Anda di halaman 1dari 10

YESUS GURU AGUNG

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6 :
1. RISCHY HANDOVI BARUS
2. RUTH THERESIA M. NAINGGOLAN
M.KULIAH : KODE ETIK DAN PROFESIONALISME PAK
DOSEN : SYALAM.H. HASUGIAN, SS., M.Pd

SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA SUMATERA UTARA


(STTSU) MEDAN
T.A 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Alkitab Perjanjian Baru menampilkan sosok Yesus Sang Guru Agung yang
memberi teladan dan menjadi model mengajar dengan efektif dan efisien. Yesus adalah
sosok guru yang datang dari Allah (Yoh. 3:2). Orang-orang Yahudi yang
mengikuti-Nya memanggil-Nya dengan sebutan Rabbi. Sebutan Rabbi adalah gelar
kehormatan yang menunjukkan bahwa betapa kagumnya para pengikut-Nya. Dalam
Yohanes 13:13 tampak dialog Yesus terkait penga-kuannya sebagai guru. Dalam
Yohanes 13:13 dituliskan bahwa “Kamu menye-but aku Guru dan Tuhan, dan
katamu itu tepat. Memang Akulah Guru dan Tuhan.”(Alkitab, 2011, bk. Yohanes
13:13). Alasan yang menunjukkan bahwa Yesus layak disebut guru atau rabbi karena
dalam menyampaikan pengajaran-Nya disertai dengan kuasa, otoritas, wibawa,
mujizat sehingga para pengikut dan pendengarnya menjadi terpukau dan memberi
tanggapan positif (Karna-wati, Hosana, & Darmawan, 2019). Yesus menjadi Guru
yang Agung karena Ia menjadi Guru yang menjadikan seluruh kehidupannya dan
pengajaran menja-wab kebutuhan manusia yang berdosa. Dalam Alkitab tampak
bahwa Yesus adalah guru yang menggunakan metode yang kreatif dan kontekstual. Ia
meng-gunakan pengalaman hidup para pendengar-Nya untuk menyampaikan pesan
yang hendak disampaikan-Nya. Dengan demikian, pesan yang disampaikan mudah
dimengerti oleh para pendengar-Nya, sebab Ia menjawab kebutuhan para murid
(Darmawan, 2014). Ketika Ia bertemu dengan perempuan Samaria, tampak jika Yesus
memulai pembicaraan-Nya dengan berbicara tentang air dan Yesus kemudian masuk
lebih dalam berbicara tentang air kehidupan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Guru Agung

Guru Agung adalah seorang pengajar dan pendidik yang mememiliki karakter
yang dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya dan pengajar itu memiliki nilai yang
mulia dan luhur dalam dirinya sehingga kewibawaannya dapat terpancar dari
perilakunya dan pembawaannya. Kehadiran Yesus Kristus di dunia ini dan kematian-
Nya, tidak ada seorang pun yang menyangkal hal tersebut. Bahkan kelahiran-Nya yang
adi kodrati atau supra alami itu telah dinubuatkan jauh ratusan tahun sebelum kelahiran-
Nya oleh para nabi. Jadi, pribadi Yesus merupakan sebuah pribadi yang istimewa
karena ialah Allah yang turun dari sorga dan menjadi serupa dengan manusia. “Yesus
tepat sekali bagi pekerjaan mengajar. Tidak ada orang yang lebih tepat untuk tugas ini
daripada Yesus. Yesus benar-benar seorang guru yang sempurna, baik dari segi ilahi
ataupun insani.” Sehingga, pastilah Ia memiliki karakter yang sempurna dan layak
dijadikan teladan untuk guru dimasa kini. Dalam Perjanjian Baru tugas mengajar sangat
penting yang dapat dipahami dari kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus sendiri
karena PAK tidak terlepas dari Sang Guru Agung, yaitu Tuhan Yesus Kristus bahwa Ia
adalah guru yang datang dari Allah (Yohanes 3:2). Sebagai guru, Yesus sangat
diperhitungkan keahlian-Nya oleh rakyat Yahudi, sehingga menyebut sebagai RABBI.
Tuhan Yesus layak disebut Guru Agung atau Rabbi karena semua pengajarannya
disertai dengan kuasa, otoritas, wibawa, mujizat sehingga orang yang mendengar
pengajaranNya menjadi terpukau dan memberi tanggapan positif. Tuhan Yesus adalah
Guru yang tiada taranya dimana seluruh kehidupan dan pengajaran yang mulia sampai
akhir hidupnya yakni menyelamatkan manusia dari segala dosa.

