Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH MASUKNYA GEREJA DI SURAKARTA

MAKALAH

OLEH:

NAMA : Eni Yuwita Sipahutar


KELAS :1B
DOSEN PENGAMPU : Drs.BINSAR MANURUNG,MTh

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan

hidayah- Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sejarah

Masuknya Gereja di Surakarta” ini tepat waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen mata

kuliah Agama Kristen selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang Sejarah Masuknya Gereja ke Surakarta. Saya ucapkan terima kasih kepada

Bapak Binsar Manurung M.TH selaku dosen mata kuliah Agama Kristen yang telah memberikan

tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya. Saya juga mengharapkan

terima kasih ke semua pihak yang telah membantu sehingga saya dapat menyelesaikan makalah

ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini

Medan, 25 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
1.1. Latar Belakang............................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................ 2
1.4. Manfaat ..................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................... 3


2.1. Sejarah Masuknya serta Perkembangan Gereja
Santo Antonius Purbayan............................................ 3
2.2. Sejarah masuknya dan perkembangan gereja
kristen jawa (GKJ) Margoyudan ................................. 21
BAB II PENUTUP ............................................................................ 28
2.1. KESIMPULAN........................................................... 28
2.2. SARAN....................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan budaya daerah. Dari wilayah
Sabang sampai Merauke terdapat berbagai macam seni kebudayaan yang mewarnai setiap sendi
kehidupan manusia. Keanekaragaman budaya daerah memberikan corak dan karakteristik
kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia. Banyak orang yang menyebutkan Indonesia sebagai
“Zamrud Khatulistiwa”. Dan berkat perjalanan sejarah tersebut telah banyak mewariskan
peninggalan kebudayaan yang tidak terhingga nilainya.
Surakarta sebuah kota yang terkenal akan corak budaya Jawanya yang kuat bahkan
melekat sebuah slogan Solo The Spirit Of Jawa. Selain dari bidang budaya Surakarta juga
terkenal akan banyaknya bangunan bersejarah yang menjadi saksi dinamika perkembangan
Kehidupan manusia. bangunan-bangunan bersejarah tersebut antara lain adalah Gereja Santo
Antonius dan Gereja Kristen Jawa Margoyudan. Dua bangunan peribadatan tersebut mempunyai
sejarah panjang serta peran yang penting dalam perkembangan umat Katolik maupun Kristen di
Surakarta.
Dua bangunan Gereja tersebut, secara tidak sengaja dibangun pada tahun yang sama yaitu
1916. Gereja yang telah berumur hampir satu abad ini telah melewati fase-fase dimana banyak
mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya umat Kristen dan Katolik. Maka dari itulah
pantas jika kedua bangunan tersebut menjadi bangunan cagar budaya yang patut dilindungi dan
dilestarikan keberadaannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah masuknya Gereja Santo Antonius Purbayan?
2. Bagaimana Sejarah masuknya Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah hasil dari observasi ini adalah untuk mengetahui sejarah
serta perkembangan Gereja Santo Antonius Purbayan dan Gereja Kristen Jawa (GKJ)
Margoyudan dari masa berdirinya sampai sekarang.
1.4 Manfaat
1. Mengetahui perkembangan serta sejarah masuknya Gereja Santo Antonius Purbayan dari
awal berdirinya sampai sekarang.
2. Mengetahui perkembangan serja sejarah masuknya Gereja Kristen Jawa (GKJ)
Margoyudan dari awal berdirinya sampai sekarang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Masuknya serta Perkembangan Gereja Santo Antonius Purbayan
Sebelum tahun1859 Gereja Katolik Surakarta dilayani langsung dari Semarang. Orang
Surakarta pertama yang dibaptis adalah Anna Catharina Weynschenk (14 Nopember 1812) dan
Georgius Weynschenk (24Nopember 1812) bersama-sama 59 orang baptisan lainnya. Kemudian
pada tahun 1859 stasi Ambarawa didirikan, meliputi daerah Salatiga, Ambarawa, Surakarta dan
Madiun. Pada waktu itu stasi Ambarawa berada di bawah pimpinan Romo Yohanes F.V.D.
Haegen, dengan jumlah umat 1787 orang (1206 di antaranya adalah tentara).Tanggal 29 Oktober
1905 Romo Cornelis Stiphout, SJ dari Pastoran Ambarawa, mendapat ijin dan mulai merintis
bedirinya Gereja di kota Solo. Usaha ini berhasil. Dalam kondisi darurat, karena gereja belum
selesai dibangun, Misa yang pertama kali diadakan di Pastoran pada tanggal 22 Desember 1907.
Akhirnya, pada Nopember 1916 Gereja St. Antonius Purbayan berdiri dan diberkati. Romo C.
Stiphout, SJ diangkat sebagai Pastor Paroki yang pertama di Surakarta dengan surat
pengangkatan tahun 1918.
Gereja Santo Antonius semakin berkembang dan mulai mencoba menekuni bidang
pendidikan. Melalui perjuangan keras Pastor Stater untuk mendapatkan tempat dan perijinan dari
pamong praja, akhirnya pada tahun 1921 sekolah HIS berhasil didirikan. Pada waktu itu juga
Bapak Soemadisastro diangkat menjadi Kepala Sekolah. Pada tanggal 16 Pebruari 1921 Romo
Hermanus, JJ Jansen, SJ dari Tomohon ditugaskan mengganti tugas Romo C. Stiphout, SJ
sebagai Pastor Paroki Purbayan. Beberapa bulan kemudian (4 Juli 1921) Gereja membuka
sekolah HIS Sosronegaran dengan pengajar pelajaran agama dan budi pekerti Romo HEV
Driessche dan Bapak Poerwa. Setahun berikutnya HIS pindah ke Purbayan memakai tempat
calon rumah biara suster-suster Fransiskus. Ini berlangsung selama satu tahun. Sementara itu HIS
mempersiapkan gedung sekolahnya yang baru, yang nantinya ditempati, dengan H.I.W. Wormer
sebagai Kepala Sekolahnya.
Tanggal 4 Juli 1922 SD Kanisius mulai dibuka oleh Romo Houvenaars, SJ, diantaranya
SDK Jayengan, SDK Pucangsawit, SDK Purwaprajan, SDK Semanggi, SDK Sorogenen, dan
SDK Bromantakan. Karena pada masa itu belum ada orang Jawa yang berkarya sebagai
misionaris, timbul rasa was-was di hati para Romo akankah diterima pelajaran agama Katolik
yang masih asing dan baru itu. Di luar dugaan, ternyata murid yang masuk mencapai 300 anak.
Beberapa waktu kemudian tanah yang terletak di dekat Pastoran dapat dibeli, dengan harapan
menjadi tempat dibangunnya gedung sekolah yang baru dan lebih baik.
Tanggal 15 Januari 1923 Romo Cornelis Lucas, SJ dari Muntilan, pindah ke Surakarta.
Mulai saat ini setiap hari Minggu pasti ada Misa. Tahun 1924 – 1929 Romo Houvenaars
diangkat menjadi Pastor Paroki Purbayan. Tidak lama sesudahnya, sekolah rakyat dengan bahasa
pengantar Jawa untuk pertama kalinya dibuka (SDK Kebalen). Menyusul kemudian sekolah
rakyat yang kedua pun dibuka (1924). Tanggal 19 Agustus 1924 Romo Jansen, SJ dipindah ke
Weltevreden dan tiga bulan kemudian Romo J. Brendsen, SJ dari Muntilan menjadi misionaris di
Surakarta.
Tahun 1925 suster-suster Fransiskus datang di kota Solo dan tahun berikutnya membuka sekolah
untuk anak-anak perempuan yang sekarang dikenal menjadi SD Marsudirini. Bersamaan dengan
kedatangan suster-suster, Romo Karel De Hoog SJ datang dari Belanda dan ditugaskan di
Yogyakarta, yaitu di Ignatius college, sempat tinggal sementara waktu di Purbayan. Sebagai
penggantinya. Romo Henricus JM Koch, SJ dariYogyakarta dipindah ke Surakarta. Tanggal 26
Juni 1926 bruder-bruder FIC mengambil alih sekolah HIS yang didirikan tahun 1921/1922 (SD
Pangudiluhur). Bruder-bruder tersebut diantaranya adalah Br. Seardus, Br. Laurentius, Br.
Yustus, Br. Leboinus.
Tanggal 19 April 1922 Romo Arnoldus Van Velsen SJ misionris dari Muntilan
dipindahkan ke Solo. Menyusul dibukanya SDK Pucangsawit dan SDK Sorogenen. Tanggal 20
April 1926 sekolah Santa. Melani dibuka dengan 20 Murid dan masa pendidikan tiga tahun,
dibawah pimpinan Ibu Th. Hardjasubrata. Setelah sekolah ini dapat berjalan dengan lancar,
kumpulan Melani mencoba membuka Sekolah Dasar lengkap dengan masa studi enam tahun di
Serengan.
Di dalam masa tugasnya sebagai Pastor Paroki, Romo Houvenaars, SJ membeli tanah di
Pucangsawit untuk tempat pekuburan Katholik. Disamping itu, beliau juga mendirikan Maria
Congregatie untuk bapak-bapak guru jawa.
Tahun 1928 mulai banyak sekolah-sekolah didirikan di antaranya sekolah ELS, HIS
Bruderan, HIS Susteran dan sekolah Rakyat, seluruhnya berjumlah sembilan sekolah. Sayang,
Romo A.V. Velsen, SJ harus pindah ke Magelang (5 Januari 1928) dan sebagai gantinya Romo
Cornelius Vesteeg, SJ dari Buitenzorg ditugaskan di Solo.
Tanggal 2 Juni 1929 Romo Jacobus Schots, SJ sehabis cuti dari Belanda, ditugaskan ke Solo.
Beliau mendirikan gereja di Baturetno, Wonogiri. Dan Romo HJM Koch, SJ diangkat menjadi
Pastor Paroki Purbayan. Pada awal bulan Juli 1929 lahirlah sekolah Yayasan Triyasa di
Surakarta, yang didirkan oleh tiga perkumpulan, yaituWanita Katolik, Katolik Wandawa, dan
PPKD. Sekitar tahun 1930 Romo B.Hagdorn SJ mengangkat Bapak A. Mujikuwat Sastrawinata
menjadi koster gereja yang pertama. Pada waktu itu Romo Koch, SJ mendatangkan patung-
patung dari Belanda serta dua lonceng yang diberi nama St. Maria dan St. Ignatius. Benda-benda
tersebut sampai saat ini masih ada di Gereja St. Antonius Purbayan. Menyusul kemudian tanggal
14 Januari 1930 RomoJ.Servink, SJ dari Betawi pindah ke Solo.
Tanggal 14 Agustus 1931 Romo B. Hagdorn, SJ menggantikan jabatan Romo Koch, SJ
yang telah berakhir masa tugasnya sebagai Pastor Paroki di Purbayan. Romo Hagdorn ini rajin
membina dan memberi semangat pemuda-pemudi untuk menjadi Pastor, Bruder atau Suster.
Usaha beliau tidaklah sia-sia, karena ada beberapa orang yang kemudian menjadi pastor. Sejak
saat ini, Misa Kudus pada hari Minggu menjadi tiga kali. Misa I (05.30) dengan bahasa Belanda,
Misa II dengan bahasa jawa, dan Misa III dengan bahasa Belanda. Pertambahan umat setiap
tahunnya mencapai sekitar 100 orang.
Tahun 1935 Romo Hagdorn, SJ digantikan oleh Romo C. Ruijgrok, SJ. Selama itu beliau
dibantu oleh beberapa orang pastor, diantaranya yaitu Romo A. Elfrink, MSF. Romo van Tiel
MSF, RomoJ. Schots, SJ dan Romo Chr. Hendriks MSF.
Tanggal 10 September 1938 Romo C. Verhaar, SJ mulai menjabat sebagai Pastor Paroki dan
membentuk Dewan Gereja (Dewan Paroki), yang terdiri dari ketua Romo Verhaar SJ, sekretaris
Romo Schoots, dan anggota Mr. WC Haye. Saat inilah gereja mulai diramaikan dengan berbagai
aktivitas keanggotaan, di antaranya:Koor dengan nama St. Cecillia. Koor ini dipimpin oleh
Romo Verhaar, SJ, dirigen oleh AV. Balen, organis oleh Bruder Euginius. Khusus untuk koor
Jawa dipimpin oleh Rd. C. Hardjosoebroto dan organis R. Fr. Atmapranata.
Pendidikan Banyak didirikan antara lain: Yayasan Bruderan yang dipimpin oleh Br.
Yustus. Kepala Sekolah HIS dipegang oleh Br. Seraphion, Br. Gerontius, Br. Richarius, Br.
Pancratio, Rd. C. Hardjasoebrata, dll. R.K Scharkeschool di bawah pimpinan Br. Marcellianus.
NCS oleh Br. Albertus. Yayasan suster-suster Fransiskanes dengan ketua moderator M. Corona.
Ada kelas persiapan yaitu Voorklas HIS RK Vakschool (sekolah kejuruan) dengan Kepala
Sekolah Z. Agatha. Eur Frobelschool oleh Zr. Louisine. Volksschool oleh. Pauline. St.
StanislausELS dengan kepala Sekolah F. Brand. St. Theresiaschool ELS dipimpin oleh A. Balen.
St. Melaniawerkvoor Java mempunyai beberapa sekolah untuk murid perempuan. Kerasulan
Doa, dipimpin oleh Romo Verhaar, SJ. Kongregatie Maria: Untuk pria Jawa dipimpin oleh RP.
Th. Poesposoeparto, SJ, Untuk wanita Jawa dipimpin RP.J.Schoot, SJ, Untuk muda-mudi
dipimpin R.P Verhaar, SJ, Untuk pemudi Jawa dipimpin R.P. Poesposoeparto, SJ, Kelompok
organis mudika dan Persatuan Pemudi Katolik yang dibimbing oleh RomoVerhaar, SJ.
Himpunan Pramuka Katolik.
Perkumpulan Karikatif dengan ketuanya Mevr.Van Balen, moderator Romo Verhaar, dan
sekretaris Mevr.C.Siem Adriaanse, Karya Melania dengan Ketua Mevr. F. Coeners.
Dan yang lebih penting, perayaan Misa mengalami beberapa perubahan. Kegiatan keagamaan
untuk Misa Kudus diadakan pukul 08.30 Misa Agung pukul 17.30 dan setiap Jumat pertama
diadakan Misa Kudus pukul 05.30 pukul 06.45 dan pukul 07.30 Selain itu, pada setiap Minggu
sore diadakan Lof (puji-pujian/astuti).
Oleh karena sedemikian banyaknya kegiatan yang dilakukan gereja St. Antonius
Purbayan, umatpun semakin lama semakin bertambah banyak. Maka diadakan rencana untuk
membangun gereja baru. Setiap Minggu Umat Paroki Purbayan mengadakan kolekte khusus
untuk sumbangan pembangunan gereja baru dan mengadakan kegiatan pengumpulan dana.
Bahkan Belanda juga memberikan bantuan berupa lonceng, kaki lilin, kelinting, alat-alat
perlengkapan Misa dan Tabernakel. Selain itu, juga didatangkan romo-romo MSF. Yang untuk
sementara waktu tinggal dengan romo-romo SJ di Pastoran Purbayan. Mereka itu di antaranya
Romo Chr. Hendriks MSF. Romo Elfrink MSF mendapat tugas mengurus persiapan dan
pelaksanaan pembangunan gereja
Ketika Jepang Masuk
Tahun 1942 Jepang masuk ke Indonesia dan keadaan umat mulai kacau, karena terjadi
perampokan dan penjarahan dimana-mana. Termasuk Gereja Santo Petrus yang belum lama
berdiri didatangi perampok-perampok, sehingga apa saja yang diangkut sampai habis. Akan
tetapi, berkat Tuhan dan keuletan bapak Koster yang menggunakan taktik menahan mereka,
Gereja Purbayan selamat. Setelah ada perampokan tersebut, dikeluarkan instruksi bahwa para
pastor akan diinternir dan gereja-gereja akan ditutup. Tiga tahun kemudian Jepang menyerah
kepada Sekutu dan meninggalkan Indonesa. Suasana kota Solo pun berubah menjadi cerah.
Banyak pastor tamu datang membantu paroki Surakarta, di antaranya Romo AP Purwadiharja, Pr
dan Romo L. Daroewendo, SJ. Tahun 1949 Slamet Riyadi dipermandikan dengan nama
permandian Ignatius (24 Desember); beliau dikenal sebagai pahlawan nasional.
Tahun 1950 romo Poesposoeparto digantikan oleh Romo C. Martawerdaya, SJ Dan yang
bertugas sebagai Pastor Pembantu adalah Romo AP. Purwadiharja, Pr Romo A.Tjakrawardaya,
Pr dan Romo H. Wakkers, SJ. Jumlah baptisan pada masa ini 606 orang. Ini adalah jumlah yang
paling tinggi untuk dasawarsa lima-puluhan.
Tahun 1955 Romo J. Darmoyuwono, Pr datang dan tinggal di Paroki Purbayan.
Beliaulah yang nantinya mendirikan gereja Purbowardayan sekaligus memberkatinya (1961).
Kelak dikemudian hari Romo Darmoyuwono dipilih menjadi Uskup Agung Semarang dan
kemudian diangkat menjadi Kardinal. Tahun 1958 Romo H. Wakkers SJ diangkat menjadi Pastor
Paroki Purbayan. Pada waktu itu pelajaran agama berjalan dengan baik, bahkan ada kursus guru
agama. Misa pada hari Minggu tidak hanya tiga kali melainkan sudah lima kali, setiap pagi dan
sore. Pastor Pembantu antara lain Romo. Tan Kiong Hwat,Pr, Romo A. Tjakrawardaya, Pr dan
Romo A. Rutten, SJ. Waktu itu Bruder Timotheus menciptakan wayang Katolik yang disebut
wayang wahyu. Karena mulai bulan Juli 1961 Romo Wakkers, SJ bertugas mengunjungi Sragen
dan Kedung Banteng, maka kedudukannya digantikan oleh Romo C. Prawirasuprapta, SJ.
Sebagai kenang- kenangan, Romo Prawirasuprapta membangun beberapa kamar pengakuan dosa
dan ruang pelajaran agama.
Tahun 1963 Romo Prawirasuprapta diganti oleh Romo J. Mulder, SJ sebagi Pastor Paroki
Purbayan. Dalam menjalankan tugasnya, beliau dibantu oleh Romo. G. Chetelat, SJ; Romo F.
Leber, SJ; dan Romo G. Oosthout, SJ. Sebagai kenangan, romo Mulder membangun pagar
gereja, gedung Paroki, pastoran dan menambah beberapa kursi dan bangku gereja. Pada tanggal
30 September 1965 meletuslah pertempuran G30S/PKI. Namun demikian, setiap malam Pastoran
dan gereja dijaga pemuda- pemuda Katholik yang digerakkan oleh Bapak Sudarsono. Tanggal 16
Maret 1966 terjadi banjir besar sungai Bengawan Solo. Akibatnya pastoran, gereja, susteran dan
rumah-rumah masyarakat sekitar kemasukan air cukup tinggi. Kemudian pada tanggal 12 Juni
1967 Gereja St. Antonius dari Padua Purbayan merayakan Pesta Emas. Jumlah baptisan pada
tahun ini mencapai 976 orang. Tahun 1967 – 1969 Romo Mulder cuti ke Belanda dan sebagai
pengganti sementara adalah Romo Purwohutama, SJ Pengganti Romo Mulder adalah Romo H.
Haripranata, SJ (1970-1976) yang asli kelahiran Solo. Pada masa kanak-kanaknya, beliau pernah
menjadi misdinar gereja Purbayan. Sedangkan Pastor Pembantu di antaranya Romo Wiegers, SJ;
Romo A. Sontoboedojo, SJ. Selama Romo Haripranata menjadi Pastor Paroki, kegiatan ekumene
maju pesat. Tiap awal tahun diadakan pertemuan antara pastor, suster dan bruder dengan para
pendeta dan isteri. Beliau juga turut berperan serta dalam pemugaran gereja. Pada tanggal 8
Oktober 1975 Romo Haripranata diangkat sebagai Administrator Apostolik di Keuskupan
Weetebula, Sumba. Tahun 1975 Paroki Dirjodipuran yang dirintis sejak 1969 telah berdiri,
menjadi Gereja Santo Inigo.
Tahun 1976 Pastor Kepala Paroki Purbayan dijabat oleh Romo Th. Prayitna, SJ dibntu
oleh Romo J. Groenewoud, SJ Romo B. Mardiatmadja, SJ; Romo A. Waibel, SJ; dan Romo
Wigers, SJ. Beliau memeperkenalkan ME (Marriage Encounter) bagi pasangan suami-istri
Katholik.
Pada tahun ini pula dimulainya lomba koor Cecillia Cup I.Pada tahun 1977 lahirlah CLC
(Christian Life Community) atau yang sekarang dikenal dengan nama KHK (Komunitas Hidup
Kristiani) yang didirikan dengan nama Santa Maria dan Serba Kasih (1979). Nama ini akhirnya
diganti menjadi CLC. St. Ignatius. Tahun 1980 Romo J. Madyasusanta, SJ diangkat menjadi
Pastor Paroki Purbayan dan sebagai Pastor Pembantu Romo C. Prawirasuprapto, SJ; Romo J.
Reijnders, SJ dan Romo L. Smit, SJ.Mulai 10 Januari 1980 Persekutuan Doa Pembaharuan
Kharismatik Katolik muncul dan berkembang hingga sekarang. Organisasi-organisasi
Katolikpun berkembang dengan baik; seperti WK (Wanita Katolik), demikian pula Mudikanya
selalu aktif dalam kegiatan gereja. Misa wilayah diadakan sekali dalam dua bulan. Jumlah diakon
Paroki ada 38 orang yang aktif dalam tugas Misa, Ibadat Prapaskah, Ibadat Bulan Paroki, Ibadat
Natal, Retret Wilayah dan Ibadat-ibadat lainnya. Tiap bulan Mei dan Oktober ada ibadat Rosario
di gereja yang dipimpin secara bergantian oleh wilayah-wilayah, juga sekali seminggu umat
berdoa rosario di wilayah setempat. Pada bulan Juni (sekitar 13 Juni s/d September) gereja
merayakan Bulan Paroki dengan berbagai perlombaan dan ibadat wilayah yang kemudian ditutup
dengan Bazar. Pelayanan liturgi di gereja lebih dilayani oleh wilayah-wilayah secara aktif. Dan
untuk menggiatkan kelompok koor, maka Cecillia Cup dilombakan setiap tahun. Pada tahun ini
pulalah Romo Madyasusanta membentuk panitia pembangunan gereja yang diketuai oleh Bapak
RG. Sukadio. Agustus 1983 dilaksanakan pembaharuan pengecatan gereja, juga pembaharuan
buku-buku nyanyian gereja (Madah Cinta, Natalia, Memoriam dan Pekan Suci). Diadakan
penataran-penataran untuk prodiakon dan pamong wilayah (1980), untuk para pemuka jemaat di
Syantikara Yogyakarta (1983) yang dilanjutkan di Purbayan (Maret 1984). Pada masa ini umat
yang menghadiri Misa Minggu semakin meluap, oleh karena itulah pembangunan perluasan
gereja semakin dirasa perlu segera dilaksanakan. Pada tahun 1986 Romo L Smith, SJ. diangkat
menjadi Pastor Paroki dan sebagai Pastor Pembantu Romo J Rijnders, Romo G. Sabdautama,
SJ,Romo A. Hari Hardjanta, SJ.Melanjutkan dan menyelesaikan pembangunan/pemugaran
gedung gereja. (1988) Untuk pertama kalinya Gereja Santo Antonius Purbayan dipergunakan
sebagai tempat Pentahbisan imam-imam Yesuit yang dihadiri oleh pimpinan tertinggi Pater
Jendral Serikat Yesus, yaitu Pater Hans Kolvenbach, SJ pada tanggal21-07- 1988.
Pada tahun Romo Mardi Kartono, SJ.diangkat menjadi Pastor Paroki dan sebagai Pastor
Pembantu Romo J. Abdi Pranata, SJ, Romo M Hadisiswoyo, SJ,M. Sriyanta, SJ. Pada tahun
dilakukan renovasi Goa Maria disisi kanan Pastorandan pada tanggal 13-06-1991 memperingati
Hari Ulang Tahun Geraja Santo Antonius Purbayan ke 75 (kegiatan perayaan dimulai pada
tanggal 13 Juni s/d 10 Nopember 1991). Tahun 1994 Romo M. Sriyanta, SJ. Pastor Paroki dan
sebagai Pastor Pembantu Romo J Abdi Pranata, SJ, Romo M Hadisiswoyo, SJ. Pada masa Pastor
Paroki dipimpin Romo M. Sriyanta, SJ dilakukan Pembangunan Gedung Paroki yang baru
(1995). Tahun 1996 Romo FX Wirjapranata, SJ diangkat menjadi Pastor Paroki dan sebagai
Pastor Pembantu Romo Suyudanta, SJ, Romo Alb. Hartana, SJ, Romo A.M. Roni Nurhayanto,
SJ, Romo J. Wiharjono, SJ. Pada Tahun 2004 Romo R. Wegig Wahono, SJ diangkat menjadi
Pastor Paroki dan sebagai Pastor Pembantu Romo R. Kurris, SJ, Romo Alb. Warno
Tribowo,SJ,Romo Martin Suhartono, SJ, Romo C.Teguh Budiarto,SJ.Dilakukan pembangunan
Gua Maria disisi kiri Pastoran, renovasi interior dan eksterior gereja. Romo A. Puja Harsana,
SJ,diangkat menjadi Pastor Paroki (2009 -2011)dan sebagai Pastor Pembantu Romo Alb. Warno
Tribowo, SJ, Romo R.Kurris, SJ, Romo A. Mangun Hardjana, SJ, Romo P. Suradibrata,
SJ,Romo J. Moerti Yoedho Koesoemo, SJ, Frater Vincent Haryanto, SJ.Pada masa itu terbentuk
Credit Union (CU) Cempaka. Saat ini para romo yang berkarya melaksanakan tugas
penggembalaan di Paroki Santo Antonius Purbayan: Romo Alb. Mardi Santosa, SJ selaku Pastor
Paroki dan sebagai Pastor pembantu: Romo A. Mangun Hardjana, SJ; Romo. P. Suradibrata, SJ;
Romo. J. Moerti Yoedho Koesoemo, SJ.
STRUKTUR GEREJA KATOLIK ROMA
1. PAUS
Paus adalah pemimpin tertinggi umat Katolik. Selain sebagai pemimpin Agama Katolik,
beliau juga seorang Kepala Negara yang berdaulat, yaitu Negara Kota Vatikan. Paus merupakan
wakil Tuhan Yesus didunia. Paus memiliki sebutan The Holy Father atau Bapa Suci dan
mempunyai status Infalibilitas Paus yang berarti ia terjaga dari dosa, “Pope do not wrong”.
2. Dewan Kardinal
Kardinal merupakan pembantu dan dewan penasihat Paus yang diangkat langsung oleh
Paus. Seorang Kardinal harus berumur kurang dari 80 tahun. Selanjutnya, Kardinal ada yang
tinggal di Vatikan yang biasanya memimpin suatu Konggregasi (Kementerian), dan ada pula
yang tinggal di luar Vatikan yang memimpin sebuah Keuskupan Agung atau setingkat gubernur
yang memimpin provinsi dalam struktur pemerintahan. Kemudian ada pula Uskup yang
memimpin beberapa Kevikepan dalam satu Provinsi.
3. Pastor Kepala Vikep dan Pastor Kepala Paroki
Vikep adalah akronim dari Vikaris Epis Kopalis, merupakan satu bagian lebih kecil dari
Keuskupan dan terdiri dari bebrapa Paroki dalam satu kota. Vikep dipimpin oleh seorang Pastor
yang disebut KepalaVikep. Paroki adalah paguyuban Pastor dan umat Katolik dalam satu
wilayah. Secara administratif, Paroki adalah gereja dan umat Katolik di dalamnya yang
membentuk paguyuban orang beriman Katolik. Dalam satu Paroki dipimpin oleh seorang Pastor
Kepala Paroki.
4. Perkembangan Umat Paroki St. Antonius Purbowardayan
Perkembangan umat Paroki St. Antonius Purbayan akan dijelaskan berdasarkan data yang
ada, meliputi data sakramen baptis, sakramen perkawinan, data kematian dan jumlah umat.
5. Sakramen Baptis
Dari tahun-ke tahun sejak berdirinya tahun 1916, Paroki St. Antnius Purbayan tidak
tinggal diam dalam hal pengembangan umat melalui sakramen baptis yang diterimakan kepada
umat Katolik. Pada awalnya, baptisan masih merupakan pembinaan dari para Pastor, belum
terlalu banyak umat yang terlibat dalam pembinaan calon baptis seperti sekarang ini sebagai
Katekese (pembimbing agama Katolik). Dari data-data yang terhimpun, sebelum resmi Gereja
St. Antonius dijadikan sebuah Paroki telah tercatat baptisan pertama dari Surakarta terjadi pada
tahun 1859 atas nama Anna Catharina Weynschenk, catatan baptisnya ada di Paroki St. Yusuf
Gedangan Semarang. Di tahun berdirinya (1916), Paroki St. Antonius mencatat 74 umat resmi
dibaptis. Setelahnya, perkembangan umat yang dibaptis telah menunjukkan pertambahan, karena
setiap tahunnya St. Antonius dapat selalu menyelenggarakan sakramen baptis. Jumlah umat
paling banyak yang mengikuti sakramen baptis terjadi pada tahun 1967, yaitu sebanyak 967
umat. Dari jumlah tersebut bukan sepenuhnya dari Paroki St. Antonius, tetapi ada yang dari
Paroki lain. Perbandingannya 60% umat Paroki St. Antonius dan 40% umat Paroki lain.
6. Sakramen Perkawinan
Sejak tahun 1916 Paroki St. Antonius telah berhasil menyelenggarakan sakramen
perkawinan Tercatat di tahun 1916 terdapat 7 pasangan yang menerima sakramen perkawinan di
Paroki St. Antonius. Dalam perkembangannya, jumlah penerimaan sakramen perkawinan terus
mengalami perubahan naik dan turun dan tidak semua pasangan tersebut berasal dari Paroki St.
Antonius. Seperti halnya pada tahun 1973, tercatat 170 pengantin dengan perbandingan 80% dari
Paroki St. Antonius dan 20% umat dari paroki lain.
7. Data Kematian
Data umat meninggal yang tercatat di Paroki St. Antonius dimulai dari tahun 1927, saat
itu tercatat 17 umat meninggal. Sejak tahun 1927 terus dicatat data umat meninggal, walupun
begitu data tidak selalu menunjukkan realitasnya. Hal tersebut dikarenakan tidak selalu keluarga
umat yang meinggal melaporkan kematian ke pihak Gereja. Gereja pun memaklumi hal itu,
mengingat kondisi psikologis keluarga yang ditinggalkan, juga mungkin repot mengurus
pemakaman. Tidak mudah menentukan berapa persisnya jumlah umat Paroki St. Antonius sejak
berdirinya hingga sekarang, karena sejak awal hingga tahun 1960 tidak tercatat secara pasti
berapa jumlahnya. Baru tahun 1960 mulai tercatat jumlah umat di Paroki St. Antonius, yaitu
terdapat 2.350 umat. Angka itu pun masih sulit dibuktikan kebenarannya, angka tersebut hanya
semacam angka perkiraan, karena angka tersebut dapat bergeser sedikit demi sedikit. Ditambah
lagi sejak tahun 1940 telah diresmikan Gereja St. Petrus Purwosari, sehingga jumlah umat pun
kurang bisa dipastikan.
8. Pastor di Paroki St. Antonius Purbayan
Gereja St. Antonius Purbayan berdiri pada bulan November 1916. Dengan diangkatnya
C. Stipout SJ sebagai Pastor Paroki yang pertama di Gereja St. Antonius. Gereja St. Antonius
merupakan Gereja Katolik pertama dan yang tertua di Surakarta.Gereja ini belum pernah berubah
fungsinya hingga saat ini sebagai tempat peribadatan umat Katolik. Pada tahun (1986-1988)
pernah dilakukan pemugaran dan pelebaran pada sisi dalam tanpa mengurangi sisi historis dan
fungsi bangunan. Gereja ini sangat strategis di sebelah Balaikota Surakarta sebagai pusat
pemerintahan dan perdagangan Pasar Gede Hardjonagoro, juga berada pada kawasan bangunan-
bangunan kuno yang dilindungi seperti Pasar Gedhe, Benteng Vasternburg, Kraton, dan Bekas
Hotel Yuliana sekarang ditempati Kantor CPM Kota Surakarta. Sejak Paroki St. Antonius
Purbayan berdiri tahun 1916 sampai sekarang (2014) kurang lebih Pastor Kepala yang menjabat
di Paroki St. Antonius sudah berganti sebanyak 22 kali. Pastor Kepala yang menjabat pertama
kali di Paroki St. Antonius adalah Pastor C. Stiphout, SJ dengan surat pengangkatan pada tahun
1918. Dan Pastor Kepala yang menjabat di Paroki St. Antonius saat ini adalah Pastor Albertus
Mardi Santoso, SJ.Pastor yang berkarya di suatu Paroki biasanya terdiri dari 3-4 Pastor
tergantung seberapa besar Paroki tersebut. Pastor ditempatkan di suatu Paroki berdasarkan Surat
Keputusan (surat tugas) dari Uskup Agung, rata-rata para Pastor ditempatkan di Paroki selama 4-
6 tahun, setelah itu mereka dipindahkan lagi di Paroki lainnya. Dalam satu Paroki seorang Pastor
tinggal di dalam rumah yang disebut Pastoran, biasanya didirikan di halaman sekitar gereja
a. Sejarah Wilayah-Wilayah
Penyusunan sejarah wilayah bertujuan agar kalangan Generasi Muda dapat mengetahui
perkembangan Gereja di Wilayahnya. Penyusunan sejarah wilayah- wilayah terbagi dalam 12
wilayah yaitu:
b. Wilayah Timuran
Wilayah Timuran mulai dirintis sekitar tahun tahun 1995 oleh Bp. F.X Hadisiswoyo yang
menjabat sebagai pamong pada saat itu. Terletak di ujung paling barat dari wilayah Paroki
Purbayan. Di sebelah barat berbatasan dengan wilayah Paroki Purwasari. Sebelah utara
berbatasan dengan wilayah Keprabon, dan di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah
Kemlayan. Wilayah Timuran yang jumlah umatnya sekitar 60 KK atau lebih kurang 200 jiwa,
terbagi dalam tiha lingkungan yaitu, lingkungan Oktavianus yang meliputi wilayah Timuran
sebelah Timur, Lingkungan Olga meliputi wiilayah Timuran sebelah Barat, dan sisanya adalah
lingkungan Oscar.
c. Wilayah Keprabon
Wilayah Keprabon berdiri sekitar tahun 1948 bersamaan dengan Clash Belanda yang ke
II saat itu umat Keprabon memiliki semangat juang yang sangat tinggi. Perkembangan umat
wilayah Keprabon memang cepat sekali. Drai jumlah penduduk Kalurahan Keprabon hamper
30% nya beragaman Katolik. Keberhasilan ini tidak lepas dari kiat pamong wilayah yang juga
didukung oleh umatnya. Tentu saja, kerja sama yang baik pasti akan menghasilkan sesuatu
yangbaik pula. Jalan yang ditempuh untuk pengembangan umat dilakukan lewat sekolah Minggu
(untuk anak-anak), pelajaran agama (untuk orang tua/dewasa), dan ibadat-ibadat sabda.
Sedangkan untuk pembinaan untuk dilakukan dengan cara mengadaan doa ibadat sabda secara
rutin, doa Rosario, berziarah, relokasi, dan masih banyak lagi.
d. Wilayah Ketelan
Wilayah ini berdiri sekitar tahun 1964, terletak di ujung kawasan keparokian Purbayan. Ia
berbatasan dengan dengan poroki lain:
 Wilayah Ke Selatan, masuk Paroki Purbowardayan: di sebelah Utara
 Wilayah Timuran, masuk paroki purbayan: di sebelah Selatan
 Wilayah Punggawan, masuk Paroki Purwasari: di sebelah Barat
 Wilayah Pringgading, masuk Paroki Purbayan: di sebelah Timur
Letak geografisnya dikelilingi oleh paroki Purwasari dan Purbowardayan, tidak
mengherankan jika wilayah Ketelan mempunyai ciri tersendiri yang tak dimiliki oleh wilayah-
wilayah lain. Nama wilayah ini muncul sekitar tahun 1983, yang sebelumnya masih bernama
Kring Ketelan. Wilayah Kebalen Dilihat dari letak geografisnya, wilayah ini adalah wilayah
yang paling dekat dengan Paroki, bahkan dapat dikatakan bersebelahan dengan Gereja Purbayan.
Pada tahun 1963 masih merupakan Kring. Dan kini wilayah Kebalen merupakan wilayah yang
aktif di segala kegiatan baik yang diadakan oleh wilayah sendiri maupun Paroki. Maka sudah
sepantasnyalah apabila wilayah ini pernah menjadi Juara Umum dan lomba Bulan Paroki
Purbayan.
e. Wilayah Pringgadingri
Wilayah ini terletak di jantung koa Solo; tepatnya di kampong Pringgading Jogobayan
Kalurahan Setabelan Kecamatan Banjarsari, Kota Madya Surakarta atau disebelah barat daya
Gereja Sy. Antonius Purbayan. Secara geografis, wilayah Pringgading terdiri dari 65% rumah
pemukiman/penduduk dan 35% pertokoam/pasar/gudang. Adapun pembagian lingkungannya
yaitu: Lingkungan Elizabeth terketak di kampung Pringgading: mulai dari jalan S. Parman
sampai Apotik Widuran.
f. Wilayah Sudiroprajan
Wilayah ini berdiri sekitar tahun 60-an dipunggawani oleh Bp. Marwoto dengan jumlah
umat saat itu 25-30 orang.
g. Wilayah Gandekan
Berdiri pada sekitar tahun 1940, yang waktu itu ditandai dengan pembabtisan delapan
orang, telah menunjukkan identitas dirinya sebagai wilayah yang harus diatur secara
administrativeoleh parokiPurbayan. Wilayah ini terbagi dalam tiga lingkungan yakni lingkungan
St. Johanes, St. Julius, dan St. Joseph ini menunjukkan perkembangan umat yang sangat pesat.
h. Wilayah Sangkrah
Luas wilayah ini adalah 1.250.000 ha, wilayah ini mampu menghasilkan pertambahan
umat Katholik sekitar 2,71% pertahun. Mereka memiliki strategi/pola kebijaksanaan tertentu
yang dipakai untuk mengelola umat di wilayahnya.
i. Wilayah Kampung Sewu
Pada tahun 1964 wilayah Kampung Sewu mulai terstruktur dan ditata sgal bentuk- bentuk
administrative yang ada. Perkembangan umat di wilayah ini cukup membanggakan.
j. Wilayah Ngrayapan
Terletak di tepi sungai Bengawan Solo dengan tinggi daerah lebih kurang 94 meter di
atas permukaan air laut, dengan luas wilayah 203. 555 ha. Wilayah ini baru terbentuk sekitar
tahun 1978.
k. Wilayah Kronelan
Terletak di kevamatan Mojolaban, kabupaten Dati II Sukoharjo, mempunyai spesifikasi
tersendiri dalam upaya pengembangan umat Katolik di wilayahnya.
l. Wilayah Kepatihan
Wilayah ini dibatasi oleh kali Pepe, jalan Urip Sumoharjo, simpang P.T konimex ke barat
sampai Apotik Widuran ke utara. Berdiri sejak tahun 1964.
B. SEJARAH MASUKNYA DAN PERKEMBANGAN GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ)
MARGOYUDAN
Setelah melalui berbagai persiapan, diputuskan bahwa kelompok Margoyudan yang
beranggotakan Orang Jawa dan Tionghoa didewasakan sebagai Geraja. Pada tanggal 13 April
1916 di adakan pilihan anggota majelis pertama yang terdiri dari empat orang tua-tua dan 2
orang diaken, yaitu tua-tua: Bp. Dutakaryono, Bp. Mangunharjo, Bp. Pawirotaruno dan Bp. Siew
Siauw Tjong; Diaken, Bp. Herman Joyohusodo, Bp. Irodikromo. Majelis ini dipimpin Dr. H.A.
Van Andel sendiri. Majelis ini bertugas merawat orang Kristen di Seluruh Surakarta. Dengan
telah terpilihnya anggota majelis pada 13 April 1916 itu, maka hari Minggu 30 April 1916
diresmikan terbentuknya Majelis serta berdirinya Gereja Kristen Jawa Margoyudan.
Dengan dibukanya sekola-sekolah Kristen serta Poliklinik Kristen, bertambahlah tenaga
penginjil yang terdiri dari guru dan jururawat, dan bertambahlah pula tenaga yang didapat
disiapakan untuk turut dalam pelayanan jemaat. Akibatanya jumlah warga mulai berkembang.
GKJ Margoyudan tak mampu lagi mengurusi warganya yang semakin lama semakin banyak.
akhirnya diputuskan untuk adanya pendewasaan di tempat lain. GKJ Margoyudan sudah
disibukan dengan melakukan pelayanan kepada warga Solo, dan mulai tahun 1924- tahun 1937
bermunculan berdirinya Gereja yang didewasakan.
Tahun 1924. Berdirinya GKJ Klaten dan GKJ Prambanan
Tahun 1928 / awal 1929. Jemaat Kristen dalam kota Solo dibiakan menjadi 3 Jemaat,
yaitu:
 GKJ Margoyudan dengan daeran PI bagian utara dan Timur
 GKJ Danukusuman dengan daerah PI bagian selatan
 GKJ Tumenggungan dengan daerah PI bagian Barat
 GKJ Danukusuman yang dahulu, menjadi GKJ Joyodiningratan GKJ Tumenggungan
yang dahulu, menjadi GKJ Manahan
 Tahun 1928. Berdirinya GKJ Sragen, Induknya di Gondang
 Tahun 1930. Berdirinya GKJ Wonogiri 1934. Berdirinya GKJ Delangu dan GKJ Pedan
 Tahun 1935. Berdirinya GKJ Kartosura
 Tahun 1937. Berdirinya GKJ Karanganyar Meskipun namanya disebut Jemaat dewasa,
tetapi masih perlu dibimbing terus oleh para pendeta utusan. Jemaat-jemaat itu disebut
Gereja Muda sampai Maret 1942, pada waktu datangnya pemerintah Jepang.Ketika
Gereja Margoyudan telah memiliki pendeta (tahun 1932), masih menerima bantuan dari
Gereja Delf senilai 40 Gulden (rupiah Belanda), untuk menyewa gereja dan Pastori.Masa
Pendudukan JepangDengan menyerahnya pemerintah Hindia Belanda kepada Balatentara
Dai Nippon (Jepang) pada tanggal 5 Maret 1942 mengakibatkan timbulnya berbagai
kesulitan bagi GKJ Margoyudan antara lain:
 Pendeta-pendeta Belanda di tawan Jepang(18/03/1942)
 Hubungan dengan Gereja Belanda di Delf putus
 GKJ Margoyudan belum mempunyai Pendeta
 Segala aliran yang berbau Belanda dilenyapkan (termasuk agama Belandan dan
Bahasa Belanda)
 Pegawai Zending tidak dapat Gaji
 Sekolah Zending ditutup untuk beberapa waktu, menunggu pengumuman
Pemerintah Bantuan dari Partner berhenti
 Mengenai urusan harta benda musuh, Gereja dan alat-alatnya harus didaftar.
Menjelang datangnya Jepang. Dr. H. A. Van Andel sempat berpesan: Menawi kita
nitipriksa babad pasamuwan Kristen wiwit jaman kina, tansah pinanggih cariyos.
bilih. Malah salebeting jaman Karibetan ageng punika, para pasumuwan katuntun
dhateng kawasanipun lan badhe madeg diwasa bokmenawi jaman karibedan
semangke punika sampun dados kersanipun Allah murih pasamuwan enggal
diwasa. Gedung Gereja pernah diminta Jepang untuk Kantor Seinendan. Waktu
itu Jepang telah berhasil menduduki gedung-gedung milik kasunanan, milik
Mangkunegaran. Pasturan, Bruderan, dan sebagainya untuk kepentingan Jepang
 Kemunduran Anggota Gereja.
Penghidupan semakin sulit. Pada zaman Belanda sebagian besar warga Geraja adalah
pegawai Zending. Terutama guru dan Jururawat Kristen. Karena pegawai Zending tidak
menerima gaji banyak pegawai Zending yang terjun dalam dunia dagang, makelar dan
sebagainya dan hal ini mempengaruhi kegerejaanya. Pegawai Zending dituduh pengikut setia
Belanda. Untuk menghindari tindakan itu beberapa orang ingin mengubah aturan Gereja dan
mengadakan kebaktian sendiri. ada pula yang takut ke Gereja.Dalam keadaan yang suram ini
warga GKJ Margoyudan di rumah sakit Jebres memisahkan diri dan membentuk Gereja sendiri
atas bantuan GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan). Pada tahun 1944 (zaman Jepang) GKJ
Margoyudan mengalami kemunduran dan perpecahan.Dalam Zaman Revolusi Kemerdekaan
Pada tahun 1950, Setelah penyerahan kedaulatan, maka pada tahun 1950 Gereja mulai mengatur
kegiatan kembali. Dengan dibukanya kembali sekolah-sekolah Kristen. Maka pertumbuhan
Gereja semakin pusat. Tahun 1952, jemaat memperluas gedung gereja induk, di Margoyudan.
Sejak saat itu pemberitaan injil diaktifkan, dan pembinaan warga di giatkan kembali.Tahun 1959,
GKJ Margoyudan memanggil pendetanya yang ketiga yaitu Bp. Ds. Urip Hartoyo. Dan pada
tahun 1964, beliau dipindahkan ke Yogyakarta. Tahun 1964, Jemaat memanggil pendetanya yang
ke empat yaitu Bp. Ds. E. Trimodo Rumpoko STh. Tahun 1970, GKJ Margoyudan memanggil
pendetanya yang kelima yaitu Bp. Ds. Setyowardoyo STh. Tahun 1967, GKJ Margoyudan
menerima Subyantoro. Tahun 1972, GKJ Margoyudan memanggil Bp. Suwardi SmTh sebagai
pembantu pendeta di GKJ Margoyudan. Tahun 1975, GKJ Margoyudan memanggil pendetanya
yang ke enam yaitu Bp. Ds Immanuel Sugito STh. Tahun 1976, GKJ Margoyudan memanggil
pendetanya yeng ke 7 yaitu Bp. Ds. Winoto Hadikusumo.

