Anda di halaman 1dari 8

Nama Kelompok : Abdi Pranata Sembiring

Matilda Yurdita Gea

Tingkat/Jurusan : I/PAK

Mata Kuliah : Pembimbing Penulisan Karya Ilmiah dan Statistika

Dosen : Jon Renis Saragih, M.Th

PROPOSAL KARYA ILMIAH (SKRIPSI) DAN PENELITIAN


LAPANGAN

I. PENDAHULUAN
II. PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Proposal

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia proposal adalah rencana yang dituangkan
1
dalam bentuk rencana kerja. Proposal berasal dari kata bahasa Inggris yaitu to propose
yang artinay mengajukan.2 Menurut buku Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Penelitian mengatakan, proposal merupakan rancangan tertulis yang sedapat
mungkin disusun oleh peneliti, bai sendiri maupun bersama-sama. Bagi para peneliti
sendiri, proposal merupakan rencana kegiatan sebagai peta atau pedoman kerja yang
mencerminkan kualitas peneliti yang akan dilakukan, sehingga proposal penelitian telah
memiliki peta perjalanan dengan mantap.3

2.2.Fungsi Proposal
Ada beberapa fungsi proposal skripsi, yaitu :
1. Kita dapat melihat sebagai informasi segala peristiwa atau kejadian disuatu tempat
atau wilayah tertentu.
2. Melihat perubahan sosial karena suatu kebijaksanaan atau karena pengaruh sosial
lainnya. 4
3. Untuk melihat efektivitas dan peraturan perundangan yang berlaku.
4. Sebagai perbandingan atas penelitian atau teori yang telah ada.
1
... Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 889.
2
http://orlingsapri.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-proposal-skripsi. (Diakses tanggal 25 November
2018 pukul 23.48 WIB)
3
Suharismi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), 19.
4
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), 13.
2.3.Bentuk dan Isi Proposal

BAB I
Pendahuluan
1.1.Judul MISI HOLISTIK KEPADA SUKU ANAK DALAM
1.2.Latar Belakang Masalah

Misi bukan hanya perkara memberitakan kebenaran Firman Allah dan


pengkristenisasian, tetapi perkara menjangkau seluruh aspek kehidupan manusia yang
dilakukan secara bersamaan. Pergi memberitakan berarti memiliki tujuan agar semakin
banyak jiwa diselamatkan karena mereka mendengar tentang Yesus serta menerima Yesus
sebagai Juruselamatnya, sehingga dengan kata lain behwa menginjili berarti mempersaksikan
Yesus yang telah lahir. Yesus yang telah mati untuk menebus dosa-dosa manusia, bangkit
dan naik ke sorga sebagai bukti bahwa Yesus menang dari dosa dan Ia adalah Raja diatas
segala raja. Namun sulit bagi orang untuk percaya dan menerima Injil, oleh karena itu Injil
harus diberotakan ke seluruh dunia agar nyata kasih Allah dalam kehidupan umat-Nya. Dasar
untuk melakukan hal ini terdapat dalam Matius 28:28-20 (Amanat Agung).

Hal pertama yang perlu dijelaskan mengenai hal ini ialah bahwa Amanat Agung ini
masih mengikat gereja-gereja pada masa kini. Amanat ini tidak hanya diberikan kepada Rasul
tetapi juga kepada gereja yang akan berlangsung terus sampai pada akhir zaman. Jadi Amanat
Agung masih berlaku karena otoritas Kristus pun atas segala sesuatu masih berlangsung
(Mat. 28:18). Karena Kristus sudah berjanji untuk menyertai dan menolong misi gereja
sampai ajhir zaman (Mat.20:20).5 Alkitab adalah buku misi yang menyatakan kerinduan Bapa
di Sorga untuk menebus semua suku bangsa, semua orang yang berdosa untuk menerima
kabar baik dan keselamatan lewat anak-Nya Yesus. Kita jemaat Tuhan diberi tugsa untuk
menjadi mitra Allah dalam menjangkau suku-suku yang belum menerima kabar baik.6

Dalam memberitakan Injil, Injil tidak disampaikan dengan cara memaksa orang untuk
menerimanya. Dan tidak juga sekedar disampaikan supaya didengar ornag berdosa. Manusia
memang tidak luput dari dosa dan hidup yang dibalut oleh budaya dan kondisi yang berlapis-

5
John, Piper, Jadikan Sekalian Bangsa Bersukacita! Supremasi Allah Dalam Misi (Bandung :
Lembaga Literatur Baptis, 2003), 277-278.
6
Indonesia Profil Suku-Suku Yang Terabaikan (Indonesia : Indonesia, Pelangi Nusantara, 2010), 8-9.
lapis. Oleh karena itu, Injil harus dipresentasikan sedemikian rupa dengan cara atau metode
maupun model penginjilan yang relevan mudah dimengerti dan memberi temoat bagi Roh
Kudus yang berperan.7 Jadi sangat jelas tujuan penginjilan itu untuk membawa orang-orang
berdosa kepada jalan yang benar.

1.3.Identifikasi masalah

Identifikasi masalah merupakan proses untuk merumuskan permasalahan yang akan


diteliti. Identifikasi masalah ini harus menggambarkan permasalahan yang akan diteliti.
Identifikasi masalah juga harus menggambarkan permaslahan yang ada dalam topic dan judul
penelitian.8 Dari dasar perumusan diatas, penulis mencoba merumuskan identifikasi masalah
sebagai berikut :

1. Sempitnya pemahaman tentang bermisi, sehingga perlu pemahaman bahwa


bermisi adalah tugas setiap orang percaya.
2. Kurangnya pemahaman tentang suku-suku terabaikan, maka perlunya pemahaman
yang baik tentang suku terabaikan.
3. Pemahaman misi yang hanya diartikan sebagai mengkristenkan dan membaptis ,
tetapi misi juga membahas seluruh aspek kehidupan (holistic).
4. Kurangnya pemahaman dalam strategi misi untuk Suku Anak Dalam.
1.4.Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar peneliti dapat membatasi ruang linkupnya


dengan lebih jelas.9 Dan jika peneltian diangkat terlalu luas, maka hasil penelitian karya
ilmiah itu akan menghasilkan karya ilmiah yang dangkal. Oleh karena itu perlu pembatasan
masalah sehingga maslaah dapat diteliti dengan luas dan mendalam.10 Maka dalam hal ini,
penulis perlu membatasi masalah yaitu : Misi Holitik kepada Suku Anak Dalam, suatu
tinjauan misiologis dengan menggunakan misi yang holistik (pendekatan melalui aspek
sosial/budaya, pendidikan, kesehatan, dan agama) serta strategi misi yang dilakukan untuk
perkembangan nilai-nilai kehidupan termasuk spiritualitas kepada Yesus Kristus.

1.5.Perumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan sosial/budaya Suku Anak Dalam?

7
Makmur Halim, Model-Model Penginjilan Yesus Suatu Penerapan Masa Kini (Malang : Gandum
Mas, 2003), 26.
8
Riduan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis (Bandung : Alfa-Beta, 2004), 9.
9
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta : Bumi Aksara ,1989).
10
Surhasini, Prosedur Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 1998), 42.
2. Bagaimana pendidikan Suku Anak Dalam dan rangka perkembangan misis?
3. Bagaiman kesehatan Suku Anak Dalam?
4. Bagaimana sikap keagmaan Suku Anak Dalam dalam perkembangan misi?
1.6.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaiman sosial/budaya Suku Anak Dalam
2. Untuk mengeahui bagaimana pendidikan Suku Anak Dalam. Dalam rangka
perkebangan misi
3. Untuk mengetahui bagaimanakah keadaan Suku Anak Dalam
4. Untuk mengetahui bagaimana sifat keagamaan Suku Anak Dalam. Dalam
perkembangan misi
1.7.Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca serta menambah pengalamn
penulis dalam melakukan misi yang holistic kepada Suku Anak Dalam
2. Untuk menjadi referensi bagi siapa saja dalam memahami strategi misi ayng
holistiknya kepada Suku Anak Dalam
3. Sebagai masukan bagi para pekerja lapangan yang melayani di Suku Anak Dalam,
Jambi dan sekitarnya.
1.8.Metode Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penelitian lapangan
(field research), yakni dengan melakukan penelitian kepada Suku Anak Dalam.

BAB II

Metodolgi Penelitian

2.1. Lokasi Penelitian

Dalam melakukan penelitian lapangan (field research), penulis mengambil suatu


tempat penelitian sesuai dengan judul yaitu Misi yang Holistik Kepada Suku Anak Dalam.
Dimana mengambil tempat penelitian di SPE, Desa Sinar Gading, Kecamatan Tabir Selatan
yanag berada disekitar kota Bangko, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi dan sekitarnya.

2.2. Letak Geografis

Secara garis besar di Jambi Suku Anak Dalam dikelompokkan kedalam tiga
kelompok besar, yaitu : Orang Rimba di Taman Nasioanal Bukit Dua Belas berdasarkan
survey Warisi.11 2010 berumlah 1689 jiwa. Selanjutnya, orang Rimba yang di selatan
Provinsi Jambi (sepanjang jalan lintas Sumatra) dengan jumlah 1646, dan di utara Provinsi
Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit Tiga Puluh) sebanyak 527 jiwa.

