Anda di halaman 1dari 26

PROSEDUR PENGUKURAN

KEBISINGAN DI TEMPAT KERJA


Menurut Kep-48/MENLH/11/1996 No.
32, “ kebisingan adalah bunyi yang
tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu
tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan”
• Menurut Patrick (1977): “kebisingan dapat pula
diartikan sebagai bentuk suara yang tidak sesuai
dengan tempat dan waktunya.
• Menurut Ikron I Made Djaja, Ririn A.W, (2005)
bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang
dapat mengganggu dan atau membahayakan
kesehatan.
• Berdasarkan pengertian tersebut, kebisingan
terjadi bila ada bunyi di linkungan.
TUJUAN
• Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara mengoperasikan alat
pengukur kebisingan.
• Tujuan Khusus
 Mengukur tingkat kebisingan di

lingkungan kerja.
 Mengetahui prinsip kerja dan cara

pemakaian alat ukur kebisingan.


MANFAAT
 Mengetahui tingkat kebisingan di
lingkungan kerja.
 Mampu mengoperasikan alat ukur
kebisingan.
• Perbedaan frekuensi dan intensitas
menyebabkan adanya jenis-jenis kebisingan yang
memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu :
1. Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekuensi
sempit, misalnya suara mesin gergaji sirkuler
2. Kebisingan terputus-putus (intermittent) misalnya
lalu lintas, suara pesawat terbang dibandara.
3. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise)
misalnya tembakan meriam, ledakan.
4. Kembisingan implusif berulang misalnya suara
mesin tempa.
Tipe kebisingan lingkungan yang tertuang dalam
KMNLH (1996)

TIPE URAIAN
Kebisingan di antara jumlah kebisingan yang dapat
dengan jelas dibedakan untuk alasan-alasan akustik.
Kebisingan Spesifik Seringkali sumber kebisingan dapat di identifikasikan.

Kebisingan yang tertinggal sesudah penghapusan seluruh


kebisingan spesifik dari jumlah kebisingan di suatu
Kebisingan Residual tempat tertentu dalam suatu waktu tertentu.

Semua kebisingan lainnya ketika memusatkan perhatian


pada suatu kebisingan tertentu.
Kebisingan Latar Belakangan
Sedangkan berdasarkan atas pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat
dibagi atas 3 (Soeripto, 2008):
o Bising yang mengganggu (irritating noise), intensitasnya tidak keras.
Misalnya orang yang mendengkur.
o Bising yang menutupi (masking noise) merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja, karena teriakan atau
isyarat tanda bahaya tenggelam dalam kebisingan dari sumber lain.
o Bising yang merusak (damaging/injurious noise), ialah bunyi yang
intensitasnya melampaui Nilai Ambang Batas (NAB), bunyi jenis ini akan
merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
c. Sumber-Sumber Kebisingan
Dilihat dari sifat, sumber kebisingan dibagi menjadi dua yaitu:
o Sumber kebisingan statis, misalnya pabrik, mesin, tape, dan lainnya.
o Sumber kebisingan dinamis, misalnya mobil, pesawat terbang, kapal laut, dan
lainnya.
Sedangkan sumber bising yang dilihat dari bentuk sumber suara yang
dikeluarkannya ada dua:
 Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu titik/bola/lingkaran. Contohnya
sumber bising dari mesin-mesin industri/mesin yang tak bergerak.
 Sumber bising yang berbentuk sebagai suatu garis. Contohnya kebisingan
yang timbul karena kendaraan-kendaraan yang bergerak di jalan
Berdasarkan letak sumber suaranya, kebisingan dibagi menjadi:
Bising interior. Merupakan bising yang berasal dari manusia,
alat-alat rumah tangga atau mesin-mesin gedung yang antara
lain disebabkan oleh radio, televisi, alat-alat musik, dan juga
bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin yang ada digedung
tersebut seperti kipas angin, motor kompresor pendingin,
pencuci piring, dan lain-lain.
Bising eksterior. Bising yang dihasilkan oleh kendaraan
transportasi darat, laut, maupun udara, dan alat-alat konstruksi.
Pengukuran Kebisingan
• Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda.
• Unit untuk mengukur intensitas bunyi adalah desibel
(dB).
• Kebisingan dapat menggangu karena frekuensi dan
volumenya.
• Menentukan tingkat bahaya kebisingan, perlu
dilakukan monitoring dengan alat, seperti Noise Level
Meter dan Noise Analyzer
• Mengidentifikasi paparan menggunakan
Peralatan audiometric.
• Ada tiga cara atau metode dalam pengukuran
akibat kebisingan dilingkungan kerja, yaitu
1. Pengukuran dengan titik sampling.
2. Pengukuran dengan peta kontur.
3. Pengukuran dengan gird.
1. Pengukuran dengan titik sampling
 Bila kebisingan diduga melebihi batas hanya pada
satu atau beberapa lokasi saja.
 mengevaluasi kebisingan yang disebabkan oleh
suatu peralatan sederhana.
 Jarak pengukuran dari sumber harus
dicantumkan
 Memperhatikan arah mikrofon alat ukur yang
digunakan.
2. Pengukuran dengan peta kontur
 Membuat gambar isoplet pada kertas berskala
yang sesuai dengan pengukurannya yang dibuat.
 Membuat kode pewarnaan untuk menggambar
keadaan kebisingan
3. Pengukuran dengan gird
 Membuat contoh data kebisingan pada lokasi
yang diinginkan.
 Titik-titik sampling harus dibuat dengan jarak
interfal yang sama diseluruh lokasi.
• Peralatan pengukuran kebisingan, antara
lain sound survey meter, sound level meter,
octave band analyzer, narrow band
analyzer, dan lain-lain.
Nilai ambang batas kebisingan dan Standar
Kebisingan
• Nilai ambang batas ditempat kerja adalah
intensitas tertinggi dan rata-rata yang masih
dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang
tetap.
• Nilai batas ambang kebisingan adalah 85 dB
bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.
Waktu maksimum untuk bekerja
Standar atau kriteria kebisingan berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.718/Men/Kes/Per/XI/1987.
ALAT DAN BAHAN
a. Integrating Sound Level Meter (SLM)
Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan
pada frekuensi yang berbeda-beda dan untuk mengukur
intensitas bunyi dengan frekuensi tertentu.
b. Noise Dosimeter
Merupakan sound level meter yang digunakan untuk
mengukur dose paparan bising hubungan dengan
waktu, alat ini dipergunakan pengukuran kebisingan
personal yang diterima oleh pekerja selama 8 jam/hari
terutama bagi tenaga kerja yang berpindah-pindah.
CARA KERJA
1) Tentukan lokasi dan titik pengukuran
2) Tekan tombol on pada sound level meter
3) Tekan tombol respon (jenis suara) slow/fast
4) Atur tombol jaringan A atau C
5) Baca angka yang tertera pada monitor
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan
Industri, Standart tingkat kebisingan di ruang kerja tanpa
pelindung maksimal 91 dBA selama 2 jam. Berdasarkan
pengukuran yang telah dilakukan, tingkat kebisingannya
adalah 89,7 dBA. Hal tersebut menandakan bahwa tingkat
kebisingan tersebut tergolong normal dan dapat
dikategorikan sebagai zona aman tanpa pelindung.
Pengendalian
 Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar terhindar
dari kebisingan.
 Sumber bising dapat dikendalikan dengan beberapa cara antara
lain: meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman
pohon, peninggian tembok, membuat bukit buatan, dll
 Rekayasa peralatan (engineering control), pastikan memilih
peralatan dengan efek kebisingan paling rendah, mesin dengan
intensitas kebisingan tinggi jauhkan dari area yang terdapat
banyak pekerja disana.
Jika mesin tersebut masih bising lakukan pemasangan barier,
pasang peredam jika perlu total enclosure / partial enclosure.
 Untuk Tahap Administrasi bisa melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Berlakukan area tersebut sebagai area terbatas, hanya boleh
dimasuki personil yang terlatih, menggunakan Alat Pelindung
Pendengaran
b. Pengaturan jadwal kerja sesuai NAB, misal 85 dBA bekerja
selama 8 jam, 88 dBA bekerja selama 4 jam, dst.
 Alat Pelindung Diri / Alat Pelindung pendengaran
Pemakaian Alat pelindung pendengaran adalah upaya terakhir
dalam upaya pencegahan gangguan pendengaran, ada 2 jenis :
a. Ear plug / sumbat telinga
b. Ear muff / tutup telinga
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan,
tingkat kebisingan tidak melewati NAB tetapi masuk
zona kuning yang ditentukan oleh Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri.
Dengan tidak adanya hasil pengukuran yang
melebihi NAB maka wilayah kerja tersebut aman untuk
dilakukan aktivitas kerja tanpa ada pengendalian atau
pencegahan kebisingan.

Anda mungkin juga menyukai