Anda di halaman 1dari 5

Tugas Mata Kuliah Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Medan,15 februari

2016

PENGERTIAN,RUANG LINGKUP, DAN SEJARAH


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Dosen Pembimbing:

Dr. Ir. Gerry Silaban,M.kes

YANG DISUSUN OLEH

NAMA : Sustri.S.A.Saragih

NIM : 151000525

Kelas : F
1. Ridley dan John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,perusahaan
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
2. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyrakat
adil dan makmur

Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :

a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.

b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :

1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian


2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4. Proses produksi
5. Karakteristik dan sifat pekerjaan
6. Teknologi dan metodologi kerja

c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan


hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.

d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jawab
atas keberhasilan usaha hyperkes.

Ruang Lingkup Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja termasuk dalam perlindungan teknis,yaitu perlindungan terhadap
pekerja agar selamat dari bahaya yang dapat ditimbul oleh alat kerja atau bahan yang
dikerjakan seperti, adanya jaminan perlindungan,mentaati peraturan keselamatan kerja,
dan adanya pengaturan keselamatan kerja diperusahaan.

Menurut laporan International LabourOrganization(ILO) tahun 2006 kerugian akibat


kecelakaan kerja mencapai 4% dari GPD suatu Negara. Artinya, dalam skala industry,
kecelakaan dan penyakit akibat kerja menimbulkan kerugian 4 persen dari biaya produksi
berupa pemborosan terselubung yang dapat mengurangi produktivitas yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi daya saing suatu Negara.
Hasil survey World Economic Forum tersebut juga mengkaitkan antara daya saing
dengan tingkat kecelakaan. Daya saing suatu Negara ternyata berhubungan dengan
tingkat keselamatan. Negara dengan daya saing rendah memiliki tingkat keselamatan
yang rendah pula indeks daya saing Indonesia berada pada pringkat ketiga dari bawah di
atas Zimbabwe dan Rusia dengan nilai bawah 3,5 dan indeks kematian akibat kecelakaan
sebesar 17-18 per 100.000 pekerja.
Pada urutan pertama adalah Finlandia dengan indeks daya saing 6 dan indeks kematian
akibat kecelakaan dibawah 1 pr 100.000 pekerja. Malaysia memiliki indeks daya saing 5
dengan indeks kematian akibat kecelakaan kerja sekitar 11 per 100.000 pekerja. Kondisi
ini disebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman akan pentingnya k3.

Di Indonesia
Sebelum abad ke 16 tidak ada catatan sejarah yang ada kaitannya dengan konsep
hiperkes. Pada abad ke 16 dan sesudahnya barulah terdapat dokumen yang
menggambarkan penyakit pekerja tambang dan pekerja lainnya sebagaimana
dikemukakan oleh Agricola menulis buku De Re Metalica, yang diterbitkan pada tahun
1556,sedangkan parcelus menulis Von der Bergsucht und Anderen Bergkrankheiten pada
tahun 1569.
Keselamatan kerja telah dikenal sejak berabad yang lalu sejalan dengan perkembangan
industry. Namun secara spesifik, baru dimulai sekitar tahun 1800an bersamaan dengan
revolusi industry di Inggris yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap yang
membawa perubahan mendasar dalam proses produksi. Kondisi perburuhan yang buruk
dan angka kecelakaan yang tinggi telah mendorong berbagai kalangan untuk berupaya
meningkatkan perlindungan bagi tenaga kerja.
Pada abad ke 20 dikeluarkan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya
kebersihan,keselamatan,dan kesehatan yang substansinya sangat sederhana sesuai dengan
kebutuhan waktu itu.
Perkembangan kea rah diselenggarakannya hygiene perusahaan dan kesehatan kerja
boleh dikatakan baru mulai tampak dijaman Indonesia merdeka.
Berbagai peristiwa sangat bersejarah terjadi pada tahun 1969, pertama ,
diselenggarakannya seminar tentang kesehatan dan produktivitas kerja, dijakarta. Kedua ,
dimasukkannya proyek pembinaan hygiene perusahaan dan kesehatan kerja dalam
Pembangunan Lima Tahun Pertama; diselenggarakannya latihan hiperkes pertama kali.
Ketiga , diratifikasinya konvensi ILO No.120 tentang Higiene dalam Perniagaan dan
kantor-kantor dan diundangkannya Undang-Undang tentang pokok-pokok Tenaga Kerja
yang memuat pasal-pasal tentang hygiene perusahaan dan keshatan kerja. UU tentang
keselamatan kerja diundangkan pada tahun 1970.

Daftar Pustaka

Triwibowo ,Cecep dan Mitha Erlisya Puspahandani.2013.Kesehatan Lingkungan dan


K3.Yogyakarta: Nuha Medika. (hal 90)

Rejeki,Sri.2015.sanitasi, hyginie,dan kesehatan dan keselamatan kerja (k3).Bandung:


Rekayasa Sains.(Hal 143)

Rachman ,Abdul, et, al, 1990. Pedoman studi hiperkes pada Institusi Pendidikan Tenaga
Sanitasi. Jakarta : Rajawali Grafindo Persada.

Triwibowo ,Cecep dan Mitha Erlisya Puspahandani.2013.Kesehatan Lingkungan dan


K3.Yogyakarta: Nuha Medika. (hal 91-92)
Ramli,Soehatman.2010. Sistem Manajemen dan Keselamatan & Kesehatan Kerja
OHSAS 18001.Jakarta:Dian Rakyat. ( Hal 1-5)

Dr. Suma,mur P.K.,MSc.2014.Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja


(HIPERKES).Jakarta:Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai