Anda di halaman 1dari 7

Bagaimana Penerapan Kesehatan Kerja di Indonesia.

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 wajib diterapkan oleh pemberi kerja
kepada tenaga kerjanya, baik di dalam maupun di luar. Secara umum definisi K3
adalah segala hal yang berhubungan dengan kesehatan, keselamatan, dan
kesejahteraan di dalam suatu pekerjaan sehingga institusi maupun perusahaan wajib
menjamin itu.

Penerapan K3 sendiri sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970,


yang tujuannya adalah:
1. Memberi pelindungan dan menjamin keselamatan setiap pekerja maupun orang
lain yang berada dalam satu lingkungan kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi yang ada dapat digunakan secara aman dan
efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas sumber daya manusia.
Dari ketiga tujuan diterapkannya K3 tersebut berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1970,
maka harus ada keharmonisan antara pemberi kerja atau pengusaha, tenaga kerja,
dan juga pemerintah. Jika ketiganya dapat saling bersinergi menerapkan K3 tentu
risiko kecelakaan kerja, kerusakan, serta kerugian dalam lingkungan kerja dapat
dihindari semaksimal mungkin. Pekerjanya aman dan sejahtera, perusahaan pun
akan sejahtera pula.

Penerapan Standar K3 di Indonesia


Kementerian Ketenagakerjaan masih mencatat adanya kasus kecelakaan kerja yang
cukup tinggi, yakni 130.923 kasus. Meskipun menunjukkan penurunan angka dari
tahun 2018 sebanyak 157.313 kasus. Tingginya kasus tersebut tak terlepas dari
kurangnya kesadaran baik dari pengusaha, tenaga kerja, dan juga masyarakat. Seperti
yang diketahui kecelakaan kerja dapat menyebabkan kematian, kerugian materiil,
moril, hingga pencemaran lingkungan. Nah, kecelakaan kerja ini juga akan
mempengaruhi indeks pembangunan manusia (IPM) serta indeks pembangunan
ketenagakerjaan (IPK). Untuk itu penerapan K3 di setiap perusahaan harus disertai
dengan pengawasan seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 2012. Akan tetapi dalam praktiknya pengawasan dan penerapan sanksi yang
tidak maksimal dari Kementerian Ketenagakerjaan kepada perusahaan jadi salah satu
kendala tidak optimalnya penerapan K3 di Indonesia. Dengan begitu masih banyak
perusahaan yang tidak takut untuk tidak melaksanakan K3.
Demi memberikan perlindungan dan keselamatan kerja yang maksimal, Kementerian
Ketenagakerjaan menerapkan lima program dan strategi K3 nasional untuk periode
2020-2024. Kelima program tersebut adalah Gerakan Promosi K3, Penguatan
Kapasitas Sumber Daya K3, Penguatan Pengawasan dan Penegakkan Hukum Norma
K3, Penguatan Sistem Pelaporan dan Manajemen Data dan Informasi K3, serta
Koordinasi, SInergi dan Kolaborasi K3. Disamping itu masyarakat juga diharapkan
dapat membantu mensukseskan program tersebut agar terciptanya lingkungan kerja
yang aman, nyaman, dan kondusif .
 
Aturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Indonesia.

1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-Undang


terkenal sebagai aturan pokok K3. UU ini mengatur kewajiban perusahaan dan
pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 tahun 1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
3. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Undang- Undang ini
memberi kewajiban bagi perusahaan untuk memeriksakan kesehatan badan, kondisi
mental, dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke
tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja,
serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para pekerja juga
berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta
mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.  
4. Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang
saat ini telah diubah menjadi Sistem Jaminan Sosial Nasional Undang-undang Nomor
40 tahun 2004 yang mengatur jaminan sosial tenaga kerja salah satunya adalah
jaminan kecelakaan kerja. 
5. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja
6. Peraturan Menteri Nomor 5 tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
7. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam pasal 86
menegaskan hak pekerja untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja. 
8. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
9. Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
10. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang K3 Lingkungan
Kerja

IDENTIFIKASI BAHAYA DI TEMPAT KERJA


 
Bahaya (hazard)
Beberapa definisi bahaya sebagai berikut: Menurut OHSAS 18001, bahaya adalah:
sumber, situasi, atau tindakan yang berpotensi bahaya dalam hal cedera manusia
atau gangguan kesehatan. Menurut Frank Bird (1990), suatu bahaya adalah sumber
potensi bahaya dalam hal cedera manusia, gangguan kesehatan, kerusakan alat dan
lingkungan. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa bahaya adalah
segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan atau cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya.
Bahaya dan risiko berhubungan erat, dimana bahaya menjadi sumber terjadinya
kecelakaan atau kejadian yang menyangkut manusia, energi dan lingkungan. Risiko
menggambarkan besarnya kemungkinan suatu bahaya dapat menimbulkan
kecelakaan serta besarnya keparahan yang dapat diakibatkannya. Besarnya risiko
ditentukan oleh berbagai energi seperti besar paparan, lokasi, pengguna, kuantiti,
serta unsur yang terlibat. Risiko digambarkan sebagai kemungkinan bahaya terjadi
kecelakaan serta tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan jika kecelakaan terjadi.
Maka dari itu,dalam konsep keselamatan kerja sasaran utama adalah mengendalikan
atau meminimalkan bahaya sehingga secara otomatis risikonya dapat dikurangi atau
dihilangkan.
Identifikasi bahaya dapat menjelaskan bagaimana keterkaitan antara energi dan
kecelakaan. Kejadian kecelakaan selalu berhubungan dengan salah satu bentuk
energi. Energi terdapat dalam berbagai bentuk seperti energi panas, listrik, fisika,
kimia, bio energi, dan mekanis. Energi juga dapat menimbulkan risiko cedera seperti
energi gravitasi, risiko atau cedera dapat terjadi saat suatu benda jatuh menimpa
orang atau jika seseorang jatuh dari ketinggian dan cedera yang ditimbulkan dapat
berupa terkilir, luka hingga kematian di tempat kerja.
 
 
Bahaya kerja
Bahaya kerja merupakan setiap keadaan dalam lingkungan kerja yang berpotensi
untuk timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja. Bahaya kerja terdiri
dari:
• Bahaya fisika : bahaya fisika terdiri dari pencahayaan, kebisingan, vibrasi, tekanan
panas atau suhu lingkungan kerja yang ekstrim, radiasi, dan getaran.
• Bahaya kimia: bahaya kimia meliputi konsentrasi uap, gas, atau aerosol dalam
bentuk debu atau fume yang berlebihan di lingkungan kerja. Pajanan oleh bahaya
kimiawi dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara terhirup, tertelan, absorsi melalui
kulit atau dengan mengiritasi kulit. dan injeksi
• Bahaya biologi: bahaya biologis di lingkungan kerja dapat berupa virus, bakteri,
cacing, serangga, jamur, riketsia, klamidia. Para pekerja yang dapat terpapar bahaya
ini contohnya adalah para pekerja di rumah sakit, pekerja yang menangani atau
memproses sediaan biologis tumbuhan atau hewan, pegawai laboratorium,
mengolah bahan makanan, pengangkut sampah dan pengolah limbah, petani,
pengrajin yang menggunakan bahan dasar tanah.
• Bahaya ergonomi: bahaya ergonomis dapat berupa desain peralatan kerja, mesin,
dan tempat kerja yang buruk, aktivitas mengangkat beban, jangkauan yang
berlebihan, penerangan yang tidak memadai, gerakan yang berulang-ulang secara
berlebihan yang dapat mengakibatkan timbulnya gangguan musculoskeletal pada
pekerja
• Bahaya psikologi: bahaya psikologis dapat berupa kepemimpinan dan komunikasi
yang buruk, konflik antar personal, konflik peran, motivasi kerja, kurangnya sumber
daya untuk menyelesaikan pekerjaan, beban tugas yang terlalu berat, dan lingkungan
tempat kerja yang tidak mendukung produktivitas kerja
 
Kesimpulan :
  Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan atau cedera pada manusia, kerusakan atau gangguan
lainnya.Bahaya menjadi sumber terjadinya kecelakaan atau insiden baik yang
menyangkut manusia, properti dan lingkungan sedangkan risiko menggambarkan
besarnya kemungkinan suatu bahaya dapat menimbulkan kecelakaan serta besarnya
keparahan yang dapat diakibatkannya. Besarnya risiko ditentukan oleh berbagai
faktor seperti besar paparan, lokasi, pengguna, jumlah, serta unsur yang terlibat.
  Bahaya di tempat kerja terdiri dari 5 macam, yaitu bahaya kimia, fisika, biologi,
ergonomi dan psikologi. Bahaya fisika terdiri dari pencahayaan, kebisingan, vibrasi,
tekanan panas atau suhu lingkungan kerja yang ekstrim, radiasi, dan getaran . Bahaya
kimia meliputi konsentrasi uap, gas, atau aerosol dalam bentuk debu atau fume yang
berlebihan di lingkungan kerja. Bahaya biologi di lingkungan kerja diantaranya virus,
bakteri, cacing, serangga, jamur, riketsia, klamidia. .Bahaya ergonomi diantaranya
desain peralatan kerja, dan tempat kerja yang buruk, aktivitas kerja yang berlebihan
dan postur yang tidak sesuai, penerangan yang tidak memadai. Bahaya psikologi
berupa kepemimpinan dan komunikasi yang buruk, konflik antar personal, konflik
peran, motivasi kerja, kurangnya sumber daya untuk menyelesaikan pekerjaan,
beban tugas yang terlalu berat, dan lingkungan tempat kerja yang tidak mendukung
produktivitas kerja.

Prinsip - Prinsip Kesehatan Kerja

• Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai (modal)
awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian.

Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja,
gizi kerja dan lain-lain. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat
beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain)
dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan
tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan
atau penyakit akibat kerja.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi
tidak hanya oleh bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga
oleh faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor lainnya.

• Lingkungan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja yang Ditimbulkan

Penyakit akibat kerja dan atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan
oleh pemajanan di lingkungan kerja. Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka
Langkah awal yang penting adalah :
- Pengenalan/identifikasi bahaya yang bisa timbul di lingkungan kerja
- Evaluasi di Lingkungan Kerja
- Pengendalian di Lingkungan Kerja
 
Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan kerja
ditempuh tiga langkah utama, yakni:
1. Pengenalan lingkungan kerja : Pengenalan lingkungan kerja ini biasanya dilakukan
dengan cara melihat dan mengenal (walk through inspection), dan ini merupakan
langkah dasar yang pertama-tama dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.
2. Evaluasi lingkungan kerja : Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya
potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul sehingga bisa untuk menentukan
prioritas dalam mengatasi permasalahan.
3. Pengendalian lingkungan kerja : Dimaksudkan untuk mengurangi atau
menghilangkan pemajanan terhadap zat/bahan yang berbahaya di lingkungan kerja.

Kedua tahapan sebelumnya yang mana pengenalan dan evaluasi tidak dapat
menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan
teknologi pengendalian yang kuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan
di kalangan para pekerja yaitu :
a. Pengendalian lingkungan (Environmental Control Measures):
1.) Desain dan tata letak yang memenuhi syarat
2.) Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya.
Contohnya : Menggunakan barang-barang hasil industry yang ramah lingkungan
seperti sabun non-deterjen, pupuk kompos.
 
b. Pengendalian perorangan (Personal Control Measures):
Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungi
pekerja dari bahaya kesehatan. Namun, alat pelindung perorangan harus sesuai dan
kuat. Pembatasan waktu selama pekerja terpajang terhadap zat tertentu yang
berbahaya dapat menurunkan risiko terkenanya bahaya kesehatan di lingkungan
kerja.
Contohnya : Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang penting
terutama untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan bahan
kimia serta partikel lain.
Kesehatan Kerja dalam upaya penanganan dalam industri meliputi:
 
a. pertolongan pertama pada cedera dan sakit yang terjadi di Tempat Kerja;
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah pertolongan dan perawatan
sementara yang dilakukan kepada korban kecelakaan di tempat kerja menggunakan
peralatan sederhana sebelum korban mendapatkan pertolongan yang sempurna.
Meski hanya menggunakan peralatan sederhana, P3K bisa menjadi salah satu solusi
untuk memberi pertolongan secara cepat dan tepat. Meski pertolongan pertama
bukanlah penanganan yang sempurna, tapi dengan adanya P3K di tempat kerja akan
memiliki banyak manfaat dalam mencegah keparahan cidera, mengurangi
penderitaan dan bahkan menyelamatkan nyawa korban.
 
b. diagnosis penyakit akibat kerja
terdapat empat langkah diagnosis PAK, di antaranya:
1. Menegakkan diagnosis klinis
Diagnosis klinis harus ditegakkan terlebih dahulu dengan melakukan:
* Anamnesis
* Pemeriksaan fisik
* Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan khusus.
 
2. Menentukan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja
Beberapa pajanan bisa mengakibatkan satu penyakit, sehingga dokter di perusahaan
harus mendapatkan informasi semua pajanan yang dialami dan pernah dialami
pekerja.
 
3. Menentukan hubungan pajanan dengan diagnosis klinis
Pajanan yang teridentifikasi dihubungkan dengan penyakit yang dialami. Waktu
timbulnya gejala setelah terpajan oleh bahan tertentu memengaruhi hubungan
antara pajanan dengan diagnosis klinis.
Penyakit lebih sering timbul apabila berada di tempat kerja dan berkurang saat libur
atau cuti. Hasil pemeriksaan prakerja dan berkala dapat digunakan sebagai salah satu
data untuk menentukan PAK.
 
4.Menentukan pajanan di luar tempat kerja
Penyakit yang timbul mungkin diakibatkan oleh pajanan yang sama di luar tempat
kerja sehingga perlu informasi tentang kegiatan yang dilakukan di luar tempat kerja
seperti hobi, pekerjaan rumah, dan pekerjaan sampingan.
 
c. penanganan kasus gawat darurat di area kerja
penanganan kondisi gawat darurat adalah hal yang wajib dikembangkan di area kerja
untuk mengantisipasi kerugian akibat bencana yang karena suatu hal dapat tidak
terkendali. Untuk mengatasi ketiga kejadian di atas seperti teror bom, huru hara dan
bencana alam diperlukan adanya panduan penanganan kondisi gawat darurat yang
tepat. Panduan penanganan kondisi gawat darurat adalah suatu sistem yang
menggabungkan beberapa depertemen mencakup HRD, keamanan (security),
kesehatan, termasuk K3LH (Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan
Hidup) itu sendiri untuk menanggulangi kejadian bencana tersebut.
 
d. rujukan kecelekan kerja
rujukan kecelekan kerja yaitu perusahaan wajib mendaftarkan semua karyawannya
dalam BPJS Ketenagakerjaan. Didalamnya terdapat program yang akan bermanfaat
ketika karyawan mengalami kecelakaan kerja, yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
 
f. Jika dalam diagnosis dan tata laksana Penyakit Akibat Kerja ditemukan kecacatan,
dilakukan penilaian kecacatan.
g. Hasil penilaian kecacatan digunakan sebagai pertimbangan untuk mendapatkan
jaminan kecelakaan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
 
Tujuan Kesehatan Kerja bagi para pekerja Industri:
 
* Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
* Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
* Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
* Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
* Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
* Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atas
kondisi kerja.
* Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Anda mungkin juga menyukai