Program keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan oleh banyak perusahaan
memiliki tujuan untuk mengurangi atau menghindari risiko kecelakaan kerja. Penyebab
kecelakaan kerja yang terjadi seringkali karena perlakuan tidak aman seperti tidak mematuhi
peraturan, tidak mengikuti standar prosedur kerja, tidak memakai alat pelindung diri, serta
kondisi fisik yang lemah. Disamping itu, gangguan kesehatan juga dapat menyerang
karyawan saat bekerja, seperti iritasi mata, kulit kemerahan, sesak nafas, keracunan karena
gas tertentu, dan lain sebagainya. Program keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
tanggung jawab perusahaan untuk melindungi karyawannya. Pasal 86 Undang-undang Nomo
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menegaskan bahwa setiap pekerja/buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.
Para karyawan tentunya menginginkan kerja yang aman dan sehat dimanapun ia
melakukan pekerjaan. Bab ini membahas mengenai perlindungan karyawan dari kecelakaan
dan penyakit yang ditimbulkan akibat kerja. Bangun (2012) menyebutkan keselamatan kerja
merujuk pada perlindungan atas keamanan kerja yang dialami setiap pekerja. Perlindungan
ini mengarah pada kondisi fisik dan mental dari para pekerja yang diakibatkan lingkungan
kerja pada perusahaan.
Keselamatan kerja merupakan perlidungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh
kecelakaan yang terkait pekerjaan. Sedangkan, kesehatan kerja terkait dengan terbebasnya
para pekerja dari penyakit fisik dan emosional yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
Leon dalam Mangkunegara (2017) mengemukakan keselamatan mencakup istilah risiko
keselamatan dan risiko kesehatan. Dalam ketenagakerjaan, kedua istilah tersebut dibedakan.
Keselamatan kerja menunjukkan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan
atau kerugian di tempat kerja. Risiko keselamatan misalnya seperti kebakaran, tersengat
aliran listrik, terjatuh, terpotong, luka dan lain sebagainya. Sedangkan kesehatan kerja
merujuk pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan misalnya seperti lingkungan yang
membuat stress/emosi atau gangguan fisik.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu bentuk upaya
dalam menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, yang mana
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Tujuan Manajemen K3
Disambing itu tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Mangkunegara (2017),
antara lain :
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seefektif
mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
5. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
Pada dasarnya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dimaksudkan untuk
melindungi dan memelihara kondisi fisik dan mental para pekerja (Marwansyah, 2019).
Dalam mewujudkan hal tesebut terdapat dua cara yang dapat dilakukan :
- Pendekatan pertama ; dengan menciptakan lingkungan psikologis dan sikap yang
mendukung keselamatan kerja. Harus ditanamkan dalam benak setiap karyawan bahwa
keselamatan kerja harus diutamakan. Kebijakan perusahaanpun harus dengan tegas
menekankan aspek keselamatan dan kesehatan kerja harus diperhatikan.
- Pendekatan kedua ; dengan menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang aman.
Terkait hal ini, lingungan fisik tempat kerja hendaknya dirancang sedemikian rupa untuk
mencegah terjadinya kecelakaan.
a. Program Keselamatan Kerja
Lingkungan kerja yang aman tidak terbentuk dengan sendirinya, melainan melalui upaya-
upaya tertentu untuk menciptakannya. Program keselamatan kerja ini merupakan upaya
dalam pencegahan kecelakaan dan meminimalkan kerugian dan kerusakan akibat kecelakaan
kerja terhadap manusia dan harta benda.
Marwansyah (2019) menyebutkan program keselamatan kerja dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk, yaitu ;
1. Safety condition ; dengan membuat kondisi kerja yang aman. Misalnya dengan
menggunakan mesin-mesin dengan alat-alat pengaman, penggunaan alat-alat yang
memadai, mengatur tata letak pabrik dan penerangan yang cukup, menjaga agar lantai
tidak licin, menggunakan petunjuk dan peralatan keamanan.
2. Safety act : melakukan pencegahan kecelakaan dengan mengendalikan praktik-praktik
yang memperhatikan keselamatan kerja. Dilakukan dengan mendidik para karyawan
tentang aspek keamanan, memberlakukan larangan-larangan dengan tegas, memasang
poster-poster yang mengingatkan tentang keamanan, dan sebagainya.
b. Program Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja mencakup kesehatan fisik dan mental. Kesehatan kerja dapat terganggu
karena penyakit, stress, ataupun karena kecelakaan. Program kesehatan kerja menangani
pencegahan terhadap penyakit yang berasal dari kondisi (lingkungan) kerja. Program
kesehatan kerja dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
Armstrong (2006) dalam Marwansyah (2019) menyebutkan program-program kesehatan
kerja menangani pencegahan penyakit yang berasal dari kondisi kerja. Program ini terdiri dari
dua unsur sebagai berikut :
1. Occupational medicine ; cabang khusus dari preventive medicine yang mencakup
diagnosis dan pencegaham bahaya terhadap kesehatan di tempat kerja dan menangani
penyakit atau stress yang terjadi.
2. Occupational hygiene : bidang yang ditangani ahli kimia dan ahli ergonomi yang
melakukan pengukuran dan pengendalian atas bahaya lingkungan.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan kerja mengatur tentag
masalah-masalah keselamatan di tempat kerja.
Pasal 3 UU Nomor 1 Tahun 1970 berisi penetapan syarat-syarat keselamatan kerja yang
ditujukan untuk :
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi