Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) rumah sakit di Indonesia secara umum
diperkirakan termasuk rendah. Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh di
bawah Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan
daya saing rumah sakit Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan
sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja
(produktivitas kerja yang rendah). Padahal kemajuan rumah sakitsangat ditentukan peranan mutu
tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu
memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
rumah sakit. Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak lama.
Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan
pada gilirannya pada kinerja perusahaan yang akan semakin meningkatkan kepercayaan
pasien/masyarakat.

Semakin

tersedianya

fasilitas

keselamatan

kerja

semakin

sedikit

kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja di rumah sakit.


Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020
mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus
dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal
tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi
Indonesia Sehat 2010 dan visi indonesia mencapai MDGS 2014 yaitu gambaran masyarakat
Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat,
memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
1

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja

dan rumah

sakit,

tetapi

juga

dapat

mengganggu

proses penyembuhan

dan

pengobatan secara menyeluruh, yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan)
menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi
karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat
dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada
diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan
dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk
menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Umum
Untuk mengetahui keselamatan kerja dalam penyelenggaraan makanan
1.2.2 khusus
1. untuk mengetahui pengertian peraturan dan dasar hukum
2. untuk mengetahui penerapan keselamatan kerja dalam persiapan , pengolahan dan
pendistribusian di penyelenggaraan makanan
3. untuk mengetahui petunjuk penggunaan alat
4. untuk mengetahui prosedur keselamatan kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian keselamatan kerja


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi distribusi baik barang maupun
jasa. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga & tidak diharapkan yang terjadi pada
waktu bekerja pada perusahaan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat
unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.
Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup & meningkatan produksi & produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara & dipergunakan secara aman & efisien
Kerugian-Kerugian yang disebabkan Kecelakaan Akibat Kerja
Kecelakaan menyebabkan lima jenis kerugian, antara lain:
1. Kerusakan: Kerusakan karena kecelakaan kerja antara lain bagian mesin, pesawat alat kerja,
bahan, proses, tempat, & lingkungan kerja.
2. Kekacauan Organisasi: Dari kerusakan kecelakaan itu, terjadilah kekacauan dai dalam
organisasi dalam proses produksi.
3. Keluhan & Kesedihan: Orang yang tertimpa kecelakaan itu akan mengeluh & menderita,
sedangkan kelurga & kawan-kawan sekerja akan bersedih.
4. Kelainan & Cacat: Selain akan mengakibatkan kesedihan hati, kecelakaan juga akan
mengakibatkan luka-luka, kelainan tubuh bahkan cacat.
5. Kematian: Kecelakaan juga akan sangat mungkin merenggut nyawa orang & berakibat
kematian.
Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya
kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung & biaya tersembunyi. Biaya langsung
adalah biaya pemberian pertolongan pertama kecelakaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah
sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompensasi cacat & biaya perbaikan

alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-bahan. Sedangkan biaya tersembunyi meliputi
segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi.
Pencegahan Kecelakaan Akibat Kerja
Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi
kerja pada umumnya, perencanaan, kontruksi, perwatan & pemeliharaan, pengwasan, pengujian,
& cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha & buruh, latihan, supervisi medis, PPPK,
& pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah mati atau tak resmi mengenai
misalnya kontruksi yang memnuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri
tertentu, praktek-praktek keselamatan & hygiene umum, atau alat-alat perlindungan diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan
yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat & ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya,
penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang
pencegahan peledakan gas & debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan & desain paling tepat
untuk tambang-tambang pengangkat & peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis & patologis faktorfaktor lingkungan & teknologis, & keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan.
2.2 Dasar Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
* UU no.13/2003Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan & kesehatan kerja
b. Moral & kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat & martabat manusia
d. untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya K3.

(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) & ayat (2) dilaksanakn sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
* UU no.14/1969 Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas:
1. Keselamatan
2. Kesehatan
3. Kesusilaan
4. Pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia & moral
agama.
* UU no.14/1969 Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi :
1. Norma keselamatan kerja
2. Norma kesehatan kerja
3. Norma kerja
4. Pemberian ganti kerugian, perawatan & rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
* UU no.1/1970
1. Agar pekerja & setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja selalu berada dalam keadaan
sehat & selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai & digunakan secara aman & efisien.
3. Agar proses produksi berjalan secara lancar tanpa hambatan.
* UU no.3/1992
1. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja
termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi
dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja & pulang kerumah melalui jalan
yang biasa atau wajar dilalui.
2. Jaminan kecelakaan kerja

2.3

Penerapan keselamatan kerja didalam persiapan, pengolahan dan distribusi.

Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya selama
melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah sau faktor yang
harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini yang menginginkan
terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja sangat bergantung. pada jenis, bentuk, dan lingkungan
dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas.
Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
Teliti dalam bekerja.
Melaksanakan Prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan kerja.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keamanan kerja adalah upaya perlindungan

bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja.
Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya.
Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi kecelakaan yang disebabkan oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mesin
Alat angkutan
Peralatan kerja yang lain
Bahan kimia
Lingkungan kerja
Penyebab yang lain

Keamanan kerja adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang
aman, baik berupa materil maupun nonmateril.
1. Menghindari Terjadinya Luka karena Teriris/Terpotong
Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya luka
karena teriris/terpotong antara lain sebagai berikut.
a. Selalu menggunakan pisau yang tajam. Pisau yang tajam lebih aman daripada pisau tumpul,
karena tekanan dan tenaga yang diperlukan pada saat digunakan lebih kecil, dan tidak mudah
selip.
b. Selalu menggunakan alas (telenan) sewaktu memotong. Jangan memotong dengan
menggunakan alas dari logam. Akan lebih baik apabila di bawah telenan diletakkan handuk/kain
tebal,agar telenan tidak mudah berge-ser/terpeleset.

c. Berkonsentrasi penuh pada waktu bekerja dengan pisau atau alat pemotong lainnya, tidak
sembrono atau sambil bergurau.
d. Pemotongan dilakukan dengan memperhatikan jarak yang aman, baik bagi diri sendiri maupun
orang lain.
e. Menggunakan pisau hanya untuk pekerjaan pemotongan, tidak menggunakannya untuk
keperluan lain, misalnya untuk membuka tutup botol.
f. Apabila pisau terjatuh, jangan coba-coba untuk menangkapnya. Biarkan pisau jatuh, dan jaga
jarak/menjauh dari tempat jatuhnya pisau.
g. Jangan menaruh pisau dalam bak cuci, dalam air, atau di tempat-tempat lain sehingga pisau
tidak dapat dilihat dengan jelas.
h. Bersihkan pisau dengan hati-hati setelah digunakan, dengan mengarahkan sisi pisau yang
tajam menjauh dari tubuh.
i. Apabila tidak dipergunakan, simpan pisau di tempat yang aman, misalnya di rak atau tempat
pisau khusus lainnya.
j. Selalu berhati-hati sewaktu membawa pisau. Bawalah pisau di bagian samping tubuh, dengan
ujung menghadap ke bawah, dan sisi tajam menjauhi tubuh. Akan lebih baik jika membawa
pisau dalam sarung atau selubung pisau. Peringatkan orang-orang di sekitar Anda, jika Anda
melewati mereka dengan membawa pisau di tangan.
k. Barang-barang yang mudah pecah, misalnya mangkuk, piring, dan peralatan gelas lainnya
ditempatkan di tempat khusus, terpisah dari area pengolahan.
1. Jangan meletakkan barang-barang yang mudah pecah di dalam bak perendam.
m. Apabila ada barang yang pecah, gunakan sapu untuk membersihkan serpihannya, jangan
dibersihkan dengan tangan.
n. Pembuangan pecahan kaca harus pada tempat khusus, jangan dicampur dengan sampah
lainnya.
o. Apabila ada barang yang pecah di dalam ember atau bak, pengambilan pecahan dilakukan
setelah ember atau bak dibuang airnya.
p. Apabila membuka karton atau pengemas lain yang ada paku atau isi staplernya, maka logamlogam tersebut dikumpulkan pada wadah tertentu dan segera dibuang.
q. Apabila teriris atau terluka potong kecil lainnya, segera dirawat dengan obat-obat pertolongan
pertama yang memadai untuk mencegah infeksi.
7

Gambar 1. Contoh Kecelakaan Kerja dan Penanganannya


2. Menghindari Terjadinya Luka Bakar
Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya luka
bakar antara lain sebagai berikut.
a. Selalu berasumsi bahwa panci pemasak dalam kondisi panas, sehingga kita harus
menggunakan alas pada waktu memegang panci tersebut.
b. Menggunakan alas/lap kering untuk memegang panci panas. Penggunaan lap basah akan
menghasilkan uap panas yang dapat menyebabkan luka bakar.
c. Pegangan panci pemasak diarahkan menjauhi lorong/ tempat lalu lalang, sehingga tidak
tersenggol orang yang melewatinya. Pegangan panci hendaknya juga jauh dari sumber
api, baik kompor gas, maupun kompor minyak tanah.
d. Pengisian panci pemasak tidak boleh penuh, sehingga tidak meluap sewaktu mendidih
e. Minta pertolongan orang lain apabila harus memindah-kan wadah berisi makanan panas
yang cukup berat.
f. Berhati-hati sewaktu membuka panci perebus atau per-alatan lain yang mengeluarkan uap
panas, serta melaku-kannya dalam jarak yang aman (jarak antara tubuh dengan peralatan
tersebut).
g. Apabila kompor gas yang digunakan tidak dilengkapi dengan pemantik otomatis, maka
klep gas harus ada dalam keadaan tertutup sewaktu korek api/sumber api lainnya
dinyalakan.
8

h. Pekerja sebaiknya mengenakan pakaian dengan lengan panjang untuk melindungi diri
dari percikan/tumpahan makanan/minyak panas. Alas kaki hendaknya terbuat dari kulit
yang kuat dan tertutup pada bagian jari-jarinya.
i. Makanan yang akan digoreng harus ditiriskan terlebih dahulu, agar tidak terbentuk
percikan minyak panas sewaktu digoreng.
j. Selalu memperingatkan orang-orang di sekitar Anda, apabila Anda melalui mereka
dengan membawa barang-barang yang panas.
3. Mencegah Terjadinya Kebakaran
Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk menghindari terjadinya
kebakaran antara lain sebagai ber-ikut.
a. Mengetahui tempat penyimpanan dan cara menggunakan alat pemadam kebakaran.
b. Menggunakan jenis bahan pemadam kebakaran yang tepat menurut sumber apinya.
Ada tiga jenis penyebab kebakaran yang masing-masing memerlukan bahan pemadam
kebakaran yang berbeda pula, yaitu sebagai berikut:

Kelas A, yaitu sumber kebakaran yang berasal dari kayu, kertas, pakaian, plastik dan
bahan-bahan mudah ter-bakar lainnya. Jenis alat pemadam kebakaran jenis ini ditandai

dengan simbol A.
Kelas B, yaitu sumber kebakaran yang berasal dari minyak, gemuk (grease), bensin,

pelarut organik, serta bahan kimia mudah terbakar lainnya.


Kelas C, yaitu sumber kebakaran yang berasal dari peralatan elektris, kabel-kabel, motor,

dan sebagainya.
c. Jangan memadamkan api yang berasal dari minyak atau perlatan listrik dengan
menggunakan

air, atau pemadam kebakaran kelas A, karena hanya akan menyebarkan

api.
d. Sediakan garam atau baking soda di tempat yang mudah terjangkau, untuk memadamkan
kebakaran dari api kompor atau tungku.
e. Jangan meninggalkan minyak goreng di atas tungku atau kompor menyala tanpa
pengawasan.
f. Aktivitas merokok hanya boleh dilakukan pada tempat khusus, dan jangan meninggalkan
puntung yang masih menyala di sembarang tempat.
g. Jika mendengar alarm tanda bahaya kebakaran dan masih ada waktu, tutup dan matikan
semua aliran gas serta listrik, sebelum meninggalkan gedung yang terbakar.
h. Jaga agar pintu keluar darurat tidak terhalang oleh benda apapun.

4. Mencegah Terjadinya Luka oleh Mesin atau Peralatan Lainnya


Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya luka oleh
mesin atau peralatan lain-nya antara lain sebagai berikut:
a. Jangan sekali-kali menggunakan peralatan elektris/mekanik apa pun tanpa mengetahui
dengan pasti cara pengoperasiannya.
b. Jangan sekali-kali mengambil atau memindahkan makanan dari peralatan yang sedang
bejalan/beroperasi, baik dengan tangan maupun dengan peralatan lain misalnya sendok
atau garpu.
c. Matikan sumber listrik pada peralatan pada waktu membersihkan atau membongkar
peralatan tersebut. Pastikan tombol mesin ada pada posisi mati (off), sebelum
menghidupkan sumber listrik pada peralatan.
d. Jangan menyentuh atau menangani peralatan elektris jika tangan dalam kondisi basah,
atau jika berada pada lingkungan berair
e. Gunakan pakaian yang pas di badan, dan hindari pakaian yang kedodoran/berumbaiumbai, agar tidak tersangkut pada mesiri/peralatan. Gunakan peralatan untuk aktivitas
yang memang dikhususkan untuk peralatan tersebut.
5. Mencegah Luka karena Terjatuh
Beberapa prinsip atau cara kerja yang perlu diperhatikan untuk mencegah luka karena terjatuh
antara lain sebagai berikut. Tumpahan/ceceran air atau makanan di lantai harus segera
dibersihkan.
Faktor Manusia (MAN)
GMP mengatur prosedur kerja dan kondisi kerja orang yang terlibat langsung dalam
proses produksi. Setiap orang yang bekerja dalam ruang produksi harus sehat dan bersih secara
jasmani. Pekerja diwajibkan memakai seragam yang bersih, memakai topi (hairnet), sarung
tangan, sandal, penutup mulut atau jenggot, dimana perlengkapan ini tidak boleh dipakai di luar
ruang produksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi produk oleh rambut,
debu, bakteri dan kotoran-kotoran lain. Pekerja juga dilarang makan selama berada dalam area
produksi. Pekerja juga tidak diperkenankan memakai perhiasan (cincin, gelang, anting-anting)
dan arloji, hal ini bertujuan untuk menghindari terjatuhnya barang tersebut dalam produk.

10

Untuk mencapai standar ini perlu diadakan training secara teratur. Training bertujuan
untuk menumbuhkan kesadarn dan kedisiplinan para pekerja sehingga mereka tidak merasa
terbeban dengan standar sanitasi yang diterapkan. Pada kesehatan kerja melakukan pelayanan
dan penaganan kesehatan kerja dengan mengacu pada prosedur pelayanan dan penanganan
kesehatan kerja karyawan.
a. Pemeriksaan Kesehatan awal
Pemeriksaan kesehatan calon karyawan sebelum bekerja yaitu medical chek up yang
dilakukan sebagai syarat untuk diterima.
b. Pemeriksaan berkala
Pemeriksaan medical chek up terhadap karyawan yang dilakukan 1 tahun sekali
c. Pemeriksaan Khusus.
Yaitu pemeriksaan karyawan yang mengalami kecelakaan kerja dan terhadap karyawan yang
menurut rekomendasi dokter menderita penyakit akibat kerja serta terhadap karyawan yang
menurut hasil pemeriksaan berkala terdapat hasil penyimpangan batas toleransi dan
berpotensi menimbulkan penyakit menular, pemeriksaan ini juga dilakukan pada karyawan
baru sesuai dengan penempatan pekerjaan.
d. Penaganan khusus.
Dilakukan terhadap karyawan dari hasil pemeriksaan mengidap penyakit tertentu yang
membahayakan terhadap kesehatan diri dan berpotensi menimbulkan penularan dan
pelanggaran GMP yaitu dengan cara merotasi atau mutasi karyawan dari pekerjaan
sebelumnya ke pekerjaan lain.
e. Fasilitas kesehatan kerja
Disediakan perusahaan sehubungan dengan pelayanan kesehatan kerja.
- Untuk menjaga kesehatan kerja karyawan yang bekerja lebih dari 4 jam diberikan
fasilitas makan dikantin perusahaan yang telah diambil sampel dan diukur jumlah kalori
dan proteinnya serta telah diperiksa hygiene makanan dikantin perusahaan, untuk
karyawan pada shift malam selain makan juga diberikan fasilitas ektra fooding serta
-

suplemen vitamin.
Untuk menjaga kesehatan dan asupan gizi karyawan yang hamil dan menyusui diberikan
fasilitas extra fooding dan suplemen vitamin, difasilitasi juga tempat laktasi ibu

menyusui , tempat penyimpanan ASI dan peralatan laktasi.


Untuk pertolongan pertama terjadinya kecelakaan kerja disiapkan kotak P3K dan

petugas P3K yang terlatih dan bersertifikasi P3K industri.


Tersedianya sarana poliklinik dengan pelayanan paramedis 24 jam dan praktek dokter
setiap hari untuk menjaga kesehatan karyawan dan keluarga, perusahaan juga

11

memberikan bantuan rawat jalan dan rawat inap sesuai dengan ketentuan dan mekanisme
yang telah ditetapkan.
2.4 Pengadaan alat
Peralatan penyelenggaraan makanan
Kebutuhan peralatan dan perlengkapan dapur disesuaikan dngan arus kerja, unit kerja , mernu
dan jumlah konsumen yang dilayani serta macam pelayanan.
Macam peralatan kerja meliputi :

Ruang penerimaan : timbangan sentismal dengan kapasitas maksimum 300 kg dan juga

troly pengangkut bahan makanan.


Ruang penyimpanan bahan makanan basah dan kering : rak bahan makanan , lemari es /

kulkas, tempat bahan makanan dari plastik atau stainless steel.


Tempat persiapan bahan makanan : meja kerja, mesin kelapa, mixer, blender , timbangan

kerja , talenan, bangku kerja dan bak cuci.


Tempat pengolahan : ketel , penggorengan , kompor, panci kecil , panci besar ,penanak

nasi, dll.
Tempat distribusi : meja distribusi ,alat pemorsian ,alat makan ,alat distribusi (troly).
Tempat pencucian dan penyimpanan alat : bak cuci, tempat sabun , rak alat.
Tempat penyimpanan susu : meja kerja atau meja pembagi, rak susu, sendok takaran

susu.
Ruang pegawai : kursi, lemari peralatan , troly, loker.
Ruang administrasi : meja ,kursi, lemari buku, alat tulis , peralatan kantor, komputer,
printer, mesin ketik, dll.
Kontaminasi makanan dapat terjadi setiap saat, salah satunya dari peralatan makanan yang

digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di Indonesia peraturan telah dibuat dalam bentuk
Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa untuk persyaratan peralatan makanan tidak
boleh bakteri lebih dari 0 koloni/cm2.
Peranan peralatan makanan dalam pedagang makanan merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (Food hygiene). Setiap peralatan makan
(piring, gelas, sendok) harus selalu dijaga kebersihannya setiap saat digunakan. Alat makan
(piring, gelas, sendok) yang kelihatan bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi
persyaratan kesehatan, karena didalam alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut tercemar
bakteri E.coli yang menyebabkan alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut tidak memenuhi
12

kesehatan. Untuk itu pencucian peralatan sangat penting diketahui secara mendasar, dengan
pencucian secara baik akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat pula. Dengan menjaga
kebersihan peralatan makan (piring, gelas, sendok), berarti telah membantu mencegah
pencemaran atau kontaminasi makanan yang dikonsumsi (Djajadinigrat, 1989 dalam Pohan,
2009).
Peranan peralatan makan dan masak dalam hygiene sanitasi makanan sangat penting
karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip-prinsip hygiene sanitasi makanan.
Peralatan makan dan masak perlu juga dijaga kebersihannya setiap saat dipergunakan. Untuk itu
peranan pembersihan atau pencucian peralatan perlu diketahui secara mandasar. Dengan
membersihkan peralatan secara baik, akan menghasilkan alat pengolahan makanan yang bersih
dan sehat. Peralatan makan meliputi piring, gelas, mangkuk, cangkir, sendok, pisau, dan garpu.
Peralatan dapat berupa peralatan kaca, logam atau tembikar. Peralatan masak meliputi kuali,
dandang, serokan, pisau, talenan, oven dan sebagainya (Depkes, 2004).
Perlindungan peralatan makan dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang baik adalah bila
tidak larut dalam makanan, mudah dicuci dan aman digunakan. Peralatan utuh, aman dan kuat,
peralatan yang sudah retak, atau pecah selain dapat menimbulkan kecelakaan (melukai tangan)
juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena tidak akan dapat tercuci sempurna. Demikian
pula bila berukir hiasan, hiasan merk atau cat pada permukaan tempat makanan tidak boleh
digunakan. Adapun persyaratan peralatan makanan, yaitu (Pohan, 2009):
1.

Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengeluarkan zat beracun

2.
3.

yang melebihi ambang batas sehingga membahayakan kesehatan.


Peralatan tidak rusak, retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap makanan.
Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut mati, rata

4.
5.

halus dan mudah dibersihkan.


Peralatan harus dalan keadaan bersih sebelum digunakan.
Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :
a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen, air dingin, air panas,
sampai bersih.
b. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas 800oC

6.

selama 2 menit.
Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai kering
sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan dan tidak boleh dilap dengan kain.

13

7.

Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan kering
dan bersih, ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber
pengotoran / kontaminasi dan binatang perusak.
Menurut Depkes 2004, peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita terhindar

dari kemungkinan penularan penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukan uji sanitasi alat makan.
Cara sederhana untuk memastikan alat makan kita bersih atau tidak, bisa dilakukan dengan uji
kebersihan alat sebagai berikut. Menguji kebersihan secara fisik dapat dilakukan dengan cara :
a.

Menaburkan tepung pada piring yang sudah dicuci dalam keadaan kering. Bila tepungnya

b.
c.

lengket pertanda pencucian belum bersih.


Menaburkan garam pada piring yang kering, pertanda pencucian belum bersih.
Penetesan air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring ternyata menumpuk/atau

d.
e.
f.

tidak pecah pertanda pencucian belum bersih.


Penetesan dengan alkohol, jika terjadi endapan pertanda pencucian belum bersih.
Penciuman aroma, bila tercium bau amis pertanda pencucian belum bersih.
Penyiraman. Bila peralatan kelihatannya kusam/tidak cemerlang berarti pencucian belum
bersih.
Berdasarkan Permenkes RI No. 1096/Menkes/SK/VI/2011 tentang hygiene sanitasi jasa

boga, persyaratan tempat pencucian peralatan dan bahan makanan sebagai berikut :
1. Tersedia tempat pencucian peralatan, jika memungkinkan terpisah dari tempat pencucian
bahan pangan.
2. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen.
3. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau dimakan mentah harus dicuci dengan
menggunakan larutan Kalium Permanganat

(KMnO4) dengan konsentrasi 0,02% selama 2

menit atau larutan kaporit dengan konsentrasi

70% selama 2

menit atau dicelupkan ke dalam air mendidih (suhu 80C - 100C) selama 15 detik.
4. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung
dari pencemaran serangga, tikus dan hewan lainnya.
Perlengkapan, Peralatan Masak, dan Praktek di Dapur
Perlengkapan dan peralatan masak yang digunakan dalam penyiapan makanan dapat
menjadi sumber kontaminasi. Pisau dan talenan yang digunakan untuk memotong bahan mentah
seperti daging mentah dapat mengontaminasi makanan bila digunakan kembali tanpa dibersihkan
dengan benar, terutama untuk makanan matang atau siap santap. Keadaan tersebut dapat terjadi
juga pada penjamah makanan yang menangani makanan mentah tidak mencuci tangan sebelum
14

menangani makanan siap santap. Kedua proses tersebut baik melalui perantara tangan maupun
peralatan disebut sebagai kontaminasi silang. Makanan mentah dapat mengkontaminasi makanan
siap santap jika keduanya disimpan bersama secara tidak memadai. Misalnya daging mentah
yang disimpan di atas makanan matang dalam kulkas, tetesan cairan dari daging dapat
mengontamonasi makanan yang disimpan di bawahnya. Lap yang dibiarkan basah dapat menjadi
tempat yang potensial bagi mikroorganisme pencemar. Pada saat lap digunakan maka
mikroorganisme dapat disebarluaskan di dalam makanan, permukaan makanan, maupun perlatan
makan (Fathonah, 2005).
Alat Pengolah Makanan
Alat pengolah makanan adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses
pengolahan makanan, seperti pisau, sendok, kuali wajan, dan lain-lain. Ada empat hal yang
penting dalam higiene dan sanitasi alat pengolah makanan, yaitu:
1. Bahan peralatan
Tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan seperti Cadmium, Plumbum, Zincum,
Cuprum, Stibium atau Arsenicum. Logam ini beracun yang dapat terakumulasi sebagai penyakit
saluran kemih dan kanker.
2. Keutuhan peralatan
Tidak boleh patah, gompel, penyok tergores atau retak karena akan menjadi sarang kotoran atau
bakteri. Peralatan yang tidak utuh tidak mungkin dapat dicuci sempurna sehingga dapat menjadi
sumber kontaminasi.
3. Fungsi
Setiap peralatan mempunyai fungsi tersendiri yang berbeda dan jangan dicampur aduk. Peralatan
yang digunakan campur baur akan menimbulkan kontaminasi silang.
4. Letak
Peralatan yang bersih dan siap dipergunakan sudah berada pada tempat masing-masing sehingga
memudahkan waktu mencari atau mengambilnya serta disimpan di lemari tertutup.
Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan tutupnya, dus,
piring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih artinya sudah dicuci dengan
cara yang higienis. Baik artinya utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk
mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.

15

Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak
langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya adalah:
a. Mencegah pencemaran dari tubuh.
b. Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi.
Peralatan Pengolahan, Penyajian, dan Peralatan Makan
A.

Macam dan Jenis Peralatan


Berdasarkan fungsinya, peralatan dalam gizi kuliner dapat digolongkan menjadi empat

kelompok, yaitu:
a.
b.
c.
d.

Alat pengolahan bahan makanan


Alat menghidang makanan
Alat makan dan minum
Alat dapur elektronik

Alat Pengolahan Bahan Makanan


Alat pengolahan bahan makanan terdiri atas alat persipan memasak, alat memasak, dan
perlengkapan memasak.
1. Alat Persiapan
Alat persiapan memasak adalah semua alat yang di gunakan untuk mempersiapkan bahan
makanan yang di masak. Fungsi utama alat ini untuk membantu memudahkan menyiapkan bahan
makanan yang akan diolah atau mengolah makanan menjadi hidangan yang lain. Alat-alat yang
umum digunakan dapat dikelmpokan seperti:

Alat persiapan untuk daging, unggas, dan hasil laut, contohnya; meja kerja, mesin
pemotong tulang, mesin pengiris daging (slicer), mesin penggiling daging (Mincer),
mesin pelunak daging (tenderizer), talenan,yaitu alas untuk memotong-motong bahan
makanan dibuat dari kayu jenis plastik, atau kayu dilapis formika, bermacam-macam
pisau , antara lain pisau dapur, pisau daging, pisau ikan, pisau buah, pisau roti, dan pisau

tulang, gunting dan lain-lain.


Alat persiapan untuk sayuran, seperti meja kerja, telenan, mesin pengupas sayuaran,

mesin pemotong/pemarut, dan lain-lain.


Macam-macam parutan, antara lain parutan kelapa, parutan pala, parutan keju, dan parut

gobet.
Macam-macam saringan, misalnya saringan santan dan ayakan tepung.

16

Selain itu, ada penggilingan daging, pengahalus kentang, pengocok telur, sendok ukuran,
mangkuk ukuran atau gelas ukuran, timbangan bahan makanan atau timbangan diit, dan
alat-alat lain, misalnya waskom , cobek dan anak cobek ( ulekan ), dan berbagai macam

cetakan.
Semua ini mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.

2. Alat masak
Alat masak yaitu semua alat yang digunakan untuk memasak atau mematangkan bahan
makanan yang telah dipersiapkan, seperti kompor, yaitu alat masak yang paling vital. Ada tiga
macam kompor yang sering atau lazim digunakan, yaitu kompor minyak tanah, kompor gas, dan
kompor listrik. Banyak macam kompor yang dipasarkan, dengan berbagai macam merk dagang
dan kualitas. Namun, dapur yang sederhana atau primitive masih menggunakan bahan bakar
kayu atau arang dan briket (batu bara). Oven, steamer, titling pan, griller.
3. Perlengkapan masak
Perlengkapan masak dapat dikelompokan menjadi perlengkapan masak yang digunakan
diatas kompor atau tungku, dan perlengkapan masak yang digunakan di dalam oven, serta alat
perlengkapannya.
a. Alat pelengkap masak
Yang dimaksud dengan alat ini, misalnya sodet dan serok sebagai pelengkap alat
penggoreng (wajan). Alat ini juga mempunyai ukuran dan bentuk yang berlainan, tergantung dari
kegunaannya, misalnya untuk mengangkat bawang goreng, lubangnya lebih halus daripada serok
untuk mengangkat kerupuk. Adapula irus atau sendok sayur yang bentuknya juga bermacammacam, misalnya irus yang berlubang, yaitu alat untuk meniriskan sayuran setelah direbus.
Selain itu, ada centong atau sendok nasi, sendok kayu untuk mengaduk-aduk masakan seperti
bubur, podeng, dan saus.
b. Alat penghidang makanan
Alat penghidang makanan adalah semua alat yang digunakan untuk menghidangkan
makanan yang akan disajikan diatas meja penghidang atau meja makan. Mulai dari alat penutup
meja (alat dasar meja), taplak, dan ada yang dilengkapi dengan kain penutup kaki meja hingga
perlengkapan penyajian makanan/hidangan.

17

Alas meja biasanya lebih tebal dan polos, sedangkan taplak meja sangat bervariasi menurut
selera dan keserasian dengan keadaan sekelilingnya. Demikian pula kain penutup kaki meja.
Alat penghidang berikutnya, antara lain perlengkapan penyajian hidangan/makanan, seperti
tempat nasi yang mempunyai ukuran dan bentuk yang berbeda-beda. Tempat nasi ini biasanya
berlubang-lubang dan dilengkapi dengan sendok nasi/centong yang serasi dengan tempat nasi.
Pinggan cekung dapat digunakan untuk masakan yang berkuah, dan pinggan agak cekung untuk
masakan yang sedikit kuah, sedangkan pinggan datar untuk masakan kering. Bentuknya berbedabeda, ada yang bulat, lonjong, dan segi empat, serta ada yang bertutup dan tak bertutup. Alat-alat
penghidang ini ada yang polos, berwarna, danbermotif. Alat penghidang ini dilengkapi dengan
sendok atau garpu penghidangnya sesuai dengan kegunaanya. Untuk menghidangkan masakan
yang harus selalu panas, diciptakan pinggan yang dilengkapi dengan perapian atau kompor kecil
yang dapat dinyalakan selama makanan dihidangkan di atas meja. Pinggan dan alat perapian
merupakan satu kesatuan alat penghidang. Memiliki berbagai ukuran dari yang paling kecil
sampai yang besar untuk makanan massal.
Selain itu, adapula alat pelengkap di meja, seperti botol-botol kecil untuk tempat kecap,
garam halus, dan lada halus. Alat penghidang lainnya berupa keranjang yang menarik untuk
tempat buah-buahan segar yang tidak dikupas. Untuk meghidangkan buah-buahn yang dikupas
atau dipotong-potong dapat menggunakan piring besar, sedangkan untuk hidangan slada buah
atau hidangan yang ada airnya, dapat menggunakan mangkok besar atau bowl yang kadangkadang sudah dilengkapi dengan irus dan cangkir/gelas.
Puding dapat dihidangkan dalam piring datar besar seperti nampan. Tentunya perlu
disesuaikan dengan besarnya podeng yang dihidangkan. Saus podeng dapat ditempatkan dalm
bowl yang dilengkai dengan sendoknya.
c. Alat makan dan alat minum
Alat makan ialah seperangkat alat yang langsung digunakan sebagai wadah hidangan atau
minuman yang akan digunakan oleh tamu. Jenis alat makan yang digunakan sesuai dengan pola
makan atau kebiasaan makan berikut ini contoh alat makan yang biasa digunakan sehari-hari.

Alas piring, berupa piring besar dan ceper atau datar. Piring ceper ditaruh diatas alas
piring, dan diatas piring ceper ada piring cekung. Piring cekung ini biasanya untuk makan
hidangan sup, soto, atau sejenisnya.

18

Piring kecil tempat tempat tulang atau duri atau apa saja yang akan disingkirkan. Piring

ini diletakkan disamping piring makan sebelah kanan agak ke depan.


Sendok dan garpu makan, serta sendok sup.
Pisau makan dan pisau buah. Biasanya untuk memotong hidangan daging, dan pisau buah

untuk mengupas atau memotong buah.


Mangkok tempat air pencuci tangan.
Serbet makan atau serbet tangan. Bila kecil diletakkan disamping pring makan, dan bila
berukuran besar maka diletakkan dipangkuan pada saat sedang makan. Dalam
penyajiannya, biasanya dibuat suatu bentuk lipatan yang menarik. Serbet itu diletakkan
disebelah kanan piring di ujung sendok makan atau di atas piring makan atau alas piring.

Alat minum adalah seperangkat alat minum yang biasanya digunakan pada suatu jamuan seperti:

Cangkir dan tatakannya, yang sangat bervariasi ukuran, bentuk, warna dan motif;
Sendok kecil atau sendok teh;
Tempat gula pasir yang bertutup dan dilengkapi dengan sendoknya;
Tempat susu cair atau susu bubuk; biasanya tidak bertutup dan berbentuk paruh di bagian

atas agar mudah untuk menuang.


Berbagai macam gelas.
Kelompok alat minum ini biasanya dilengkapi dengan piring kecil atau piring kue yang

berbentuk datar atau cekung. Juga dilengkapi sendok kecil untuk kue atau garpu kue. Untuk
menyediakan tisu dengan berbagai macam bentuk dan motif.
d. Alat Dapur Elektronik
Sesuai dengan perkembangan teknologi dalam bidang alat seni memasak atau kuliner,
maka tercipta berbagai macam alat dapur elektronik, yaitu alat yang dioperasikan dengan tenaga
listrik. Alat ini sangat praktis, cepat, menghemat waktu, bersih, dan hasilnya baik. Kelemahan
dari alat dapur elektronik ini sangat tergantung dari aliran listrik didalam rumah. Jenis alat dapur
elektronik itu sebagai berikut.

Blender, alat penghalus makanan


Mixer, alat pengaduk atau alat pengocok telur.
Food-processor, alat untuk memproses bahan makanan menjadi aneka macam bentuk dan
ukuran sehingga dengan mudah membuat variasi bentuk bahan makanan yang akan

diolah.
Juicer, alat untuk membuat jus buah atau sayuran yang dapat sekaligus memisahkan sari
atau air buah dengan ampasnya, disebut food-extractor.

19

Rice-cooker, alat penanak nasi, yang dalam waktu singkat nasi dapat matang tanpa

diaduk-aduk.
Pressure-cooker, panic dengan diberi tekanan tertentu sehingga dalma waktu singkat

dapat mengempukkan daging atau ikan dengan sekaligus tulangtulangnya.


Microwave oven, oven yang dapat memanaskan masakan dengan singkat, misalnya akan
memanasi ayam panggang, cukup 3-4 menit sudah panas sekali. Baik sekali untuk
menyelesaikan atau mematangkan makanan setengah jadi. Juga dapat digunakan untuk
melelehkan bahan makanan yang jadi beku, misalnya ayam yang baru dikeluarkan dari

dalam lemari freezer.


Kompor listrik, kompor yang dijalankan dengan bahan bakar listrik, kompor ini mahal
dan bila listrik mati maka tak dapat dipergunakan. Namun, kompor ini sangat praktis dan

B.

bersih karena tak ada asap atau tak terlihat nyala apinya.
Toaster, alat untuk memanggang roti dengan cepat.
Bahan Dasar Peralatan
Sifat dan kegunaan alat-alat penyelenggaraan gizi kuliner banyak tergantung dari bahan

atau material yang digunakan untuk membuat alat itu. Macam material/bahan dasar peralatan
antara lain:
a. Aluminium
Aluminium bersifat ringan, mudah dibentuk, cepat panas, sebagai konduktor yanga baik
untuk panas dan listrik.Tidak tahan larutan yang bersifat asam atau alkali, sehimgga aluminium
tidak dianjurkan untuk masakan yang asam karena panik akan menjadi cepat rusak dan warna
akan berubah menjadi buram dan dapat mempengaruhi rasa masakan.
Cara pemeliharaan alat dari aluminium dicuci dengan sabun atau deterjen yang lunak atau yang
khusus dan alat penggosok dipakai yang tidak dapat membuat goresan pada panci atau yang
dapat merusak panci
b. Besi
Besi bersifat berat sehingga jarang digunakan untuk alat masak. Mudah berkarat,
mempengaruhi rasa masakanan, berbahaya, sulit pemeliharaannya dan tidak menarik serta
lambat menyerap panas tetapi lama menahan panas. Cara pemeliharaannya, setelah alat dipakai
segera dicuci dan dikeringkan, diulas minyak dahulu bila hendak disimpan. Hal ini untuk
mencegah timbulnya karat.
20

c. Steel atau logam berat


Lebih berat dari pada besi, dapat berkarat, kuat dan awet. Dapat digunakan sebagai
pengganti besi. Cara pemeliharaannya seperti alat dari besi.
d. Stainless steel
Stainless steel atau baja nirkarat atau logam yang sebagian zat karbonnya diganti dengan
chromium atau nikel. Alat dari stainless steel bersifat kuat, menarik, dan mudah dibersihkan,
tidak berkarat, tahan asam atau basa. Tidak mempengaruhi warna atau rasa masakan. Cara
membersihkannya tidak boleh dicuci dengan menggunakan abu gosok atau vim.
e. Tanah atau earthenware
Alat masak tradisional banyak terbuat dari tanah sekarang sudah jarang ditemukan,
namun ada masakan tertentu yang justru lebih enak jika menggunakan alat terbuat dari tanah
seperti gudek.
f. Plastik, linoleum, venyl atau melamin
Sering digunakan untuk lapisan atau pembungkus suatu alat yang sifatnya melindungi
dari benturan dan panas. Alat yang berkualitas baik mudak dibersihkan dengan sabun biasa.
Tahan zat-zat kimia yang biasa digunakan saat memasak. Melamin atau venyl tahan cairan atau
masakan panas yang berkualitas tinggi, tidak mudah pecah, tahan banting, dan tidak
mempengaruhi bau makanan.
2.5 Prosedur Keselamatan Kerja
Ruang Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan
Keamanan kerja di ruang ini akan terlaksana baik dengan ketentuan :

Menggunakan alat pembuka peti/ bungkus bahan makanan menurut cara yang tepat dan
jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada tempat ke arah bagian alat yang

tajam (berbahaya).
Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah dengan alat

pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut.


Pergunakan tutup kotak atau tutup panci yang sesuai dan hindari tumpahan bahan.
Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan.
Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan atau diperlukan.
Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan Anda.
Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat membahayakan badan
dan kualitas barang.
21

Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di ruang penerimaan dan
penyimpanan.

Di ruang persiapan dan pengolahan makanan


Keamanan dan keselamatan kerja di ruang ini akan tercapai dengan:

Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik. Misalnya gunakan pisau,
parutan kelapa dengan baik dan jangan bercakap-cakap selama menggunakan alat

tersebut.
Tidak menggaruk, batuk selama mengerjakan atau mengolah bahan makanan.
Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk pemakaiannya.
Membersihkan mesin sesuai dengan petunjuk dan matikan mesin sebelumnya.
Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan dibersihkan.
Berhati-hatilah saat membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan mesin, lampu,

gas atau listrik dan lain-lain.


Meneliti terlebih dahulu semua peralatan sebelum digunakan. Pada saat selesai

menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat sudah dimatikan mesinnya.


Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya dan jangan melebhi porsi yang

ditetapkan.
Tidak memuat kereta makan melebihi kapasitasnya.
Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi.
Bila ada alat pemanas atau baki, perhatikan cara penggunaan dan pengisiannya.
Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu penuh.
Perhatikan bila membawa makanan pada baki jangan sampai tertumpah atau makanan

tersebut tercampur.
Perhatikan posisi tangan suatu membuka dan mengeluarkan isi kaleng.

Di Ruang Pembagian Makanan di Unit Pelayanan Gizi

Tidak mengisi panci atau piring terlalu penuh.


Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitasnya.
Meletakkan alat dengan teratur dan rapi.
Bila ada alat pemanas, perhatikan waktu menggunakannya.
Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi tempat tersebut
dengan penuh

22

Di Dapur Ruang Rawat Inap


Keamanan dan keselamatan kerja di dapur ruangan teracapai apabila:

Menggunakan peralatan yang bersih dan kering.


Menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
Menggunakan alat pelindung kerja selama di dapur ruangan seperti celemek, topi dan

lain-lain.
Tidak menggaruk atau batuk selama menjamah makanan.
Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan dibersihkan.
Berhati-hati dan teliti saat membuka dan menutup, dan menyalakan dan mematikan
kompor, lampu, gas, listrik (misalnya alat yang menggunakan listrik seperti blender,

toaster, dan lain-lain)


Meneliti peralatan sebelum digunakan.
Menata makanan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Mengikuti petunjuk atau prosedur kerjayang ditetapkan. Sebelum mulain bekerja dan bila
akan meninggalkan ruangan harus mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau

desinfektan.
Membersihkan atau mencuci peralatan makan atau dapur atau kereta makan sesuai

dengan prosedur.
Membuang atau membersihkan sisa makanan atau sampah segera setelah alat makan atau

alat dapur selesai digunakan


Tidak meninggalkan dapur ruangan sebelum yakin bahwa kompor, lampu, gas, listrik
sudah dimatikan dan kemudian pintu dapur harus ditinggalkan dalam keadaan tertutup
atau terkunci.

Alat Pelindung Kerja

Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, licin, dan enak dipakai

sehingga tidak menggangu gerak pegawai sewaktu kerja.


Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur (jangan

menggunakan sepatu yang berhak tinggi).


Menggunakan cempal/ serbet pada tempatnya.
Tersedia alat sanitasi yang sesuai misalnya dalam keadaan bersih dan jumlah yang cukup

sabun alat pengering.


Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah dijangkau.
Tersedia alat/ obat P3K.

23

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,

bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
24

Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi distribusi baik barang maupun jasa.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga & tidak diharapkan yang terjadi pada waktu
bekerja pada perusahaan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.
Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup & meningkatan produksi & produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara & dipergunakan secara aman & efisien
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keamanan kerja adalah upaya perlindungan
bagi tenaga kerja agar selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama bekerja di tempat kerja.
Tempat kerja adalah ruang tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering dimasuki tenaga
kerja untuk keperluan usaha dan tempat terdapatnya sumber-sumber bahaya.

DAFTAR PUSTAKA
Bannet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) dan Audit SMK3, Edisi I. Jakarta : Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerja
25

Silalahi, Bennet N.B dan Rumondang B. Silalahi. 1991. Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja. Jakarta : PPM.
Siswowardojo, Widodo. 2003. Norma Kesehatan dan Keselamatan Kerja Karyawan. Edisi 1,
Yogyakarta.
Sumamur,1998. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Toko Gunung Agung.
Syukri Sahab, 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : PT. Bina
Sumber Daya Manusia.
http://gz304pdg.blogspot.com/2011/05/peralatan.html
http://anhiandriani28.blogspot.com/2013/04/laporan-praktikum-pemeriksaan-alat-makan.html
http://books.google.co.id/books?
id=_pqpNXwUVQgC&pg=PA13&lpg=PA13&dq=fungsi+alat+penyelenggaraan+makanan&sou
rce=bl&ots=2EP-ZdZYNm&sig=j-KS_d4SGsh8EYDpOB3159dVrtE&hl=en&sa=X&ei=T4BUvzkE4j-rAfHmoGABw&redir_esc=y#v=onepage&q=fungsi%20alat%20penyelenggaraan
%20makanan&f=false

26

Anda mungkin juga menyukai