Dari Buku Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen
Oleh: Robert R. Boehlke, Ph. D.
BAB I
RIWAYAT HIDUP JOHANN HEINRICH PESTALOZZI
Johann Heinrich Pestalozzi lahir dan dibesarkan di Zurich Swiss pada tanggal 12
Januari 1746. Dia berasal dari keluarga Protestan, ayahnya seorang doctor yang
meninggal waktu Heinrich berumur enam tahun dan hanya meninggalkan sedikit
warisan. Setiap liburan, Heinrich tinggal dengan kakeknya, seorang pendeta
Protestan yang melayani di desa. Hal inilah yang mendorong Heinrich untuk menjadi
pendeta namun keinginan ini buyar setelah dia lupa akan isi khotbahnya pada saat
membawakan khotbah di depan ujian klasis. Sebelumnya dia juga pernah berbuat
kesalahan dalam menuntun para hadirin mengucapkan “doa Bapa kami”.
Heinrich kemudian beralih ke bidang hukum agar dapat masuk ke dalam
pemerintahan dan meyusun undang-undang yang memihak kaum lemah. Namun hal
ini kembali menemui kegagalan karena keterlibatannya dalam kelompok politis yang
dianggap radikal oleh pemerintah.
BAB II
DASAR PENDIDIKAN
A. Pandangan Teologis
Pestalozzi tidak sabar dengan system dogmatis yang berlaku dalam gereja
Reformasi pada saat itu. Dimana para pendukung system tersebut hanya bisa dan
rajin menyusun ajaran teologis “benar” saja daripada mewujudkannya ajaran
tersebut kedalam kehidupan sehari-hari. Pestalozzi adalah seorang Kristen yang
mentaati kedua hukum ilahi yang diutamakn kembali oleh Yesus:”Dengarlah, hai
orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Tidak ada hukum lain yang yang lebih utama daripada kedua hukum itu.” Pestalozzi
sangat menghayati kedua hukum ini.
Pestalozzi memakai pengertian sederhana tentang iman Kristen. Dalam tulisannya,
Pestalozzi mempunyai lima pokok utama yang mencolok:
1) Kepercayaan Kepada Allah
Jika Allah Bapa bukan lah Bapa kita, maka tidak ada dasar yang dapat dipercayai
untuk menghadapi tantang hidup ataupun mengembangkan pendidikan yang
berhasil. Dalam Amsal 1:7 dituliskan“takut akan Tuhan adalah permulaan
pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.”
2) Alam Sebagai Pedoman
Pesatalozzi sangat bertolak belakang denga pendapat Rousseau yang memilki
pandangan yang baik terhadap alam dalam pendidikan. Pestalozzi tidak memiliki
pandangan seindah itu terhadap alam. Pestalozzi tidak mengaggap alam sebagai
kekuatan yang merdeka, seakan-akan alamalam itu berdiri atas kekuatannya sendiri,
sedngkan pencipta alam adalah Allah sendiri. Jadi bagi Pestalozzi alam tersebut
bergantung kepada kehendak Allah.
3) Yesus Sebagai Juruselamat Dunia
Nama Allah dan Yesus terus dimasukkan kedalam karyanya, hal ini menunjukkan
bahwa betapa pentingnya hubungan dengan Yesus baginya. Pestalozzi betul-betul
hidup untuk melayani orang-orang yang paling hina. Dan dia sangat mengharapkan
tindakan-tindakan yang serupa dilakukan oleh para pendidik-pendidik lainnya. Dan
hendaknya berpatokan kepada Tuhan Yesus Kristus.
4) Manusia: Jati Diri dan Tugasnya
Jati diri manusia dibahas dalam tiga pokok yakni:
a) Sebagai makhluk dari alam
Yaitu Pestalozzi ingin mengarahkan jati diri manusia sebagai makhluk dari
alam, untuk menghilangkan dasar bagi manusia yang membuat manusia
kedalam kelas social. Karena semua orang memiliki struktur jasmani yang
sama. Dari segi pembawaan almiah memang terdapat perbedaan, tetapi
setiap manusia berhak untuk bertahan hidup sekalipun dari orang terpelajar
yang sangat rendah dengan seluruh hasil alam yang ada. Yang sangat
dibutuhkan dalam hal ini ialah kesadaran setiap orang sebagai makhluk yang
bersosial.
b) Sebagai makhluk social
Terkadang orang-orang menyerahkan sebagian kemerdekaanya atau apa
yang dia punya untuk meproleh keamanan. Orang yang mempunyai harta
akan lebih tinggi dari mereka yang tidak punya atau bisa disebut seperti
seorang raja. Sedangkan dalam hati manusia selalu timbul kebutuhan-
kebutuhan yang lain, sehingga dalam diri seseorang harus hidup sebagai
makhluk yang bermoral.
c) Sebagai makhluk moral
Moralitas adalah prestasi dari kehendak manusia, suatu hasil watak yang baik
yang menang atas perasaan yang memntingkan kepentingan sendiri. Untuk
bertumbuh secar moral, kita harus merasa secara dalam. Dengan kat lain,
suatau tindakan atau kelakuan boleh dikatakan sebagai moral sejauh manan
tindakan atau kelakuan itu dilaksanakan karena dipaksa oleh kebiasaan
social atau hukum negera, tetapi dari keputusan pribadi.
5) Pengalaman Beriman Secara Pribadi
Lewat pengalaman yang dilewati sejak kecil baik dalam suka maupun duka
didalam kehidupannya. Yang hidup bersosial, yang hidup dilingkungannya
dan yang mengabdikan diri kepada Allah.
6.Kurikulum
a. Kurikulum untuk pendidikan Akal (kognitif)
b. Kurikulum Untuk Pendidikan Tangan (psikomotorik)
c. Kurikulum Pendidikan Moral dan Keagamaan (afektif)
7. Metodologi
a. Metode mengajarkan mata pelajaran intelektual yang berhubungan
dengan tiga jenis pengalaman yang dilambangkan dengan tiga kata
yang sudah ditentukan , yaitu :
1. Bahasa
Melatih daya tangkap indra anak, termasuk membaca, menulis
berbicara dan mendengarkan.
2. Bentuk
Melatih anak untuk menggambarkan bentuk-bentuk misalnya bentuk
huruf, persegi, lingkaran, segi tiga termasuk perbedaan panjang,
pendek dan besar, kecil. Selanjutnya menggambar mentuk dari alam
yang bisa dilihat.
3. Jumlah
Metode dasar matematika yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian
dan pembagian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Aplikasi
Dari kisah hidup dan perjuangan seorang Johann Heinrich Pestalozzi, dunia
akademis khususnya para mahasiswa boleh baelajar bahwa kegagalan bukanlah
penghalang untuk menggapai cita-cita. Karena kegagalan yang sesungguhnya
adalah ketika seseorang purus asa, menyerah dan berhenti berusaha.