BAHAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
KELAS X
Kompetensi inti: Mewujudkan nilai-nilai kristiani dalam pergaulan antar pribadi dan kehidupan
social dengan menunjukkan bahwa remaja Kristen bertumbuh sebagai pribadi dewasa dan tidak
kehilangan identitas.
Bahan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Kelas X
BAHAN PEMBELAJARAN
Standar Kompetensi:
Mewujudkan nilai-nilai kristiani dalam pergaulan antar pribadi dan kehidupan social dengan
menunjukkan bahwa remaja Kristen bertumbuh sebagai pribadi dewasa dan tidak kehilangan identitas.
Kompetensi Dasar:
1. Mengalami proses pertumbuhan sebagai pribadi yang dewasa dan memiliki karakter yang kokoh
dengan pola pikir yang komprehensif dalam segala aspek.
2. Mengidentifikasi berbagai pergumulan dalam keluarga dalam kaitannya dengan pengaruh
modernisasi.
3. Menjelaskan makna kebersamaan dengan orang lain tanpa kehilangan identitas.
d. Emosional
1) Keinginan untuk tampil dewasa dan kesadaran bahwa dirinya belum pencapaian
kedewasaan. Perasaan belum mapan ini menimbulkan kegelisahan, mudah tersinggung,
kesal, tertekan dan marah.
2) Tidak rela diperlakukan seperti anak kecil, dan merasa tersanjung malu jika diperlakukan
sebagai orang dewasa.
3) Kritikan atau celaan ditanggapi secara sungguh-sungguh dan dimasukkan ke hati, lalu
ditafsirkan sebagai ejekan atau meremehkan.
Kalau tidak diarahkan dengan baik dan benar dapat mengakibatkan kemungkinan, minder (tidak
percaya diri) atau sombong.
3. Ciri-ciri Umum Kepribadian
DEWASA TIDAK DEWASA
ASPEK FISIK
1. Menerima hal-hal yang tidak bisa diubah 1. Tidak puas dengan cirri-ciri fisik yang ada
dan cirri-ciri fisik yang ada sejak lahir sejak lahir, warna kulit, kondisi rambut,
mulai ujung rambut sampai ujung jari bentuk muka, dan sebagainya, iri melihat
kaki penampilan fisik orang-orang lain.
2. Menempatkan seks pada proporsi yang 2. Memiliki sikap tidak sehat terhadap seks:
wajar (hubungan seks terjadi secara legal mengagungkan seks, diperbudak oleh
dengan orang yang dikasihi dan seks.
mengasihi)
3. Dapat memilih makanan yang memenuhi 3. Tidak dapat memilih makanan yang
persyaratan gizi yang baik. memenuhi persyaratan gizi yang baik
4. Memiliki keseimbangan antara bekerja 4. Tidak memiliki keseimbangan antara
dan istirahat. bekerja dengan istirahat: terlalu banyak
bekerja atau terlalu banyak
istirahat/santai.
ASPEK SOSIAL
1. Memiliki teman baik pria maupun wanita 1. Iri terhadap pria, wanita, tidak bisa
bergaul akrab dengan sesame jenis atau
lawan jenis.
2. Dapat bergaul dengan teman sebaya 2. Sombong, tidak bisa bergaul atau hanya
maupun yang beda usia (lebih muda dan bergaul dengankelompok usia tertentu.
lebih tua)
3. Tidak terpengaruh oleh teman sebaya. 3. Terpengaruh oleh teman sebaya
4. Melihat dari sudut orang lain, dapat 4. Melihat hanya dari sudut pribadi, tidak
merasakan sukacita/dukacita orang lain. mampu menghayati dinamika
pergumulan orang lain.
5. Melihat apa yang baik pada orang lain, 5. Iri atas keberhasilan orang lain, merasa
memberikan pujian untuk hal-hal baik terganggu ketika orang lain menceritakan
yang ada pada orang lain. keberhasilannya.
6. Objektif dalam menilai diri sendiri dan 6. Usil dengan persoalan orang lain,
orang lain, mengakui kalah ketika menjelek-jelekkan orang lain sehingga
memang kalah menimbulkan kesan hanya diri sendiri
yang lebh baik
7. Menghormati orang tua, tetapi tidak 7. Bergantung pada orang tua dan orang
bergantung pada mereka. lain.
8. Memiliki rasa humor, mampu 8. Membuat lelucon atas diri orang lain,
menertawakan diri sendiri. tetapi bukan atas diri sendiri.
9. Bertanggung jawab atas kesalahan 9. Memaki orang lain atas kesalahan pribadi.
pribadi
10. Dapat menyesuaikan diri dan 10. Yakin bahwa orang-orang menentangnya.
menempatkan diri.
11. Senang atas keberhasilan orang lain. 11. Senang atas kegagalan orang lain.
12. Dapat mempercayai orang lain. 12. Tidak dapat mempercayai orang lain.
13. Sabar mendengarkan cerita orang lain. 13. Tidak sabar mendengarkan cerita orang
lain.
14. Bisa dekat dengan orang lain dan 14. Ingin dekat dengan orang lain, tetapis
membina kerukunan. elalu mendendam dan mencemburui.
ASPEK EMOSI
1. Dapat mengontrol emosi, 1. Tidak dapat mengontrol emosi, tetapi
mengekspresikan emosi dengan cara dikontrol emosi, mudah tersinggung,
yang tepat, terhadap orang yang tepat, merasa pahit, mengekspresikan emosi
dengan alasan yang tepat pada waktu dengan cara yangmerusak diri sendiri atau
yang tepat. orang lain.
2. Percaya pada diri sendiri. 2. Kurang percaya diri.
3. Bebas dari iri hati. 3. Iri hati.
4. Dapat menunggu untuk mendapatkan 4. Apa yang diinginkan mau didapatkan pada
apa yang diinginkan saat itu juga.
5. Memiliki emosi yang wajar dan dengan 5. Memiliki emosi yang tidak wajar, malu
kadar yang sesuai: malu, takut, rasa berlebihan dan tidak tahu malu, penakut,
bersalah. dikejar rasa salah sampai mengganggu
fungsi sehari-hari.
6. Tidak merasakan kesepian walaupun 6. Mudah merasa kesepian walaupun di
sendirian. tengah keramaian.
ASPEK INTELEKTUAL
1. Dipimpin oleh akal sehat 1. Tidak dipimpin oleh akal sehat: curiga,
berpikir negative dan pesimis.
2. Dapat bekerja sampai selesai/tekun. 2. Menunda pekerjaan dengan alasan yang
dibuat-buat.
3. Hidup dalan dunia realitas. 3. Hidup dalam dunia mimpi.
4. Melihat ke masa depan. 4. Terpaku pada masa lampau.
5. Menarik manfaat dari 5. Tidak mau belajar dari
kegagalan/kesalahan kegagalan/kesalahan.
6. Rajin, mau berusaha 6. Malas, menunggu perubahan nasib terjadi
dengan sendirinya.
7. Memiliki inisiatif. 7. Tidak memiliki inisiatif.
ASPEK MORAL-SPRITUAL
1. Menerima nilaimoral yang berlaku 1. Mengabaikan nilai moral demi
universal untuk kebaikan semua: jujur, kepentingan diri sendiri.
tanggung jawab, keberanian, keadilan,
kebenaran, komitmen, kepedulian,
kesetiaan, kesabaran, toleransi,
kerjasama, integritas, menghormati hak
4. Minat-minat Remaja
Minat-minat remaja yang sering terjadi dan nampak, adalah:
a. Minat rekreasi:
1) Permainan olah raga
2) Bersantai
3) Bepergian
4) Hobi
5) Dansa
6) Membaca
7) Menonton
8) Radio dan kaset
9) Televise
10) Melamun
b. Minat sosial:
1) Pesta
2) Minum-minuman keras
3) Obat-obatan terlarang
4) Percakapan
5) Menolong orang lain
6) Peristiwa dunia
7) Kritik dan pembaharuan
a. Standar perilaku
b. Metode disiplin
c. Hubngan dengan saudara kandung
d. Merasa jadi korban
e. Sikap yang sangat kritis
f. Besarnya keluarga
g. Perilaku yang kurang matang
h. Memberontak terhadap sanak keluarga
i. Masalah palang pintu.
Seseorang yang masuk kelompok ini ialah seseorang yang mengalami dan mengatasi krisis
lewat peninjauan kembali, berbagai pilihan dalam hidup mereka, dan kini mulai merasa
aman dalam hidup mereka yang dewasa dan mandiri.
c. Di lain pihak, seseorang yang belum menemkan identitas, akan melakukan mekanisme
pertahanan, untuk mengurangi kecemasan yang diakibatkan kekaburan identitas. Mekanisme
pertahanan yang umum ditempuh ialah:
1) Pelarian diri sendiri
Bertujuan untuk mengimbangkan rasa kabur yang merasuki hidup mereka, seperti: pesta,
mabuk, kutu buku. Pada pokoknya pelarian itu mencakup kegemaran yang berlebihan.
2) Menemukan nilai pengganti
Mereka mencari dan menemukan kepuasan dalam peran-peran tertentu, bisa negative bisa
juga positif, seperti atlet berprestasi, petinju, pemimpin atau pelajar teladan. Nilai pengganti
ini dapat membuat mereka mengidentifikasi diri secara berlebihan dengan perkara tertentu
yang memberikan identitas, pengganti kesibukan yang menyita seluruh waktu, memberikan
kepadanya nilai pengganti yang diterima masyarakat untuk identitasnya yang baru.
3) Melibatkan diri dalam tindakan melanggar hukum
Mereka telah berpikir bahwa keadaan mereka yang tanpa makna adalah sah dan wajar. Jadi
ketidakbermaknaan diri dilegitimasikan dengan tingkah laku tanpa makna pula, seperti
berjudi, mengkonsumsi narkoba, membuat keonaran dan sebagainya.
A. Kedewasaan Fisik
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang diawali dengan masa puber. Salah satu indicator
kedewasaan seseorang adalah pertumbuhan fisik. Kedewasaan fisik dalam arti tersebut, tidak
menunjukkan kedewasaan dalam segi emosi dan pola pikir. Pada masa pertumbuhan, tubuh
manusia seperti tanaman yang akan menjadi layu apabila tidak dirawat. Supaya tubuh manusia
menjadi sehat, bertumbuh dan berkembang, manusia harus mengkonsumsi makanan dan minuman
bergizi, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, obat-obatan terlarang, merokok, diet yang
berlebihan dan bergaya hidup seks bebas. Tubuh merupakan karya Tuhan yang harus disyukuri
keberadaannya. Karena itu, pelihara dan jagalah kesehatan tubuh.
Manusia secara individual adalah karya Allah secara khusu dan istimewa, beda dengan semua orang
yang ada di muka bumi ini. Tuhan merencanakannya sedemikian rupa menurut kekayaan kreasi-Nya
sendiri. Jadi setiap orang harus menerima dan banggsa dengan dirinya sendiri secara positif dan
bernilai kristiani.
Beberapa keberadaan diri yang harus diterima dan disyukuri:
1. Jenis Kelamin
Allah menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan. Oleh sebab itu laki-laki harus
menerima diriny sebagai laki-laki dan perempuan menerima dirinya sebagai perempuan (1 Kor
6:9-10).
2. Fisik
Kita harus menerima dan beryukur atas tubuh yang Tuhan berikan, baik semp[urna atau tidak,
semuanya harus menjadi alat di tangan Tuhan (Mat 5:29). Jadi tubuh yang sempurnapun tidak
bernilai lagi jika digunakan pada hal-hal yang tidak benar.
3. Paras atau kecantikan
Kecantikan atau ketampanan fisik itu relative. Tetapi kecantikan atau ketampanan batiniah itu
standard an tidak membosankan. Fisik harus dirawat dan dijadikan bait atau rumah bagi Roh
Allah (1 Kor 3:16), bukan jadi kelinci percobaan bagi segala alat-alat kecantikan.
4. Keterbatasan
Manusia adalah makhluk terbatas, tidak sempurna, tetapi keterbatasan dapat diperkecil atau
dipersempit. Orang yang tidak cepat mnangkap pelajaran, dapat mengulang berkali-kali, orang
yang ekonominya terbatas dapat berusaha memperbaikinya dengan menerima lebih dahulu
keterbatasan yang ia miliki. Keterbatasan harus diterima supaya tidak tergoda untuk putus asa
atau dirasuki ambisi berlebihan.
5. Akibat kecelakaan
Karena keterbatasan, manusia dapat mengalami kecelakaan. Kecelakaan itu bermacam jenisnya,
dan bervariasi akibatnya. Kecelakaan kerja atau lalu lintas dapat mengakibatkan cacat fisik atau
bahkan merusak alat produksi, seperti mandul atau impotensi. Kecelakaan mental akibat
perlakuan buruk seperti perkosaan dan perlakuan kejam dari orang lain dapat mengakibatkan
trauma bahkan putus asa. Seseorang Kristen harus mampu menerima kenyataan dengan
keyakinan Tuhan Yesus sanggup membebaskan kita dan memulihkan keberadaan kita secara
utuh.
Orang dapat menerima keberadaan dirinya secara utuh, itulah yang memuliakan Tuhan; Tuhan
memberkati dan memakai dirinya sebagai alat atau saluran kasih dan kuasa Tuhan bagi oprang lain.
Orang yang menerima keberadaan dirinya dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan akan dihibur,
dikuatkan dan dijamin masa depannya (Yer 29:11).
B. Kedewasaan Emosi
1. Pengertian dan Bentuk Emosi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada 2 pengertian Emosi, yakni:
a. Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut di waktu singkat.
b. Emosi adalah keadaan dan reaki psikologi dan fisiologis yang bersifat subyektif.
Bahasa lain emosi adalah eksprei perasaan manusia.
Jenis ekspresi perasaan atau bahasa manusia muncul sesuai dengan situasi dan kondisi yang
terjadi di sekelilingnya. Ekspresi itu dapat diungkapkan dengan cara menangis, tersenyum atau
tertawa, cemberut, jengkel, marah dan lain sebagainya.
Pada usia remaja, emosi memiliki peranan penting. Pada usia ini tingkaty emosi yang timbul
cepat berubah dalam waktu yang relative ingkat. Hari ini merasa gembira, tiba-tiba keesokan
harinya sudah terlihat cemberut.
2. Mengembangkan Emosi
Emosi merupakan suatu anugrah Tuhan yang memang sudah melekat dalam pribadi manusia.
Manusia sudah diciptakan Tuhan dengan berbagai perasaan yang menyertainya. Perasaan
gembira, sedih, marah, cinta, dan lain sebagainya. Manusia tidak dapat memaksakan diri dengan
memunculkan emosi yang harus terjadi pada saat tertentu. Ketika menangis, sesorang memang
harus menangis. Begitu pula ketika tertawa harus tertawa.
Iman Kristen tidakpernah melarang orang untuk menangis, bersedih, dan berduka. Ketika ada
anggota keluarga atau sahabat yang meninggal, wajarlah bila kita menangis. Namn, jangan
sampai kesedihan itu sampai berlarut-larut. Setelah itu kembali menjalani kehidupan
sbagaimana mestinya, karena orang Kristen memiliki Tuhan Yesus yang mengasihi, peduli, dan
menerima diri manusia apa adanya (Ter 29:11; 1 Yoh 4:9-10).
3. Mengendalikan Emosi
Bentuk emosi yang perlu dikendalikan adalah amarah. Marah adalah memang manusiawi, tetapi
menjadi kurang sehat jika seorang memiliki sikap pemarah, yaitu sikap mudah marah. Sikap ini
akan menjadi bentuk emosi yang negative. Manusia harus mengendalikan amarah. Di dalam
Efesus Paulus menjelaskan bahwa apabila kita menjadi marah karena suatu sebab, maka jangan
sampai berbuat dosa dengan segera meredakan amarah sebelum matahari terbenam. Artinya,
apabila kita marah, kita perlu segera menyelesaikannya dengan tidak menyimpan dendam (Ef
4:26).
4. Dampak Mengelola Perasaan
Perasaan harus dikelola dengan baik. Pengelolaan tersebut mempunyai arti mengembangkan
positif dan mengendalikan perasaan negative. Untuk dapat mengembangkan dan
mengendalikan perasaan seseorang harus menyadari bermacam-macam perasaan.
Ada berbagai perasaan negatif, di antaranya adalah kecemasan, kemarahan, ketidakberdayaan.
Perasaan positif antara lain adalah kehangatan, perhatian dan kompetensi. Dengan mengetahui
kategori-kategori tersebut manusia akan dimampukan untuk dapat menentukan emosi yang
harus dikembangkan dan dikendalikan.
d. Merasa setara dengan orang lain meski berbeda kemampuan, tidak membanggakan diri
atau menganggap diri rendah.
e. Sanggup menerima dirinya dan merasa berguna bagi orang lain, paling tidak bagi sahabat
dan orang-orang yang dekat dengannya.
f. Menerima pujian secara wajar, tidak berlebihan ataupun terlampau membanggakan apa
yang sudah diraih.
g. Cenderung menolak usaha orang lain untuk mengontrol atau mendominasi dirinya.
h. Sanggup mengakui pada orang lain tentang berbagai perasaan yang ada dalam dirinya
menyangkut hal-hal positif mau pun negative. Dengan kata lain, tidak malu mengakui
adanya hal-hal yang kurang pada dirinya.
i. Menikmati hidupnya.
j. Peka terhadap kebutuhan ornag lain.
Karakteristik orang dengan konsep diri negative:
a. Peka terhadap kritik
b. Responsive terhadap pujan (berlebihan menanggapi pujian)
c. Hiperkritis, mengkritik orang lain, tetapi tidak mau dikritik.
d. Pesimis dan cenderung menghindari kompetisi sehat.
4. Pola Pikir Komprehensif
Pola pikir komprehensif adalah pola pikir yang terbuka, tidak ekslusif (tertutup). Di dalamnya
ada sikap menghargai pemikiran orang lain dan mampu menampung kepelbagaian.
Pola pikir proaktif, kreatif, dan positif juga menjadi bagian dari pol apikir komprehensif sebagai
suatu pola pikir yang utuh dan terbuka. Ketiga pola pikir itupun berkaitan erat. Pola pikir positif
dan kreatif mampu menciptakan pola pikir proaktif. Sdangkan pola pikir kreatif menimbulkan
pola pikir positif. Demikian pula sebaliknya, pola pikir positif akan dapat menumbuhkan pola
pikir kreatif, karena biasanya orang yang Positif Thinking akan mempunyai kehidupan yang
menyenangkan. Keadaan ini dapat merangsang kreativitas seseorang.
Remaja dewasa yang bertumbuh secara fisik dan emosi perlu diikuti dengan kedewasaan pola pikir
dengan mengembangkan pola pikir proaktif, kreatif, positif dan komprehensif di sekolah, keluarga,
gereja, dan masyarakat.
sekedar agar anak patuh kepada orang tuanya, melainkan menjadikan aturan itu sebagai alat
pengajaran.
A. Makna Keluarga
Keluarga merupakan persekutuan (unit) terkecil dari masyarakat dan merupakan wadah
pembentukan karakter dan tingkah laku serta sikap yang perlu dimiliki oleh semua anggota keluarga.
Keluarga adalah hubungan social yang paling intim yang diikat oleh hubungan darah dan perjanjian
pernikahan, yang tidak terpisahkan selain dari kematian yang memisahkannya.
C. Fungsi Keluarga
1. Reproduksi: keluarga adalah wadah resmi dan lahirnya anak yang memiliki hak dilindungi secara
hukum.
2. Pengaturan seksual: dalam keluarga baik istri maupun suami memliki hak dan kewajiban
melakukan hubungan seksual terhadap satu sama lain.
3. Sosialisasi: orang tua memiliki tugas mengajarkan anak tentang norma dan nilai yang berlaku di
masyarakat.
4. Afeksi: suami dan istri saling mengasihi dan menerima, orang tua memberikan cinta kasih dan
perhatian kepada anak.
5. Status: wanita mendapatkan tambahan “Nyonya” ketika ia menikah.
6. Perlindungan: anak-anak yang lahir, mendapatkan perlindungan dari orang tua sampai ia
menjadi cukup dewasa untk mandiri.
7. Ekonomi: suami biasanya bertanggung jawab mencari nafkah untuk menghidupi istri dan
anaknya, walaupun kini cukup lumrah menemui istri yang bekerja dan membina karier di luar
rumah.
mempercayai dengan kesaksian yang tidak luntur oleh masa dan cobaan. Suatu komuntas yangf
hidup, yang aktif berkarya bagi Tuhan, bagi gereja dan dunia. Ketika dikaruniai anak, anaknya
jadi berkat, bertumbuh dan berbuah dalam Kristus. Walau tidak dikaruniai anakpun tetap hidup
rukun dan setia, seperti hubungan Kristus dengan jemaatNya (Ef 5:23).
4. Kristus Sebagai Penguasa Keluarga
Walaupun suami sebagai kepala istri, tetapi bukan berarti suami jadi penguasa dalam rumah
tangga atau keluarga. Yesus Kristuslah Raja, gembala agung dan penguasa keluarga, sebab Ia lah
yang menjadi kepala dari suami (Ef 1:10; 4:15; 1 Kor 11:3). Jadi suami sebagai kepala keluarga,
tidak boleh bertindak sewenang-wenang sebab ia masih memiliki kepala, yaitu Yesus Kristus
yang berkuasa dan kasih pada setiap anggota keluarga. Semua anggota keluarga harus bertindak
dan bertanggung jawab kepada Tuhan Yesus, sesuai kapasitas masing-masing.
4. Menciptakan situasi lingkungan yang kondusif, seperti pemasangan symbol dan gambar atau
hiasan rumah yang bernuansa Kristen
5. Pengadaan buku, kaset dan alat music.
6. Selalu memberikan teladan yang baik kepada anak-anak
7. Memberi kesempatan kepada anak untuk belajar sendiri, serta menanamkan benih untuk
berdikari.
8. Membagi tugas kepada setiap anak untuk membantu keluarga
9. Memberikan kasih saying yang sama kepada semua anak.
Materi atau harta menjadi tolok ukur untuk segala-galanya, mereka berpendapat jika ia
sudah memiliki uang atau harta yang banyak, semua dapat dibeli, sehingga tidak
memperdulikan agama.
3) Egosime
Manusia lebih mengasihi diri sendiri. Laki-laki tidak mau dibebani oleh istri dan anak,
perempuan tidak mau dibebani suami dan anak. Untuk mendapatkan seks tidak perlu
menikah, tetapi cukup dibeli, kapan perlu. Tidak perduli ikatan social atau
kemasyarakatan.
4) Keluarga hanya sebagai tempat istirahat
Keluarga dipandang sebagai ikatan kontrak saja, yang dapat dibubarkan kapan saja.
Hubungan ayah, ibu dan anak, tidak lebih dari sahabat biasa. Masing-masing menempuh
jalannya sendiri. Jadi keluarga hanya sebagai tempat bertemu untuk berpisah kembali.
5) Atheis
Oleh karena mengandalkan akal budi manusia, orang jadi berpikir bahwa Allah atau
agama itu hanyalah hiburan atau sejenis bius saja, agar manusia tidak terlarut dalam
pencari ilmu dan pengejaran target-target modernisasi. Tuhan mereka adalah perutnya
sendiri.
6) Kenakalan remaja
Anak-anak mendesak, memaksa bahkan berontak terhadap orang tua agar keinginannya
dipenuhi, jika tidak ia akan menjadi-jadi.
b. Dampak Positif modernisasi bagi keluarga
1) Cepatnya informasi
Kita dapat dengan cepat mendapatkan informasi penting untuk keluarga dan pelayanan.
2) Pelayanan lewat media
Media massa dan elektronik dapat dimanfaatkan untuk memberitakan Injil. Sekarang ini
kita sudah dapat membaca Alkitab dan penafsirannya, atau bahkan khotbah-khotbah
lewat internet.
3) Gereja semakin aktif
Untuk mengantisipasi dampak buruk pada jemaat, mau tidak mau gereja dan hamba-
hamba Tuhan terpacu aktif untuk melayani jemaat, dan guru-guru mata pelajaran PAK di
sekolah-sekolah semakin terpacu untuk memperlengkapi diri.
c. Pencegahan dan penanggulangan
1) Segi sosiologis
a) Unsure-unsur baru pasti ada gunanya
b) Unsure-unsur yang mempengaruhi dapat diterima atau ditolak
c) Kedudukan dan peranan social dari individulah yang pada akhirnya memutuskan
untuk memilih, apakah perubahan itu diterima atau ditolak.
d) Integritas masyarakat secara bersama-sama akan menjadi pertimbangan bagi
seseorang untuk keluar dari norma-norma yang berlaku. Kalau semua masyarakat
sopan-sopan, maka seseorang akan merasa risih untuk tidak sopan.
e) Keluarga yang harmonis sebagai pusat kehidupan dan kebudayaan.
f) Lingkungan sekoolah yang menciptakan suasana belajar dan mendorong kreativitas
murid.
2) Segi psikologis
a) Kesadaran reflektf manusia
Manusia dapat menyadari keberadaannya, sehingga dapat berkata “Aku”. Jadi ia
mampu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya, tidak lagi hannya
PERSAHABATAN
kita harus membela yang salah. Solider yang sehat ialah kita tidak menginginkan sahabat
kita celaka, oleh sebab itu, kita selalu saling menasehati, bukan saling menjerumuskan.
d. Persahabatan dalam konteks iman kristiani
Persahabatan yang baik adalah persahabatan dalam terang iman Kristiani. Kita boleh
bersahabat dengan teman lawan jenis lebih istimewa atau pacaran, tetapi haruslah dnegan
iman Kristiani, sebab tidak ada pertemuan antara gelap dengan terang.
3. Ajaran Alkitab Tentang Persahabatan
a. Kekuatan Kasih
Kasihlah yang mengikat orang yang satu dengan orang lain dan ikatan itu bisa melewati
batas-batas suku, golongan, status, jenis kelamin, agama, dan sebagainya, karena kita
memiliki teladan yang sempurna dalam Tuhan Yesus Kristus.
b. Yesus sebagai teladan yang setia
Secara lebh khusus, kita perhatikan apa yang diajarkan dan dilakukan oleh Yesus tentang
mengasihi sesame manusia seperti diri sendiri:
1) Memberikan pertolongan yang dibutuhkan oleh orang itu, tanpa memperhitungkan
perbedaan suku, keyakinan, status maupun kondisi.
2) Memperbaiki hubungan yang tdak beres antara kita dengan sesama.
3) Melayani dengan cara merendahkandiri-Nya.
4) Memberikan perintah untuk saling mengasihi
5) Mempercayakan dengan cara memberikan kesempatan.
6) Memberikan nyawa-Nya.
c. Persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yak 4:1-10).
PACARAN
A. Arti Pacaran
Pacaran adalah hubungan pertalian kasih antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang
saling jatuh hati. Hubungan ini masih belum resmi, dan tidak permanen, hanya sebatas sahabat
(Philia). Jadi masih dapat diputuskan baik oleh satu pihak atau atas persetujuan bersama.
D. Batas-batas Berpacaran
1. Hubungan ini tidak resmi
Berpacaran bukanlah hubungan yang resmi dan permanen, masih dapat diputuskan baik secara
sepihak atau kedua belah pihak, sebab tidak ada ikatan resmi di antara keduanya. Hanya sebatas
saling jatuh cinta lalu bersahabat istimewa (pacaran).
2. Penguasaan birahi
Dalam hal berpacaran harus tegas No kepada birahi dan Yes kepada cinta kasih. Camkanlah ini,
segala pikiran, ucapan, sentuhan, ucapan yang menimbulkan atau merangsang birahi adalah
tidak diperbolehkan dalam masa berpacaran, simpanlah itu pada masa pertunangan.
3. Untuk meningkatkan keimanan dan prestasi
Untuk lebih mengetahui apakah hubunghan berpacaranmu itu baik dan berkencan kepad TUhan
ialah, lihatlah keimanamu, prestasimu, keimanan dan prestasinya, apakah semakin meningkat
atau merosot? Semakin dewasakah dirimu dan si dia dalam bertutur kata dan bertingkah laku?
4. Sehati sepikir dalam Tuhan
Dalam masa berpacaran kamu bisa menilai mana lebih sering, kalian berbeda pendapat,
pandangan, tujanh. Mana lebih mendominasi dirimu atau si dia atau selalu secara bersama-
sama bertukar pendapat jika lebih sering berbeda dan saling mendominasi. Sebaiknya kamu
putus saja, sebab hal itu akan berlangsung terus. Jadi sebelum menyesal tiada arti, ambil sikap
sekarang, tetapi jika lebih sering sehati, sepikir dan sama-sama mengambil keputusan, maka
silahkanlah teruskan.
5. Menghormati orang tua
Dalam hal berpacaran, kamu harus tetap hormat dan mndengar nasehat orang tua. Orang tua
sudah lebih dahulu mengalami pahit manisnya berpacaran, sudah dapat menjiwai setiap orang
yang datang ke rumahmu. Jadi nasehat dan pandangannya patut kamu dengar dan
pertimbangkan, walau keputusan akhir tetap di tanganmu. Tetapi yang jelas jika si dia tidak
hormat pada orang tuamu, tidak aka nada gunanya kamu meneruskan hubungan dengan dia,
silahkan cari yang terbaik lagi.
E. Cinta
Cinta dalam hubungan antar lawan jenis yang akan menyiapkan diri menjadi pasangan adalah
hubungan yang saling memberi dan menerima, saling menghargai satu dengan yang lainnya. Cinta
membuat orang tidak memaksakan kehendaknya terhadap orang yang dicintainya. Cinta merupakan
suatu keputusan yang matang, bersifat abadi, artinya keduanya saling setia baik dalam suka dan
maupun duka.
Ada beragam cinta:
1. AGAPE: cinta tanpa pamrih yang berasal dari Tuhan kepada manusia. Cinta membutuhkan
tanggung jawab bagi sesame, bukan masalah mau atau tidak. Cinta ini tidak mengharapkan
balasan atau keuntungan, bahkan siap berkorban demi kebahagiaan umat yang dicintai-Nya,
2. STORGE: cinta karena hubungan darah. Sifatnya mau membantu, memberi perhatian, tulus
dalam keadaan apapun, ingin melindungi dan saling mengampuni, seperti cinta kakak-adik,
orang tua dan anak.
3. FILIA: cinta persahabatan (teman). Tidak bermaksud mencari keuntungan untuk diri sendiri,
terkait dengtan tanggung jawab, perhatian, penghargaan dan kesadaran terhadap orang lain.
4. EROS: cnta birahi (seks). Sumbernya pada daya tarik seseorang yang bersifat pribadi dan bukan
pada semua orang. Cinta eros menuntut hubungan yang khusus yang membawa pada
penyatuan secara seksual.
Cirri-ciri orang yang jatuh cinta:
1. Bila bertemu akan merasa gembira dan ingin selalu berada dekat dengannya (perasaan
canggung, bahagia, hatinya berdebar-debar, berbicara tersendat-sendat), tetapi jika berada di
tempat yang berbeda dan jauh, selalu memikirkannya, membayangkan penampilannya, sering
tersenyum sendiri, ada perasaan rindu dan sebagainya.
2. Tidak tertarik pada orang yang lain, hanya dia, artinya menyukainya sebagai seorang pribadi,
mengasihinya apa adanya, rela berkorban untuknya, dan sebagainya.
3. Mengalami perasaan aneh, sulit digambarkan, tetapi membuat yang bersangkutan merasa
bersemangat, antusias, mendorongnya untuk merencanakan hal-hal indah bersama yang
dicintai.
F. Alasan Berpacaran
Setelah memahami arti cinta dan memisahkannya dari seks, alasan berpacaran adalah:
1. Mengenal sifat, kebiasaan dan corak kepribadian satu dengan yang lain. Hal itu diperlukan agar
kita menyadari dan memahami kelebihan dan kelemahan yang ada pada pasangan masing-
masing sebelum saling menerima.
2. Belajar bagaimana berhubungan dengan bak, belajar mengembangkan kemampuan
berkomunikasi.
3. Melatih diri untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai pasangan dan mencari tahu tentang
apa yang Tuhan kehendaki dari hubungan itu.
4. Belajar untuk membuka hati, berbagi perasaan dengan pasangannya sebagai latihan
menghadapi permasalahan secara bersama-sama.
5. Untuk mencintai dan dicintai dengan belajar untuk saling memberi dan menerima.
6. Untuk menikmati masa-masa yang indah bersama orang yang dikasihinya.