Dalam hal ini John. M. Nainggolan mengemukakan 10 hal mengenai kehidupan Yesus
yang perlu diteladani oleh seorang guru Kristen diantaranya :

1. Yesus memiliki tujuan di dalam mengajar yaitu pertobatan dan pembaharuan


hidup serta kekuatan akan firman Allah yang dipraktekkan dalam hidup sehari-
hari.
2. Yesus memiliki kedekatan dengan murid-murid-Nya. Sebagian besar waktu-Nya
di habiskan bersama murid-murid sehingga Yesus mengenal pribadi murid-
muridnya.
3. Yesus menggunakan metode yang kreatif dan kontektual, Yesus mengajar lewat
pengalaman hidup orang yang mendengarkannya dengan keadaan orang yang
ada dihadapannya.
4. Yesus mengajar dengan menjawab kebutuhan. Yesus memperlihatkan kesesuain
antara perkataan dan perbuatan yang sangat berbeda dengan para ahli Taurat.
5. Yesus konsisten dengan kebenaran karena pengajarannya adalah kebenaran yang
dinyatakan dengan penuh cinta kasih, sesuai yang diungkapkan dalam Yohanes
14 : 6, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup……”.
6. Yesus sabar dalam menghadapi keanekaragaman karakter murid-murid. Yesus
memiliki 12 murid dengan karakter dan sifat yang berbeda-beda tetapi dengan
penuh kesabaran Yesus mengajar dan membimbing para murid supaya dengan
pengajaran Yesus para murid menjadi manusia yang terdidik dan berkepribadian
kuat.
7. Yesus mengajar secara dinamis. Pengajaran Yesus selalu membangkitkan
perasaan ingin tahu yang besar sehingga mendorong murid-murid untuk mencari
tahu setiap firman yang diajarkannya.
8. Komitmen Yesus dalam panggilannya sebagai pengajar. Melalui pengajarannya
terdapat kesempatan yang mulia untuk membina cita-cita pandangan dan
kelakuan orang-orang sehingga pengajaran sebagai alat pembaharuan hidup.
Oleh karena itu Yesus dikenal sebagai guru, tuan dan rabbi seperti pengakuan
Nikodemus,”Rabbi kami tahu bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus
Allah”. (Yohanes 3 : 2).
9. Yesus mengerti dan memahami firman Allah bagi semua umat manusia. Dengan
hal diatas maka guru PAK harus menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan
seperti yang telah Yesus ajarkan. Selain itu perlu memahami pribadi Yesus
memperlengkapi dirinya dengan firman Allah. Sejak kecil Yesus belajar Firman
Allah dengan sungguh-sungguh dirumah ibadah sehingga Yesus sangat
menguasainya dan Yesus sanggup menjawab pertanyaan iblis dengan firman
Allah. Lukas 4 : 16.
10. Yesus rela membayar harga Yesus sebagai Guru Agung yang rela berkorban
demi menebus dosa manusia bahkan mati di salib bagi seluruh umat manusia.

B. Karakter Yesus Kristus Sebagai Guru Agung


1. Teladan Pribadi Pendidik

Hal yang paling penting dalam mengajar adalah memiliki tujuan yang jelas,
seperti yang diungkapkan oleh Price, “Salah satu hal yang sangat penting dalam hal
mengajar ialah tujuan yangn jelas dan khas.” Sehingga, para pengajar banyak yang
merasa tidak bersemangat dan tidak memiliki tujuan dan sasaran yang jelas. Tapi
tidak dengan Yesus, “Ia tidak pernah mengajar semata-mata karena Ia harus
mengajar. Ia selalu mempunyai tujuan yang akan dicapaiNya. Ia benar-benar tahu
apa yang dikehendakiNya, dan berusaha untuk mencapainya. Ia tahu arah
tujuanNya dan dengan gigih bergerak kearah itu.” Jika, setiap pendidik mampu
untuk seperti yang Yesus lakukan maka akan dapat memberi dampak yang postif
bagi peserta didik karena dapat menjadi teladan yang baik. “Ketika seorang masih
kanak-kanak, ia miliki kemungkinan yang sangat besar untuk kita bentuk. Mereka
sangat cepat untuk meniru orang lain, khususnya orang-orang yang mereka kagumi.
Hal ini lah yang medorong setiap pendidik untuk menjadi teladan bagi para peserta
didiknya karena mereka meniru apa yang mereka lihat dan meniru setiap orang yang
mereka kagumi. Oleh karena itu, seorang pendidik harus memiliki karakter seperti
Yesus sehingga dapat dijadikan teladan dan contoh bagi peserta didiknya.

2. Sifat Rohani Pendidik

Di dalam setiap kepribadian ada sifat rohani yang melampaui sifat natural biasa.
Kerohanian yang bersifat supranatural ini menjadikan kita harus bersikap sangat
serius di dalam masalah pendidikan. Kita mendidik orang dan bukan binatang untuk
mencari nafkah, bukan untuk bermain sirkus. Kita mendidik manusia yang harus
bertanggung jawab secara rohani dihadapan Tuhan yang berencana kekal bagi
mereka. Oleh karena itu, kita mendidik karakter-karakter yang bersifat spritual dan
supranatural. Ini merupakan keunikan dan signifikan pendidikan manusia.”

3. Jiwa Pendidik Yang Berkorban

Kasih tidak dapat dididik melalui cara filsafat, kasih tidak bisa dibahas di dalam sebuah
skripsi. Kasih hanya bisa dimengerti melalui kematian Kristus untuk menjadi contoh
bagaimana mengabdi dan melayani sesama, bahkan Ia rela mati bagi murid-Nya.” dan
dengan pengorbanan-Nya Ia mengenalkan apa itu artinya kasih yang sesungguhnya.
“Manusia tahu bagaimana menjalankan komunikasi dalam relasi-antar-pribadi dengan
dunia ini dengan cinta yang ada dan dinyatakan oleh diri Kristus, yang telah berkorban
bagi Saudara dan saya, untuk menjangkau sesama manusia, berkorban bagi orang lain,
melayani mereka. Inilah yang akan mambentuk Karakter Kristen.”

4. Yesus mengajar dengan bahan yang sederhana

Yesus menggunakan unsur-unsur yang sederhana dalam pengajaran-Nya untuk


mengajarkan tentang kebenaran rohani mengenai Ia dan Bapa-Nya agar perhatian
khalayak dapat tertuju kepada-Nya dan dengan demikian pe-san-Nya dapat
dimengerti dengan baik. Penggunaan uang sebagai penyampai-an pesan menunjukkan
bahwa Yesus memanfaatkan media yang sederhana, yang mudah dan biasa dilihat
oleh semua orang. GP menjelaskan bahwa Yesus telah mengajar menggunakan media
dengan bahan-bahan yang sederhana (GP, 2017, p. 472). Saat Yesus mengajar tentang
hal kekhawatiran, burung dan bunga di padang menjadi media yang sederhana yang
Yesus pilih untuk menyam-paikan pesan-Nya (Mat. 6:25-34). Yesus tidak
memerlukan waktu yang lama untuk mengambil burung dan bunga tersebut sebagai
media dalam pengajaran-Nya. Kedua objek tersebut ada di lingkungan di mana ia
mengajar dan di mana para pembelajar itu tinggal. Sangat sederhana namun media
tersebut menjadi-kan pesan Yesus dapat dikomunikasikan dengan baik.
5. Yesus Menggunakan Media untuk Menjawab Kebutuhan

Ketika Yesus mengajar, orang-orang tidak hanya mendengar perkataan yang sedang
dinyatakan tetapi dapat menangkap bahwa perkataan Yesus sangat berbeda dengan
para ahli Taurat. Yesus berkata-kata dengan penuh kuasa dari Allah dan
bertanggung jawab dengan pengajaran-Nya tersebut, se-hingga orang yang mendengar
sangat terkesan dan kagum bahkan terinspirasi akan pengajaran-Nya. Media yang
digunakan Yesus dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan kepada-Nya
mendukung pemahaman para murid atau pengikut-Nya untuk memahami secara
nyata apa yang dimaksud dari pengajaran dan juga jawaban yang disampaikan-Nya.
Seperti misalnya ketika Yesus memberi lima ribu orang laki-laki dewasa makan
sampai kenyang dengan lima roti jelai dan dua ekor ikan saja, kemudian Ia memberkati
makan-an itu sehingga setelah itu pun masih ada sisanya (Mat. 14:13-21; Mrk. 6:30-44;
Luk. 9:10-17; Yoh. 6:1-13). Melalui media sederhana yang Yesus gunakan, ke-
butuhan seluruh pengikut-Nya terpenuhi baik secara rohani dan jasmani. Ini
merupakan contoh istimewa yang ditinggalkan Yesus kepada setiap guru masa kini
dalam pengajarannya.

C. Karakter Yesus Kristus Menjadi Teladan Bagi Dalam Kehidupan Guru


Masa Kini
1. Kristus Menjadi Teladan Guru Segala Zaman

Yesus tidak hanya Tuhan dan Juruselamat manusia tetapi Ia juga menjadi teladan bagi
seluruh umat manusia sepanjang masa dan etnis bahakan budaya. Termasuk guru,
Yesus menjadi sebagai sebuah patokan utama bagi karakter seorang pendidik. “Jika
Saudara-saudara sebagai guru-guru Kristen sendiri tidak menjunjung tinggi Kristus,
tidak memberitahukan Kristus dan tidak meneladani Kristus sungguh-sungguh, dan
mengajarkannya sesempurna mungkin kepada murid, maka Saudara tidak mungkin bisa
membentuk karakter yang baik. Oleh karena itu, karakter dari Yesus Kristus harus
menjadi patokan atau standard utama bagi para pendidik dalam mendidik muridnya.
2. Pendidik Yang Mencintai Murid

Seorang guru jika mengajar ia harus mengajar dengan kasih dan cinta kepada anak
didiknya, tanpa kasih dan cinta disaat mendidik, pelayanan kita tidak akan diingat oleh
Tuhan. Salah satu faktor yang terkadang membuat para pendidik tidak mengajar
dengan kasih dan cinta adalah rasa takut jika anak didiknya akan tidak menyukainya
saat mengajar, “Siapa yang takut, ia tidak sempurna dalam kasih”[10]. Karena jika
pendidik mengajar terdapat rasa takut dan bimbang dalam hati mereka akan tidak
maksimal dalam malayani.

3. Pendidik Yang Mencintai Kebenaran

Seperti pada bagian-bagian yang sebelumnya bagaimana sebagai seorang pendidik


harus memiliki cinta kasih dan meneladani karakter Yesus Kristus, maka dengan
sendirinya pendidik pun harus mencintai kebenaran. Karena kasih yang sesungguhnya
adalah yang tidak membiarkan anak didiknya yang dicintai dan dikasihi mendapatkan
pengajaran yang tidak benar. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik yang yang
mencintai kebenaran, para pengajar harus mengajarkan kebenaran kepada anak didiknya
sebagai wujud kasih dan teladan Yesus Kristus.
BAB III

KESIMPULAN

Pengajaran sungguh telah menjadi basis kehidupan pelayanan Yesus. Dalam segala
hal Yesus telah memenuhi persyaratan untuk menjadi seorang guru. Yesus tidak
hanya sekadar mengajar, tetapi apapun yang dilakukan-Nya adalah pengajaran.
Dengan kehidupan-Nya, Yesus memberikan teladan lang-sung yang terbuka dan bisa
dibaca oleh semua orang. Sebagai Guru Agung, Ye-sus tidak hanya sekadar lulus
kualifikasi tetapi Yesus sendiri lah logos itu. Dia-lah pusat pengajaran dan sumber
segala sumber pengetahuan dan ajaran. Per-hatian Yesus tertumpah sepenuhnya pada
pendidikan, pengajaran dan perse-kutuan. Hal-hal tersebut merupakan prioritas
dalam pelayanan-Nya. Karena sesungguhnya melalui pengajaran-Nya Ia dapat lebih
memperkenalkan Allah dan kasih-Nya kepada umat manusia. Dengan ketergantungan-
Nya pada Roh Kudus, Yesus selalu mengajar dengan maksimal dan Ia berkomitmen
menjadi teladan dalam pengajaran-Nya. Dari semua pembahasan yang telah dibahas
dari awal sampai akhir, maka dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik atau seorang
guru pada era masa kini harus memiliki sebuah pegangan atau pedoman dalam ia
mengajar. Semua pegangan dan pedoman itu hanya bisa didapatkan dalam pribadi
Yesus Kristus sebagai sebuah standard yang mutlak bagi setiap guru di era modern ini.
DAFTAR PUSTAKA

Price, J. M. Yesus Guru Agung. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 1975.

Homrighausen, E.G. & I.H. Enklaar2001Pendidikan Agama Kristen. Jakarta:


BPKGunung Mulia

GP, H. (2017). Teologi PAK. Yogyakarta: Andi. H

Jonch, C. (2007). Yesus Sebagai Guru: Studi Injil Yohanes. Karnawati, K., Hosana,
H., & Darmawan, I. P. A. (2019). Lingkungan Proses Pembelajaran Yesus. Veritas
Lux Mea (Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen), 1(2), 76–89.

Anda mungkin juga menyukai