Anda di halaman 1dari 10

Nama Kelompok : Matilda Yurdita Gea

Roma Jelita Br Kaban

Tingkat/ Jurusan : II/PAK

Mata Kuliah : Pak Anak dan Remaja

Dosen Pengampu : Meri Ulina Ginting M.Si (Teol)

MENYELESAIKAN KENAKALAN REMAJA

I. PENDAHULUAN
Pada pertemuan kali ini kita akan membahas bagaimana kenakalan yang dilakukan
remaja dan cara menyelesaikannya. Remaja merupakan individu yang berkembang dimana
remaja bertumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja adalah masa peralihan manusia
dari anak-anak menuju dewasa. Mari kita membahas materi ini bersama-sama.

II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Remaja


Secara etimologi remaja berasal dari bahasa Latin yaitu adolescere dengan bahasa asli
yaitu adolesence, yang artinya tumbuh untuk mencapai kematangan. Anak dianggap sudah
dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.1 Ramaja sebetulnya tidak mempunyai
tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat
diterima secara penuh untuk masuk golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan
dewasa. Oleh karena itu remaja sering dikenal dengan fase mencari jati diri.
Remaja adalah suatu dimana :
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa.

1
Muhammad Ali, Psikilogi Remaja (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), 9.

1
3. Terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif mandiri.2

2.1.1. Mengenal Remaja

1. Fisik
Perkembanagn fisik dalam periode masa remaja meliputi segi pertambahan tinggi dan
berat badan. Untuk remaja pria mulai sekitar umur 10,5 sampai 16 tahun, sedangkan remaja
wanita percepatan pertumbuhan sudah mulai antara umur 7,5 tahun dan 11,5 tahun dengan
umur rata-rata 10,5 tahun. Puncak penambahannya tercapai pada umur 12 tahun, kurang lebih
6-11 cm setahun.selain mengalami percepatan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan,
remaja juga mengalami proses kematangan seksual.
2. Sosial
Dalam masa perkembangan ini, seseorang remaja mulai tergugah rasa sosial untuk
ingin bergabung dengan anggota-anggota kelompok yang lain. Pergaulannya yang dahulu
terbatas dengan anggota keluaga, tetangga dan teman-teman sekolah; saat ini dia ingin lebih
meluaskan lebih pergaulannya sehingga tidak jarang mereka meninggalkan rumah.
Penggabungan diri dengan anggota kelompok yang lain sebenarnya merupakan usaha mencari
nilai-nilai baru dan ingin berjuang mencapai nilai-nilai itu, sebab remaja mulai meragu-
ragukan kewibawaan dan kebijaksanaan orang tua, norma-norma yang ada dan sebagainya.
3. Intelektual
Dalam perkembangan intelektualnya, remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau
mencari begitu saja perintah-perintah atau peraturan yang ada, mereka ingin juga mengetahui
alasan dan sebab-sebabnya. Mereka mulai bertanya-tanya tentang keadilan, kebenaran, arti
hidup; ragi-ragu tentang adanya Tuhan dan sebagainya. Tidak jarang dengan perkembangan
intelektualnya yang bersifat kritis ini, remaja mengalami konflik atau pertentangan dengan
pihak orang tua atau pendidik-pedidiknya.
4. Emosional
Emosional remaja berada dalam situasi “strum unddrang” (badai dan dorongan).
Sebab belum stabil dan mencapai kematangan pribadi secara dewasa, perasaan belum mapan

2
Warlito, W. Sarwono, Paikologi Remaja (Jakarta: Rajawali Per, 2010), 12.

2
ini sering membawa mereka ke dalam kegelisahan, yang pada satu pihak ingin mencari
pengalaman atau melakukan segala keinginan yang ada, tetapi dilain pihak terbentur akan
ketidakmampuan untuk melakukannya. Mereka merasa canggung akan pertambahan tinggi
badan yang dirasa “aneh” dan “menganggu”, mudah tersinggung, kesal hati, rasa tertekan, dan
ingin marah. Tetapi kadang-kadang berada dalam suasana gembira, ringan hati untuk
melakukan pertolongan kepada orang lain dan sebaginya. Pada pihak lain remaja
membutuhkan rasa aman dalam lingkungannya dalam bentuk pengertian akan keadaanya
ataupun mengenai problema yang dihadapi. Selain itu remaja menghendaki adanya pengakuan
sosial. Remaja tidak mau diperlakukan seperti anak kecil yang dapat diperintah untuk
melakukan apa saja dalam keadaan emosi yang belum stabil celaan atau kritikan dari
lingkungannya sering kali ditanggapi secara sungguh-sungguh dan sering ditafsirkan sebagai
ejekan atau meremehkannya. Akibatnya mereka sering bersikap antipati dan melawan.3

2.3. Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja (Juvenile delinquency) merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan


oleh adanya perubahan-perubahan sosial di masyarakat, seperti pergeseran fungsi keluarga
karena kedua orang tua bekerja, sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi berkurang.4

2.4. Sebab-Sebab Kenakalan Remaja


1. Kurangnya perhatian orang tua kepada anak, hal ini dikarenakan tidak adanya perimbangan
orang tua dengan tugas-tugasnya yang menyeluruh.
2. Kurangnya teladan dari orangtua. Teladan orang tua sangat dibutuhkan oleh anaknya baik
dalam bentuk tingkah laku seorang ayah atau ibu kepada adiknya, kakak maupun terhadap
lingkungan sekitarnya.
3. Kurangnya pendidikan agama dalam keluarga. Biasanya orang tua beranggapan bahwa
pendidikan itu hanya diberikan di sekolah saja sedangkan di rumah tidak perlu lagi.

3
Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya (Yogyakarta
:Kanisius, 1984), 16-18.
4
Bagja Waluya, Sosiologi (Bandung: PT. Setia Purna Inves,2007), 24.

3
Padahal orang tua tidak menyadari bahwa kehidupan anak di rumah lebih lama
dibandingkan di sekolah yang hanya beberapa jam saja.5

2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja

1) Faktor intern, yaitu faktor yang ada di dalam diri anak sendiri. Faktor intern siswa
sebagai penyebab kenakalan adalah berkaitan dengan kejiwaan, misalnya
kejengkelan-kejengkelan anak untuk mencapai tujuan, juga kompensasi negatif
sebagai penyalur tekanan-tekanan batin untuk mencaapi tujuan itu.
2) Faktor keluarga, keluarga adalah sebuah wadah dari permulaan pembentukan pribadi
serta dasar fundamental bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Lingkungan
keluarga yang kurang menerapkan disiplin kepada anak-anaknya dapat
mempengaruhi terjadinya kenakalan siswa/remaja.
3) Faktor lingkungan masyarakat. Masyarakat adalah bagian dari lingkungan
pendidikan setelah pendidikan keluarga dan sekolah. Oleh sebab itu bagaimanapun
kondisi masyarakat disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempunyai pengaruh terhadap perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan masyarakat dapat menjadi sumber terjadinya perbuatan yang mengarah
pada kenakalan anak.
4) Faktor lingkungan sekolah. Sekolah adalah suatu lingkungan pendidikan yang secara
garis besar masih bersifat formal. Sekolah bisa menyebabkan timbulnya kenakalan
remaja yang mana penyebab terjadinya kenakalan remaja dipicu dari adanya
pengaruh teman-temannya. 6

2.6. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

1. Berbohong, memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutupi


kesalahan.
2. Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan dari pihak sekolah.

5
Imam Musbikin, Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja (Riau : Zanafa Publishing, 2013), 21-22.
6
Imam Musbikin, Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja, 23-26.

4
3. Kabur, meninggalkan rumah tanpa seijin orang tua atau menentang keinginan orang
tua.
4. Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, dan mudah
menimbulkan perbuatan iseng yang negatif.
5. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, sehingga mudah
teragsang untuk mempergunakannya. Misalnya pisau, dan pistol.
6. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, sehingga mudah terjerat
dalam perkara yang benar-benar kriminal.
7. Berpesta pora semalaman, suntuk tanpa pengawasan, sehingga mudah timbul
tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab.
8. Membaca buku-buku porno dan kebiasaan mempergunakan bahasa-bahasa yang
kurang sopan.
9. Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri, baik dengan tujuan kesulitan ekonomis
maupun tujuan yang lain.
10. Berpakaian tidak pantas dan minum-minuman keras atau mengisap ganja yang
merusak dirinya.
 Kenakalan yang dapat digolongkan pelanggaran tehadap hukum dan
mengarah kepada tindakan kirminal. Misalnya :
1. Berjudi sampai mempergunakan uang dan taruhan benda yang lain.
2. Mencuri, mencopet, menjambret, merampas dengan kekerasan atau tanpa
kekerasan.
3. Penggelapan barang.
4. Penipuan dan pemalsuan.
5. Pelanggaran tata susila, menjual gambar-gambar porno ataupunfilm porno, dan
pemerkosaaan.
6. Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat keterangan surat resmi.
7. Tindakan –tindakan anti sosial perbuatan yang merugikan orang lain.
8. Percobaan pembunuhan.
9. Menyebabkan kematian orang lain, turut berangkut dalam pembunuhan .
10. Pengguguran kandungan. dan

5
11. Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian seseorang.7

2.7. Mengatasi Kenakalan Remaja


2.7.1. Pentingnya pembinaan moral
Pembinaan adalah sebuah proses, cara membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.
Moral adalah suatu istilah yang dipakai untuk menentukan batas-batas dari sifat,
kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau
buruk.
Jadi, pembinaan moral adalah suatu upaya untuk mengatur langkah-langkah yang akan
ditempuh oleh guru atau pendidik untuk menanamkan, menumbuhkan, meningkatkan serta
memperbaiki nilai-nilai moral siswa demi terbentuknya manusia yang bebudi pekerti luhur
sesuai dengan yang dicita-citakan agama, bangsa dan negara.

2.7.2. Upaya pembinaan moral untuk mengatasi kenakalan remaja


1. Upaya pembinaan yang berbentuk pencegahan. Yaitu untuk mencegah jangan sampai
kenakalan yang dilakukan siswa semakin meluas. Upaya ini dilakukan secara terus-
menerus dengan cara selalu menciptakan suasana religius di lingkungan keluarga,
sekolah atau dingkungan yang mengacu perkembangan moral siswa ke arah yang
positif.
2. Upaya pembinaan moral yang berbentuk penyembuhan. Pembinaan ini lebih
ditujukan kepada siswa yang bermasalah dimana guru pendidikan agama menjalin
kerja sama dengan guru bimbingan konseling, menjalin kerja sama antara sekolah
dengan wali murid, dan mengadakan pendekatan langsung dengan siswa.8

2.7.3. Peran bimbingan konseling di sekolah untuk mengatasi kenakalan


remaja

7
Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya, 22-24.
8
Imam Musbikin, Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja, 40-43.

6
Bimbingan konseling sangat penting dilakukan untuk mengenal permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh siswa/remaja.

Hal-hal yang perlu dilakukan yaitu :


1. Tindakan Preventif, berarti mencegah timbulnya kenakalan remaja. Ini dilakukan
secara sistematis dan terencana, untuk menjaga agar kenakalan itu tidak timbul.
2. Tindakan Represif. Ini merupakan usaha untuk menindak pelanggaran norma-
norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap
setiap perbuatan pelanggaran. Dapat juga dilakukan pendekatan yaitu kunjungan di
rumah dan konseling secara individu atau kelompok.
3. Tindakan kuratif. Tindakan ini dilakukan pencegahan lainnya dilaksanakan dan
dianggap perlu mengubah tingkah laku remaja dengan memberikan pendidikan lagi.
Tidak hanya bersifat pengetahuan saja tetapi mental dari siswa tersebut.9

2.8. Langkah-Langkah Penanggulangan Kenakalan Remaja


Langkah perdana dalam upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberi
penjelasan secara luas dan rinci kepada anak-anak remaja tentang hukum yang relevan
dengan perbuatan-perbuatan nakal yang kerap mereka lakukan. Dengan demikian remaja
akan dapat memiliki pemahaman atau pengertian, penghayatan dan perilaku hukum yang
sehat.10 Usaha penganggulangan yang dapat dilakukan yaitu :
 Keadaan keluarga
a. Keluarga yang harmonis sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang
baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup.
b. Keluarga berfungsi sebagai pusat kehidupan dan kebudayaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :
 Memberi tugas yang sesuai dengan kemampuan anak.
 Mendorong minat anak untuk mengembangkan bakat.

9
Imam Musbikin, Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja, 73.
10
Sudarsono, Kenakalan Remaja (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), 5.

7
 Menciptakan suasana yang edukatif, yaitu dengan membiasakan anak sejak
kecil untuk membaca buku-buku yang bermutu, dan perlu mengontrol bacaan-
bacaan yang dapat merugikan perkembangan jiwa.
 Melatih hidup untuk disiplin diri sejak kecil, tanpa perlu menggunakan
kekerasan atau paksaan yang mengakibatkan jiwa anak menjadi kerdil.
 Memperhatikan kebutuhan reaksi bersama secara sederhana tanpa mengurangi
keakraban.
 Kesempatan yang cukup untuk mengadakan dialog untuk saling terbuka antar
sesama anggota keluarga.
 Agar tidak terjerumus dalam kesibukan, perlu dibuat jadwal untuk acara
keluarga.
 Menanamkan nilai-nilai religius, misalnya ibadah keluarga setiap hari sebagai
santapan rohani.
c. Nuclear Family (keluarga inti), yaitu : lengkapnya struktur keluarga, sehingga
terdapat keutuhan dalam interaksi. Masing-masing dari orang tua harus memiliki
kesefahaman tentang norma-norma yang harus dianut untuk pendidikan anak.11
1. Peranan Ayah
a. Sumber kekusaan dan dasar identifikasi.
b. Bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
c. Pelindung ancaman dari luar.
d. Penghubung dunia luar.
e. Pendidik dari segi rasional
2. Peranan ibu
a. Pemberi rasa aman dan kasih sayang.
b. Tempat mencurahkan isi hati.
c. Pengatur kehidupan rumah tangga.
d. Pembimbing kehidupan rumah tangga.
e. Pendidik penyimpan tradisi.

11
Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya, 53.

8
d. Memberikan bimbingan sebagai : usaha untuk menemukan, menganalisa, dan
memecahkan kesulitan yang diahadapi anak dalam hidupnya. Jadi tugas orang tua
adalah :
1. Berusaha mengerti pribadi anak-anaknya.
2. Memupuk kesanggupan untuk menolong diri sendiri dalam mengatasi masalah.
3. Untuk mengembangkan potensi anak yang ada.
4. Membimbing untuk mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan disekitarnya.
5. Membimbing kepada ketaatan dan kasih, nilai-nilai agama dan moral.

 Lingkungan sekolah
a. Tugas sekolah adalah menciptakan suasana yang baik agar tercipta suasana
belajar dan mendorong kreativitas murid.
Sekolah dapat mengadakan kegiatan yang bersifat ekstarkurikuler seperti :
1. Pembentukan pramuka
2. Latihan kesenian
3. Membentuk klub-klub olahraga
4. Badan keamanan lalu lintaas
5. Mengadakan tour sebagai berdama wisata
b. Sekolah bertugas mengadakan kerja sama antara orang tua murid dengan pihak
sekolah.
 Masyarakat
Masyarakat bertugas sebagai :
a. Mengadakan pengawasan terhadap perkumpulan pemuda dengan mengadakan
pencatatan, bila perlu diadakan peninjauan agar tidak bersifat liar.
b. Mengadakan pengawasan dan tindakan yang tegas terhadap peredaran buku-buku.
c. Peningkatan penelitian baik ditinjau dari segi psikologis, sosiologis, ekonomi
maupun politik untuk menemukan permasalahan yang sebenarnya dari kenakalan dan
kejahatan yang semakin kompleks.
d. Mengadakan pertemuan-pertemuan umum seperti ceramah, diskusi, atau seminar
untuk membicarakan masalah kenakalan dan mencari jalan keluarnya.

9
e. Mengembangkan kelompok minat yang biayanya terjangkau oleh masyarakat yang
pendapatannya kecil.
f. Menciptakan suasana dalam lembaga permasyarakatan sehingga menjadi wadah
pendidikan yang mampu untuk mengayomi.12

III. KESIMPULAN
Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan individu
yang berkembang dimana remaja bertumbuh untuk mencapai kematangan. Masa remaja adalah
masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Masa perkembangan ini sangat rentan
dengan perilaku-perilaku yang baik maupun tidak baik. Kenakalan remaja merupakan gejolak
kehidupan yang disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan sosial di masyarakat. Kenakalan
remaja terjadi karna disebabkan oleh faktor dari dalam diri anak, keluarga, lingkungan maupun
masyarakat. Oleh sebab itu, penanggulangan dari masalah yang terjadi pada dunia remaja
haruslah diperhatikan oleh orang tua, pendidik di sekolah, pemimpin di masyarakat sebagai yang
berperan dalam menanggulangi kenakalan remaja.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Ali, Psikilogi Remaja, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.
Sarwono,Warlito, W., Paikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Per, 2010.
Mulyono Bambang, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya,
Yogyakarta :Kanisius.
Musbikin, Imam, Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja, Riau : Zanafa Publishing, 2013.
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta : Rineka Cipta, 2012.
Bagja Waluya, Sosiologi, Bandung: PT. Setia Purna Inves,2007.

12
Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya, 54-56.

10

Anda mungkin juga menyukai