 Perkembangan Gereja Margoyudan


Perkembangan Jumlah Warga Tahun 1895 - 1969: 9297 Tahun 1972 - 1986: 50417
Bangunan milik GKJ Margoyuda Pastori: 3 buah Di Purbowardayan Di Ngemplak Rejosari Sala
Di Selokaton Gedung Gereja. Pada tahun 1966 memiliki dua buah gedung Gereja, di Induk
Margoyudan dan di Ngegot.pada tahun 1986 setelah dikurangi gereja-gereja yang didewasakan,
bangunan gereja berjumlah 10 buah, yaitu: Di induk Margoyudan, Selokaton, Ngamban,
Watuireng, Genjikan, Gemolong, Pilangrembes (darurat), Petoran, Ngasinan, Ngoresan.
Bangunan Yang lain Rumah Perawatan jempon di kepatihan kulon solo Gedung Wisma Remaja
jl. Monginsidi 6, Solo. Gedung Kegiatan dibelakang Gereja Induk.
 Arsitektur Gereja
GKJ Margoyudan yang terletak di Jalan Monginsidi No 44 Solo, bisa disebut sebagai cikal bakal
dari keberadaan Kristen Jawa di wilayah Solo dan Surakarta. Gereja ini didirikan oleh orang
Belanda bernama Stegerhoek. Meski Stegerhoek orang Belanda, bangunan gereja adalah murni
bangunan dengan arsitektural gaya Jawa. Hal ini terlihat bentuknya, yaitu joglo yang memanjang.
Apalagi bangunan di dalamnya pun masih kental dengan nuansa etnik Jawa. Tiang-tiang
penyangga bangunan terbuat dari kayu dengan kursi rotan terjejer sebagai tempat duduk jemaat
ketika melakukan kebaktian. Kemudian di samping kanan kiri, terlihat jendela khas Jawa, di
mana jendelanya tidak terlalu panjang Kemudian di atasnya terdapat ornamen kaca. Ornamen ini
juga terlihat Njawani yaitu ornamen gunungan yang menjadi simbol penting dalam budaya Jawa.
Gunungan ini biasa digunakan dalam wayang kulit atau arak-arakan keraton dalam upacara adat.
Semakin menambah kental nuansa Jawa adalah tulisan yang menempel di dinding di bagian
altar. Tertulis salah satu ayat dari Alkitab yang di Bahasa Jawakan. Bahkan pada awalnya tulisan
ini malah dalam bentuk akasara Jawa. Kemudian untuk kebaktian juga menggunakan pengantar
dengan Bahasa Jawa Krama Inggil (bahasa tingkatan paling halus dalam Bahasa Jawa).
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Surakarta atau biasa dikenal dengan Solo adalah kota dengan budayanya yang kental.
Kota yang merupakan bekas daerah kerajaan Mataram Islam ini selama beratus-ratus tahun juga
banyak bercampur dengan budaya colonial. Pengaruh dari colonial ini tidak hanya dalam bidang
politik dan ekonomi namun juga dalam bidang keagamaan dan kebudayaan.
Gereja adalah salah satu bukti dimana pengaruh colonial dalam bidang agama dan
budaya. Gereja Santo Antonius Purbayan dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Margoyudan
merupakan salah satu bentuk dari pengaruh colonial. Gereja yang telah berumur hampir satu
abad ini menjadi saksi sejarah dalam perkembangan agama Katolik dan Kristen di Surakarta.
melihat perannya yang begitu penting maka bangunan kedua gereja tersebut mendapat
penghargaan sebagai cagar budaya yang patut dilestarikan.
Kedua gereja tersebut memiliki keunikannya masing-masing terutama dari segi arsitektur.
Gereja Santo Antonius Purbayan memiliki corak arsitek bergaya gotik yang sangat identik
dengan bangunan-bangunan gereja yang ada di Eropa. Sedangkan untuk Gereja Kristen Jawa
Margoyudan memiliki gaya arsitek yang ketal dengan budaya jawa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Boelars, H. J. (2005). indonesia: Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi Gereja


Katolik Indonesia,(yogyakarta: kanisius.
2. heuken, a. (1989). ensiklopedia populer tentang katolik di indonesia, (Yogyakarta:
Yayasan Loka Carake.
3. Ricklefs, M. C. (1991). Sejarah Indonesia Modern. (Yogyakarta: Gajah Mada
University).

Anda mungkin juga menyukai