KERJA SAMARINDA
NIM : 17111024170045
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bidang yang terkait dengan kesehatan,
Keselamatan, dan Kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
Adanya jaminan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kewajiban yang harus dilakukan
beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif dan
kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan
Menurut Fajar dan Heru (2010), Keselamatan dan kesehatan kerja menunjuk pada
kondisi fisiologis fisik dan psikologi tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja
perusahaan. Sedangkan menurut Handinigrum (2003), keselamatan dan kesehatan kerja adalah
pengawasan terhadap orang, mesin, material, dan metode yang mencangkup lingkungan kerja
Pada hakekatnya keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu keilmuan yang
menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja,
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya
dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja,
tidak dikehendaki yang bersifat menganggu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikhendaki yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.
Suara atau bunyi dapat dirasakan oleh indra pendegaran akibat adanya rangsangan
getaran yang datang melalui media yang berasal dari benda yang bergetar menurut Suma’mur
(1984) dan WHS (1993) kualitas suara dipengaruhi oleh dua hal yaitu frekuensi dan insensitas
suara. Frekuensi dinyatakan banyaknya gelombang yang dihasilkan tiap detik (Hz) yaitu jumlah
gelombang yang sampai ke telinga setiap detiknya. Sedangkan intensitas atau arus energi
lazimnya dinyatakan dalam desibel (dB) yaitu perbandingan antara kekuatan dasar bunyi dengan
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui program kerja atau kegiatan yang ada di Balai Keselamatan dan
C. Manfaat
1. Bagi Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Samarinda Sebagai bagian dari program
institusi.
3. Bagi Mahasiswa
Sebagai media untuk belajar, menambah pengalaman dan keterampilan dalam bekerja di
bidang K3 serta dapat belajar menyesuaikan diri dalam lingkunngan tempat bekerja.
D. Ruang Lingkup
Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
1. Administrasi
c. Struktur Organisasi
2. Teknis
PELAKSANAAN MAGANG
Perkembangan Higine Perusahan dan Kesehatan (Hiperkes) di mulai secara tepat tidak
diketahui namun ada anggapan bahwa Hiperkes mulai timbul sejak adanya pekerjaan dalam
hubungan pengupahan atau pengajian. Selanjutnya pada abad ke-16 mulai adanya keterangan-
keterangan yang lebih jelas tentang gambaran penyakit oleh para pekerja tambang bertepatan
pada tahun 1556 oleh Agricola dan 1559 oleh Paracelcus di daerah pertambangan. Pengelolaan
biji tambang,cat, dan lain-lain. Pada saat itu muncul gagasan upaya pencegahan seperti
Pada abad ke-17 Bernardine Ramazzini sebagai bapak dari Hiperkes yang menjelaskan
bahwa pekerjaan dapat menimbulkan penyakit-penyakit yang sampai saat ini dikenal dengan
penyakit akibat kerja. Pada saat ke-18 dengan adanya revolusi di inggris dimana saat itu mulai
ditemukan cara-cara bereproduksi baru, mesin-mesin baru untuk industri berkembang lebih
pesat. Perkembangan yang demekian juga terjadi di Negara-negara Eropa lainnya serta Amerika.
Pertumbuhan dan perkembagan teknologi di Negara-negara maju pada abad ke-20, seperti
tantangan bagi Hiperkes, dan kenyataan mampu berkembang mengikuti kemajuan yang sangat
Seperti halnya perkembangan Higiene industri di Indonesia tidak diketahui secara pasti
kapan terjadinya. Perkembangan Higine industri yang sesunguhnya baru terjadi beberapa tahun
setelah Negara kita merdeka yaitu pada saat munculnya undang-undang tersebut, meski tidak
Transmigran). Pada tahun 1957 didirikan lembaga kesehatan dan kesehatan buruh. Dan pada
tahun 1966 fungsi kedudukan Hiperkes Industri di dalam aparatur pemerintah menjadi lebih jelas
lagi yaitu didirikannya Lembaga Higiene Perusahaan (Higiene Industri) dan kesehatan kerja di
Depertemen Tenaga Depertemen Kerja dan di depertemen kesehatan. Di samping itu juga
tumbuh orgaisasi swasta yaitu yayasan Higiene Perusahan yang berkedudakan di Surabaya.
Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes yang yang ada di pemerintahan dari tahun selalu
a. Pada tahun 1969 Lembaga Perusahaan dan kesehatan kerja berubah menjadi Lembaga
b. Pada tahun 1978 berubah menjadi Pusar Bina Higiene Perusahaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
c. Pada tahun 1983 berubah menjadi pusat Higiene Perushaan dan Keselamayan kerja.
d. Pada tahun 1988 berubah lagi menjadi pusat pelayanan Ergonomi, Higine Perusahaan,
e. Pada tahun 1993 berubah lagi menjadi pusat Higiene Perusahaan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
f. Pada tahun 1988 berubah lagi menjadi pusat Hiperkes dan keselamatan kerja
g. Pada tahun 2001 nama tersebut berubah pula menjadi pusat perkembangan keselamatan
kerja Hiperkes.
upaya-upaya melalui penerbitan buku seperti Ilmu Kesehatan Buruh (1965), Ilmu Higiene
Perusahan dan Keselamatan Kerja (1967), Ergonomi dan Produktif Kerja. Majalah Triwulan
Higiene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Jaminan Sosial juga buku-buku
pedoman Hiperkes dan Keselamatan (semacam penuntun penerapan Hiperkes dan lain-lain yang
di sebar luaskan ke seluruh pelosok Tanah Air. Kegiatan lain seperti seminar, konvensi,
lokakarya, bimbingan terapan teknologi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Diadakan secara terus-
menerus. Dalam pembinaan personil dilaksanakan dengan meyelengarakan kursus dan latihan
dalam negeri, disamping pendidikan formal baik yang diselengarakan didalam maupun luar
negeri.
perundangan yang menyangkut Hiperkes yang terdapat dalam undang-undang, Peraturan Menteri
dan Surat Edaran Menteri telah banyak di terbitkan. Upaya pembinaan Laboratorium Hiperkes
dan Keselamatan Kerja yang mulai sejak tahun 1973 hingga tahun 1993 telah berdiri 14
Laboratorium Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang terletak di 14 provinsi di Indonesia
(Anonim, 2016).
Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Samarinda (BK3 Samarinda) yang Sebelumnya
adalah Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang didirikan pada tahun 1984. Balai K3
samarinda merupakan merupakan salah satu unit pelaksana teknis Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia. Adapun yang dimaksud dari Unit Pelaksana Teknis (UPT)
mandiri yang melaksanakan tugas teknis oprasional tertentu dan tugas teknis penunjang
Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Memiliki wilayah kerja yang hanya berada di wilayah
Kalimantan Timur. Pada tanggal 9 juli 2007 dengan terbitnya Kemenakertrans RI Nomor : Kep.
16/MEN/IV/2001 tentang organisasi dan Tata kerja dengan pola kebijakan yang berada dibawah
Sekertaris Jendral Depnakertrans dan pusat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Pusat K3),
memiliki wilayah kerja yang mencakup wilayah provinsi Kalimantan Timur, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), berdasarkan peraturan Kementerian Tenaga Kerja dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di wilayah Lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, maka wilayah kerja Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Samarinda atau yang
kembali diperluaskan mencangkup 3 provinsi, yaitu provinsi Bali, provinsi Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur Meyangkut bidang Keselamtan dan Kesehatan Kerja (K3).
akreditasi SNI ISO/IEC 17025;2008 dengan No Registrasi LP. 864 IDN, yakni standar mengenai
persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi. Standar ini
menetapkan persyaratan umum kompetensi dan melakukan pengujian dan kalibrasi termasuk
pengambilan contoh.
Samarinda memiliki kedudukan, tugas dan fungsi yang berjalan sebagai lembaga
b. Kedudukan
Balai K3 Samarinda adalah unit pelaksana teknis dalam bidang keselamatan dan
kesehatan kerja yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Bina
c. Tugas
fasilitas Tempat Uji Kompetensi (TUK), pengelolahan data dan sertifikasi profesi
Kesehatan Kerja.
d. Fungsi
Kesehatan Kerja.
bidang K3.
10. Pelaksaan urusan tata usaha dan rumah tangga di Balai K3.
e. Susunan Organisasi
Dalam susunan organisasi Balai K3 Samarinda terdiri atas Subbagian Tata Usaha,
jabatan fungsional.
Visi :
Misi :
external.
c) Melindungi semua tenaga kerja terhadap faktor resiko bahaya lingkungan dan
tempat kerja.
semua sektor.
terpercaya.
g. Program Kerja
1. Pelayanan dan kerjasama terhadap institusi atau industry dan perusahaan dalam
rangka penggunaan dan pemeriksan kesehatan kerja awal, berkala dan khusus lewat
3. Melatih dan mendidik tenaga kerja professional hiperkes dan keselamatan kerja
1. Jenis Pelayanan
Heksana)
9). Kandungan logam-logam berat (Pb, Cd, Ni, As, Fe, Zn, Cu, Cr)
1). Pengamatan pola konsumsi input dan output kalori sesuai beban kerja
1). Survei pendahuluan untuk mengenal bahan kimia yang terdapat pada industri.
2). Mengenal proses produksi dengan mempelajari alur proses dimulai dari tahap
3). Mempelajari MSDS (Material Safety Data Sheet) atau lembar data
a. Laboratorium
1). Laboratorium higiene perusahaan (Lingkungan atau teknis) untuk pengujian faktor
2). Laboratorium medis atau kesehatan kerjauntuk pemeriksaan toksikologi, gizi kerja,
kebugaran jasmani dan penyakit yang berkaitan akibat kerja serta pemeriksaan
3). Laboratorium keselamatan kerja, untuk pengujian air limbah, air pengisi ketel, air ketel
pengujian arus listrik, stack. Cerobong dan alat proteksi dan sebagainya.
b. Alat lingkungan dan laboratorium
STRUKTUR ORGANISASI
BALAI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SAMARINDA
Waktu Pelaksanaan magang yaitu di mulai pada tanggal 8 April 2019 sampai dengan 10
mei 2019.
C. Perencanaan
Kegiatan ini adalah pengujian kebisingan di lingkungan kerja oleh Balai Keselamatan
D. Pelaksanaan
a. Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 24 April 2019 sampai 29 April 2019 yang berlokasi di
SMK Negeri 4 Samarinda Jl. Kyai Ahmad Dahlan No 4, Sungai Pinang Luar, Samarinda
Kota.
b. Metode Pelaksanaan
Pengujian ini dilakukan dengan metode titik sampling dengan observasi lapangan.
Pengujian dilakukan dengan cara menggunakan Sound Level Meter (SLM) diletakkan di
titik pengujian dilakukan dengan cara di tetapkan selama 10 menit, kemudian nilai Leq
yang tertera pada Sound Level Meter (SLM) disalin ke lembar data sampel yang telah
disediakan. Semua yang terlibat dalam pengujian tidak diperbolehkan mengeluarkan suara
agar Sound Level Meter dapat mengukur tingkat kebisingan secara maksimal.
E. Pengujian Kebisingan
b. Alat Tulis
2. Kalibrasi
Sebelum alat ukur Saund Level Meter (SLM) digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu
dengan kalibrator yang sesuai. Alat ukur harus menampilkan hasil dB yang sama dengan
B. Pembahasan
Pada pengujian kebisingan ini dilakukan di 10 lokasi lingkungan sekolah SMK Negeri 4
Samarinda yang sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan peruntukan kawasan adengan tingkat kebisingan 55-65 dBA.
Pengujian kebisingan ini dilakukan selama 10 menit pada setiap titik pengujian. Pengujian yang
telah ditetapkan dengan alat dan bahan yang digunakan, yaitu Sound Level Meter (SLM) , Tripod
Pengujian dilokasi pertama yaitu di SMK Negeri 4 Samarinda dilakukan pada pukul
08.00-09.00 WITA dengan satu kali pengujian di empat titik, yaitu Gerbang Sekolah 8 mater dari
bahu jalan pada titik pertama, pada pukul 09.22-11.02 pada titik kedua yaitu di teras sekolah
15,5 meter dari bahu jalan, selanjutnya pada titik ketiga pada pukul 14.13-15.03 di Teras Sekolah
15,5 meter dari bahu jalan dan titik keempat pada pukul 15.13-16.03 di Gerbang sekolah 8 meter
Pengujian dilokasi kedua di SMA Negeri 4 Samarinda dilakukan pada pukul 08.23-
09.03 WITA dengan satu kali pengujian di dua titik, yaitu parkiran sekolah 8 meter dari bahu
jalan, dan pada pukul 09.15-11.05 di Halte SMK Negeri 4 Samarinda 0 meter dari bahu jalan
Pengujian dilokasi ketiga di SMK Negeri 4 Samarinda dilakukan pada pukul 08.48-
09.18 WITA satu kali pengujian di empat titik, yaitu pada titik pertama parkiran sekolah 8 meter
dari bahu jalan, pada pukul 09.30-10.10 pada titik kedua yaitu di depan kelas perhotelan 8 meter
dari bahu jalan, pada pukul 14.18-15.08 lorong sekolah 25 meter dari bahu jalan, dan pada pukul
15.21-16.01 pada titik ke empat lorong sekolah di lantai dua 15,5 meter dari bahu jalan. Nilai Ls
dari empat titik yaitu 63,5 dBA. Menurut KEP-48/MENLH/11/1996 Baku mutu tingkat
kebisingan disekolah sebesar 55 dBA. Berdasarkan hasil pengukuran di 10 titik pada SMK N 4
Samarinda, tidak semuanya lokasi pengujian melebihi nilai baku mutu kebisingan, Karena pada
lokasi pengujian pertama dan lokasi pengujian kedua nilai menunjukan melebihi nilai baku mutu
kebisingan 55-65 dBA ( lokasi pertama 66,3 dan lokasi kedua 70,0) tingginya nilai kebisingan
ini disebabkan karena titik-titik pengukuran yang dekat dengan jalan. sedangkan pada lokasi
ketiga nilai kebisingan yang diperoleh tidak melebihi nilai baku mutu kebisingan (63,5). Hal
yang menyebabkan rendahnya nilai kebisingan pada pengujian ketiga yaitu pengujian yang
dilakukan pada lantai 2 sekolah 15,5 meter dari bahu jalan sehingga sumber suara tidak terlalu
terdengar.
Faktor yang mempengaruhi tingginya kebisingan dilingkungan sekolah terbagi menjadi dua
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individudan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal ini meliputi faktor fisiologis, faktor
Contoh: keributan didalam ruangan yang dilakukan oleh siswa (memutar music dan
bernyayi).
2. Faktor external
Faktor external adalah faktor yang berasal dari luar individu dan dapat mempengaruhi
hasil belajar individu. Faktor external ini meliputi lingkungan sosial (lingkungan sosial
masyarakat dan lingkungan sosial sekolah). Contoh: kendaraan yang berlalu lalang
Dampak kebisingan akibat lalu lintas yang padat didaerah perkotaan bukan merupakan
masalah baru, sehingga sulit untuk mendapatkan lokasi sekolah yang tenang agar kegiatan
belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 4 (SMK
N 4 samarinda) merupakan sarana pendidikan yang terletak didaerah perkotaan dan berada
didaerah pinggir jalan raya yang arus lalu lintasnya padat. Kebisingan disekitar lingkungan
Kebisingan yang berlebih dapat mengganggu kesehatan. Salah satu bentuk yaitu gejala
stress yang mengacu kepada kognitif, emosional, fisik atau perilaku. Gejala stress selalu diawali
keadaan wapada (state of alarm) dan peningkatan produksi adrenalin yang berakhir bila
ancaman diatasi. Bila ancaman berlanjut terjadi resistensi melalui mekanisme coping yang
dilakukan secara mental. Bila kondisi ini berlanjut terjadi gangguan mental dan fisik seperti
kelelahan, iritabilitas, kontraksi otot, tidak mampu berkonsentrasi, disertai reaksi fisiologik
seperti sakit kepala dan peningkatan frekuensi denyut jentung.Selain dipengaruhi oleh tingkat
kebisingan yang merupakan salah satu sumber stressor, konsentrasi juga dipengaruhi oleh faktor
1. Terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya
kesehatan sseperti: meningkatnya tekanan darah dan tekanan jantung, resiko serangan
Pengendaliaan sumber bising dibagi menjadi tiga, pengendalian terhadap sumber bising dan
Cara yang paling tetap untuk mengurangi kebisingan adalah dengan mengontrol
sumber bisingnya untuk pengontrolan bising lalu lintas, ada beebrapa yang dapat
Strategi pengendalian terhadap penerima bising yang dapat dilakukan antara lain
melalui perencanan tata guna lahan disain bangunan yang dapat mengurangi
kebisingan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Samarinda adalah salah satu unit pelaksana teknis
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Balai Keselamatan dan
dan pengukuran, perekayasaan dan penerapan teknologi, pelatihan, fasilitas tempat uji
kompetensi (UTK), pengelolaan data sertifikasi profesi serta pelayanan konsultasi, promosi
2. Berdasarkan hasil pengukuran di 10 titik pada SMK N 4 Samarinda, tidak semuanya lokasi
pengujian melebihi nilai baku mutu kebisingan, Karena pada lokasi pengujian pertama dan
lokasi pengujian kedua nilai menunjukan melebihi nilai baku mutu kebisingan 55-65 dBA
(lokasi pertama 66,3 dan lokasi kedua 70,0) tingginya nilai kebisingan ini disebabkan
karena titik-titik pengukuran yang dekat dengan jalan. sedangkan pada lokasi ketiga nilai
kebisingan yang diperoleh tidak melebihi nilai baku mutu kebisingan (63,5). Hal yang
menyebabkan rendahnya nilai kebisingan pada pengujian ketiga yaitu pengujian yang
dilakukan pada lantai 2 sekolah 15,5 meter dari bahu jalan sehingga sumber suara tidak
terlalu terdengar.
B. Saran
1. Sebaiknya pihak Sekolah membuat pagar bambu mini yang dapat atau berfungsi
DAFTAR PUSTAKA
https://jdih.kemnaker.go.id/Peraturan-menaker.html
http://www.neliti.com
http://www.acedemia.edu
http://www.stikesmuhammadiyah.blogspot.com
http://jurnal.fk.unand.ac.id
Novieka, 2018. Laporan Hasil Magang di Balai Keselamatan dan kesehatan Kerja Samarinda.
Rahmi, 2019. Laporan Magang Pengujian Tingkat Kebisingan Lingkungan Kerja Oleh Balai