Anda di halaman 1dari 6

Nama : Elisabeth Br Sinulingga

Ting/ Jur : III/ Pendidikan Agama Kristen (PAK)


Mata Kuliah : Oikumenika
Dosen : Dr. Jan Jahaman Damanik Kelompok 2

SEKOLAH DAN GERAKAN OIKUMENE


PERAN SEKOLAH DALAM PERGERAKAN OIKUMENE

I. PENDAHULUAN
Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran. Hal ini juga yang membuat sekolah sebagai sarana yang
digunakan oleh para pekabar Injil untuk memberitakan Injil. Maka untuk itu Gerakan
oikumene sebagai gerakan untuk mengumpulkan kembali serta menjaga keutuhan dan
kesatuan tidak hanya diberlakukan di Gereja. Namun sekolah pun sebagai salah satu sarana
yang penting dalam upaya membentuk persatuan dan kesatuan ditengah-tengah keberagaman
masyarakat yang heterogenitas. Dalam hal ini tentunya sekolah memiliki peranan dalam
keberlangsungan pergerakan oikumene. Untuk mengetahui itu kita akan membahas bersama
materi ini.

II. PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Sekolah
Secara etimologi kata sekolah berasal dari bahasa Latin yaitu skhole, scolae, skhoe
yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang. Sekolah adalah sebuah lembaga yang
dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawan pendidik atau guru.
Sekolah merupakan lembaga formal yang mendidik orang-orang demi tercapainya
kecerdasan berpikir dan moralitas.1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sekolah adalah bangunan atau lembaga
untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran; waktu atau
pertemuan ketika murid diberi pelajaran; usaha menuntut kepandaian; pelajaran; pengajaran. 2
Sekolah bukan hanya sebuah tempat untuk memperoleh pengetahuan atau informasi

1
Fathur Rokhman, Konsep Ideal Labschool (Jakarta: Pilar Nusantara, 2017), 25-26.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama , 2008), 223.

1
sebanyak-banyaknya tetapi yang jauh lebih penting dari semua itu adalah sebagai wadah bagi
guru dan siswa untuk sama-sama belajar, sama-sama mengamati apa yang terjadi di
sekelilingnya dan terlebih lagi pengamatan terhadap diri masing-masing.3

II.2. Gerakan Oikumene


Oikumene adalah kata bahasa Yunani, yaitu Participium Praesentis Passivum
Femininum dari kata kerja oikeo, yang berarti tinggal, berdiam, atau juga mendiami. Oleh
sebab itu arti harafiah kata oikumene adalah "yang didiami". Tetapi participium ini telah
memperoleh arti khusus sebagai kata benda. Makna kata oikumene jika dilihat dari berbagai
segi dan sudut pandang adalah sebagai berikut:
 Segi geografis: dunia yang didiami (Luk. 4:5, Rom. 10:18, Ibr. 1:6 dan lain-lain). Dari
sana kata ini juga dapat berarti: seluruh umat manusia (Kis. 17:31, 19:27, Why. 12:9).
 Segi politik: kekaisaran Romawi (Kis. 24:5) dan semua penduduknya (Kis. 17:6).4
Kata oikoumenikos menunjuk pada keseluruhan tempat di bumi yang dihuni oleh
manusia. Namun sejak diadakan konsili Nicea(325) yang merupakan konsili oikumenis
pertama, ungkapan tersebut ditahbiskan dan dipakai sebagai istilah gerejani. Dalam
pengertian itu, maka gerakan oikumenis selalu dihubungkan dengan gerakan untuk
mencari keutuhan, gerakan untuk mengumpulkan kembali serta menjaga keutuhan atau
integritas Gereja dan terutama merupakan panggilan untuk menyelenggarakan kehidupan
sejahtera bagi umat manusia maupun seluruh ciptaan. Istilah oikumenis cederung diartikan
sebagai gerakan untuk menyatukan gereja kembali. Maka kata “oikumene” mengandung
makna tugas , panggilan dan tanggungjawab gerejani ditengah dunia yang jauh lebih luas
daripada hanya menyangkut soal kesatuan dan persatuan gereja saja. 5
Gerakan ini semula dikenal dari kegiatan kalangan Zending Consulaat Batavia yang
salah satu kegiatannya adalah penginjilan di kalangan mahasiswa. Dengan demikian
gerakan ini cepat berkembang dan dapat diterima terutama pada tokoh-tokoh bekas
Nederlandsche Christen Studenten Vereniging (NCSV) yang menjadi anggota Zending pada
waktu itu merupakan tokoh-tokoh gerakan di Batavia. Gerakan oikumene merupakan suatu
kesadaran yang bertanggungjawab ditengah-tengah kehidupan umat Kristen Protestan.
Kemudian dianggap sebagai suatu mission atau penginjilan. Pada mulanya berarti cita-cita
persatuan gereja dan di dalam hal ini mirip dengan istilah mission dalam agama Kristen

3
Yusran Pora, Selamat Tinggal Sekolah (Yogyakarta: Media Pressindo, 2004),16.
4
Christiaan De Jonge, Menuju Keesaan Gereja (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1993), 17.
5
J.B. Banawiratma, Tempat dan Arah Gerakan Oikumenis (Jakarta: Gunung Mulia, 1994), 30-32.

2
Katholik. Dengan begitu istilah oikumene ini mencakup gerakan untuk mempersatukan
gereja-gereja yang demikian banyaknya di dunia ini dengan usaha-usaha menyebarluaskan
injil ke seluruh dunia.6
Salah satu wadah pertama yang paling maju dan berkembang pesat dari gerakan
oikumene adalah YMCA (Young Men Christian Association) yang mula-mula mucul di
Amerika Serikat. Kemudian timbul pula wadah lainnya yaitu World Student Christian
Federation (WSCF) atau Federasi gerakan-gerakan Mahasiswa Kristen sedunia yang
muncul pada tahun 1895. WSCF inilah yang mula-mula sekali melebarkan sayap oikumene
itu di daratan Asia. 7

II.3. Sekolah dalam Pergerakan Oikumene


Pada zaman kolonial, pemerintah Belanda menyediakan sekolah yang beranekaragam
bagi orang Indonesia untuk memenuhi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat. Pendidikan
bagi anak-anak Indonesia semula terbatas pada pendidikan rendah, akan tetapi kemudian
berkembang secara vertikal sehingga anak-anak di Indonesia melalui pendidikan menengah
dapat mencapai pendidikan tinggi sekalipun melalui jalan yang sulit dan sempit.8
Pada masa ini pendidikan diberi prioritas utama dan jumlah lembaga pendidikan
meningkat secara drastis. Berikut perkembangan pendidikan yang meningkat dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:

1.1. Tabel Peningkatan jumlah Pendidikan


Tahun Jenis Tingkatan Jumlah Keterangan
1930 orang dewasa 7,4 % Buta huruf
1953 Anak 1,7 juta Masuk
sekolah dasar
1960 Anak 2,5 juta Masuk
sekolah dasar
1961 Orang dewasa 46,7% Buta huruf.

Sekolah-sekolah lanjutan negeri dan swasta (kebanyakan sekolah agama) dan


lembaga tingkat universitas bermunculan, tetapi yang terutama di Jawa dan banyak yang

6
Frans Hitipeuw, Karya dan Pengabdiannya ( Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan ,
1986), 45.
7
Frans Hitipeuw, Karya dan Pengabdiannya ( Jakarta: Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan ,
1986), 45.
8
https://www.slideshare.net/mobile/ananur/pendidikan-di-indonesia-pada-masa-penjajahan. Diakses
pada tanggal 27 Januari 2021 Pukul 13.00 wib.

3
telah mencapai standart tinggi. Dua keuntungan penting dari perluasan pendidikan ini segera
tampak nyata. Angka-angka dalam tabel diatas menunjukkan prestasi yang hebat. Pemakaian
bahasa Indonesia di seluruh sistem pendidikan, dan juga dalam komunitas resmi dan media
massa, benar-benar memantapkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Meningkatnya
jumlah orang Indonesia yang buta huruf, namun tetap kecil untuk penduduk yang sebesar itu.9
Kemajuan perkembangan pendidikan disetiap tahun menunjukkan bahwa sekolah-
sekolah terus mengalami perkembangan yang pesat. Maka kemajuan perkembangan
pendidikan dan persekolahan tersebut mendapat bantuan penuh dari pemerintah yang pada
tahun 1955 memberi subsidi penuh kepada sekolah-sekolah Zending bahkan menyerahkan
seluruh bidang pendidikan kepada dua badan swasta, yakni Zending der Nederlandse
Hervormde Kerk (ZNHK) dan Missi Katolik. Dalam melaksanakan policy-policy ini ZNHK
mengambil berbagai langkah, antara lain: sekolah Penginjilan di Miei dibuka kembali,
Kursus Guru Jemaat diadakan di Serui dan suatu Sekolah Theologia dibuka di Serui (1954). 10
Di dalam pergerakan oikumene, beberapa sekolah dibangun salah satunya adalah Sekolah
Alkitab di Makasar yaitu Jafafary Bible Collage (pada Tahun 1958) yang kemudian sejak
tahun 1966 menjadi STT Jafafary.11
Sekolah-sekolah yang dikelola oleh Zending ini tiap tahunnya mendapatkan subsidi
dari pemerintah Belanda. Pemerintah belanda membantu mendirikan sekolah-sekolah yang
dikelola oleh Zending karena dianggap memiliki program yang sama dengan yang dilakukan
oleh pemerintah semenjak digulirnya politik etis. Maka para utusan zending beranggapan
bahwa pendidikan tidak hanya diberikan pendidikan umum saja melainkan diimbangi dengan
pendidikan rohani.12

II.4. Peran Sekolah dalam Pergerakan Oikumene


Gerakan oikumene adalah suatu gerakan misi untuk menjadikan dunia yang kita
diami sekarang ini yang dikuasai oleh Kerajaan Allah dengan segala penggenapannya. Misi
gerakan oikumene itu adalah untuk melaksanakan perintah Yesus yang mengamatkan kepada
kita untuk memberitakan Injil Kristus pada semua makhluk, sebagaimana amanat Tuhan
Yesus yang mengatakan dalam ( Markus 16:15) : “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah
9
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1989), 357.
10
F. Ukur dan F. L. Cooley, Benih yang Tumbuh VIII (Irian Jaya: Studi dewan-dewan Gereja-gereja di
Indonesia), 29-30.
11
Van den End & J. Weitjens, Ragi Cerita 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 284.
12
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/47214/MTc%Mjl3/Pendidikan-dan-
upaya-kristenisasi-sekolah-sekolah-zending-zending-di-surakarta-tahun2016. Diakses pada tanggal 27 Januari
pukul 13.23 wib.

4
Injil kepada segala makhluk”. Maka Tugas misi oikumene adalah untuk mengubah atau
menteransformasikan “dunia (oikumene)” yang kita diami menjadi “dunia (oikumene)” yang
baru dengan segala penggenapannya.13
Dalam Pergerakan oikumene, tentu hal ini memiliki hubungan dengan dunia
pendidikan termasuk sekolah yang dimana sekolah sebagai wadah ataupun tempat setiap
individu dari setiap kalangan suku,budaya dan agama berkumpul untuk memberi dan
menerima pelajaran. Maka peran sekolah dalam pergerakan oikumene adalah sebagai
berikut yakni :
1. Sekolah sebagai dasar dalam menanamkan jiwa oikumenis ke dalam diri peserta
didik, agar mereka terbuka kepada sesama dan lingkungannya.
2. Sekolah sebagai lembaga Pendidikan yang dipakai dalam pengabaran injil dari gereja
kepada peserta didik
3. Sekolah adalah salah satu usaha para penginjil untuk menyampaikan misi gereja dan
untuk membentuk kesatuan gereja yang mandiri.
4. Sekolah sebagai sarana tempat berkumpulnya setiap kalangan dan mampu menerima
keberagamaan sehingga tercipta kesatuan untuk dapat bergandengan tangan dalam
melakukan hal yang baik.
5. Sekolah-sekolah didirikan sebagai wadah untuk membawa anak-anak terhadap
pemahaman keberagaman dan membentuk kesatuan
6. Pendidikan sebagai sarana untuk mensejahterakan kehidupan dan meningkatkan
kualitas kecerdasan masyarakat.14

III. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Kata oikoumenikos menunjuk pada
keseluruhan tempat di bumi yang dihuni oleh manusia. Maka gerakan oikumenis selalu
dihubungkan dengan gerakan untuk mencari keutuhan, gerakan untuk mengumpulkan
kembali serta menjaga keutuhan atau integritas Gereja dan terutama merupakan panggilan
untuk menyelenggarakan kehidupan sejahtera bagi umat manusia maupun seluruh ciptaan.
Maka hal ini menunjukkan peranan sekolah dalam gerakan oikumene juga sangat jelas
dikatakan dalam ( Markus 16:15) : “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada

13
Farel Panjaitan, Firman Hidup 68: reformasi spiritual, moral dan etik (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008),160-161.
14
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/47214/MTc%Mjl3/pendidikan-dan-
upaya-kristenisasi-sekolah-sekolah-zending-disurakarta. Diakses pada tanggal 27 Januari 2021 pukul 17.00 wib.

5
segala makhluk”. Untuk itu peran sekolah merupakan sebagai sarana yang penting dalam
upaya membentuk persatuan dan kesatuan ditengah-tengah keberagaman masyarakat yang
heterogenitas dan membantu Misi gerakan oikumene dari gereja dalam mengabarkan injil
untuk menghantarkan seseorang mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Banawiratma,J.B. Tempat dan Arah Gerakan Oikumenis Jakarta: Gunung Mulia, 1994.
De Christiaan Jonge, Menuju Keesaan Gereja Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1993.
den Van End & J. Weitjens, Ragi Cerita 2 Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Keempat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama , 2008.
Hitipeuw, Frans. Karya dan Pengabdiannya Jakarta: Depertemen Pendidikan dan
Kebudayaan , 1986.
Panjaitan, Farel. Firman Hidup 68: reformasi spiritual, moral dan etik Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008
Pora, Yusran. Selamat Tinggal Sekolah Yogyakarta: Media Pressindo, 2004.
Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,1989
Rokhman, Fathur. Konsep Ideal Labschool Jakarta: Pilar Nusantara, 2017.
Ukur F. dan F. L. Cooley, Benih yang Tumbuh VIII Irian Jaya: Studi dewan-dewan Gereja-
gereja di Indonesia.

Sumber Lain
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/47214/MTc
%Mjl3/pendidikan-dan-upaya-kristenisasi-sekolah-sekolah-zending-disurakarta. Diakses
pada tanggal 27 Januari 2021 pukul 17.00 wib.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/47214/MTc
%Mjl3/Pendidikan-dan-upaya-kristenisasi-sekolah-sekolah-zending-zending-di-surakarta-
tahun2016. Diakses pada tanggal 27 Januari pukul 13.23 wib.
https://www.slideshare.net/mobile/ananur/pendidikan-di-indonesia-pada-masa-penjajahan.
Diakses pada tanggal 27 Januari 2021 Pukul 13.00 wib.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pak & Remaja
    Pak & Remaja
    Dokumen10 halaman
    Pak & Remaja
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Survei Luka Batin
    Survei Luka Batin
    Dokumen2 halaman
    Survei Luka Batin
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Stress Test
    Stress Test
    Dokumen3 halaman
    Stress Test
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Kel. 4
    Kel. 4
    Dokumen8 halaman
    Kel. 4
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Kel. 5
    Kel. 5
    Dokumen6 halaman
    Kel. 5
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Kel. 1
    Kel. 1
    Dokumen7 halaman
    Kel. 1
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat