Anda di halaman 1dari 9

KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN ( K2 )

STANDARISASI K3

Disusun Oleh :
1. M. Rizwa
2. Putri Novitasari
Dosen Pengampu :Ir.Zainuddin Idris.,M.T

Politeknik Negeri Sriwijaya


Jurusan Teknik Elektro
Program Studi D3 Teknik Listrik
2020/2021
Standarisasi K3
A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

 Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah


suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
 Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
 Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang
bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi
pekerja .
 Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera
yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum
fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
 Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

B. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja :Secara umum, kecelakaan


selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat
terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang
tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau
kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi
kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan
bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur
penyebab kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan
kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti
apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.

Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan


kerja adalah sebagai berikut:
 Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
 Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif
mungkin.
 Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
 Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
 Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
 Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
 Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

C. Pengertian Kecelakaan Kerja

Dalam kerja bengkel, kita pastinya akan menjumpai alat-alat berat yang sistem
kerjanya juga mengikuti postur atau fungsi alat tersebut. Seringkali alat yang kita
gunakan dalam kerja praktek tersebut tidak berfungsi secara maksimal, atau adanya
human error yang menyebabkan terhambatnya kerja bengkel. Hal ini sering kali di sebut
sebagai kecelakaan kerja.Kecelakaan ialah suatu kejadian yang tak terduga dan yang
tidak diharapkan ,karena dalam peristiwa tesebut tidak terdapat unsur kesengajaan,
lebih- lebih dalam bentuk perencanaan.
Dalam Permenaker no. Per 03/Men/1994 mengenai Program JAMSOSTEK,
pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan
hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula
kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja
daan pulang kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui. ( Bab I pasal 1 butir 7
).Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997), adalah suatu kejadian yang tak terduga
dan yang tidak dikehendaki yang mengacaukan suatu proses aktivitas yang telah
diatur.Kecelakaan terjadi tanpa disangka – sangka dalam sekejap mata , dan setiap
kejadian tersebut terdapat empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai yakni:
lingkungan,bahaya, peralatan, dan manusia.
Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan
fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko
kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi
periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau
gangguan fisik (Mangkunegara, 2000:161).

D. Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat
dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja.
Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung
terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan mekanik)
dan faktor manusia (lebih dari 80%).
Pada umumnya kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan,
kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang
kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan di tempat kerja. Para pekerja akan
tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk merencanakan,
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan beban kerja serta
faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.
Terjadinya kecelakaan kerja di bengkel listrik yang diakibatkan oleh faktor
manusia, diakibatkan antara lain dari faktor heriditas (keturunan), misalnya keras
kepala, pengetahuan lingkungan jelek. Di samping itu, kecelakaan dapat diakibatkan
oleh kesalahan manusia itu sendiri. Misalnya kurangnya pendidikan, angkuh, cacat
fisik atau mental. Karena sifat di atas ,timbul kecendrungan kesalahan dalam kerja
yang akhirnya mengakibatkan kecelakaan.

E. Akibat / dampak kecelakaan kerja

Dalam kecelakaan kerja, dampak terbesar dialami oleh korban atau pelaku praktek
kerja. Kerugian paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu sampai
mengakibatkan ia sampai cacat tetap atau bahkan meninggal dunia. Akibat atau dampak
lain dari terjadinya kecelakaan adalah dapat merugikan secara finansial, baik langsung
maupun tak langsung.Misalnya saja merugikan terhadap investasi atau modal kerja,
peralatan, bahan baku, dan lingkungan kerja setempat

F. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Untuk mencegah kecelakaan kerja sangatlah penting diperhatikannya


“Keselamatan Kerja”. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan
dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja,serta tata cara dalam melakukan
pekerjaan yang bertujuan untuk menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan,baik
jasmaniah maupun rohaniah manusia,yang tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada
umumnya dan pekerja pada khususnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa keselamatan
kerja pada hakekatnya adalah usaha manusia dalam melindungi hidupnya dan yang
berhubungan dengan itu,dengan melakukan tindakan preventif dan pengamanan
terhadap terjadinya kecelakaan kerja ketika kita sedang bekerja.
Kita harus melaksanakan keselamatan kerja ,karena dimana saja,kapan saja, dan siapa
saja manusia normal,tidak menginginkan terjadinya kecelakaan terhadap dirinya yang
dapat berakibat fatal.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, pada dasarnya usaha untuk memberikan
perlindungan keselamatan kerja pada pekerja atau karyawan dapat dilakukan dengan
dua cara: (Soeprihanto,1996:48) yaitu:
Pertama, melalui usaha preventif atau mencegah. Preventif atau mencegah berarti
mengendalikan atau menghambat sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja
sehingga dapat mengurangi atau tidak menimbulkan bahaya bagi para karyawan.
Adapun langkah-langkah pencegahan itu dapat dibedakan, yaitu :
 Subsitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya)
 Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya)
 Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.
 Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas
respirator, dust respirator, dan lain-lain).
 Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.
 Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja.
Kedua, usaha represif atau kuratif. Artinya, kegiatan untuk mengatasi kejadian atau
kecelakaan yang disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat ditempat kerja.
Pada saat terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya
persiapan baik fisik maupun mental para karyawan sebagai suatu kesatuan atau team
kerja sama dalam rangka mengatasi dan menghadapinya. Selain itu terutama persiapan
alat atau sarana lainnya yang secara langsung didukung oleh pimpinan bengkel.

G. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik.

Standarisasi dan Persyaratan

Tujuan standarisasi ialah mencapai keseragaman antara lain mengenai :

1. Ukuran , bentuk dan mutu barang.


2. Cara menggambar dan cara kerja

Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin meningkatnya jumlah dan jenis
barang yang dihasilkan, standarisasi menjadi suatu keharusan.Standarisasi juga
mengurangi pekerjaan tangan maupun pekerjaan otak. Dengan tercapainya standarisasi,
mesin-mesin dn alat-alat dapat dipergunakan secara lebih baik dan lebih efisien,
sehingga dapat menurunkan harga pokok dan meningkatkan mutu.Standarisasi
membatasi jumlah jenis bahan dan barang, sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan

Peraturan umum untuk instalasi cahaya dan tenaga :


1. Semua alat hubung dan perlangkapan pembagi pesawat listrik, motor listrik,
hantaran dari alat-alat harus memenuhi peraturan dan pemeriksaan yang berlaku
untuk itu.Hal tersebut di atas tidak berlaku untuk tegangan yang lebih dari pada yang
ditetapkan.
2. Tegangan untuk instalasi penerangan arus bolak-balik tidak boleh lebih tinggi dari
300 volt terhadap tanah.
3. Instalasi harus terdiri dari paling sedikit dua golongan. Terkecuali jika instalasi
tersebut tidak lebih dari 6 titik hubung. Tiap golongan tidak lebih dari 12 titik
hubung, untuk pemasangan yang baru tidak lebih dari 10 titik. Ketentuan di atas
tidak berlaku untuk penerangan reklame, pesta dan yang bersifat istimewa seperti
pada toko.
4. Setiap golongan penerangan, pembagian arusnya harus sama rata pada bagian
fasenya.

Peraturan umum untuk Instalasi Rumah Tinggal :

1. Untuk pemasangan suatu instalasi listrik lebih dahulu harus dibuat gambar-gambar
rencananya berdasarkan denah bangunan, dimana instalasinya akan dipasang jika
spesifikasinya dan syarat-syarat pekerjaan yang diterima dari pihak bangunan /
pemesan. Harus diperhatikan spesifikasi dan syarat pekerjaan ini menguraikan syarat
yang harus dipenuhi pihak pemborong, antara lain mengenai pelaksanaannya
material yang digunakan, waktu penyerahannya dan sebagainya.

2. Gambar-gambarnya harus jelas, mudah dibaca dan dimengerti. Gambar denah


bangunannya biasanya disederhanakan. Dinding-dindingnya digambar dengan garis
tunggal agar tipis, saluran-saluran listriknya karena lebih penting maka digambar
lebih tebal. Supaya gambarnya rapi harus dipilih tebal garis yang tepat
3. Rencana penyambungan peralatan listrik dengan alat pelayanannya misalnya antara
lampu dengan sakelarnya, motor dan pengasutnya dan sebagainya.Hubungan antara
peralatan listrik dan sarana pelayanannya dengan perlengkapan hubung bagi yang
bersangkutan.
4. Data teknis penting dari setiap peralatan listrik yang akan dipasang

H. Pengawasan dan tanggung jawab.

Pengawasan pemasangan instalasi listrik dan tanggung jawab pelaksana dan


pelaksanaan pekerjaan diatur dalam pasal 910 antara lain ditentukan sebagai berikut. :
1. Setiap pemasangan listrik harus mendapat ijin dari instansi yang berwenang,
umumnya dari cabang PLN setempat.
2. Penaggung jawab pekerjaan instalasi harus seorang yang ahli berilmu pengetahuan
dalam pekerjaan instalasi listrik danmemiliki ijin dari instansi yang berwenang.
3. Pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus diawasi oleh seorang pengawas yang
ahli dan berpengetahuan tentang listrik, menguasai pengaturan perlistrikan,
berpengalaman dlaam pemasangan instalasi listrik dan bertanggung jawab atas
keselamatan para pekerjanya.
4. Pekerjaan pemasangan instalasi listrik harus dilaksanakan oleh orang-orang yang
berpengalaman tentang listrik.
5. Pemasangan instalasi listrik yang selesai dikerjakan harus dilaporkan secara tertulis
kepada bagan pemeriksa (umumnya PLN setempat) untuk diperiksa dan diuji.
6. Setelah dinyatakan baik secara tertulis oleh bagan pemeriksa dan sebelum
diserahkan kepada pemilik, instalasinya harus dicoba dengan tegangan dan arus
kerja penuh selama waktu yang cukup lama, semua peralatan yang dipasang harus
dicoba.
7. Perencana suatu instalasi listrik bertanggung jawab atas rencana yang telah
dibuatnya.
8. Pelaksana pekerjaan instalasi listrik bertanggung jawab atas pekerjaannya selama
batas waktu tertentu. Jika terjadi suatu kecelakaan karena kesalahan pemasangan ia
bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut.

Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik meliputi :


1. Tanda-tanda.
2. Peralatan listrik yang dipasang.
3. Cara pemasangannya.
4. Polaritasnya.
5. Pentanahannya.
6. Tahanan isolasi.
7. Continuenitas rangkaian.
PERTANYAAN DAN JAWABAN :

Pertanyaan sesi 1 :
1. Syafiq Baha Pridarta
Pertanyaan :
Jelaskan isi UU No 3 Tahun 1992 ?
Jawab :
 UU No. 3 Tahun 1992 : tentang JAMSOSTEK yang diundangkan pada tanggal 17
Februari 1992, menganut filosofi penyelenggaraan JAMSOSTEK sebagai upaya
untuk merespon masalah dan kebutuhan pemberi kerja terhadap tenaga kerja
murah, berdisipin, dan produktifitasnya tinggi.

2. Dean Mahardika
Pertanyaan :
Bagaimana cara mengatasi bahaya kejut listrik ?
Jawab :
 Cara mengatasi bahaya kejut listrik secara langsun:
 Proteksi dengan isolasi bagian akhir
 Proteksi dengan penghalang atau selungkup
 Proteksi dengan rintangan
 Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan
 Proteksi tambahan dengan Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS)
Cara mengatasi kejut listrik secara tidak langsung :
 Proteksi dengan pemutusan suplai secara otomatis
 Proteksi dengan penggunaan perlengkapan kelas 2 atau dengan isolasi ekivalen
 Proteksi dengan lokasi tidak konduktif
 Proteksi dengan ikatan penyama potensial lokal bebas bumi
 Proteksi dengan separasi Listrik

3. M Reyhan Dwiansyah
Pertanyaan :
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja seseorang adalah ?
Jawaban :
 Motivasi
 Kepuasan Kerja Karyawan
 Beban Kerja
 Jam Kerja

Pertanyaan sesi 2 :
1. Ikhsannur Mahmuda
Pertanyaan :
Apa pengaruh kepuasan karyawan terhadap perusahaan ?
Jawaban :
 kepuasan karyawan menjadi penting karena merupakan salah satu kunci pendorong
moral dan disiplin serta kinerja karyawan yang akan berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan dalam upaya mewujudkan sasaran perusahaan

2. Alfarrel Puja Muhammad


Pertanyaan :
Apakah yang kerja lembur juga mendapatkan fasilitas K3?
Jawaban :
 Tergantung isi perjanjian kerja lembur

3. Yusuf Suryadi
Pertanyaan :
Apa pengaruh UU yang disampaikan tadi terhadap proyek rumah ?
Jawaban :
 Berdasarkan UU, proyek rumah juga termasuk dalam isi UU, dalam sistem kerja,
keselamatan, kesehatan dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai