Anda di halaman 1dari 8

Nama : Matilda Yurdita Gea

Rusman Efendi Tarigan


Ting/Jur : I/PAK
Matkul : Filsafat Logika
Dosen Pembimbing : Dr. Jadiaman Perangin-angin

GENERALISASI

I. PENDAHULUAN
Pada pertemuan sebelumnya kita telah membahas Klasifikasi, Proposisi, Oposisi
dan Silogisme. Maka pada pertemuan kali ini kita akan membahas Genralisasi di dalam
Filasafat Mantiq (logika). Generalisasi ini bersifat general atau umum. Didalam sajian ini
kami akan menjelaskan apa itu Generalisasi dan contoh-contohnya.

II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Generalisasi


Pengertian generalisasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses
penalaran yang membentuk kesimpulan secara umum melalui suatu kejadian, hal dan
sebagainya.
Di dalam buku logika, generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak
dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh
fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.1 Sama halnya di dalam
dasar-dasar logika yang menyatakan bahwa generalisasi adalah suatu penalaran yang
menyimpulkan suatu kesimpulan bersifat umum dan premis-premis yang berupa proposisi
empiris.2 Prinsip yang menjadi penalaran generalisasi dapat dirumuskan “sesuatu yang
beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan akan selalu terjadi dalam

1
Mundiri H, Logika (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008), 127.
2
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Tama, 1994), 43.

1
kondisi tertentu, dapat diharapkan terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi”. 3
Kesimpulan itu hanya suatu harapan, suatu kepercayaan, karena konklusi penalaran
induktif tidak mengandung nilai kebenaran yang pasti, akan tetapi hanya suatu probabilitas
(suatu peluang). Dan hasil penalaran generalisasi induktif itu sendiri juga di sebut
generalisasi (proposisi universal).4 Kebanyakan generalisasi didasarkan pada pemeriksaan
atau suatu sampel atau contoh dari seluruh golongan yang diselidiki. Oleh karena itu,
generalisasi juga biasa disebut induksi tidak sempurna atau tidak lengkap.5
Dapat disimpulkan bahwa generalisasi adalah suatu pernyataan umum yang
menyimpulkan sejumlah premis-premis yang sama kondisinya.
Contoh generalisai :
 Aluminium jika dipanaskan akan memuai
 Besi jika dipanaskan akan memuai
 Tembaga jika dipanaskan akan memuai
 Nikel ( jika dipanaskan akan memuai
Generalisasinya, yaitu: semua logam jika dipanaskan akan memuai.

2.2. Macam-macam Generalisasi


Dari segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan, generalisasi
dibedakan menjadi dua yaitu:

2.2.1. Generalisasi Sempurna


Generalisasi sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi
dasar penyimpulan yang diselidiki. Contoh :
 Setelah kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan tahun Masehi mempunyai
hari tidak lebih dari 31. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah
hari pada setiap bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.
 Setelah bertanya pada masing-masing mahasiswa kosma H2 tentang
kewarganegaraan mereka, kemudian disimpulkan bahwa : semua mahasiswa kosma
H2 adalah warga negara Indonesia. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena
yaitu kewarganegaraan masing-masing mahasiswa, kita selidiki tanpa ada yang

3
Sri Andiani A. Sugeng Surajiyo, Dasar-Dasar Logika (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), 240.
4
Soekadijo, Logika, Logika Dasar, Tradisional. Simbolik dan Induktif (Jakarta : Gramedia
Pustaka, 1991), 134.
5
Poespoprodjo, Logika Scientifika (Bandung : Pustaka Grafika, 1999), 60.

2
ketinggalan. Generalisai sempurna ini memberikan kesimpulan amat kuat dan tidak
dapat diserang. Tetapi tentu saja tidak praktis atau tidak mudah.

2.2.3. Generalisasi Tidak Sempurna


Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena
untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diselidiki. Contoh :
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia
yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang suka bergotong-royong, maka generalisasi ini adalah generalisasi tidak
sempurna.
Generalisasi tidak sempurna ini tidak menghasilkan kesimpulan sampai ke tingkat
pasti sebagaimana generalisasi sempurna, karena populerrnya generalisasi ini oleh para
ahli logika disebut sebagai induksi tidak sempurna untuk menyebut bahwa teknik ini
paling banyak digunakan dalam penyusunan pengetahuan. 6
Dari segi sifat yang dimilikinya, induksi tidak sempurna di bagi 2 macam, dalam
kekuatan putusan yang ternyata :
 Dalam ilmu alam (sciences) putusan yang tercapai melalui induksi tidak sempurna
ini berlaku umum, mutlak jadi tak ada kecualinya. Hukum alam berlaku dengan
pasti. Hukum alam juga boleh disebut berlaku umum-mutlak (dalam lingkungan
alam itu). Hukum kepastian dan kemutlakan ini hanya berlaku dalam bidang
alamiah saja.
Contoh : hukum air mengenai pembekuannya. “Air akan membeku jika
didinginkan” dan ilmu tidak ragu-ragu untuk meramalkan tentang pembekuan air
ini karena bersifat pasti dan mutlak. Jika ilmu mempunyai objek yang terjadinya
bisa kena pengaruh dari manusia yang sedikit banyaknya dapat ikut menentukan
kejadian-kejadian yang menjadi pandangan-pandangan ilmu, maka lain pula
halnya. Ilmunya di sebut ilmu sosial serta objek penyelidikannya mungkin
terpengaruhi oleh kehendak manusia. Kalau pada prinsipnya hukum alam tidak ada
pengecualiannya maka hukum-hukum pada ilmu sosial ini selalu ada kemungkinan
kekecualiannya. 7

6
Mundiri H, Logika, 129.
7
Poedjawijatna, Logika Filsafat Berpikr (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), 73-75.

3
Contoh :
Mahasiswa kosma H2, ada yang suka makan pecel, malahan banyak yang suka
makan pecel. Tetapi, jangan segera diambil putusan umum, bahwa mahasiswa
kosma H2 itu semuanya suka makan pecel. Suka atau tidak suka makan pecel itu
sama sekali bukan sifat mutlak manusia dimana pun juga.

Generalisasi juga dapat dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu:


1. Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta,
namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah
mewakili seluruh persoalan yang diajukan.
Contoh : Bila ahli-ahli filologi Eropa berdasarkan pengamatan mereka mengenai
bahasa-bahasa ido-Jerman.
Kemudian menarik suatu kesimpulan bahwa di dunia terdapat 3.000 bahasa.
2. Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan
meyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Contoh : Untuk menyelidiki sifat-sifat orang Indonesia pada umumnya, dibutuhkan
ratusan fenomena untuk menyimpulkannya.8

2.3. Generalisasi Ilmiah


Pada dasarnya, generalisasi ilmiah tidak berbeda dengan generalisasi biasa, baik
dalam bentuk maupun permasalahannya. Perbedaan utama terletak pada metodenya,
kualitas data serta ketetapan dalam perumusannya. Generalisasi dikatakan sebagai
penyimpulan karena apa yang ditemui dalam observasi sebagai sesuatu yang benar, maka
benar pula sesuatu yang tidak diobservasi, pada masalah sejenis atau apa yang terjadi pada
sejumlah kesempatan akan terjadi pula pada kesempatan yang lain kondisinya yang sama
terjadi.

Pada generalisasi ilmiah, ada 6 tanda-tanda penting yang harus kita perhatikan
adalah :

8
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, 44-45.

4
 Datanya dikumpulkan dengan observasi yang cermat, dilaksanakan oleh tenaga
terdidik serta mengenal baik permasalahannya. Pencatatan hasil observasi dilakukan
dengan tepat, menyeluruh dan teliti, pengamatan dan hasilnya dibuka kemungkinan
adanya cek oleh peneliti terdidik lainnya.
 Adanya penggunaan instrumen untuk mengukur dan mendapatkan ketepatan serta
menghindari kekeliruan sejauh mungkin.
 Adanya pengujian, perbandingan serta klasifikasi fakta.
 Pernyataan generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh dinyatakan dalam term yang
padat dan matematik.
 Observasi pada fakta-fakta eksperimental hasilnya dirumuskan dengan
memperhatikan kondisi yang bervariasi. Misalnya: waktu, tempat, dan keadaan
khusus lainnya. Dipublikasikan untuk memungkinkan adanya pengujian kembali,
kritik dan pengetesan atas generalisasi yang dibuat. 9

Menurut Soekadijo, generalisasi yang baik harus memenihi 3 sayarat, antara lain:
1) Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik. Artinya, generalisasi tidak boleh
terikat kepada jumlah tertentu. Kalau dikatakan “Semua A adalah B”, maka
proposisi itu harus benar, berapa pun jumlah A. Proposisi itu berlaku untuk setiap
dan semua subjek yang memenuhi kondisi A. Contoh : semua perempuan adalah
cantik.
2) Generalisasi harus tidak terbatas secara spasiotemporal. Artinya, tidak boleh terbatas
dalam ruang dan waktu. Jadi harus berlaku dimana saja dan kapan saja. Contoh :
semua dosen adalah terpelajar.
3) Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian. Artinya, dasar dari yang
disebut contrary-to-facts conditional atau unfulfilled conditional (bertentangan
dengan fakta bersyarat).
Rumusnya : Faktanya :x,y dan z itu masing-masing bukan B
Ada generalisasi : Semua A adalah B
Pengandaiannya : Andai kata x, y, dan z itu masing-masing sama dengan A
atau dengan kata lain, andai kata x, y, dan z itu masing-masing memenuhi atau

9
Mundiri H, Logika, 135-136.

5
sama kondisinya dengan A, maka pastilah x, y dan z itu masing-masing sama
dengan B. 10
Contoh :
Faktanya : Syaiful dan Budi itu bukan perempuan.
Generalisasi : semua yang cantik adalah perempuan.
Pengandaian : Andai kata Sofan, Syaiful dan Budi itu cantik, maka pastilah
Sofan, Syaiful dan Budi itu perempuan.

Dalam buku Logika Scientifika, dijelaskan bahwa untuk menentukan generalisasi


yang sehat, kita harus menerapkan 3 cara pengujian sebagai berikut :
1) Adakah kita telah mempertimbangkan hal-hal atau kejadian-kejadian dari kelompok
yang diuji dalam jumlah secukupnya? Orang harus seksama dan kritis untuk
menentukan apakah generalisasi (mencapai kemungkinan probabilitas) dan dapat
dipercaya. Dan kemungkinan tersebut harus muncul karna didasarkan pada contoh-
contoh yang cukup. Apabila yang dipersoalkan unsur-unsur yang tidak dapat
ditentukan, misalnya manusia, maka hanya akan membuat generalisasi yang terburu-
buru. Maka orang waspada terhadap generalisasi seperti :
- Semua laki-laki sama saja
- Orang yang selalu ke mesjid tidak mungkin jadi komunis
- Semua orang kaya kikir dan materialitis
Pernyataan semacam ini mudah dan cepat sekali beredar. Akan
Tetapi pemikir yang kritis akan selalu mendesak untuk mengujinya terlebih dahulu
guna melihat adakah pernyataan-pernyataan semacam itu memiliki bukti faktualnya
sebelum menerimanya.
2) Adakah hal-hal atau kejadian-kejadian yang diuji merupakan sample yang cukup dari
seluruh kelompok yang dipertimbangkan. Orang hendaknya melihat adakah sample
yang diselidiki cukup respresentatif mewakili kelompok yang diperiksa. Apabila
tidak, agak sulitlah untuk memperoleh hasil yang seksama.
3) Apabila ada kekecualian, dan kekecualian itu banyak, tidak mungkin dapat membuat
generalisasi. Tetapi jika hanya terdapat beberapa kekecualian, kita masih dapat
membuat generalisasi, tetapi selalu waspada dan hati-hati untuk tidak menggunakan
kata-kata seprti : Pada umumnya, kebanyakan, menurut garis besarnya. Meskipun

10
Soekadijo, Logika, Logika Dasar, Tradisional. Simbolik dan Induktif, 134-135.

6
yang terakhir ini akan mewujudkan generalisasi yang tidak sempurna, namun cukup
merupakan bentuk pemikiran yang sehat dalam kejadian-kejadian praktis sehari-hari,
11

Adapun menurut buku logika, untuk menguji apakah generalisasi yang dihasilkan
cukup kuat untuk dipercaya dapat gunakan evaluasi sebagai berikut :
 Apakah sample yang digunakan kuantitatif cukup mewakili. Semakin banyak jumlah
fenomena yang digunakan semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan. Meskipun kita
tidak boleh menyatakan bahwa dua kali jumlah fenomena individual akan
menghasilkan dua kali kadar keterpercayaan.
Contohnya : untuk menentukan jenis darah seseorang cukup dengan satu titik
darinya. Atau untuk menentukan kadar kejernihan air sebuah sungai cukup satu
gelas saja.
Tetapi sebaliknya, untuk menentukan faktor dominan apakah yang menjadi sebab
sebuah kejahatan tidak cukup mendasarkan kepada beberapa orang saja.
 Apakah sample yang digunakan cukup bervariasi. Semakin banyak variasi sample,
semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan.
Comtoh : Untuk menentukan kadar minat dan kesadarn berkoperasi sebagai sistem
ekonomi yang diharapkan bagi bangsa Indonesia, harus diteliti dari berbagai suku
bangsa, berbagai lapisan penghidupan, berbagai pendidikan dan berbagai usia.
 Apakah dalam generalisasi itu diperhitungkan hal-hal yang menyimpang dengan
fenomena umum atau tidak. Kekecualian-kekecualian harus diperhitungkan juga,
terutama jika kekecualian itu cukup besar jumlahnya. Dalam hal kekecualian cukup
besar tidak mungkin diadakan generalisasi. semakin cermat faktor-faktor
pengecualian dipertimbangkan, semakin kuat kesempatan yang dihasilkan.
Contoh : Bila kekecualian sedikit jumlahnya harus dirumuskan dengan hati-hati ,
kata-kata seperti : semua, setiap, selalu, tidak pernah, selamanya dan sebagainya
harus dihindari. Pemakaian kata : hampir seluruhnya, sebagian besar, kebanyakan ;
harus didasarkan atas pertimbangan rasional yang cermat.
 Apakah kesimpulan yang disimpulkan konsisten dengan fenomena individual.
Kesimpulan yang dirumuskan haruslah merupakan keonsekuen logis dari fenomena
yang dikumpulkan, tidak boleh memberikan tafsiran dari data yang ada.

11
Poespoprodjo, Logika Scientifika, 240-242.

7
Contoh : penyelidikan tentang faktor utama penyebab rendahnya prestasi akademik
mahasiswa IAIN. Apabila data setiap individu dari sample yang diselidiki ditemukan
faktor-faktor lemahnya penguasaan bahasa Asing, miskin literatur, kurang berdiskusi
serta selalu banyaknya jenis mata kuliah. Lalu, disimpulkan bahwa penyebab
rendahnya prestasi itu adalah lemahnya penguasaan bahasa asing dan miskin
literatur, ini tidak merupkan konsekuensi logis dari fenomena yang dikumpulkan,
semakin banyak faktor analogik ditinggalkan, semakin lemah kesimpulan yang
dihasilkan.12

III. KESIMPULAN
Dari beberapa pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Generalisasi adalah
suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju
kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena
individual yang diselidiki.

IV. DAFTAR PUSATAKA


Logika, H, Mundiri. Logika . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi . Jakarta : Gramedia Pustaka Tama,
1994.
Surajiyo, Sugeong A. Andiani, Sri. Dasar-Dasar Logika . Jakarta : Bumi
Aksara, 2005.
Soekadijo. Logika, Logika Dasar, Tradisional. Simbolik dan Induktif . Jakarta
: Gramedia Pustaka, 1991.
Poespoprodjo. Logika Scientifika . Bandung : Pustaka Grafika, 1999.
Poedjawijatna. Logika Filsafat Berpikr . Jakarta : Rineka Cipta, 2004.

12
Mundiri H, Logika, 135-136.

Anda mungkin juga menyukai

  • Survei Luka Batin
    Survei Luka Batin
    Dokumen2 halaman
    Survei Luka Batin
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Stress Test
    Stress Test
    Dokumen3 halaman
    Stress Test
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Kel. 4
    Kel. 4
    Dokumen8 halaman
    Kel. 4
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Kel. 5
    Kel. 5
    Dokumen6 halaman
    Kel. 5
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Kel. 1
    Kel. 1
    Dokumen7 halaman
    Kel. 1
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat
  • Pak & Remaja
    Pak & Remaja
    Dokumen10 halaman
    Pak & Remaja
    TiLda Gea
    Belum ada peringkat