1. Pencucian (laundry)
Petugas pengumpul, pencuci dan distribusi kembali linen kotor yang digunakan pasien, akan terpajan
mikroorganisme patogen secara tetap.
.
2. Rumah tangga (Housekeeping)
Petugas kebersihan mempunyai risiko terbesar terpajan bahan biologi berbahaya (biohazard). Kontak
dengan alat medis sekali pakai (disposable equipment) seperti jarum suntik bekas, selang infus
bekas. Membersihkan seluruh ruanganrumah sakit dapat meningkatkan faktor terkena infeksi.
Mengepel lantai tidaklah membasmi mikroorganisme, kebanyakan hanya memindahkan debu dan
bahan kimia dari satu ke tempat lain di rumah sakit. Sehingga bila saat mengepel lantai tidak benar,
maka debu yang ditumpangi mikroorganisme patogen bertebaran di udara, dapat menyebabkan
infeksi saluran pernafasan. Debu sebaiknya dihisap dengan vacuum cleaner. Desinfektan pembersih
lantai
yang sudah diencerkan dengan air di dalam ember pel harus digunakan dalam waktu 24 jam, agar
tidak kehilangan sifat antimikrobanya.
Petugas penyiapan makanan dapat terpajan salmonela, botulism dari bahan mentah ikan, daging dan
sayuran(4,5). Pencegahan terpenting di bagian ini adalah tangan bersih dan menggunakan alat
bersih. Kulkas penyimpanan bahan makanan mentah yang sudah dibersihkan diatur suhunya dan
kebersihannya agar bakteri atau jamur tidak sempat berkembang biak. Memasak yang benar-benar
matang akan embunuh salmonela. Petugas yang sedang menderita gangguan gastrointestinal
diliburkan dan diobati sampai sembuh.
4. Farmasi
Apoteker yang berkomunikasi dengan pasien kanker dapat terpajan obat anti neoplastik.
5. Sterilisasi
Gas etilen oksida (ethylene oxide) sering digunakan sebagai gas sterilisasi alat medis. Menjadi
berbahaya bila sistem pembuangan sterilisasi rusak/macet, sehingga uap gas ini terhirup petugas.
Etilen oksida merupakan gas tidak berwarna, mudah terbakar dan meledak bila mencapai
konsentrasi 3% di udara. Efek etilen oksida bersifat mutagenik, sitogenik, karsinogenik pada hewan
percobaan. Efek toksik utama pada traktus respiratorius dan saran pada pajanan dosis tinggi, akan
menyebabkan katarak. Petugas hamil dilarang bekerja di ruangan ini. Ruangan sebaiknya dibuka
setelah selesai sterilisasi alat.
6. Laboratorium
Pemeriksa di laboratorium akan terpajan bakteri, antara lain TB dan virus Hepatitis B. Petugas harus
menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi untuk mencegah tertular penyakit, serta selalu memakai
sarung tangan karet pada saat bekerja. Mencuci tangan setiap akan memulai dan setelah bekerja,
mengenakan jas laboratorium, yang harus selalu ditinggal di dalam laboratorium.
7. Petugas Radiologi
Radiasi adalah risiko berbahaya yang dikenal baik di lingkungan rumah sakit dan usaha
penanggulangannya sudah dilakukan. Rumah sakit sebaiknya mempunyai petugas yang bertanggung
jawab (safety officer) atas keamanan daerah sekitar radiasi dan perlindungan bagi petugasnya.
Petugas hamil sebaiknya dilarang bekerja, walau hal ini masih diperdebatkan
Tenaga Medis
1. Perawat
Setiap hari kontak langsung dengan pasien dalam waktu cukup lama (6-8 jam/hari), sehingga selalu
terpajan mikroorganisme patogen. Dapat menjadi pembawa infeksi dari satu pasien ke pasien lain,
atau ke perawat lainnya. Harus sangat berhati-hati (bersama apoteker) bila menyiapkan dan
memberikan obat-obatan antineoplastik pada pasien kanker. Selalu mencuci tangan setelah melayani
pasien, melepas masker dan kap (topi perawat) bila memasuki ruangan istirahat atau ruangan makan
bersama. Abortus spontan, lahir prematur dan lahir mati sering dialami perawat yang bertugas di
ruang rawat inap/ bangsal perawatan. Menurut hasil penelitian di Cleveland Clinic Hospital dan 22 RS
di Ohio (1993-1996) di Amerika Serikat, terbanyak ditemukan cedera sprain dan strain pada perawat.
Nyeri pinggang (back injuries) merupakan keluhan terbanyak dari cedera tersebut dan lebih banyak
menimpa perawat wanita. Penyebabnya ditengarai adalah seringnya kerja otot statik, seperti
mengangkat pasien dan kerja bergilir (work shift). Bagaimana kerja bergilir mempengaruhi nyeri
punggung, perlu diteliti lebih lanjut.
2. Dokter
Dokter dapat tertular dan menularkan penyakit pada pasiennya. Penyakit yang sering menular
kepada dokter adalah TB, Hepatitis B, HIV, Rubella Cytomegalovirus, Hepatitis C. Adler, 1973, meneliti
271 orang dokter rumah sakit California, hasil tes tuberkulin kulit pertama semuanya negatif. 2 tahun
kemudian, 15 orang dokter memberikan hasil tes positif dan 2 orang dokter menderita TB aktif.
Terpajan bahan kimia berbahaya dosis rendah (low level) dapat terjadi di dalam pelayanan sehari-
hari. Di kamar operasi, dokter dan perawat dapat terpajan gas anestesi nitrous oxide dan halotan
yang mudah menguap, merembes menembus masker, dapat pula akibat hembusan nafas pasien
yang sedang operasi. Pajanan
kronisnya dapat menyebabkan gangguan somatik, berupa sakit kepala, mual sampai gangguan
susunan saraf pusat (SSP), fertilitas bertambah dan gangguan kehamilan. Sarung tangan karet yang
sedang dipakai dapat robek, apalagi yang sering digunakan sehingga sering disterilkan. Sebuah
penelitian di Amerika Serikat tentang mekanisme robeknya sarung tangan karet dan terjadinya
cedera tajam pada 2292 operasi selama 3 bulan, menemukan 92% robeknya sarung tangan akibat
tidak rangkap dua, dan 8% karena sebab tidak diketahui. Dari 70 cedera tajam yang terjadi, 0,7%
akibat jarum, 10% akibat skalpel dan 23% akibat cedera lain(9). Pada penyelidikan pasangan suami-
istri dokter yang bekerja di rumah sakit yang sama, menemukan tingginya kejadian abortus spontan.
Ditengarai bahwa penyebabnya adalah stres psikologis tingkat tinggi yang berkepanjangan.
3. Dokter Gigi
Penelitian pada tenaga kesehatan gigi di Singapura menemukan, tingginya kadar HBs Ag dan anti HBC
para dokter gigi dibandingkan dengan tenaga kesehatan gigi lainnya. Diduga penularan ini melalui
pajanan air ludah pasien. Penyakit infeksi akibat kerja lainnya adalah TB, AIDS . Penggunaan sarung
tangan karet dan masker sangat berarti dalam upaya pencegahan. Pajanan kronis merkuri dapat
terjadi melalui amalgam, bahan yang biasa digunakan menambal lubang gigi (dental fillings. Pajanan
dosis rendah komponen merkuri dapat menyebabkan kelelahan, lesu, anoreksia berkepanjangan dan
gangguan gastrointestinal. Gejala ini disebut micromericuralism(5). Tremor adalah utama keracunan
kronis merkuri. Saat ini sudah banyak terdapat bahan pengganti amalgam, bahan non merkuri,
seperti glass ionomer cement atau resin composite, sehingga penyakit kerja akibat pajanan kronis
merkuri amalgam tinggal kenangan. Nyeri pinggang juga sering dikeluhkan sebagai akibat posisi kerja
tubuh yang kurang ergonomis. Pencegahan dan Pengendalian Upaya K3RS dibagi dalam 2 bidang,
yaitu kesehatan kerja dan keselamatan kerja, yang dilaksanakan dalam waktu bersamaan.
1. Kesehatan Kerja
KESIMPULAN
Rumah sakit tidak lagi menjadi tempat aman bagi tenaga kerjanya, karena banyak berkumpul bahan
berbahaya biologik, kimia dan fisik yang setiap saat dapat terpajan kepada tenaga kerjanya. Sebelum
timbul penyakit akibat kerja dan penyakit yang berhubungan dengan kerja diperlukan upaya
pencegahan berupa program K3RS.
Pengaruh Limbah Rumah Sakit
Terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan sarana pelayanan kesehatan, khususnya rumah
sakit, bila tidak ditangani dengan benar akan dapat mencemari lingkungan. Berbagai
upaya penting dilakukan, sehingga pengelolaan limbah rumah sakit dapat dilakukan
optimal, sehingga masyarakat dapat terlindungi dari bahaya pencemaran lingkungan dan
penyakit menular yang bersumber dari limbah rumah sakit.
Karakteristik utama limbah rumah sakit adalah adanya limbah medis (karena selain limbah
medis, rumah sakit juga menghasilkan limbah domestik, bahkan limbah radio aktif).
Limbah non-medis adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar
medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman dan lainnya. Limbah
medis adalah limbah yang berasal dari kegiatan pelayanan medis. Berbagai jenis limbah
medis yang dihasilkan dari rumah sakit dan unit pelayanan medis lainnya dapat
membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan terutama pada saat
pengumpulan, penampungan, penanganan, pengangkutan dan pembuangan serta
pemusnahan.
Menurut WHO, beberapa jenis limbah rumah sakit dapat membawa risiko yang lebih
besar terhadap kesehatan, yaitu limbah infeksius (15% s/d 25%) dari jumlah limbah rumah
sakit. Diantara limbahlimbah ini adalah limbah benda tajam (1%), limbah bagian tubuh
(1%), limbah obat-obatan dan kimiawi (3%), limbah radioaktif dan racun atau termometer
rusak (< 1%).
Pada dasarnya limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Limbah rumah sakit dapat berbentuk padat,
cair, dan gas yang dihasilkan dari kegiatan diagnosis pasien, pencegahan penyakit,
perawatan, penelitian, imunisasi terhadap manusia dan laboratorium yang mana dapat
dibedakan antara limbah medis maupun non medis yang merupakan sumber bahaya bagi
kesehatan manusia maupun penyebaran penyakit di lingkungan masyarakat
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit yang
terdiri dari limbah medis dan non-medis Limbah medis adalah limbah yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.
Beberapa pengaruh yang ditimbulkan oleh keberadaan limbah rumah sakit, khususnya
terhadap penurunan kualitas lingkungan dan terhadap kesehatan antara lain, terhadap
gangguan kenyamanan dan estetika, terutama disebabkan karena warna yang berasal dari
sedimen, larutan, bau phenol, bau feses, urin dan muntahan yang tidak ditempatkan
dengan baik dan rasa dari bahan kimia organik. Penampilan rumah sakit dapat
memberikan efek psikologis bagi pemakai jasa, karena adanya kesan kurang baik akibat
limbah yang tidak ditangani dengan baik.
Limbah medis rumah sakit juga dapat menyebabkan kerusakan harta benda. Dapat
disebabkan oleh garam-garam terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dapat
menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit. Selain itu limbah rumah sakit
menyebabkan gangguan atau kerusakan tanaman dan binatang. Hal ini terutama karena
senyawa nitrat (asam, basa dan garam kuat), bahan kimia, desinfektan, logam nutrient
tertentu dan fosfor.
Terhadap gangguan kesehatan manusia, limbah medis rumah sakit terutama karena
berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, desinfektan, serta logam seperti Hg,
Pb, Chrom dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi. Gangguan kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi gangguan langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak
langsung dengan limbah tersebut, misalnya limbah klinis beracun, limbah yang dapat
melukai tubuh dan limbah yang mengandung kuman pathogen sehingga dapat
menimbulkan penyakit dan gangguan tidak langsung dapat dirasakan oleh masyarakat,
baik yang tinggal di sekitar rumah sakit maupun masyarakat yang sering melewati sumber
limbah medis diakibatkan oleh proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan
limbah tersebut.
Limbah medis rumah sakit juga dapat menyebabkan gangguan genetik dan reproduksi.
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun
beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan system
reproduksi manusia, misalnya pestisida (untuk pemberantasan lalat, nyamuk, kecoa, tikus
dan serangga atau binatang pengganggu lain) dan bahan radioaktif.
Limbah medis rumah sakit juga dapat menyebabkan infeksi silang. Limbah medis dapat
menjadi wahana penyebaran mikroorganisme pembawa penyakit melalui proses infeksi
silang baik dari pasien ke pasien, dari pasien ke petugas atau dari petugas ke pasien. Pada
lingkungan, adanya kemungkinan terlepasnya limbah ke lapisan air tanah, air permukaan
dan adanya pencemaran udara, menyebabkan pencemaran lingkungan karena limbah
rumah sakit.
Secara ekonomis, dari beberapa kerugian di atas pada akhirnya menuju kerugian
ekonomis, baik terhadap pembiayaan operasional dan pemeliharaan, adanya penurunan
cakupan pasien dan juga kebutuhan biaya kompensasi pencemaran lingkungan. Orang
yang kesehatannya terganggu karena pencemaran l ingkungan apalagi sampai cacat atau
meninggal, memerlukan biaya pengobatan dan petugas kesehatan yang berarti beban
sosial ekonomi penderitanya, keluarganya dan masyarakat.
Dampak Limbah Rumah Sakit
Jika Tidak Tertangani Dengan Baik
Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang mengharuskan penanganan kebersihan
dengan standar yang tinggi. Mengapa demikian? Jelas karena Limbah medis rumah sakit
merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Limbah rumah sakit jika tidak
tertangani dengan baik akan berdampak bagi manusia, mahluk hidup, serta lingkungan
di sekitar rumah sakit. Dampak tersebut dapat berupa pencemaran air, pencemaran
daratan, serta pencemaran udara.
Air yang tercemar menjadi tidak bermanfaat untuk keperluan
rumah tangga (misalnya air minum, memasak, mencuci), industri,
pertanian (misalnya: air yang terlalu asam/basa akan mematikan
tanaman/hewan). Air yang telah tercemar oleh senyawa organik
maupun anorganik menjadi media berkembangnya berbagai
penyakit dan penularan langsung melalui air (misalnya Hepatitis A,
Cholera, Thypus Abdominalis, Dysentri, Ascariasis/Cacingan, dan sebagainya). Selain itu,
air tercemar dapat menjadi penyebab penyakit tidak menular, yang muncul terutama
karena air lingkungan telah tercemar oleh senyawa anorganik terutama unsur logam
(misalnya keracunan air raksa/merkuri).
Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah padat yang dibuang atau
dikumpulkan di suatu tempat penampungan. Dampak pencemaran daratan dapat secara
langsung dan tidak langsung bagi kesehatan lingkungan sekitar. Dampak pencemaran
daratan yang secara langsung dirasakan adalah timbulnya bau busuk karena degradasi
limbah organik oleh mikroorganisme. Dampak langsung lainnya yaitu timbunan limbah
padat dalam jumlah besar akan menimbulkan kesan kumuh dan kotor, yang secara psikis
akan mempengaruhi penduduk di sekitar tempat penumpukan sampah tersebut. Dampak
tak langsung, contohnya adalah tempat pembuangan limbah padat baik Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan menjadi
pusat perkembangbiakan tikus dan serangga yang merugikan manusia seperti lalat dan
nyamuk. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan dengan perantaraan tikus, lalat dan
nyamuk di antaranya adalah pest, kaki gajah, malaria, demam berdarah dan sebagainya.
Sedangkan dampak pencemaran udara tidak hanya berakibat
langsung terhadap kesehatan manusia, tetapi juga berpengaruh
kepada hewan, tanaman dan sebagainya. Komponen pencemar
udara dapat berupa Karbon Monoksida (CO) dan Nitrogen Oksida
(Nox). Karbon monoksida apabila terhisap ke dalam paru-paru
akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya
oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun
metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Konsentrasi gas Nitrogen Oksida
yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf yang mengakibatkan
kejangkejang.
Oleh karena itu dibutuhkan tenaga kebersihan untuk pekerjaan cleaning service rumah
sakit (profesional cleaning service rumah sakit) yang benar-benar mengerti bagaimana
menangani limbah rumah sakit.
Lingkup Studi Pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) di Rumah Sakit
Akhir-akhir ini ketentuan pemerintah yang menyatakan bahwa pada setiap kegiatan yang
diperkirakan menimbulkan dampak penting (positif atau negative) harus melakukan studi
AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan nampaknya banyak menimbulkan
permasalahan, utamanya bagi yang tidak memahami atau atau belum mampu
memahaminya. Bertolak dari pemikiran tersebut diatas, kiranya penjelasan mengenai
AMDAL perlu disampaikan secara jelas agar pihak-pihak yang terkait di dalamnya akan
mampu memahami apa arti AMDAL serta bagaimana melakukannya.
Sesungguhnya AMDAL adalah sekedar sebuah alat yang melalui inilah pemerintah
Indonesia berusaha dan memaksa industri, Rumah Sakit, Hotel, Sektor Pertambangan,
Pembuat Jalan Tol, Pembangun Mall, Developer Perumahan, Pembuat Toko Buku
Berlantai 7, Pembangun SPBU, Pembangun PLTU,dan sebagainya untuk membuat sendiri
DOKUMEN AMDAL yang terdiri atas jenis dokumen :
1. Kerangka Acuan (KA) AMDAL
2. Dokumen AMDAL
KA AMDAL
Adalah sekedar sebuah proposal atau rencana penelitian bila studi AMDAL itu benar-
benar akan dilaku-kan. Dengan demikian didalamnya akan berisi :
deskripsi kegiatan yang akan dilakukan oleh industri tersebut
lokasi kegiatan
Selanjutnya KA AMDAL ini dipresentasikan di depan Komisi AMDAL yang dibentuk oleh
pemerintah yang terdiri atas berbagai unsure (LSM, Dinkes, Bapedal, Bapeda, masyarakat
local, Kelurahan, dsb).
DOKUMEN AMDAL
Adalah dokumen yang berisi hasil-hasil penelitian AMDAL, yang dalam banyak hal
Dokumen AMDAL ini dibuat atau disusun oleh Tim Konsultan AMDAL yang mana tim ini
dibayar oleh pihak industri yang disebut sebagai Pemrakarsa. Dengan demikian Tim
Konsultan ini nanti yang akan menyajikannya di depan Komisi AMDAL dengan di
dampingi oleh pemrakarsa. Tentu saja secara metodologis dan ekonomis dalam hal ini
ada untung dan ruginya atau ada kelebihan dan kekurangannya bagi semua pihak.
Adalah rencana fungsi monitoring atau Pe-mantauan terhadap lingkungan yang harus
dilakukan oleh pemrakarsa setelah Dokumen Amdal disepakati oleh Komisi AMDAL dan
pemrakarsa.
Contoh :
memantau jumlah bakteri di bangsal RS
memantau kualitas air di rumah sakit
dan sebagainya
Adalah rencana fungsi manajemen atau pengelolaan lingkungan yang harus dilakukan
oleh pemrakarsa setelah Dokumen AMDAL disepakati oleh Komisi AMDAL dan
pemrakarsa.
Contoh:
mengelola jumlah bakteri di bangsal RS memakai SUV
mengelola kualitas air di RS memakai teknologi dari Jerman
dan sebagainya