Anda di halaman 1dari 26

FAKTOR FISIK (KEBISINGAN, GETARAN, TEKANAN PANAS, PENCAHAYAAN)

DASAR-DASAR K3

Disusun oleh:

1. Diana Arum Sari


2. Erni Tri Wulandari
3. Ferdian Akhmad Ferizqo
4. Ulfa Amelia

DIV TINGKAT 2

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

2013
1. Pengertian Kebisingan

Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No:Kep.Men-


48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha
atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa, dan
sistem alam.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak
dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan.
Berdasarkan Permenakertrans No PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011
kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-
alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran.

Dalam rangka perlindungan kesehatan tenaga kerja kebisingan diartikan


sebagai semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran (Sumamur, 2009).

Sementara dalam bidang kesehatan kerja, kebisingan diartikan sebagai suara


yang dapat menurunkan pendengaran, baik secara kualitatif (penyempitan spektrum
pendengaran) maupun secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran),
berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, dan pola waktu (Buchari, 2008).

2. Jenis-Jenis Kebisingan

1. Bising yang kontinyu

Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus.

Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. bising ini relatif

tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut, seperti

suara kipas angin, suara mesin tenun.


Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai

frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, katup

gas.

2. Bising terputus-putus

Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung

secar tidak terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas,

kendaraan, kapal terbang, kereta api

3. Bising impulsif

Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu

sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan

suara ledakan mercon, meriam.

4. Bising impulsif berulang

Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya mesin

tempa.

Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas :

1. Bising yang mengganggu (Irritating noise).

Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya

mendengkur.

2. Bising yang menutupi (Masking noise)

Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung

bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja , karena

teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)

Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini

akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

3. Tujuan

- Untuk mengurangi risiko penyakit akibat kerja ( tuli )


- Meningkatkan produktifitas pekerja.

4. Standar / Peraturan

1. Menurut Kepmenkes RI Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002

Tingkat kebisingan di ruang kerja maksimal 85 dBA. Sedangkan tingkat pajanan

kebisingan maksimal selama 1 (satu) hari pada ruang proses ( industri ) adalah

sebagai berikut :

2. Menurut Permenakertrans Nomor PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011

Catatan :

Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.


3. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : KEP-48/MENLH/11/1996

baku tingkat kebisingan sebagai berikut ;

Keterangan : *) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan

5. Masalah Kebisingan

Setiap tenaga kerja memiliki kepekaan sendiri-sendiri terhadap kebisingan, terutama

nada yang tinggi, karena dimungkinkan adanya reaksi psikologis seperti stres,

kelelahan, hilang efisiensi dan ketidaktenangan Lebih dari itu Mike Wardhani,dkk

(2004: 445), menyatakan pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan (efek

fisiologis) adalah kerusakan pada indra pendengar yang menyebabkan ketulian.

Disamping itu sumber kebisingan yang tinggi memiliki pengaruh terhadap tenaga

kerja, yaitu :

a.Mengurangi kenyamanan dalam bekerja.

b.Mengganggu komunikasi atau percakapan antar pekerja.

c.Mengurangi konsentrasi.

d.Menurunkan daya dengar, baik yang bersifat sementara maupun permanen.

e.Tuli akibat kebisingan.


Ada berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas seseorang yang

bekerja ditempat kerja yang bising, faktor-faktor tersebut adalah:

a.Frekuensi kebisingan, nada tinggi adalah lebih mengganggu daripada nada

rendah.

b.Jenis kebisingan, kebisingan terputus-putus lebih mengganggu daripada

kebisingan kontinyu.

c.Sifat pekerjaan, pada pekerjaan yang rumit atau kompleks lebih banyak terganggu

daripada pekerjaan yang sederhana.

d.Variasi kebisingan, makin sedikit variasinya maka makin sedikit pula gangguannya.

e.Sikap individu, karyawan yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), yaitu

ear plugh/ear muff akan lebih banyak terganggu daripada yang menggunakan APD.

6. Metoda Pengukuran

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No : KEP-48/MENLH/11/1996

Tentang Baku Tingkat Kebisingan metoda pengukuran perhitungan dan evaluasi

tingkat kebisingan di lingkungan sebagai berikut;

Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Cara Sederhana Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan

bunyi dB(A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan

dilakukan setiap 5 (lima) detik.

2. Cara Langsung Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai

fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan

pengukuran selama 10 (sepuluh) menit.

Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (LSM) dengan cara

pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang

waktu 06.00 - 22.00 dan aktivitas dalam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 -

06.00.
Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan

paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling

sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh:

o L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 - 09.00

o L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 11.00

o L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00

o L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 - 22.00

o L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - 24.00

o L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00

o L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00

Keterangan :

- Leq : Equivalent Continous Noise Level atau Tingkat Kebisingan

Sinambung Setara ialah nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang

berubah-ubah (fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan

tingkat kebisingan dari kebisingan yang ajeg (steady) pada selang

waktu yang sama. Satuannya adalah dB(A).

- LTMS = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik

- LS = Leq selama siang hari

- LM = Leq selama malam hari

- LSM = Leq selama siang dan malam hari

7. Pengendalian

1) Pengendalian secara teknis


a)Mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising menjadi berkurang suara
yang menimbulkan bisingnya.
b)Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara
c)Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan. Mesin/alat didesain
sedemikian hingga suara bising tidak seluruhnya mengenai pekerja.
Pemasangan kaca membuat pekerja dapat tetap bekerja.
d)Subtitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising.
e)Menggunakan fondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang
goyang, dan mengganti bagian- bagian logam dengan karet.
f)Modifikasi mesin atau proses.
g)Merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik sehingga dapat
menggurangi suara bising.

2) Penggendalian secara administrative


a) Pengadaan ruang control pada bagian tertentu (misalnya: bagian diesel).
Tenaga kerja di bagian tersebut hanya melihat dari ruang berkaca yang
kedap suara dan sesekali memasuki ruang berbising tinggi, dalam waktu
yang telah ditentukan, serta menggunakan APD (ear muff).
b) Pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada.

3) Pengendalian secara medis


Pemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan pada saat awal masuk kerja,
secara periodic, secara khusus dan pada akhir masa kerja.

4) Penggunaan alat pelindung diri


Merupakan alternative terakhir bila pengendalian yang lain telah dilakukan.
Tenaga kerja dilengkapi dengan sumbat telingga (ear plug) atau tutup telingga
(ear muff) disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi dan penurunan intensitas
kebisingan yang diharapkan.

Getaran

A. Pengertian

Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media
dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Keseimbangan di sini
maksudnya adalah keadaan dimana suatu benda berada pada posisi diam jika tidak ada
gaya yang bekerja pada benda tersebut. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan
dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Dalam kesehatan kerja, getaran
yang terjadi secara mekanis dan secara umum terbagi atas:
1. Getaran seluruh badan (whole body vibration). Akibat goncangan dari mesin,
kendaraan atau traktor. Hal ini dapat memicu antara lain:
a. Penglihatan kabur, sakit kepala, gemetaran (shakeness).
b. Kerusakan organ pada bagian dalam.
2. Getaran alat-lengan (tool-hand vibration) atau getaran pada tangan dan lengan
(hand and arm vibration). Hal ini dapat memicu antara lain:
a. Sakit kepala, dan sakit pada persendian dan otot lengan.
b. Indera perasa pada jari-jari menurun fungsinya.
c. Terbentuk noda putih pada punggung jari/telapak tangan (white finger syndrom).

Besaran getaran dinyatakan dalam akar rata-rata kuadrat percepatan dalam satuan
meter per detik (m/detik2 rms). Frekuensi getaran dinyatakan sebagai putaran per
detik (Hz). Getaran seluruh tubuh biasanya dalam rentang 0,5 - 4,0 Hz dan tangan-lengan
8-1000 Hz (Harrington dan Gill, 2005).
Vibrasi atau getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis misalnya
mesin atau alat-alat mekanis lainnya, oleh sebab itu dapat dibedakan dalam 2 bentuk:
1. Vibrasi karena getaran udara yang pengaruh utamanya pada akustik.
2. Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan timbulnya resonansi/turut
bergetarnya alat-alat tubuh dan berpengaruh terhadap alat-alat tubuh yang sifatnya
mekanis pula (Gabroel, 1996).
Penjalaran vibrasi mekanik melalui sentuhan/kontak dengan permukaan benda yang
bergerak, sentuhan ini
melalui daerah yang terlokasi (tool hand vibration) atau seluruh tubuh (whole
body vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan bentuk yang terlazim di dalam
pekerjaan.
Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh:
a. 3-9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan perut.
b. 6-10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut jantung, pemakaian
O2
dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 gram terlihat banya
k perubahan sistem peredaran darah.
c. 10 Hz : Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan beresonansi.
d. 13-15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.
e. < 20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi lemah,
rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
Jenis Getaran
1. Getaran Seluruh Tubuh
Getaran seluruh tubuh biasanya dialami pengemudi kendaraan; traktor, bus, helikopter
, atau bahkan kapal. Efek yang timbul tergantung kepada jaringan
manusia, seperti: (Sucofindo, 2002)
1. 3 . 6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut),
2. 20-30 Hz untuk bagian kepala,
3. 100-150 Hz untuk rahang.
Disamping rasa tidak ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh goyangan organ seperti
ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek jangka lama yang menimbulka
n orteoartritis tulang belakang (Harrington dan Gill, 2005).
2. Getaran Tangan Lengan
Getaran jenis ini biasanya dialami oleh tenaga kerja yang diperkerjakan pada:
1. Operator gergaji rantai,
2. Tukang semprot, potong rumput,
3. Gerinda,
4. Penempa palu.
Menurut buku saku K3 Sucofindo tahun 2002 efek getaran pada tangan ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Kelainan pada peredaran darah dan persyarafan (vibration white finger),
2. Kerusakan pada persendian dan tulang-tulang.
Efek getaran pada tangan lengan ini lebih mudah dijelaskan daripada menguraikan
patofisiologisnya. Efek ini disebut sebagai sindroma getaran tangan lengan (Hand Vibration
Arm Syndrome = HVAS) yang terdiri atas:
1. Efek vaskuler-
pemucatan episodik pada buku jari ujung yang bertambah parah pada suhu
dingin (fenomena raynaud),
2. Efek neurologik-buku jari ujung mengalami kesemutan total dan baal.

Dalam pengambilan data suatu getaran agar supaya informasi mengenai data getaran
tersebut mempunyai arti, maka kita harus mengenal dengan baik alat yang akan kita
gunakan. Ada beberapa alat standard yang biasanya digunakan dalam suatu pengukuran
getaran antara lain:
1. Vibration meter, biasanya bentuknya kecil dan ringan sehingga mudah dibawa dan
dioperasikan dengan battery serta dapat mengambil data getaran pada suatu mesin
dengan cepat. Pada umumnya alat ini digunakan untuk memonitor trend getaran
dari suatu mesin. Jika trend getaran suatu mesin menunjukkan kenaikan melebihi
level getaran yang diperbolehkan, maka akan dilakukan analisa lebih lanjut dengan
menggunakan alat yang lebih lengkap.
2. Vibration analyzer, Alat ini mempunyai kemampuan untuk mengukur amplitude dan
frekuensi getaran yang akan dianalisa. Karena biasanya sebuah mesin mempunyai
lebih dari satu frekuensi getaran yang ditimbulkan, frekuensi getaran yang timbul
tersebut akan sesuai dengan kerusakan yang tedadi pada mesin tersebut. Dalam
pengoperasiannya vibration analyzer ini membutuhkan seorang operator yang sedikit
mengerti mengenai analisa vibrasi.
3. Shock Pulse Meter, alat yang khusus untuk memonitoring kondisi antifriction
bearing yang biasanya sulit dideteksi dengan metode analisa getaran yang
konvensional. Prinsip kerja dari shock pulse meter ini adalah mengukur gelombang
kejut akibat terjadi gaya impact pada suatu benda, intensitas gelombang kejut itulah
yang mengindikasikan besarnya kerusakan dari bearing tersebut.
4. Osiloskop, salah satu peralatan yang berguna untuk melengkapi data getaran yang
akan dianalisa. Sebuah osciloskop dapat memberikan sebuah informasi mengenai
bentuk gelombang dari getaran suatu mesin.

B. Tujuan
a. Untuk mengetahui mengenai getaran di tempat kerja
b. Untuk mengetahui intensitas getaran di tempat kerja
c. Untuk mengetahui waktu pemaparan intensitas getaran terhadap kesehatan pekerja
d. Untuk mengetahui pengaruh getaran bagi pekerja.

C. Standard (Peraturan)
Dalam membicarakan getaran kita harus mengetahui batasan batasan level getaran
yang menunjukkan kondisi suatu mesin, apakah mesin tersebut masih baik (layak
beroperasi) ataukah mesin tersebut sudah mengalami suatu masalah sehingga memerlukan
perbaikan. Telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
NOMOR PER.13/MEN/X/2011 TAHUN 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan
faktor kimia di tempat kerja Pasal 6 ayat 1 yaitu NAB getaran alat kerja yang kontak
langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja ditetapkan sebesar
4 meter per detik kuadrat (m/det2) dalam waktu sehari-hari tidak melebihi 8 jam sehari atau
40 jam seminggu.

