GENERALISASI
I. PENDAHULUAN
Pada pertemuan sebelumnya kita telah membahas Klasifikasi, Proposisi, Oposisi
dan Silogisme. Maka pada pertemuan kali ini kita akan membahas Genralisasi di dalam
Filasafat Mantiq (logika). Generalisasi ini bersifat general atau umum. Didalam sajian ini
kami akan menjelaskan apa itu Generalisasi dan contoh-contohnya.
II. PEMBAHASAN
1
Mundiri H, Logika (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008), 127.
2
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Tama, 1994), 43.
1
kondisi tertentu, dapat diharapkan terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi”. 3
Kesimpulan itu hanya suatu harapan, suatu kepercayaan, karena konklusi penalaran
induktif tidak mengandung nilai kebenaran yang pasti, akan tetapi hanya suatu probabilitas
(suatu peluang). Dan hasil penalaran generalisasi induktif itu sendiri juga di sebut
generalisasi (proposisi universal).4 Kebanyakan generalisasi didasarkan pada pemeriksaan
atau suatu sampel atau contoh dari seluruh golongan yang diselidiki. Oleh karena itu,
generalisasi juga biasa disebut induksi tidak sempurna atau tidak lengkap.5
Dapat disimpulkan bahwa generalisasi adalah suatu pernyataan umum yang
menyimpulkan sejumlah premis-premis yang sama kondisinya.
Contoh generalisai :
Aluminium jika dipanaskan akan memuai
Besi jika dipanaskan akan memuai
Tembaga jika dipanaskan akan memuai
Nikel ( jika dipanaskan akan memuai
Generalisasinya, yaitu: semua logam jika dipanaskan akan memuai.
3
Sri Andiani A. Sugeng Surajiyo, Dasar-Dasar Logika (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), 240.
4
Soekadijo, Logika, Logika Dasar, Tradisional. Simbolik dan Induktif (Jakarta : Gramedia
Pustaka, 1991), 134.
5
Poespoprodjo, Logika Scientifika (Bandung : Pustaka Grafika, 1999), 60.
2
ketinggalan. Generalisai sempurna ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak
dapat diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis atau tidak mudah.
6
Mundiri H, Logika, 129.
7
Poedjawijatna, Logika Filsafat Berpikr (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), 73-75.
3
Contoh :
Mahasiswa kosma H2, ada yang suka makan pecel, malahan banyak yang suka
makan pecel. Tetapi, jangan segera diambil putusan umum, bahwa mahasiswa
kosma H2 itu semuanya suka makan pecel. Suka atau tidak suka makan pecel itu
sama sekali bukan sifat mutlak manusia dimana pun juga.
Pada generalisasi ilmiah, ada 6 tanda-tanda penting yang harus kita perhatikan
adalah :
8
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, 44-45.
4
Datanya dikumpulkan dengan observasi yang cermat, dilaksanakan oleh tenaga
terdidik serta mengenal baik permasalahannya. Pencatatan hasil observasi dilakukan
dengan tepat, menyeluruh dan teliti, pengamatan dan hasilnya dibuka kemungkinan
adanya cek oleh peneliti terdidik lainnya.
Adanya penggunaan instrumen untuk mengukur dan mendapatkan ketepatan serta
menghindari kekeliruan sejauh mungkin.
Adanya pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta.
Pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh dinyatakan dalam term yang
padat dan matematik.
Observasi pada fakta-fakta eksperimental hasilnya dirumuskan dengan
memperhatikan kondisi yang bervariasi. Misalnya: waktu, tempat, dan keadaan
khusus lainnya. Dipublikasikan untuk memungkinkan adanya pengujian kembali,
kritik dan pengetesan atas generalisasi yang dibuat. 9
Menurut Soekadijo, generalisasi yang baik harus memenihi 3 sayarat, antara lain:
1) Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik. Artinya, generalisasi tidak boleh
terikat kepada jumlah tertentu. Kalau dikatakan “Semua A adalah B”, maka
proposisi itu harus benar, berapa pun jumlah A. Proposisi itu berlaku untuk setiap
dan semua subjek yang memenuhi kondisi A. Contoh : semua perempuan adalah
cantik.
2) Generalisasi harus tidak terbatas secara spasiotemporal. Artinya, tidak boleh terbatas
dalam ruang dan waktu. Jadi harus berlaku dimana saja dan kapan saja. Contoh :
semua dosen adalah terpelajar.
3) Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian. Artinya, dasar dari yang
disebut contrary-to-facts conditional atau unfulfilled conditional (bertentangan
dengan fakta bersyarat).
Rumusnya : Faktanya :x,y dan z itu masing-masing bukan B
Ada generalisasi : Semua A adalah B
Pengandaiannya : Andai kata x, y, dan z itu masing-masing sama dengan A
atau dengan kata lain, andai kata x, y, dan z itu masing-masing memenuhi atau
9
Mundiri H, Logika, 135-136.
5
sama kondisinya dengan A, maka pastilah x, y dan z itu masing-masing sama
dengan B. 10
Contoh :
Faktanya : Syaiful dan Budi itu bukan perempuan.
Generalisasi : semua yang cantik adalah perempuan.
Pengandaian : Andai kata Sofan, Syaiful dan Budi itu cantik, maka pastilah
Sofan, Syaiful dan Budi itu perempuan.
10
Soekadijo, Logika, Logika Dasar, Tradisional. Simbolik dan Induktif, 134-135.
6
yang terakhir ini akan mewujudkan generalisasi yang tidak sempurna, namun cukup
merupakan bentuk pemikiran yang sehat dalam kejadian-kejadian praktis sehari-hari,
11
Adapun menurut buku logika, untuk menguji apakah generalisasi yang dihasilkan
cukup kuat untuk dipercaya dapat gunakan evaluasi sebagai berikut :
Apakah sample yang digunakan kuantitatif cukup mewakili. Semakin banyak jumlah
fenomena yang digunakan semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan. Meskipun kita
tidak boleh menyatakan bahwa dua kali jumlah fenomena individual akan
menghasilkan dua kali kadar keterpercayaan.
Contohnya : untuk menentukan jenis darah seseorang cukup dengan satu titik
darinya. Atau untuk menentukan kadar kejernihan air sebuah sungai cukup satu
gelas saja.
Tetapi sebaliknya, untuk menentukan faktor dominan apakah yang menjadi sebab
sebuah kejahatan tidak cukup mendasarkan kepada beberapa orang saja.
Apakah sample yang digunakan cukup bervariasi. Semakin banyak variasi sample,
semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan.
Comtoh : Untuk menentukan kadar minat dan kesadarn berkoperasi sebagai sistem
ekonomi yang diharapkan bagi bangsa Indonesia, harus diteliti dari berbagai suku
bangsa, berbagai lapisan penghidupan, berbagai pendidikan dan berbagai usia.
Apakah dalam generalisasi itu diperhitungkan hal-hal yang menyimpang dengan
fenomena umum atau tidak. Kekecualian-kekecualian harus diperhitungkan juga,
terutama jika kekecualian itu cukup besar jumlahnya. Dalam hal kekecualian cukup
besar tidak mungkin diadakan generalisasi. semakin cermat faktor-faktor
pengecualian dipertimbangkan, semakin kuat kesempatan yang dihasilkan.
Contoh : Bila kekecualian sedikit jumlahnya harus dirumuskan dengan hati-hati ,
kata-kata seperti : semua, setiap, selalu, tidak pernah, selamanya dan sebagainya
harus dihindari. Pemakaian kata : hampir seluruhnya, sebagian besar, kebanyakan ;
harus didasarkan atas pertimbangan rasional yang cermat.
Apakah kesimpulan yang disimpulkan konsisten dengan fenomena individual.
Kesimpulan yang dirumuskan haruslah merupakan keonsekuen logis dari fenomena
yang dikumpulkan, tidak boleh memberikan tafsiran dari data yang ada.
11
Poespoprodjo, Logika Scientifika, 240-242.
7
Contoh : penyelidikan tentang faktor utama penyebab rendahnya prestasi akademik
mahasiswa IAIN. Apabila data setiap individu dari sample yang diselidiki ditemukan
faktor-faktor lemahnya penguasaan bahasa Asing, miskin literatur, kurang berdiskusi
serta selalu banyaknya jenis mata kuliah. Lalu, disimpulkan bahwa penyebab
rendahnya prestasi itu adalah lemahnya penguasaan bahasa asing dan miskin
literatur, ini tidak merupkan konsekuensi logis dari fenomena yang dikumpulkan,
semakin banyak faktor analogik ditinggalkan, semakin lemah kesimpulan yang
dihasilkan.12
III. KESIMPULAN
Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Generalisasi adalah
suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju
kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena
individual yang diselidiki.
12
Mundiri H, Logika, 135-136.