Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
pada
pekerja,
keluarga,
masyarakat
dan
lingkungan
disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Bekerja dengan berpedoman pada Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja
akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu
komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk
menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan
dan kesehatan kerja.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam laporan ini yaitu :
1. Apa pengertian dari Keselamatan Kerja ( UNSAVE ACTION DAN
UNSAVE CONDITION )
2. Apa saja yang meliputi kelengkapan alat pelindung untuk keselamatan
perelatan kerja ?
3. Apa saja upaya yang dapat dilakukan dengan Penyimpanan Material
Berbahaya yang berhubungan dengan keselamatan material produksi ?
4. Apa yang disebut dengan Ergonomi?
5. Bagaimana perkembangan Ergonomi ?
6. Apa saja sebab sebab terjadinya Kecelakaan Kerja ?
7. Bagaimana upaya pencegahan Kecelakaan Kerja?
C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
D. MANFAAT
Manfaat yang diperoleh dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan kita tentang Keselamatan Tenaga Kerja
( UNSAVE ACTION DAN UNSAVE CONDITION )
2. Menambah wawasan kita tentang kelengkapan alat pelindung untuk
Keselamatan Peralatan Kerja.
3. Menambah
Penyimpanan
wawasan
Material
tentang
upaya
Berbahaya
yang
yang
dilakukan
dengan
berhubungan
dengan
BAB II
LANDASAN TEORI
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah
institusi maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan
dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga
pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi
lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja
dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu.
Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian
sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan
menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu
kesehatan kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika kesehatan,
psikologi organisasi dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar dari
bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan
menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak
boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang
berlimpah pada masa yang akan datang.
Tiga aspek utama hukum K3 yaitu norma keselamatan, kesehatan kerja,
dan kerja nyata. Norma keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan oleh
kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif. Konsep ini diharapkan
mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga mencegah terjadinya cacat atau
kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan
peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan hidup dan
masyarakat sekitar tempat kerja.Norma kesehatan kerja diharapkan menjadi
instrumen yang mampu menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja
setinggi-tingginya.
K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat kerja,
misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara, dan lainlain yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat pendengaran, gangguan
pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat sinar
ultraviolet, kanker kulit, kemandulan, dan lain-lain. Norma kerja berkaitan dengan
manajemen perusahaan. K3 dalam konteks ini berkaitan dengan masalah
pengaturan jam kerja, shift, kerja wanita, tenaga kerja kaum muda, pengaturan
jam lembur, analisis dan pengelolaan lingkungan hidup, dan lain-lain. Hal-hal
tersebut mempunyai korelasi yang erat terhadap peristiwa kecelakaan kerja.
Eksistensi K3 sebenarnya muncul bersamaan dengan revolusi industri di
Eropa, terutama Inggris, Jerman dan Prancis serta revolusi industri di Amerika
Serikat. Era ini ditandai adanya pergeseran besar-besaran dalam penggunaan
mesin-mesin produksi menggantikan tenaga kerja manusia. Pekerja hanya
berperan sebagai operator. Penggunaan mesin-mesin menghasilkan barang-barang
dalam jumlah berlipat ganda dibandingkan dengan yang dikerjakan pekerja
sebelumnya. Revolusi IndustriNamun, dampak penggunaan mesin-mesin adalah
pengangguran serta risiko kecelakaan dalam lingkungan kerja. Ini dapat
menyebabkan cacat fisik dan kematian bagi pekerja. Juga dapat menimbulkan
kerugian material yang besar bagi perusahaan. Revolusi industri juga ditandai oleh
semakin banyak ditemukan senyawa-senyawa kimia yang dapat membahayakan
keselamatan dan kesehatan fisik dan jiwa pekerja (occupational accident) serta
masyarakat dan lingkungan hidup.
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. KESELAMATAN KERJA
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi
masyarakat
dan
lingkungan
sekitar
pabrik
atau
Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah
setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan
kecelakaan.
Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan
tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti
sampi dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pemerintah
Republik
Indonesia
No.
11
Tahun
1979
tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas
Bumi
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
Unsafe action merupakan suatu tindakan yang salah dalam bekerja, tidak
menurut SOP yang telah ditentukan (human error), misalnya dalam
mengoperasikan mesin, peralatan, dll.
d. Kurang terampil
e. Stres mental
f. Stres fisik
g. Motivasi menurun
bisa
mengakibatkan
dinaikkannya
harga
produksi
10
Safety Helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala
secara langsung.
11
Sepatu ini berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek
ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki
dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet
tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki
karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
Sarung Tangan
12
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan
di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
13
Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja
(misal pekerjaan menggerinda)
14
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada
waktu hujan atau sedang mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman
yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L : Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lingkungan)
15
Barang yang mudah meledak ( tabung oksigen, LPG, acetylin, bahan peledak
dll ) :
a. Diberi alas yang kering, rata dan kuat agar tidak mudah terguling
b. Tabung gas disimpan dengan posisi tegak, ditutup, diikat untuk
menjaga stabilitasnya & diberi label Barang mudah meledak .
c. Penyimpanan barang yang mudah terbakar harus dijauhkan dari
tempat kerja yang menimbulkan percikan api.
d. Penempatan tabung minimal 1,5 m dari pagar dan 3 m dari batas
lokasi serta dijauhkan dari galian dan saluran.
Barang yang mengandung bahan radio aktif (radiasi)
a. Disimpan di tempat terpisah, diberi alas yang kering, tidak mudah
dijangkau, jauh dari fasilitas / tempat yang banyak aktivitas.
b. Diberi label Barang Mengandung Radio Aktif .
Barang beracun ( addetive beton, zat anti rayap, racun dll )
a. Disimpan pada tempat dengan alas yang kering, tidak mudah
dijangkau, jauh dari fasilitas / tempat makanan dan aktivitas.
b. Diberi label Barang beracun
c. Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain :
sarung tangan, masker, kaca mata pelindung, helm, sepatu bot.
d. Menyediakan alat pemadam api yang sesuai, pasir atau serbuk
gergaji.
16
D. ERGONOMI
Ergonomi berasal dari kata-kata dalam bahasa Yunani yaitu Ergos yang
berarti kerja dan Nomos yang berarti ilmu, sehingga secara harfiah dapat
diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dengan pekerjaannya.
Definisi ergonomi dapat dilakukan dengan cara menjabarkannya dalam
fokus, tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi (Mc Coinick 1993) dimana
dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut:
1. Secara fokus
Ergonomi menfokuskan diri pada manusia dan interaksinya dengan
produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dimana
sehari-hari manusia hidup dan bekerja.
2. Secara tujuan
Tujuan ergonomi ada dua hal, yaitu peningkatan efektifitas dan
efisiensi kerja serta peningkatan nilai-nilai kemanusiaan, seperti
peningkatan keselamatan kerja, pengurangan rasa lelah dan
sebagainya
3. Secara pendekatan
Pendekatan
ergonomi
adalah
keterbatasan-keterbatasan
aplikasi
manusia,
informasi
kemampuan,
mengenai
karakteristik
17
18
utama
ergonomi
adalah
mempertimbangkan
manusia
dalam
perancangan benda kerja, prosedur kerja, dan lingkungan kerja. Fokus ergonomi
adalah interaksi manusia dengan produk, peralatan, fasilitas, lingkungan dan
prosedur dari pekerjaan dan kehidupan sehari-harinya. Ergonomi lebih ditekankan
pada faktor manusianya dibandingkan ilmu teknik yang lebih menekankan pada
faktor-faktor nonteknis.
2. Tujuan
Ergonomi mempunyai dua tujuan utama yaitu meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pekerjaan dan aktifitas-aktifitas lainnya serta meningkatkan nilai-nilai
tertentu yang diinginkan dari pekerjaan tersebut, termasuk memperbaiki
19
20
5.
6.
7.
bidang
kajian
ergonomi
yang
secara
lengkap
21
22
Memiliki tujuan
Memiliki hirarki, dalam arti bahwa jarang ditemukan suatu sistem
bersifat independen, namun suatu sistem pada umumnya adalah
bagian dan sistem lain yang lebih besar
Beroperasi
dalam
suatu
lingkungan
yang
justru
dapat
d. Sosio ekonomi
e. Konsumsi gizi yang diperoleh
f. Pekerjaan
g. Aktifitas sehari-hari juga berpengaruh.
2. Anthropometri Dinamis
Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan
dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan
gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksakan
kegiatannya.
Terdapat tiga kelas pengukuran antropometri dinamis, yaitu : Pengukuran
tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari
suatu aktifitas. Contohnya : dalam pengukuran performansi atlet.
Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contohnya:
jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang
dilakukan dengan berdiri atu duduk. Pengukuran variabilitas kerja, contohnya
analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari seseorang juru ketik
atau operator komputer.
secara
luas
akan
digunakan
sebagai
pertimbangan-
24
perancangan
fasilitas
berdasarkan
individu
ekstrim.
Perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim ini terbagi atas dua yaitu
perancangan berdasarkan individu terbesar (pada penelitian ini berdasarkan data
anthropometri terbesar). Kedua adalah perancangan fasilitas berdasarkan individu
terkecil (data anthropometry terkecil). Perancangan fasilitas yang bisa
disesuaikan. Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas
tersebut bisa menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua
orang yang mungkin memerlukannya. Perancangan fasilitas berdasarkan harga
rata-rata para pemakianya. Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan
berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika kita
menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip
berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi
25
daripada untungnya, artinya hanya sebagain kecil dari dari orang-orang yang
merasa enak dan nyaman ketika menggunakan fasilitas tersebut. Sedangkan jika
fasilitas tersebut dirancang berdasarkan fasilitas yang bisa disesuaikan, tidak layak
karena terlalu mahal biayanya .
27
28
terdiri dari faktor lingkungan(zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan
mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%).
Kecelakaan terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan,
kurangnya pengawasan, kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi,
yang kesemuanya mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi.
Para pekerja akan tertekan dalam bekerja apabila waktu yang disediakan untuk
merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan terbatas. Manusia dan
beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, yang disebut roda keseimbangan dinamis.
Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban
kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (organisasi). Upaya pencegahan
kecelakaan kerja diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian juga untuk
meningkatkan kinerja keselamatan kerja di tempat kerja.
Kecelakaan kerja dapat dihindari dengan melakukan :
1. DISIPLIN KERJA
Disiplin kerja merupakan tata tertib diri serta keteraturan diri dalam
melakukan suatu pekerjaan agar terlatih baik fikiran, tindakan
maupun
29
Tipe-tipe Kedisiplinan
a. Disiplin prefentif
Disiplin prefentif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong
para karyawan agar mengikuti
berbagai
30
b. Disiplin Korektif
Disiplin Korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani
pelanggaran terhadap peraturan-peraturan dan mencoba menghindari
pelanggaranpelanggaran
lebih
lanjut
dan
menghindari
terjadinya
kecelakaan kerja.
Faktor-Faktor Disiplin Kerja
1. Faktor Lingkungan Kerja/Organisasi Budaya
2. Faktor Peraturan Organisasi
3. Faktor Kebutuhan
4. Faktor Perintah Atasan
5. Faktor-Faktor Disiplin Kerja
VA
Disi
plin
Kerj
a
DI
INDIKATOR
Tuju
an
disip
Fakt
or
pend
1. Sesuai
rencana dan
jadwal
1. Teladan
Kepemimpinan
2. Balas Jasa
Fakt
or
pene
1. Pengawas
an Melekat
2. Sanksi
31
KECELAKAAN
KERJA DAPAT
DIHINDARI
2. PELATIHAN KERJA
Menurut PP No.31 tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional,
Pelatihan kerja atau yang sekarang biasa kita kenal dengan istilah training adalah
seluruh
kegiatan
untuk
memberi,
memperoleh,
meningkatkan,
serta
33
dan
setiap
orang
yang
memperkejakan
seseorang
berkewajiban
membayarkan upahnya.
Perusahaan dapat memberikan award / penghargaan kepada para tenaga
kerjanya, baik dalam bentuk bonus gaji ataupun dalam bentuk sertifikat
penghargaan, sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor
PER.01/MEN/I/2007
tentang
Pedoman
Pemberian
Penghargaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemberian award tersebut bertujuan agar
para tenaga kerja dapat mengembangkan soft skill atau kemampuan lain yang
dimilikinya dengan semaksimal mungkin.
34
35
kurang baik dan karyawan yang kurang mampu balas jasanya kecil
sehingga kurang manusiawi.
c. Sistem Borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang menetapkan besarnya
jasa yang didasarkan atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya.
Penetapan besarnya balas jasa didasarkan pada sistem borngan cukup
rumit, lama mengerjakannya serta banyaknya alat yang diperlikan untuk
menyelesaikannya.
B. Bonus
Bonus adalah pemberian pendapatan tambahan bagi karyawan/pekerja
yang hanya diberikan setahun sekali bila syarat-syarat tertentu dipenuhi.
Pertama, bonus hanya dapat diberikan bila perusahaan memperoleh laba
selama tahun fiscal yang telah berlalu. Karena bonus biasanya diambil dari
keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Kedua, bonus tidak diberikan
secara merata kepada semua karyawan. Artinya, besarnya bonus harus
dikaitkan dengan prestasi kerja individu.
Penghargaan dapat juga diberikan karena keberhasilan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaannya, contohnya pekerja tersebut dalam melakukan suatu
pekerjaan tidak terjadi kecelakaan kerja, maka perusahaan dapat memberikan
penghargaan
kepada
pekerja
tersebut
36
atas
pekerjaannya.
Contoh
2. Upaya
Pencegahan
Kecelakaan
Pengawasan :
37
Kerja
melalui
Pembinaan
dan
38
B. Pendekatan Manusia
Data menyebutkan bahwa sebanyak 85% kecelakaan kerja pada
manusia disebabkan oleh unsafe action. Oleh karena itu pendekatan
pencegahan kecelakaan dari sisi manusia adalah dengan menghilangkan atau
unsafe action dengan jalan:
Pembinaan dan pelatihan
Promosi K3 dan kampanye K3
Pembinaan perilaku aman
Pengawasan dan inspeksi K3
Audit K3
Komunikasi K3
Pengembangan prosedur kerja aman
C. Pendekatan Teknis
Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, lingkungan
kerja maupun proses produksi. Pendekatan teknis untuk mencegah kecelakaan
misalnya:
Pembuatan rancang bangun yang sesuai dengan standard dan
ketentuan yang berlaku.
Memasang system pengamanan pada alat kerja atau instalasi
untuk mencegah kecelakaan dalam pengoperasian alat, misalnya
tutup pengaman mesin, system inter lock, system alarm, dan
sebagainya
D. Pendekatan Administratif
Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan cara:
39
E. Pendekatan Manajemen
Upaya pencegahan kecelakaan dari sisi manajemen antara lain:
Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Mengembangkan organisasi K3
Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan K3, khususnya
untuk manajemen tingkat atas
40
lingkungan
kerja
sesuai
dengan
kemampuan
manusia.
41
Kaji resiko dari setiap pekerjaan yang akan dilakukan. Hal ini bisa
dilakukan dengan membuat JSA (Job Safety Analisys) atau analisa
keselamatan kerja. Yang membuat JSA tentu saja adalah orang yang
terlibat langsung pada pekerjaan tersebut(misal supervisor ). Setelah JSA
dibuat, dan disetujui oleh orang yang berwenang, tentu saja harus
disosialisasikan kepada semua orang yeng terlibat pada pekerjaan tersebut,
agar mereka benar2 paham akan resiko dari pekerjaan tadi dan juga tahu
cara untuk menghilangkan/mengurangi resiko pekerjaan tersebut.
2. Stop pekerjaan yang berbahaya. Maksud stop disini bukan berarti berhenti
total bekerja, akan tetapi jika JSA sudah dilakukan dengan baik, masih ada
bahaya yang timbul karena perkembangan kerja, dan tidak terdeteksi pada
JSA, maka sebaiknya stop sejenak pekerjaan, diskusikan hal tersebut
hingga didapat solusi agar pekerjaan dapat tetap berjalan dengan aman.
3. Laporkan setiap kecelakaan yang terjadi, kejadian hampir celaka(near
miss) sekecil apapun kepada orang yang berwenang( misal safety officer,
supervisor). Dengan melaporkan setiap kejadian walaupun itu kecil, maka
kita bisa mengurangi/menghilangkan potensi bahaya yang timbul sebelum
itu menjadi kecelakaan yang fatal.
4. Harus ada management system. Management system adalah pendekatan
standar
untuk
secara
sistematik
mengidentifikasi
dan
menutup
bahwa
setiap
pekerjaan
harus
diasses
potential
42
KECELAKAAN
KERJA
43
MERUPAKAN
TANGGUNG
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Segala pekerjaan yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari harus
mengutamakan keselamatan kerja, sehingga kita perlu mengetahui dan
memahami hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan kerja, ergonomi,
serta upaya pencegahan kecelakaan kerja agar hasil kerja yang kita peroleh
optimal dan terhindar dari kecelakaan kerja.
B. SARAN
1. Patuhilah aturan tentang keselamatan kerja untuk menghindari kecelakaan
kerja.
2. Perhatikanlah cara mengkondisikan material produksi untuk menghindari
kecelakaan kerja.
3. Selalu menggunakan APD ( Alat Pelindung Diri ) untuk menghindari
kecelakaan kerja.
44
DAFTAR PUSTAKA
45