D. Faktor Risiko
Intensitas getaran yang melibihi NAB yang telah ditentukan dapat menimbulkan faktor
risiko salah satunya yaitu penyakit akibat kerja. Karena efek dari getaran akan muncul
sebagai penyakit umum yang terjadi akibat keterpaparan di lingkungan kerja. Penyakit
tersebut antara lain penglihatan kabur, kerusakan organ dalam tubuh, gemetar, nyeri
persendian otot, menurunnya fungsi indera perasa pada jari tangan.

E. Teknik Pengukuran
Teknik pengukuran getaran erat kaitannya dengan sistem permesinan. Kinerja mesin
yang terjadi secara kontinyu menyebabkan tingkat getaran timbul di lingkungan kerja. Maka
terdapat metode-metode yang berkaitan untuk mengukur tingkat getaran yang terjadi.
Berikut ada beberapa metode pengukuran getaran mesin, antara lain:
1. Metode Impact
Teknik pengukuran jenis ini digunakan untuk menentukan frekuensi alami dari materi
struktur dan peralatan tertentu. Biasanya digunakan untuk melakukan pengecekan
pada perancangan plat, panel dan penegar pada bagunan atas dan dinding tangki di
area kamar mesin.
2. Electronic System
Pada umumnya, pengukuran getaran terutama lebih disukai menggunakan suatu
sistem electronik yang menghasilkan suatu rekaman yang bersifat permanen. Alat
Transducers memungkinkan untuk menghasilkan sinyal yang proporsional atau
sebanding untuk akselerasi, percepatan atau pergantian jarak (displacement).
Perekam pada sistem elektronik ini dapat di buat baik dari magnetic tape, kertas
osilograf, atau di dalam format digital (computer).
3. Vibration Analyzer
Suatu alternatif dengan biaya yang cukup murah dalam pemantauan secara kontinu
sinyal getaran adalah dengan mengambil data getaran dari mesin pada interval
waktu rutin melalui alat vibration analyzer genggam yang dapat
menampilkan output analisa getaran langsung ditempat seperti (nilai puncak, filter,
RMS dan lainnya) dan spektrum FFT. Alat genggam ini dilengkapi dengan
sebuah accelerometer vibration pick-up, sehingga teknisi pemeliharaan dapat secara
aman menyentuh bagian yang akan dipantau pada tiap mesin dalam pemeriksaan
rutin seperti ilustrasi pada gambar berikut.

F. Pengendalian Getaran
Seperti halnya kebisingan, getaran yang melampaui NAB juga dapat menimbulkan
gangguan kesehatan. Oleh karena itu, dibutuhkan pengendalian intensitas getaran di tempat
kerja. Pengendalian getaran dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pengendalian getaran secara teknis:
a. menggunakan peralatan dengan intensitas getaran yang rendah (dilengkapi dengan
peredam)
b. menyisipkan damping/peredam diantara tangan dan alat
c. penempatan alat yang bergetar dengan baik
d. perawatan mesin atau alat kerja dengan baik
e. menggunakan remote control.
2. Pengendalian getaran secara administratif:
a. rotasi pekerja
b. mengurangi jam kerja sehingga sesuai NAB yang berlaku
c. secara medis yaitu pemeriksaan berkala sesuia keperluan
d. penggunaan APD.

PENGERTIAN PENCAHAYAAN

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, penerangan adalah


jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif. Oleh sebab itu salah satu masalah lingkungan ditempat kerja harus
diperhatikan yaitu pencahayaan. Nilai Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes
RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100 lux.
Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan.Satuannya adalah
lux (1 lm/m2), dimana lm adalah lumens atau lux cahaya. Salah satufaktor penting dari lingkkungan kerja
yang dapat memberikan kepuasan dan produktivitasadalah adanya penerangan yang baik. Penerangan
yang baik adalah penerangan yangmemungkinkan pekerja dapat melihat obyek-obyek yang dikerjakan
secara jelas, cepatdan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu.
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efektif (Kepmenkes, 2002).
Penerangan merupakan salah satu faktor keselamatan dalam lingkungan fisik
pekerja (Sutaryono, 2002).
Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang memungkinkan tenaga kerja
melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu serta membantu
menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan (Rasjid, dkk. 1989).
Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang menerangi
benda-benda ditempat kerja. Penerangan dapat berasal dari cahaya alami dan cahaya
buatan, banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan kondisi disekitar yang perlu dilihat
oleh tenaga kerja, hal ini penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi, selain
itu penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan
keadaan lingkungan yang menyegarkan.
Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan bagi pekerja,
sehingga dapat menimbulkan gangguan performance (penampilan) kerja yang akhirnya
dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini sangat erat
kaitannya dan mutlak harus ada karena berhubungan denganfungsi indera penglihatan,
yang dapat mempengaruhi produktifitas bagi tenagakerja. Berdasarkan baku mutu
lingkungan kerja, standar pencahayaan untuk ruangan yang dipakai untuk melakukan
pekerjaan yang memerlukan ketelitian adalah 500 - 1000 Lux.

Fungsi utama penerangan ditempat kerja adalah untuk menerangi objek pekerjaan agar
terlihat jelas, mudah dikerjakan dengan cepat, dan produktifitas dapat meningkat.
Pencahayaan tersebut dapat diatur sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kecermatan
atau jenis pekerjaan sehingga memelihara kesehatan mata dan kegairahan kerja, sebab
rendah atau tingginya intensitas cahaya bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
Beberapa factor yang dapat menentukan baik tidaknya penerangan di tempat kerja adalah :
1.Ukuran objek
2.Derajat kontras antara objek dengan sekitarnya
3.Tingkat iluminasi (yang menyebabkan objek dan sekitarnya dapat terlihat jelas)
4.Distribusi dan arah cahayanya.

Sumber penerangan yang digunakan di tempat kerja dibedakan dalam dua jenis antara lain :
a)Pencahayaan alami (sinar matahari)
b)Pencahayaan buatan (lampu)

Pengendalian pencahayaan dapat dilakukan secara teknis dan administrative.


Pengendalian secara teknis meliputi peningkatan kebersihan instalasi penerangan
ditempat kerja (termasuk lampu), pengaturan warna, dan dekorasi tempat kerja.
Pemanfaatan cahaya alami semaksimal mungkin, dan pemanfaatan penerangan yang
cukup pada jenis pekerjaan tertentu.
Pengendalian administrative meliputi pemeriksaan kesehatan mata (baik pemeriksaan
sebelum bekerja, berkala, maupun khusus).
Pencahayaan yang buruk akan menimbulkan kelelahan mata yang menyebabkan :
a)Iritasi, mata berair dan kelopak mata berwarna merah (konjunctivitis)
b)Penglihatan rangkap dan sakit kepala
c)Ketajaman penglihatan merosot, demikian pula kepekaan terhadap perbedaan (contras
sensitifity) dan kecepatan pandangan
d)Kekuatan dan konvergensi menurun.

Tujuan Pencahayaan
a. Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Memberi lingkungan kerja yang aman.

Standart Penerangan pada Ruangan


Menurut Sumamur (2009):
Menyebutkan bahwa kebutuhan intensitas penerangan tergantung dari jenis pekerjaan
yang dilakukan. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan
cahaya di tempat kerja tidak memadai.

Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Jenis pekerjaam Contoh pekerjaan Tingkat Penerangan yang
dibutuhkan (Lux)

Tidak teliti Penimbunan barang 80 170


Agak teliti Pemasangan (tak teliti) 170-350
Teliti Membaca, menggambar 350-700
Sangat teliti Pemasangan 700-1000
Sumber : Sumamur, 2009.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri, tercantum dalam tabel berikut ini :

Standar Tingkat Pencahayaan Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002


Jenis Pekerjaan Tingkat Keterangan
Pencahayaan
Minimal ( Lux )
Pekerjaan kasar dan 100 Ruang penyimpanan dan ruang
tidak terus-menerus peralatan/instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan kasar dan 200 Pekerjaan dengan mesin dan
terus-menerus perakitan kasar
Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang
kontrol,
pekerjaan mesin & perakitan/
penyusun
Pekerjaan agak 500 Pembuatan gambar atau bekerja
Halus dengan mesin kantor,
pemeriksaan atau pekerjaan
dengan mesin
Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan
tekstil, pekerjaan mesin halus &
perakitan halus.
Pekerjaan amat halus 1500 Mengukir dengan tangan,
Tidak menimbulkan pemeriksaan pekerjaan mesin
Bayangan dan perakitan yang sangat
halus.
Pekerjaan terinci 3000 Pemeriksaan pekerjaan,
Tidak menimbulkan perakitan
Bayangan sangat halus.
Sumber : Kepmenkes No. 1405,2002.
Menurut standard IES (illuminating engineering society)

Tabel Standard Berdasarkan IES (illuminating engineering society)

Nilai level
Jenis iluminasi
Tempat
pekerjaan Sangat
Baik
baik
Pembukuan,
mengetik,
membaca,
menulis, 1000 500
melayani
Kantor biasa mesin-mesin
kantor
Ruang arsip,
tangga,
250 150
gang, ruang
tunggu
Ruang kelas 500 250
Ruang
1000 500
Sekolah gambar
Ruang jahit-
1000 500
menjahit
Pembuatan
jam tangan,
instrument
500 2500
kecil dan
halus,
mengukir
Pekerjaan
pemasangan
Industri halus,
menyetel
2000 1000
mesin bubut
otomatis,
bubut halus,
poles
Pekerjaan
bor, bubut 1000 500
kasar,
pekerjaan
biasa
Menempa
dan 500 250
menggiling
Etalase took
2000 1000
besar
Toko
Toko lain 1000 500

Rumah ibadah 250 125

Kamar tidur,
kamar mandi,
500 250
kamar rias,
Rumah tinggal
dapur
Penerangan
250 125
umum
Standart Kuat Penerangan Dalam Ruangan dikutib oleh Drs.Muhaimmin, S.T
dan biasanya standart ini digunakan di Negara-negara Eropa

No Jenis bangunan atau tempat Lux


1. Industri pesawat terbang, pabrikasi bagian :

Pengeboran, pengerasan skrup, penggilingan 750


Assembling aklur 1000
Hanggar untuk perbaikan pesawat 1000
Kasar 300
Sedang 1000
Halus 2000

2. Penjilitan buku :
750
Pemotongan, penjahitan, pelubangan
2000
Embasing, pemeriksaan
3. Industri kimia :
Area pabrik 200
Ruangan pencampuran 300
Injeksi dan kalendering 500
Ruang pengendali 500
Laboratorium 750
Ruang pemeriksaan warna 1000
4. Pabrik keramik :
Pencetakan, pengepresan, pembersihan 300
Pewarnaan 1000

5. Industri kelistrikan :
500
Penggulungan
Pekerjaan assembling :
1500
Halus
2000
Sangat halus
6. Garasi mobil :
Tempat perbaikan 1000
Area untuk lalu lalang 200
Tempat parkir :
Jalur masuk 500
Jalur lintasan 100
Gudang 50
7. Usaha pencucian dan penyetrukan pakaian :
300
Pencucian
500
Penyetrukan
750
Mesin penekanan akhir, Sortir

8. Pabrik kulit :
Pembersihan, pementangan, penyamakan 300
Pekerjaan akhir, scarfing 1000

Bengkel bermesin :
Pengelasan 300
9.
Pekerjaan kasar 500
Pekerjaan setengah halus 1000
Pekerjaan halus 2000
10. Bengkel pengecatan :
Penyemprotan 500
Pengecetan halus dengan tangan 1000
Poles dan pengeringan 500

Menurut United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Pedoman


Efisiensi Energi untuk Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat
pencahayaan ruang tergantung area kegiatannya, seperti berikut:

Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan


Keperluan Pencahayaan Contoh Area Kegiatan
(Lux)
Layanan penerangan yang minimum
dalam area sirkulasi luar ruangan,
Pencahayaan Umum untuk 20 pertokoan didaerah terbuka, halaman
ruangan dan area yang tempat penyimpanan
jarang digunakan dan/atau
tugas-tugas atau visual 50 Tempat pejalan kaki & panggung
sederhana Ruang boiler
70

100 Halaman Trafo, ruangan tungku, dll.


Area sirkulasi di industri, pertokoan
150
dan ruang penyimpan.
Pencahayaan umum untuk Layanan penerangan yang minimum
200
dalam tugas
interior Meja & mesin kerja ukuran sedang,
proses umum dalam industri kimia dan
300
makanan, kegiatan membaca dan
membuat arsip.
Gantungan baju, pemeriksaan, kantor
untuk menggambar, perakitan mesin
450
dan bagian yang halus, pekerjaan
warna, tugas menggambar kritis.
Pekerjaan mesin dan diatas meja
yang sangat halus, perakitan mesin
presisi kecil dan instrumen; komponen
elektronik, pengukuran & pemeriksaan
1500
bagian kecil yang rumit (sebagian
mungkin diberikan oleh tugas
pencahayaan setempat)

Pencahayaan tambahan Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali,


setempat untuk tugas misal instrumen yang sangat kecil,
3000
visual yang tepat pembuatan jam tangan, pengukiran

Masalah/Faktor Risiko

Pengaruhnya bagi Mata. Sistem pencahayaan yang baik akan memungkinkan kita bisa
beraktivitas atau pun bekerja dalam keseharian kita secara jelas, tepat tanpa upaya-upaya
yang tidak perlu, pencahayaan mempunyai pengaruh terhadap kesehatan mata sendiri.
Bahkan, lebih jauh lagi terhadap keselamatan kerja, dan produktivitas kerja. Cahaya
mempunyai sifat dapat membunuh kuman atau bakteri. Bahkan, cahaya matahari sering
dimanfaatkan untuk mengobati penyakit rachitis. Tetapi sebaliknya terlalu banyak kena sinar
matahari dapat pula mengakibatkan penyakit kanker pada kulit. Adapun, cahaya bisa
membunuh kuman atau bakteri, misalnya kaca hijau; 45 menit, kaca merah 20-30 menit,
kaca biru 10-20 menit, kaca putih (langsung) 5-10 menit.

Cahaya didalam ruangan mungkin bisa saja dikurangi intensitasnya, tetapi hal ini
bisa mengurangi kelembaban dan suhu ruangan, serta dapat mengakibatkan
berkembangbiaknya serangga dan tikus dalam ruangan. Selain itu, pencahayaan yang tidak
baik akan menimbulkan terjadinya stres pada penglihatan. Stres pada penglihatan ini bisa
menimbulkan dua tipe kelelahan, yaitu kelelahan mata dan kelelahan syaraf (visual and
nenlous fatique). Kelelahan mata yang disebabkan oleh stres yang intensif pada fungsi
tunggal (single function) dari mata. Stres yang persisten pada otot akomodasi (ciliary
muscle) dapat terjadi pada saat seseorang mengadakan inspeksi pada obyek-obyek yang
berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama dan stres pada retina
dapat terjadi bila terdapat "kontras" yang berlebihan dalam lapangan penglihatan (visual
field) dan waktu pengamatannya cukup lama.

Kelelahan pada mata ini ditandai oleh adanya iritasi pada mata atau konjungtivitis
(konjungtiva berwarna merah dapat mengeluarkan air mata), penglihatan ganda, sakit
kepala, daya akomodasi dan konvergensi menurun, ketajaman penglihatan (visual acuity),
kepekaan kontras (contras sensitivity) dan kecepatan persepsi (speed of perception).
Dengan demikian, pergunakanlah pencahayaan atau penerangan sesuai dengan kapasitas
dan kebutuhan mata kita. Sebab, jika cahaya berlebihan hal ini bisa menimbulkan kerusakan
dan kelelahan pada mata kita. Bahkan, jika terlalu berlebihan cahaya pun bisa
mengakibatkan kebutaan.

Teknik Pengukuran Pencahayaan

Peralatan : Photo electric photometer (light meter)


Prinsip kerja : cahaya ditangkap oleh sel yang sensitive dan akan menimbulkan arus listrik
kecil, arus listrik ini kemudian diukur oleh microameter yang akan dikalibrasi dalam lux.
Cara pengukuran :
Pengukuran dilakukan pada bidang horizontal setinggi 0,85 meter dari permukaan
lantai
Pengukuran pada tangga, light meter diletakkan pada injakan kaki
Sebelum pengukuran dilakukan, tutuplah sel dan display penunjuk harus nol (zero
ajust)
Sebelum pembacaan dilakukan bukalah penutup sel dan biarkan terpapar cahaya
selama 5 menit.
Bila menggunakan penerangan buatan pembacaan dilakukan paling sedikit 5 menit
setelah lampu dinyalakan.
Bayangan operator jangan mengenai light meter, disarankan berdiri 2-3 kaki dari light
meter.
Pakaian operator hendaknya berwarna gelap.
Alat yang digunakan untuk mengetahui intensitas penerangan adalah lux meter.
Alat bekerja berdasarkan pengubahan energi cahaya menjadi tenaga listrik oleh photo
electric cell. Intensitas inyatakan dalam penerangan dalam Lux. Intensitas penerangan
diukur dengan 2 cara yaitu :
1) Penerangan umum adalah pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi luas lantai,
dengan tinggi pengukuran kurang lebih 85 cm dari lantai (setinggi pinggang)
Penentuan titik pengukuran umum : titik potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan
pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai
2) Penerangan lokal adalah pengukuran ditempat kerja atau meja kerja pada objek yang
dilihat oleh tenaga kerja (contoh : lampu belajar).
Pengukuran titik pengukuran lokal : objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila
merupakan meja kerja pengukuran dapat dilakukan di atas meja yang ada.

Menurut SNI 16-7062-2004 jarak tertentu dapat dibedakan berdasarkan luas ruangan
sebagai berikut :
a) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong horizontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak setiap satu meter. Contoh daerah pengukuran intensitas
penerangan umum untuk luas ruangan kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 2.1
berikut ini.

1m 1m 1m 1m

1m

1m

Gambar 2.1. Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas


kurang dari 10m2
Sumber: BSN,2004.

b) Luas ruangan antara 10m2 sampai 100m2 : titik potong garis horizontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak setiap 3 meter. Contoh daerah pengukuran intensitas
penerangan umum untuk luas ruangan antara 10m2 sampai 100m2 seperti pada Gambar 2.2
berikut ini.
3m 3m 3m 3m

3m

3m

3m

Gambar.2.2. Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas


antara 10m2 sampai 100m2
Sumber: BSN,2004.

c) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi : titik potong horizontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh daerah pengukuran intensitas penerangan
umum untuk luas ruangan lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 2.3 berikut ini.

6m 6m 6m 6m

6m

6m

6m

Gambar 2.3. Penentuan titik pengukuran penerangan umum dengan luas lebih
dari 100m2
Sumber: BSN,2004.

Teknik Pengendalian Pencahayaan

Pengendalian penerangan tergantung dari kondisi yang ada, tetapi secara

umum pengendalian yang dipilih adalah yang paling efektif, secara garis besar

langkah-langkah pengendalian masalah penerangan di tempat kerja, yaitu :

a. Modifikasi sistem penerangan yang sudah ada :

1. Menaikkan atau menurunkan letak lampu didasarkan pada objek kerja.

2. Merubah posisi lampu.


3. Menambah atau mengurangi jumlah lampu.

4. Menurut Savitri (2010), jumlah lampu yang dibutuhkan adalah Intensitas

penerangan yang dibutuhkan X Luas ruangan (Jumlah lampu yang ada X lumen)

X CU X LLF.

Keterangan :

CU = Coefisien of utilization (0,6)

LLF =Light loss factor (0,8)

5. Mengganti jenis lampu yang lebih sesuai.

6. Mengganti tudung lampu.

7. Mengganti tudung lampu yang digunakan.

b. Modifikasi pekerjaan :

1. Membawa pekerjaan lebih dekat ke mata, sehingga objek dapat dilihat dengan

jelas.

2. Merubah posisi kerja untuk menghindari bayang-bayang, pantulan, sumber

kesilauan dan kerusakan penglihatan.

3. Pemeliharaan dan pembersihan lampu.

c. Penyediaan penerangan lokal (Anonim, 2007)


Sumber :

http://jurnalk3.com/getaran-dan-pengaruhnya-terhadap-kesehatan.html
http://afryluryanti.blogspot.com/2011/08/makalah-k3-tentang-faktor-fisik.html
http://buyungchem.wordpress.com/makalah-pengaruh-getaran-terhadap-
kesehatan/
https://www.google.com/#psj=1&q=peraturan+pengukuran+getaran+menurut+Kep
utusan+menteri+tenaga+kerja+baru
http://navale-engineering.blogspot.com/2012/03/teknik-pengukuran-getaran-
dan.html
http://vibrasi.wordpress.com/2009/03/13/bab-iv-pengukuran-getaran/
http://navale-engineering.blogspot.com/2012/03/teknik-pengukuran-getaran-
dan.html
http://noviakl10jambi.wordpress.com/2012/02/16/getaran/
http://jurnalk3.com/pengendalian-kebisingan.html
http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/30/jenis-dan-penyebab-kebisingan/

http://kesmas-ode.blogspot.com/2012/11/penerangan-dalam-k3.html

http://jurnalk3.com/penerangan-di-tempat-kerja.html

http://maizzatul.blogspot.com/2012/03/laporan-praktikum-pengukuran-

lingkungan_26.html

http://jantripoltekkes.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai