Psikologi Industri
OLEH
KELOMPOK 4
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini yang berjudul “Kondisi Kerja Yang Menimbulkan Efek Psikis
(Ergonomi)”.
Dalam pembuatan tugas ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
Tim Penulis
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mempermudah mengetahui kondisi kerja yang dapat
menimbulkan efek psikis
2. Tujuan Khusus
1. Defenisi Kondisi Kerja
2. Untuk Mengetahui Defenisi Dampak Psikis
3. Untuk Mengenali jenis – jenis efek psikis yang ditimbulkan oleh
kondisi kerja yang tidak ergonomis
4. Untuk Mengetahui cara mengatasi dampak psikis yang disebabkan
oleh kondisi kerja
BAB 2
PEMBAHASAN
Iluminasi yang
Direkomendas
Situasi atau Tugas
ikan (dalam
satuan lilin)
Perakitan
Kasar Mudah Melihat 30
Kasar Sulit Melihat 50
Medium 100
Halus 500
Sangat Halus 1000
Sumber: Mc Cormick,1970
b) Warna
Erat kaitannya dengan iluminasi ialah penggunaan warna
pada ruangan dan peralatan kerja. Banyak orang memberikan
makna yang tinggi kepada penggunaan warna atau kombinasi
warna yang tepat untuk ruangan – ruangan di rumah, di kantor,
dan di pabrik. Mereka berpendapat bahawa penggunaan a atau
kombinasi warna yang tepat dapat meningkatkan produksi,
menurunkan kecelakaan kerja.
Warna dapat digunakan sebagai :
1) Alat sandi atau coding device (schultz, 1982), atau
sebagai pencipta kontras warna (suyatno,1985).
Misalnya alat pemadam kebakaran berwarna
merah, peralatan pertolongan pertama berwarna
hijau. Untuk bagian-bagian yang kecil pada mesin
tetapi penting dapat digunakan warna-warna kuat,
sehingga kontras warna yang ada memudahkan
penglihatan.
2) Upaya menghindari timbulnya ketegangan mata
(schultz,1982) . warna berbeda dalam kemampuan
pantulan cahaya. Dinding yang putih
memantulakan cahaya lebih banyak daripada
dinding dengan warna gelap. Suyatno (1985)
menganjurkan untuk memperhatikan keserasian
dalam penggunaan warna pada bidang bidang
yang luas (dinding ruangan kerja) dengan bidang-
bidang yang lebih sempit (meja tulis, kursidan
lain-lain)
3) Alat untuk menciptakan ilusi tentang besarnya dan
suhunya ruangan kerja(schultz,1982), yang
memiliki efek psikologis (suyatno,1985). Ruangan
kerja yang dicat dengan warna gelap menyebabkan
ruangan terasa menjadi lebih sempit dan tertutup
daripada yang sebenarnya. Sebaliknua dinding-
dinding yang berwarna muda dan terang
memberikan rasa ruangan yang lebih luas dan
terbuka. Warna gelap, pada umunya bersifat
menekan dan mengarah pada kekotoran,
sedangkan warna yang pucat/cerah, memeratkan
pantulan cahaya, dan merangsang ke arah
kebersihan.
Berikut efek psikologis dari warna menurut
suyatnu (1985) :
Efek
warna Efek suhu Efek psikis
jarak
Biru Jauh Sejuk Menenangkan
Sangat Sangat
Hijau Jauh
sejuk menenangkan
Sangat
Merah Dekat Panas mengusik dan
terkesiap
Sangat Sangat
Orange Merangsang
dekat panas
Sangat
Kuning Dekat Merangsang
panas
Sangat
Coklat Netral Merangsang
dekat
Sangat
Lembayung Sejuk Melesukan
dekat
Sumber: Suyatno(1985)
c) Bising (Noise)
Menurut Burrows dalam McCormick (1970) berpendapat
bahwa dalam rangka teori-informasi, maka bising ialah “that
auditory stimulus or stimuli bearing no informational relationship
to the presence or completion of the immediate task”.
Bising dalam lingkungan seperti suara lalu lintas, suara
mesin ketik, suara mesin, suara radio, TV, cassette recorder, dan
sebagainya membuat kita mudah marah dan gelisah bahkan
membuat kita menjadi tuna rungu. McComick (1970)
membedakan antara tuna rungu syaraf (nerve deafnes) dan tuna
rungu konduksi (conduction deafness).
