Anda di halaman 1dari 10

MISI KATOLIK ROMA

Disusun Oleh:

Kelompok 1
Nama : 1. Imoia Sirmaika Tumangger (20.201.0)
2. Ruth Theresia Nainggolan (20.201.017)
3. Samuel Andre Nainggolan (20.201.019)
M.Kuliah : Sejarah Gereja Asia/Indonesia

Dosen : Nila K. Kacaribu., M.Pd.K

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SUMATERA UTARA


(STTSU) MEDAN

2022/2023
BAB 1

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Masuk dan meluasnya agama Islam di Asia bahkan hampir di seluruh benua di dunia
merupakan tolak ukur kemunduran bagi kekristenan. Gereja-gereja di daerah kekuasaan
Islam berusaha mati-matian mempertahankan imannya. Gereja Timurpun diketahui
keberadaanya mulai merosot drastis bahkan hampir hilang. Tetapi Gereja Barat praktis
berkembang di benua Eropa. Memasuki abad ke XV, menjadi zaman baru bagi Gereja
Barat, semangat menginjili yang tadinya menurun karena ekspansi Islam mulai tumbuh
lagi. Dengan adanya reformasi yang dipelopori Luther, Calvin dan para tokoh Protestan
lainnya menumbuhkan semangat pembaruan. Tidak hanya itu perkembangan ilmu
teknologi, budaya, dan rohani juga menjadi salah satu faktor yang ikut mempengaruhi
semangat baru untuk menginjili tersebut. Gereja Katolik Roma akhirnya mengadakan
misi penginjilan ke seluruh wilayah yang belum diinjili yang ada di dunia melalui jalan
laut. Sebenarnya ada beberapa faktor yang ikut dalam misi tersebut yaitu faktor
ekonomi, politik, dan agama

Saat itu bidang perekonomian tengah dikuasai oleh Islam, dengan mencoba ikut
berdagang dan berusaha mematahkan jalur perdagangan Islam, misi tersebut
dilancarkan. Selanjutnya dalam bidang politik, Roma Katolik juga berupaya untuk
memperluas daerah kekuasaannya di daerah yang belum dikuasai Islam, maupun yang
sudah dikuasai Islam. Dalam bidang agama, Paus menginginkan agar penginjilan bisa
sampai dan merata di seluruh benua. Melalui pedagang-pedagang dan pelaut Spanyol
serta Portugal misi tersebut mulai berlayar ke seluruh benua termasuk di Asia.
BAB 2

PEMBAHASAN

II. Misi Gereja Katolik di Asia pada periode abad XVII-XVIII diupayakan
melalui:

A. Ekspansi Kekuatan Ekonomi dan Politik Bangsa Portugal dan Spanyol

Misi Gereja Roma Katolik dengan sistem Padroado. Sebelum reformasi berlangsung
misi gereja Roma Katolik keseluruh dunia. Dengan kekuatan Ekspansi ekonomi dan
politik bangsa-bangsa barat (Eropa) beraliran Roma Katolik, terutama spanyol dan
portugis. Adapun perbedaan metode atau hasil misi yang dilakukan oleh spanyol dan
portugis yaitu:

 Portugis. Ini adalah Negara yang kecil dengan jumlah penduduk karang dari 1
juta. Dalam perjanjian tordesillas (perjanjian portugis dengan Portugal tentang
penguasaan wilayah Negara-negara jajahan). Kemudian RK-Paus menegaskan
perjanjian itu denngan Bulla padroado. Portugis diberi kekuasaan wilayah afrika
dan asia yang mempunyai kerajaan besar seperti tiongkok dan jepang dengan
jumlah penduduk besar, agama dan kebudayaan yang tinggi. Sehinggah portugis
fokus di wilayah jajahan dengan mendirikan benteng-benteng pertahanan dipusat
Negara perdagangan. Dengan demikian misi yang dilakukan portugis sangat
terbatas, dan memperoleh hasil yang sangat kecil sebab misi mendapat tantangan
dari kelompok penganut agama-agama tinggi.
 Spanyol. Negara yang penduduknya kurang lebih dari 8 juta. Wilayah kekuasaan
Amerika selatan, Filipina yang belum memiliki oraganisasi politis yang mapan
seperti cina dan jepang bahkan Filipina jumlah penduduknya jauh masih kecil
dibangding spanyol, sehinggah spanyol dapat mengkristenkan daerah Filipina.

Di Eropa pada waktu itu, Gereja khawatir terhadap ekspansi Spanyol dan Portugis yang
akan merugikan Agama/Gereja Krsiten karena persaingan mereka. Oleh karena itu Paus
Alexander VI mengeluarkan surat keputusan resmi untuk membagi wilayah kekuasaan
Sapanyol dan Portugis. Pembagian wilayah ini disebut Padroado artinya raja sebagai
majikan, pelingdung gerja.
Wewenang yang diberi oleh uskup Roma (Paus) kepada raja Spanyol dan Portugal
untuk menguasai wilayah baru itu disebut “Hak Padroado”, dalam hak padroado itu raja
Spanyol dan Portugal diberi kewajiban untuk:

1. Menyebarluaskan agama Kristen.


2. Menanggung para misionaris baik secara material maupun finansial.
3. Menunjuk calon uskup yang akan diangkat oleh Paus.
4. Merawat serta memperbaiki gedung Gereja, kapela, biara, dan tempat gerejani
lainnya.
5. Menyediakan segala keperluan lembaga Gereja serta segala kebutuhan untuk
kebaktian.
6. Memberi nafkah kepada semua petugas gerejani baik rohaniwan maupun awam.
7. Membangun Gereja yang baru seperlunya.
8. Mengangkat rohaniwan secukupnya guna melaksanakan segala tugas pelayanan
yang suci.

1
Pembiayaan yang disyaratkan dalam padroado cukup membutuhkan modal yang besar,
untuk itu maka pemerintah Portugal/Spanyol harus mengusahakan dari penjualan
rempah-rempah serta barang lain, perdagangan budak-budak dan pajak persepuluhan
dari hasil penghasilan warga masyarakat yang harus diserahkan kepada negara

1. Misi Gereja Katolik di Goa, India

Pada tahun 1536 orang-orang Portugis yang telah berada di Goa, dihubungi oleh orang-
orang Parava. Mata pencaharian mereka adalah nelayan, mereka mempunyai kasta
tersendiri dalam sistem kasta Hindu. Penduduk ini tersebar di pantai selatan Goa.
Jumlah penduduknya adalah 10.000 orang. Orang-orang Parava sering diserang oleh
tetangga mereka yang beragama Islam, untuk itu mereka meminta bantuan kepada
orang-orang Portugis di Goa. Orang-orang Portugis memenuhi permintaan penduduk
Parava tetapi dengan syarat bila tetangga-tetangga orang-orang Parava itu dikalahkan
oleh orang-orang Portugis maka mereka harus bersedia dibaptis. Namun setelah
dibaptis, orang-orang Parava dibiarkan selama 6 tahun tanpa pelayanan pemeliharaan
rohani dari imam-imam, tanpa ibadah, dan buku-buku Kristen atau tanpa pelayanan

1
Den End, Van, Harta dalam Bejana, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989: hal 38-39
sebagaimana yang diatur dalam “Hak Padroado”. 2Orang yang dibaptis pada waktu itu
sebanyak 10.000 orang Pada akhir abad 16 Gereja Katolik Roma di Goa, India telah
kuat, Gereja Katolik berkembang pesat di daerah-daerah pantai India, yaitu di wilayah
jajahan Portugis .

2. Misi Gereja Katolik Roma di Moghul, India

3
Pada waktu orang-orang Portugal membangun benteng-benteng di daerah pantai,
orang-orang dari Afganistan menyerbu India, dan menaklukan bagian Utara dan Selatan
dan membentuk kekaisaran Moghul. Gereja Katolik berusaha menginjili bangsa
Moghul. Kaisar Akhbar mengajak para misionari dari serikat Yesus yang berkedudukan
di Goa untuk mengutus pekabar Injil untuk mengajarkan Injil di istana. Utusan Kristen
yang ke Istana pada waktu itu, tahun 1576, 1590, 1594 diterima kaisar dan kaisar
mengizinkan rakyatnya memeluk agama Kristen dan diizinkan membangun sebuah
bangunan Gereja di Lahore.

B. Melalui Kontra Reformasi/Serikat Jesus

Ordo serikat didirikan dan diresmikan tahun 1540. Pendiri Serikat Jesus adalah Ignatius
(1491-1556) dari Loyola, sementara peresmian Serikat Jesus oleh Paus Paulus III
(1534-1549).

Adapun Tujuan pendirian Serikat Jesus:

1. Memperbaiki Gereja Katolik dari dalam, khususnya di bidang pendidikan


(membendung ajaran Reformasi Luther).
2. Menganjurkan penerimaan sakramen yang lebih sering.
3. Memberitakan Injil kepada orang-orang non-Kristen di wilayah yang baru
ditemukan oleh Colombus dan Vasco da Gama.

Yang diutamakan oleh Ignatius dan pengikutnya yang bergabung dalam Serikat Jesus
diutus dimisikan oleh Paus atau atasan serikat. Sejak saat itu istilah misi sering dipakai
dalam arti menerima pesan atau pengutusan dan segala tugas yang dilaksanakan atas

2
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia 2000:111
3
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 2000:111
perintah atasan. Anggota Serikat Yesus banyak yang diutus untuk menyampaikan berita
Injil kepada orangorang non-Kristen di luar Eropa atau Asia

Para misionari Serikat Jesus yang melayani di Asia Yaitu:

1. Franciscus Xaverius

Ia pernah melayani di beberapa tempat di Asia, sebelum akhirnya meninggal dalam


perjalanan dari Jepang ke Tiongkok, pelayanan Franciscus tiba di Goa, India dan
melayani selama beberapa bulan. 4Faranciscus melayani orang-orang Parava yang
tinggal di pesisir pantai, lalu ke Travancore dan Sri Lanka.

Metode pelayanan Franciscus di India:

Memakai juru bahasa untuk menerjemahkan 4 pokok iman Katolik:

 Doa Bapa Kami


 Pengakuan Iman Rasuli
 Sepuluh Hukum
 Ave Maria

Metode menghafal, yaitu keempat pokok tersebut diajarkan kepada anak-anak yang
telah ia kumpulkan di setiap kampung dan mengajarkan kepada mereka sampai
menghafalnya secara baik. Anak-anak itu kemudian disuruhnya untuk mengajarkan
kepada orangtua mereka. Dengan metode ini ia berhasil membaptis sebanyak 700.000
orang di India.

Pada akhir abad ke-16 seluruh kasta nelayan di Parava telah dikumpulkan orang Yesuit
mendiami daerah enambelas kampung, yang masing-masing mempunyai Gereja,
sekolah, yang diatur menurut hukum Gereja dengan disiplin yang sangat ketat. Pada
akhir abad yang sama juga seluruh penduduk di sekitar Goa telah memeluk Kristen,
didalamnya termasuk orang-orang campuran Portugis-India.

4
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 2000:98-99
Pada tahun 1546 Xaverius pergi ke Malaka dan belajar bahasa Melayu dan berkunjung
ke beberapa daerah di Indonesia. Xaverius adalah misionari yang disukai oleh orang-
orang pribumi karena sikapnya yang begitu ramah dan perhatiaannya yang tulus untuk
menarik orang percaya kepada Yesus Kristus.

2. Roberto De Nobili (1577-1656)

Nobilli dilahirkan dalam sebuah keluarga bangsawan pada tahun 1577. Pada umur 20
tahun ia memasuki Ordo Yesuit yaitu pada tahun 1597. Kemudia dia diutus ke India dan
tiba di sana pada tahun 1605. Ia melihat dua masalah yang merupakan rintangan berta
bagi usaha mengabarkan injil di India, yaitu : (1) Orang India menganggap hina
kehidupan kasar pelaut-pelaut Portugis ; (2) Para pekabar Injil menolak system kasta,
yang berurat-berakar dalam kebudayaan India. Sehingga orang yang beralih agama
menjadi Kristen berasal dari kasta yang paling rendah. Akan hal itu ia menyesuaikan
diri sejauh mungkin dengan kebudayaan setempat. De Nobili menjauhkan diri dari
rekan-rekannya berkebangsaan Portugis dan memilih bertempat tinggal di bagian kota
yang di diami orang Brahman.

Ia melayani di Madurai, India Selatan dengan metode pelayanan seperti berikut:

 Menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat


 Menjauhkan diri dengan orang-orang sebangsanya (Portugis)
 Memilih tempat tinggal di Madurai, kota tempat kasta Brahmana
 Nobili juga tidak bergaul dengan orang-orang kulit putih lainnya (orang
Portugis)
 Menjauhkan diri dari hubungan-hubungan dengan Gereja yang ada di India
 Menyesuaikan diri terlalu jauh dengan kebiasaan-kebiasaan ritual kasta
Brahmana
 Orang kasta rendah (orang Parava) tidak boleh masuk Gereja yang dipimpin
Nobili (kasta tinggi)
 Memakai sumpitan untuk menjepit roti ekaristi ketika memimpin Misa di Gereja
kasta rendah.
Hasil dari penggunaan metode Nobili: Kurang berhasil, karena sampai tahun 1609
jumlah orang yang bertobat sebanyak 63 orang.

Tujuan dari Nobili, yaitu untuk memenangkan orang-orang India yang berada pada
kasta tinggi (Brahmana) dan melalui orang-orang kasta tinggi maka rakyat jelata juga
dapat dimenangkan. Namun tujuan itu tidak tercapai.

3. Sandhu Sundar Singh

5
Sadhu Sundar Singh berasa dari kelaurga singh yang cukup berada. Kehidupannya
berubah sejak kematian ibunya. Mulai dari situ ia mulai membenci orang Kristen dan
Tuhan yang mereka percayai. Pada Desember 1904 ia membakar sebuah Alkitab di
depan ayahnya. Dan ia berdoa agar Allah yang belum dikenalnya menampakkan dri
dihadapannya. Dan pada malamnya dia melihat terang bersinar di kamarnya. Dan mulai
percaya kepada Allah. Pada tahun 1905 ia dibaptis pada umur 16 tahun. Ia memutuskan
untuk menjadi seorang Sadhu Kristen. Sadhu adalah sebutan untuk Guru di agama
India. Ia mulai mengajar dari satu tempat ke tempat lain dengan berjalan kaki. Dari desa
satu ke desa lain. Kehidupannya yang sederhana dan kesalehannya yang sungguh-
sungguh mengesankan banyak orang membuat banyak orang menerima Yesus di dalam
hati mereka. Mulai tahun 1920 sampai 1922 Singh berkunjung ke Eropa dan Amerika.
Pada tahun 1929, dalam keadaan yang kurang sehat, ia pergi ke Tibet dan tidak terlihat
lagi. Di duga mati dalam perjalanan

III. Misi Gereja Katolik Roma di Jepang Pada Abad 17-18

Sebelum masuknya Kristen ke Jepang agama yang terdapat di Jepang


adalah Agama Shinto. Sedangkan Agama Buddha sendiri diperkenalkan pada
penduduk Jepang pada tahun 538 atau sekitar tahun 552 pada era kepemimpinan
Asoka. Pada masa itu melalui agama Shinto penduduk Jepang mengetahui bahwa
kaisar adalah perwakilan dewa matahari. Sehingga dengan melalui kecintaan
terhadap pemerintah atau terhadap kaisarlah penduduk dapat memperoleh
keselamatan.Dimasa itu juga berlaku kepemimpinan daimyo. Daimyo yaitu
penguasa daerah yang merengkap sebagai kepala perang (shogun) atau semacam
raja daerah pada masa lalu.

5
Anne Ruck, Sejarah Gereja Asia, 132-133
a. Misi Gereja Katolik Roma di Jepang pertamakali

Fransiskus Xaverius yang berasal dari spanyol adalah seorang pengkabar Injil dari
ordo Yesuit. Pada tahun 1541 ia mendapat perintah dari jendralnya untuk pergi ke Asia
timur untuk mengkabarkan Injil. Di Goa yang berada di malaka Xaverius bertemu
dengan seorang Jepang yang bernama Anjiro, yang melarikan diri dari jepang karena
melakukan pembunuhan. Xaverius terkesan dengan orang jepang karena ia mendengar
“orang-orang jepang yang dalam segala hal dibimbing oleh akal-budi mereka, dan akan
menerima agama Kristen kalau ia ternyata masuk di akal”.

Kemudian Misi Gereja Katolik di jepang pertamakali dimulai pada pada tahun 1549
atau pada abad ke-16. Pada masa ini Jepang masih terbuka dengan bangsa-bangsa asing,
sehingga membuat Kekristenan menjadi mudah untuk berkembang. Hilangnya
kewibawaan Buddhisme akibat sekte-sekte Buddha militant suka perang mengacaukan
stabilitas jepang, pemerintahan pusat yang lemah, dan setiap kepala daerah (dainyo)
dapat berbuat sesuka hati juga yang mempengaruhi mudahnya Penginjil Katolik Roma
masuk.

b. Metode dalam penyebaran Gereja Katolik Roma di Jepang

 Seorang jurubahasa disuruh menerjemahkan pengakuan Iman Rasuli, Doa Bapa


Kami dan Ave Maria, dan kesepuluh perintah (dasatitah) ke dalam bahasa setempat.
Kemudian menghafalkannya, lalu berkeliling ke kampung-kampung dengan
membawa lonceng di tangan. Setelah orang sudah berkumpul, ia mengajarkan
kepada mereka apa yang dihafalkannya, dan sesudah berdoa dan pengakuan itu
dihafal oleh mereka, maka mereka dibaptis.
 Membangun sekolah bahasa di Sakaguchi. Ia juga mendorong para misionaris
untuk belajar budaya, tatakrama, dan gaya hidup masyarakat Jepang, termasuk juga
cara makan dan berpakaian. Bertujuan untuk memperkenalkan wajah kekristenan
yang bersahabat dan tidak asing, sehingga memudahkan pertumbuhan ladang
penginjilan.

c. Tantangan yang dihadapi para misionaris dalam melakukan Misi Gereja


Katolik Roma, yaitu:
 Tingginya nasionalis di Jepang yang tidak terlepas dari pengaruh religius agama
Shinto. Masih banyaknya penduduk yang mengikuti kepercayaan local yaitu:
kuasa roh atau dewa dewi yang berdiam di alam seperti gunung, pohon dan
sungai. Kaisar diakui sebagaiketurunan matahari.
 Ajaran Kristen dianggap melemahkan atau membahayakan posisi para shogun
atau pemimpin pemerintah yang lebih memerintah daripada lebih mementingkan
dan memuntut pengabdian serta kesetiaan tanpa syarat dari rakyatnya.
 Di Jepang belum ada kebebasan beragama sehingga berlaku ancaman hukum
mati bagi setiap orang yang akan berpindah ke agama Kristen yang dikeluarkan
pada abad ke-17 dan agama Jepang mempertahankan kebudayaan seperti
memuja kaisar sebagai dewa.

Anda mungkin juga menyukai