Anda di halaman 1dari 35

1

DOSA, APAKAH DEFINISINYA MENURUT ALKITAB?

Shalom saudara/iku dalam Tuhan kita Yesus Kristus


Mayoritas umat Kristen dan umat manusia pada umumnya tidak mengetahui arti kata DOSA
dalam Alkitab dan mereka tidak tahu apa yang mereka sedang lakukan sehingga akan menghambat
keselamatan mereka bahkan berpotensi menggagalkan mereka masuk sorga.
Alkitab menyatakan: DOSA adalah Pelanggaran Hukum Allah (I Yoh 3:4). Ada tertulis bahwa
Ke-10 Firman Allah dalam Keluaran 20:3-17 yang ditulisi oleh jari Allah pada kedua loh batu itu disebut
Hukum Allah (Keluaran 31:18). Inilah 10 Hukum Allah itu seperti yang tertulis dalam Keluaran 20:3-17
adalah:
I. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
II. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas,
atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan
sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN,
Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada
anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang
membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu
mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
III. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan
memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
IV. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN,
Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki,
atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau
hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya
TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari
ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
V. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan
TUHAN, Allahmu, kepadamu.
VI. Jangan membunuh.
VII. Jangan berzinah.
VIII. Jangan mencuri.
IX. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
X. Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya
laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun
yang dipunyai sesamamu."
XI.
Melanggar satu dari hukum itu adalah sama dengan melanggar seluruhnya (Yakobus 2:10-11). Upah
dosa/pelanggaran Hukum Allah adalah maut (Roma 6:23). Dalam iman kepada Yesus Kristus, kita
harus menuruti semua perintah Allah termasuk 10 Perintah yang juga dikenal dengan 10 Hukum-Nya.
10 Hukum Allah adalah standar penghakiman Allah (Yakobus 2:12) dan menghakimi semua manusia
(Penghotbah 12:13,14) .
Jutaan pendeta dan miliaran umat Kristen mengabaikan Hukum Allah yang keempat tentang
hari Sabat, yaitu hari yang Allah perintahkan untuk diingat dan dikuduskan sebagai peringatan bahwa
Dia telah menciptakan langit dan bumi selama 6 hari dan pada hari ketujuh/Sabat/Sabtu Ia berhenti
dari penciptaan langit dan bumi itu, kemudian memberkati dan menguduskan hari ketujuh dan
menjadikan hari ketujuh sebagai hari perhentian atau hari Sabat Tuhan Allah (Keluaran 20:8-11). Allah,
Pencipta langit dan bumi berfirman agar semua umat ciptaan-Nya mengingat dan menguduskan hari
ketujuh karena ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu,
berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati
hari ketujuh itu dan menguduskannya karena pada hari itulan Ia berhenti dari segala pekerjaan
penciptaan yang telah dibuat-Nya itu (Kejadian 2:2-3). Itulah sebabnya maka hari ketujuh disebut hari
perhentian atau disebut hari Sabat Tuhan. Hari Sabat adalah hari Tuhan (Markus 2:28 dan Keluaran
20:10) atau hari kudus Tuhan (Yesaya 58:13) karena Tuhan telah menguduskannya.
2

Waktu 1 hari didasarkan atas perputaran bumi pada porosnya sebanyak satu kali, waktu satu
bulan didasarkan pada bulan yang mengelilingi bumi selama satu kali. Satu tahun didasarkan pada
bumi mengelilingi matahari sebanyak satu kali.

Tetapi didasarkan pada apakah 1 pekan atau 1 minggu???


Jika waktu 1 hari, satu bulan dan satu tahun didasarkan pada pergerakan benda-benda langit
ciptaan Allah, Sang Khalik, maka waktu satu pekan atau satu minggu didasarkan pada waktu
kerja Allah ketika menciptkan langit dan bumi. Siklus satu pekan pada waktu penciptaan telah
menjadi dasar yang ditetapkan Allah untuk kita yang berdiam di bumi ini. Allah sendiri telah
menetapkan ukuran waktu satu pekan yang pertama itu sebagai contoh bagi pekan berikutnya
sampai akhir zaman. Allah telah menciptakan langit dan bumi, laut, dan segala isinya termasuk
manusia selama 6 hari dan Allah telah berhenti pada hari ketujuh (Sabat) dari pekerjaan
penciptaan itu, kemudian memberkati dan menguduskan hari ketujuh (Kejadian 2:1-3) dan
mengasingkannya sebagai satu hari perhentian bagi diri-Nya dan manusia sampai selama-
lamanya. Tetapi lihatlah yang terjadi sekarang ini, banyak orang termasuk mayoritas umat
Kristen telah menginjak-injak Hukum Allah yang keempat (berbuat dosa) yang memerintahkan
untuk mengingat dan menguduskan hari Sabat (hari ketujuh)/Sabtu

Sekarang ini, banyak orang yang mengajarkan kepada umat Kristen, suatu hari lain yang tidak
diperintahkan Allah dalam alkitab untuk dingat dan dikuduskan. Hari itu adalah hari Ahad/hari
pertama atau yang lebih populer disebut hari Minggu karena menurut mereka Yesus bangkit dari
kematian-Nya pada hari tersebut sehingga mereka berpikir bahwa Yesus telah menggantikan hari
Sabat ke hari Minggu padahal kita tidak pernah menemukan satu ayatpun dalam Alkitab yang
menyatakan bahwa Yesus telah mengubah hari Sabat ke hari kebangkitan-Nya bahkan saya
menawarkan kepada para pembaca pesan ini uang sebanyak 5 juta rupiah (saya serius dengan
tawaran ini) jika ada yang menemukan ayat dalam alkitab (Kejadian-Wahyu) yang memerintahkan
anda untuk meninggalkan hari yang Tuhan Allah perintahkan untuk diingat dan dikuduskan yaitu hari
ketujuh/Sabat/Sabtu untuk diganti dengan hari Ahad/Minggu karena Yesus bangkit pada hari
tersebut.
Samuele Bacchiocchi (almarhum) adalah seorang Profesor Sejarah Gereja dan Teologi di
Andrews University, Berrien Spring, Michigan, Amerika Serikat pernah menjadi salah satu mahasiswa
non Katolik pertama yang mengambil studi doktoral di salah satu universitas Katolik ternama di dunia
yang berada di Roma yang bernama Pontifical Gregorian University dalam bukunya yang berjudul
Sabbath, Divine Rest for Human Restlessness menyatakan bahwa peraturan anti Yahudi yang keras dari
Hadrian (sekitar thn 135) menyebabkan orang orang Kristen membedakan diri mereka dari orang Yahudi dengan
meninggalkan perayaan perayaan khas Yahudi seperti Paskah dan hari Sabat.
Profesor Bacchiocchi yang ketika menjadi mahasiswa program doktor (S3) di Pontifical Gregorian
University pernah mendapat medali emas dari Paus Paulus VI atas penelitian dan prestasi akademiknya (summa
cum laude) dalam bukunya yang merupakan buku pertama yang ditulis oleh non Katolik yang merupakan
terjemahan dan penyesuaian dari disertasinya yang juga diterbitkan oleh Pontifical Gregorian
University tahun 1977 dengan judul FROM SABBATH TO SUNDAY (buku itu ada dalam bentuk hard
copy di tangan saya dan ada juga dalam bentuk soft copy atau file, atau sekarang bisa didownload di
internet) menulis: Penyelidikan membuktikan bahwa perubahan hari perhentian dari hari Sabtu ke
Minggu mulai kira-kira satu abad setelah kematian Kristus sebagai akibat dari pengaruh faktor-faktor
politik, sosial, penyembah berhala dan Kristen.
W.R.F Browning seorang pengarang Kamus Alkitab (Kamus ini ada di hampir semua pendeta
Kristen dan mahasiswa jurusan teologi dan Pendidikan Agama Kristen, PAK) yang diterbitkan oleh BPK.
Gunung Mulia menulis tentang kata Minggu: Bagi orang Kristen, hari pertama dalam sepekan dan
juga menyatakan bahwa semula orang Kristen menggunakan nama-nama hari yang sama dengan
orang Yahudi. Dan sejak abad IV, gereja mengambil alih nama-nama itu atau dengan kata lain
mengubahnya. Lebih jauh ditambahkan oleh H. Berkhof dan I.H. Enklaar dalam buku karangan
mereka yang berjudul SEJARAH GEREJA (buku ini ada di hampir semua pendeta Kristen dan
mahasiswa jurusan teologi dan PAK) yang diterbitkan oleh BPK. Gunumg Mulia bahwa negara dan
gereja pada saat itu (awal abad IV) telah bekerja sama, yaitu agar negara mendapat berkat-berkat
gereja, maka gereja diberi hak dan keuntungan untuk menerima warisan, sokongan uang untuk
membangun gedung-gedung gereja dan untuk membuat undang-undang penyucian hari Minggu
3

(Berkhof dan Enklaar 2011, hlm 49). Negara diwakili oleh Kaisar Romawi yang bernama Constantine
dan gereja yang dimaksud adalah gereja Katolik yang berkedudukan di Roma.
Jim Pinkoski (1998, hlm 16 dan 42) dalam bukunya yang berjudul The Truth about Sabbath
(buku ini ada di tangan penulis baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy) yang diterbitkan oleh
Amazing Facts, Roseville, California (Amerika Serikat) menyatakan bahwa secara resmi, Kaisar Roma
yang bernama Constantine mengubah hari Sabat ke hari Minggu.

Isi UU Hari Minggu Constantine yang diterbitkan 7 Maret 321 M

Pada hari pemujaan matahari (venerabilis dies solis) atau Sunday (sun: matahari dan day:hari)
hendaknya para hakim dan penduduk yang tinggal di kota-kota beristrahat dan tempat-tempat
kerja ditutup. Di pedesaan, penduduk yang berhubungan dengan pertanian dapat dengan bebas
dan didukung undang-undang meneruskan usaha mereka (Pinkoski 1998, hlm 16)

Undang-undang ini memerintahkan rakyat untuk melanggar Hukum Keempat dari 10 Hukum Allah
dalam Keluaran 20:8-11. Dengan kata lain, dengan adanya UU yang dikeluarkan oleh Kaisar
Constantine ini maka rakyat menjadi berdosa (melanggar Hukum Allah)
Anton Silalahi (2008) dalam bukunya berjudul Hari Perhentian Mengapa Hari Sabtu? Yang
diterbitkan oleh Penerbit Talenta Mulia Aksara (TMA) Jakarta dan Shelthon and Quinn (2007) dalam
bukunya yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yang berjudul 10 Hukum Allah Disingkirkan
Dua Kali yang juga diterbitkan oleh Talenta Mulia Aksara menyatakan bahwa kepausan telah
memaksa ketentuan yang mengharuskan memelihara hari Minggu dalam Canon 29 Konsili Laodekia
Tahun 336 M.
Orang-orang Kristen tidak boleh men-Yahudikan diri mereka sendiri dan bermalas-malas pada
hari Sabtu tapi harus bekerja pada hari itu; tapi Hari Tuhan harus mereka hormati secara
istimewa, dan sebagai orang Kristen harus, jika mungkin tidak bekerja pada hari itu. Jika
seandainya, mereka didapati men-Yahudikan diri sendiri, mereka akan ditolak Kristus.
(Charles J. Hefele, A History of the Christian Councils, Vol 2, hal 316 dikutip dalam Shelthon
and Quinn 2007, hlm 94; Pinkoski 1998, hlm 42)

Catatan: yang disebut Paus sebagai Hari Tuhan adalah Hari Minggu. Hari Tuhan yang Asli adalah
Hari Sabtu (Keluaran 20:10; Yesaya 58:13 dan Markus 2:28). Dekrit ini membuktikan bahwa orang
Kristen sejati masih memelihara hari Sabat hari ketujuh pada hari Sabtu selama 300 tahun setelah
kenaikan Yesus ke Sorga.

Tanya Jawab Apakah Benar Gereja Katolik Mengubah Sabat (Dikutip dari Silalahi (2008, hlm
177-178) dalam bukunya yang berjudul Hari perhentian, Mengapa hari Sabtu? dan Shelton
dan Quinn (2007, hlm 103-104) dalam bukuanya yang berjudul The Ten Commandments Twice
Removed (10 Hukum Allah disingkirkan dua kali)

Pertanyaan Kepada Paus Pius XII


Apakah tuduhan itu benar, yang dilancarkan kaum Protestan terhadap Anda sekalian? Mereka
katakan Anda mengubah Sabat Hari Ketujuh menjadi apa yang disebut hari Sunday umat
Kristiani; yang merupakan hari pertama tiap pekan. Kalau memang benar, kapan Anda
mengubahnya, dan atas wewenang siapa?-Hormat saya J. L Day, Thomaston, Georgia 22 Mei
1954.

Jawaban yang Disetujui Paus Pius XII (telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia)

Mengenai penggantian hari perbaktian dari Hari Sabat ke Hari Minggu, saya ingin menarik perhatian
Anda pada fakta-fakta berikut:
1. Bahwasanya kaum Protestan, yang mendasarkan iman dan agama mereka pada Alkitab saja,
seharusnya kembali memelihara Sabat. Tapi fakta bahwa mereka tidak melakukannya,
sebaliknya malah memelihara Hari Minggu, merendahkan diri mereka di mata semua orang
yang punya akal.
4

2. Kami orang Katolik tidak menganggap Alkitab sebagai satu-satunya dasar iman. Selain Alkitab,
kami punya gereja (Vatikan) yang hidup sebagai petunjuk untuk membimbing kami. Gereja ini,
didirikan oleh Kristus untuk mengajar dan membimbing manusia sepanjang hidup mereka,
punya hak untuk mengganti hukum-hukum upacara Perjanjian Lama dan karena itu, kami
menerima perubahan hari perbaktian yang dibuat Gereja (Vatikan) dari Sabat ke Minggu. Kami
dengan jujur berkata ya Gereja (Vatikan) telah membuat perubahan itu, membuat hukum ini,
sebagaimana telah membuat banyak hukum, misalnya Friday Absistence pengekangan diri pada
hari Jumat, keimaman yang tidak menikah, hukum mengenai pernikahan antara Katolik dengan
non Katolik, peraturan mengenai pernikahan dua mempelai Katolik, dan ribuan hukum lainnya.
3. Kami juga utarakan, bahwa dari semua golongan Protestan, Gereja Masehi Advent Hari
Ketujuh adalah satu satunya kelompok yang memiliki dasar yang benar (Alkitab) dan konsisten
dengan ajaran-ajaran mereka. Memang selalu lucu bila melihat gereja-gereja Protestan, di
mimbar dan pemerintahan, menuntut perayaan hari Minggu yang sama sekali tidak ada
dasarnya di Alkitab untuk posisi iman ini.-Hormat kami, Peter R. Tramer. Editor.-

Setidaknya, seperti itulah seharusnya. Tapi tahukah anda bahwa Vatikan mencibir pada orang-
orang Protestan pemelihara hari Minggu karena praktik ibadah hari Minggu sebetulnya tidak sesuai
Alkitab? Baca kutipan berikut dari Revered John OBrien:
Tetapi karena Sabtulah, bukan Minggu yang diidentifikasi (sebagai hari Sabat Tuhan) di
Alkitab, bukankah aneh bahwa umat non-Katolik yang mengaku berdasar pada Alkitab dan
bukan Vatikan memelihara hari Minggu gantinya Sabtu?Ya, memang, tidak konsisten, tetapi
perubahan hari perbaktian dibuat sekitar 15 abad sebelum lahir gerakan Protestan. Mereka
(orang Protestan) telah melestarikan tradisi ibadah hari Minggu walaupun hal itu berdasar pada
otoritas Vatikan dan bukan pada ayat Alkitab. Ibadah hari Minggu itu tetap merupakan
pengingat mereka akan gereja induk darimana golongan-golongan non-Katolik memisahkan
diri, ibarat seorang anak yang kabur dari ibunya tapi masih membawa foto ibunya di dompet
atau segenggam rambut sang ibu (The Faith of Million, hal 421,422 dalam Shelthon dan
Quinn,2007:98)

Ketika Kristen Protestan melalui bapak-bapak reformasi seperti Marthen Luther memisahkan
diri dari Geraja Katolik, mereka tetap melestarikan pemeliharaan hari Minggu daripada hari Sabat
padahal semboyan yang Luther gunakan pada saat itu adalah sola scriptura (Alkitab dan hanya alkitab
saja yang menjadi dasar ajaran bagi umat Kristen).
Mark Finley, Th.D, seorang doktor teologi dan juga penginjil internasional terkemuka,
pembicara televisi untuk Experiece Hope (sebuah siaran mingguan Hope Channel) dan evangelisasi
NET yang dipancarkan ke seluruh dunia dalam bukunya berjudul The Almost Forgotten Day atau
yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi Hari yang Hampir dilupakanyang
diterbitkan oleh Indonesian Publishing House (IPH) Bandung menulis:
Selama abad XVI, sahabat Marthen Luther, bernama Andreas Carlstadt, menerima kebenaran
hari Sabat tahun 1524. Dua tahun sesudah perpisahannya dengan Luther, dia menulis sebuah
risalah penting berjudul Dari hal Sabat dan dan hari-hari suci yang diperintahkan. Menarik
sekali karena Luther membalas dengan cara berikut kepada Risalah Carlstadt mengenai hari
Sabat itu. Kalau Carlstadt harus menulis banyak lagi tentang hari Sabat, hari Minggu pun
harus ditinggalkan dan hari Sabat yaitu hari ketujuh harus dirayakan. (Dikutip dari Sabbath in
Scripture and History, Review and Herald Publishing Association, 1982, hlm 217).
Dalam pengakuannya di Augsburg, Luther menuliskan pernyataan yang kuat menjelaskan
pengertiannya dari hal persoalan yang penting: Diduga keras, Katoliklah yang mengubah hari
Sabat ke hari Minggu, hari Tuhan, nyatanya bertentangan dengan Sepuluh Hukum. Tidak ada
lagi kecongkakan yang lebih besar daripada mengubah hukum hari Sabat. Kata mereka, kuasa
dan wibawa gereja itu besar, sehingga dia mengeluarkan satu dari Sepuluh Hukum Itu (Luther
Your Augsburg Confession, dikutip dari buku The Creeds of Christendom, Philip Schalf, jilid 3,
hlm 64). Selama pengadilan Luther, uskup agung Reggio menyuruh Dr. Eck yang terkenal itu
untuk menentang Luther. Persoalan berpusat sekitar kekuasaan dan wibawa gereja.
Pertanyaan utama adalah Apakah suara Allah berbicara melalui gereja? Dimanakah kekuasaan
tertinggi? Apakah pengadilan tertinggi yang terakhir? Jika ada pertanyaan yang jelas antara
Alkitab dan Gereja kepada siapa anda lebih percaya?. Pedebatan berlangsung berhari-hari
akhirnya Dr. Eck mengambil kesimpulan terakhir. Oleh sebab gereja Katolik mengubah Sabat
dari hari Sabtu ke hari Minggu, kekuasaan gereja lebih tinggi dari Alkitab. Dengan menerima
5

hari Minggu, gereja Protestan menerima kuasa gereja Katolik. Penjelasan dan ulasan Dr. Eck
mengubah haluan dari para reformis kembali memihak kepada gereja Katolik .
Dalam suratnya ke Carlstadt, Luther memang benar, perjuangan belum selesai dan
semboyannya harus tetap dilanjutkan. Gereja-gereja Protestan harus terus mereformasi dirinya agar
semua ajarannya hanya berdasarkan kitab suci, yaitu Alkitab (sola scriptura).
Nabi Daniel telah menubuatkanan tentang apa yang akan dilakukan terhadap 10 Hukum Allah
oleh Hadrian, Constantine dan kepausan khususnya mengenai Hukum Allah tentang hari Sabat yang
dipindahkan ke hari Minggu: Ia akan mengucapkan perkataan yang menentang yang Mahatinggi, yang
akan menganiaya orang-orang kudus milik yang Mahatinggi, ia berusaha mengubah waktu dan hukum
dan mereka akan diserahkan kepada tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa
(Daniel 7:25).

Pertanyaan yang harus kita renungkan adalah apakah gereja Katolik memiliki kekuasaan untuk
mengubah 10 Hukum Allah yang ditulis langsung oleh jari-Nya pada 2 loh batu itu? Apakah
Gereja lebih tinggi dari Alkitab?
Jawab: Allah tidak pernah memberi wewenang kepada manusia siapapun atau organisasi gereja
manapun atau pemerintah manapun, kepada pendeta/pastor siapapun atau majelis jemaat siapapun
betapapun berkuasanya orang itu untuk mengubah 10 Hukum-Nya. Allah itu kekal (Kejadian 21:33)
dan hukum-hukum-Nya kekal (Mazmur 11:7,8); Allah itu sempurna (Matius 5:48) dan 10 Hukum Allah
yang biasa disebut Taurat Tuhan adalah sempurna (Mazmur 19:8) sehingga tidak perlu perubahan atau
revisi; Allah itu kudus (Yesaya 5:16) dan hukum-hukum-Nya kudus (Roma 7:12); Allah itu adil
(Ulangan 32:4) dan hukum-hukum-Nya adil (Mazmur 19:10). Allah itu tidak berubah (Yakobus 1:17)
dan hukum-hukum-Nya tidak berubah (Matius 5:18). Sebelum Allah memberikan kesepuluh firman
atau 10 Hukum-Nya dalam Keluaran 20:3-17 kepada Musa dalam bentuk tertulis di atas 2 loh batu itu,
Ia mengucapkannya di depan Jemaat Israel di Gunung Sinai. Alkitab mengatakan bahwa Apa yang
keluar dari bibir Allah tidak akan diubah-Nya (Mazmur 89:35). Dengan kata lain Kesepuluh firman
yang diucapkan Allah itu kekal selama-lamanya (Yesaya 40:8) alias tetap berlaku sampai selama-
lamanya Yesus pun tidak datang untuk mengubah 10 Hukum Allah (Lukas 16:17).

APA YANG TERJADI SEKARANG INI?


Mayoritas umat Kristen Protestan lebih suka menuruti ajaran manusia untuk menguduskan hari
Minggu daripada hari Sabat, suatu tradisi atau kebiasaan yang lebih menuruti ajaran manusia daripada
perintah Allah. Perubahan hari Sabat ke hari Minggu secara resmi telah berlangsung selama 1694
tahun (321-2015) dan telah menjadi suatu tradisi yang diikuti sampai hari ini. Ketika umat Kristen
lebih suka memelihara hari Minggu daripada hari Sabat/Sabtu sebagai hari perhentian maka mereka
lebih suka menuruti perintah manusia yang bernama Hadrian, Constantine dan kepausan daripada
perintah Allah. Yesus pernah menegur orang yang lebih meninggikan ajaran manusia daripada perintah
Allah (hukum Allah yang kelima):

Percuma mereka beribadah kepada-Ku. Sedangkan ajaran yang mereka ajarkan adalah perintah
manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia....Sungguh
pandai kamu mengesampingkan perintah Allah supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu
sendiri (Markus 7:7-9).

Berdasarkan perkataan Yesus di atas, apakah anda mau dikatakan percuma pergi ke gereja hari
Minggu? Rasul Petrus menasihatkan agar kita harus lebih taat kepada perintah Allah daripada perintah
manusia (Kisah 5:29).
Ditinjau dari Sepuluh Hukum Allah, pemeliharaan hari Minggu sebagai hari perhentian tidak
memiliki dasar hukum tetapi sebaliknya pemeliharaan hari Sabat sebagai hari untuk mengingat Allah
sebagai Pencipta langit dan bumi, laut dan segala isinya memiliki dasar hukum yang jelas, yaitu diatur
dalam 10 Hukum Allah. Karena pemeliharaan hari Minggu tidak memiliki dasar hukum, yaitu Hukum
Allah maka sesuatu yang dilakukan karena melanggar atau menentang hukum disebut ilegal karena
tidak sesuai dengan Hukum Allah. Sedangkan sesuatu yang dilakukan sesuai dengan hukum disebut
legal atau sah sesuai Hukum Allah. Ini bukan berdasarkan pendapat pribadi saya tetapi para ahli hukum
akan mengerti hal ini.
Meskipun Yesus bangkit pada hari Minggu, hal itu tidak berarti telah mengubah hari Sabat ke
hari Minggu karena Yesus tidak pernah memerintahkannya. Memang maksud manusia adalah baik
untuk memperingati kebangkitan Yesus tetapi baik menurut manusia belum tentu baik menurut perintah
6

Allah. Manusialah yang harus menurut kepada Penciptanya dan bukan sebaliknya meminta Pencipta
untuk menuruti pendapatnya. Dalam hal 10 Hukum Allah, jika pendapat pendeta/pastor dan majelis
jemaat berbeda dengan firman Tuhan dalam alkitab, suka atau tidak suka, seorang Kristen sejati harus
memilih menuruti firman Tuhan daripada perkataan pendeta/pastor dan majelis (manusia). Dengan kata
lain, jika Alkitab katakan bahwa melanggar Hukum Allah termasuk Hukum-Nya tentang hari Sabat
adalah dosa (1 Yoh 3:4) sedangkan para pendeta/pastor dan anggota majelis menyatakan hal itu
bukan dosa maka anda harus ikut kata Alkitab sebab Allah lah dan bukan pendeta/pastor dan mejelis
yang akan menghakimi kita nanti. Anda tidak boleh ikut-ikutan dengan perkataan pendeta/pastor yang
tidak sesuai dengan firman Allah dalam Alkitab. Kita akan dihakimi berdasarkan 10 Hukum Allah
(Yakobus 2:12) dan bukan berdasarkan perkataan pendeta/pastor dan majelis gereja.

Bisakah seseorang diselamatkan dengan menuruti Sepuluh Hukum Tuhan?

Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Tuhan oleh karena melakukan hukum
Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. (Roma 3:20).
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada
orang yang memegahkan diri.
Jawab:
Tidak. Jawabannya sangat sederhana. Tidak ada yang bisa selamat karena menuruti Sepuluh Hukum.
Keselamatan hanya diperoleh melalui kasih karunia (anugerah/rahmat), sebagai pemberian gratis dari
Tuhan melalui Yesus Kristus, dan kita menerima pemberian itu melalui iman, bukan melalui perbuatan
baik atau penurutan pada hukum. Hukum berfungsi hanya sebagai cermin untuk menunjukkan dosa di
dalam hidup kita. Penyucian hati dan pengampunan dosa datang hanya melalui kematian Yesus Kristus.
Jadi, kasih karunia bukan diartikan untuk melanggar 10 Hukum Allah. Rasuk Paulus menegaskan; Jadi
bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di
bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! (Roma 6:15). Dengan kata lain, apakah kita boleh melanggar
10 Hukum Allah (berbuat dosa) termasuk melanggar Hukum-Nya yang IV yang memerintahkan kita
untuk mengingat dan menguduskan hari Sabat karena kita tidak berada di bawah hukum tetapi di
bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Ingat, Paulus yang bertobat setelah Yesus bangkit dan malah
setelah Yesus naik ke sorga tetap memelihara hari Sabat (Kisah 13:14,42,44; 16:13; 17:2; 18:4)
Kita menuruti 10 Hukum Allah bukan untuk mendapat keselamatan (seperti yang dimengerti
oleh orang Yahudi/penurutan yang legalis) tetapi kita menuruti 10 Hukum Allah karena kita sudah
diselamatkan (sudah mendapat kasih karunia). Mengapa kita masih menuruti 10 Hukum Allah padahal
kita sudah diselamatkan?Jawab: Karena orang yang telah diselamatkan perlu bertobat dari dosa-dosa
(pelanggaran Hukum Allah) mereka. Allah telah lebih dahulu mengasihi kita dengan mengaruniakan
Anak-Nya Yang Tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan
beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Karena kita telah memperoleh keselamatan melalui kasih
karunia/anugerah maka kitapun harus mengasihi Allah dengan menuruti perintah-perintah-Nya
termasuk 10 perintah-Nya. Kasih antara Allah dan umat-Nya harus terjadi bolak balik atau dengan kata
lain harus saling mengasihi (seperti kasih antara suami dan istri). Alkitab katakan bahwa kasih kepada
Allah adalah menuruti perintah-perintah-Nya (1 Yoh 5:3; Yoh 14:15) termasuk perintah untuk
mengingat dan menguduskan hari Sabat..
Ada orang mengatakan bahwa 10 Hukum tidak berlaku lagi dan digenapi Yesus dengan Hukum
Kasih. Alkitab tidak mengatakan bahwa 10 Hukum Allah itu dilengkapi dengan Hukum Kasih,
tunjukkan ayatnya!. Allah itu sempurna (Matius 5:48) dan 10 Hukum Allah/Taurat Tuhan itu sudah
sempurna (Mazmur 19:8) sehingga tidak perlu diubah, direvisi atau dilengkapi oleh Yesus. Mengatakan
bahwa Yesus melengkapi 10 Hukum Allah dengan Hukum Kasih sama dengan mengatakan bahwa 10
Hukum Allah itu tidak lengkap atau tidak sempurna padahal Alkitab katakan bahwa 10 Hukum Allah
yang biasa disebut Taurat Tuhan itu sempurna (Mazmur 19:8). Kesepuluh hukum bergantung pada
kedua hukum Yesus Kristus bagaikan sepuluh jari bergantung pada kedua tangan kita. Tidak bisa
dipisahkan. Kasih kepada Tuhan membuat penurutan pada keempat hukum pertama (yang mengatur
hubungan kita dengan Tuhan) menjadi sebuah sukacita, dan kasih kepada sesama manusia membuat
penurutan pada keenam hukum berikutnya (yang mengatur hubungan kita dengan manusia) menjadi
sebuah sukacita. Kasih menggenapi hukum Taurat dengan cara menghilangkan perasaan terbebani oleh
Sepuluh Hukum dan membuat kepatuhan pada Sepuluh Hukum menjadi sukacita (Mazmur 40:9).
Waktu kita mengasihi seseorang dengan sungguh-sungguh, menuruti permintaannya akan merupakan
sebuah sukacita bagi kita. Yesus berkata, Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala
perintah-Ku. (Yohanes 14:15). Tak mungkin mengasihi Tuhan tapi tidak menuruti Sepuluh Hukum,
sebab Allah berkata, Sebab inilah kasih kepada Tuhan, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-
7

Nya. Perintah-Nya itu tidak berat. (I Yohanes 5:3). Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi
tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. (I
Yohanes 2:4). Ketika Yesus berfirman agar kita harus mengasihi Allah (Matius 22:37), Dia mengutip
dari Ulangan 6:5. Dan ketika Dia mengatakan agar kita mengasihi sesama manusia (Matius 22:39), Dia
mengutip dari Imamat 19:18 (lihat catatan kaki dari Alkitab anda pada Matius 22:37-39). Jadi, tidak
ada yang baru dari apa yang dikatakan Yesus berkaitan dengan hukum kasih.
Dalam pembahasan tentang 10 Hukum Allah, banyak orang Kristen yang kurang paham tentang
arti hukum kasih. Kasih kepada Allah adalah menuruti hukum Allah yang I-1V (jangan menyembah
allah lain, jangan membuat dan menyembah patung, jangan menyebut nama Tuhan Allah dengan
sembarangan, ingat dan kuduskanlah hari Sabat) dan kasih kepada sesama manusia adalah menuruti
Hukum Allah yang V-X (hormatilah ayah dan ibumu, jangan membunuh, jangan berzinah, jangan
mencuri, jangan berdusta, dan jangan mengingini harta orang lain, lihat juga Roma 13:9). Jika kasih
kepada Allah dan sesama manusia diringkas menjadi satu kata maka akan menjadi KASIH. Hukum
Kasih adalah inti dari 10 Hukum. Jadi, Hukum Kasih Kristus = 10 Hukum Allah. Yesus dan Bapa
adalah satu (Yoh 10:30). Karena Yesus dan Bapa adalah satu, yaitu Allah, maka 10 Hukum Allah
adalah sama dengan 10 Hukum Yesus. Hukum Kasih Allah/10 Hukum = Hukum Kasih Yesus. Yesus
menekankan: Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."(Matius
22:40). Dengan kata lain, pada 10 Hukum Allah atau Hukum Kasih lah tergantung seluruh hukum
Taurat dan kitab para nabi
Bukan karena Yesus telah mengajarkan hukum Kasih lalu seseorang bebas melanggar sepuluh
Hukum Allah dengan berzina, mencuri, membunuh, berdusta, mengingini harta orang lain, menyembah
allah lain, membuat dan menyembah patung, menyebut nama Tuhan Allah dengan sembarangan,
durhaka kepada orangtua, dan tidak mengingat dan menguduskan hari Sabat/Sabtu. Saya kuatir dengan
pemahaman mereka yang mengatakan bahwa hukum Taurat dalam hal ini termasuk 10 Hukum sudah
dibatalkan Yesus di kayu salib lalu orang-orang melanggar Hukum Allah yang kudus itu. 10 Hukum
Allah = Hukum Kasih Kristus. KASIH menuntun kepada penurutan terhadap perintah-perintah Allah
dan bukan kepada ketidaktaatan/pelanggaran kepada perintah-perintah-Nya.

Roma 10:4 mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah kegenapan hukum Taurat. Jadi Sepuluh
Hukum sudah genap atau sudah berakhir, bukan?
Tidak.. Genap dalam ayat ini berarti tujuan dari Sepuluh Hukum sudah berakhir, bukan Sepuluh
Hukum itu sendiri. Itulah yang dimaksud dengan Sudah Selesai pada Yohanes 19:30. Artinya jelas.
Menuntun manusia pada Yesus Kristusdi mana mereka bisa dibenarkan dan disucikanadalah
tujuan atau kegenapan akhir dari Sepuluh Hukum.

PULUHAN JUTA PENDETA DAN MILIARAN UMAT KRISTEN DI DUNIA INI TIDAK MENGETAHUI SEJARAH
PERUBAHAN HARI SABAT KE HARI MINGGU. MAYORITAS MASIH BERANGGAPAN BAHWA
PEMELIHARAAN HARI SABAT TELAH DIGANTIKAN KE HARI MINGGU OLEH YESUS TETAPI ANDA TIDAK
AKAN MENEMUKAN SATU AYATPUN DALAM ALKITAB BAIK SECARA EKSPLISIT MAUPUN IMPLISIT YANG
MENYATAKAN DEMIKIAN. IRONISNYA PARA PENDETA DAN MAJELIS JEMAAT SELALU BERDALIH ATAU
MEMBUAT BERBAGAI ALASAN DENGAN MENGUTIP AYAT-AYAT DARI ALKITAB UNTUK MEMBENARKAN
PENDAPAT MEREKA PADAHAL AYAT-AYAT YANG DIKUTIP ITU BUKAN MEMBAHAS PERUBAHAN HARI
SABAT KE HARI MINGGU. BAHKAN ADA YANG MENGEJEK, MEMBENCI DAN MENGHALANGI ORANG-
ORANG YANG MENYATAKAN KEBENARAN (FIRMAN TUHAN) KEPADA MEREKA DAN JEMAAT TERMASUK
KEBENARAN TENTANG HARI SABAT.

TETAPI JUTAAN ORANG TELAH SADAR DAN BERTOBAT TERMASUK PARA PENDETA ATAS KEKELIRUAN
INI DAN TELAH KEMBALI MENGIKUTI FIRMAN ALLAH DALAM ALKITAB UNTUK MENGINGAT DAN
MENGUDUSKAN HARI SABAT/SABTU. YESUS SEPERTI BIASANYA MEMELIHARA HARI SABAT DAN
BUKAN MINGGU (LUKAS 4:16).
KITA HARUS INGAT BAHWA MANUSIA TERMASUK PARA PENDETA BISA SAJA KELIRU DENGAN LEBIH
SUKA MENGAJARKAN PEMELIHARAAN HARI MINGGU DARIPADA HARI SABAT/SABTU TETAPI ALKITAB
TIDAK AKAN PERNAH KELIRU KARENA BERISI FIRMAN ALLAH. ANDA HARUS MENYAMPAIKAN HAL INI
KEPADA PENDETA DAN MAJELIS DI JEMAAT ANDA AGAR MEREKA MEMBUKA ALKITAB UNTUK
MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH MENGENAI HARI PERHENTIAN YANG BENAR.

Alkitab berkata: Barangsiapa menyatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama sepe rti
Kristus telah hidup (I Yoh 2:6). Sebagai pengikuti Kristus, kita wajib meneladani semua cara hidup-Nya
8

termasuk dalam mengingat dan menguduskan hari Sabat. Alkitab juga berkata: Jadi masih tersedia
suatu hari perhentian, hari ketujuh bagi umat Allah (Ibrani 4:9). Dari ayat ini kita pelajari bahwa jika
anda merasa sebagai umat Allah, alkitab katakan kepada anda supaya menjadikan hari ketujuh/Sabtu
sebagai hari perhentian, bukan hari Ahad/Minggu.
Dalam menyongsong kedatangan Yesus yang kedua kali, semua umat manusia termasuk umat
Kristen yang masih memelihara hari Minggu harus bertobat dari semua dosa (pelanggaran 10 Hukum
Allah) termasuk bertobat dari dosa melanggar hukum Allah yang IV tentang mengingat dan
menguduskan hari Sabat/Sabtu agar Allah tidak menghukum kita karena dosa-dosa itu. Ada tertulis:
Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka
tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan
penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka (Ibrani 10:26,27).
10 Hukum Allah adalah standar penghakiman Allah (Yakobus 2:12) yang akan menghakimi semua
orang (Pengkhotbah 12:13,14) pada saat Yesus datang menghakimi dunia ini.

Yesus berkata:

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir
banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-
Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah
mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:21-23)

Alkitab menyatakan bahwa Kehendak Allah adalah Taurat Tuhan atau 10 Hukum Allah (Mazmur
40:9). Dari pernyataan Yesus di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pembuat kejahatan (kriminal)
adalah pelanggar hukum. Hukum apakah yang dilanggar? Hukum yang dilanggar itu tidak lain dan
tidak bukan adalah 10 Hukum Allah. Selain itu, dari pernyataan Yesus di atas secara tidak langsung
kita memahami bahwa tidak semua orang Kristen akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga?Mengapa
saya katakan tidak semua orang Kristen akan masuk sorga? Karena hanya umat Kristen yang
memanggil Yesus sebagai Tuhan. Umat Islam menyebut-Nya sebagai nabi. Orang Yahudi memanggil-
Nya sebagai Rabbi atau Guru. Umat Hindu juga menganggap-Nya sebagai Guru.

Jadi, Melanggar Hukum Allah yang IV yang memerintahkan kita untuk mengingat dan
menguduskan hari SABAT = berzina (melanggar hukum Allah yang VII) = membunuh (melanggar
hukum Allah yang VI) = mencuri (melanggar hukum Allah yang VIII) = berdusta (melanggar hukum
Allah yang IX) = mengingini istri dan/ harta orang lain (melanggar hukum Allah yang X) =
menyembah allah lain selain Allah Pencipta Langit dan Bumi (melanggar hukum Allah yang I) =
membuat dan menyembah patung (melanggar hukum Allah yang II) = menyebut nama Tuhan Allah
dengan sembarangan (melanggar hukum Allah yang III) = tidak menghormati ayah dan ibumu
(melanggar hukum Allah yang V). Upah dosa atau pelanggaran 10 Hukum Allah adalah maut (Roma
6:23) atau kematian kekal/kebinasaan kekal alias tidak masuk sorga.
Saya menyampaikan pesan ini bukan untuk menghina iman dan keyakinan anda (termasuk
teman-teman yang beragama Katolik) dan juga bukan untuk menghakimi siapapun yang saat ini belum
memelihara hari Sabat tetapi saya hanya membagi atau menyampaikan Kebenaran (Firman Tuhan, Yoh
17:17) kepada anda sekalian karena saya mengasihi anda dengan tulus meskipun ada yang marah dan
mengejek serta membenci saya karena pesan ini.
Dalam khotbahnya di bukit, Yesus berfirman: Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab
kebenaran karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku
kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala hal yang jahat (Matius 5:10-11). Yudas
dan Petrus menambahkan bahwa menjelang akhir zaman akan tampil pengejek-pengejek yang akan
hidup menurut hawa nafsu kefasikan mereka (Yudas 18 dan 2 Petrus 3:3). Saya tidak bisa menobatkan
anda tetapi hanya Allah melalui Roh Kudus-Nya yang bisa menobatkan seseorang melalui pekabaran
firman Tuhan yang saya sampaikan. Mujizat yang paling besar bukanlah menyembuhkan orang sakit,
bukan pula membangkitkan orang mati tetapi mujizat yang paling dahsat adalah pertobatan seseorang
dari dosa-dosanya karena hanya Allah yang bisa melakukannya. Yesus mengatakan: Demikian juga
akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat (Lukas
15:10)
9

Jika anda berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah, Dia akan senantiasa menyertai dan
menuntun anda menemukan kebenaran itu asal anda setia dan rajin membaca Alkitab. Kami umat
Kristen pemelihara hari Sabat akan menguduskan hari Minggu sebagai mana sesama umat Kristen
lainnya sekiranya Yesus pernah memerintahkan pemeliharaan hari Minggu sebagai hari kebangkitan-
Nya menggantikan hari Sabat tetapi hal itu tidak pernah kita temukan di Alkitab walau jutaan rupiah
ditawarkan kepada orang-orang untuk menemukan ayat-ayat tentang perintah Allah dalam Alkitab
untuk memelihara hari Minggu. Jika memang hari peringatan kebangkitan Kristus (Minggu) dapat
menggantikan hari peringatan perhentian Allah dari penciptaan langit dan bumi (Sabat hari
ketujuh/Sabtu) maka sudah tentu Tuhan Yesus akan meralat 10 Hukum-Nya yang pernah ditulis oleh
jari-Nya pada 2 loh batu itu dan yang pernah diucapkan-Nya langsung kepada umat yang
dipercayakan-Nya untuk menerima 10 Hukum itu mula-mula untuk diteruskan kepada kita umat-Nya
sekarang dan orang-orang setelah generasi kita.

SEMOGA PESAN INI BERMANFAAT BAGI ANDA DALAM MENCARI DAN MENEMUKAN KEBENARAN
(FIRMAN ALLAH) dalam tahun yang baru ini. Selamat Tahun Baru.
Tuhan Yesus senantiasa memberkati

Micha Snoverson Ratu Rihi (MALA)


Facebook: Mala Ratu Rihi
Group FB: Back to The Bible
Email: raturihimicha@yahoo.com
HP: 081 339 440 891
10

HARI APAKAH HARI SABAT ITU?


Adik saya, Won, terus mendebat saya dengan sedikit berkelit mengatakan bahwa yang terdapat
dalam Alkitab tentang hari ketujuh itu adalah hari Sabat dan bukan hari Sabtu sehingga menganggap
hari Sabtu sebagai hari Sabat adalah kekeliruan. Tentang hal itu marilah kita membaca penjelasan
beberapa literatur.
Paling sedikit, ada 6 cara yang dapat kita gunakan untuk mengetahui hari Sabat adalah hari
ketujuh atau hari Sabtu:
1. Alkitab
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Yesus disalibkan pada hari persiapan (Lukas 23:54).
Pengikut-pengikut-Nya yang setia beristirahat pada hari Sabat seperti yang difirmankan (Lukas
23:55-56) dan Yesus bangkit dari kubur-Nya pada hari pertama (Lukas 24:1; Markus 16:9). Pada
umunya orang Kristen mengakui bahwa Yesus disalibkan dan mati pada hari persiapan, hari Jumat
yang disebut sekarang ini dengan Jumat Agung dan kemudian beristrahat pada besok harinya dan
bangkit pada hari pertama-Minggu. Jadi hari Sabat adalah hari yang berada diantara hari Jumat dan
hari Minggu, atau hari yang ketujuh-Sabtu (Finley 2008, hlm.51 dan Finley 2010, hlm 27-29)
2. Bahasa
Lebih dari 140 bahasa dunia, kata hari yang ketujuh adalah Sabat. Bahasa menjadi satu
kesaksian bagi pemeliharaan hari Sabat sepanjang zaman (Finley 2008, hlm.51 dan Finley 2010,
hlm 29-30). Lebih jauh, Finley (2009, hlm 80) menyatakan berbagai bahasa di dunia ini menyebut
hari ketujuh/Sabtu sebagai hari Sabat: Rusia, Ukraina, dan Bulgaria menyebut hari ketujuh itu
adalah Sobbota; Arab (As Sabat), Ibrani (Yom Has-Sabat). Bahasa-bahasa dunia, membuatnya
sangat jelas, hari yang kita sebut Sabtu dalam bahasa Inggris disebut Sabbath atau Saturday.

Dan Inilah nama-nama hari dalam sepekan menurut bahasa Ibrani1


Ibrani Indonesia
Yom Ahad Minggu/Ahad
Yom Sheni Senin
Yom Sheusih Selasa
Yom Reuni Rabu
Yom Khamisi Kamis
Yom Hashiasisi Jumat
Yom Has-Sabat Sabtu

Hari Sabat atau hari ketujuh (Sabtu) dalam berbagai bahasa di dunia dapat anda baca di bawah ini:
Bahasa Hari ketujuh atau Sabtu disebut:
Bulgaria
Bosnia Subota
Belarusia
Catalan dissabte
Corsican Sabatu
Kroasia subota
Czech sobota
Belanda zaterdag
Filipino Sabado
Perancis samedi
Galician sbado
Jerman Samstag
Yunani
Hungaria szombat
Italia sabato
Makedonia
Melayu Sabtu
Mallese is-Sibt
Polandia sobota
Portugis sbado
Rumania smbt
Rusia
1 Bahan KKR Pdt. K.R Sagala, STh,M.Th di Jemaat Ciampea, Kab. Bogor Mei 2011
11

Serbia
Slovakia sobota
Slovenia sobota
Spanyol sbado
Ukraina
Latin Sabbatum
Georgia Sabati
Sudan Saptu
Somalia Sabti

Berbagai bahasa daerah di Indonesia juga memberi kesaksian bahwa hari Sabtu adalah hari Sabat atau
hari ketujuh dalam pekan/minggu:
Hari Sabat/Sabtu dalam berbagai Bahasa Daerah di Indonesia dikutip dari Alkitab elektronik terbitan
Lembaga Alkitab Indonesia dalam berbagai bahasa:
1) Bugis: Esso Sabae (Assureng 20:8-11; Markus 2:28) atau Esso mapituero (Ibrani 4:9)
2) Angkola: Ari Sabat (Haruruar 20:8-11; Markus 2:28) atau ari papituhon (Ibrani 4:9)
3) Jawa: Dina Sabbat (Pangentasan 20:8-11; Markus 2:28) atau dina kapitu (Ibrani 4:9)
4) Karo: Wari Sabat (Keluaren 20:8-11; Markus 2:28) atau wari si pepituken (Heber 4:9)
5) Makassar: Allo Pammari-marianga (Kalappasang 20:8-11; Markus 2:29) atau allo makatujua
(Ibrani 4:9)
6) Madura: Are Sabat/Are Sabbada (Kalowaran 20:8-11; Markus 2:28) atau are sekapeng peto
(Ibrani 4:9)
7) Pakpak Dairi: Ari Sabat (II Musa 20:8-11; Markus 2:28) atau ari pepituken (Heber 4:9)
8) Simalungun: Ari Sabat (II Musa 20:8-11; Markus 20:8-11)/ ari Parsaranan (II Musa 16:25)
atau Parsaranan Sabat (Heb 4:9)
9) Sunda: Poe Sabat (Budalan 20:8-11; Markus 2:28) atau Poe nu katujuh (Ibrani 4:9)
10) Timor/Dawan: Neno Snasat/neno hitu (Keluaran 20:8-11; Nai Markus 2:28; Ibrani 4:0)
11) Toraja: Allo Katorroan (Katassuran 20:8; Markus 2:28; Ibrani 4:9) atau allo mapempitu
(Katassuran 20:11)
12) Sabu: Lodho Pengaha-ihi (Markus 2:28) atau Lodho do kepidu (Ibrani 4:9)
13) Mentawai: Gogoi Sabbat (Markus 2:28) atau Gogoi Sikapitunia (Ibrani 4:9)
14) Uma: Eo pepuea (Markus 2:28) atau Eo kapitu (Ibrani 4:9)
15) Serawai: Aghi Sabat (Markus 2:28) atau Aghi ketujua (Ibrani 4:9)
16) Maanyan: Anrau Sabat (Markus 2:28) atau anrau sa Kapitu (Ibrani 4:9)
17) Ledo: Eo penonto (i Markus 2:28) atau Eo kapapituna (Ibrani 4:9)
18) Ot Danum: Ondou Sabat (Markus 2:28) atau Ondou ijo kopihtu (Ibrani 4:9)
19) Ngaju: Andau Sabat (Markus 2:28) atau Andau kaujue (Ibrani 4:9)
20) Naica: Sabat (Markus 2:28)
21) Pamona: Eo Umapo (Nai Markus 2:28) atau Eo kapapitu (Ibrani 4:9)
(Alkitab Elektronik dalam Berbagai Bahasa, Lembaga Alkitab Indonesia)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Cetakan Pertama. Edisi Keempat, Departemen
Pendidikan Nasional Tahun 2008 saya mendapati:
Sabtu : artinya hari ketujuh dalam jangka waktu satu minggu (hlm 1197)
Minggu : artinya hari pertama dalam jangka waktu satu minggu (hlm 916)
Senin : artinya hari kedua dalam jangka waktu satu minggu (hlm 1273)
Selasa : artinya hari ketiga dalam jangka waktu satu minggu (hlm 1250)
Rabu : artinya hari keempat dalam jangka waktu satu minggu (hlm 1127)
Kamis : artinya hari kelima dalam jangka waktu satu minggu (hlm 613)
Jumat : artinya hari keenam dalam jangka waktu satu minggu (hlm 592)

Bahkan ketika saya mencari kata sabat pada kamus tersebut saya kemudian menemukan: Sabat
artinya hari ketujuh (hari Tuhan beristirahat sesudah menciptakan alam semesta menurut kitab
Taurat, Sabtu (hlm 1196).
Saya juga mencari nama-nama hari dalam The World Book Encyclopedia dan hasilnya dapat kita baca
di bawah ini:
Sabbath is the rest day of the Jews, it falls on Saturday, the seventh day of the week. In Biblical times, the
Sabbath was a joyous, holy day. People stop working, visited the Temple, and offered extra sacrifices. One
of the Ten Commandments (Exodus 20:8-11) requires resting on the Sabbath. The World Book Encyclopedia.
1992. S-Sn, Volume 17, hlm 4, Library of Congress Catalog Card Number 90-71848). (Sabat adalah hari
12

perhentian Yahudi, hari itu jatuh pada hari Sabtu, hari ketujuh dalam pekan. Pada zaman alkitab, Sabat adalah hari
yang penuh kegirangan dan suci. Orang-orang berhenti bekerja, mengunjungi tempat ibadah dan memberikan
korban tambahan. Salah satu dari Sepuluh Hukum (Keluaran 20:8-11) mengharuskan perhentian pada hari Sabat).
Saturday is the Sabbath among the Jews and the Seventh Day Adventist. Most employers give their
workers either a half holiday or a full holiday on Saturday. (The World Book Encyclopedia. 1992. S-Sn,
Volume 17, hlm 99, Library of Congress Catalog Card Number 90-71848) (Sabtu adalah Sabat menurut orang
Yahudi dan Advent Hari Ketujuh. Kebanyakan majikan memberi para pekerja mereka setengah atau satu hari
libur penuh pada hari Sabtu)

Dalam bahasa Arab, nama-nama hari-nya disebut berdasarkan urutan: satu, dua, tiga, sampai tujuh,
yakni ahad, itsnain, tsalatsah, arbaah, khamsah, sittah, dan sabah. Khusus untuk hari
keenam, dipilih nama yang berbeda yaitu Jumat. Alasannya orang arab ingin mengingatkan umat
Muslim di seluruh dunia bahwa pada Hari Jumat Allah telah memerintahkan seluruh umat muslim
untuk melaksanakan Sholat Sunnat pada Hari Jumat.

Di Indonesia, nama-nama hari dalam bahaa Arab itu mengalami perubahan sesuai dengan lidah
orang Indonesia dan juga mengikuti apa yang ditangkap oleh pendengaran (telinga) orang
Indonesia. Maka, kitapun mengenal hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu. Akan
tetapi anehnya jika kita sebagai orang Indonesia mengikut penghafalan orang Arab dalam
menyebutkan nama hari, lalu kenapa kita tidak menyebut Ahad pada hari Minggu? Ternyata
khusus untuk hari Minggu kita berpindah mengikut orang Portugis
http://www.dwina.net/2010/12/sejarah-nama-nama-hari-versi-bangsa.html (diakses 6 November
2011).

Bagaimana sejarahnya sehingga hari Minggu disebut hari Tuhan (dominggo) oleh kebanyakan
orang Kristen sekarang ini?
Untuk memahami hari Tuhan menurut Yohanes dalam Wahyu 1:10, umat Kristen harus hati-hati
membedakannya agar tidak sesat karena ada dua versi hari tentang hal itu. Pertama, hari Tuan/hari
Kaisar (The Lords Day atau Dies Domini) yang merujuk kepada hari pertama (hari Minggu) dan
kedua, adalah hari Tuhan yang merujuk kepada hari Sabat (menurut kepercayaan Kristen dan Yahudi
dalam Kitab Suci mereka).
Di zaman Kekaisaran Roma, hari pertama tiap pekan (Dies Solis, Sunday) disebut Dies
Domini/ the Lords Day, artinya hari Tuan. Yang dimaksud Tuan di sini adalah Kaisar
Roma, karena setiap hari Dies Solis, sang Kaisar menerima pembayaran pajak untuk
dimasukkan ke perbendaharaannya. Orang-orang kafir penyembah Dewa Matahari juga
merayakan Dies Solis sebagai hari Matahari yang dimuliakan.(the venerable day of the
Sun). Hari Dies Solis adalah hari untuk menyembah Dewa Matahari, Sol. Pemerintah Roma
membuang Yohanes ke Pulau Patmos karena kesaksiannya tentang Yesus. Apa anda pikir
Yohanes akan mau mengikuti Dies Solis, hari untuk menghormati Kaisar Roma dan dewa
Matahari Roma sebagai hari Tuhan Yesus?. Tentu Saja Tidak. Yohanes menguduskan hari
Sabat (Sabtu) seperti Yesus. Dia tahu Tuhan menyebut hari ketujuh sebagai Hari Kudus-Ku
(Yesaya 58:13). Dia mendengar dengan telinganya sendiri waktu Tuhan Yesus
memproklamirkan diri-Nya sebagai Tuhan atas hari Sabat (Matius 12:8; Markus 2:28; Lukas
6:5). Sebagai murid Yesus yang paling dekat dengan-Nya, bukankah logis kalau sewaktu
Yohanes menuliskan hari Tuhan, yang dimaksudnya adalah hari Sabtu? (Shelton dan Quinn
2007, hlm 64).
Hari pertama (Minggu) disebut hari Tuhan bukan di dalam Alkitab, tetapi di dalam Kanon 29
Katolik yang dibuat pada Konsili Laodekia (bukan konsili universal melainkan diselenggarkan oleh
Katolik Roma), pada tahun 336 M. Sebutan hari Tuhan untuk hari pertama, pertama kali dibuat oleh
Sylvester, bishop Roma (Silalahi 2008, hlm 97 dan Pinkoski 1988, hlm 42). Mereka menetapkan
dalam kanon 29 bahwa:
Orang-orang Kristen tidak seharusnya seperti orang Yahudi dan bermalas-malasan pada
hari Sabtu, tetapi harus bekerja pada hari itu, tetapi pada hari Tuhan (Minggu) mereka
secara khusus menghormati; dan sebagai orang Kristen, harus jika memungkinkan tidak
bekerja pada hari itu tetapi jika mereka seperti orang Yahudi, mereka akan dikucilkan dari
Kristus (Pinkoski 1998, hlm 42).
Agama Kristen muncul pertama kali di Yerusalem dan kemudian berkembang ke daerah-daerah
sekitarnya termasuk Antiokia (Syria) dan Roma, dari Roma berkembang terus ke daratan Eropa lainnya
termasuk ke Spanyol dan Portugis. Dengan demikian istilah populer hari Tuhan yang dibuat oleh
Sylvester, bishop Roma itu diterima oleh masyarakat Portugis, Spanyol, dan semua umat Kristen yang
menguduskan hari Minggu. Dari buku-buku Sejarah Indonesia kita mengetahui bahwa bangsa Eropa
13

yang mula-mula datang dan menjajah Indonesia adalah Portugis, kemudian disusul Spanyol. Portugis
menyebut hari Minggu sebagai domingo atau hari Tuhan berdasarkan Kanon 29 Katolik pada
Konsili Laodekia di atas. Pada masa penjajahan Portugis di Indonesia setiap hari Minggu mereka
mengunjungi gereja untuk beribadah di hari pertama. Penduduk pribumi (orang Indonesia) yang
melihat hal ini sering bertanya-tanya tentang kebiasaan baru tersebut. Dan mereka pun menjawab
bahwa mereka melakukan demi Domingo. Dalam bahasa Portugis lama Domingo berarti Tuhan.
Bahasa Spanyol untuk hari Minggu juga adalah Domingo. Semula kata ini dieja menjadi Dominggo
atau Dominggu dalam Bahasa Melayu lama. Baru sekitar akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, kata
ini dieja sebagai Minggu sesuai dengan lidah Indonesia. http://www.dwina.net/2010/12/sejarah-nama-
nama-hari-versi-bangsa.html (diakses 6 November 2011).

Jon Paulin, Ph.D, seorang dekan Fakultas Teologi di Loma Linda University dan seorang spesialis
dalam Kajian tulisan-tulisan Rasul Yohanes menjelaskan tentang arti Wahyu 1:10 dalam bukunya yang
berjudul Kabar Baik dari Patmos (The Gospel From Patmos) yang diterbitkan oleh Indonesian
Pulishing House, Bandung, tahun 2013 sebagai berikut:
Apa yang Yohanes maksudkan dengan "Hari Tuhan"? Kapan nabi menerima penglihatannya?
Karena para sarjana melihat teks ini, mereka tidak menemukan pertanyaan yang mudah
dijawab. Mereka menawarkan setidaknya lima pilihan yang masuk akal. Pertama adalah
hari yang kita sebut Sabtu. Sabtu adalah hari ketujuh dalam seminggu pada kalender Ibrani,
yang dikenal orang Yahudi sebagai hari Sabat. Alkitab sering mengacu pada Sabat sebagai.
"hari Tuhan." Dalam Yesaya 58, Tuhan sendiri berbicara tentang hari Sabat sebagai "hari-Ku
yang kudus." Dan dalam Markus 2:27, 28 Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan atas
Hari Sabat Jadi pilihan pendapat Alkitab yang kuat bagi pemahaman Yohanes adalah bahwa
ia menyinggung teks-teks sebelumnya untuk mengidentifikasi hari Sabat sebagai hari di
mana penglihatan itu datang. Karena ia menunjukkan banyak kepentingan dalam perintah
Sabat dalam pasal 14, saya yakin ini adalah pilihan terbaik. Pilihan kedua adalah hari
sekarang bernama Minggu. Tulisan Kristen dari abad kedua (sedekat 35-40 tahun setelah
kitab Wahyu) jelas menggunakan istilah "Hari Tuhan" sebagai kiasan untuk hari Minggu. Ide
yang dikembangkan dalam kaitannya dengan kenyataan bahwa Yesus bangkit dari antara
orang mati pada hari pertama minggu itu (Minggu kami), jadi "Hari Tuhan" yang bisa
menyinggung itu. Tapi kita tidak punya bukti bahwa umat Kristen pada abad pertama
memelihara hari Minggu.. (Paulien 2013, hlm 25). Pilihan yang sisa tidak ditulis di sini
karena tidak berkaitan dengan topik yang seang dibahas.

3. Astronomi
Para ahli astronomi yang terkemuka di dunia menyatakan bahwa siklus mingguan tidak pernah
berubah. Pusat-pusat astronomi seperti Royal Naval Observatorium di Amerika Serikat dan The
Royal Greenwich Observatory di Inggris menegaskan bahwa siklus mingguan itu bersifat tetap. .
(Finley 2008, hlm 51).
4. Sejarah
Orang-orang Yahudi adalah pemelihara hari Sabat yang tepat sepanjang masa. Selama lebih 4000 tahun
mereka telah memelihara hari Sabtu sebagai hari Sabat yang benar.( Finley 2008, hlm 51). Selain itu umat
Kristen Tewahedo Ortodoks Ethiopia di Afrika masih tetap melestarikan pemeliharaan hari Sabat sejak abad
pertama. Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia (dalam bahasa Amarik:Yityop'ya ortodoks twahedo
btkrestyan) adalah Gereja Ortodoks di Ethiopia yang merupakan bagian dari Gereja Ortodox Koptik sampai
tahun 1959, ketika gereja ini mendapat uskupnya sendiri. Gereja Tewahedo Ortodoks Etiopia adalah gereja
yang sejak abad pertama memelihara hari ketujuh yang sering kita sebut hari Sabat atau hari Sabtu.
(id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Tewahedo_Ortodoks_Ethiopia, diakses 13 Februari 2012).
5. Kalender Modern
Kalau kalender zaman dulu hari Minggu
posisinya selalu di ujung kiri dan Sabtu di ujung kanan, menandakan hari ke-1 itu Minggu dan ke-7
itu Sabtu. Tapi kalender akhir zaman ini kelihatannya sudah mulai berusaha mengaburkan kebenaran
dengan meletakkan hari Senin di kiri dan Minggu di kanan. Orang yang membuat kalender dengan
menjadikan hari Senin sebagai hari pertama dan hari Minggu sebagai hari ketujuh bertentangan
dengan isi alkitab, bahkan telah menyangkal Allah sebagai pencipta dunia ini. Meski demikian,
masih banyak kalender modern yang selalu memulai penanggalannya dengan hari Ahad/Minggu
(hari pertama) pada sisi sebelah kiri dan mengakhirinya dengan Sabtu (hari ketujuh) pada sisi
sebelah kanan tiap-tiap pekan.
14

6. Alquran (Qs Al Baqarah ayat 65,66; Qs An Nisa ayat 47 dan 154; Qs Al Araf ayat 163 dan Qs An
Nahl ayat 124)

Qs An-Nahl (16):124) Sesungguhnya diwajibkan menghormati hari Sabtu.

Catatan:
Ada beberapa orang Islam yang tulus dalam iman kepada Allah dan mempertanyakan hal menghormati
hari Sabtu kepada guru ngaji/Kyai/uztad mereka tetapi oleh mereka dijawab bahwa menghormati hari
Sabtu hanya diperintahkan bagi orang Yahudi. Para guru ngaji/uztad/kyai seperti itu keliru dan jelas
salah menafsirkan ayat Alquran karena perintah Allah menghormati hari Sabtu itu untuk memperingati
peristiwa penciptaan Langit dan bumi selama 6 hari (6 masa) dan pada hari ketujuh (Sabtu) Allah
berhenti dari pekerjaan penciptaan itu dan menjadikan hari Sabtu sebagai hari perhentian bagi semua
umat manusia dari segala pekerjaan duniawi mereka untuk bersekutu dengan Allah. Karena langit dan
bumi itu diciptakan bukan saja untuk orang Yahudi tetapi untuk semua orang termasuk umat Islam
maka kewajiban menghormati hari Sabtu itu tidak saja merupakan kewajiban orang Yahudi tetapi
kewajiban semua orang termasuk semua umat Islam. Perintah Allah untuk menghormati hari Sabtu
bagi orang Yahudi sudah tertulis di kitab Taurat mereka; untuk orang Kristen juga sudah tertulis dalam
Alkitab mereka baik Alkitab Perjanjian Lama (PL) maupun Alkitab Perjanjian Baru (PB). Demikian
juga perintah Allah untuk menghormati hari Sabtu tertulis di Alquran menunjukkan perintah
menghormati hari Sabtu ditujukan kepada semua orang Islam sehingga tertulis di Kitab Suci mereka.
Bukankah orang Islam selalu mengatakan bahwa Alquran diturunkan untuk semua orang? Itu berarti
apapun yang tertulis di Alquran termasuk perintah Allah untuk menghormati hari Sabtu ditujukan
kepada semua orang dan tentu saja termasuk orang Islam.

Menghormati Hari Sabtu hukumnya bukanlah sunnah tetapi pardhu/wajib yang berarti jika
dikerjakan dapat pahala dan jika tidak dikerjakan akan berdosa.

Catatan:
Ada banyak orang Kristen yang tulus mengasihi dan menyembah Allah bertanya kepada para
pendeta/pastor mereka tentang hari yang dijadikan sebagai hari perhentian apakah Sabtu atau Ahad?
Oleh para pendeta itu dijawab bahwa Hari Ahad/Minggu lah dan bukan hari Sabtu. Atas jawaban itu,
para pendeta itu keliru karena Alkitab dengan jelas-jelas mengatakan bahwa pelanggaran terhadap
Hukum Allah adalah dosa (I Yohanes 3:4). Sama dengan 9 Hukum Allah lainnya, melanggar hukum
Allah yang IV tentang mengingat dan menguduskan hari Sabat adalah dosa. Melanggar satu dari 10
Hukum Allah sama dengan melanggar seluruhnya (Yakobus 2:10-11). Para pendeta itu jangan
berbangga dengan hari Minggu karena Yesus bangkit pada hari tersebut. Ingat, Yesus tidak pernah
memerintahkan mereka untuk menguduskan hari Minggu sebagai ganti hari Sabat/Sabtu.
Ada juga pendeta dan umat Kristen mengatakan bahwa perintah untuk menguduskan hari Sabat adalah
hanya untuk orang Yahudi/Israel. Mereka sebenarnya keliru total karena sama dengan 9 hukum Allah
yang lainnya yang dipelihara/dilakukan/dituruti oleh orang Kristen, hukum Allah yang IV ini harus
tetap dipelihara sampai Yesus datang kembali ke dunia ini. Hari Sabat diadakan untuk manusia dan
bukan manusia untuk hari Sabat (Markus 2;27). Hal ini berarti siapapun yang merasa dirinya adalah
manusia maka untuk dialah hari Sabat itu. Allah memberikan kebebasan memilih kepada manusia,
apakah mau menuruti perintah/hukum-hukum-Nya atau melanggar perintah/hukum-hukum-Nya
(berdosa). Setiap pilihan ada konsekuensinya. Dalam iman kepada Yesus sebagai Juruselamat dan setia
menuruti semua perintah Allah termasuk 10 Hukum-Nya maka seseorang akan masuk sorga tetapi jika
menolak setia menuruti semua perintah/Hukum-Nya walaupun beriman kepda Yesus maka mautlah
menjadi bagian orang itu (Roma 6:23; Ibrani 10:26,27). Maut artinya kematian kekal atau kebinasaan
kekal di neraka alias tidak masuk sorga.

Tuhan Yesus Senantiasa Memberkati Anda.

Micha Snoverson Ratu Rihi (Mala)


Facebook: Snover Son
Email: raturihimicha@yahoo.com
HP: 081 339 440 891
15

10 Hukum Allah dalam Alkitab Perjanjian Baru

I. Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti (Matius 4:10).

II. Anak-anakku, waspadalah terhadap segala jenis berhala [patung]. (I Yohanes 5:21).Karena kita
berasal dari keturunan Allah, kita tidak boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau
perak atau batu, ciptaan kesenian dan keahlian manusia. (Kisah Para Rasul 17:29). Sementara Paulus
menantikan mereka di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan
patung-patung berhala. (Kisah Para Rasul 17:16).

III. Agar nama Allah dan ajaran kita jangan dihujat orang. (I Timotius 6:1).

IV. Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas Dan Allah berhenti pada hari
ketujuh dari segala pekerjaan-Nya. Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh bagi umat
Allah. Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala
pekerjaan-Nya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya. (Ibrani 4:4,9,10). Lihat juga Matius
24:20; Markus 2:27-28; Kolose 1:16.

V. hormatilah ayah dan ibumu (Matius 19:19).

VI. Jangan membunuh (Matius 19:18; Roma 13:9)

VII. Jangan berzinah (Matius 19:18)

VIII. jangan mencuri (Matius 19:18; Roma 13:9)

IX. jangan mengucapkan saksi dusta (Matius 19:18; Roma 13:9)

X. Jangan mengingini (Roma 7:7; Roma 13:9)

Tuhan Yesus Senantiasa Memberkati Anda.

Micha Snoverson Ratu Rihi (Mala)


Facebook: Snover Son
Email: raturihimicha@yahoo.com
HP: 081 339 440 891
16

10 HUKUM ALLAH DALAM ALKITAB DAN ALQURAN

i. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku = Qs Al-Mumin (40):65 Dialah Yang hidup kekal, tiada
Tuhan melainkan Dia, maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya.
ii. Janganlah membuat patung dan jangan menyembahnya = Qs An-Nahl (16): 36 Jauhilah thagut
(berhala).
iii. Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan = Qs Al-Araaf (7):180 Tinggalkanlah
orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya
iv. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat = Qs An-Nahl (16):124) Sesungguhnya diwajibkan menghormati
hari Sabtu.Lihat juga Qs Al-Baqarah (2): 65-66; Qs An-Nisaa (4): 47 dan 154; Qs Al Araaf (7):163.
v. Hormatilah ayahmu dan ibumu = Qs Luqman (31): 14 Kami perintahkan kepada manusia berbuat baik
kepada dua orang ibu-bapanya.
vi. Jangan membunuh = Qs An-Nisaa (4):29 jangan kamu membunuh
vii. Jangan berzinah = Qs Al-Israa (17):32 Jangan mendekati Zinah
viii. Jangan mencuri = Qs Al-Israa (17):35 Sempuranakan takaranmu apabila kamu menakar
ix. Jangan berdusta = Qs Adz-Dzaariyaat (51): 10 Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta
x. Jangan mengingini yang dipunyai sesamamu = Qs An-Nisaa (4):29 jangalah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil.
Catatan:
1) Menurut Alkitab, pelanggaran Hukum Allah termasuk Hukum Alalh yang IV tentang hari Sabat adalah
dosa (I Yoh 3:4) dan jika tidak bertobat upahnya adalah maut (Roma 6:23)
2) Menghormati 10 Hukum Allah termasuk Hari Sabtu hukumnya bukanlah sunnah tetapi pardhu/wajib yang
berarti jika dikerjakan dapat pahala dan jika tidak dikerjakan akan berdosa.

Tuhan Yesus Senantiasa Memberkati Anda.

Micha Snoverson Ratu Rihi (Mala)


Facebook: Snover Son
Email: raturihimicha@yahoo.com
HP: 081 339 440 891
17

ADAKAH KEKUDUSAN HARI MINGGU DIAJARKAN DALAM ALKITAB


PERJANJIAN BARU

Suatu keberuntungan yang menggoda sedang menanti orang yang menemukan ayat Alkitab
dimana tercatat penunjukkan hari Minggu sebagai hari perhentian dan perbaktian bagi umat Kristiani,
dan perintah untuk memelihara hari Minggu itu. Walau ribuan dolar ditawarkan bagi yang menemukan
ayat tersebut dan walau diadakan pencarian dengan intensif, ayat yang menyesatkan tidak ada. Kata
Hari Minggu juga tidak terdapat di dalam Alkitab. Namun ada 8 (delapan) ayat dalam Alkitab
Perjanjian Baru yang menyinggung hari pertama dalam minggu, dan ada satu ayat yang
mengatakan hari Tuhan. Karena argumentasi mereka tentang kesucian hari Minggu didasarkan atas
ayat-ayat tersebut maka kita perlu teliti dengan seksama.

Ayat pertama (Matius 28:1)


Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu,
pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.

Ayat ini menyatakan bahwa pada pagi-pagi buta hari pertama minggu itu, sesudah lewat hari Sabat,
sahabat-sahabat Yesus datang untuk melihat kuburan-Nya. Namun tidak ada gelar kesucian diberikan
pada hari pertama itu, tidak ada saran untuk menguduskan yang dihubungkan dengan ayat itu, dan tidak
ada perintah untuk memeliharanya.

Ayat kedua (Markus 16:2)


Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah
mereka ke kubur.

Ini juga adalah cerita sejarah yang langsung dan tidak ada perintah. Markus mencatat kunjungan ke
kuburan itu sama seperti catatan Matius 28:1 tetapi menggunakan kata-kata yang sedikit berbeda.

Ayat ketiga (Markus 16:9)


Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula
menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir
tujuh setan.

Ini sama juga. Ayat ini mencatat fakta dan laporan tentang kebangkitan Yesus dan Ia memperlihatkan
diri-Nya kepada Maria Magdalena.

Ayat keempat (Lukas 24:1)


tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa
rempah-rempah yang telah disediakan mereka.

Ayat ini menambah keterangan atas ayat di atas, dan menjelaskan tujuan rasul-rasul itu untuk
berkunjung ke kuburan itu; yaitu untuk mengurapi tubuh Yesus. Kelihatannya mereka masih
mengharapkan untuk menemukan tubuh Yesus masih dalam keadaan mati.

Ayat kelima (Yohanes 20:1)


Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria
Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur.

Ayat ini juga mencatat kunjungan Maria dan penemuannya bahwa kuburan itu sudah terbuka. Ternyata
kelima ayat Alkitab tersebut tidak perlu menahan kita lama dalam usaha untuk mencari bukti dari
Alkitab Perjanjian Baru mengenai kesucian hari Minggu. Kelima ayat di atas hanya mencatat bahwa
Yesus bangkit dari kubur pada hari pertama minggu itu, dan bahwa kuburannya yang sudah kosong itu
dikunjungi beberapa rasul Yesus pada pagi hari itu.
Walaupun bagaimana, ayat-ayat ini tidak merekam teladan Ilahi untuk memelihara hari pertama dalam
minggu itu. Ayat itu tidak berisi perintah Ilahi untuk memeliharanya. Tidak mengandung hal yang suci
pada hari pertama itu dan tidak memberi alasan untuk dipelihara. Dari segi lain, ayat ini menunjukkan
bahwa rasul-rasul Kristus melakukan hari pertama itu sebagai hari kerja biasa karena mereka sudah
siap untuk meminyaki dan menaruh rempah-rempah pada tubuh Yesus pada hari pertama, suatu
pekerjaan yang mereka tidak mau lakukan pada hari Sabat (Breaden 2002, hlm 131-132). Maria
18

mengunjungi makam sementara hari masih gelap (Perhatikan ayat-ayat di atas tidak mengindikasikan
bahwa adanya kekudusan hari tersebut, karena mereka bahkan belum tahu bahwa Yesus telah bangkit
(Finley 2008, hlm 54)

Finley (2010) menambahkan bahwa kelima ayat di atas menunjukkan bukti sejarah bahwa Yesus
bangkit dari antara orang mati pada hari pertama minggu itu. Jelas sekali tidak satu pun ayat-ayat
tersebut bahkan hanya untuk menganjurkan sedikit pun untuk berbakti pada hari itu. Tampak terbukti
bahwa pengikut-pengikut Yesus terdekat sekalipun tidak menganggap hari pertama minggu itu sebagai
hari perbaktian. Perhatikan bahwa mereka datang ke kubur untuk memberi rempah-rempah pada mayat
Yesus pada hari pertama itu, sesudah mereka... beristirahat pada hari Sabat sesuai dengan hukum
Taurat (Lukas 23:56). Jadi jelas kelihatan bahwa murid-murid Yesus adalah pemelihara-pemelihara hari
Sabat (Finley 2010, hlm 129).

Mari kita periksa tiga ayat yang sisa dengan teliti sekali.

Ayat keenam (Yohanes 20:19)


Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid
Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada
orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah
mereka dan berkata: Damai sejahtera bagi kamu!

Ayat ini mencatat pertemuan murid Yesus pada malam hari kebangkitan itu dan juga mencatat alasan
mengapa mereka berkumpul dengan pintu terkunci: Karena takut akan orang Yahudi. Motivasi
mereka dalam perkumpulan itu ialah ketidakpercayaan dan takut, bukan iman dan kebaktian.
Ada beberapa orang mengatakan bahwa rasul-rasul itu berkumpul untuk merayakan kebangkitan Yesus,
tetapi Markus 16:14 dan Lukas 24:41 menunjukkan bahwa kebanyakan rasul itu berada dalam
suasana sedih dan belum percaya pada kebangkitan Yesus sampai Ia menampakkan diri (Breaden
2002, hlm 132).

Finley (2010) juga memberikan penjelasan:


Ya benar! Tetapi pokok penting untuk ditanyakan di sini adalah: Mengapa mereka berkumpul?
Apakah tujuan perkumpulan mereka? Murid-murid Yesus baru saja menyaksikan kematian
Tuhannya. Seluruh harapan mereka hancur. Ketakutan dan keragu-raguan kelihatan seperti
gunung di hadapan mereka. Alkitab menyatakan bahwa mereka ... berkumpul karena takut
akan orang Yahudi... Itu sebabnya semua pintu dikunci, Yesus datang kepada mereka untuk
memberitahukan kebangkitan dan kemenangan-Nya. Sekarang kita merayakan berita penting itu
melalui perjamuan kudus dan upacara baptisan (I Kor 11:24-27; Roma 6:2-20). Tetapi tidak
ada perintah untuk berbakti pada hari pertama itu (Finley, 2010, hlm 130).

Ayat ketujuh (Kisah Para Rasul 20:7)


Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan
roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk
berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.

Tentang ayat ini marilah kita membaca beberapa penjelasan dalam berbagai sumber.

Ayat ini merekam/mencatat suatu pertemuan sekelompok umat Kristen dalam suatu kota kecil pada
hari pertama minggu itu. Namun dalam konteks ayat ini dinyatakan bahwa itu adalah pertemuan khusus
yang diadakan sebagai pertemuan perpisahan untuk menghormati Paulus. Ini adalah juga suatu
peristiwa yang agak lain dari yang lain karena kematian seorang anak muda pada pertemuan itu dan
keajaiban yang membawa dia hidup kembali sehingga pertemuan itu dapat dilanjutkan lagi (ayat 8-12).
Tidak ada bukti dalam ayat ini bahwa pertemuan ini atau pertemuan Kristiani lain semacam ini
berlangsung secara tetap dan teratur sebagai kumpulan kebaktian pada hari pertama dari minggu itu.
Tidak ada bukti bahwa mereka atau umat Kristen lainnya mengasingkan seluruh hari pertama untuk
kegiatan keagamaan. Ayat ini menyatakan bahwa pertemuan perpisahan semalam suntuk itu dilakukan
bukan dihubungkan dengan hari perhentian dan kebaktian, tetapi diadakan karena kegiatan umum,
kegiatan sehari-hari seperti mengadakan perjalanan. Tidak ada gelar yang suci diberikan pada hari
pertama itu dan tidak terbukti juga bahwa umat Kristen di Troas atau di tempat lain mempunyai
kebiasaan untuk mengadakan perjamuan kudus pada setiap hari pertama. Sebenarnya tidak mungkin
kita membuktikan dari ayat ini bahwa Perjamuan Kudus dilakukan pada pertemuan itu karena tidak
19

disebut mengenai anggur dan lagi pula istilah memecahkan roti sering digunakan dalam Perjanjian
Baru sebagai makan yang biasa (Lukas 24:30, 35; Kisah Para Rasul 2:42, 46; 27:35). Jadi untuk
menemukan bukti tentang kesucian hari Minggu kita harus membaca ayat yang tidak ada dalam
Alkitab. Selain dari keterangan di atas, perkumpulan itu menurut catatan mulai menjelang tengah
malam yang kita sebut sekarang ini Sabtu Malam atau malam Minggu. Jika pertemuan itu diadakan
pada hari Sabtu malam maka perkumpulan itu berlanjut hingga beberapa jam sesudah hari Minggu
modern (ayat 11) (Breaden 2002, hlm 132-133).

Menurut Alkitab, setiap hari dimulai pada saat matahari terbenam dan berakhir pada saat
matahari terbenam 24 jam sesudahnya (Kejadian 1:5,8,13,19,23,31; Imamat 23:32) dan bagian
yang gelap dari suatu hari (biasa disebut malam) adalah bagian yang lebih dulu. Jadi Sabat
dimulai pada matahari terbenam Jumat petang dan berkhir pada matahari terbenam hari Sabtu
petang. Pertemuan di Kisah 20 ini terjadi di bagian yang gelap dari hari Minggu, atau yang
biasa kita sebut Sabtu malam. The New English Bible mencatat Kisah 20 ini begini: Pada Sabtu
malam, ketika kami berkumpul... Waktu itu adalah pertemuan Sabtu malam, dan berlangsung
hingga tengah malam. Paulus sedang mengucapkan selamat tinggal dan dia tahu dia tidak akan
bertemu lagi dengan orang-orang itu sampai akhir hidupnya (ayat25). Pantas saja dia berbicara
begitu lama! (Ibadah Sabat biasa tidak akan berlangsung sampai tengah malam). Paulus
bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pemecahan roti di sini tidak mengandung
makna suci sama sekali, karena mereka memecahkan roti setiap hari (Kisah 2:46). Tak ada
tersirat di Alkitab bahwa hari pertama adalah hari suci. Juga tidak ada bukti sekecil apapun
bahwa Sabat telah diubah. Tanpa makna penting sama sekali, peristiwa ini ditulis hanya untuk
mencatat mujizat bangkitnya Eutikhus sesudah dia jatuh sampai mati dari jendela tingkat tiga.
Di Yehezkiel 46:1, Tuhan menyebut hari Minggu sebagai salah satu dari enam hari kerja. The
Delegates of the Oxford University Press and The Syndics of The Cambridge University Press,
1961,1970. Digunakan atas izin. (Buku 07 Hari yang Lenyap dari Catatan Sejarah 2004,
hlm 9).

Finley (2008) menyatakan bahwa pertemuan itu dilakukan pada malam hari. Dilakukan pada
saat bagian malam di hari pertama dalam minggu (Kisah 20:7). Alkitab menyatakan bahwa
malam hari mendahului siang hari (Kejadian 1:15). Hari Sabat dipelihara dari hari Jumat saat
matahari terbenam hingga hari Sabtu sore saat matahari terbenam (Imamat 23:32 dan Markus
1:32). Jika pertemuan itu dilakukan pada malam hari di hari pertama minggu itu jelaslah bahwa
pertemuan itu dilakukan pada hari Sabtu malam. Paulus telah mengadakan pertemuan dengan
orang-orang percaya sepanjang hari Sabatnya. Dia akan berangkat pada besok harinya, hari
Minggu, jadi pertemuan itu dilanjutkan hingga hari Sabtu malam. Besok harinya Minggu,
Paulus mengadakan perjalanan dengan berjalan kaki ke Asos kemudian berlayar ke Metilene.
Untuk mendukung pernyataan bahwa pertemuan itu diadakan pada Sabtu malam, marilah kita
melihat ayat yang sama dalam beberapa versi Alkitab. Dalam terjemahan NEB (Finley 2008
hlm 50-51), Alkitab Todays English Version, Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari dan Alkitab
Perjanjian Baru terjemahan Bahasa Sabu (bahasa daerah asal penulis) Kisah 20:7 juga
menegaskan bahwa hari yang dimaksud di sini ialah hari Sabtu malam karena Paulus akan
mengadakan perjalanan di hari Minggu. Untuk lebih jelasnya mari kita baca Kisah 20:7 itu
dalam tiga versi bahasa (Inggris, Indonesia, dan Sabu):

On Saturday evening we gathered together for the fellowship meal. Paul spoke to the
people and kept on speaking until midnight, since he was going to leave the next day
(Acts 20:7 dari Alkitab Elektronik, Alkitab Todays English Version, Lembaga
Alkitab Indonesia, 1992).
atau
Malam minggu kami berkumpul untuk makan bersama secara bersaudara. Paulus
bercakap-cakap dengan orang-orang, karena besoknya ia berniat berangkat. Sampai
tengah malam Paulus berbicara terus. (Alkitab Elektronik-Alkitab Bahasa Indonesia
Sehari-hari, Lembaga Alkitab Indonesia 1985).
atau
Pa dhara maddha do ta hedhape lodho Migu ta pekupu ke jhi ta nga'a hela'u-la'u mii
tuahhu he. Ta pedai-dai lii ke Paulus nga ddau he rowi bhale ma jhammi-ae ne do
ddhei ta pekaddhi ke jhi. Tade dhai hape la awe telora maddha he, pee koma Paulus
nga pedai lii teru (Alkitab Elektronik-Perjanjian Baru Sabu, Lembaga Alkitab
Indonesia 1999).
20

(Pa dhara maddha do ta hedhape lodho Migu artinya pada malam menjelang/sebelum hari Minggu atau
yang sekarang disebut dengan malam Minggu/ Sabtu malam).

Jika Paulus menganggap bahwa hari Minggu adalah hari yang suci untuk menghormati
kebangkitan Yesus, mengapa dia harus menghabiskan seluruh waktunya di hari Minggu itu
untuk mengadakan perjalanan dan tidak mengadakan kebaktian? Catatan ini menunjukkan
bahwa Paulus adalah pemelihara hari Sabat/Sabtu (Kisah Para Rasul 13:14, 42-44; Kisah Para
Rasul 16:13; Kisah Para Rasul 17:2; dan Kisah Para Rasul 18:4) (Finley 2008 hlm 50-51).

Alkitab Edisi Studi (2011 hlm 1821) memberi penjelasan: Pada hari pertama dalam minggu
itu: Hari Minggu adalah hari pertama dalam seminggu. Menurut orang Yahudi, hari dimulai
ketika matahari terbenam, maka pertemuan mungkin dimulai setelah matahari terbenam pada
hari Sabtu sore.

Penjelasan yang tertera di dalam Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (hlm 1620 dan 1756)
bahwa Kitab Lukas dan Kisah Para Rasul ditulis oleh Rasul Lukas. Kitab Lukas ditulis sekitar
tahun 60-63 M dan Kisah Para Rasul ditulis sekitar tahun 63 M. Dengan kata lain, kedua kitab
itu ditulis dalam kurun waktu yang hampir bersamaan. Pada abad pertama (waktu Lukas
menulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul) orang-orang Kristen tidak pernah
menyucikan/menguduskan hari pertama karena hanya hari Sabat yang disebut hari kudus.
Mereka sadar bahwa hanya Allah yang berhak menentukan/menetapkan suatu hari disebut Hari
Kudus dan hanya hari ketujuh atau hari Sabatlah satu-satunya hari yang dikuduskan oleh Allah
setelah Penciptaan (Kejadian 2:2,3). Orang-orang Kristen sama seperti orang Yahudi tetap
memelihara hari Sabat sebagai hari perhentian, hari kudus Tuhan. Mereka tidak pernah berusaha
memindahkan hari Sabat ke hari Minggu karena jika mereka melakukannya maka akan
melanggar Sepuluh Hukum Allah yang kekal. Jika melanggar hukum Allah mereka akan
berdosa (I Yohanes 3: 4). Hari Sabat adalah hari yang kudus bagi Allah (Yesaya 58:13 dan
Keluaran 31:15) dan hari Sabat adalah juga hari yang kudus bagi manusia (Keluaran 31:14).
Lukas dengan sadar telah membedakan hari yang disebut hari perhentian (hari Sabat) dan hari
pertama. Dia konsisten menyebut hari pertama untuk hari Minggu (Lukas 24:1 dan Kisah 20:7)
dan tidak pernah menyebut hari pertama sebagai hari perhentian atau hari untuk mengadakan
kebaktian di rumah Tuhan seperti halnya kebaktian pada hari Sabat karena Allah tidak mungkin
mengilhaminya untuk menulis hal yang bertentangan dengan para penulis Alkitab lainnya
tentang hari Sabat. Rasul Lukas adalah salah satu rasul Tuhan Yesus dan dia melaporkan bahwa
sepanjang hidup-Nya Yesus selalu memelihara hari Sabat (Lukas 4:16). Seperti Yohanes, dia
mendengar secara langsung dari mulut Yesus sendiri dan mencatat bahwa Yesus adalah Tuhan
atas hari Sabat atau pemilik hari Sabat itu (Lukas 6:5). Sepanjang Lukas mengikuti Tuhan
Yesus, dia tidak pernah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut-Nya bahwa hari Sabat akan
dipindahkan ke hari Minggu setelah Yesus bangkit. Pada Lukas 23:56b Lukas malah
memberitahu kepada kita bahwa hari Sabat tetap dipelihara oleh para pengikut Tuhan Yesus
yaitu perempuan yang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea setelah Yesus disalibkan.
Bahkan sampai hari kenaikan-Nya ke sorga, Lukas tidak melaporkan bahwa ada perintah baru
dari Yesus Kristus untuk menggantikan hari Sabat dengan hari kebangkitan-Nya. Tambahan
pula beberapa tahun setelah kenaikan Yesus ke Sorga rasul Lukas menulis bahwa dia dan para
rasul seperti Paulus tetap memelihara hari Sabat (Kisah 13:14,42,44; Kisah 16:13; Kisah 17:2,3
dan Kisah 18:4). Jadi, jika kebanyakan umat Kristen menganggap bahwa pertemuan hari
pertama yang dilakukan Paulus itu adalah suatu pertemuan untuk mengadakan kebaktian dan
perjamuan kudus sama dengan kebaktian hari Minggu sekarang maka anggapan itu sangat
keliru dan telah melampaui bukti-bukti yang ada di Alkitab. Mereka berkumpul bukan untuk
mengadakan kebaktian karena acara kebaktian biasanya dilakukan pada pagi atau siang hari dan
bukan pada malam hari. Mereka memecahkan roti untuk makan bersama karena makanan
pokok mereka adalah roti, sama seperti kita berkumpul dan makan nasi bersama (lihat kembali
terjemahan ayatnya dalam Alkitab menurut tiga versi bahasa di atas). Mereka tidak mengadakan
perjamuan kudus atau perjamuan Tuhan karena tidak ada keterangan dalam ayat itu maupun
ayat sesudahnya mengenai anggur perjamuan.

Jika ayat dalam Kisah Para Rasul 20:7 di atas dijadikan dasar bagi pemeliharaan hari Minggu
oleh kebanyakan umat Kristen pada zaman sekarang maka hal itu akan menjadi sesuatu yang
lucu karena Paulus sendiri adalah pemelihara hari Sabat yang taat (Kisah Para Rasul 13:14,
21

42,44; 16:13; 17:2 dan 18:4). Paulus setia memelihara Sepuluh Hukum Allah baik sebelum
maupun sesudah dia bertobat. Dia tidak pernah menjadikan pertemuan pada hari pertama (hari
Minggu) untuk menggantikan hari Sabat karena dia tahu akan bertentangan dengan Sepuluh
Hukum Allah. Andaikata Paulus pergi ke sinagog dan mengajarkan orang Yahudi di Pisidia
(Kisah 13:42) untuk memelihara hari Sabat yang lain misalnya hari Minggu karena pada hari
tersebut Tuhan Yesus bangkit dari kematian-Nya, maka sudah tentu orang-orang Yahudi
melemparinya dengan batu sampai mati atau paling tidak mereka menolak ajarannya karena
orang Yahudi dimana pun mereka berada sangat setia memelihara hukum Allah termasuk hari
Sabat dan mereka tahu pelanggaran terhadap hari Sabat adalah hukuman mati (Keluaran 31:14)
tetapi justru orang-orang Yahudi di sana mengundang Paulus dan Bernabas untuk
membicarakan pokok itu pada hari Sabat berikutnya (Kisah 13:42, 44). Ingat, ayat-ayat Firman
Tuhan dalam Alkitab tidak akan pernah bertentangan mulai dari Kejadian-Wahyu karena
sumbernya adalah Satu, yaitu Tuhan (Kuntaraf dan Kuntaraf 2008 hlm 56, 57-60). Jadi, tidak
ada dasar secara alkitabiah untuk menganggap perkumpulan yang dilakukan Paulus dalam
Kisah 20:7 sebagai dasar untuk pemeliharaan hari pertama (hari Minggu) untuk menggantikan
hari Sabat karena bertentangan dengan apa yang dilakukannya sendiri di tempat lain.
Tidak ada terdapat dalam Alkitab bahwa mengadakan pertemuan pada hari tertentu, selain dari
hari yang disucikan Allah, membuat hari itu menjadi hari Sabat atau hari kebaktian yang
menetap. Jika dengan hanya mengadakan pertemuan keagamaan sudah otomatis menyucikan
suatu hari, maka setiap hari dalam minggu itu akan berhak dinamai manjadi hari Sabat
(Breaden 2002, hlm133).

Ayat kedelapan ( I Korintus 16:2)


Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing sesuai
dengan apa yang kamu peroleh menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah,
supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.

Agar tidak salah paham tentang ayat ini, marilah kita membaca penjelasan dalam Alkitab Edisi Studi
dan Alitab Penuntun Hidup Berkelimpahan mengenai I Kor 16:1-3:

Pengumupulan uangke Yerusalemmenyampaikan pemberianmu: Meskipun Paulus lebih


banyak memberitakan Injil di Asia, Makedonia, dan Yunani, ia tetap peduli terhadap jemaat
Kristen di Palestina dan mengumpulkan uang untuk mendukung mereka yang miskin di sana
(Alkitab Edisi Studi, 2011 hlm 1887). Selain itu dalam I Korintus pasal 16 Paulus memberikan
petunjuk mengenai pengumpulan uang bagi orang percaya yang miskin di Yerusalem,
menjelaskan rencananya untuk hari depan dan berbicara tentang rekan kerjanya dalam Tuhan
(Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan 2010, hlm 1940)

Metcalf (2011) memberi catatan:


Perhatikan tidak ada disebutkan gereja atau pertemuan ketika Paulus memperingatkan orang-
orang suci untuk menyimpan di rumah sejumlah uang sesuai dengan apa yang diperolehnya dari
Allah. Masing-masing "menyimpan di rumah." dan mereka harus menyimpannya hingga itu
diperlukan. Paulus menganjurkan pemberian yang sistematis dengan menabung, bukan secara
mendadak. Alasan Paulus mengumpulkan pada hari Minggu, karena pada Jumat petang orang
akan menutup tokonya lalu bersedia untuk hari Sabat. Kemudian, pada hari Minggu pagi
mereka akan memeriksa hasil penjualan minggu sebelumnya. Ayat ini tidak menyatakan
kesucian hari Minggu. Paulus tidak menyebutkan suatu pemungutan yang tetap setiap minggu,
tetapi ini adalah suatu pemberian/ proyek khusus, yang diadakan oleh gereja-gereja bukan
Yahudi untuk orang-orang suci yang miskin di Yerusalem. Paulus membawa pemberian itu
dengan utusan-utusan tertentu dari setiap kelompok yang akan mempersembahkan tanda kasih
itu. Baca I Korintus 16:34; Roma 15:24-28. Ini juga disebutkan lagi dalam II Korintus 8:1-4 dan
II Korintus 9:1-5 (Metcalf 2011, hlm 107).

Finley (2010) juga menjelaskan:

Ada orang yang merasa, Paulus menganjurkan pengumpulan persembahan di gereja pada hari
pertama dalam minggu itu. Lalu mereka menggunakan ayat ini untuk menyokong penyucian
hari Minggu. Analisis yang cermat atas ayat itu dan juga analisis atas seluruh isinya, sesuai
dengan konteksnya membuktikan sebaliknya. Rasul Paulus sedang mengajukan satu proyek
khusus demi kepentingan umat-umat Tuhan yang miskin di Yerusalem (ayat tiga). Jadi dia
22

menganjurkan supaya orang-orang Kristen di Korintus mengasingkan satu jumlah tertentu dari
pendapatan mereka untuk umat percaya di Yerusalem setiap hari pertama setiap minggu.
Alasan Paulus untuk rencana itu karena biasa orang pada masa itu memeriksa keuangan dari
hasil usaha minggu sebelumnya pada tiap-tiap hari pertama (Minggu) pagi untuk persediaan
usahanya pada minggu berikutnya. Pada hari Jumat petang mereka akan menutup toko-tokonya
lalu bersedia untuk hari Sabat. Kemudian pada hari Minggu pagi mereka akan memeriksa hasil
usaha/penjualan minggu sebelumnya. Paulus hanya meminta kepada mereka untuk memisahkan
sejumlah uang setiap minggu supaya bila dia datang, pemberian itu sudah tersedia untuk dibawa
ke Yerusalem.
Upacara memisahkan secara harfiah berarti oleh dia sendiri: Dalam naskah bahasa Yunani
ucapan itu juga sepadan artinya dengan kata bahasa Inggris di rumah. Jadi Paulus meminta
mereka melakukan pemisahan uang itu di rumah, bukan seperti dikatakan beberapa orang, pada
saat kumpulan di gereja. Sebaliknya untuk menegakkan perbaktian pada hari Minggu, ayat ini
jelas sekali menunjukkan bahwa tidak ada pengertian khusus dikaitkan pada hari pertama itu
(Finley 2010, 130-131).

Dengan demikian maka kita sudah selesai membahas kedelapan ayat Perjanjian Baru yang
menyinggung masalah hari pertama dari minggu itu. Sekarang kita akan membahas ayat yang
mengatakan Hari Tuhan yang dianggap beberapa orang sebagai kunci untuk kesucian hari Minggu.
(Breaden 2002, hlm 133).

Ayat kesembilan (Wahyu 1:10)


Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara
yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,

Ayat ini menyinggung seorang secara harfiah- Yohanes: suatu tempat secara harfiah-Pulau Patmos:
keadaan secara harfiah- dikuasai oleh Roh, dan waktu secara harfiah- Hari Tuhan. Ini membuktikan
dan tidak diragukan lagi bahwa dalam era Kristiani, Allah masih memiliki satu hari yang
dinyatakan-Nya sebagai milik-Nya sendiri. Namun tidak ada angka yang dikaitkan dalam ayat ini,
misalnya pertama, kedua, ketiga, dsb. Atau tidak baik bagi kita untuk menerka hari keberapa dari
minggu itu yang dimaksudkan di sini. Hanya Alkitab yang dibiarkan untuk memecahkan
pertanyaan ini. Untuk mengetahui hari yang keberapa dari minggu itu dinyatakan Allah menjadi
milik-Nya, kita harus membuka ayat lain, Misalnya Keluaran 20:8-11; Yesaya 58:13,14; Yehezkiel
20:12, 20; Markus 2:27, 28. Ayat-ayat ini membuktikan bahwa satu-satunya hari dalam minggu itu
yang dinyatakan Allah sebagai milik-Nya adalah hari ketujuh. Jika kita bertekad untuk membiarkan
Alkitab dan hanya Alkitab yang memecahkan permasalahan ini, maka hanya hari Sabatlah satu-satunya
hari Tuhan yang benar (Breaden 2002, hlm 133, 134).

Yohanes yang mendapat Wahyu dari Tuhan di Pulau Patmos adalah orang yang sama yang menulis
salah satu Kitab Injil yaitu kitab Yohanes (Pinkoski 1998, hlm 43), yang ditulis tahun 80-95 M
(Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, hlm 1694). Dia juga menulis kitab I Yohanes, II
Yohanes, III Yohanes tahun 85-95 M, (Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, hlm 2115, 2130,
2134). Kitab Wahyu diitulis tahun 90-96 M (Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, hlm 2147).
Yohanes paham benar tentang perbedaan hari pertama (Minggu) dan hari Tuhan (Sabat) karena dua
kali sebelumnya, Yohanes berkesempatan menunjukkan hari Minggu dengan menyebutnya sebagai
hari pertama dalam minggu. Yohanes menyebut hari pertama untuk hari kebangkitan Yesus dan
hari penampakan diri-Nya kepada murid-murid-Nya (Yohanes 20:1 dan Yohanes 20:19). Yohanes
juga tahu betul bahwa hanya hari Sabat yang disebut hari Tuhan (Keluaran 20:10; Ulangan 5:14;
Yesaya 58:13; Matius 12:8; Markus 2:28; Lukas 6:5). Jika hari Minggu yang dirujuk sebagai hari
Tuhan dalam Wahyu 1:10 oleh Yohanes seperti yang selama ini dipahami oleh kebanyakan umat
Kristen yang menyucikan hari Minggu, maka tentu dia menulis Pada hari pertama minggu itu aku
dikuasai oleh Roh... (Silalahi 2008, hlm 97) seperti yang telah ditulisnya dalam Yohanes 20:1 dan
Yohanes 20:19. Selain itu, dalam kurun waktu yang sama (80-96 M), Yohanes menulis empat kitab
yaitu kitab Yohanes; I, II, III Yohanes; dan kitab Wahyu dan mustahil Yohanes mengacaukan pikiran
pembacanya dengan menyebut hari pertama sebagai hari Tuhan dalam Wahyu 1:10 karena dia tahu
bahwa Allah tidak pernah menyatakannya sebagai hari-Ku atau hari kudus-Ku. Yesus pun tidak pernah
berfirman untuk menjadikan hari kebangkitan-Nya (hari pertama) sebagai hari kudus-Nya atau Anak
Manusia adalah juga Tuhan atas hari pertama (hari Minggu). Dalam menulis keempat kitabnya, kita
yakin bahwa Yohanes selalu diilhamkan Allah karena segala tulisan diilhamkan Allah (2 Timotius
23

3:16). Allah tidak mungkin mengilhami Yohanes untuk menulis/menyebut hari Tuhan merujuk ke hari
pertama/hari Minggu karena akan bertentangan dengan apa yang Allah ucapkan sendiri dari mulutnya
bahwa: ...hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu... . Tuhan juga menyebut hari Sabat
adalah hari kudus-Nya (Yesaya 58:13). Ingat, Allah berkata, ..., dan apa yang keluar dari bibir-Ku
tidak akan Kuubah (Mazmur 89:35). Baca juga Yesaya 40:8 dan Ulangan 4:2.

Pada waktu Yohanes menulis kitab Wahyu, hari Minggu tidak pernah dikuduskan atau disucikan oleh
orang Kristen. Berkhof dan Enklaar (2009 hlm 49) dalam bukunya SEJARAH GEREJA
mengungkapkan bahwa baru pada abad keempat dikeluarkan undang-undang penyucian hari Minggu.
Hal ini juga terdapat dalam Kamus Alkitab (Browning 2010, hlm 272). Ini berarti hari Minggu tidak
pernah dianggap suci atau kudus oleh gereja sebelum undang-undang itu dikeluarkan. Dengan
demikian pada waktu Yohanes dikuasai oleh Roh pada hari Tuhan (Wahyu 1:10), hari yang
dimaksudkannya adalah hari Sabat dan bukanlah hari Minggu seperti yang selama ini dipercayai oleh
kebanyakan orang Kristen yang memelihara hari Minggu karena menurut Vierra (2006 hlm 88,89) pada
abad-abad pertama hari Sabat (hari Sabtu) yang benar telah dipelihara oleh semua orang Kristen. Lebih
lanjut Vierra menjelaskan bahwa orang-orang Kristen menjaga kehormatan Allah, dan percaya bahwa
hukum-hukum-Nya adalah kekal Mereka juga dengan setia menjaga kesucian dari hukum-hukum-Nya
(Vierra 2006, hlm 89). Pengudusan hari Minggu itu dilakukan manusia (pihak gereja) dan sudah jelas
bukan merupakan perintah Allah. Hanya hari Sabat yang disebut hari Kudus (Yesaya 58:13) karena
hanya hari Sabat yang dikuduskan Allah (Kejadian 2:3) di antara tujuh hari dalam satu pekan (Kejadian
2:2,3). Allah juga tidak mungkin memberi ilham yang berbeda kepada Yohanes. Allah tidak mungkin
mengilhami Yohanes ketika dia menulis dalam Yohanes 20:1 dan Yohanes 20:19 untuk menyebut hari
Minggu sebagai hari pertama dan ketika menulis kitab Wahyu 1:10 Allah tiba-tiba memberinya ilham
untuk menggantikan hari Sabat menjadi hari Minggu sebagai hari Tuhan. Jika yang dimaksudkan
Yohanes dalam Wahyu 1:10 dengan hari Tuhan sebagai hari pertama (Minggu) maka tulisannya akan
bertentangan dengan ratusan bahkan ribuan ayat dalam Alkitab yang ditulis oleh penulis lainnya.
Pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah mungkinkah Allah tidak konsisten dalam mengilhami
para hamba-Nya sehingga menyatakan dua hari yang berbeda (hari pertama dan hari ketujuh) sebagai
sama-sama hari Tuhan? Mungkinkah Allah mengilhami Yohanes untuk menyebut hari pertama
(Minggu) sebagai hari Tuhan dalam Wahyu 1:10 sementara Allah mengucapkan dengan mulutnya
sendiri bahwa hari ketujuh/hari Sabat adalah hari-Nya (Keluaran 20:11) atau hari kudus-Nya (Yesaya
58:13)? Tidak, Allah itu konsisten dengan ucapannya karena apa yang keluar dari bibir Allah tidak
akan Dia ubah (Mazmur 89:35). Allah tidak akan pernah berdusta dengan firman-Nya (Titus 1:2; Ibrani
6:18). Apakah manusia yang membaca Alkitab pernah menyadari dirinya salah tafsir atau salah
mengerti terhadap ayat-ayat yang belum jelas? Walaupun penulis Alkitab banyak ( 40 orang) dengan
latar belakangnya masing-masing ternyata isinya tidak bertentangan. Ini menunjukkan bahwa
sumbernya adalah Satu, yaitu Tuhan sendiri (Kuntaraf dan Kuntaraf 2008, hlm 56, 59-60). Dengan
demikian, Yohanes tidak mungkin bertentangan dengan Musa, Yehezkiel, Yeremia, Yesaya, Nahemia,
Amos, Matius, Markus, Lukas, dll yang telah menulis hari Sabat sebagai hari Tuhan karena baik
Yohanes maupun para nabi dan para murid Yesus lainnya memiliki satu sumber, yaitu Allah. Mereka
diilhami oleh Allah dalam menulis Alkitab (2 Timotius 3:16). Yohanes telah memberi perbedaan yang
jelas antara hari Minggu dengan menyebutnya sebagai hari pertama (Yohanes 20:1 dan Yohanes 20:19)
dan hari Sabat yang ditulisnya sebagai hari Tuhan (Wahyu 1:10).

Dalam penjelasan tentang Latar Belakang Kitab Wahyu dalam Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan yang dicetak oleh Lembaga Alkitab Indonesia hlm 2147, waktu penulisan Kitab
Wahyu oleh Yohanes adalah sekitar tahun 90-96 M. Jadi, ketika Yohanes menulis kitab Wahyu pada
tahun 90-96 M, sudah pasti yang dia sebutkan sebagai hari Tuhan (Wahyu 1:10) adalah hari Sabat
(sesuai dengan yang diketahuinya dari kitab Taurat, kitab para nabi lainnya dan juga dia mendengar
dengan telinganya sendiri waktu Tuhan Yesus memproklamirkan diri-Nya sebagai Tuhan atas hari
Sabat) dan bukan hari Minggu (hari pertama) karena istilah hari Minggu sebagai hari Tuhan baru
dipopulerkan ke dalam gereja oleh Sylvester, bishop Roma itu 268-274 tahun kemudian (tahun 336 M)
setelah Yohanes menulis Kitab Wahyu. Istilah hari Minggu sebagai hari Tuhan adalah istilah populer
menurut bishop itu dan sudah tentu istilah itu tidak berdasarkan Alkitab, bahkan jika anda membuka
Strongs Concordance2 untuk The Lords Day di situ tertulis hari Tuhan yaitu hari yang biasa kita
sebut Sunday (hari Minggu) (Shelton dan Quinn 2007, hlm 65). Hari Tuhan adalah Sunday (hari
Minggu) dalam Strongs Concordance itu tentu merujuk ke hari Tuhan dalam Kanon 29 Katolik di
atas dan bukan kepada hari Tuhan menurut Alkitab seperti yang dimaksudkan Yohanes dalam Wahyu

2 Strongs Concordance biasanya mencatat ayat-ayat yang berhubungan dengan topik yang dibahas
24

1:10 itu. Meskipun dalam Strongs Concordance merujuk The Lords Day sebagai Sunday (hari
Minggu/hari Tuhan) sehingga kebanyakan umat Kristen menganggap kata hari Tuhan dalam
Wahyu1:10 sebagai hari Minggu, tidak ada ayat Firman Tuhan dalam Alkitab yang dapat dijadikan
dasar untuk menerima hal itu. Hari Tuhan menurut Alkitab adalah hari Sabat (Keluaran 20:10; Matius
12:8; Markus 2:28; Lukas 6:5; dan masih banyak ayat lainnya dalam Alkitab). Hari Tuhan dalam
Wahyu 1:10 adalah hari Sabat, sebab Tuhan menyebut Sabat Hari kudus-Ku (Yesaya 58:13)
(Wieland 2006, hlm 35) dan Tuhan Yesus juga mengatakan: Anak Manusia adalah Tuhan atas hari
Sabat (Matius 12:8; Markus 2:28; Lukas 6:5) atau (for the Son of Man is Lord of the Sabbath.
Matthew 12:8- Alkitab Todays English Version, 1992 atau So the Son of Man is Lord over the Sabbat.
Matthew 12:8- Alkitab Contemporary English Version, 1995 atau For the Son of man is Lord even of
the sabbath day - Matthew 12:8 - Alkitab King James Version). Tuhan atas hari Sabat artinya Dialah
pemilik dan yang berkuasa atas hari Sabat itu. Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat yang berarti
hari Sabat adalah hari milik Kristus. Hari Tuhan adalah hari atas mana Kristus adalah Tuhan (Matius
12:8; Markus 2:28; Keluaran 20:11) (Metcalf 2011, hlm 106).

Dari keterangan Silalahi, Pinkoski, dan Browning di atas maka jelaslah bagi kita bahwa istilah
hari Minggu sebagai hari Tuhan tidak digunakan oleh para murid dan para rasul termasuk Yohanes.
Mereka menyebut hari Minggu itu dengan hari pertama. Gerejalah yang akhirnya menetapkan hari
Minggu sebagai hari Tuhan dan hampir semua umat Kristen menerima sebutan itu sampai sekarang.
Allah tidak pernah memberi wewenang dengan alasan apapun, kepada siapapun, betapapun besar
kekuasaannya, betapapun banyak dan tinggi gelarnya, betapa pun banyak hikmat yang dimilikinya
supaya merubah hukum atau titah-Nya untuk mengingat dan menguduskan hari-Nya (Sabat/Sabtu)
dengan hari pertama karena Allah itu sempurna (Matius 5:48) dan Taurat-Nya sempurna (Mazmur
19:8). Allah itu kekal (Kejadian 21:33), titah-Nya kekal (Mazmur 111:7-8; Matius 5:18; Lukas 16:17).
Sepuluh Perintah Allah atau yang kita kenal dengan hukum Allah (Keluaran 31:18) diucapkan langsung
oleh mulut Allah (Keluaran 20:1). Apa yang keluar dari mulut Allah tidak akan dirubah-Nya (Mazmur
89:35). Setiap manusia yang melanggar firman/hukum yang diucapkannya harus mati karena Allah
berfirman. ...siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat, pastilah ia dihukum mati,... (Keluaran
31:14). Pelanggaran terhadap hukum Allah adalah dosa (I Yohanes 3:4). Paulus menulis bahwa upah
dosa adalah maut (Roma 6:23). Rasul Yohanes menulis: Lebih jauh Rasul Yakobus menambahkan:
Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia
bersalah terhadap seluruhnya (Yakobus 2:10). Dengan kata lain, rasul Yakobus mengatakan jika kita
menuruti 10 perintah/hukum Allah tetapi mengabaikan salah satu perintah/hukum maka kita bersalah
terhadap seluruh hukum itu. Artinya jika kita menuruti 9 hukum Allah yang lain tetapi kita
mengabaikan hukum-Nya yang keempat (hukum tentang hari Sabat) maka kita bersalah terhadap
seluruh hukum itu. Demikian juga jika kita menuruti 9 hukum termasuk hukum hari Sabat tetapi kita
mengabaikan satu hukum-Nya yang lain, misalnya hukum yang ketujuh (jangan berzinah) maka kita
bersalah terhadap seluruh hukum itu. Hanya umat Kristen yang berpedoman pada Alkitab dan hanya
Alkitab (sola scriptura) yang tidak setuju menyebut hari pertama/Ahad/Minggu sebagai hari Tuhan.
Alkitab menegaskan berulang-ulang bahwa hari Sabat (Sabtu) atau hari ketujuhlah yang disebut hari
Tuhan (Keluaran 20:10; Ulangan 5:14; Yesaya 58:13; Matius 12 :8; Markus 2:28; Lukas 6:5).

Jadi, sekarang kita memiliki bukti yang positif bahwa kesucian hari Minggu, tidak mendapat tempat
dan teladan dan pengajaranYesus, dan tidak pernah menjadi sebagian dari iman yang disampaikan
kepada orang yang kudus (Yudas 1:3). Kebiasaan untuk memelihara hari Minggu itu telah dibuktikan
tanpa dasar akitabiah. Satu-satunya dasar yang dimiliki untuk pemeliharaan hari Minggu itu adalah
TRADISI, yang nama lainnya adalah hukum manusia (Matius 15: 6, 9). Kesimpulan ini akan
menjadi goncangan besar bagi bebarapa orang pemelihara hari Minggu yang sadar. Bagaimana kita
menghubungkan diri kita dengan situasi yang menantang seperti ini?

Ada dua jalan terbuka bagi kita:


Matius 12:30 Siapa yang tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa yang tidak mengumpulkan
bersama Aku, ia mencerai-beraikan. Posisi yang paling aman bagi kita adalah berdiri di tempat di
mana Yesus berdiri dalam masalah ini. Selalu aman untuk mengikuti kemana saja dipimpin Yesus.
Yohanes 8:12: ... barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia
akan mempunyai terang hidup.(Breaden 2002, hal 134).

Untuk sekedar menyadarkan kita bahwa nyanyian Kidung Jemaat No 20 dan 21 bertentangan dengan
10 Hukum Allah dalam Alkitab. Lirik lagu Kidung Jemaat (KJ) No 20 tertulis bahwa hari Minggu
adalah hari Tuhanku (ayat 1) dan hari Minggu adalah hari istrahat (ayat2) sedangkan hanya hari Sabat
25

yang disebut sebagai hari Tuhan dan hari istrahat menurut Alkitab. Kita harus lebih mempercayai isi
Alkitab daripada lirik lagu tersebut.

Gambar: Hasil Scan Lagu KJ No 20

Demikian juga dengan lagu KJ No 21. Pada ayat pertama tertulis hari istrahat dan ayat kedua
tersirat bahwa hari Ahad adalah hari istrahat padahal menurut Alkitab, hari Ahad atau hari pertama
bukanlah hari istrahat. Memang pada hari Ahad Yesus bangkit dari kematian-Nya pada tahun 31 M
tetapi hari kebangkitan-Nya itu tidak pernah dijadikan-Nya menjadi hari istrahat untuk menggantikan
hari Sabat karena akan bertentangan dengan perintah Bapa-Nya. Sama dengan Roh Kudus, Yesus dan
Bapa adalah Allah. Allah tidak mungkin bertentangan dengan diri-Nya sendiri. Pada ayat 3 tertulis
sebagai hari perteduhan dari badai dunia. Hanya hari Sabat yang menjadi hari perteduhan dari badai
dunia. Allah memberikan manusia 6 hari untuk mencari nafkah tetapi pada hari ketujuh, haruslah
menjadi hari perhentian, hari dimana umat manusia berhenti dari badai dunia. Demikain juga dengan
ayat keempat, bangsa Israel, para nabi, Yesus dan murid-murid-Nya berkumpul di kemah Allah
(Imamat 23:3) /Bait suci untuk mendengar Firman Tuhan pada hari Sabat (Likas 4:16) dan bukan pada
hari Minggu. Sama dengan lagu KJ No 20 ayat 2, ayat 5 dari lagu KJ No 21 tidak diragukan lagi
merujuk hari Tuhan kepada hari Minggu, suatu kesalahan fatal dari penulis lagu ini karena karyanya
menentang 10 Hukum Allah khususnya hukum keempat (Keluaran 20:8-11) dan orang yang
menyanyikan kedua lagu itu baik sengaja atau tidak sengaja sedang membantah perintah/firman Allah.
26

Gambar: Hasil Scan Lagu KJ No 21

Tapi bukankah hari Sabat diubah menjadi hari Minggu (Ahad) pada saat kematian Yesus
Kristus dan kebangkitan-Nya?

Jawab: Tidak. Sama sekali tak ada ayat yang mengajarkan bahwa hari Sabat diubah pada saat kematian
Yesus Kristus atau kebangkitan-Nya. Yang diajarkan Alkitab justru sebaliknya. Perhatikan bukti-bukti
yang berikut:
A. Tuhan memberkati hari Sabat.
Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya. (Keluaran 20:11). Tuhan memberkati hari
ketujuh itu dan menguduskannya. (Kejadian 2:3).
B. Yesus Kristus mengharapkan umat-Nya akan tetap menguduskan hari Sabat di tahun 70 M,
seaktu Kota Yerusalem dihancurkan. Tahu bahwa Yerusalem akan dihancurkan oleh Roma
tahun 70 M, Yesus mengamarkan pengikut-Nya pada waktu itu, dan berkata, Berdoalah,
supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada
hari Sabat. (Matius 24:20).
C. Yesus Kristus membuat jelas bahwa Dia berharap Sabat masih dikuduskan sesudah 40 tahun
setelah kebangkitan-Nya. Malah, tak ada tersirat sedikitpun di Alkitab bahwa Yesus Kristus, Allah
Bapa, dan para murid pernah (pada saat manapun, di bawah situasi apapun) mengubah Sabat hari
ketujuh yang suci ke hari lain.
D. Para wanita yang datang ke kubur Yesus untuk mengurapi mayat-Nya tetap mengudukan
hari Sabat. Yesus Kristus mati pada hari menjelang Sabat, hari sebelum Sabat (Mrakus
15:37,42) yang sekarang disebut hari Jumat Agung.
Para wanita itu menyiapkan rempah-rempah dan minyak wangi untuk mengurapi mayat-Nya,
tetapi tidak mengurapi mayat tersebut, lalu pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum
Taurat. (Lukas 23:56). Barulah setelah lewat hari Sabat (Markus 16:1) para wanita itu pada
hari pertama pekan itu (Markus 16:2) melaksanakan rencana mereka. Mereka mendapati Yesus
bangkit pagi-pagi pada hari pertama pekan itu (ayat 9) yang disebut Easter Minggu (Minggu
Paskah). Perhatikan bahwa Sabat menurut hukum Taurat adalah hari sebelum hari Easter
Minggu, yang sekarang disebut Sabtu.
27

E. Salah satu pengikut Yesus Kristus yang bernama Lukas, menulis dua kitab Perjanjian Baru-
Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul. Dia mengatakan bahwa pada bukunya yang pertama
(Injil Lukas) dia sudah menulis tentang segala sesuatu yang diajarkan Yesus Kristus (Kisah 1:1-
3). Tapi dia tidak pernah menulis ibadah hari Minggu atau perubahan hari Sabat (Buku 07 Hari
yang Lenyap dari Catatan Sejarah, hlm 3).

10 Hukum Allah termasuk Hukum-Nya yang IV tentang hari Sabat adalah sifat atau tabiat
Allah. Itulah sebabnya maka sifat-sifat 10 Hukum Allah sama dengan sifat-sifat/tabiat Allah.
1) Allah itu Baik (Lukas 18:19) dan 10 hukum Allah itu baik (I Timotius 1:18; Roma 7:12)
2) Allah itu Kudus (Yesaya 5:16;Yesaya 6:3) dan 10 hukum Allah itu kudus (Roma 7:12)
3) Allah itu suci (I Yoh 3:3) dan 10 Hukum-Nya adalah suci (Mazmur 19:9)
4) Allah itu Sempurna (Matius 5:48) dan 10 hukum Allah itu sempurna (Mazmur 19:8)
5) Allah itu Murni (I Yohanes 3:2, 3) dan 10 hukum Allah itu murni (Mazmur 19:8)
6) Allah itu Adil (Ulangan 32:4) dan 10 hukum Allah itu adil (Mazmur 19:10; Roma 7:12)
7) Allah itu Benar (Yohanes 3:33) dan 10 hukum Allah itu benar (Mazmur 19:9)
8) Allah itu Rohani (I Korintus 10:4) dan 10 Hukum Allah itu rohani (Roma 7:14)
9) Allah itu Kebenaran (Yeremia 23:6; Yohanes 14:6)) dan 10 Hukum Allah itu adalah kebenaran
(Mazmur 119:172)
10) Allah itu Dapat Dipercaya (I Korintus 1:9) dan 10 Hukum Allah itu dapat dipercaya (Mazmur
119:86)
11) Allah itu kasih (I Yohanes 4:8) dan 10 Hukum-Nya adalah Kasih (Roma 13:10; Matius 22:37-
40)
12) Allah itu Tidak berubah (Maleakhi 3:6) dan 10 Hukum-Nya tidak berubah (Matius 5:18)
13) Allah itu Kekal (Kejadian 21:33; Yakobus 1:17) dan 10 hukum-Nya adalah kekal (Mazmur
119:160; Mazmur 111:7, 8).

Meniadakah 10 Hukum Allah baik seluruhnya atau salah satu saja berartI sama dengan
menghilangkan tabiat atau sifat Tuhan. 10 Hukum Allah akan dipakai Tuhan sebagai standar
penghakiman pada saat Yesus datang menghakimi semua orang di dunia ini (Yakobus 2:10-11). 10
Hukum Allah akan menghakimi semua orang termasuk anda (Pengkhotbah 12:13,14).Pastikan diri
anda tidak sedang berbuat dosa/melanggar Hukum Allah (sudah bertobat) pada saat Yesus datang
nanti.Karena tidak ada seorang pun tahu kapan Yesus datang sebagai hakim yang adil, maka ketika
anda mendapat pengetahuan tentang 10 hukum Allah maka anda sebaiknya cepat bertobat.

Apakah hari Sabat Tuhan yang asli yang ditulis dalam Alkitab sudah hilang?
Jawab:

Apabila tuntutan hari Sabat Alkitab itu dikemukakan sekarang ini, akan timbul suatu
sanggahan yang umum, yaitu: Siapa yang tahu hari yang mana sebenarnya hari Sabat itu?
Sabat yang asli itu sudah hilang jejaknya.
Untuk menyokong sanggahan ini mereka mengemukakan bahwa ribuan tahun telah lewat sejak zaman
Alkitab, dan di antara perpindahan penduduk, peperangan, revolusi, dan perubahan adat istiadat dan
kalender, susunan hari-hari dalam minggu sudah pasti mengalami kekacauan. Jadi sanggahan ini
diulangi lagi. Tidak ada seorang pun yang tahu hari mana hari Sabat itu, mungkin hari Rabu
atau mungkin juga hari lain!
Sekarang, kekuatan apa yang ada di balik sanggahan itu? Apakah hari Sabat yang asli itu sudah
hilang dan tak dapat dikembalikan lagi? Apakah semua manusia yang sudah beradab itu menjadi
bingung mengenai susunan hari-hari dalam minggu itu? Apakah perubahan dalam penanggalan itu
telah menghilangkan Sabat minggu penciptaan itu sehingga menjadi barang langka yang tak dapat
dicari lagi?
Jawabannya ialah Tidak. Sesungguhnya tidak ada warisan yang lebih lengkap dari zaman dahulu
dan yang lebih utuh dari minggu tujuh hari itu. Tidak ada fakta dari zaman yang sudah lalu atau
zaman sekarang ini yang lebih pasti dari urutan hari-hari dalam minggu itu
Para ilmuwan, ahli perbintangan, sejarahwan dan para gerejawan bersatu dan sependapat bahwa
demikianlah halnya. Ada tiga kenyataan atau bukti-bukti yang sudah diteliti dengan seksama dan diakui
kebenarannya yang bisa menunjang kepastian ini. Ketiganya adalah (1) Alkitab, (2) Sejarah
Kalender, dan (3) Ilmu perbintangan.
Ada tiga titik periksa yang penting artinya yang membuat kita dapat menentukan urutan hari dalam
seminggu dan posisi hari ketujuh dalam minggu itu.
28

Titik periksa No. 1Pemberian Manna (Keluaran 16:4-35)


Semenjak zaman penciptaan pada waktu Allah mengasingkan hari yang ketujuh sebagai hari Sabat
mingguan, para bapa telah mencatat dengan teliti hari, bulan, dan tahun/contohnya, catatan nabi Nuh
dan Air Bah, Kejadian 7:11,12,24; 8:4,5, dsb). Tetapi jika manusia bingung dan lalai, Allah tidak akan
melupakannya, dan pada zaman Musa, Ia menjauhkan semua dasar kebingungan atau kebimbangan
dengan cara mujizat yang dramatis, secara umum, dan jangka lama. Pemberian manna itu berlaku
dengan konsisten, dengan pola rangkap tiga dalam waktu empat puluh tahun.
Pertama, manna turun dua kali lipat banyaknya pada hari keenam (Jumat). Kedua, tidak turun manna
pada hari ketujuh (Sabtu). Ketiga, manna porsi kedua yang disisakan pada hari keenam masih segar dan
manis pada hari Sabat (Sabtu).
Jelaslah bagi Musa dan umat Israel bahwa tidak perlu menghitung-hitung yang mana hari Sabat. Allah
sendiri menyatakan secara sah dan tanpa kesalahan yang mana hari Sabat itu dengan mujizat
rangkap tiga yang sangat jelas dan terulang terus selama lebih dari 2000 kali dalam kurun waktu empat
dekade. Orang yang bimbang sekalipun tidak akan minta bukti bagi yang lebih baik dari itu.

Titik Periksa No. 2Kebiasaan Kristus dan Rasul-rasulnya (Lukas 4:16; 23:54-56)
Pada zaman antara pemberian manna dan zaman Kristus, bangsa Yahudi menggunakan satu jenis
kalender dan mencatat waktu secara teliti. Namun, walaupun manusia kehilangan hari Sabat itu, Allah
tidak bingung.
Kebiasaan Yesus untuk memelihara hari Sabat (lihat kata-kata menurut kebiasaan-Nya dalam Lukas
4:16) membuktikan bahwa bangsa Yahudi tidak kehilangan jejak hari Sabat sampai pada zaman Tuhan
Yesus, karena Ia memelihara hari hari yang dipelihara bangsa Yahudi sebagai hari Sabat. Rasul-rasul
itu juga menghormati hari ketujuh sebagaimana bangsa Yahudi memeliharanya, yaitu hari Sabat sesuai
dengan hukum Taurat (Lukas 23:56)
Jika seandainya bangsa Yahudi salah dalam perhitungan hari Sabat itu, sudah tentu Yesus akan meralat
hal itu.
Menurut titik periksa No. 2 ini, kedudukan hari ketujuh tidak ditinggalkan dalam kabut kebingungan.
Karena selama kurun waktu tiga puluh tahun, hari ketuju itu dinyatakan lagi, tetapi bukan
dengan mujizat yang umum seperti pemberian manna melainkan dengan kebiasaan mingguan Tuhan
hari Sabat itu sendiri. (Markus 2:27, 28).

Titik periksa No. 3Pemeliharaan dan perayaan hari Raya Paskah.


Tidak mungkin hari ketujuh itu bisa hilang dalam kurun waktu 2000 tahun yaitu sejak zaman Kristus
hingga sekarang ini, karena beberapa alasan sebagai berikut:
1) Pemeliharaan hari Raya Paskah secara modern di seluruh dunia dewasa ini, yang
memperingati hari penyaliban Kristus pada hari Jumat Agung. Perhentian-Nya di
dalam kubur pada hari Sabtu Paskah. Perayaan hari-hari raya Paskah ini oleh
umum pada zaman sekarang ini adalah suatu fakta yang membuktikan bahwa hari
ketujuh yang benar tidak pernah hilang jejak selama zaman Kristiani.
Tiga bukti berikutnya memberi dukungan atas kesaksian hari Paskah:
2) Tiga kalender yang selaras telah dipakai secara berdampingan hampir sepanjang zaman
Kekristenan. Ketiga kelender tersebut adalah kalender Yahudi, Kalender Kristiani
(Masehi) dan kalender Islam (Hijriah). Walaupun ada perbedaan dalam beberapa hal,
ketiga-tiganya sesuai mengenai urutan hari-hari dalam minggu itu. Hari Sabtu
dalam ketiga kalender tersebut sama dengan hari ketujuh.
3) Tidak pernah ada perubahan kalender yang mempengaruhi urutan hari-hari dalam
seminggu. Contohnya, perubahan kalender dalam era Kristiani dari gaya lama
(Kalennder Yulian ke gaya baru (Kalender Gregorian) yang digunakan di beberapa
negara Eropa pada tahun 1582 dan di England pada 1752 memerlukan penyesuaian yang
agak lama dengan cara megurangi beberapa tanggal dalam satu bulan. Tetapi
panyesuaian itu hanya mempengaruhi tanggal dari bulan itu tetapi bukan hari-hari
dari minggu itu. Ada satu bulan yang diperpendek tetapi tidak menganggu urutan atau
nama-nama hari dari minggu itu.
29

Sumber: godkind.org (diakses 10 Maret 2012)

4) Bukti terakhir untuk menghilangkan bayangan keragu-raguan ialah ilmu perbintangan.


Jika seorang ahli perbintangan dikurung selama enam hari dalam sebuah gua di bawah
tanah tanpa jam dan kalender atau alat apapun sehingga ia hilang jejak perhitungan hari,
hanya dalam beberapa jam di dalam sebuah teropong bintang akan
menyanggupkan dia untuk mengetahui dengan tepat hari apa yang sebenarnya
waktu ia keluar dari gua itu. Dengan ilmu pengetahuannya, walaupun tidak ada
kalender tercetak di hadapannya, ia bisa saja mengetahui waktu dan penanggalan dengan
memeriksa posisi dan gerakan bintang-bintang di langit.

Kesimpulan
Jika seseorang tinggal di pengasingan tanpa kalenderapakah ia seorang Yahudi, Islam, atau Kristen
mungkin saja ia bisa kehilangan jejak satu hari atau mungkin beberapa hari, lalu ia bingung hari apa
gerangan hari ini. Tetapi setelah ia menghubungi temannya atau keluarganya, mereka akan
memberitahu kepadanya kekeliruan penanggalannya dan segera bisa meralat kekeliruan itu.
Perorangan, masyarakat, dan bangsa-bangsa selalu memelihara penanggalan dengan alat-alat otomatik
sehingga tidak memungkinkan untuk kehilangan hari ketujuh atau hari lain dari minggu itu dalam
seluruh dunia pada waktu yang bersamaan.

Catatan tambahan rincian perihal perubahan kalender dari sistem Julian ke Gregorian
(diperkenalkan di berbagai bagian Benua Eropa pada tahun 1582, dan di Inggris pada tahun 1752)
Perubahan kelender inisatu-satunya revisi yang terjadi pada masa Kekristenanterjadi sebagai
berikut. Sebagaimana halnya bagi bangsa Yahudi, bangsa Romawi kuno juga memakai 7 hari dalam
sepekan. Kaisar Julius, penguasa tunggal pertama, atau diktator Roma, muncul dengan rencana
pembaruan kalender, pada abad pertama sebelum Kristus (46 SM). Ia menetapkan satu tahun persis
3651/4 hari, dengan mengumpulkan kelebihan waktu itu sehingga satu tahun menjadi 366 hari setiap
tahun keempat (Kelebihan waktu itu dikumpulkan karena jangka waktu sesungguhnya bumi
mengelilingi matahari itu hanya memerlukan kurang dari 3651/4 hari). Walau kalender Julian itu lebih
lama 11 menit 10 detik, namun hanya dibatasi sampai masa 12 bulan, dan menentukan nama bulan
ketujuh (Juli) dengan namanya sendiri.
Kalender Julian juga tetap memakai tujuh hari sepekan kitab Kejadian. Hanya masalahnya ialah bahwa
sistem ini menambahkan satu hari penuh setiap empat tahun, yang membuat satu tahun itu menjadi 365
hari, 5 jam, 49 menit, sehingga membuat kelebihan waktu kalender, tetapi bukan waktu
sebenarnya.
30

Pada abad keenambelas era Kekristenan, kelebihan waktu yang bertambah pada kalender Julian hingga
waktu itu adalah 10 hari lebih maju daripada waktu sesungguhnya, sehingga Paus Gregory XIII setuju
untuk mengambil inisiatif memperbaiki celah (gap) kelebihan waktu itu.

Pada tahun 1582, agar ketidaktepatan kalender seperti sebelumnya jangan terulang lagi, seorang pakar
astronomi Italia membuat satu formula baru, yang akhirnya disetujui oleh Paus Gregory pada tahun itu
juga. Cara ini mengusulkan bahwa setiap seratus tahun atau tahun keseratus (1800, 1900, 2100,
dan sebagainya) tidak boleh dihitung sebagai tahun kabisat, kecuali setiap tahun keempat ratus,
dimulai dari tahun 2000. Formula ini berfungsi untuk menjaga agar pada akhir setiap masa cocok
dengan penanggalan kelender. Jadi perbedaan menit yang ada pada penanggalan sipil dan yang
sebenarnya pada skema Gregorian tidak akan mencapai menjadi satu hari saja dalam jangka
waktu 5000 tahun!

Untuk mengembalikan kelabihan 10 hari kalender tahun sipil sesuai dengan jadwal yang
sebenarnya, sepuluh hari itupun dihilangkan (dianggap tidak ada). Jadi, kalender Julian bukan
diganti tapi disesuaikan sehingga tanggal 5 Oktober dengan sistem lama disesuaikan menjadi
tanggal 15 Oktober. Nama dan jumlah bulan tahun Julian tetap digunakan, sebagaimana juga susunan
biasa akan hari dalam satu pekan. Waktu tanggal 5 Oktober pada sistem lama itu telah menjadi 15
Oktober, namun itu masih persis hari yang sama, yaitu hari Jumat pada tahun 1582. Jadi tanggalnya
yang dirubah bukan harinya. Siklus mingguan bersejarah iturotasi pergantian ketujuh hari dalam
sepekan itutidak mengalami perubahan apapun oleh penyesuaian yang diadakan oleh Paus Gregory.
(Untuk mengetahui lebih rinci tentang perubahan kalender, bacalah ensikopledi yang terkenal seperti
Ensikopledi Britannica, World Book, Golden Book, Chambers, dan sebagainya, dan juga kamus besar
lainnya). (Breaden 2002, hal 143-146)

Jadi berdasarkan isi Alkitab, kalender, dan cerita sejarah perubahan kalender maka tidak diragukan lai
bahwa hari ketujuh yang disebut hari Sabat adalah hari Sabtu.

Apakah Hukum Taurat Tuhan dan hukum Taurat Musa adalah satu hal yang sama?
Jawab:
Tidak. Hukum Musa adalah hukum upacara yang bersifat sementara yang berlaku di zaman
Perjanjian Lama. Hukum Musa mengatur keimamatan, kurban-kurban, upacara-upacara,
persembahan-persembahan daging kurban dan kurban curahan, dan macam-macam lagi,
semuanya hanyalah lambang yang menggambarkan Kurban Yesus Kristus di Golgota. Hukum
upacara Musa ini ditambahkan kepada Sepuluh Hukum sampai datang keturunan yang
dimaksud oleh janji itu, dan keturunan itu adalah Yesus Kristus (Galatia 3:16,19). Upacara-
upacara dari hukum Musa menunjuk ke masa depan, hari Raya Paskah (tahun 31 Masehi)
dimana Yesus Kristus mati. Sewaktu Dia mati, hukum Musa berakhir, tapi Sepuluh Hukum
(Hukum Tuhan) kokoh untuk seterusnya dan selamanya (Mazmur 111:8). Bahwa hukum
Musa dan Sepuluh Hukum Tuhan adalah dua hal yang berbeda dinyatakan dengan jelas dalam
Daniel 9:10,11.
Catatan: Perhatikan bahwa Sepuluh Hukum Tuhan ada sejak ada dosa, bahkan sebelum ada
dosa di alam semesta. Alkitab mengatakan, dimana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada
juga pelanggaran (dosa). (Roma 4:15). Jadi Sepuluh Hukum Tuhan ada sejak semula. Manusia
melanggar Sepuluh Hukum (berdosa I Yohanes 3:4). Karena dosa (pelanggaran Hukum
Tuhan), hukum Musa diberikan (ditambahkan- Galatia 3:16,19) sampai Yesus Kristus
berubah jadi manusia, datang ke bumi dan mati. Dua jenis hukum Kristus ada di sini: Sepuluh
Hukum Tuhan dan Hukum Upacara Musa.

Taurat Tuhan/Hukum Tuhan Hukum Taurat Musa


Sepuluh Hukum Tuhan (peraturan-peraturan upacara)
Disebut Hukum Allah (Keluaran Disebut Hukum Musa atau Hukum
31:18; I Yohanes 3:4); Taurat Taurat Musa (Kisah Para Rasul 13:39; 15:5;
Tuhan (Mazmur 19:8); Perintah I Korintus 9:9; Yosua 8:31; Lukas 2:22)
Allah (Matius 15:3; Wahyu 14:12)
atau pengajaran Tuhan (Yesaya
5:24)
Disebut Hukum yang memerdekakan Disebut hukum yang berisi peraturan-peraturan
orang (Yakobus 2:12) (Ibrani 9:10)
Diucapkan oleh Allah sendiri Diberikan kepada Musa supaya dibacakan
31

(Keluaran 20:1-17; Ulangan 5:22) kepada bangsa Israel (Imamat 1:1-3


Keluaran 24:3)
Disebut hukum utama Yakobus 2:8 Disebut ketentuan (Efesus 2:15; Kolose
2:14)
Ditulis oleh Tuhan di atas batu Ditulis oleh Musa pada sebuah gulungan kitab
(Keluaran 31:18; 32:16) Ulangan 31:24-26; 2 Tawarikh 34:15; 35:12
Dimasukkan/ditempatkan di dalam Diletakkan di samping Tabut (ada di luar Tabut
Tabut (ada di dalam Tabut Perjanjian) Perjanjian) (Ulangan 31:26)
(Keluaran 40:20)
Dimaksudkan untuk menyatakan dosa Dimaksudkan untuk menyatakan obat bagi
atau mendefinisikan dosa (sudah ada dosa, ditambahkan sesudah ada dosa
sebelum ada dosa) (Roma 7:7; 3:20; I (Diberikan sesudah manusia berdosa) (Yohanes
Yohanes 3:4,8; Roma 4:15; Roma 1:29; Ibrani 5:1; 8:4; Galatia 3:19)
5:13)
Tidak berat (I Yohanes 5:3) Mendakwa dan mengancam (berat) (Kolose
2:14)
Menghakimi semua orang (Yakobus Tidak menghukum seorang pun atau tidak
2:10-12; Pengkhotbah 12:13,14) menghakimi siapa-siapa (Kolose 2:16)
Bersifat Rohani (Roma 7:14) Bersifat lahiriah (daging) (Ibrani 9:13)
Bersifat manusiawi (Ibrani 7:16)
Membawa berkat (kebahagiaan) Mengandung kutuk (Galatia 27:26; Ulangan
(Amsal 29:18;) dan Ketenteraman 28:15-68; 29:20-21; Galatia 3:10)
(Mazmur 119:165)
Sempurna (Mazmur 19:8), suci, benar, Dapat berubah (Ibrani 7:12)
dan baik (Ulangan 5:22; Roma 7:12) Sama sekali tidak membawa kesempurnaan
(Ibrani 7:18,19)
Tidak mungkin menyempurnakan (Ibrani 10:1)
Kekal atau abadi dibentuk oleh Injil Hanya sementara (berlaku hanya sampai Yesus
(Matius 5:17-19; Roma 3:31; Lukas Kristus mati/dihapuskan di salib) (Kolose 2:14;
16:17; Mazmur 19:8; 111:7,8) Matius 27:51; Ibrani 8:13; Efesus 2:15)

Sumber: Buku 06 Dipahat di Atas Batu (hlm 8, 9); Shelton dan Quinn 2007, hlm 47 dan Gambar no 29
dalam Breaden 2002.

Lalu Hukum Taurat apa yang dipakukan di kayu salib itu menurut Paulus dalam Suratnya
kepada jemaat di Kolose dan Efesus?

Finley 2007 memberi kita jawaban yang jelas:


Hukum yang khusus atau persoalan yang dimaksudkan adalah Peraturan. Sepuluh Perintah
Allah adalah kekal, kode etik (peraturan etika) yang tidak dapat diubah. Hukum itu adalah
undang-undang dasar pemerintahan-Nya. Hukum itu secara khusus menjelaskan bagaimana
sepatutnya hubungan kita dengan Allah dan hubungan kita dengan sesama manusia. Dalam ayat
ini, Paulus merasa prihatin bahwa peraturan-peraturan atau urutan-urutan yang diberikan Allah
kepada bangsa Israel sebagai satu tanda yang membayangkan kedatangan Mesias bisa menjadi
penghalang dalam menyelesaikan misi gereja. Peraturan-peraturan seperti peraturan sunat,
upacara pembasuhan mangkuk-mangkuk dan bejana-bejana, hari-hari raya tahunan, sistem
korban, secara khusus dijelaskan Allah untuk mempersiapkan pikiran orang Yahudi akan
kedatangan Mesias. Karena salah pengertian akan arti simbol-simbol ini, banyak orang Yahudi
menganggap bahwa simbol itu sendiri memiliki manfaat. Gantinya memusatkan pikiran kepada
arti simbol itu, mereka melihat hanya pelaksanaan upacara secara luar sebagai satu kesalehan.
Akhirnya, peraturan-peraturan ini menjadi penghalang di antara mereka, orang Yahudi dengan
orang kafir yang tidak mau turut ambil bagian dalam upacara-upacara tersebut.
Ketika Kristus datang, sistem upacara korban yang menjadi bayangan kedatangan-Nya sudah
digenapi. Orang-orang kafir yang terpisah dari Kristus, tidak termasuk warga bangsa Israel,
orang-orang asing kepada perjanjian itu, dibawa dekat melalui darah Kristus (Efesus
2:12,13). Tembok pemisah (Efesus 2:14,15) atau rangkaian peraturan-peraturan yang
diberikan khusus untuk kedatangan Mesias, sudah dirobohkan (dihancurkan). Kristus sudah
datang! Semua acara dan peraturan untuk korban sudah diarahkan ke kayu salib dan di atas
kayu salib, orang Yahudi maupun orang kafir mendapatkan rahmat dan pengampunan. Dalam
32

Kristus semua manusia mendapat pengampunan dosa yang sudah lalu dan kuasa untuk hidup
dengan benar sekarang ini. Jadi, apakah yang ditiadakan di kayu salib? Sudah pasti bukan
Sepuluh Perintah Allah yang kekal, abadi, standar moral yang tidak dapat dirubah.
Tetapi adalah hukum-hukum atau peraturan-peraturan upacara korban yang diberikan
khusus kepada orang Yahudi itulah yang ditiadakan. Semua peraturan-peraturan itu
sudah digenapkan dalam diri Yesus Kristus (Finley, 2007 hlm 136-138).

Apakah Kolose 2:14-17 mengajarkan bahwa hari Sabat atau hari ketujuh sudah dipakukan di
kayu salib?
Jawab: Dalam membaca Kolose 2:16-17, anda harus mencari jawabannya di Alkitab yaitu dalam
Imamat 23 agar anda tidak sesat dan tidak banyak orang disesatkan dengan pemahaman anda.
Ada dua jenis hari Sabat dalam Alkitab yaitu Sabat hari ketujuh/Sabtu/Sabat mingguan dan Sabat
tahunan. Hari Sabat dalam Kolose 2:16 bukan merujuk kepada Sabat hari ketujuh/Sabtu/hari Sabat
Tuhan seperti yang anda pahami selama ini tetapi merujuk kepada hari-hari sabat Yahudi/sabat tahunan.
Dari Kolose 2:16-17, jutaan pendeta dan miliaran umat Kristen menyimpulkan bahwa, bila seseorang
menerima Yesus maka soal makanan, soal minumnan, dan soal hari Sabat tidak perlu lagi
dipermasalahkan, karena Yesus sudah mengakhirinya di kayu salib. Benarkah ayat di atas (Kolose
2:16-17) mengajarkan atau menyetujui pendapat di atas tadi? Marilah kita teliti kebenaran yang
terkandung di dalam ayat tersebut.
Pertama-tama, kita harus terlebih dahulu menyadari bahwa sebagian anggota jemaat yang mula-mula
itu (pada zaman rasul Paulus) berasal dari agama kekafiran dan sebagian lagi berasal dari agama
Yahudi. Kebiasaan-kebiasaan peribadatan agama Yahudi adalah merayakan hari-hari raya mereka dan
tujuh dari hari-hari raya Yahudi itu disebut sabat (belum termasuk Sabat hari ketujuh).
Mengapa hari-hari raya itu disebut sabat? Karena hari-hari sabat itu harus diperlakukan sebagaimana
Sabat hari ketujuh (hari Sabat Tuhan/Sabtu) yaitu dengan melakukan pertemuan kudus dan tidak
melakukan sesuatu pekerjaan berat.
Hari-hari raya itu adalah:
1) Paskah yang jatuh pada 14 Nisan/Abib/bulan pertama setiap tahun, hari raya Paskah bukan hari
sabat karena tidak ada perintah Allah untuk melakukan pertenuan kudus atau untuk tidak
melakukan pekerjaan berat (Imamat 23:5).
2) Hari raya roti tidak beragi pembukaan/15 bulan Nisan disebut sabat karena mereka harus
mengadakan perteman kudus dan tidak melakukan pekerjaan berat (Imamat 23:6-7).
3) Hulu Hasil/Buah Sulung yang jatuh pada 16 Abib/Nisan. Hari raya hulu hasil atau buah sulung
bukan sebagai hari sabat karena tidak ada perintah Allah untuk melakukan pertenuan kudus atau
untuk tidak melakukan pekerjaan berat (Imamat 23:9-12).
4) Hari raya roti tidak beragi penutupan 21 Abib/Nisan disebut sabat karena mereka harus
mengadakan perteman kudus dan tidak melakukan pekerjaan berat (Imamat 23:6-8).
5) Hari Pentakosta (hari kelimapuluh), yang jatuh pada 6 Sivan (hari keenam bulan ketiga)
disebut sabat karena mereka harus mengadakan perteman kudus dan tidak melakukan pekerjaan
berat (Imamat 23:21).
6) Hari Meniup Serunai atau Pesta Sangkakala yang jatuh pada 1 Tishri (bulan ketujuh), disebut
sabat karena mereka harus mengadakan perteman kudus dan tidak melakukan pekerjaan berat
(Imamat 23:24).
7) Hari Pendamaian/Grafirat/ Yom Kippur, disebut sabat karena mereka harus mengadakan
perteman kudus dan tidak melakukan pekerjaan berat (Imamat 23:28).
8) Hari Pondok Daun pembukaan dan penutupan yang masing-masing jatuh pada 15 dan 21 bulan
Tishri, disebut sabat karena mereka harus mengadakan perteman kudus dan tidak melakukan
pekerjaan berat (Imamat 23:35, 36).

Imamat 23:32, ...kamu harus merayakan sabatmu." (sabatmu berarti sabat manusia: Hari Raya
Roti Tidak Beragi Pembukaan, Hari Raya Roti Tidak Beragi Pembukaan, Hari
Pentakosta, Hari Meniup Serunai, Hari Pendamaian, Hari Pondok daun
Pembukaan dan Hari Pondok Daun Penutupan)

Imamat 23:38, belum termasuk hari-hari Sabat TUHAN... (Sabat Tuhan adalah Sabat hari
ketujuh/Sabtu)
Pada setiap hari raya tersebut, mereka membawa persembahan korban, korban sajian, dan korban
curahan. Korban bakaran adalah seekor domba, korban sajian adalah roti, dan sebagai korban curahan
adalah anggur (Imamat 23:13, 17, 19).
33

Pada waktu Yesus mati di atas kayu salib, semua hari-hari raya tersebut beserta dengan korban bakaran,
korban makanan atau korban sajian yang berbentuk roti, korban minuman atau korban curahan yang
berbentuk anggur, semuanya itu tidak berlaku lagi dan secara otomatis sabat perayaan itupun berakhir
pula karena semuanya itu adalah bayangan yang menggambarkan Yesus, sedang wujudnya adalah
Kristus (Kolose 2:17). Dengan kematian-Nya di kayu salib, Yesus menggenapi semua upacara perayaan
tersebut, bersama dengan semua korban makanan dan minumannya, serta sabat perayaannya sehingga
kita tidak merayakannya lagi sekarang sebagaimana yang dilakukan umat Israel sebelum kematian
Yesus.
Umat Tuhan yang berada di Kolose, yang sebagian berasal dari agama Yahudi masih ada yang
mempersoalkan mengenai hari-hari raya tersebut, apakah perlu merayakan ketujuh hari raya tersebut
atau tidak. Tentunya, orang-orang Yahudi yang masih beragama Yahudi (bukan Kristen), mencela
umat-umat Tuhan (orang Yahudi yang telah menjadi Kristen), karena mereka meninggalkan semua
upacara perayaan tersebut. Dan karena masalah itu timbul di jemaat Kolose, maka rasul Paulus
meluruskannya. Mengenai hari sabat, ada sebagian orang yang mengatakan bahwa itu sudah
dihapuskan di kayu salib, saat kematian Yesus. Benar! Memang ada sabat yang dipakukan di kayu
salib, dan itupun sudah dinubuatkan terlebih dahulu oleh nabi Hosea, dalam Hosea 2:10, Aku akan
menghentikan segala kegirangannya, hari rayanya, bulan barunya dan hari Sabatnya dan segala
perayaannya.
Jadi Sabat hari ketujuh (hari Sabat penciptaan) tidak pernah merupakan bayangan-bayangan akan hal
yang akan datang. Bayangan dan wujud dalam Kolose 2:17 terjadi karena dosa dan menunjukkan ke
depan yaitu kelepasan dari dosa. Sabat diciptakan sebelum dosa itu terjadi. Jadi tidak pernah sebagai
bayangan. Hari Sabat Tuhan akan tetap berlaku selama-lamanya sampai bumi yang baru yang akan
Tuhan jadikan setelah bumi yang sekarang berlalu (Yesaya 66:22,23)
Sekarang jelaslah bagi kita bahwa surat rasul Paulus ke jemaat Kolose itu tidak ada hubungannya
dengan makanan dan minuman yang kita makan setiap hari, juga tidak membebaskan orang untuk
memakan segalanya (termasuk binatang yang haram). Demikian juga ayat ini tidak berbicara tentang
hal membebaskan orang untuk tidak menguduskan hari Sabat Tuhan (Sabtu/hari ketujuh). Pemazmur
berkata, Aku suka melakukan kehendak-Mu ya Allahku, taurat-Mu ada dalam dadaku (Mazmur
40:9).
Mempertahankan pendapat bahwa Kolose 2:16-17 telah meniadakan Sepuluh Hukum Allah khususnya
Hukum-Nya yang keempat tentang hari Sabat berarti membuat Paulus bertentangan dengan dirinya
sendiri (Roma Roma 2:13; 7;12; 3:31) dan membuat dia juga bertentangan dengan Yesus (Matius 5:17-
19).

Karena sabat-sabat bayangan itu adalah bukan Sabat hari ketujuh/Hukum Allah maka Paulus tetap
mengingat dan menguduskan hari Sabat/Sabtu (Kisah 13:14,42,44; 16:13; 17:2; dan 18:4). Paulus
menegaskan bahwa dalam iman kepada Yesus, Hukum Taurat (10 Hukum) justru ditegakkan dan bukan
dibatalkan (Roma 3:31). Ini sejalan dengan pernyataan Yesus bahwa Dia datang bukan untuk
meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi tetapi menggenapinya (Matius 5:17-19). Yesus adalah
kegenapan dari korban-korban dalam hari-hari raya bangsa Yahudi.

Dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus, Penebus dosa kita, mari Kita kembali menuruti 10 Hukum
Allah termasuk Hukum-Nya yang IV tentang hari Sabat. Jangan menjadi Kristen yang mengaku
memiiliki 10 Hukum Allah tetapi yang dituruti 9 hukum saja. Jadilah Kristen 10 Hukum dalam
pengakuan dan penurutan.

DAFTAR PUSTAKA

Asal Mula Nama Tujuh Hari. (be147rry.wordpress.com/asal-mula-nama-tujuh-hari/ diakses 6


November 2011).
Berkhof, H dan I.H. Enklaar, 2009. Sejarah Gereja. Cetakan 25. BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Breaden. 2002. Alat Peraga Baru. Indonesian Publishing House. Bandung.
Browning, W.R.F. 2010. Kamus Alkitab (A Dictionary of the Bible). Cetakan ke-5. BPK Gunung
Mulia. Jakarta.
Finley, M. 2008. Belajar Bersama. Buku Saku Referensi Alkitab Lengkap. Indonesian Publishing
House. Bandung.
Finley, M. 2009. Ketika Sang Pencipta berkata, Ingatlah. Indonesian Publishing House. Bandung.
Finley, M. 2010. Hari Yang Hampir Dilupakan. Cetakan Ketujuhbelas. Indonesian Publishing House.
Bandung.
34

Hari yang Lenyap dari Catatan Sejarah.2004. Amzing Facts Inc. Roseville.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Pusat Bahasa, Cetakan Pertama. Edisi Keempat, Departemen
Pendidikan Nasional. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kuntaraf, K.H.L dan Jonathan Kuntaraf. 2008. Kitab Ajaib. Indonesian Publishing House. Bandung.
Metcalf, H.E. 2005. Penuntun Dasar untuk Pemahaman Alkitab. Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta.
Paulien, J. 2013. Kabar Baik dari Petmos. Indonesian Publishing House. Bandung.
Pinkoski, J. 1988. The Truth About the Sabbath (Kebenaran tentang Hari Sabat). Amazing Facts, Inc.
P.O. Box 1058, Roseville. California.
Sejarah Nama-Nama Hari Versi Arab
Read more at: http://www.dwina.net/2010/12/sejarah-nama-nama-hari-versi-bangsa.html
Diambil dari tulisan aslinya di http://www.dwina.net/
Shelton, D dan S. Quinn. 2007. Sepuluh Hukum Allah Disingkirkan Dua Kali. Cetakan ke-1. Telenta
Mulia Aksara, Jakarta.
Vierra, D. 2006. Apakah Perawan Maria Hidup atau Mati. Indonesia Publishing House. Bandung.
Silalahi, A. 2008. Hari Perhentian Mengapa Hari Sabtu? Edisi 1. Cetakan Pertama. Telenta Mulia
Aksara, Jakarta.

Tuhan Yesus Memberkati Anda.

Micha Snoverson Ratu Rihi (Mala)


Facebook: Snover Son
Email: raturihimicha@yahoo.com
HP; 081 339 440 891

NB: Masih banyak sekali alasan yang diberikan oleh para pemelihara hari Minggu untuk menolak
menuruti 10 Hukum Allah secara keseluruhan termasuk hukum-Nya yang IV untuk mengingat dan
menguduskan Sabat hari ketujuh (hari Sabtu), tetapi alasan-alasan yang mereka buat itu hanyalah
merupakan pembenaran atas sikap mereka yang tidak mau bertobat. Alasan-aasan itu akan saya
jawab pada tulisan berikutnya.Sampai jumpa. Mereka tidak sadar bahwa alasan-alasan yang mereka
buat itu hanya akan menentang Allah dan hukumhukum-Nya.

FOTOKOPIKAN DAN BAGIKAN TULISAN INI KEPADA SEMUA ORANG YANG ANDA KASIHI !!!
Mengapa kita harus mengingat dan menguduskan hari Sabat Tuhan/Sabtu?
Jawab: . "Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia
berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan
menguduskannya" (Keluaran 20:11).
Semua hari sama lamanya yaitu kurang lebih 24 jam, tetapi jika Anda membaca Kejadian 2:2-3, hanya hari
ketujuh yang diberkati dan dikuduskan Allah. Dikuduskan artinya dipisahkan dari hari2 lainnya oleh
Allah untuk mengingat Dia sebagai Pencipta. Anda tidak bisa mengatakan bahwa semua pria atau
wanita sama saja atau boleh menjadi suami atau istri Anda. Tidak semua wanita atau pria akan
menjadi istri atau suami kita melainkan hanya satu yaitu yang telah diberkati atau dikuduskan Allah
dalam pernikahan kudus melalui hamba-Nya yang diurapi untuk menguduskan pernikahan Anda..

Ada 365 hari dalam setahun, tetapi tidak semua tanggal akan Anda tetapkan untuk memperingati hari
kelahiaran Anda melainkan hanya satu tanggal yaitu tanggal peringatan kelahiran Anda atau tanggal
manakala Anda lahir..Tidak semua hari akan menjadi hari peringatan kelahiran bangsa Indonesia selain
tanggal 17 Agustus.Demikian juga, tidak semua hari akan menjadi peringatan hari perhentian Allah
dari penciptaan langit dan bumi selain daripada hari ketujuh dalam setiap pekan. Hari ketujuh adalah
Sabtu yang disebut juga hari Sabat Tuhan (Keluaran 20:10).Hari ketujuh/Sabat adalah hari kelahiran
langit dan bumi dan setiap pekan harus diingat dan dikuduskan untuk mengingat Allah sebagai
Pencipta.Allah tidak menjadikan 6 hari lainnya sebagai hari Sabat Tuhan karena Allah tidak berhenti
pada 6 hari tersebut dari peciptaan langit dan bumi. Allah bekerja selama 6 hari tersebut dalam
menciptakan langit dan bumi dan Dia ingin agar kita juga bekerja dalam 6 hari itu lalu berhenti bekerja
setiap hari ketujuh karena Allah telah berhenti dari pekerjaan penciptaan langit dan bumi pada hari
35

ketujuh.Tetapi Setan ingin mengecoh manusia dengan memutarbalikan Hukum Allah untuk mendirikan
hari sabat palsu dengan menyaru atau menyamar melalui hari kebangitan Tuhan Yesus padahal Tuhan
Yesus sendiri tidak pernah memerintahkan kepada manusia bahwa hari sabat telah berpindah dari hari
ketujuh (Sabtu) ke hari pertama (Minggu) karena Dia bangkit pada hari Minggu dari kematian-Nya.Kita
harus pasang telinga baik2, untuk membedakan mana suara Tuhan atau firman Alllah dan mana suara
si penipu atau bapa segala dusta atau Setan.

Firman Tuhan bilang ingat dan kuduskanlah hari Sabat, si pendusta bilang, Tuhan Yesus telah menggnatikan hari
Sabat ke hari Minggu.Kamu lebih suka menuruti perkataan siapa?Pengikut Kristus akan lebih suka
menuruti perintah Allah daripada ajaran manusia yang diilhami Setan

Anda mungkin juga menyukai