SPE12 merupakan tempat yang didiami Suku Anak Dalam atau kerap disebut orang
Rimba, atau juga orang dusun menyebutnya sebagai Orang Sanak. SP juga memiliki banyak
tempat. Setiap SP berada diantara perumahan dusun dan secara sosial sedikit berbaur dengan
masyarakat dusun. Desa ini terletak kurang lebih dari 20 Km dari kota Bangko.

2.4. Misi yang Holistik dan Suku Anak Dalam


2.4.1. Konteks Sosial atau Budaya

Merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi orang Rimba ketika ada orang luar yang
mau tinggal dan bersosial dengan mereka, berbahasa dan memakan makanan yang diberikan
kepada siapa saja yang dianggapnya dekat. Bisa dilihat bahwa tolak ukur orang Rimba mau
memberikan sesuatu seperti makanan kepada orang luar, itu pertanda bahwa orang Rimba
merasa senang kepada orang luar tesebut. Makanan yang diberi hendaknya diterima, karena
suatu kebanggaan juga bagi mereka ketika makanan yang diberikan itu dimakan dan dipuji
kelezatannya. Ada kebiasaan bahwa suku ini jarang menyatakan kalimat pujian kepada
sesamanya, sehingga dalam hal ini pujian dan motivasi sangat menolong perkembangan sosial
sekaligus melatih mental orang Rimba dalam hal pertumbuhan spiritualitasnya.

2.4.2. Konteks Kesehatan

Orang Rimba mulai mengenal pengobatan medis sejak lima tahun terakhir. Walau
dalam proses pengenalannya membutukan waktu yang lama, namun akhirnya mereka mulai
terbuka dengan pengobatan medis seiring perkembangan zaman. Orang Rimba terkenal
dengan ketahanan tubuhnya yang kuat sesuai dengan tempat tinggalnya yang terbiasa hidup
di belantara. Biasanya kehidupan orang Rimba jarang diserang penyakit. Namun seiring
perkembangan zaman , orang Rimba semakin mengenal dunia luar sediikit demi sedikit.

11
Warisi adalah tim yang menjangkau orang RImba dalam aspek pendidikan, Meretas Aksara di
Belantara, (Jakarta : PT. Alex Gramedia Komputindo, 2012), 10.
12
SPE adalah nama tempat yang diberikan pemerintah yang diberikan untuk setiap transmigran. Bukan
berarti Suku Anak Dalam adalah orangg transmigran. Transmigran adalah orang luar yang datang ke suatu
daerah yang bukan daerah asalnya, sedangkan Suku Anak Dalam meruupakan penduduk asli di Provinsi Jambi
bahkan di kabupaten ini. Oleh karena itu, orang Sanak tinggal disekitaran orang transmigran baik di kabupaten
Mreangin maupun di kabupaten Sarolangon. Setiap SP disebut, guna lebih mudah mengingat tempatnya. Sejauh
ini SP ada mulai dari SPA sampai SPJ yang terletak secara acak disekitar kabupaten Merangin, Tebo dan
Sarolangon.
Mereka mulai memakan makanan yang biasa di makan oleh masyarakat luar. Misalnya mie
instan,13 penyedap makanan. 14
Terlihat bagi suku ini, bahwa ketahanan tubuh mereka juga
semakin berkurang dari ketahanan tubuh ornag Rimba dahulu. Mandi sekali sehari juga
membantu perkembangan kesehatan orang Rimba. Walau seharusnya mandi dua kali sehari
melihat kondisi lingkungan yang kurang bersih. Bau badan yang sangat menyengat begitu
khas dari suku ini. Sangat mudah mengetahui mereka ketika telah tercium aroma daging
babi dari badan mereka. Keadaan ini membuat lalat untuk datang mengerumuni tubuh dan
tempat tinggal mereka.

2.4.3. Konteks Pendidikan

Suku ini sangat mudah didekati melalui bidang pendidikan terkhususnya dalam
pengajaran kepada anak-anak. Pendekatan kepada anak-anak menjadi strategi yang paling
mudah dilakukan. Mereka juga mengakui bahwa mereka tidak pintar dan tidak tahu apa-apa
seperti orang luar, sehingga ada rasa minder pada sikap mereka sehari-hari ditengah-tengah
masarakat. Oleh karena itu, beberapa hal yang dilihat melalui pelayanan dibidang pendidikan
yaitu: mengajar mendidik karakter anak. Hal yang dapat dilakukan untuk anak-anak di Suku
Anak Dalam adalah mengajari cara mandi yang bersih, mengajari cara makan yang baik,
mengajari berdoa dan bernyanyi. Dalam melakukan pengajaran, tidak semudah mengajar
anak-anak di kota ataupun di desa. Dilatarbelakangi yang biasa tinggal di hutan menjadikan
anak-anak orang Rimba sulit tertib. Aktivitas belajar berlangsung tertib maksimal hanya lima
belas menit, selebihnya anak-anak bertindak sesukanya, ada yang berkelahi, ada yang minta
makanan, ada kembali ke rumah dan lain sebagainya.

2.4.4. Konteks Keagamaan

Mayoritas Suku Anak Dalam yang tinggal di SPE secara kepemerintahan menganut
agama Kristen (dalam Kartu Tanda Penduduknya). Namun, kehidupan suku ini belum
menunjukkan bagaimana orang Kristen biasanya, kecuali makan daging babi. Suku ini
memilih menganut agama Kristen sebagai agamanya karena agar mereka bisa memakan
daging babi. Tipisnya pelayanan dalam bidang pelayanan terhadap suku ini menjadikan
mereka terkukung dalam kepercayaan-kepercayaan nenek moyang yang animism dan
dinamisme. Pelayanannya dalam bidang keagamaan harus lebih nyata bagi Suku Anak

13
Mie Instant yang sering dikonsumsi adalah Indomie dan Supermi. Mereka suka memakannya dengan
mentah.
14
Penyedap makanan yang sering digunakan di Suku Anak Dalam adalah Ajinamoto dan Masako.
Dalam. Mengasihi sesame manusia menjadi hal terpenting dalam pemahaman beragama
Kristen, menunjukkan kepedulian, dan menegur kebaikan. Orang Rimba juga sangat
menekankan kebaikan dalam kebudayaannya. Tidak boleh mencuri adalahsalah satu budaya
orang Rimba juga,namun ada pola piker mereka yang menyatakan kalau mencuri makanan
dan barang-barang kecil saja itu tidak masalah dan itu bisa diampuni. Dalam hal ini orang
.dalam bentuk tindakan maupun perkataannya.

2.4.5. Populasi dan Sampel


2.4.5.1. Populasi
Populasi adalah sejumlah individu atas objek yang terdapat dalam kelomok tertentu
yang dijadikan sumber data, yang berada dalam kualitas yang jelas batas-batasnya dan
mempunyai pola-pola kualitas yang unik, serta memiliki keseragaman ciri-ciri.15 Jadi
populasi dalam satistik tidak terbatas pada sekelompok/kumpulan orang-orang namun
mengacu pada semua ukuran, hitungan, atau kualitas yang menjadi focus perhatian suatu
kajian. 16 Adapun dasar keluarga penduduk dalam satu kelompok yang tinggal di SPE adalah:
1. Nenek Jenton (satu orang)
2. Bapak Rini, ibu Rini, Rini (tiga orang)
3. Bapak Rama, ibu Rama, Rangga, Sakti dan Tasya (lima orang)
4. Bapak Erik, Ibu Erik, Erik (tiga orang)
5. Bapak Jono, ibu Jono, Jono, Damar (empat orang)
6. Bapak Wismar, ibu Wismar, Wismar Tantri (empat orang)
7. Bapak Rosita, ibu Rosita, Rosita, Jandra (mpat orang)
8. Bapak Raja, ibu Raja, Andi (empat orang)
9. Bapak Refan, ibu Refan, Refan, Andi (empat orang)
10. Bapak Dewi, ibu Dewi (dua orang)
11. Bapak Tebe, ibu Tebe, Tebe (dua orang)
12. Bapak Panji, ibu Panji, Panji (tiga orang)
13. Bapak Kinar, ibu Kinar, Kinar (tiga orang)
14. Bapak Bayu, ibu Bayu, Bayu (tiga orang)
15. Bapak Tumenggung, ibu Tumenggung (dua orang)
16. Sonia (satu orang)
17. Alisa (satu orang)

15
Muhammad Surya, Teknik Penelitian (OT : Debbikbud, 1993), 8.
16
Harinaldi, Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains (Jakata : Erlangga, 2005), 2.
Dengan demikian,tercatat lansia satu orang, bapak-bapak empat belas orang, ibu-ibu
lima belas orang (satu orang janda belum punya anak), anak-anak enam belas orang, remaja
dan pemuda dua orang.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pak & Remaja
    Pak & Remaja
    Dokumen10 halaman
    Pak & Remaja
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Survei Luka Batin
    Survei Luka Batin
    Dokumen2 halaman
    Survei Luka Batin
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Stress Test
    Stress Test
    Dokumen3 halaman
    Stress Test
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Kel. 4
    Kel. 4
    Dokumen8 halaman
    Kel. 4
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Kel. 5
    Kel. 5
    Dokumen6 halaman
    Kel. 5
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Kel. 1
    Kel. 1
    Dokumen7 halaman
    Kel. 1
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat