Anda di halaman 1dari 6

CHAPTER XII

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Program keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan oleh banyak perusahaan
memiliki tujuan untuk mengurangi atau menghindari risiko kecelakaan kerja. Penyebab
kecelakaan kerja yang terjadi seringkali karena perlakuan tidak aman seperti tidak mematuhi
peraturan, tidak mengikuti standar prosedur kerja, tidak memakai alat pelindung diri, serta
kondisi fisik yang lemah. Disamping itu, gangguan kesehatan juga dapat menyerang
karyawan saat bekerja, seperti iritasi mata, kulit kemerahan, sesak nafas, keracunan karena
gas tertentu, dan lain sebagainya. Program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
tanggung jawab perusahaan untuk melindungi karyawannya. Pasal 86 Undang-undang Nomo
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menegaskan bahwa setiap pekerja/buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

 Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Para karyawan tentunya menginginkan kerja yang aman dan sehat dimanapun ia
melakukan pekerjaan. Bab ini membahas mengenai perlindungan karyawan dari kecelakaan
dan penyakit yang ditimbulkan akibat kerja. Bangun (2012) menyebutkan keselamatan kerja
merujuk pada perlindungan atas keamanan kerja yang dialami setiap pekerja. Perlindungan
ini mengarah pada kondisi fisik dan mental dari para pekerja yang diakibatkan lingkungan
kerja pada perusahaan.
Keselamatan kerja merupakan perlidungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh
kecelakaan yang terkait pekerjaan. Sedangkan, kesehatan kerja terkait dengan terbebasnya
para pekerja dari penyakit fisik dan emosional yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Leon dalam Mangkunegara (2017) mengemukakan keselamatan mencakup istilah risiko
keselamatan dan risiko kesehatan. Dalam ketenagakerjaan, kedua istilah tersebut dibedakan.
Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan
atau kerugian di tempat kerja. Risiko keselamatan misalnya seperti kebakaran, tersengat
aliran listrik, terjatuh, terpotong, luka dan lain sebagainya. Sedangkan kesehatan kerja
merujuk pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan misalnya seperti lingkungan yang
membuat stress/emosi atau gangguan fisik.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu bentuk upaya
dalam menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, yang mana
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
 Tujuan Manajemen K3

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja memiliki 3 tujuan berdasarkan Undang -


undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.

Disambing itu tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Mangkunegara (2017),
antara lain :
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seefektif
mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

 Penyebab Terjadinya Kecelakaan

Dalam Marwansyah (2019) disebutkan tiga faktor utama yang berkontribusi


menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja menurut Joint Indutrial Safety Council – ILO,
diantaranya :
1. Peralatan Teknis
Misalnya peralatan yang tidak memadai sehingga dapat menimbulkan kecelakaan.
2. Kondisi Kerja
Terdapat kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, misalnya
faktor-faktor seperti : tempat kerja yang berantakan, kebisingan, temperatur, ventilasi,
pencahayaan, dll.
3. Manusia
Terkait dengan faktor manusia dalam kecelakaan kerja, faktor-faktor yang harus
diperhatikan oleh manajemen antara lain :
– Pengalaman kerja. Tahap awal pada pekerjaan baru atau prosedur baru merupakan
saat yang kritis
– Informasi dan instruksi tentang metode kerja dan risiko yang mungkin terjadi
– Usia. Seiring dengan bertambahnya usia kemampuan manusia seperti penglihatan,
pendengaran akan menurun.
 Pendekatan Program K3

Pada dasarnya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dimaksudkan untuk
melindungi dan memelihara kondisi fisik dan mental para pekerja (Marwansyah, 2019).
Dalam mewujudkan hal tesebut terdapat dua cara yang dapat dilakukan :
- Pendekatan pertama ; dengan menciptakan lingkungan psikologis dan sikap yang
mendukung keselamatan kerja. Harus ditanamkan dalam benak setiap karyawan bahwa
keselamatan kerja harus diutamakan. Kebijakan perusahaanpun harus dengan tegas
menekankan aspek keselamatan dan kesehatan kerja harus diperhatikan.
- Pendekatan kedua ; dengan menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang aman.
Terkait hal ini, lingungan fisik tempat kerja hendaknya dirancang sedemikian rupa untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
a. Program Keselamatan Kerja
Lingkungan kerja yang aman tidak terbentuk dengan sendirinya, melainan melalui upaya-
upaya tertentu untuk menciptakannya. Program keselamatan kerja ini merupakan upaya
dalam pencegahan kecelakaan dan meminimalkan kerugian dan kerusakan akibat kecelakaan
kerja terhadap manusia dan harta benda.
Marwansyah (2019) menyebutkan program keselamatan kerja dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk, yaitu ;
1. Safety condition ; dengan membuat kondisi kerja yang aman. Misalnya dengan
menggunakan mesin-mesin dengan alat-alat pengaman, penggunaan alat-alat yang
memadai, mengatur tata letak pabrik dan penerangan yang cukup, menjaga agar lantai
tidak licin, menggunakan petunjuk dan peralatan keamanan.
2. Safety act : melakukan pencegahan kecelakaan dengan mengendalikan praktik-praktik
yang memperhatikan keselamatan kerja. Dilakukan dengan mendidik para karyawan
tentang aspek keamanan, memberlakukan larangan-larangan dengan tegas, memasang
poster-poster yang mengingatkan tentang keamanan, dan sebagainya.
b. Program Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja mencakup kesehatan fisik dan mental. Kesehatan kerja dapat terganggu
karena penyakit, stress, ataupun karena kecelakaan. Program kesehatan kerja menangani
pencegahan terhadap penyakit yang berasal dari kondisi (lingkungan) kerja. Program
kesehatan kerja dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Armstrong (2006) dalam Marwansyah (2019) menyebutkan program-program kesehatan
kerja menangani pencegahan penyakit yang berasal dari kondisi kerja. Program ini terdiri dari
dua unsur sebagai berikut :
1. Occupational medicine ; cabang khusus dari preventive medicine yang mencakup
diagnosis dan pencegaham bahaya terhadap kesehatan di tempat kerja dan menangani
penyakit atau stress yang terjadi.
2. Occupational hygiene : bidang yang ditangani ahli kimia dan ahli ergonomi yang
melakukan pengukuran dan pengendalian atas bahaya lingkungan.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja mengatur tentag
masalah-masalah keselamatan di tempat kerja.
Pasal 3 UU Nomor 1 Tahun 1970 berisi penetapan syarat-syarat keselamatan kerja yang
ditujukan untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

 Kerugian Kecelakaan Kerja

Dalam Marwansyah (2019) disebutkan bahwa kecelakaan kerja dapat menimbulkan


kerugian langsung maupun tidak langsung (biaya tersembunyi). Teori gunung es
menggambarkan kerugian biaya yang muncul akibat kecelakaan kerja. Teori gunung es ini
mengibaratkan porsi biaya tidak langsung yang lebih banyak sebagai bongkahan es yang
tersembunyi di bawah permukaan laut dengan ukuran yang jauh lebih besar dari pada
bongkahan yang tampak (di atas permukaan air laut) dengan ukuran yang lebih kecil.
Kerugian yang tampak seperti biaya pengobatan dan perawatan, dan biaya kompensasi
(asuransi). Sedangkan komponen biaya yang tidak tampak, seperti kerusakan bangunan,
kerusakan alat dan mesin, kerusakan produk dan bahan baku, tertundanya proses produksi,
pengeluaran untuk sarana dan prasarana darurat, biaya perekrutan dan pelatihan, biaya
lembur, berkurangnya kemampuan tenaga kerja yang mengalami cedera, menurunnya atau
jatuhnya nama baik perusahaan, dll.
Selain mengakibatkan kerugian berupa cedera pada tenaga kerja, kecelakaan kerja
menimbulkan biaya yang besar bagi perusahaan. Hal ini menunjukkan pentingnya
menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan.
Dalam Marwansyah (2019) disebutkan beberapa alasan yang mendorong manajemen
mendukung program keselamatan kerja, antara lain :

1. Menghindari kerugian personal


Setiap pekerja tentu tidak ingin terluka atau mengalami kecelakaan kerja. Derita
akibat kecelakaan tentu tidak menyenangkan dan dapat menimbulkan trauma.
2. Menghindari kerugian finansial karena pekerja mengalami kecelakaan.
Pada umumnya, pekerja dilindungi oleh asuransi perusahaan atau pribadi, namun
adakalanya luka akibat kecelakaan menimbulkan kerugian finansial yang tidak
ditanggung oleh asuransi.
3. Hilangnya produktivitas
Apabila seorang pekerja mengalami luka, ada kemungkinan produktivitasnya akan
menurun,
4. Premi asuransi yang lebih tinggi
Semakin sering terjadi kecelakaan, semakin tinggi premi yang diminta oleh
perusahaan asuransi.
5. Kemungkinan denda dan hukuman
Pelanggaran terhadap peraturan keselamatan kerja dapat dikenakan denda, hukuman
penjara, ataupun sanksi hukum lainnya.
6. Tanggung jawab social
Dukungan terhadap program keselamatan menunjukkan tanggung jawab pihak
pengusaha atas keselamatan dan kesehatan pekerja mereka.

 Langkah-langkah Penerapan Sistem Manajemen K3

Penerapan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja perusahaan wajib


melaksanakan ketentuan-ketentuan berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.
05/MEN/1996, sebagai berikut :
1. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin komitmen
terhadap penerapan Sistem Manajemen K3
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja
3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja
4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja
serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan
5. Meninjau secra teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen K3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan
kerja.

 Kewajiban Pengusaha dan Tenaga Kerja

Berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 12


mengenai Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja, sebagai berikut :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli
keselamatan kerja.
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
c. Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja
yang diwajibkan
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan
kerja serta alat - alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam
hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.
Sedangkan kewajiban pengusaha terkait keselamatan dan kesehatan kerja tercantum dalam
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 mengenai Kewajiban
Pengurus, sebagai berikut :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat
dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli Keselamatan Kerja
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain
yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai