu”.
melalui segala macam keadaan dan juga segala materi yang ada. Apabila
Satu hal yang menjadi perhatian hamba-hamba Tuhan untuk segala abad
32
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.130.
33
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.134.
mana dan kapan saja. Ada beberapa hamba Tuhan yang mempunyai
yang dekat sekali dalam Tuhan Yesus.34 Dalam metode penginjilan secara
menyesuaikan pola pendekatan dan bobot berita Injil yang akan kita
sampaikan dengan kepribadian orang itu. akan hal ini Paulus berkata “Aku
Untuk menjadi penginjil secara pribadi yang sukses, maka kita harus
34
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.136.
35
David W.Ellis, Metode Penginjilan, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih: 2011), hal.124.
36
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.140.
umum itulah membutuhkan pelayanan yang terus menerus sehingga
tentang pribadi Tuhan Yesus. Kita harus ingat bahwa setiap orang yang
kita ini adalah anugerah Allah di mana kita dapat dengan leluasa
mengabarkan Injil di mana saja dengan cara apa saja, maka jika
37
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.142.
BAB IV KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF (GAYA KEPEMIMPINAN
MASA KINI)
Tuhan di dalam gereja (I Kor.7:7); atau suatu karunia khusus yang diberikan oleh
Tuhan dengan tujuan memampukan orang Kristen agar dapat melakukan suatu
Karunia Roh Kudus merupakan aset Allah yang diberikan dengan Cuma-
Cuma kepada setiap orang percaya, untuk memperlengkapi diri bagi pelayanan
suatu kuasa untuk melakukan mukjizat dan kelompok lain bukan suatu tindakan
38
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.157.
39
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.158.
Karunia apapun yang diterima, seharusnya dipergunakan dalam konteks
memiliki semangat dan kesetiaan yang tinggi untuk melayani Tuhan. Tujuan akhir
dalam pembangunan Tubuh Kristus. Para pemimpin gereja harus dapat melihat
dengan jeli sepak terjang jemaat Tuhan, untuk dapat mempersiapkan dan
terobosan baru, yaitu melalui kerjasama secara partisipatif sesuai dengan karunia-
kehidupan bergereja:
maka akan tercipta suatu persekutuan yang akrab dan hangat. Tidak ada
Di dalam Dia, tubuh seluruh bangunan rapi tersusun, menjadi Bait Allah
namun sebaliknya.
40
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.161.
Menciptakan iklim kerja yang dinamis
menerima karunia dari Roh Kudus, tidak hanya mau menjadi pengunjung,
Sebagai kawan sekerja Allah dengan bimbingan Roh Kudus, mereka akan
saling melayani dan memberitakan Injil Kristus sehingga hal tersebut akan
41
Pdt. Eddy Palmoen dan Pdt. Insriatmi, Penginjilan, Penjemaatan dan Pendampingan Pastoral,
(Bogor: Yayasan Kasih Abadi :2007), hal.162-163.
KESIMPULAN
Dalam kesempatan ini, setelah saya membaca buku yang menjadi acuan
saya dalam menyusun tugas ini, saya ingin menyimpulkan sedikit hal tentang
harapan saya akan adanya oikumene ini dalam konteks kesatuan gereja. Dalam
kesatuan dalam Tubuh Kristus, bahwa semua orang percaya memiliki perannya
masing-masing dan diberikan karunia oleh Allah. Kalaulah kita mengerti tentang
Tubuh Kristus itu sendiri, maka untuk menyatukan gereja ataupun orang-orang
percaya tidaklah terlalu sulit. Karena kita mengerti bahwa yang menjadi
pemimpinnya adalah Tuhan Yesus sendiri dan kita adalah anggota tubuh-Nya.
Begitu banyak sistem pemerintahan gereja, namun di sini saya berharap supaya
semua disadarkan kembali bahwa yang menjadi pemerintah atau pemimpin dalam
suatu gereja itu adalah Yesus. Ia lah yang menjadi kepala dalam gereja, di mana
kita tahu bahwa kita sebagai orang yang sudah percaya adalah tubuh Kristus, dan
Ia adalah kepalanya. Jadi, apa yang diperintahkan oleh kepala itulah yang