Anda di halaman 1dari 12

PENYAKIT AKIBAT KERJA PADA PEKERJA DI

“ PABRIK TEKSTIL “

Disusun Oleh :

1. Ovania Octaviani (D11.2012.01416)


2. Heni Nur Khasanah (D11.2012.01448)
3. Minakhul Fikriah (D11.2012.01474)
4. Adini Nur Muslimah (D11.2012.01500)
5. Susan Kurnianingsih (D11.2012.01548)

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SEMARANG

2014

ABSTRAK
Kemajuan industri terus menerus mengalami peningkatan yang begitu pesat, hal ini
dapat dilihat dengan semakin banyaknya industri yang berkembang di Indonesia
baik yang bergerak di bidang komunikasi, teknologi, pertanian, bahan bangunan
maupun yang bergerak dibidang industri tekstil.

Pabrik Tekstil yang sebagian besar produksinya memakai bahan baku kapas
mempunyai resiko paparan debu kapas pada saluran pernafasan pekerja, bahaya
yang dapat ditimbulkan karena penghisapan debu kapas, hemp, atau flax sebagai
bahan dasar tekstil.

Oleh sebab itu, pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan


menyusun Undang undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang
dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dengan
Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan tahun
1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang disadarinya arti penting
keselamatan kerja di dalam perusahaan
Kata kunci: pabrik tekstil, Penyakit akibat kerja, Panduan dasar K3

The progress of the industry continuously increased so rapidly, it can be seen with
the growing number of industries that developed in Indonesia, whether in the field of
communication, technology, agriculture, building materials as well as those engaged
in the textile industry. Textile mills are mostly wearing cotton raw material production
involves the risks of exposure to cotton dust in the respiratory tract of workers, the
dangers that can be caused due to vacuuming cotton, hemp or flax as a textile base
material. Therefore, the Government gives assurances to employees by making laws
About the crash in 1947 the number 33, which occurred on 6 January 1951, then
followed by government regulations About the enactment of regulations Statement
crash in 1947 (PP No. 2 1948), which is evidence of the significance of he safety
within the company

keyword: textile mills, Occupational DiseaseWatershed guideline

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Kemajuan industri terus menerus mengalami peningkatan yang begitu pesat,


hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya industri yang berkembang di
Indonesia baik yang bergerak di bidang komunikasi, teknologi, pertanian, bahan
bangunan maupun yang bergerak dibidang industri tekstil. Dengan semakin
meningkatnya perkembangan industri di Indonesia sangat menguntungkan untuk
satu pihak, tetapi dilain pihak dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap
kesehatan tenaga kerja. Khususnya dalam industri tekstil, di lihat dari aktivitas para
pekerja yang selalu terpapar langsung oleh material debu dari kapas dan pada
lingkungan kerjanya. Akibat pemaparan material debu kapas tersebut dapat
menimbulkan masalah kesehatan pada pekerja khususnya mengalami masalah
kesehatan mulai dari menganggu organ paru - paru tenaga kerja, juga dapat
mengalami dermatitis. Salah satu Penyakit Akibat Kerja (PAK) terhadap pencemaran
lingkungan kerja oleh debu adalah penyakit pneumoconiosis yaitu bentuk gangguan
pernafasan terhadap pengendapan atau penimbunan debu pada saluran pernafasan
dan paru-paru.

Pabrik Tekstil yang sebagian besar produksinya memakai bahan baku kapas
mempunyai resiko paparan debu kapas pada saluran pernafasan pekerja, bahaya
yang dapat ditimbulkan karena penghisapan debu kapas, hemp, atau flax sebagai
bahan dasar tekstil adalah Bysinosis. Bysinosis adalah suatu penyakit yang khas
ditandai oleh adanya “rasa hari senin”, dari semua jenis penyakit yang ditimbulkan
akibat kerja di pabrik tekstil Bysinosis merupakan penyakit yang paling penting
dalam perindustrian tekstil. Di Indonesia Bysinosis didasarkan atas kekhawatiran
akan cacat paru – paru yang hebat.

Pada Industri tekstil baik yang sistem kerjanya secara tradisional maupun
modern mempunyai berbagai faktor risiko potensi bahaya. Salah satunya berasal
dari zat kimia yang digunakan sebagai pewarna bahan. Bahan kimia yang digunakan
berupa bahan organik maupun anorganik yang digunakan dalam industri termasuk
produk natural, menyebabkan daftar bahan kimia berbahaya tidak akan berakhir.
Kontak tubuh dengan bahan kimia dapat terjadi pada berbagai tahapan proses kerja
penggunaan bahan kimia, mulai dari proses awal sampai pada pengepakan. Proses
produksi pada pabrik tekstil dimulai dari mendesain, mengikat benang sesuai
dengan desain, mewarnai / cucuk, mencelup, mencatri, malet dan akhirnya
menenun. Dengan menggunakan berbagai bahan yang pernah dilaporkan, bahan
tersebut mempunyai beragam jenis penyakit yaitu, penyakit umum dan penyakit
akibat kerja.
Adanya berbagai tuntutan tentang masalah kesehatan dan keselamatan
kerja, perusahaan harus dapat memenuhi tanggung jawabnya dalam memberikan
perlindungan pada karyawan dengan melakukan program-program tentang
kesehatan dan keselamayan kerja. Oleh sebab itu, pemerintah memberikan jaminan
kepada karyawan dengan menyusun Undang undang Tentang Kecelakaan Tahun
1947 Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian
disusul dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan
kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang
disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam perusahaan
(Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan, 2002). Lalu, menurut penjelasan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa
sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung
jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan
demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi,
bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi
para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai
kesejahteraan bersama
Masalah yang terjadi pada tenaga kerja di industri tekstil yang terkait dengan
ergonomi seperti posisi tubuh dan pergelangan tangan yang tidak baik dan harus
melakukan pekerjaan yang berulang-ulang pada hanya satu jenis otot sehingga
sangat berpotensi menimbulkan cumulative trauma disorder (CTD)/ Repetitive
Strain Injuries (RSI) (Work Safe bulletin:1997 dan FoCUS:1999). Zvonko Gradcevic
dkk (2002) mengungkapkan bahwa operasi kerja di bagian penjahitan adalah dari
tangan-mesin-tangan dan sub operasi mesin berdasarkan cara kerja dan bagian
(piece) yang dijahit menurut struktur produk garmennya.
(Cvetko Z. Trajković, Dragan M. Djordjević, (1999). The Sources Of
Dangers And The Character Of Injuries At Work In The Garment Industry. The
scientific journal FACTA UNIVERSITATIS Series: Working and Living Environmental
Protection Vol. 1, No 4, 1999, pp. 107 – 113. UNIVERSITY OF NIŠ)

PERMASALAHAN

Permasalahan yang dihadapi di industri textil dapat menyebabkan berbagai


jenis penyakit seperti penyakit umum atau penyakit akibat kerja. Penyakit akibat
kerja yang umum terjadi diantaranya TBC, penyakit saluran pernapasan (seperti :
bronchitis, influenza dan lain-lain.), pneumopathia, pada pekerja yang mengolah vlas
yang sudah terlalu lama disimpan, kanker kulit dan jari-jari tangan, penyakit paru-
paru akut pada para pembuat kasur yang menggunakan kapas berwarna dan
berkualitas rendal byssionis pada pekerja-pekerja pemintalan, penyakit antraks pada
pekerja pengolahan wool, gangguan kesehatan akhibat pengaruh fisik seperti
pernafasan dan kegaduhan, kecelakaan akibat kebakaran, pemakaian aliran listrik,
ledakan akibat mesin-mesin yang berputar, kelelahan.Penyakit akibat kerja tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya dilihat dari segi ergonomi.Sehingga
untuk menghindari masalah akibat kerja di pabrik tekstil,pabrik tersebut harus
mempunyai SOP mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.

TUJUAN
1) Mengetahui Penyakit Akibat Kerja (PAK) di pabrik tekstil
2) Mengetahui standart Pelayanan dan fasilitas kerja di Pabrik Tekstil

METODE

Metode yang digunakan adalah Studi literatur, studi literatur merupakan


suatu pembahasan literatur dan hasil survey dari penelitian dalam bidang tertentu.
Studi literature merupakan argument singkat yang telah digambarkan dan telah
ditetapkan sebagai topik kemuadian di jabarkan secara kronologis dan tematis

(http://www.bimbingan.org/langkah-menulis-kti-metode-studi-literatur.htm)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Penyakit yang di derita karyawan dalam hubungan dengan kerja baik faktor
resiko karena komdisi tempat kerja, peralatan kerja, material yang di pakai,
prose produksi, cara kerja, limbah perusahaan dan hasil produksi. (Harjono)

Menurut WHO penyakit akibat kerja di bedakan menjadi 4 kategori yaitu :

1. Penyakit yang hanya di sebabkan oleh pekerjaan, misalnya


Pneumoconiosis

2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya


karsinoma Bronkhitis khronis.

3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab diantara


faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis

4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada


sebelumnya, misalnya asma

Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja, berikut
beberapa jenisnya yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada
di tempat kerja.
1. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan
2. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan,
kabut
3. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, Dll
4. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.
5. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjaan, Dll
(Misbakhul Ulum, Makalah Penyakit Akibat Kerja, 2012.)
Pabrik tekstil merupakan salah satu industri yang mempunyai faktor resiko
terkena penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja di industri tekstil diantaranya :

1. Penyakit Akibat Kerja Umum

 TBC, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri


Mikobakterium Tuberklosa, bakteri ini menyerang siapa saja pria, dan
biasanya penyakit TBC sering menyerang pada usia rata-rata 15-35
tahun, boleh dibilang usia masih produktif. Pada umumnya penyakit TBC
menular melalui udara, dan biasanya bakteri mikobakterium tuberklosa
terbawa pada saat seseorang batuk lalu mengeluarkan dahak. Bahayanya
jika bakteri selalu masuk dan terkumpul dalam paru-paru, maka bakteri ini
akan berkembang biak dengan cepat apalagi yang mempunyai daya tahan
tubuh yang rendah.
 Berbagai penyakit saluran pernapasan lainnya seperti :

 Bronchitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok


(Bronkus) (saluran udara ke paru – paru)

 influenza dan lain-lain.

 Penyakit akibat kerja seperti pneumopathia pada pekerja yang mengolah


vlas yang sudah terlalu lama disimpan; kanker kulit dan jari-jari tangan;
penyakit paru-paru akut pada para pembuat kasur yang menggunakan
kapas berwarna dan berkualitas rendal byssionis pada pekerja-pekerja
pemintalan; penyakit antraks pada pekerja pengolahan wool.

2. Penyakit akibat kerja

 Gangguan kesehatan akhibat pengaruh fisik seperti pernafasan dan


kegaduhan terutama menyerang pekerja bagian karding atau blowing,
juga kelembapan sering menimbulkan gangguan kesehatan para
pekerjaan.
 Kecelakaan bisa datang dari akibat kebakaran, pemakaian aliran listrik,
ledakan akibat mesin-mesin yang berputar.
 Kelelahan bisa datang dari akibat pekerjaan, karena pada umumnya
pekerjaan disini dilakukan dengan berdiri di samping pekerjaannya sendiri
menjemukan, ditambah dengan suhu dan kelembaban yang tinggi pada
empat kerja disertai kada debu walaupun belum sampai menimbulkan
byssionis, dapat dirasakan sebagai pengganggu kenikmatan kerja.

3. Penyakit akibat kerja di lihat dari segi ergonomi

a. Faktor Fisik
 Suara tinggi/bising: menyebabkan ketulian

 Temperatur/suhu tinggi: menyebabkan Hyperpireksi, Milliaria, heat


Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke.

 Tekanan udara tinggi: menyebabkan Coison Disease

 Getaran: menyebabkan Reynaud’s Disease, Gangguan proses


metabolisme, Polineurutis.

b. Faktor Kimia
 Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil antara, hasil samping, hasil
(produk), sisa produksi atau bahan buangan.

 Bentuk: zat padat, cair, gas, uap maupun partikel.

 Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran


pencernaan, kulit dan mukosa

 Masuknya dapat secara akut dan secara kronis

 Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, Asphyxia, keracunan


sistemik, kanker, kerusakan/kelainan janin, pneumoconiosis, efek bius
(narkose), Pengaruh genetik.
c. Faktor Biologi
 Bakterial Diseases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus

d. Faktor Fisiologi
 Akibat: cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah,
Kontruksi salah.

 Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang,


perubahan bentuk, dislokasi, kecelakaan.

e. Faktor Mental Psikologi


 Akibat: Organisasi kerja (type kepemimpinan, Hubungan kerja,
Komunikasi, keamanan), Type kerja (monoton, berulang-ulang, kerja
berlebihan, kerja kurang, kerja shif, terpencil)

 Manifestasinya berupa stress

Pabrik tekstil yang baik harus memilki standar pelayanan dan fasilitas kesehatan
sesuai yang ditetapkan oleh Keputusan Menkes RI No.261/MENKES/SK/II/1998
yaitu sebagai berikut :
1. PELAYANAN DAN FASILITAS KESEHATAN
a. Pelayanan Kesehatan Kerja, meliputi:
o Pemeriksaan kesehatan badan awal, berkala dan khusus
o Pengobatan, perawatan, vaksinasi, dan imunisasi
o Asuransi Kesehatan.
o Pendidikan Kesehatan kepada Tenaga Kerja
o Penyelenggaraan Makanan
o Fasilitas Keluarga Berencana
b. Fasilitas Kesehatan:
o Sarana Kesehatan : Balai Pengobatan, Poliklinik, Pelengkapan P3K
o Tenaga Kesehatan: Dokter dan Para Medis
c. Fasilitas Sanitasi:
o WC, Kamar madi
o Tempat Cuci tangan
o Kantin
o Tempat istirahat dan pertemuan
Sumber: SNI 19 – 1961 – 1990
d. Persyaratan Jenis dan Jumlah Sarana Sanitasi
Jumlah Karyawan Jumlah Wastafel Jumlah Jamban
1 – 15 1 1
16 – 30 2 2
31 – 35 3 3
46 – 60 4 4
61 – 80 5 5
81 - 100 6 6

Sumber: Keputusan Menkes RI No.261/MENKES/SK/II/1998

KESIMPULAN

Penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada pekerja di pabrik tekstil ada 3
macam diantaranya adalah penyakit akibat kerja yang umum terjadi seperti : TBC,
infeksi saluran pernafasan, pneumopathia, kanker kulit dan jari-jari tangan; penyakit
paru-paru akut, byssionis pada pekerja-pekerja pemintalan; penyakit antraks pada
pekerja pengolahan wool. Penyakit akibat kerja di pabrik tekstil itu sendiri seperti :
gangguan kesehatan, kelelahan, dan kecelakaan kerja. Serta penyakit akibat kerja
dilihat dari segi ergonomi dari berbagai faktor seperti : faktor fisik (kebisingan,
tekanan, getaran), faktor kimia (bahan baku, bahan tambahan, hasil antara, hasil
samping, hasil produk, sisa produksi atau bahan buangan yang digunakan), faktor
biologi (Bakterial Diseases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus), faktor
fisiologi (cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah, Kontruksi
salah), dan faktor mental psikologi {Organisasi kerja (type kepemimpinan, Hubungan
kerja, Komunikasi, keamanan), Type kerja (monoton, berulang-ulang, kerja
berlebihan, kerja kurang, kerja shif, terpencil)}.

Penyakit akibat kerja tersebut dapat di cegah atau di atasi dengan adanya
pelayanan serta fasilitas kesehatan yang sesuai dengan Keputusan Menkes RI
No.261/MENKES/SK/II/1998.

SARAN

Di setiap tempat kerja termasuk pabrik tekstil perlu memperhatikan segala aspek
yang dapat menghindarkan para pekerjanya terkena penyakit akibat kerja
khususnya pada fasilitas dan pelayanan kesehatan yang disediakan di tempat kerja
tersebut. Sehingga apabila terjadi kecelakaan akibat kerja dapat segera dilakukan
tindakan yang terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

 Ari Suwondo1, Siswi Jayanti2, Daru Lestantyo3 1,2,3 Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Diponegoro)
 Ibrahim Jati Kusuma, PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA KARYAWAN PT. BITRATEX INDUSTRIES SEMARANG
 Yuantari MG Catur , Eni Mahawati, Modul kesehatan dan keselamatan Kerja,
2010, Udinus
 Misbakhul Ulum, Makalah Penyakit Akibat Kerja, 2012.
 Muktamar Umakaapa1, Muhammad Rum Rahim 1, Lalu Muhammad Saleh11
Bagian K3, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unhas, Makasssar

 Riska denie irwandi, penyakit akibat kerja dan penyakit terkait kerja, 2007

 zulfachmi wahab,faktor – faktor yang berhubungan dengan timbulnya gangguan


fungsi paru dan kejadian bysinosis,FK Undip,2001
 (http://safety4abipraya.wordpress.com/2008/03/19/penyakit-akibat-kerja/
 http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikarang/index.php?
option=com_content&view=article&id=691:berbagai-penyakit-kerja-di-bidang-
industri-tekstil&catid=39:kesehatan&Itemid=15

Anda mungkin juga menyukai