Anda di halaman 1dari 8

Nama : Roma Jelita Br Karo-karo

: Wenny Anggreiny Br Purba


Ting/jur : III /PAK
M.Kuliah : Oikumenika
Dosen : Dr. Jan Jahaman Damanik

Guru Dan Gerakan Oikumene


Peran Guru PAK Dalam Pergerakan Oikumene
I. Pendahuluan
Pada pertemuan kali ini kita akan membahas peran guru PAK dalam pergerakan
oikumene. Guru adalah orang yang memiliki pengetahuan yang luas dan dapat membagikan
ilmunya kepada murid-muridnya. Kita akan membahas judul ini bersama-sama, semoga
sajian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Tuhan memberkati
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Guru
Secara etimologi dalam bahasa Inggris ditemukan beberapa kata yang lazim maknanya
disebut guru, yaitu Teacher, tutor diartikan , dan educator, berdasarkan penjelasan kamus
Webster’s teacher diartikan seseorang yang mengajar, tutor diartikan seseorang guru yang
memberikan pengajaran terhadap peserta didik, instruksi diartikan seseorang yang
mempunyai tanggung jawab pekerjaan mendidik yang lain.1 Guru merupakan unsur yang
terpenting dalam kegiatan mengajar. Guru lah yang membimbing peserta didiknya untuk
belajar, mengenal, memahami, dan menghadapi dunia tempat ia berada.2 Dalam pengertian
yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.3
II.2. Pengertian Pendidikan Agama Kristen
Pendidikan Agama Kristen adalah agar semua orang muda baik laki-laki dan
perempuan, tanpa kecuali secara pesat, enak dan selengkapnya akan di jadikan terpelajar
dalam ilmu, murni dalam akhlak , terlatih dalam kesalehan supaya dengan demikian semua
dididik dalam semua hal yang perlu untuk hidup di masa kini, begitupun di dunia di
seberang.4 Pendidikan Agama Kristen artinya pendidikan yang berporos pada pribadi Tuhan
Yesus Kristus di dalam Alkitab sebagai dasar atau sumber acuan. Pendidikan Agama Kristen
adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan untuk membimbing, membina, mendidik dan
1
Umar, Pengantar Profesi Keguruan (Depok: Rjawali Pers, 2019), 7 .
2
John M. Nainggolan, Guru Agama Kristen Sebagai Panggilan dan Profesi (Bandung: Bina Media
Informasi, 2010), 22.
3
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Era Globalisasi (Jakarta : An1mage, 2019) ,79.
4
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 1997), 45.
meyakinkan tentang kebenaran Allah dan takut akan Tuhan.5 Tujuan dalam Pendidikan
Agama Kristen ini ialah melibatkan orang dalam upaya mencapai tiga prestasi, yaitu
pengetahuan/pengertian, kebijakan dan kesalehan. Dan ketiganya perlu dipersatupadukan
dalam diri setiap pelajar.6

II.3. Pengertian Guru PAK


Guru dalam perspektif Kristen adalah guru yang hanya memberikan pengajaran yang
berkaitan dengan iman Kristen. Guru Kristen perlu memahami pribadi Yesus sebagai guru
yang harus diteladaninya dalam hidup sehari-hari dalam melaksanakan tugas keguruan. Guru
Kristen adalah guru yang percaya kepada Yesus Kristus dan yang mengajar berlandaskan
kepada Kitab Suci. Dalam hal mengajar haruslah didasarkan pada cinta kasih kepada murid-
muridnya, pengajarannya haruslah tentang kebenaran Firman Tuhan.7 Guru Pendidikan
Agama Kristen adalah seorang pemimpin, ia dipanggil dan dipilih atas kehendaknya untuk
memberitakan kasih-Nya. Jabatan sebagai guru PAK merupakan anugerah yang diberikan
oleh Allah untuk Mengajar. Oleh karena guru PAK memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
mendidik yang di pertanggung jawabkan kepada Allah. Guru PAK harus mampu
menjalankan tugasnya tidak mengenal lelah, dalam hal ini mampu meneladani Tuhan Yesus.
Guru PAK adalah seorang pemimpin, ia dipanggil dan dipilih atas kehendak-Nya
untuk untuk memberitakan kasih-Nya. Jabatan sebagai guru PAK merupakan anugerah yang
diberikan oleh Allah untuk mengajar. Oleh karena guru PAK memiliki tugas dan tanggung
jawab untuk mendidik yang dipertanggungjawabkan kepada Allah. Guru PAK harus mampu
menjalankan tugasnya tidak mengenal lelah, dalam hal ini mampu meneladani Tuhan Yesus.
Oleh karena itu, guru PAK harus mempunyai dasar yang kuat dalam hidupnya yaitu percaya
dan mencintai Tuhan dengan rasa cinta yang murni. 8
II.4. Peran Guru PAK
1. Guru sebagai Pendidik
Guru sebagai pendidik, bertugas memperlengkapi anak didik dengan berbagai
kebutuhan supaya bertumbuh kuat dan dewasa. Selain itu, guru sebagai pendidik tidak hanya
memberikan pengetahuan kognitif, melainkan juga pemahaman afektif, moral serta spiritual.

5
Thomas H. Groome, Christian Religious Education (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010), 37.

6
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 1997), 45.
7
John M. Nainggolan, Guru Agama Kristen sebagai Panggilan dan Profesi (Bandung: Bina Media
Informasi, 2010), 23-24.
8
Nuni Yusvavera Syatra, Desain Relasi Efektif Gurudan Murid (Yogyakarta: Buku Biru, 2013), 51-
58.
Guru dalam perannya memberikan perhatian pada pembentukan watak dan moral peserta
didik. Berkaitan dengan PAK guru tidak hanya mengajarkan tentang keKristenan
pengetahuan agama, tetapi juga sebagai kehidupan (life). Iman Kristen berbicara mengenai
hidup yang memerdekakan, yang diberikan yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus (bdk.
Yoh. 1:4; 10:10; 14:6).
2. Guru sebagai Pengajar dan Pembelajar
Sebagai pengajar guru harus melakukan persiapan, merencanakan tujuan dan
kompetensi yang menjadi arah pembelajaran. Dalam persiapan itu juga, guru merencanakan
strategi dan metode pembelajaran. Seluruh persiapan itu sebaiknya dilakukan dengan
kesadaran di bawah bimbingan Tuhan. Guru sebagai pembelajar harus selalu meningkatkan
kemampuan dan kualitas pengetahuannya dalam bidang studi yang diajarkannya dengan giat
membaca atau mengikuti pendidikan nonformal (seminar, forum diskusi, kursus dan lain-
lain).
3. Guru sebagai Pelatih
Pelatihan lebih berfokus pada pembentukan keterampilan dasar, menengah dan
lanjutan. Untuk dapat mengerjakan pelatihan, guru harus memahami bentuk dan jenis
keterampilan yang harus dikembangkan peserta didik. Untuk menjadi pelatih, guru harus
mengembangkan kesabaran dan ketekunan serta harus menumbuhkan ketelitian dan
kecermatan.Yesus juga berperan sebagai pelatih, Ia menjadi contoh dan model di hadapan
murid-murid-Nya dalam hal berkhotbah, memberi penjelasan, menjawab pertanyaan, dan di
dalam menolong orang sakit. Yesus melibatkan mereka di dalam melayani banyak orang,
termasuk ketika memberi makan 5.000 dan 4.000 orang.9
Yesus juga menugaskan murid-murid untuk melakukan pelayanan. Ketika mereka
pulang, Yesus mengambil waktu untuk mendengarkan laporan pengalaman mereka. Pada saat
itu Yesus menyatakan pandangan-Nya, meneguhkan dan mengoreksi. Hasilnya, dikemudian
hari murid-murid itu mejadi pemberita Injil yang tangguh. Roh Kudus juga berkarya sebagai
pelatih di dalam kehidupan para murid. Ia menuntun, memberikan hikmat dan pengertian
serta keberanian dan kemampuan.
4. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru mempersiapkan berbagai saran dan prasarana yang
menunjang kegiatan belajar dan mengajar, misalnya menata ruang supaya aman, bersih serta
nyaman. Ia juga menyediakan alat-alat bantu (audio visual), dan berusaha untuk menciptakan
kondisi emosional serta sosial yang bermanfaat dalam peristiwa belajar.Guru juga
9
B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 2010), 105.
menyediakan waktunya untuk konsultasi-konsultasi pribadi atau kelompok kecil dengan
peserta didik, baik di dalam maupun di luar ruangan kelas. Dengan begitu guru membantu
peserta didik dalam mengatasi kesulitan belajar dan merencanakan kegiatan belajar yang
lebih efektif.
5. Guru sebagai Motivator
Artinya, apabila peserta didik penerimaan dan perlakuan yang baik, baik dari guru
maupun dari sesama rekan pelajar. Ucapan-ucapan yang membangun dari guru akan
membangunkan semangat anak didik. Jika guru mampu berperan sebagai sahabat bagi murid,
memiliki jiwa mengasuh, hangat, tidak kaku atau fleksibel dan dewasa, peserta didik juga
akan merasa termotivasi. Hal yang tidak kalah nilainya adalah pertolongan Tuhan, yang
sangat dibutuhkan guru di dalam memotivasi peserta didik, khususnya ketika mempelajari
Alkitab. Roh Kuduslah motivator dalam kehidupan orang percaya (Yoh. 14:16-17, 26). Roh
Kudus yang memberikan sukacita (Gal. 5:22-23).
6. Guru sebagai Pemimpin
Guru sebagai pemimpin, ialah yang bertanggung jawab dan mengelola terjadinya
peristiwa belajar. Gurulah yang mengelolalingkungan belajar supaya kondusif. Lingkungan
yang dimaksud itu termasuk ruangan, suasana emosi yang nyaman, serta relasi yang hangat
dan bersahabat.Peran guru sebagai pemimpin sudah diteladankan oleh Yesus, Guru yang
Agung (Mrk. 10:44-45), bahkan Yesus sebagai guru bersedia membasuh kaki murid-murid-
Nya, membuat mereka bersih (Yoh. 13:3-17). Hal tersebut menunjukkan bahwa seorang
pemimpin ialah orang yang memiliki sikap hati dan komitmen untuk melayani serta bersedia
merendahkan hati.
7. Guru sebagai Komunikator
Tugas guru yang utama ialah memberi penilaian atas kemajuan belajar peserta didik.
Pentingnya komunikasi yang membangun itu dapat kita pelajari dari nasihat Rasul Paulus
kepada jemaat di Efesus “janganlah ada perkataan kotor dari mulutmu, tetapi pakailah
perkataan yang baik untuk membangun di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya,
beroleh kasih karunia (Ef. 4:29)”. Sebagai komunikator, guru terpanggil untuk menggunakan
kata-kata yang jelas, tepat, menggembirakan dan sesuai dengan pengertian peserta didik.10
II.5. Pengertian Gerakan Oikumene
Oikumene adalah kata bahasa Yunani, yaitu Participium Praesentis Passivum Femininum
dari kata kerja oikeo, yang berarti tinggal, berdiam, atau juga mendiami. Oleh sebab itu arti

10
B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 2010), 105.
harafiah kata oikumene adalah "yang didiami". Tetapi participium ini telah memperoleh arti
khusus sebagai kata benda. Arti pertama adalah geografis: dunia yang didiami (Luk. 4:5,
Rom. 10:18, Ibr. 1:6 dan lain-lain). Dari sana kata ini juga dapat berarti: seluruh umat
manusia (Kis. 17:31, 19:27, Why. 12:9). Kemudian kata oikoumene juga mendapat arti
politik: kekaisaran Romawi (Kis. 24:5) dan semua penduduknya (Kis. 17:6).11 Kata
Oikumene merupakan padanan (sinonim ) dari kata lain yang juga dipakai segabagai
ungkapan dalam Gereja oikumene selalu dihubungkan dengan gerakan untuk mencari
keutuhan, gerakan untuk mengumpulkan kembali serta menjaga keutuhan/ integritas gereja,
dan terutama merupakan panggilan untuk menyelenggarakan kehidupan sejahtera bagi umat
manusia maupun seluruh ciptaan.12
II.6. Peranan Guru Dalam Gerakan Oikumene
Agama Kristen di Indonesia sangatlah heterogenitas, yang terdiri dari berbagai
organisasi Gereja dan Aliran. Oleh karena itu, Guru Agama Kristen amat penting peranannya
untuk mewujudkan keEsaan gereja di Indonesia melalui jalur pendidikan. Pendidikan Agama
Kristen harus diarahkan kepada keterbukaan dan bukan ketertutupan. Lewat pendidikan
Agama Kristen, peserta didik yang terdiri dari berbagai latar belakang gereja dan aliran harus
dapat hidup secara rukun dan menjadi arah-arahan bersama untuk mewujudkan kesaksian
Iman Kristen ditengah-tengah masyarakat. Guru juga harus menghargai dan menjunjung
tinggi keanekaragaman gereja maupun dokma gereja peserta didik tidak boleh ada tendensi
dari guru untuk menarik peserta didiknya mengikuti gerejanya, aliranya maupun dokma dari
gerejanya.
Pendidikan Agama Kristen harus juga bertujuan untuk pembentukan spiritualitas
peserta didik, agar mereka mampu mengaplikasikan Imannya di tengah-tengah masyarakat
yang majemuk, tanpa mengorbankan Iman yang di anutnya. Guru PAK haruslah dapat
memampukan peserta didik untuk dapat melihat bahwa orang yang tidak seagama dengannya
bukanlah musuh dan lawan, melainkan sesama yang dapat bekerja bersama-sama untuk
menciptakan keharmonisan dalam bermasyarakat. Pendidikan Agama Kristen harus
mendorong peserta didik untuk dapat mewujudkan ”Learning to life together” yaitu hidup
bersama dengan orang lain.
Ada beberapa sikap yang harus di tanamkan Guru PAK terhadap peserta didik
untuk meningkatkan sikap Oikumenis, yakni:

11
Christiaan De Jonge, Menuju Keesaan Gereja (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1993), 17.
12
B. J. Banawiratmo, Tempat dan Arah Gerakan Oikemenis (Jakarta:BPK-GM, 1994), 156.
1. Pluralisme. Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai dan memandang
Agama lain sebagai agama yang baik serta memiliki jalan keselamatan. Sikap ini
memandang setiap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan solidaritas,
dialog, dan kerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan lebih
berpengharapan.
2. Keterbukaan. Maksudnya sikap Iman bukanlah introvert tapi ekstrovert. Iman
kristen siap untuk dilihat dan diselidiki. Iman Kristen justru hidup jika di aplikasikan
dalam perbuatan. Keterbukaan akan menghindarkan diri menjelek-jelekkan agama
lain tetapi melihat secara positif bahwa dalam agama lain pun terdapat ajaran-ajaran
baik yang dapat di terapkan dalam kehidupan bersama. Keterbukaan memungkinkan
peserta didik dapat melihat orang lain bukan sebagai musuh tetapi sebagai sahabat
dalam kehidupan terutama dalam perbuatan kebaikan. Keterbukaan memungkinkan
orang-orang Kristen dapat menjadi berkat bagi sesamanya.13
II.7. PAK Sebagai Sarana Menanamkan Gerakan Oikumenis Dalam
Keberagaman
Pendidikan Agama Kristen disekolah haruslah mengarahkan keterbukaan. Ada empat
prinsip utama dari pendidikan Agama Kristen dalam menanamkan jiwa oikumenis yakni ;
1. Learning to know: pendidikan Agama Kristen haruslah diarahkan kepada
peningkatan pengetahuan yakni pengetahuan akan Allah sebagai Firmannya,
sesama , diri sendiri maupun lingkungannya. Peserta didik haruslah diarahkan
kepada pemahaman atas keutuhan ciptaan manusia, makhluk-makhluk dan alam
yang memiliki saling ketergantungan dan semuanya itu harus dijaga agar tetap
harmonis sesuai dengan rencana Allah dalam penciptaan manusia.
2. Learning to do: pendidikan Agama Kristen haruslah diarahkan agar peserta didik
memiliki keterampilan dalam mempraktikkan imannya ditengah-tengah
kemajemukkan masyarakatnya, bukan menjadi batu sandungan melainkan
menjadi berkat sesama dan lingkungan, bukan menjadi penutup diri melainkan
dapat menempatkan dirinya bersama-sama dengan orang lain untuk menghadirkan
Syalom Allah ditengah-tengah dunia ini.
3. Learning to be : pendidikan Agama Kristen haruslah diarahkan agar peserta didik
memiliki jati dirinya dan mampu menyatakan keberadaan dirinya dalam

13
John M. Nainggolan, Pendidikan Berbasis Nilai-Nilai Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011),
62.
kehidupan sehari-hari. Peserta didik mampu memahami bahwa ia hidup bukan
hanya untuk dirinya sendiri tetapi bagi sesama dan lingkungannya.
4. Learning to live together : pendidikan Agama Kristen haruslah diarahkan kepada
peserta didik menyadari betul bahwa hidup tidak mungkin sendirian. Keberhasilan
tidak dapat diraih sendirian, kesejahteraan harus dilakukan bersama-sama. Inti
Iman Kristen yang sesungguhnya ialah bahwa ia tetap hidup dan menjadi berkat
bagi sesamanya. 14
II.8. Metode atau Model Guru Dalam Pembelajaran PAK Untuk
Menanamkan Jiwa Oikumene
Dalam menanamkan jiwa oikumene terhadap peserta didik,guru PAK juga harus
membentuk suatu pengajaran dengan metode atau model yang melibatkan siswa untuk saling
belajar bersama, aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan dan menghargai perbedaan,
khususnya perbedaan agama atau aliran tertentu. Metode atau model cooperative learning
sebagai salah satu yang memberikan pengaruh besar bagi pertumbuhan dan perkembangan
jiwa untuk saling menghargai satu dengan yang lain. cooperative learning merupakan
kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu dalam
melalukan pembelajaran. Melalui ini siswa/peserta didik dilatih dan dibiasakan untuk saling
berbagi (Sharing) tanggung jawab, saling membantu dan berlatih berinteraksi, komunikasi,
sosialisasi serta belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Dalam
penerapan model atau metode dalam pembelajaran PAK guru memiliki peranan yang sangat
penting dan tanggung jawab yang penting. Metode yang tepat di tetapkan guru sebagai
metode pembelajaran yang membangun jiwa Oikumene pada peserta didik akan membawa
pengaruh yang baik bagi penanaman Oikumene pada peserta didik.15
III. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa, Guru adalah semua orang yang
mempunyai wewenang serta mempunyai tanggung jawab untuk membimbing dan membina
murid. Guru PAK adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang iman Kristen dan
dapat mengajarkannya kepada muridnya dan berlandaskan oleh Alkitab. dalam pergerakan
oikumene peran guru PAK adalah mengarahkan murid ke arah keterbukaan dan bukan
ketertutupan bagi sesamanya dan menanamkan sikap yang saling menghargai dan menerima
dengan yang lainnya.
IV. Daftar Pustaka
14
John M. Nainggolan, Pendidikan Berbasis Nilai-Nilai Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011),
26.
15
Ngalimun, Strategi Dan Model Pembelajaran (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), 161-162.
Banawiratmo, J.B. Tempat dan Arah Gerakan Oikumenis. Jakarta:BPK-GM, 1994.
Boehlke, Robert R. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen.
Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1997.
Darmadi, Hamid. Pengantar Pendidikan Era Globalisasi. Jakarta : An1mage, 2019.
Groome, Thomas H. Christian Religious Education. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2010.
Jonge, Christiaan De. Menuju Keesaan Gereja. Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1993.
Nainggolan, John M. Guru Agama Kristen Sebagai Panggilan dan Profesi. Bandung: Bina
Media Informasi, 2010.
Nainggolan, John M. Pendidikan Berbasis Nilai-Nilai Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011.
Ngalimun. Strategi Dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012.
Sidjabat, B.S. Mengajar Secara Profesional. Bandung: Kalam Hidup, 2010.
Syatra, Nuni Yusvavera. Desain Relasi Efektif Guru dan Murid. Yogjakarta: Buku Biru,
2013.
Umar. Pengantar Profesi Keguruan. Depok: Rjawali Pers, 2019.

Baik, terima kasih kepada penyaji. Saya Matilda Gea ingin bertanya : Bagaimana metode
pengajaran peranan seorang guru PAK dalam menanamkan jiwa oikumenis terhadap peserta
didik yang menganggap aliran gerejanya lebih benar atau bisa dikatakan peserta didik yang
tidak mau terbuka terhadap aliran lain. Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai