Anda di halaman 1dari 2

TUGAS MID SEMESTER

LAPORAN BUKU
“TEOLOGI LINTAS BUDAYA: REFLEKSI BARAT DI ASIA, DANIEL
J. ADAMS”

Nama : Tirsa Mongkol


NIM : 202041306
MK : Filsafat Timur
Hari/Jam : Selasa, 13.00-14.45
Dosen : Dr. Jonely CH. Lintong

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON


FAKULTAS TEOLOGI
2021
BAB VI
KEBUDAYAAN, FILSAFAT DAN KEESAAN GEREJA

Nilai-nilai kebudayaan dan konsepsi menjadi peranan penting dalam menopang nilai-nilai di dalam
gereja-gereja, misalnya; di Korea dan Taiwan (Gereja Presbiterian).

USAHA UNTUK MENDAPAT KESATUAN GEREJA


Dalam tradisi Presbiterian-Calvinis dikenal dengan sulitnya memperoleh keesaan dalam gereja. Karena
terjadinya perpecahan yang disebabkan oleh banyak faktor baik dari gereja yang berasal dari kesukuan, lahir
karena perselisihan teologi, juga faktor-faktor sosial dan politik (Reformed Church in America dan Christian
Reformed Church). Akan tetapi gereja di Taiwan (Gereja Presbiterian di Taiwan), mereka mampu memelihara
keesaan dan kesatuannya ada berbagai masalah yang muncul baik dalam hal politik maupun perpecahan-
perpecahan baik dari dalam maupun dari luar, tetapi hal itu tidak membuat mereka terpecah.

PEMELIHARAAN KESATUAN GEREJA


Bagian ini menjelaskan bagaimana kesatuan gereja di Taiwan dapat bertahan. Ada seorang pendeta di
Taiwan yang menjelaskan bahwa Panji-panji dan piagam dan organisasi mempunyai hubungan dengan pendeta
dan gereja, yaitu panji dari Penginjilan Billy Graham, Panji dari Penginjilan Nora Lam, dan gelar kehormatan
dari Faith Thgeological Seminary yang ditandatangani oleh Carl McIntire. Bagi orang Presbiterian di barat, baik
konservatif maupun liberal menganggap bahwa ketiga macam pandangan itu tidaklah cocok dengan
pemahaman teologi Calvin. Hal ini mengarahkan kita pada suatu kecenderungan ke arah perpaduan (sintese).
Perdebatan yang sering menjadi awal perpecahan adalah ketika munculnya suatu teologi baru. Namun
Presbiterian di Taiwan ini dapat melewatinya. Gereja Presbiterian di Taiwan menolak untuk melibatkan diri
dalam pertengkaran teologi yang menjadi ciri Gereja Presbiterian-Calvinis lainnya. Gereja Taiwan Presbiterian
lebih mengutamakan manusia daripada gagasan atau doktrin-doktrin yang dapat menimbulkan perpecahan.
Kesatuan dalam Gereja Presbiterian di Taiwan itu lebih banyak didasarkan pada kebudayaan dan filsafat
daripada dasar-dasar teologis. Khususnya kebudayaan dan filsafat yang berkembang dalam Taiwan adalah
kebudayaan Cina dan Filsafat Timur. Seperti pendapat Kong Hu Tse yang berpendapat bahwa "jalan tengah"
adalah kebijakan tertinggi daripada penolakan sesuatu yang berat sebelah atau ekstrem. Konsep Yin dan Yang
juga sungguh-sungguh menjadi tradisi perpaduan hal-hal yang bertentangan. Oleh karena itu Gereja Presbiterian
di Taiwan bersikap inklusif daripada eksklusif memadukan daripada memisahkan. Filosofis yang digunakan
adalah sesuatu yang tidak kita sadari.

MEMPERTAHANKAN KESATUAN GEREJA


Persoalan yang harus dihadapi oleh gereja Taiwan pada sekarang ini, karena menyangkut integritas
budaya. Sebab kesatuan gereja tidak bisa dibangun atas dasar perkiraan-perkiraan filsafat barat. Dari semua
daerah di Asia, mungkin Taiwan yang secara baik untuk mencari jalan teologisnya sendiri dengan perpaduan
budaya dan filsafat Cina dan bukan pada apa yang diimport dari barat. Kebudayaan dan filsafat dapat berguna
untuk menuju keesaan dan kesatuan gereja. Gereja Presbiterian di Taiwan dapat menjadi contoh bagi gereja-
gereja di wilayah lain. Kunci bagi kesatuan gereja adalah di dalam gereja-gereja Timur sendiri (Gereja
Presbiterian Taiwan).

Anda mungkin juga menyukai