Kehilangan pendengaran pada tuna rungu syaraf pada
umumnya terjadi karena frekuensi-frekuensi yang tinggi lebih
besar dari pada frekuensi-frekuensi yang rendah.pengurangan
normal pendengaran pada proses menua biasanya merupakan
tuna rungu syaraf. Ini juga merupakan akibat dari terbukanya
seseorang secara sambung-menyambung terhadap tingkattingkat
bising yang tinggi. Tuna rungu syaraf jarang dapat disembuhkan.
Tidak demikian halnya dengan tuna rungu konduksi yang
merupakan tuna rungu sementara.
Satuan dasar untuk mengukur bising adalah desibel (db)
yang secara tekhnis mengukur tingkat-tingkat tekanan suara. Satu
desibel adalah besarnya tekanan suara ditingkat ambang
pendengaran (hearing treshold) pada frekuensi 1000 Hertz
(=1000 cycle per detik), yaitu tekanan minimal yang masih dapat
kita dengarkan sebagai bisikan lembut (suyatno,1985).
Tingkat-tingkat kerasnya suara atau bunyi tertentu dapat
merupakan ancaman bagi pendengaran.tingkat-tingkat desibel
tertentu dapat menimbulkan hilangnya pendengaran secara
sementara, dapat pula menimbulkan hilangnya pendengaran
secara permanen. Menurut Schultz (1982) seorang pekerja yang
sehari-hari mrndengar bunyi pada tingkat 80 desibel ke atas untuk
jangka waktu yang lama pasti akan menderita kehilangan
pendengaran tertentu. Menghadapi, dalam jangka waktu pendek,
bunyi dengan tingkat desibel antara 100 dan 125, orang dapat
mengalami tuna rungu sementara, jika dalam waktu yang singkat
mendengar bunyi dengan tingkat desibel 150 ke atas, orang dapat
menderita tuna rungu secara permanen.
Akibat-akibat lain dari tingkat bising yang tinggi ialah:
B. Sistem Mesin-Manusia
Alat indra yang paling banyak digunakan dalam bekerja yaitu indra
pendengaran dan penglihatan. Dalam merancang konstruksi mesin yang
berpengaruh besar terhadap efisiensi kerja, ialah keputusan yang harus
diambil tentang peraga apa yang akan digunakan (peraga penglihatan dan
pendengaran) sebagai saluran komunikasi antara mesin dan manusia.
Penetapan dari saluran komunikasi antara mesin dan manusia
tergantung pada jenis informasi, bagaimana informasi akan digunakan, lokasi
tenaga kerja, lingkungan tempat tenaga kerja beroperasi, dan sifat dari alat
indra itu sendiri (kuping dan mata).
Chapanis (1976), bahwa pada umumnya alat komunikasi visual (TV,
tape, dll) sesuai digunakan jika:
Pesan yang disampaikan panjang
Pesan kelak perlu diacu (perlu digunakan lagi kemudian hari)
Pesan berkaitan dengan orientasi ruang dan lokasi
Tidak adanya kejadian yang mendesak dalam menyampaikan
pesan
Pesan disampaikan untuk menyampaikan informasi di tempat-
tempat yang ramai
Chapanis juga membuat daftar tentang alat-alat komunikasi auditif
(bunyi telphon, bel, sinyal tanda awas, gong), tepat digunakan jika:
Pesan sederhana
Pesan pendek
Kecepatan penyampaian penting (tanda “awas”)
Pesan tidak perlu diacu dikemudian hari
Pesan berkaitan dengan waktu kejadian (tanda “mulai” pada
waktu lomba)
Operator harus banyak bergerak (polisi lalu lintas)
1) .
a. Kondisi Lingkungan Kerja Non-Fisik
kerja non-fisik merupakan seluruh kondisi yang terjadi dan
berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan
maupun hubungan dengan sesama rekan kerja, atau hubungan
dengan bawahan (Sedarmayanti, 2001: 31).
Beberapa macam kondisi kerja yang dapat dipersiapkan oleh manajemen
perusahaan adalah penerangan, suhu udara, suara bising, penggunaan warna,
ruang gerak yang diperlukan serta keamanan kerja dalam perusahaan. Masing-
masing jenis kondisi kerja ini perlu dipersipkan dan direncanakan dengan baik
oleh manajemen perusahaan, sehingga diperoleh kenyamanan kerja yang
memadai bagi para karyawan yang bekerja di dalam perusahaan.
Ada beberapa dampak psikis yang diakibatkan oleh kondisi kerja antara
lain:
1. Stres Kerja
Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin stingere yang
berarti “keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu
dari straise, strest, stresce,danstress.Stres merupakan respon dari diri
seseorang terhadap tantangan fisik maupun mental yang datang dari
dalam atau luar dirinya (Nasrudin, 2010: 183). Menurut Robbins, (2008:
368) stres merupakan suatu kondisi yang dinamis dimana individu
dihadapkan pada kesempatan, hambatan, dan keinginan, dan hasil yang
diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan.
a. Sumber-sumber Potensial Stres Kerja (Stressor) Karyawan
Sumber potensial stres, atausering disebut juga dengan stressor
menurut Badeni, (2013: 64) adalah situasi atau kejadian yang dapat
menimbulkan stres. Stressoryang dikemukakan oleh Harianja
dalam Badeni, (2013: 64) dapat bersumber dari dalam lingkungan
pekerjaan itu sendiri dan luar lingkungan pekerjaan. Stressordari
dalam lingkungan pekerjaan dapat berupa beban kerja, konflik
peran, wewenang yang tidak imbang, ketidakjelasan tugas,
lingkungan kerja yang buruk, atasan yang tidak menyenangkan,
serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Sedangkan stressor
yang berasal dari luar lingkungan pekerjaan, misalnya seperti
kematian suami atau istri, perceraian, dan kenakalan anak-anak.
1. Kelelahan (fatigue)
Kelelahan berhubungan erat dengan kebosanan dalam hal ini
dampaknya terhadap perilaku, meskipun sebab-sebab yang
menimbulkan kedua kondisi tersebut sangat berbeda.
Kelelahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu;
Kelelahan Fisiologis yaitu terjadi karena penggunaan yang
berlebihan dari otot-otot badan.
Kelelahan Psikologis yaitu biasanya bersumber pada kebosanan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak psikis
yang terjadi akibat kondisi kerja, antara lain sebagai berikut :
2. Kelelahan (fatigue)
Dalam menghadapi kelelahan fisiologis, dapat dilakukan beberapa
upaya, antara lain;
1) Seleksi yang Baik.
Terutama bagi pekerja fisik yang berat, harus dicari tenaga
kerja dengan kondisi fisik yang prima, berdasarkan pemeriksaan
kesehatan dalam tahap seleksi masuk.
2) Pengaturan Jadwal dan Istirahat.
Waktu dan lamanya istirahat perlu ditetapkan dengan cermat,
supaya tenaga kerja dapat melepaskan lelah sesuai beban kerja.
Hal ini perlu mengingat pengaturan jadwal kerja, misalnya
membagi menjadi beberapa shift kerja.
3) Ruang Istirahat.
Sebaiknya dipertimbangkan pula ruang khusus untuk istirahat
para tenaga kerja, apabila diperlukan. Hal ini demikian
dimaksudkan agar tenaga kerja tidak beristirahat di sembarang
tempat, di teras atau bahkan di dekat ruang kerja, sehingga waktu
istirahat yang disediakan tidak bermanfaat optimal. Ruang istirahat
sekedar bersuasana nyaman dan layak untuk beristirahat.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. DAFTAR PERTANYAAN
Nim :
Seminggu ?
sedikit mwningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Noviansyah Dan Zunaidah. 2011. “Pengaruh Stres Kerja Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan PT Perkebunan Minanga Ogan Baturaja”. Jurnal
Manajemen Dan Bisnis Sriwijaya, 9: 18.Palembang: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Sriwijaya.
Rachmadhany, Putri Shovia. 2011. “Pengaruh Motivasi Kerja, Disiplin Kerja Dan
Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Non Medis Di
Rumah Sakit Cakra Husada Klaten”. Skripsi.Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.