Anda di halaman 1dari 14

Pada zaman reformasi katekisasi gereja merupakan lembaga

pengajaran independen yang diberikan kepada kaum pemuda, terutama

pewartaan isi alkitab di setiap peribadatan yang dianggap paling ampuh

mendidik anak-anak muda tentang firman Allah dalam kerohanian mereka setelah mengalami
perkembangan yang terjadi saat ini pendidikan

katekisasi adalah yang paling efektif diikuti oleh para murid karena selain

bisa dilaksanakan dengan intensif juga pendidikan ini diajar langsung oleh

para pembina yang sudah pasti terpercaya.33

Model dan metode katekisasi akan terus berkembang sepanjang

sejarah yang akan datang, pendidikan seperti ini akan terus berperan

bahkan katekisasi dianggap penentu masa depan agama kristen

kedepannya, walaupun dalam konteks Indonesia saat ini pendidikan

katekisasi hanya dilayani di Gereja


33Yohanes Calvin, Pengajaran Agama Kristen: Sumber-sumber Gereja No. 1, h. 77-79

Sistematika Katekisasi

Pra Katekisasi

Pada dasarnya tidak ada perbedaan secara signifikan antara metode

pelayanan katekisasi kategori khusus dengan kategori katekisasi remaja dan

dewasa di GKI Kayu Putih, materi dan kelas akan diberikan secara bersamaan

hanya saja perbedaannya peserta katekisasi khusus yang baru saja melakukan

kesaksiannya tersebut mendapat bimbingan intensif dari majelis gereja, tergantung

sejauh mana penghayatan iman peserta katekisasi khusus tersebut. Oleh sebab itu

pembimbing katekisasi melakukan tahap-tahap sebagai berikut agar metode

pelayanan berjalan dengan kondusif dan disiplin:

18

1. Tahap Observasi;
Observasi dilakukan oleh pembimbing katekisasi yaitu melakukan

pendekatan psikologis dengan calon peserta secara personal dengan

tujuan menganalisis untuk mengetahui corak pemikiran dan

penghayatan keimanan peserta juga permasalahan yang sedang

dialami dalam kehidupan peserta, setelah itu pembimbing katekisasi

dapat menyimpulkan perumusan masalah lalu mengkategorikan

18Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina

Katekisasi di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017.

peserta katkisasi berdasarkan latar belakang usia dan penghayatan

keimanan peserta tersebut.

19

2. Penyusunan Metode Katekisasi;


Setelah melakukan tahap analisis secara personal lalu menyimpulkan

permasalahan peserta pihak majelis gereja menyusun metode katekisasi,

tahap ini adalah penentuan silabus tema dan sub tema yang sesuai

dengan inti permasalahan dan kebutuhan peserta.

3. Merumuskan Tujuan Katekisasi;

Terdapat dua macam tujuan yang bisa ditetapkan sebagai persiapan

dalam mencapai sasaran kegiaan katekisasi yaitu:Tujuan

Instruksional Umum dan Tujuan Instruksional Khusus.

a. Tujuan Instruksional Umum;

Merupakan tujuan sasaran yang ditargetkan secara umum,

rumusan dalam tujuan ini adalah „membantu‟ atau „menolong‟ agar

peserta dapat mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan

sabda Tuhan kedalam hidupnya.


b. Tujuan Instruksional Khusus;

Sedangkan tujuan ini merupakan rincian yang lebih spesifik dari

tujuan instruksional umum yang mana tujuan ini adalah menganalisis

19Zakharias Ursinus dan Caspar Olevianus, Pengajaran Agama Kristen: Katekismus

Heidelberg (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), h. 13.

kepribadian peserta agar dipahami baik intelektualitas, emosional,

harapan, permasalahan yang dihadapi, penyesalan apa saja yang ada

dalam hidupnya, terutama untuk peserta katekisasi khusus konversi

agama yang seringkali ditemukan mempunyai permasalahan

psikologis dalam dirinya.20

4. Menentukan Sumber Materi Katekisasi;

Dalam menentukan materi yang sesuai untuk katekisasi diambil dari


beberapa sumber-sumber yang relevan dalam pengkajian iman

sebagai berikut:

a. Alkitab adalah sumber utama katekisasi yaitu dengan memilih

teks yang sesuai dengan tema atau kebutuhan peserta;

b. Buku panduan katekismus;

c. Dokumen-dokumen penting gereja, seperti ajaran iman, ajaran

moral dan liturgi gereja;

d. Pengalaman dan kesaksian iman anggota gereja yang dapat

diambil untuk dijadikan pelajaran untuk peserta;

e. Kejadian dan peristiwa-peristiwa alam semesta, relasi manusia

dengan alam lingkungannya;

f. Direktirium gereja universal dan direktirium gereja lokal yang


20 Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas

Pendalaman Iman Kristen..., h.

berisi tentang prinsip-prinsip ajaran teologi, pastoral dan katekis;

g. Buku pegangan guru dan murid atau buku pegangan umat yang

diterbitkan oleh keuskupan tertentu.

21

5. Metode Katekisasi

Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta mempunyai cara belajar

yang sama, maka setidaknya pembimbing katekisasi menawarkan

metode yang bervariasi agar proses katekisasi tidak terasa monoton

dan membosankan seperti berikut ini:

a. Metode tanya jawab dan diskusi mengenai penjelasan mendalam


tentang ajaran-ajaran Kristen;22

b. Metode naratif yaitu menceritakan pengalaman yang dibuat narasi

lalu digambarkan melalui ilustrasi dan dijadikan drama (role

playing), sumber cerita dapat diambil dari teks Alkitab, lagu, film,

atau pengalaman seseorang;

c. Metode ceramah yang dilakukan pendeta memberitakan tentang

sabda Tuhan dan ajaran kekristenan;23

d. Outing Class dengan melakukan studi banding yaitu kunjungan ke

21E. G. Homrighausen, I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta : BPK Gunung

Mulia, 2007), h. 105.

22 Yohanes Calvin dan J.S.Aritonang, Instutio: Pengajaran Agama Kristen,

Sumber-sumber Sejarah Gereja No. 1, h. 183.


23Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina

Katekisasi di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017.

Katekisasi Memperkaya Iman Kristen

Dalam konteks tujuan dan peranan katekisasi akan sangat luas berkaitan

dari berbagai segi kehidupan orang kristen sehingga jika merumuskan maknanya

akan terlihat sangat sempit terkait dimensi ritual praktek keagamaan, dimensi

perasaan atau pengalaman psikologis keagamaan yang dinyatakan dalam prilaku

riil/konkrit setiap hari. Kegiatan ini saling berkaitan dengan segala aspek

kekristenan, mengingat hakikat pendidikan katekisasi adalah usaha gereja

memperkaya iman kristen bagi pengikutnya dan mengupayakan agar setiap

pengikutnya melakukan kehendak Allah memperoleh pemantapan iman yang

tumbuh dan berbuah hingga dapat dirasakan dalam pertobatan yang sejat

demikian tercapailah pembaruan dalam hidup manusia.8


Sedangkan pertumbuhan keimanan tidak semata-mata tumbuh secara

instan, maka membutuhkan proses perkembangan yang mana dalam konteks

katekisasi terdapat tiga komponen yang berperan yakni komponen kognitif,

komponen afektif dan komponen operatif 9

, ketiga komponen ini merupakan

peranan katekisasi dalam rangka membentuk keimanan seseorang menjadi

mantap.10

Katekisasi merupakan sebuah proses pembimbingan dan pengajaran kepada

peserta katekisasi untuk mempersiapkan mereka menjadi anggota gereja

yang memahami dan melaksanakan tugas panggilannya dalam kehidupan secara

utuh, mengarahkan setiap muridnya agar giat dan rajin mempraktekkan kehidupan

agamanya, rajin beribadah, berdoa serta mempunyai kesadaran mengabdikan


dirinya untuk segala liturgis gereja seperti yang akan penulis bahas dalam point

selanjutnya.

J. L. Ch. Abibeno, Sekitar Katekese Gerejawi Pedoman Guru (Jakarta: BPK. Gunung

Mulia, 2001), h. 61.

9Komponen Kognitif yang dimaksud adalah dalam berkatekisasi disajikan pemahaman

agar orang semakin yakin dan dapat bertanggung jawab atas iman atau agamanya dan yang

dimaksud dengan komponen Afektif yaitu dalam menjalani katekisasi membutuhkan penghayatan

yang dibangkitkan sehingga umat semakin mencintai agamanya, berbakti kepada Allah dan

menjalani hidup berdasarkan kehendak Allah, sedangkan yang dimaksud dengan komponen

operatif yaitu dalam katekisasi mengajak umatnya merealisasikan iman yang sudah mantap dalam

kehidupan sehari-hari untuk itu dibutuhkan pendekatan psikologis yang tepat dalam tahap ini,
Abineno, Unsur-unsur Liturgia Yang di Pakai oleh Gereja-gereja di Indonesia (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2008), h. 77-81.

10Hardawiryana R, Zaman Teknologi Menantang Pewartaan Iman: ‘Katekese’ Tradisi

Bagi Hidup Umat Sehari-hari (Yogyakarta: Kansius, 1999), h. 81.

Konsep yang cukup umum diterima oleh para katekisan menunjukkan

bahwa katekisasi mencakup proses pengajaran, pendalaman dan pendidikan yang

mengarah pada pembentukan manusia dewasa dalam beriman, oleh karena itu

melakukan pengajaran menurut pedoman katekhein bukan hanya menyangkut

kepentingan intelektualistas tetapi juga menekankan kepada arti praktis, yaitu

mengajar atau membimbing seseorang agar ia mengamalkan apa yang didapat

dalam kehidupan seharinya, disinilah fungsi dari berbagai metode katekisasi mulai

berperan yang mana terdiri dari berbagi pengalaman, pendekatan psikologis, serta

penghayatan dan penerapan kitab suci yang membentuk pendalaman iman


seseorang agar mempunyai tujuan hidup yang suci melalui asimilasi proses

pertobatan dan pendewasaan iman.11

Berbicara tentang pendewasaan iman menurut Pendeta Natan Kristianto

selaku penatua GKI Kayu Putih dalam wawancara ia mengatakan bahwa proses

tumbuh menjadi dewasa tidak ada yang terbrntuk otomatis, tanpa adanya

komitmen. Komitmen yang ia maksud adalah bagaimana seseorang konsisten

menerapkan teori keagamaan yang didapat kedalam keseharian dan segala bentuk

pembaharuan hidup yang nyata, ia mengatakan bahwa, “kita perlu mengalami

Tuhan secara pribadi, pengalaman persekutuan satu dengan yang lain dan juga

pengalaman penginjilan. Dengan demikian kita bukan hanya dibangun secara

11Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama


Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), h. 413.

Katekisasi Sebagai Edukasi Perantara

1. Menyadarkan Untuk Bergereja dan Mengembangkan Gereja

Katekisasi merupakan salah satu pelayanan tertua dan yang paling banyak

digunakan oleh hampir kebanyakan gereja-gereja di Indonesia, demikian hal

tersebut dalam salah satu rangkaian materi secara keseluruhan dari Pendidikan

Agama Kristen (PAK) juga terdapat dalam silabus pendidikan katekisasi yang

mana keduanya mempunyai tujuan sama yaitu pemupukan akal orang-orang

pengikut Yesus Kristus dengan Firman Allah dibawah bimbingan Roh Kudus

melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja sehingga dalam

diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan yang

diejawantahkan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Allah Bapa

Anda mungkin juga menyukai