HIPERKES (Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja). Higiene perusahaan (higiene industry,
hygiene okupasi, hygiene kerja adalah spesialisasi ilmu higiene beserta prakteknya yang lingkup
dedikasinya adalah mengukur mengenali dan melakukan penilaian terhadap factor penyebab
gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan. Hasil pengukuran
dan evaluasi demikian dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif serta guna pengembangan
dan pengendalian yang bersifat preventif terhadap lingkungan kerja perusahaan. Dengan
menerapkan HIPERKES tenaga kerja dapat dilindunngi dan masyarakat sekitar suatu perusahaan
terhindar dari bahaya factor lingkungan yang mungkin diakibatkan oleh beroprasinya suatu
perusahaan. Tujuan utama dari hiperkes adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif melalui peliharaan dan peningkatan derajat kesehatan kerja penyelarasan pekerjaan
dengan pekerja terhadap teknologi dan pekerjaannya.
SEJARAH HIPERKES DI INDONESIA
Di dasari kemajuan perkembangan K3 yang mencapai di eropa sangat dirasakan sejak timbulnya
revolusi industri. Perkembangan K3 sesungguhnya baru dirasakan beberapa tahun setelah negara
kita merdeka yaitu pada saat munculnya undang undang kecelakaan meskipun permulaannya
belum berlaku, namun telah memuat pokok pokok tentang K3. Pada tahun 1966 didirikan
lembaga HIPERKES di departemen tenaga kerja. Disamping itu juga tumbuh organisai swata
yaitu Higiene Perusahaan yang berkedudukan di Surabaya. Untuk selanjutnya HIPERKES yang
ada di pemerintah dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa perkembangan K3 di Indonesia berjalan bersama sama dengan pengembangan
kesehatan kerja yaitu selain insitusi juga dilakukan melalui upaya-upaya penerbitan buku buku,
majalah yang disebarluaskan ke seluruh Indonesia
DASAR HUKUM KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan &
proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi distribusi baik barang maupun jasa.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga & tidak diharapkan yang terjadi pada waktu bekerja
pada perusahaan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,
lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.
Dasar Hukum
- UU no.13/2003
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan & kesehatan kerja
b. Moral & kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat & martabat manusia
d. untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya K3.
(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) & ayat (2) dilaksanakn sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
- UU no.14/1969
Pasal 9
Tiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas:
1. Keselamatan
2. Kesehatan
3. kesusilaan
4. pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia & moral agama
Pasal 10
Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi :
1. Norma keselamatan kerja
2. Norma kesehatan kerja
3. Norma kerja
4. Pemberian ganti kerugian, perawatan & rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
- UU no.1/1970
1. Agar pekerja & setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat &
selamat.
2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai & digunakan secara aman & efisien.
3. Agar proses produksi berjalan secara lancar tanpa hambatan.
- UU no.3/1992
1. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja termasuk
penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja & pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar
dilalui.
2. Jaminan kecelakaan kerja
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja meliputi:
1. Biaya pengangkutan.
2. Biaya pemeriksaan pengobatan dan/atau perawatan.
3. Biaya rehabilitasi.
4. Santunan berupa uang meliputi :
a. Santunan sementara tidak mampu bekerja.
b. Santunan cacat sebagian untuk selamanya.
c. Santunan cacat total untuk selamanya baik fisik maupun mental.
d. Santunan kematian