Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Hygiene Industri di Indonesia yang sesungguhnya
dirasakan beberapa tahun setelah kita merdeka yaitu pada saat munculnya
Undang-undang Kerja dan Undang-undang Kecelakaan. Hygiene Industri
merupakan ilmu dan seni yang mampu mengantisipasi, mengenal, mengevaluasi
dan mengendalikan bahaya faktor-faktor yang timbul di dalam lingkungan kerja
yang dapat mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dan kesejateraan
atau ketidaknyamanan kepada masyarakat yang berada dilingkungan kerja
(Soeripto, 2008).
Menurut Departemen Tenaga Kerja 1988 toksilogi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang racun, efek-efek racun terhadap manusia atau makhluk
hidup, cara-cara mendeteksi dan mempelajari zat-zat pewarna. Semua zat
beracun ataupun metabolismenya akan kembali memasuki lingkungan, sehingga
kualitas lingkungan akan bertambah buruk dengan terdapatnya berbagai racun.
Pengaruh limbah pabrik pangan dapat dilihat dari kelangsungan hidup, struktur
histologis bagian tubuh yang peka terhadap zat kimia.
Untuk mengidentifikasi bahan kimia yang terdapat di industri dan
merencanakan program evaluasi risiko bahaya serta tindak lanjutnya (nama
bahan baku dan bahan sampingan, jenis bahan yang diperkirakan beracun,
identifikasi penggunaannya, jumlah pekerja yang terpajan, cara pengendaliannya.
Industri di Indonesia berkembang pesat baik itu industri modern maupun
industri konvensional. Industri banyak menghasilkan limbah yang dapat
menyebabkan pencemaran. Limbah industri yang tidak diolah dengan baik sering
menimbulkan permasalahan. Industri konvensional masih banyak yang belum
memiliki instalasi pengolahan limbah atau sudah memiliki namun masih
sederhana (Sembel, 2015).

Higiene Industri | 1
Undang-undang No. 32 Tahun 2009 menyediakan landasan hukum bagi
penyusunan berbagai instrumen kebijakan baru dalam rangka pencegah
pencemaran, dan yang paling penting meliputi prinsip “preventive” dan
“pencemar harus membayar”. Selain itu ada juga pertanda bahwa pihak
berwenang di Indonesia telah mempertimbangkan pendekatan baru berdasarkan
transparansi informasi mengenai limbah bahan kimia berbahaya.
Limbah yang dihasilkan akan dibuang ke lingkungan yang harus
memenuhi standar baku mutu limbah agar tidak menimbulkan permasalahan
bagi lingkungan. Industri pangan tersebut menghasilkan limbah yang paling
banyak digunakan pada proses awal bahan baku dan perendaman bahan baku
yaitu gandum yang di rendam selama 8 jam . Zat-zat yang terdapat pada limbah
dapat berupa bahan kimia.
Berdasarkan hal tersebut dilakukan observasi langsung ke industri pangan
PT. Eastern Pearl Flour Mills di Provinsi Sulawesi Selatan, yang beralamat di Jalan
Nusantara Baru, Ujung Tanah, Kota Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan hygiene industri di PT. Eastern Pearl Flour
Mills ?
2. Bagaiamana penerapan hygiene industri terhadap pengendalian toksilogi di
PT. Eastern Pearl Flour Mills ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hygiene industri di PT. Eastern Pearl Flour Mills
2. Untuk mengetahui penerapan hygiene industri terhadap pengendalian
toksilogi di PT. Eastern Pearl Flour Mills

Higiene Industri | 2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Higine Industri
Higine adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh
kondisi lingkungan terhadapa kesehatan manusia atau upaya untuk mencegah
timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan (Soeripto, 2008).
Industri adalah bidang yang menggunakan ketrampilan, dan ketekunan
kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang
pengolahan hasil-hasil bumi, dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri
umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi
kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian,
perkebunan, dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah.
Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi,
budaya, dan politik (Soeripto, 2008).
Higine Industri merupakan sarana untuk membina dan mengembangkan
tenaga kerja menjadi sumber daya manusia yang disiplin, dedikatif, penuh
tanggung jawab dan mampu bekerja secara produktif dan efisien. Faktor-faktor
yang timbul di dalam lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan penyakit
sebagaimana disebutkan di dalam definisi sesungguhnya adalah efek samping
yang timbul dari penerapan teknlogi proses produksi di dalam suatu industri
(Wirasuta, 2007)
B. Penerapan Higine Industri terhadap Pengendalian Toksilogi
Toksilogi didefinisikan secara sederhana dan ringkas sebagai kajian
tentang hakekat dan mekanisme pengaruh racun dari berbagai bahan terhadap
mahluk hidup dan sistem kuantitatif terhadap berat dan kekerapan pengaruh
racun yang dihubungkan dengan pajanan bahan kimia terhadap mahluk (tenaga
kerja) tersebut (Ariens, 1985).
Toksilogi industri dalam Higine Industri sangat penting perannya dalam
meninj au penyebab penyakit yang diakibatkan oleh bahan kimia. Bahan-bahan

Higiene Industri | 3
kimia itulah yang merupakan racun di dalam industri. Pada umumnya efek
berbahaya atau efek farmakologik timbul apabila terjad iinteraksi antara zat
kimia (tokson atau zat aktif biologis) dengan reseptor. Terdapat dua aspek yang
harus diperhatikan dalam mempelajari interakasi antara zat kimia dengan
organisme hidup, yaitu kerja farmakon pada suatu organisme (aspek
farmakodinamik /toksodinamik) dan pengaruh organisme terhadap zat aktif
(aspek farmakokinetik /toksokinetik) aspek ini akan lebih detail dibahas pada
sub bahasan kerja toksik.
Toksikologi modern merupakan bidang yang didasari oleh multi displin
ilmu dengan dapat dengan bebas meminjam bebarapa ilmu dasar, guna
mempelajari interaksi antara tokson dan mekanisme biologi yang ditimbulkan
(lihat gambar 1.1). Ilmu toksikologi ditunjang oleh berbagai ilmu dasar, seperti
kimia, biologi, fisika, matematika (Loomis, 1978).

Untuk menggambarkan bagaimana caranya suatu bahan dapat masuk ke


dalam tubuh selanjutnya masuk ke dalam aliran darah, maka bahan-bahan
beracun pertama-tama harus mencapai organ tubuh yang menjadi sasaran
dimana bahan tersebut menyebabkan kerusakan. Bahan kimia masuk ke dalam

Higiene Industri | 4
tubuh melalui : Sistem pernapasan, penyerapan melalui kulit (absorsi), dan
saluran pencernaan (Soeripto, 2008).
Adapun penerapan higine industri terhadap pengendalian toksikologi
yang masuk melalui :
1. Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan terdiri dari 2 bagian ialah saluran pernapasan bagian
atas (hidung, tenggorokan, trachea dan sebagian besar pipa bronchial yang
membawa ke alveoli) dan alveoli terjadi pemindahan gas-gas dengan
menembus dinding sel yang tipis. Hanya partikel yang berdiameter lebih kecil
dari 5 mikron yang dapat masuk ke dalam kantong udara dalam alveoli.

2. Penyerapan melalui kulit


Kontak suatu bahan dengan kulit menghasilkan 4 kemungkinan yakni kulit
dapat bereaksi sebagai penghalang yang efektif, bahan dapat bereaksi dengan
kulit dan menghasilkan kerusakan jaringan, bahan dapat menghasilkan
sensitiv kulit, dan bahan dapat menembus ke dalam pembuluh darah yang
berada di bawah kulit.

Higiene Industri | 5
3. Saluran Pencernaan
Sesuatu yang tertelan bergerak masuk ke dalam usus besar dan dapat
diserap ke dalam aliran darah dan selanjutnya terjadi keracunan. Misalnya
menelan bahan kimia kebanyakan tenaga kerja tidak sengaja menelan bahan
yang sedang mereka tangani. Para tenaga kerja menelan bahan kimia beracun
disebabhkan oleh karena makanan yang tercemar oleh bahan kimia yang ada
di lingkungan kerja. Mereka juga dapat menelan bahan-bahan kimia bila
pencemaran udara yang mengendap di dalam saluran pernapasan terbawa
masuk di tenggorakan.

Taraf toksikasi dapat dinyatakan dengan angka 1-6 ataupun berbeda-beda


tergantung literatur yang digunakan (Sax, 1957 dan Ottoboni dl.
Ruchirawat,1996), seperti tampak pada Tabel.

Taraf LD50 (mg/kg BB), BB = 70 kg LD50 (mg/kg BB), BB = 10


kg, anak
6 = supertoksik < 5, terasa, < 7 tetes 5-50, 7 < 1 tetes 1 tetes-1/8 s.teh
5 = extremely toxic tetes - 3/4 sendok teh 50- 1/8 s.teh-1 s.teh 1 s. teh-4 s.
4 = sangat toksik 500, 3/4 sendok teh-3 s.teh makan > 4 s.makan
3 = moderately toxic 500 - 5000, 3-30 s.teh 5-15
2 = slightly gr, >30 s.teh (1 Ib) > 15 gr, >
1 = practically non toxic 1 qt

Higiene Industri | 6
Taraf toksisitas ini dapat digunakan untuk menilai taraf toksisitas suatu
racun yang sedang diuji-coba pada berbagai organisme. Tetapi toksisitas ini
sangat beragam pada berbagai organisme, tergantung dari berbagai faktor, antara
lain: spesies uji, cara racun memasuki tubuh/potal entri, frekuensi dan lamanya
paparan, konsentrasi zat pemapar, bentuk, sifat kimia/fisika zat pencemar, dan
kerentanan berbagai spesies terhadap pencemar.

Higiene Industri | 7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Profil Industri
Pabrik tepung terigu di Makassar didirikan pada tahun 1972 dengan status
PMA (Penanaman Modal Asing) dengan nama PT. Prima Indonesia sampai dengan
tahun 1984. Kemudian tahun 1984 menjadi PMDN (Penanaman Modal Dalam
Negeri) dengan nama PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills, yang beralamat di
Jalan Hatta no 302 dan jalan Nusantara Baru no 36 Makassar. Namun sejak tahun
2000 PT. Eastern Pearl Flour Mills diambil alih oleh investor asing Interflour
Group yang berkantor pusat di Swiss kemudian terakhir tahun 2004 berganti
nama menjadi PT. Eastern Pearl Flour Mills.
Produk utama PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar ada empat merek
terigu yaitu merek Kompas, Gatotkaca dan Bunga Biru, semua terigu yang
dihasilkan merupakan kualitas utama. Tetapi biasanya dalam penggunaannya
terdapat spesifikasi penggunaan yang berbeda, seperti kompas yang digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan roti, cake karena memiliki protein tinggi,
gatotkaca sama digunakan dengan kompas karena memiliki protein sedang,
sedangkan bunga biru untuk gorengan karena memiliki protein rendah.
Untuk memuaskan konsumen terigu, dalam mendapatkan terigu dengan
mudah didirikan gudang-gudang terigu di beberapa ibu kota provinsi, seperti
Banten. Untuk menyebarluaskan pengetahuan pembuatan roti didirikan Pusat
Pelatihan Bakery (Baking School) di setiap kota yang memiliki gudang terigu
PT. Eastern Pearl Flour Mills. Total kapasitas penggilingan gandum pada pabrik
sebesar 3050 ton/hari. Dengan bahan baku pokok adalah biji gandum. Biji
gandum diimpor dari Australia, Vietnam, Filiphina, Singapura, Malaysia. Fasilitas
Pabrik PT. Eastern Pearl Flour Mills, berupa :
1) Unit milling

Higiene Industri | 8
2) Penerimaan gandum
3) Silo gandum
4) Silo tepung dan packing produk dan by produk
5) Pelletizing (penggilingan dedak yang diolah menjadi pakan ternak)
6) Gudang tepung dan pellet silo
7) Energi meliputi listrik dan air
8) Laboratorium
9) Kantor seaside and cityside
10)Fasilitas lainnya yakni ruang workshop, masjid, koperasi, toko koperasi,
kantor serikat pekerja, kantin, dan poliklinik.
Jumlah karyawan yang bekerja di PT. Eastern Pearl Flour Mills yakni 500
orang yang terbagi perempuan 80-90 orang dan laki-laki 410 orang
B. Jenis Metode
Adapun jenis metode yang digunakan adalah metode observasi yakni
suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil riset dalam bentuk opini
atau pendapat orang lain yang berinteraksi langsung dengan objek yang diteliti
atau di amati.
C. Penerapan dan Pengendalian Toksikologi
Pada PT. Eastern Pearl Flour Mills mereka menggunakan toksikologi
industri yang di pakai hanya pada awal bahan baku berupa gandum yang
dimasukkan ke dalam tempat penampungan besar melalui alat pengisap yang
berada di kapal-kapal yang membawa gandum dari negara-negara pengimprot.
Fungsi toksikologi tersebut adalah untuk menjaga bahan baku agar tidak
terserang hama yang membuat kualitas gandum menjadi buruk. Bahan yang
digunakan pada indutri tersebut berupa posstoksin dan white oil.
PT. Eastern Pearl Flour Mills sendiri sudah bekerja sama dengan Balai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berkunjung setiap 3 bulan sekali untuk
memeriksa lingkungan kerja, alat dan bahan yang digunakan, dan tenaga kerja.
Untuk kasus tenaga kerja yang terpapar toksikologi sendiri hanya 1 kasus karena

Higiene Industri | 9
kelalaian tenaga kerja itu sendiri, yakni pekerja kurang memperhatikan
lingkungan kerja saat memeriksa mesin yang digunakan, dan menyebabkan
pekerja sulit bernapas, namun cepat tertangani oleh tim medis di perusahan
tersebut. Namun untuk memastikan kondisi pekerja, pihak industri merujuk
pekerja tersebut ke rumah sakit terdekat setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim
medis industri. Hasil wawancara ini didapatkan dari perawat yang bertugas di
perusahaan tersebut yang sudah bekerja selama 20 tahun.
Dari hasil observasi langsung ke industri tidak di dapatkan data tentang
takaran yang digunakan untuk menjaga kualitas bahan baku, dan juga
pengukurannya. Namun sudah ada pengendalian apabila terjadi kasus yang sama
dengan sudah adanya peraturan yang menerapkan bahwa untuk melakukan
pemeriksaan diwajibkan minimal 2 orang pekerja untuk memeriksa mesin
produksi tersbut.
D. Evaluasi
Berdasarkan hasil observasi langsung ke industri di PT. Eastern Pearl
Flour Mills bahwa di industri sudah menerapkan keselamatan dan kesehatan
kerja yang sudah berjalan sesuai standar operasional prosedur yang di tetapkan
oleh balai tersebut yang ditandai dengan adanya pengadaan APD disetiap
departemen, kotak p3k disetiap departeman, alat pemandam kebakaran, papan
pemberitahuan keselamatan, terdapat holding hands, dan jalur evakuasi.

Higiene Industri | 10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Higiene industri yang merupakan sarana pengembangan tenaga kerja menjadi
sumber daya manusia yang disiplin, dedikatif, penuh tanggung jawab dan
mampu bekerja secara produktif dan efisien.
2. Industri yang bernama PT. Eastern Pearl Flour Mills berdiri sebagai industri
yang bergerak di bahan pangan sudah menerapakan keselamatan dan
kesehatan kerja yang sudah sesuai dengan standart operasional prosedur
yang sudah berkeja sama dengan balai K3.
3. Penerapan dan pengendalian toksikologi di PT. Eastern Pearl Flour Mills
sudah berjalan sesuai SOP yang berlaku dan juga sudah ada tim medis sendiri.
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa saran, yakni :
1. Mempertahankan dan meningkatkan penerapan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang telah berjalan di setiap departemen.
2. Peningkatan intensif terhadap pekerja di lingkungan industri untuk memacu
kebiasaan yang aman, misalnya dengan pemberian penghargaan kepada
pekerja dalam hal pemakaian APD dan ketaatan dalam mematuhi peraturan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta dikenakannya sangsi untuk segala
macam pelanggaran aturan apabila tidak mengikuti SOP yang telah ditetapkan
industri.

Higiene Industri | 11
DAFTAR PUSTAKA

Ariens,E.J., Mutschler,E., Simonis,A.M., 1985, Toksikologi Umum, Pengantar,

Wattimena,Y.R.(terj.), Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Loomis, T.A., 1978, Toksikologi Dasar, Donatus, A. (terj.) IKIP Semarang Press,

Semarang

Sembel, D. 2015. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta : Andi Offset

Soeripto, 2008. Higiene Industri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia

Wirasuta, I M.A.G., Suaniti, M., Yowani, S.C.., 2005, Analisis Toksikologi Forensik

Diktat Kuliah Kimia Forensi I, Universitas Udayana

Yenita RN, 2017. Higiene Industri. Deepublish: Yogyakarta

Higiene Industri | 12

Anda mungkin juga menyukai