Anda di halaman 1dari 117

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA

KARYAWAN DI AREA PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT


RAMBUTAN PTPN III TAHUN 2016

TESIS

Oleh

SILVIA HANDAYANI
147032086/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA
KARYAWAN DI AREA PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT
RAMBUTAN PTPN III TAHUN 2016

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Kerja
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

SILVIA HANDAYANI
147032086/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP
STRES KERJA PADA KARYAWAN DI AREA
PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT
RAMBUTAN PTPN III TAHUN 2016
Nama Mahasiswa : Silvia Handayani
Nomor Induk Mahasiswa : 147032086
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr.-Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri) (Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi S2 Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Tanggal Lulus : 25 Agustus 2016

Universitas Sumatera Utara


Telah Diuji
Pada Tanggal : 25 Agustus 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr.-Ing.Ir. Ikhwansyah Isranuri


Anggota : 1. Dra. Lina Tarigan, Apt. M.S.
2. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK
3. Ir. Kalsum, M.Kes

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA


KARYAWAN DI AREA PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT
RAMBUTAN PTPN III TAHUN 2016

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 25 Agustus 2016


Penulis

Silvia Handayani
147032086/IKM

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering di jumpai di
lingkungan kerja. Dampak merugikan yang sering dirasakan oleh para pekerja yaitu
stres kerja. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh kebisingan
terhadap stres kerja pada karyawan agar dapat mengantisipasi penurunan kinerja
karyawan akibat stres kerja di area produksi pabrik kelapa sawit Rambutan PTPN III.
Jenis penelitian adalah metode analitik observasional dengan cara pendekatan
cross sectional. Populasi adalah semua karyawan yang bekerja di area produksi
pabrik kelapa sawit rambutan yaitu sebanyak 50 karyawan, seluruh populasi
dijadikan sampel (total populasi). Di area produksi terdapat delapan stasiun kerja
yaitu : Polishing Drum, Kernel, Kamar Mesin, Klarifikasi, Press, Sterilizer, Boiler,
Water Treatment. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran dan
wawancara langsung. Analisis data yang menggunakan uji chi square dan uji regresi
logistik ganda.
Hasil penelitian yang mengalami stress kerja sebanyak 17 orang. Kebisingan
> NAB ada tujuh stasiun kerja berkisar antara 87,0-97,3 dBA dan hasil penelitian
dari iklim kerja sedang di empat stasiun kerja berkisar 29,4˚C-30,3˚C menunjukkan
ada pengaruh kebisingan (p=0,047), iklim kerja (p=0,021) dan beban kerja mental
(p=0,003) terhadap stres kerja. Variabel yang paling besar berpengaruh terhadap
stres kerja adalah beban kerja mental dengan koefisien B sebesar 4,284. Karyawan
yang memiliki beban kerja mental buruk berpeluang untuk stres sebesar 72 kali lebih
besar, yang terpapar kebisingan berpeluang untuk stres sebesar 24 kali lebih besar
dan iklim kerja yang berpeluang untuk stres sebesar 17 kali lebih besar.
Diharapkan perusahaan melakukan pengendalian kebisingan dengan
melakukan isolasi mesin.

Kata Kunci : Stres Kerja, Beban Kerja Mental, Kebisingan, Iklim Kerja,
Kelapa Sawit

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Noise is one of the factors of physical danger which is usually found in work
environment. The bad impact by employees is work stress. The objective of the
research was to analyze the influence of noise on work stress in employees in order to
anticipate the decrease in their performance as the impact of work stress at the
production area of oil palm plant Rambutan PTPN III.
The research used observational analytic method with cross sectional design.
The population was 50 employees who worked at the production area of oil palm
plant Rambutan, and all of them were used as the samples (total population).In the
production ares there are eight work stations : Polishing Drum, Kernel, Engine
Room,Clarification, Press, Sterilizer, Boiler, Water Treatment. The data were
gathered by conducting in-depth interviews and analyzed by using chi square test and
multiple logistic regression tests.
The result of the research showed that there was the influence of noise
(p=0.047), work climate (p=0.021), and work load (p=0.003) on work stress. The
variable which had the most dominant influence on work stress was work load at the
coefficient β = 4.284. Employees who had bad mental work load had the opportunity
of stress of 72 times more than employees who had good mental work load, those who
were exposed to noise are 24 times more likely and the work climate is 17 times more
likely to stress.
It is recommended that monitoring work environment (routine noise) be
carried out by using machine controller.

Keywords: Work Stress, Mental Work Load, Noise, Work Climate, Palm Oil

ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunianya-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul : “Pengaruh

Kebisingan Terhadap Stres Kerja Terhadap Karyawan di Area Produksi Pabrik

Kelapa Sawit Rambutan PTPN III Tahun 2016”. Tesis ini dibuat sebagai

persyaratan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang

tinggi kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

dan Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara

3. Prof. Dr. Ir. Evawani Y.Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pasca

Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

4. DR. ING-Ir. Ikhwansyah Isranuri sebagai Ketua Pembimbing dan Dra. Lina

Tarigan, Apt. M.S sebagai Anggota Pembimbing yang telah banyak meluangkan

waktu untuk berkomunikasi dan memberikan bimbingan moril serta pengetahuan

sekaligus memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini

iii
Universitas Sumatera Utara
5. dr. Halinda Sari Lubis MKKK sebagai Ketua Penguji dan Ir. Kalsum M.Kes

sebagai Anggota Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang

konstruktif dalam penyempurnaan tesis ini.

6. Ir. Jhoni H. Tarigan sebagai Manager Kebun Rambutan PTPN III yang telah

memberikan keleluasaan dan dukungan dalam melaksanakan penelitian di PKS

Rambutan.

7. Bapak / Ibu Dosen pengajar dan staf administrasi Program Studi S2 di Fakultas

Kesehatan Masyarakat USU yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan

kepada penulis.

8. Kepada Orang Tua saya (Ir. H Sufianto dan Hj. Nadimah Lubis), Suami (H.

Dedet Zulfikar Siagian) dan Anak-anak tercinta (Syifa Azzahra Z.S dan Nadira

Ataya Putri S) yang telah banyak memberikan dukungan, pengertian, perhatian

dan seantiasa mendoakan penulis selama ini.

9. Kepada seluruh rekan kerja Bagian Umum dan TI/TB (Khairul Fachri Lubis)

terkhusus Urusan Kesehatan (Kartika Hutasoid, dr. Marsono, dr. Sarah, dr.

Rinaldi, Faisal Hady, Hayyul, Abd.Kholik, dkk) yang telah banyak meluangkan

waktu dan membantu dalam penulisan tesis ini.

10. Teman-teman Angkatan Tahun 2014 Program S2 Ilmu Kesehatan Kerja – FKM

USU yang saling memberi semangat dan motivasi untuk selalu berjuang bersama

dalam menyelesaikan pendidikan.

iv
Universitas Sumatera Utara
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini.

Untuk itu penulis berharap masukan dan saran dari para pembaca untuk

kesempunaan penelitian ini nantinya.

Medan, 25 Agustus 2016


Penulis

Silvia Handayani
147033086/IKM

v
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Juni 1980 di Medan Sumatera Utara, anak

dari pasangan ayahanda Ir. H. Sufianto dan ibunda Hj. Nadimah Lubis, penulis

merupakan anak kedua dari empat bersaudara, beragama Islam, bertempat tinggal di

Jln. Kutilang No. 26 A Medan. Penulis merupakan istri dari H. Dedet Zulfikar

Siagian, Ibu dari Syifa Azzahra Zulfikar dan Nadira Ataya Putri.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri Kotangan tamat

pada tahun 1992, melanjutkan pendidikan di SMP YPAK Sei Karang pada tahun

1992 sampai tahun 1995, menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA

Negeri I Medan pada tahun 1998. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan kuliah di

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Suamtera Utara, dan meraih gelar dokter pada

tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat dengan minat studi Kesehatan Kerja di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sejak tahun 2014 dan menyelesaikan studi

tahun 2016.

Penulis bekerja sebagai Staf Urusan Kesehatan di PTPN III sejak tahun 2009

sampai dengan sekarang sebagai Dokter Umum.

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Permasalahan ............................................................................ 11
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 12
1.4. Hipotesis ................................................................................... 12
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................... 12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 14


2.1. Kebisingan (Noise) ................................................................... 14
2.1.1. Definisi Bising (Noise) ................................................. 14
2.1.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebisingan .............. 14
2.1.3. Sumber-sumber Kebisingan .......................................... 15
2.1.4. Jenis Kebisingan ........................................................... 16
2.1.5. Pengaruh Kebisingan .................................................... 17
2.1.6. Metode Pengukuran Kebisingan ................................... 18
2.1.7. Nilai Ambang Batas Kebisingan ................................... 22
2.2. Iklim Kerja ................................................................................ 23
2.3. Lama Kerja ............................................................................... 26
2.4. Beban Kerja Mental .................................................................. 27
2.5. Stress ......................................................................................... 29
2.5.1. Stres di Tempat Kerja ................................................... 30
2.5.2. Penyebab Stres di Tempat Kerja ................................... 31
2.5.3. Gejala-gejala Akibat Stres ............................................ 32
2.5.4. Dampak Stres Kerja ...................................................... 33
2.5.5. Penialaian Stres ............................................................. 35
2.5.6. Manajemen Pengendalian Stres .................................... 36
2.6. Landasan Teori ......................................................................... 36
2.6.1. Faktor Lingkungan Kerja Fisik ..................................... 36
2.6.2. Faktor Lingkungan Kerja Psikis ................................... 37

vii
Universitas Sumatera Utara
2.6.3. Faktor Individual ........................................................... 7
2.7. Kerangka Konsep ...................................................................... 38
BAB 3. METODE PENELITIAN................................................................... 39
3.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 39
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 39
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................. 39
3.3.1. Populasi ......................................................................... 39
3.3.2. Sampel........................................................................... 40
3.4. Metode Pengumpulan Data....................................................... 40
3.4.1. Data Primer ................................................................... 40
3.4.2. Data Sekunder ............................................................... 40
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................ 40
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ............................................ 43
3.5.1. Variable Penelitian ........................................................ 43
3.5.2. Definisi Operasional ..................................................... 43
3.6. Metode Pengukuran .................................................................. 44
3.7. Metode Analisis Data................................................................ 47
3.7.1. Analisis Univariat ......................................................... 48
3.7.2. Analisis Bivariat............................................................ 48
3.7.3. Analisis Multivariat ...................................................... 49

BAB 4. HASIL PENELITIAN ........................................................................ 50


4.1. Deskripsi Area Produksi Pabrik Kepala Sawit Rambutan
PTPN III.................................................................................... 50
4.2. Stres Kerja................................................................................. 50
4.3. Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban Kerja
Mental ....................................................................................... 52
4.4. Pengaruh Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban
Kerja Mental dengan Stres Kerja di Area Produksi Pabrik
Kelapa Sawit Rambutan PTPN III ............................................ 55
4.5. Analisis Multivariat .................................................................. 56

BAB 5. PEMBAHASAN .................................................................................. 59


5.1. Pengaruh Kebisingan terhadap Stres Kerja pada Karyawan di
Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III ........ 59
5.2. Pengaruh Iklim Kerja terhadap Stres Kerja pada Karyawan di
Area Produksi Pabdrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III ...... 65
5.3. Pengaruh Beban Kerja Mental terhadap Stres Kerja pada
Karyawan di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan
PTPN III.................................................................................... 68

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 71


6.1. Kesimpulan ............................................................................... 71
6.2. Saran ......................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 73

viii
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN ......................................................................................................... 76
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1.1 Intensitas Kebisingan PKS Rambutan ......................................................... 10

2.1. Intensitas Bunyi dan Waktu Paparan yang Diperkenankan


(Permenakertrans, 2011) .............................................................................. 17

2.2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB)yang Diperkenankan(PERMENAKER NO. 13 TAHUN 2011) ...... 25

2.3. Tingkat Kegiatan dan Kalori yang Dihasilkan ............................................ 26

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Stres Kerja .......................................... 41

3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Beban Kerja ........................................ 42

3.3. Aspek Pengukuran Variabel ........................................................................ 47

4.1. Distribusi Frekuensi Stres Kerja pada Karyawan di Area Produksi Pabrik
Kelapa Sawit Rambutan PTPN III ............................................................... 50

4.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Stres Kerja di Area


Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III .................................... 51

4.3. Distribusi Frekuensi Stres Kerja Karyawan Berdasarkan Lokasi


Pengukuran di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III ... 52

4.4. Distribusi Frekuensi Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban
Kerja Mental di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III . 53

4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Beban Kerja Mental di


Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III ........................... 53

4.6. Hubungan Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban Kerja Mental
dengan Stres Kerja di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan
PTPN III ...................................................................................................... 56

4.7. Hasil Uji Regresi Logistik .......................................................................... 57

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. SoundLevel Meter ....................................................................................... 19

2.2. Octaveband Analyzer................................................................................... 19

2.3. Dosimeter..................................................................................................... 20

2.4. Kerangka Konsep Penelitian........................................................................ 38

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian .................................................................................... 76

2. Master Data Penelitian................................................................................. 78

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................. 79

4. Hasil Statistik ............................................................................................... 82

5. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 96

6. Skema Proses ............................................................................................... 101

7. Surat Izin Penelitian dari FKM USU ........................................................... 102

8. Surat Izin Uji Kuesioner dari FKM USU .................................................... 103

9. Surat Izin Kuesioner dari PT. Perkebunan Nusantara III ............................ 104

10. Surat Selesai Penelitian dari PT. Perkebunan Nusantara III........................ 105

11. Hasil Analisis Laboratorium Intensitas Kebisingan .................................... 106

12. Hasil Analisis Laboratorium Iklim Kerja .................................................... 107

xi
Universitas Sumatera Utara
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasca revolusi industri di Eropa terjadi perubahan besar. Penemuan dan

penggunaan mesin uap telah menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Akibatnya

produksi berjalan secara masal yang menyebabkan penurunan biaya produksi.

Perusahaan mendapatkan keuntungan berlipat dan mampu meningkatkan operasinya

dengan membangun pabrik baru. Sejalan dengan itu mulai disarankan perlunya antara

permainan antara pihak pengusaha di satu pihak dengan tenaga kerja(Hadipoetra,

2014).

Sejalan dengan itu Indonesia telah menuangkan peraturan tenaga kerja dalam

Undang-undang Dasar Negara R.I. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan,

“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan.” Atas dasar pasal tersebut maka telah disusun UU No. 14 tahun1969

tentang pokok-pokok tenaga kerja, mengatur dengan tegas hygiene perusahaan dan

kesehatan kerja. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, maka UU No. 14 thn. 1969 tidak berlaku lagi. Namun

demikian, ada baiknya untuk diketahui ketentuan-ketentuan dari UU No. 14 thn. 1969

pasal 9 menyatakan, “Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas

keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan sesuai dengan

harkat dan martabat manusia dan moral agama.”

1
Universitas Sumatera Utara
2

Pasal 10 menyatakan, Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup :

a. Norma keselamatan kerja

b. Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan

c. Norma kerja

d. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi kecelakaan kerja.

Atas dasar pasal 9 dan 10, UU No. 14 tahun 1969 itu maka dikeluarkan UU

No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja sebagai pengganti peraturan perundang-

undangan di bidang keselamatan kerja sebelumnya yaitu Veleigheid Reglement (VR)

Stbl No. 406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai. Undang-undang No.1

tahun 1970 ini walaupun namanya Undang-undang Keselamatan Kerja namun

materinya termasuk pula masalah kesehatan (Hadipoetra, 2014).

Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat ini bekerja pada kondisi yang

tidak aman dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan.Menurut International

Labour Organization (ILO),setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan

oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan kerja (Depkes RI, 2007)

Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti

kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit

akibat kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan, alat, bahan, dan proses yang terjadi di tempat kerja (Anizar, 2009).

Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang

sangat menentukan kualitas sumber daya manusia.Kesehatan dan keselamatan bagi

masyarakat pekerja terbukti memiliki korelasi yang langsung dan nyata terhadap

Universitas Sumatera Utara


3

kesejahteraan tenaga kerja. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi dalam ilmu

kesehatan beserta praktiknya yang bertujuan agar masyarakat atau pekerja

memperoleh derajat kesehatan setinggi tingginya, baik fisik maupun mental, sosial

dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang

diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum

(Budiono, 2003).

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan

tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang

berpotensi membahayakan para pekerja. Pengendalian juga ditujukan kepada sumber

yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut,

pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja/mesin/instrumen, dan

karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan tersebut maupun orang-orang

yang berada di sekelilingnya (Waluyo M, 2009).

Keselamatan dan kesehatan kerja sangat berperan dalam menjamin adanya

perlindungan terhadap karyawan. Perlindungan terhadap karyawan meliputi aspek-

aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan atas kesehatan, keselamatan, pemeliharaan

moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama

(Aditama, 2002).

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 tahun 2012 tentang Sistem

Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Tenaga Kerja adalah tiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

menghasilkan jasa atau barang guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Bertitik tolak

Universitas Sumatera Utara


4

dari hal tersebut, lingkungan kerja merupakan salah satu sumber utama bahaya

potensial kesehatan kerja. Salah satu dari faktor yang terdapat dalam lingkungan kerja

adalah kebisingan. Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki

sehingga akan menyebabkan gangguan bagi siapa saja yang bekerja pada lingkungan

bising tersebut (Suma’mur, 2013).

Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering di jumpai di

lingkungan kerja. Di lingkungan kerja, kebisingan merupakan masalah kesehatan

kerja yang selalu timbul pada industri besar. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga

Kerja Nomor Per.13/Men/X/2011 Nilai Ambang Batas faktor fisika dan kimia tentang

kebisingan adalah sebesar 85 dB untuk pemaparan 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.

Kebisingan didefinisikan sebagai segenap bunyi yang tidak di kehendaki (any

unwanted sound).

Dampak Kebisingan tersebut, yang pertama dapat berupa Pengaruh Auditorial

(Auditory Effects) dampak ini berhubungan langsung dengan perangkat keras

pendengaran, seperti hilangnya atau berkurangnya fungsi pendengaran. Yang kedua

adalah pengaruh non auditorial (Non auditorial effects) Pengaruh ini bersifat

psikologis, seperti gangguan cara berkomunikasi, kebingungan, stress, dan

berkurangnya kepekaan terhadap masalah keamanan kerja. Penelitian ini mencoba

untuk menjelaskan pengaruh dari kebisingan tersebut.

Perkembangan industri yang disertai persaingan dan tuntutan profesionalitas

yang semakin tinggi menimbulkan banyak tekanan yang harus dihadapi pekerja di

dalam melakukan pekerjaan. Selain tekanan yang berasal dari dalam diri sendiri juga

Universitas Sumatera Utara


5

berasal dari lingkungan kerja. Kondisi fisik lingkungan kerja merupakan salah satu

faktor yang dapat memberikan tekanan atau beban tambahan pada pekerja apabila

melebihi dari kapasitas pekerja itu sendiri.

Tekanan yang timbul dan berlangsung secara terus menerus berpotensi

menimbulkan kecemasan. Dampak merugikan akibat kecemasan yang sering

dirasakan oleh para pekerja yaitu stres kerja (Siti Nurhendar, 2007).

Suara bising dapat merupakan sumber stres yang menyebabkan peningkatan

dari kesiagaan dan ketidakseimbangan psikologi kita. Kondisi demikian memudahkan

menimbulkan kecelakaan. Misalnya tidak mendengar suara-suara peringatan sehingga

timbul kecelakaan. Dampak psikologis dari bising yang berlebihan ialah mengurangi

toleransi dari tenaga kerja terhadap pembangkit stres yang lain, dan menurunkan

motivasi kerja. Bising oleh para pekerja pabrik dinilai sebagai pembangkit stres yang

membahayakan (Hadipoetro, 2014).

Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan

bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila

berada pada kondisi yang ekstrim panas dan dingin dengan kadar yang melebihi nilai

ambang batas yang diperkenankan menurut standar kesehatan (Tarwaka, 2013)

Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas yang berada diluar

batas standar kesehatan dapat meningkatnya pengeluaran cairan tubuh melalui

keringat sehingga terjadi dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya yang lebih berat.

Menurut Umar Fahmi (2008) bahwa iklim kerja mempengaruhi ekosistem,

habitat binatang penularan penyakit, bahkan tumbuh kembangnya koloni kuman

Universitas Sumatera Utara


6

secara alami. Dengan demikian hubungan iklim kerja dengan terjadinya penyakit bisa

terjadi secara langsung dan tidak langsung. Efek langsung pemanasan lingkungan

pada kesehatan manusia misalnya adalah stres akibat kepanasan yang banyak

menimpa pekerja yang melakukan pekerjaan berat secara fisik.

Lama kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan

sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja ( Robbins, 2006) Davis dan

Newstrom (dalam Imatama, 2006) menyatakan adanya beberapa karakteristik

pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung stres kerja yang salah satunya

adalah terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya

mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor/perusahaan yang

dibebankan kepadanya, kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan

waktu yang dimiliki.

Selain beban kerja fisik, beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai.

Namun demikian penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja

fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh.

Fluktuasi beban kerja merupakan bentuk lain pemicu timbulnya stres. Pada jangka

waktu tertentu bebannya sangat ringan dan saat waktu yang lain bebannya bisa

berlebihan. Keadaan yang tidak stabil seperti ini menimbulkan kecemasan,

ketidakpuasan kerja dan kecenderungan hendak meninggalkan pekerjaan (Munandar,

2001) Stres merupakan hal yang menjadi bagian dari kehidupan manusia, dimana

tubuh memberikan respon terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita

yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang membuat kita tetap hidup.

Universitas Sumatera Utara


7

Stres merupakan respon adaptif terhadap ketidaksesuaian antara kemampuan

individu dengan tuntutan situasi eksternal (Tulus Winarsunu, 2008) Menurut National

Institute for Occupational Safety and Health, lebih dari setengah pekerja di Amerika

melihat stres kerja sebagai permasalahan besar dalam kehidupan mereka, persentase

ini meningkat dua kali lipat dibanding awal tahun 1990. Jumlah orang yang

menderita sakit karena stres meningkat tiga kali lipat antara tahun 1999-2000.

The American Institute of Stress memperkirakan bahwa stres dan sakit yang

disebabkannya, membuat dunia usaha di Amerika mengalami kerugian sebesar 300

miliar dolar pertahun. Komunitas Eropa secara resmi menyatakan bahwa stres

merupakan permasalahan kesehatan yang terkait pekerjaan terbesar kedua yang

dihadapi oleh para pekerja di Eropa (Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge,

2008) Sementara US National Institute for Occupational Labor Organization Safety

and Health (NIOSH) dan International Labor Organization (ILO) mendefinisikan

stres okupasi sebagai respon fisik dan emosi yang muncul saat kebutuhan pekerja

tidak sesuai dengan kapabilitas, daya atau kebutuhan pekerja (Kholisa Nasution,

2011) Definisi yang lebih sederhana dikemukakanHealth and Safety Executive (HSE)

Inggris, stres okupasi atau stres terkait kerja adalah reaksi pada tekanan yang

berlebihan atau beban kerja yang terjadi di tempat kerja, baik reaksi fisik maupun

psikologis (British Occupational Health Research Foundation, 2005).

Menurut Fraser, stres timbul setiap kali karena adanya perubahan dalam

keseimbangansebuah kompleksitas antara manusia, mesin dan lingkungan. Karena

kompleksitas itu merupakan suatu sistem interaktif, maka stres yang dihasilkan

Universitas Sumatera Utara


8

tersebut ada di antara beberapa komponen sistem. Dilihat dari segi operasional dan

antropometrik, manusia merupakan komponen terlemah dalam sistem itu, maka

biasanya sebagian atau seluruh ketegangan yang diakibatkannya terwujud dalam

tanagan manusia (Anoraga, 1992).

Suma’mur menyatakan bahwa faktor-faktor emosi, ketegangan, dan pikiran

dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti penyakit kulit atau gatal-gatal, sesak

nafas karena kekhawatiran, panik karena ketakutan, dan sebagainya. Penyakit

tersebut adalah penyakit psikosomatik, yaitu yang sebenarnya mengalami tekanan

mental atau kejiwaan, tetapi termanifestasi pada fisiknya yang tampak sakit.Eksekutif

yang senantiasa dipenuhi dengan ketegangan dalammemimpin badan usaha juga

banyak mengalami gangguan jiwa psikosomatis atau disebut dengan manager disease

(Soedirman, 2014).

Beberapa survei mengenai stres kerja akibat dari kebisingan telah dilakukan,

surevey yang dilakukan oleh Northwestren National Life menyatakanbahwa 25%

pekerja yang bekerja di tempat bising mengaku mengalami stres yang sangat parah.

Sedangkan surevei dari Families and Work Institute menyatakan bahwa 25% pekerja

sering dan sangat sering stress oleh lingkungan pekerjaannya yang bising.Universitas

Yale mengumumkan bahwa 29% pekerja melaporkan bahwa mereka merasa sakit

atau sangat stres di tempat kerja akibat mesin yang bising (Syamsul Arifin, 2001).

Berbagai penelitian kemudian menunjukan bahwa iklim psikologis dalam

pekerjaan individu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor intristik dalam

pekerjaan, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, lingkungan di luar

Universitas Sumatera Utara


9

pekerjaan, peran dalam organisasi serta struktur dan iklim organisasi. Sehinggga

penanganan pekerja yang mengalami gangguan iklim psikologis, seperti misalnya

stres atau bahkan yang berujung depresi, dapat dipertimbangkan faktor-faktor

tersebut agar dapat dilakukan tindakan-tindakan preventif (Hadipoetro, 2014).

Menurut Suksmono tahun 2013, penelitian yang dilakukan pada pekerja

Produksi PT.NBI dari 42 responden hasil uji rank spearman diperoleh kesimpulan

adanya hubungan antara intensitas kebisingan dan iklim kerja dengan stres kerja.

Menurut Failasufa tahun 2014, penelitian dilakukan di Bagian Spining PT.Sinar

Pantja Djaja dari 68 responden hasil penelitian ini menyimpulkan ada hubungan

antara kebisingan dan iklim kerja dengan stres kerja.

Dalam lingkup ketenagakerjaan, stres kerja merupakan masalah bagi

kesehatan tenaga kerja, berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan kerja yang akan

menimbulkan banyak kerugian materi, dan mampu menurunkan produktifitas secara

keseluruhan (Waluyo, 2009). Kondisi individual juga berpengaruh terhadap

terjadinya stres kerja. Seorang individu menilai suatu situasi menimbulkan strss atau

tidak, sangatlah tergantung dari kepekaan individu dari mencakup beberapa variabel

diantaranya usia, masa kerja, komunikasi di tempat kerja, kepribadian dan semangat

kerja. Penjelasan tersebut terlihat bahwa faktor kebisingan dan masa kerja berperan

dalam menimbulkan stres kerja (Khairat, 2008).

Kebisingan merupakan salah satu aspek terpenting dalam hygine industri

karena kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan dan menurunnya

produktivitas pekerja. Kerusakan yang terjadi diantaranya adalah kerusakan

Universitas Sumatera Utara


10

pendengaran sementara maupun permanen.Selain itu kebisingan terus menerus juga

dapat menurunkan konsenterasi pekerja dan mengakibatkan stres sehingga

kecelakaan karena akibat kerja dapat terjadi (Anizar, 2009).

Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III merupakan pabrik yang

mengelolabuah kelapa sawit atau disebut dengan Tandan Buah Segar (TBS) dan Inti

sawit yang di proses menjadi minyak kelapa sawit atau disebut dengan Crude Palm

Oil (CPO) dan kernel. Proses pengolahan minyak sawit tersebut dimulai dari proses

perebusan sampai dengan proses pemurnian yang merupakan tahap akhir dari seluruh

proses. Setiap stasiun mesin menghasilkan kebisingan yang berbeda-beda.Pabrik

Rambutan ini mengelola TBS dengan kapasitas 30 ton per jam. Area produksi PKS

Rambutan ini memiliki 50 pekerja.

Tabel 1.1 Intensitas Kebisingan PKS Rambutan

No. Stasiun Mesin Tingkat Kebisingan (dB)


1. Stasiun Loading Ramp 76,4
2. Stasiun Rebusan/Sterilizer 77,9
3. Stasiun Press 86,5
4. Stasiun Kernel 91,9
5. Stasiun Boiler 84,6
6. Stasiun Klarifikasi 91,9
7. Stasiun Water treatment 90,0
8. Stasiun Kamar Mesin 92,9
Sumber: Hasil Pengukuran oleh Balai K3 Medan, 2014

Stres tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor fisik, salah satu jenis faktor fisik

tersebut adalah kebisingan. Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang

selalu timbul pada industri besar, nilai ambang batas kebisingan adalah sebesar 85 dB

dengan pemaparan selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Sektor industri

Universitas Sumatera Utara


11

merupakan lingkungan yang rentan akan kebisingan. Pabrik kelapa sawit tersebut

memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi, beberapa stasiun pengolahan kelapa

sawit yang membuat kebisingan terbesar adalah Stasiun kernel (91.9 dB), Stasiun

Kamar mesin (92,9 dB), Stasiun Klarifikasi (91,9 dB) Beberapa penelitian

menunjukkan tingginya tingkat kebisingan dapat mengakibatkan meningkatnya

tingkat stres dalam bekerja, sehingga dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

Dari hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di pabrik kelapa sawit

rambutan melalui wawancara kepada salah satu karyawan, mengeluhkan bahwa

pekerja tersebut sering mengalami sakit kepala jika terlalu lama berada di tempat

yang terlalu bising dan susah untuk tidur. Dari permasalahan diatas maka penulis

tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh kebisingan, iklim kerja, lama kerja dan

beban kerja mental terhadap stres kerja karyawan di area produksi pabrik kelapa

sawit rambutan PTPN III tahun 2016.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian keterangan pada latar belakang di atas maka penulis dapat

merumuskan permasalahannya yaitu :

1. Bagaimana kebisingan, iklim kerja, lama kerja dan beban kerja mental di area

produksi Pabrik kelapa sawit rambutan PT. Perkebulan Nusantara III.

2. Bagaimana stres karyawan yang bekerja di area produksi pabrik kelapa sawit

rambutan PT. Perkebunan Nusantara III.

Universitas Sumatera Utara


12

3. Bagaimana pengaruh akibat kebisingan, iklim kerja, lama kerja dan beban kerja

mental terhadap stres kerja pada karyawan di area produksi pabrik kelapa sawit

PT. Perkebunan Nusantara III.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh kebisingan, iklim kerja, lama kerja dan beban

kerja mental terhadap stres kerja pada karyawan agar dapat mengantisipasi penurunan

kinerja karyawan akibat stres kerja di area produksi pabrik kelapa sawit rambutan

PTPN III.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh kebisingan, iklim kerja, lama kerja dan beban kerja mental

terhadap stres kerja pada karyawan Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan

Nusantara III Tahun 2016.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan, dapat menjadi gambaran dan bahan masukan bagi perusahaan

tentang bahaya pemaparan kebisingan terhadap pekerja khususnya terhadap

dampak stres kerja, sehingga perusahaan diharapkan dapat melakukan upaya

pengendalian kebisingan terhadap tenaga kerja untuk mengurangi risiko.

2. Bagi pekerja,dapat memahami tentang efek kebisingan terhadap kesehatan

khususnya mengenai masalah stres kerja, sehingga pekerja memperoleh edukasi

tentang efek kebisingan.

Universitas Sumatera Utara


13

3. Bagi peneliti sebagai dokter perusahaan, dapat menambah pengetahuan dan

keterampilan dalam menganalisa masalah intensitas kebisingan dan menyelesaikan

dampak yang ditimbulkan.

Universitas Sumatera Utara


14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebisingan (Noise)

2.1.1.Definisi Bising (Noise)

Bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh telinga karena getaran media

elastis. Sifat bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi bunyi

adalah jumlah gelombang bunyi yang lengkap yang diterima oleh telinga setiap detik

(Anizar, 2009)

Bising (noise) adalah bunyi yang ditimbulkan oleh gelombang suara dengan

intensitas dan frekuensi yang tidak menentu.Disektor industri,bising berarti bunyi

yang sangat mengganggu dan menjengkelkan serta sangat membuang energi.Tiga

aspek gelombang bising yang perlu diperhatikan untuk terjadinya gangguan

pendengaran,yaitu frekuensi, intensitas dan waktu (Ridwan Harrianto, 2010)

2.1.2.Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebisingan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kebisingan antara lain (WHO,

1995)

1. Intensitas, intensitas bunyi yang dapat didengar telinga manusia berbanding

langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran

dalam rentang yang dapat di dengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi di ukur dengan

logaritma dalam desible (dBA).

14
Universitas Sumatera Utara
15

2. Frekuensi, frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 16-

20000 Hertz. Frekuensi bicara terdapat antara 250- 4000 Hertz.

3. Durasi, efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan dan

berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam.

4. Sifat, mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi,

intermiten) Bising impulsive (satu/lebih lonjakan energi bunyi dengan durasi

kurang dari 1 detik) sangat berbahaya.

2.1.3.Sumber-sumber Kebisingan

Ditempat kerja, sangat potensial untuk menciptakan serta menambahkan

keparahan tingkat kebisingan, misalnya :

a. Mengoperasikan mesin-mesin yang menimbulkan suara “ribut” karena kondisi

mesin yang sudah tua dan tidak terawat dengan baik.

b. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi yang sekedarnya,asal

dapat berjalan.

c. Sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas cukup tinggi dalam

periode operasi cukup panjang.

d. Melakukan modifikasi atau penggantian komponen-komponen mesin secara

parsial,termasuk menggunakan komponen mesin tiruan.

e. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak

tepat,terutama pada bagian penghubung antara modul mesin (bad connection)

Universitas Sumatera Utara


16

f. Penggunaan alat-alat yang kurang sesuai dengan fungsi,misalnya penggunaan

palu (hammer) atau alat pemukul sebagai alat pembengkok benda-benda metal

atau alat bantu pembuka baut (Anies, 2014)

2.1.4.Jenis Kebisingan

Kebisingan dapat dikelaskan kepada beberapa jenis yaitu :

1. Bising secara terus menerus,adalah bisisng yang mempunyai perbedaan tingkat

intensitas bunyi di antara maksimum dan minimum yang kurang dari 3

dBA.Contohnya bunyi yang dihasilkan oleh mesin penenun tekstil.

2. Bising Fluktuasi ialah bunyi bising yang mempunyai perbedaan tingkat diantara

intensitas yang tinggi dengan yang rendah lebih dari 3 dBA.

3. Bising Impuls ialah bunyi bising yang mempunyai intensitas yang sangat tinggi

dalam waktu yang singkat seperti tembakan senjata api, lagaan besi dan

sebagainya.

4. Bising bersela ialah bunyi yang terjadi didalam jangka waktu tertentu serta

berulang. Contohnya bising ketika memotong besi akan berhenti apabila gergaji

itu dihentikan. Terdapatnya kombinasi dari pada jenis bunyi diatas, contohnya

kebisingan berterusan dan bersela dapat terjadi secara serentak (Anizar,2009)

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER 13 tahun 2011

tentang nilai ambang batas faktor fisik dalam lingkungan kerja, termasuk didalamnya

tentang kebisingan (Permenakertrans, 2011).

Universitas Sumatera Utara


17

Tabel 2.1. Intensitas Bunyi dan Waktu Paparan yang Diperkenankan


(Permenakertrans, 2011)

Intensitas Bising(dB) Waktu Paparan Perhari (jam)


85 8
88 4
91 2
94 1

2.1.5.Pengaruh Kebisingan

Kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan efek jangka pendek dan jangka

panjang pada pendengaran.Semakin tinggi intensitas dari kebisingan,potensi untuk

menimbulkan berbagai gangguan semakin besar (Anies, 2004)

Kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja,mulai gangguan

ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan

kenikmatan kerja sampai pada cacat yang berat karena kehilangan daya pendengaran

(Anizar, 2009)

1. Gangguan terhadap konsentrasi kerja dapat mengakibatkan menurunnya kuantitas

dan kualitas kerja. Hal ini pernah dibuktikan pada sebuah perusahaan film dimana

penurunan intensitas kebisingan berhasil mengurangi jumlah film yang

rusak,sehingga dapat menghemat bahan baku.

2. Gangguan dalam kenikmatan kerja berbeda-beda untuk tiap orang.Untuk

beberapa orang yang rentan,kebisingan dapat menyebabkan rasa pusing, kantuk,

sakit, tekanan darah tinggi, tegang dan stres yang diikuti dengan sakit maag,

kesulitan tidur.Gangguan konsentrasi dan kehilangan semangat kerja.

Universitas Sumatera Utara


18

3. Gangguan terhadap komunikasi akan mengganggu kerja sama antara pekerja dan

kadang-kadang mengakibatkan salah pengertian yang secara tidak langsung

menurunkan kualitas dan kuantitas kerja.

4. Penurunan daya dengar,adalah akibat yang paling serius dan dapat menimbulkan

ketulian total, sehingga seseorang sama sekali tidak dapat mendengarkan

pembicaraan orang lain.

2.1.6. Metode Pengukuran Kebisingan

Maksud pengukuran kebisingan adalah :

a. Memperoleh data tentang frekuensi dan intensitas kebisinngan di perusahaan atau

dimana saja.

b. Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi intensitas

kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam rangka upaya

konservasi pendengaran tenaga kerja, atau perlindungan dari gangguan kebisingan

(Suma’mur, 2013)

Pemilihan alat ukur kebisingan ditentukan oleh jenis kebisingan yang akan

diukur.Alat yang dipergunakan dalam pengukuran kebisingan adalah,

1. Soundlevel Meter

Merupakan instrumen dasar untuk mengukur variasi tekanan bunyi di udara, yang

dapat mengubah bising menjadi suatu sinyal elektrik, dan hasilnya dapat dibaca

secara langsung pada monitor dengan satuan desibel.

Universitas Sumatera Utara


19

Gambar 2.1. SoundLevel Meter

2. Octaveband Analyzer

Menggunakan filter yang menyebabkankomponen peralatan sound pressure level

meter yang ada didalamnya hanya dapat mengukur satu frekuensi nada bising

yang dihasilkan.

Gambar 2.2. Octaveband Analyzer

3. Noise Dosimeter

Pekerja yang berpindah-pindah tempat dalam melaksanakan beberapa tugasnya,

dan terpajan bising yang berbeda-beda, tidak dapat diukur dengan alat pengukur

yang ditempatkan tetap pada satu tempat kerja.

Universitas Sumatera Utara


20

Pada situasi seperti ini digunakan noise dosimeter, yang terus dipakai pekerja

untuk mencatat besarnya pajanan selama kerja (Ridwan, 2008)

Gambar 2.3. Dosimeter

Prosedur Pengukuran Kebisingan, menurut SNI 7231 : 2009

a. Hidupkan alat ukur intensitas kebisingan.

b. Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.

c. Pastikan skala pembobotan.

d. Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik sumber

bunyi yang diukur (S untuk sumber bunyi relatif konstan atau F untuk

sumber bunyi kejut).

e. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di

tempat kerja.Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang

sumber bunyi.

Universitas Sumatera Utara


21

f. Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan

karakteristik mikropon (mikropon tegak lurus dengan sumber bunyi, 70o –

80o dari sumber bunyi).

g. Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung

setara (Leq)Sesuaikan dengan tujuan pengukuran.

h. Catatlah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar data sampling.

Lembardata sampling minimum memuat ketentuan seperti berikut:

1. Nama perusahaan

2. Alamat perusahaan

3. Tanggal sampling

4. Lokasi titik pengukuran

5. Rentang waktu pengukuran

6. Hasil pengukuran intensitas kebisingan

7. Tipe alat ukur

8. Tipe kalibrator

9. Penanggung jawab hasil pengukuran

i. Bila alat ukur Sound Level Meter tidak memiliki fasilitas Leq, maka dihitung

secaramanual dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Leq = 10 Log { 1/T[ t1xantilog (L1/10) + t2xantilog (L2/10) + ...tnxantilog

(Ln/10)] (4)

Universitas Sumatera Utara


22

Keterangan:

L1 adalah tingkat tekanan bunyi pada periode t1;

Ln adalah tingkat tekanan bunyi pada periode n;

T adalah total waktu (t1+t2 + ... tn).

2.1.7. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan telah direkomendasikan menurut

ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists) dan ISO

(International Standart Organization) sebesar 85 dBA sedangkan menurut OSHA

(Occupational Safety and Health Assosiation) sebesar 90 dBA untuk waktu kerja 8

jam sehari dan 40 jam seminggu (Susanto, 2006).

Nilai ambang batas (NAB) kebisingan yang ditetapkan oleh peraturan

perundang-undangan menyangkut dua elemen, yaitu lama pemajanan dan intensitas

kebisingan. Oleh karena itu, waktu kerja harus diatur sedemikian rupa sehingga

intensitas kebisingan yang diterima oleh pekerja tidak melebihi nilai ambang

batas.Selain peraturan jam kerja, beberapa hal lain dapat dilakukan sehubungan

dengan pengendalian administratif adalah mengatur jarak pekerja dan menutup

sumber kebisingan.Ketentuan NAB kebisingan di Indonesia diatur dalam Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.13/Men/X/2011 Nilai Ambang Batastentang

kebisingan adalah sebesar 85 dBA untuk pemaparan 8 jam sehari dan 40 jam

seminggu (Direktorat Bina Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan, 2006)

Universitas Sumatera Utara


23

2.2. Iklim Kerja

Cuaca kerja (iklim kerja) adalah kombinasi dari suhu udara, kelembabanudara,

kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasikeempat faktor tersebut bila

dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat disebut dengan iklim kerja

(Suma’mur, 2014) Cuaca kerja merupakan suatu kombinasi dari suhu kerja,

kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja.

Cuacakerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan

dapatmenurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi

danproduktivitas kerja (Subaris, 2008).

Iklim kerja adalah batasan kemampuan penerimaan panas yang diterima

pekerja dari kontribusi kombinasi metabolisme tubuh akibat melakukan pekerjaan

dan faktor lingkungan (temperatur udara, kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi

perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. Pada saat heat stress mendekati

batas toleransi tubuh, risiko terjadinya kelainan kesehatan menyangkut panas akan

meningkat (ACGIH, 2005).

Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar furnaces, peleburan,

boiler, oven, tungku, pemanas atau bekerja di luar ruangan di bawah terik matahari

dapat mengalami gangguan kesehatan. Selama aktivitas pada lingkungan panas

tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu

kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang

diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh. Menurut

Tarwaka dkk (2004) bahwa suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh

Universitas Sumatera Utara


24

suatu pengaturan suhu. Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat keseimbangan di

antara panas yang dihasilkan dari metabolisme tubuh dan pertukaran panas di antara

tubuh dan lingkungan sekitarnya.

Produksi panas didalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan,

gangguan sistem pengaturan panas seperti dalam kondisi demam dan lain-lain.

Selanjutnya faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh

dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi, panas radiasi,

dan panas penguapan (Tarwaka dkk, 2004).

Suhu nikmat kerja adalah suhu yang diperlukan seseorang agar dapat bekerja

secara nyaman. Suhu nikmat kerja berkisar antara 24-26 °C bagi orang Indonesia.

Orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya

sekitar 29-30 °C dengan kelembaban 85%-95%. Aklimatisasi terhadap panas berarti

suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama satu minggu pertama

berada di tempat kerja. Setelah satu minggu pertama berada di tempat panas, tenaga

kerja mampu bekerja tanpa pengaruh iklim kerja, hal ini tergantung dari aklimatisasi

setiap individu yang dilihat dari beban kerja sehingga diperlukan variasi kerja

(Suma’mur, 2014).

Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang

Diperkenankan.

Universitas Sumatera Utara


25

Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB)yang Diperkenankan(PERMENAKER NO. 13 TAHUN 2011)

ISBB (*C)
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam Beban Kerja
Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31,0 28,0 -
50% - 75% 31,0 29,0 27,5
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5

Indeks Suhu Basah dan Bola di luar ruangan dengan panas radiasi :

ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi

:ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola

Catatan :

1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 kilo kalori/jam

2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang

dari 350 kilo kalori

3. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari

500 kilo kalori

Panas yang diakibatkan metabolisme sangat tergantung kepada aktivitas

tubuh. Tabel berikut ini menyajikan hubungan antara panas yang dihasilkan oleh

metabolisme dan kegiatan tubuh.

Universitas Sumatera Utara


26

Tabel 2.3. Tingkat Kegiatan dan Kalori yang Dihasilkan

Tingkat Kegiatan BTU/Jam


Ringan Tidur 250
Duduk tenang 400
Duduk, dengan gerakan lengan ringan misalnya mengetik 450-550
Duduk, dengan gerakan tangan dan kaki ringan misalnya
main piano atau menyetir mobil 550-650
Berdiri, kerja ringan pada mesin atau membongkar
sesuatu dengan tangan 550-650
Duduk, dengan gerakan kuat tangan dan kaki
Berdiri, kerja ringan pada mesin atau membongkar 650-750
barang, kadang-kadang jalan 650-800
Sedang Berdiri, bekerja sedang pada mesin atau membongkar 750-1000
barang dan kadang-kadang jalan
Berjalan dengan mengangkat atau mendorong beban yang 1000-1.400
beratnya sedang
Mengngkat, mendorong, dan menaikkan benda berat 1500-2400
secara terputus-putus misalnya pekerjaan menyekop
Berat Mengangkat, mendorong & menaikkan benda berat terus 2000-2400
menerus
(sumber : Suma’mur, 2014)

2.3. Lama Kerja

Lama kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan

sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja ( Robbins, 2006) Davis dan

Newstrom (dalam Imatama, 2006) menyatakan adanya beberapa karakteristik

pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung stres kerja yang salah satunya

adalah terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan. Karyawan biasanya

mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor / perusahaan yang

dibebankan kepadanya, kemampuan berkaitan dengan keahlian, pengalaman, dan

waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan seringkali memberikan

Universitas Sumatera Utara


27

tugas dengan waktu yang terbatas . Akibatnya karyawan dikejar waktu untuk

menyelesaikan tugas tepat waktu sesuai yang ditetapkan atasan.

Menurut Yager (2004) karyawan dapat menjadi pecandu kerja, yaitu orang

yang selalu ingin sempurna dan berenergi tinggi. Karyawan yang memiliki

kemampuan mengendalikan tingkat stress, akan tetapi mereka membebani. Karyawan

lain dengan tuntutan-tuntutan yang tidak dapat dicapai. Seperti halnya kecanduan

alkohol, kecanduan kerja juga sulit untuk disembuhkan. Fathoni (2006) mengatakan

bahwa jam kerja sebagai faktor penyebab stres kerja dengan mengatakan bahwa

terdapat enam faktor penyebab stres kerja karyawan antara lain beban kerja yang sulit

dan berlebihan, tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan tidak wajar, waktu

dan peralatan yang kurang, konflik antarapribadi dengan pimpinan atau kelompok

kerja, balas jasa yang terlalu rendah, masalah-masalah kerluarga. Jam kerja

merupakan bagian paling umum yang harus ada pada sebuah perusahaan. Jam kerja

karyawan umumnya ditentukan oleh pemimpin perusahaan berdasarkan kebutuhan

perusahaan , peraturan pemerintah, kemampuan karyawan bersangkutan.

2.4. Beban Kerja Mental

Selain beban kerja fisik, beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai.

Namun demikian penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja

fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh.

Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan

sehingga kebutuhan kalori untuk aktifitas mental juga lebih rendah. Padahal secara

Universitas Sumatera Utara


28

moral tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan

aktivitas fisik karena lebih melibatkan kerja otak (white-collar) dari pada kerja otot

(Blue-collar).

Dewasa ini aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja kantor,

supervisior, dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang

lebih besar, pekerja dibidang teknik informasi, pekerjaan dengan menggunakan

teknologi tinggi, pekerjaan dengan menggunakan teknologi tinggi, pekerjaan dengan

kesiagaan tinggi, pekerjaan yang bersifat monotoni dan lain-lain. Menurut Grandjean

(1993) setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, intervensi dan

proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh sensoris untuk diambil suatu

keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Yang menjadi masalah

pada manusia adalah kemampuan untuk memanggil kembali atau mengingat

informasi yang disimpan. Proses mengingat kembali ini sebagian besar menjadi

masalah bagi orang tua.Seperti kita ketahui bahwa orang tua kebanyakan mengalami

penurunan daya ingat.

Evaluasi beban kerja mental merupakan point penting didalam penelitian dan

pengembangan hubungan antara manusi-mesin, mencari tingkat kenyamanan,

kepuasan, efisiensi dan keselamatan yang lebih baik di tempat kerja, sebagaimana

halnya yang menjadi target capaian implementasi ergonomi. Dengan maksud untuk

menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, efisiensi dan produktivitas jangka

panjang bagi pekerja, maka perlu menyeimbangkan tuntutan tugas sehingga pekera

tidak mengalami baik overstress maupun understress pada pekerjaanya.

Universitas Sumatera Utara


29

Dalam kaitan hubungan antara tuntutan tugas (task demand) dengan

performansi tugas (task performance), sebelumnya juga telah diperkenalkan oleh

Meister (1976) tentang tiga area atau region yaitu area A, B dan C. Area A dijelaskan

tentang tuntutan atau demand yang tidak menyebabkan penurunan performansi. Area

B menunjukan tingkat performansi yang menurun dengan adanya peningkatan

tuntutan tugas. Sehingga area B adalah area dimana performansi yang menurun

dengan meningkatnya tuntutan tugas dan menyebabkan peningkatan pada beban

kerja. Selanjutnta pada area C merupakan tingkat beban kerja ekstrim yang akan

menurunkan performansi sampai batas minimum, dan performansi tetap pada tingkat

minimum tersebut seiring dengan meningkatnya tuntutan tugas.

2.5.Stres

Stres adalah reaksi seseorang secara psikologi, fisiologi, maupun perilaku bila

seseorang mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan

kemampuannya untuk memenuhi tuntutan tersebut dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Cooper (1994), stres adalah tanggapan atau proses internal atau eksternal

yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau

melebihi batas kemampuan subyek (Hadipoetra, 2014).

Secara lebih tegas Manuaba (1998) mendefinisikan stres sebagai segala

rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari

dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang

Universitas Sumatera Utara


30

merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai kepada dideritanya suatu

penyakit (Tarwaka, 2011).

Stres dapat dibagi menjadi dua, yaitu (Hadipoetra, 2014) :

a. Stres Negatif (distress)

Pada umumnya stres dirasakan sebagai kondisi yang negatif, yang mengarah ke

timbulnya penyakit fisik atau mental, keprilaku yang tidak wajar.

b. Stres Positif (eustress)

Stres semacam ini diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Makin

tinggi dorongan untuk berprestasi, makin tinggi tingkat stresnya, dan makin tinggi

juga produktivitas dan efisiensinya. Stres pada jumlah tertentu dapat mengarah ke

ide-ide yang inovatif dan konstruktif.

2.5.1. Stres di Tempat Kerja

Secara umum dapat dikatakan, bahwa jika seseorang dihadapkan pada

pekerjaan yang melampaui kemampuan individu tersebut, individu yang

bersangkutan mengalami stres kerja.Namun apa yang sebenarnya diistilahkan dengan

stres kerja.

Menurut Rice(1992), seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja

adalah apabila stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi perusahaan tempat

orang yang bersangkutan bekerja.Setiap aspek dari lingkungan kerja dapat dirasakan

sebagai stres oleh tenaga kerja. Tergantung dari persepsi tenaga kerja terhadap

lingkungannya, apakah ia merasakan adanya stres ataukah tidak (Anies,

2014)Sumber-sumber di lingkungan kerja fisik yang kurang baik, beban kerja terlalu

Universitas Sumatera Utara


31

berat, tempo kerja terlalu cepat, pekerjaan terlalu sederhana, konflik peran, hubungan

dengan atasan maupun teman kerja yang kurang baik serta iklim organisasi yang

kurang menyenangkan.

2.5.2. Penyebab Stres di Tempat Kerja

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja,

yaitu faktor lingkungan dan faktor personal. Faktor lingkungan kerja dapat berupa

kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan sosial di lingkungan

pekerjaan.Sedangkanfaktor personal bisa berupa kepribadian, peristiwa atau

pengalaman pribadi maupun kondisi sosial ekonomi keluarga. Betapapun faktor

kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun karena

dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditempatkan

sebagai sumber atau penyebab munculnya stres(Dwiyanti, 2001)

Selanjutnya Cartwright, et. Al. (1995) memilah penyebab stress akibat kerja

menjadi 6 kelompok penyebab, yaitu (Tarwaka, 2011)

1. Faktor Intrinsik Pekerjaan, dimana dalam pekerjaan faktor ini sangat potensial

menjadi penyebab terjadinya stres dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk

pada mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak

nyaman (bising, berdebu, panas, dll)

2. Faktor Peran Individu Dalam Organisasi Kerja, beban tugas yang bersifat mental

dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stres yang tinggi

dibandingkan dengan beban kerja fisik.

Universitas Sumatera Utara


32

3. Faktor Hubungan Kerja, hubungan yang baik antara karyawan di tempat kerja

adalah faktor yang potensial sebagai penyebab terjadinya stres.

4. Faktor Pengembangan Karir, perasaan tidak aman dalam pekerjaan, posisi dan

pengembangan karir mempunyai dampak cukup penting sebagai penyebab

terjadinya stres.

5. Faktor Struktur Organisasi dan Suasana Kerja, penyebab stres yang berhubungan

dengan struktur organisasi dan suasana kerja biasanya berawal dari budaya

organisasi dan model manajemen yang digunakan.

6. Faktor Dari Luar Pekerjaan, kepribadian seseorang (ekstrovert atau introvert)

sangat berpengaruh terhadap stressor yang diterima.

2.5.3. Gejala-gejala Akibat Stres

Dalam hubungan dengan gangguan pada badan, dikatakan bahwa “stress”

emosional mempengaruhi otak, yang kemudian melalui sistem neurohormonal

menyebabkan gejala-gejala badaniah yang dipengaruhi oleh hormon (adrenalin) dan

sistem saraf otonom.

Gejala ringan sampai sedang meliputi :

1. Gejala fisik : sakit kepala, sakit maag, mudah kaget (berdebar-debar), banyak

keluar keringat dingin, gangguan pola tidur, lesu letih, kaku leher belakang

sampai punggung, dada rasa panas/nyeri, rasa tersumbat di kerongkongan,

gangguan psikoseksual, nafsu makan menurun, mual, muntah, gejala kulit,

macam-macam gangguan menstruasi, keputihan, kejang-kejang, pingsan dan

sejumlah gejala lain.

Universitas Sumatera Utara


33

2. Gejala psikologis : pelupa, sukar konsentrasi, sukar mengambil keputusan,cemas,

was-was, khawatir, mimpi-mimpi buruk, murung, mudah marah atau jengkel,

mudah menangis, pikiran bunuh diri, gelisah, pandangan putus asa dan

sebagainya.

3. Gejala sosial : makin banyak merokok, minum dan makan, sering mengontrol

pintu jendela, menarik diri dari pergaulan sosial, mudah bertengkar, membunuh

dan lainnya (Anoraga, 2009)

2.5.4. Dampak Stres Kerja

Pengaruh stres di tempat kerja menurut model Cartwright, et.all.(1995)

dikutip dari Cooper dan Marshall (1978) dan Levi (1991) bahwa reaksi stres atau

straindikelompokkan menjadi dua yaitu pengaruhnya kepada individu dan organisasi

kerja (Tarwaka, 2011)

1. Pengaruhnya terhadap individu seseorang

a. Reaksi emosional

Dalam keadaan stres tingkat emosional seseorang sangat tidak stabil dimana

sering kita lihat orang tersebut mudah marah, emosi, yang tidak terkontrol,

curiga yang berlebihan, perasaan tidak aman, depresi, irritabilitas dan lain-

lain.

b. Reaksi perubahan kebiasaan atau mental

Dalam keadaan stres atau tertekan seseorang dengan tanpa sadar mencari

pelarian dari permasalahan yang diterima yang terkadang mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara


34

kebiasaan seseorang.Sebagai contoh kebiasaan untuk merokok, minum

minuman keras, dan penggunaan obat-obatan terlarang.

c. Perubahan fisiologis

Dalam keadaan stres otot-otot kepala dan leher menjadi tegang yang

menyebabkan sistem imunisasi melemah, sakit kepala, susah tidur, perasaan

lelah, gangguan selera makan, gangguan kardiovaskular dan lain-

lain(Mendelson, 1990)

2. Pengaruh terhadap organisasi

Akibat stres pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang kurang baik.

Pengaruhnya dapat berupa tingginya angka tidak masuk kerja, turnover,

hubungan kerja menjadi tegang dan rendahnya kualitas pekerjaan.Dari keadaan

tersebut akan dapat mengganggu performansi kerja dan meningkatkan resiko

terjadinya kecelakaan kerja.

Stres akibat kerja yang menyebabkan menurunnya produktivitas kerja, antara lain:

a. Performansi pekerja yang rendah

b. Meningkatnya angka absensi

c. Meningkatnya turnover pekerja yang dapat menyebabkan kehilangan banyak

waktu kerja.

2.5.5. Penilaian Stres

Dalam menilai tingkat resiko, maka organisasi perusahaan dapat menetapkan

skala prioritas terhadap penyebab stres yang dominan dan melakukan pengendalian

agar setiap resiko yang ada dapat segera dikurangi atau dihilangkan.Jika organisasi

Universitas Sumatera Utara


35

perusahaan telah mempunyai sarana pengendalian yang digunakan untuk

mengendalikan stressor yang telah diidentifikasi sebelumnya, maka perlu dinilai dan

direview efektivitasnya. Untuk menentukan tingkat keparahan resiko stres, maka

perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (Tarwaka, 2013)

a. Outcomes tingkat resiko

Untuk setiap stressor yang telah diidentifikasi, perlu mempertimbangkan

kemungkinan outcomes terburuk dari pemaparan yang terjadi, seperti : tingkat

kefatalan, cedera berat, cedera ringan,atau tidak ada cedera.Dalam hal ini cedera

diidentifikasikan sebagai suatu cedera yang dialami pekerja selama lima hari atau

lebih tidak dapat masuk kerja.Istilah cedera dalam kaitannya dengan stress

termasuk gangguan yang menyebabkan gangguan mental.

b. Tingkat keseringan (Likelihood)

Untuk setiap stresor yang telah diidentifikasi, perlu mempertimbangkan

kemungkinan gangguan yang terjadi jika pekerja mengalami stres.Dalam hal ini,

tingkat keseringan (likelihood) dapat berkisar dalam rentangan; “sangat sering”

sampai dengan “tidak mungkin terjadi”

c. Pemaparan (exposured)

Untuk setiap stressor yang telah diidentifikasi, perlu mempertimbangkan berapa

banyak pekerja yang dapat mengalami stres.Aspek ini sangat penting pada saat

organisasi perusahaan mempertimbangkan dalam menyusun skala prioritas untuk

melakukan pengendalian terhadap stressor.

Universitas Sumatera Utara


36

2.5.6. Manajemen Pengendalian Stres

Dalam menghadapi stres (to fight) mencakup tiga macam strategi yang

harusnya dilakukan :

1. Mengubah lingkungan kerja, jika perlu dengan memanipulasi sedemikian rupa

sehingga nyaman bagi tenaga kerja.

2. Mengubah lingkungan kerja melalui persepsi tenaga kerja, misalnya dengan

menyakinkan diri bahwa ancaman itu (stres) tidak ada.

3. Meningkatkan daya tahan mental tenaga kerja terhadap stres. Misalnya dengan

latihan-latihan yang dibimbing oleh psikolog, meditasi, relaksasi progresif,

hipnosis, dan otosegesti (Anies, 2014).

Untuk mendapatkan tenaga kerja yang sehat, baik fisik, mental maupun sosial

diperlukan kerja sama dari pimpinan perusahaan dangan berbagai bidang keahlian,

temasuk psikolog. Dalam hal ini psikolog menangani psikologi industri.

Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan maupun keselamatan kerja, perlu

dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan jenis pekerjaan dan

lingkungan kerja yang merupakan sumber timbulnya kebosanan, kelelahan,

kecelakaan dan stres psikologi.

2.6. Landasan Teori

2.6.1. Faktor Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat misalnya bising yang melebihi

ambang batas merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan.Bising (noise) adalah bunyi yang ditimbulkan oleh gelombang suara

Universitas Sumatera Utara


37

dengan intensitas dan frekuensi yang tidak menentu. Di sektor industri, bising berarti

bunyi yang sangat mengganggu dan membuang energi (Ridwan Harrianto, 2010)

2.6.2. Faktor Lingkungan Kerja Psikis

Intensitas kebisingan sering dapat menyebabkan penurunan performansi kerja,

sebagai salah satu penyebab stress dan gangguan kesehatan lainnya.Stres yang

disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan,

kegelisahan dan depresi.Stres karena kebisingan juga menyebabkan cepat marah,

sakit kepala dan gangguan tidur.

2.6.3. Faktor Individual

a. Usia

Menurut Depkes RI (2003), menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara 18-

40 tahun. Semakin tua usia seseorang, semakin kecil kemungkinan keluar dari

pekerjaan. Faber dalam artikel Jacinta F. Rini (2002) menyatakan tenaga kerja <

40 tahun paling beresiko terhadap gangguan yang berhubungan dengan stres. Hal

ini disebabkan karena pekerja berumur muda dipengaruhi oleh harapan yang tidak

realistis jika dibanding dengan mereka yang lebih tua.

b. Masa kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama mulai masuk

hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja yang rentan terhadap penyakit akibat

kerja adalah pekerja yang masa kerjanya antara 2-6 tahun, semakin lama orang

tersebut bekerja maka semakin lama juga mereka terpapar berbagai penyakit

(Suma’mur,2013) .

Universitas Sumatera Utara


38

Pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan intensitas kebisingan yang

tinggi dan dalam waktu yang lama beresiko lebih mudah stres dan mengalami

kebosanan dalam rutinitas pekerjaan yang cenderung monoton (Suma’mur, 2013)

c. Kondisi kesehatan

Kondisi sehat dapat diartikan tidak menderita salah satu atau lebih dari penyakit

yaitu tidak memiliki gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi, sakit

kepala, nyeri punggung dan leher, karena seseorang yang sedang menderita sakit

akan mudah terpengaruh oleh efek lingkungan.

(Sartono, 2002).

2.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep atau variabel yang

akan diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Bebas ( X) Variabel Terikat ( Y)


1. Kebisingan Stres kerja
2. Iklim Kerja
3. Lama Kerja
4. Beban Kerja Mental

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Variabel Bebas : Kebisingan, iklim kerja, lama kerja, beban kerja mental

Variabel Terikat : Stres kerja

Universitas Sumatera Utara


39

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode analitik observasional

dengan cara pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mencari hubungan

antar variabel. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara kebisingan dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data di ukur atau dikumpulkan dalam waktu bersamaan atau sekaligus

pada suatu waktu.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT.

Perkebunan Nusantara III. Penelitian ini akan direncanakan enam bulan terhitung

bulan Januari sampai Juni 2016.Yang dimulai dengan pengusulan judul

penelitian,penelusuran pustaka, persiapan proposal, konsultasi dengan pembimbing,

pelaksanaan penelitian, analisis data penyusunan laporan akhir, dan ujian

komprehensif.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua karyawan yang bekerja di area

produksi pabrik kelapa sawit Rambutan yaitu sebanyak 50 karyawan.

39
Universitas Sumatera Utara
40

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan sebanyak 50

orang (total populasi) di area produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT.

Perkebunan Nusantara III.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data-data daripekerja di area produksi pabrik kelapa sawit

Rambutan PT.Perkebunan Nusantara III, dengan cara:

a. Data kebisingan di area produksi yang disebabkan oleh mesin produksi,

pengukuran dilakukan oleh Balai K3.

b. Wawancara langsung dilakukan oleh peneliti dengan kuesioner tentang stres kerja

terhadap responden.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari manajemen PT.Perkebunan

Nusantara III mengenai data sumber kebisingan dan pengujian kebisingan pada tahun

2014 yang dilakukan olehKementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Sekertariat

Jenderal Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja Medan.

3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan suatu alat ukur (instrument) dalam mengukur suatu pertanyaan, bahwa

instrumen dikatakan valid, apabila instumen tersebut dapat mengukur apa yang

Universitas Sumatera Utara


41

seharusnya diukur. Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan

cara melakukan korelasi antar skor variabel atau item dengan skor total variabel

(Corrected Item Total Correlation), denganketentuan nilai Corrected Item Total

Correlation> r tabel (0,361) pada α = 5%; df (30-2) = 28 maka butir pertanyaan

tersebut dikatakan valid sedangkan nilai Corrected Item Total Correlation< nilai r

tabel (0,361) maka butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak valid (Hidayat, 2010).

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

ukurdapat dipercaya atau dapat diandalkan sebagai alat pengumpul data. Instrumen

yangsudah dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula.

Teknikyang dipakai dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu jika nilai

r Cronbach’s Alpha> nilai r tabel (0,60), maka dinyatakan reliabel.

Hasil uji validitas dan reliabilitas variabelstresdan beban kerja dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Stres Kerja

Pernyataan Nilai Corrected Item-Total Keterangan


1 0,548 Valid
2 0,447 Valid
3 0,778 Valid
4 0,664 Valid
5 0,664 Valid
6 0,542 Valid
7 0,663 Valid
8 0,551 Valid
9 0,778 Valid
10 0,464 Valid
Cronbach’s Alpha = 0,879 Reliabel

Universitas Sumatera Utara


42

Berdasarkan Tabel 3.1. di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel stres
kerjasebanyak 10 pernyataan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai
cronbach alpha 0,879, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan variabel
stres kerja valid dan reliabel.
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Beban Kerja

Pernyataan Nilai Corrected Item-Total Keterangan


1 0,409 Valid
2 0,462 Valid
3 0,769 Valid
4 0,743 Valid
5 0,743 Valid
6 0,471 Valid
7 0,806 Valid
8 0,726 Valid
9 0,769 Valid
10 0,464 Valid
11 0,726 Valid
12 0,471 Valid
13 0,631 Valid
14 0,654 Valid
15 0,712 Valid
16 0,806 Valid
Cronbach’s Alpha = 0,928 Reliabel

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel beban

kerja sebanyak 16 pernyataan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan

nilai cronbach alpha 0,928, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan

variabel beban kerja valid dan reliabel.

Universitas Sumatera Utara


43

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1. Variabel Penelitian

a. Variabel Independent adalah kebisingan, lingkungan kerja panas, lama kerja,

beban kerja mental di area produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

b. Variabel Dependent adalah stres kerja pada karyawan diarea produksi Pabrik

Kelapa Sawit Rambutan

3.5.2. Definisi Operasional

a. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang dihasilkan dari sekumpulan mesin-mesin

pengolahan kelapa sawit di area produksi PKS Rambutan PT.Perkebunan

Nusantara III.

b. Iklim kerja adalah suhu panas yang diterima oleh tubuh pekerja di dalam

lingkungan kerja yang dihasilkan oleh mesin-mesin pengolahan kelapa sawit.

c. Waktu kerja adalah lama kerja yang ditentukan dalam satu hari kerja di pabrik

kelapa sawit.

d. Beban kerja mental adalah tekanan pekerjaan yang diterima dari atasan untuk

mencapai target yang telah ditetapkan di pabrik kelapa sawit.

e. Stres kerja adalahgangguan psikologis terhadap seseorang yang bekerja di area

produksi PKS Rambutan PT.Perkebunan Nusantara IIIdengan paparan bising yang

lama.

Universitas Sumatera Utara


44

3.6. Metode Pengukuran

1. Pengukuran kebisingan dilakukan di tujuh titik sumber bising, yaiu kamar mesin,

stasiun klarifikasi, stasiun threser, kernel, polishing drum, water treatment, boiler

dengan menggunakan sound level meter yang terkalibrasi.Cara pengambilan data

dilakukan pengukuran secara langsung meggunakan skala ordinal dengan dua

kategori, yaitu

0. Tidak bising, intensitas kebisingan ≤ 85 dBA

1. Bising, intensitas kebisingan > 85 dBA

Prosedur Pengukuran Kebisingan, menurut SNI 7231 : 2009

a. Hidupkan alat ukur intensitas kebisingan.

b. Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.

c. Pastikan skala pembobotan.

d. Sesuaikan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik sumber

bunyi yang diukur (S untuk sumber bunyi relatif konstan atau F untuk sumber

bunyi kejut)

e. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di

tempat kerja.Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang

sumber bunyi.

f. Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan karakteristik

mikropon (mikropon tegak lurus dengan sumber bunyi, 70o – 80o dari sumber

bunyi)

Universitas Sumatera Utara


45

g. Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung setara

(Leq) Sesuaikan dengan tujuan pengukuran.

2. Iklim kerja dilakukan dengan menggunakaan alat ukur Heat Stress Apparatus,

satuan Derajat Celcius. Pengukuran dilakukan pada kernel, sterilizer, press,

klarifikasi, threser, kamar mesin, boiler.

Cara pengambilan data dilakukan pengukuran secara langsung dengan dua

kategori, yaitu :

0. Iklim kerja ringan ≤ 28°C

1. Iklim kerja sedang ≤ 30°C

Cara pengukuran sesuai Instruksi Kerja Balai K3 :

a. Pasang tripod sebagai penyangga alat Thermal Environment Monitor

b. Letakkan alat pada titik pengukuran dengan ketinggian > 1 m atau kurang

lebih 3,5 feet dari lantai (setinggi area pernafasan manusia)

c. Basahi kain kasa dengan aquadest secukupnya pada alat pengukur suhu basah,

pastikan bahwa kain pembalut sensor suhu basah dalam kondisi bersih

d. Nyalakan alat dengan menekan tombol saklar di belakang alat sehingga

muncul menu utama

e. Tekan tombol pada “I/O Enter” pada menu View hingga alat ON dan

menampakkan hasil (Wet, Dry, Globe, WBGT, RH, HI)

f. Pastikan bahwa tegangan baterai lebih dan atau sama dengan 6,4 Volt, jika

kurang gantilah dengan baterai yang baru

Universitas Sumatera Utara


46

g. Tunggu kurang lebih 10 menit agar sensor stabil dan adaptasi pada

lingkungan

h. Tekan tombol panah “∆“ atau “˅” hingga layar menunjukkan parameter yang

diinginkan (ISBB in, ISBB out, Wet, Dry, Globe, RH dan Heat Index)

i. Tekan tombol “RUN STOP” untuk memulai pengumpulan data dengan cara

Data Logging

j. Setelah 10 menit tekan tombol “RUN STOP” untuk mengakhiri pengumpulan

data dengan cara Data Logging

k. Catat hasil pengukuran pada lembar yang telah tersedia jika dicatat secara

manual

l. Tekan tombol “I/O Enter” dan tahan hingga layar menunjukkan angka 3-2- 1

sampai muncul menu utama

m. Tekan tombol “I/O Enter” dan tahan hingga menunjukkan angka 3-2-1 dan

akhirnya alat mati

3. Pengukuran stres kerja, beban kerja mental dilakukan dengan wawancara

menggunakan kuesioner skala Guttman. Skala Guttman merupakan skala yang

menyatakan tingkat persetujuan individu terhadap suatu pernyataan dengan tegas

yaitu ya dan tidak. Skala ini sering digunakan dalam berbagai penelitian yang

menggunakan pendekatan survei, dimana kuesioner dijadikan sebagai alat untuk

memperoleh data.

Universitas Sumatera Utara


47

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel

Jumlah Alat Skala


No Variabel Hasil Ukur
Pertanyaan Ukur Ukur
1 Stres kerja 10 Kuesioner 0 = Tidak Stres (0-4) Ordinal
1 = Stres (5-10)
2 Kebisingan - sound 0 = Tidak bising (≤ Ordinal
level 85 dBA)
meter 1 = Bising (>85
dBA)

3 Iklim - Heat 0 = Ringan Ordinal


Kerja Stress 1 = Sedang
Apparatus
4 Lama kerja 1 Kuesioner 0 = ≤8 jam Ordinal
1 = >8 jam
5 Beban 16 Kuesioner 0 = Baik (0-7) Ordinal
kerja 1 = Buruk (8-16)
mental

3.7. Metode Analisis Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode analitik observasional

dengan cara pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mencari hubungan

antar variabel. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor kebisingan dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data di ukur atau dikumpulkan dalam waktu bersamaan atau sekaligus

pada suatu waktu (Notoatmodjo, 2005). Analisis data dilakukan dengan

menggunakan program komputer SPSS for Windows 16.0 analisis yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


48

3.7.1. Analisis Univariat

Analisis dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya

analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap variabel seperti

kebisingan, stres kerja, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2005) Hal ini sangat penting guna

mendapatkan gambaran awal mengenai keadaan umum responden sehingga tidak

akan menimbulkan kerancuan ketika analisis data penelitian dilakukan.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas

dan terikat. Uji statistik untuk mengetahui hubungan antara kebisingan dengan stres

kerja yaitu mengguanakan uji Chi-Square. Uji Chi-Square adalah teknik statistik

yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau

lebih kelas yang berupa data kategorik (Sugiyono, 2006)

Syarat Uji Chi-Square adalah tidak ada sel yang nilai observed bernilai nol dan

sel yang nilai expected (E) kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat

uji Chi-square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya yaitu:

1. Alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher

2. Alternatif uji Chi-Square untuk tabel 2xK adalah uji Kolmogorov-Smirnov

3. Penggabungan sel adalah langkah alternatif uji Chi-Square untuk tabel selain 2x2

dan 2xk sehingga terbentuk suatu tabel BxK yang baru. Setelah dilakukan

penggabungan sel, uji hipotesis dipilih sesuai dengan tabel BxK yang baru

tersebut (M. Sopiyudin Dahlan, 2008).

Universitas Sumatera Utara


49

Taraf signifikan yang digunakan adalah 95% dengan nilai kemaknaan 5%.

Kriteria nilai p value yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan yang

dipilih dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika p value > 0,05 maka Ho diterima.

2. Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak.

3.7.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk menganalisis variabel mana yang paling

dominan (kebisingan, iklim kerja, lama kerja dan beban kerja mental) terhadap stres

kerja dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Persamaan regresi logistik berganda adalah sebagai berikut :

1
P (X) =
1  e ( a b1x1 b2 x 2  b3 x3 ....bk xk )
Dimana : P (X) = peluang terjadinya efek

e = bilangan natural (2,71828)

a = konstanta

b = koefisien regresi

x1,x2,x3, ... xk = variabel bebas

Alasan digunakannya metode analisis regresi logistik ganda adalah karena

teknik analisis ini dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh variabel

bebas terhadap variabel terikat serta terindentifikasi faktor paling dominan dari

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Universitas Sumatera Utara


50

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III

Pabrik kelapa merupakan salah satu pabrik dari pabrik kelapa sawit yang

dimiliki oleh PTPN 3 yang terletak di desa Paya Bagas Kecamatan Rambutan

Kotamadya Tebing Tinggi Propinsi Sumatera Utara. Pabrik Kelapa Sawit Rambutan

dibangun pada tahun 1983 dengan kapasitas 30 ton/jam, dimana sumber bahan baku

(tandan buah segar) berasal dari kebun seinduk, kebun pihak ketiga, terutama

Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang berada di daerah Deli Serdang dan sekitarnya.

4.2. Stres Kerja

Berdasarkan stres kerja karyawan di area produksi pabrik kepala sawit

rambutan PTPN III diperoleh bahwa yang tidak stres sebanyak 33 orang (66,0%) dan

yang stres sebanyak 17 orang (34,0%).

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Stres Kerja pada Karyawan di Area Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III

Stres Kerja Jumlah (n) Persentase (%)


Tidak stress 33 66,0
Stress 17 34,0
Jumlah 50 100,0

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 50 karyawan dengan

menanyakan stres kerja di area produksi pabrik, menunjukkan bahwa pernyataan

yang paling banyak dijawab ya adalah saya tidak nyaman bekerja bila mendengar

50

Universitas Sumatera Utara


51

suara bising dari alat-alat kerja (pertanyaan nomor 2) sebanyak 27 orang (54,0%),

sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab tidak oleh karyawan adalah saya

sering abesn selama bekerja karena merasa lelah (pertanyaan nomor 9) sebanyak 48

orang (96,0%), secara jelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Stres Kerja di Area
Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III

Ya Tidak
No Pernyataan
n % n %
1. Saya selalu sulit berkonsenterasi bila 24 48,0 26 52,0
mendengar suara bising
2. Saya tidak nyaman bekerja bila mendengar 27 54,0 23 46,0
suara bising dari alat-alat kerja
3. Suara bising yang terus menerus membuat saya 15 30,0 35 70,0
mudah terpancing emosi.
4. Saya merasa mudah lelah bila terpapar suara 14 28,0 36 72,0
bising yang lama meski pekerjaan tidak berat.
5. Suara mesin yang terlalu berisik membuat saya 13 26,0 37 74,0
mudah sakit kepala.
6. Saya sering merasa bosan dalam pekerjaan 23 46,0 27 54,0
yang selalu monoton.
7. Suara bising sering menghambat pencapaian 9 18,0 41 82,0
target kerja saya.
8. Saya susah tidur karena sering terngiang- 9 18,0 41 82,0
ngiang suara bising di pabrik
9. Saya sering abesn selama bekerja karena 2 4,0 48 96,0
merasa lelah.
10. Saya masih belum terbiasa bekerja di area yang 5 10,0 45 90,0
bising.

Hasil pengukuran stres kerja berdasarkan lokasi pengukuran di 8 titik

diperoleh sebahagian besar karyawan yang stres berada di lokasi polishing drum

sebanyak 6 orang (35,3%), kemudian di kamar mesin sebanyak 4 orang (23,5%), dan

Universitas Sumatera Utara


52

di water treatment sebanyak 2 orang (11,8%), sedangkan sisanya masing-masing

sebanyak 1 orang (5,9%).

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Stres Kerja Karyawan Berdasarkan Lokasi


Pengukuran di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III

Lokasi Pengukuran n %
Polishing Drum 6 35,3
Kernel 1 5,9
Kamar Mesin 4 23,5
Klarifikasi 1 5,9
St. Press 1 5,9
Sterilizer 1 5,9
Boiler 1 5,9
Water Treatment 2 11,8
Jumlah 17 100,0

4.3. Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban Kerja Mental

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebisingan lebih banyak yang bising

sebanyak 38 orang (76,0%) dan tidak bising sebanyak 12 orang (24,0%). Iklim kerja

lebih banyak yang ringan sebanyak 26 orang (52,0%) dan sedang sebanyak 24 orang

(48,0%). Lama kerja karyawan lebih banyak ≤8 jam sebanyak 40 orang (80,0%) dan

>8 jam sebanyak 10 orang (20,0%). Kemudian beban kerja mental karyawan lebih

banyak yang baik sebanyak 35 orang (70,0%) dan yang buruk sebanyak 15 orang

(30,0%).

Universitas Sumatera Utara


53

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban
Kerja Mental di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III

Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)


Kebisingan
Tidak bising 12 24,0
Bising 38 76,0
Iklim Kerja
Ringan 26 52,0
Sedang 24 48,0
Lama Kerja
<=8 jam 40 80,0
>8 jam 10 20,0
Beban kerja mental
Baik 35 70,0
Buruk 15 30,0

Berdasarkan Tabel 4.4. diperoleh bahwa karyawan yang lebih banyak

menjawab ya adalah dalam satu hari saya sering bekerja lebih dari 8 jam kerja

(pernyataan nomor 14) sebanyak 40 orang (80,0%) dan yang lebih banyak menjawab

tidak adalah teman kerja saya membuat saya merasa tidak nyaman dalam bekerja

(pernyataan nomor 5) sebanyak 48 orang (96,0%), secara jelas dapat dilihat sebagai

berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Beban Kerja Mental
di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III

Ya Tidak
No Pernyataan
n % n %
1. Saya sering merasa adanya hubungan yang 5 10,0 45 90,0
tidak baik antara atasan dan bawahan atau
sesama teman kerja
2. Saya merasa bingung jika tidak mampu 30 60,0 20 40,0
melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
kemampuan saya.
3. Saya sulit berkonsenterasi dalam bekerja saat 27 54,0 23 46,0
sedang banyak pikiran.

Universitas Sumatera Utara


54

Tabel 4.5. (Lanjutan)

Ya Tidak
No Pernyataan
n % n %
4. Saya merasa cemas jika pekerjaan belum 39 78,0 11 22,0
terselesaikan.
5. Teman kerja saya membuat saya merasa tidak 2 4,0 48 96,0
nyaman dalam bekerja.
6 Atasan sering tidak menghargai pekerjaan saya 4 8,0 46 92,0

7 Tuntuan kerja yang memberatkan membuat 19 38,0 31 62,0


saya merasa frustasi (harapan yang tidak sesuai
dengan kenyataan)
8 Semangat kerja saya menurun bila hasil 32 64,0 18 36,0
pekerjaan saya tidak dihargai oleh perusahaan
9 Atasan saya tidak pernah memberikan motivasi 5 10,0 45 90,0
ketika saya menghadapi masalah.
10 Saya sering merasa mendapat perlakuan tidak 8 16,0 42 84,0
adil dalam melakukan pekerjaan.
11 Dalam bekerja saya dikejar waktu untuk 21 42,0 29 58,0
menyelesaikan pekerjaan dengan baik
12 Saya mudah melakukan kesalahan yang 11 22,0 39 78,0
membuat pekerjaan saya tidak selesai pada
waktunya.
13 Saya sering membuang- buang waktu kerja 4 8,0 46 92,0
dengan kegiatan yang lain yang tidak berkaitan
dengan pekerjaan.
14 Dalam satu hari saya sering bekerja lebih dari 8 40 80,0 10 20,0
jam kerja.
15 Pekerjaan yang saya lakukan sering tidak 14 28,0 36 72,0
terjadwal dengan baik.
16 Saya sering mengabaikan urusan keluarga 13 26,0 37 74,0
karena terlalu banyak pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


55

4.4. Pengaruh Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban Kerja Mental
dengan Stres Kerja di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan
PTPN III

1. Kebisingan

Karyawan yang tidak bising dengan tidak stres sebanyak 11 orang (91,7%)

dan yang stres sebanyak 1 orang (8,3%) sedangkan karyawan yang bising dengan

tidak stres sebanyak 22 orang (57,9%) dan yang stres sebanyak 16 orang (42,1%).

Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara

kebisingan dengan stres kerja dengan nilai p=0,039.

2. Iklim Kerja

Karyawan yang iklim kerja ringan dengan tidak stres sebanyak 23 orang

(88,5%) dan yang stres sebanyak 3 orang (11,5%) sedangkan karyawan yang iklim

kerja sedang dengan tidak stres sebanyak 10 orang (41,7%) dan yang stres sebanyak

14 orang (58,3%). Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan yang

signifikan antara iklim kerja dengan stres kerja dengan nilai p=0,001.

3. Lama Kerja

Karyawan yang lama kerja ≤8 jam dengan tidak stres sebanyak 25 orang

(62,5%) dan yang stres sebanyak 15 orang (37,5%) sedangkan karyawan yang lama

kerja >8 jam dengan tidak stres sebanyak 8 orang (80,0%) dan yang stres sebanyak 2

orang (20,0%). Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara lama

kerja dengan stres kerja dengan nilai p=0,461.

Universitas Sumatera Utara


56

4. Beban Kerja Mental

Karyawan yang beban kerja baik dengan tidak stres sebanyak 29 orang

(82,9%) dan yang stres sebanyak 6 orang (17,1%) sedangkan karyawan yang beban

kerja buruk dengan tidak stres sebanyak 4 orang (26,7%) dan yang stres sebanyak 11

orang (42,1%). Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan

antara beban kerja mental dengan stres kerja dengan nilai p=0,0001.

Tabel 4.6. Hubungan Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban Kerja
Mental dengan Stres Kerja di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan
PTPN III

Stres Kerja
Jumlah
Variabel Tidak stres Stres p
n % n % n %
Kebisingan
Tidak bising 11 91,7 1 8,3 12 100,0
0,039
Bising 22 57,9 16 42,1 38 100,0
Iklim Kerja
Ringan 23 88,5 3 11,5 26 100,0 0,001
Sedang 10 41,7 14 58,3 24 100,0
Lama kerja
<=8 jam 25 62,5 15 37,5 40 100,0
0,461
>8 jam 8 80,0 2 20,0 10 100,0
Beban kerja
Baik 29 82,9 6 17,1 35 100,0
0,0001
Buruk 4 26,7 11 73,3 15 100,0

4.5. Analisis Multivariat

Untuk menganalisis pengaruh kebisingan terhadap stres kerja menggunakan

uji regresi logistik ganda (multiple logistic regression), karena variabel dependennya

2 kategori yaitu stres dan tidak stres. Regresi logistik ganda yaitu salah satu

pendekatan model matematis untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel

Universitas Sumatera Utara


57

independen terhadap variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomi atau binary,

dengan metode Backward LR dimasukkan secara bersama-sama kemudian variabel

yang nilai p>0,05 akan dikeluarkan secara otomatis dari komputer sehingga dapat

variabel yang berpengaruh. Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi regresi

logistik ganda adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25 pada analisis

bivariatnya.

Tabel 4.7. Hasil Uji Regresi Logistik

95,0% CI
Variabel B Sig Exp(B)
Lower Upper
Kebisingan 3,194 0,047 24,375 0,803 739,844
Iklim Kerja 2,825 0,021 16,858 1,538 184,805
Beban kerja 4,284 0,003 72,513 4,163 1,263E3
constant -6,458 0,003 0,002

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa kebisingan, iklim kerja dan

beban kerja mental berpengaruh terhadap stres kerja di area produksi pabrik kelapa

sawit PTPN III. Kebisingan memiliki nilai Exp (B) = 24,375 (95% CI 0,803-739,844)

artinya karyawan yang memiliki kebisingan berpeluang untuk stres sebesar 24 kali

lebih besar dibanding dengan karyawan yang tidak memiliki kebisingan. Iklim kerja

memiliki nilai Exp (B) = 16,858 (95% CI 1,538-184,805) artinya karyawan yang

memiliki iklim kerja sedang berpeluang untuk stres sebesar 17 kali lebih besar

dibanding dengan karyawan yang iklim kerja ringan. Beban kerja mental memiliki

nilai Exp (B) = 72,513 (95% CI 4,163-1,263) artinya karyawan yang memiliki beban

kerja mental buruk berpeluang untuk stres sebesar 72 kali lebih besar dibanding

dengan karyawan yang beban kerja mental baik. Nilai Overall Percentage diperoleh

Universitas Sumatera Utara


58

sebesar 86 yang artinya variabel beban kerja mental, kebisingan dan iklim kerja bisa

menjelaskan pengaruhnya terhadap stres kerja di area produksi pabrik sebesar 86%,

sedangkan sisanya sebesar 14% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk

dalam variabel penelitian ini.

Model persamaan regresi logistik berganda yang dapat memprediksi stres

kerja adalah sebagai berikut:

1
p( y )  ( 6, 4583,194( X1 )  2,825( X 2 )  4, 284( X 3 ))
1 e
Keterangan:
P : Probabilitas stres kerja

X1 : Kebisingan, koefisien regresi 3,194

X2 : Iklim kerja, koefisien regresi 2,825

X3 : Beban kerja mental, koefisien regresi 4,284

a : Konstanta -6,458

Persamaan di atas diketahui bahwa karyawan dengan kebisingan, iklim kerja

sedang dan beban kerja mental buruk memiliki probabilitas sebesar 98% untuk stres

kerja.

Universitas Sumatera Utara


59

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Kebisingan terhadap Stres Kerja pada Karyawan di Area


Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar area produksi pabrik

bising (76,0%). Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan

antara kebisingan dengan stres kerja. Karyawan yang memiliki area bising cenderung

mengalami stres kerja dibanding karyawan yang tidak memiliki area bising. Hal ini

dikarenakan suara bising yang ada di area produksi pabrik sebesar 85 dB yang

mengakibatkan karyawan sulit berkonsentrasi saat bekerja, tidak nyaman bekerja dari

alat-alat kerja dan mudah terpancing emosi. Kerusakan yang terjadi diantaranya

adalah kerusakan pendengaran sementara maupun permanen. Selain itu kebisingan

terus menerus juga dapat menurunkan konsenterasi pekerja dan mengakibatkan stres

sehingga kecelakaan karena akibat kerja dapat terjadi (Anizar, 2009).

Berdasarkan hasil analisis multivariat bahwa ada pengaruh kebisingan

terhadap stres kerja di area produksi pabrik kelapa sawit PTPN III. Karyawan yang

memiliki kebisingan berpeluang untuk stres sebesar 24 kali lebih besar dibanding

dengan karyawan yang tidak memiliki kebisingan. Stres merupakan kondisi yang

dihasilkan ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya yang kemudian

merasakan suatu pertentangan, apakah itu riil ataupun tidak, antara tuntutan situasi

dan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial. Dalam terminologi medis,

59
Universitas Sumatera Utara
60

stres akan mengganggu sistem homeostasis tubuh yang berakibat terhadap gejala fisik

dan psikologis.

Sejalan dengan penelitian Ardiansyah (2013) menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh intensitas kebisingan dengan stress kerja dengan nilai p adalah 0,003 lebih

kecil dari 0,05 artinya kesimpulan H1 yang diterima. Intensitas kebisingan dapat

berpengaruh terhadap stabilitas mental pekerja dan penyebab stress dari pekerja.

Sejalan dengan penelitian Pradana (2013) bahwa ada hubungan antara kebisingan

dengan stres kerja pada pekerja bagian Gravity PT. Dua Kelinci dengan p value

0,000.

Sejalan dengan penelitiaan Failasufa (2014) menunjukkan ada hubungan

antara kebisingan dengan stress kerja pada pekerja bagian spinning PT. Sinar Pantja

Djaja Semarang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tri Budiyanto dan Erza

Yanti Pratiwi (2010) yang meneliti hubungan kebisingan dan massa kerja terhadap

terjadinya stress kerja, memperoleh hasil bahwa ada hubungan antara kebisingan

dengan stress kerja pada pekerja di bagian tenun Agung Saputra Tex di Yogyakarta,

dengan nilai p = 0,039. Sejalan dengan penelitian Oktarini (2010) bahwa ada

pengaruh kebisingan terhadap stress kerja tenaga kerja penggilingan padi CV Padi

Makmur Karanganyar.

Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja disebabkan oleh sumber bising

mesin produksi yang beroperasi, sehingga para tenaga kerja akan mengalami

gangguan komunikasi baik itu pembicaraan atau instruksi tidak dapat di dengar secara

jelas sehingga harus berbicara dengan keras untuk dapat terdengar, yang berarti akan

Universitas Sumatera Utara


61

membutuhkan tenaga ekstra bahkan dengan berbicara keras dapat menambah

kebisingan, hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan terganggunya fungsi

pendengaran, serta kebisingan dapat mengganggu “cardiac out-put” dan tekanan

darah. Ini merupakan gangguan secara fisiologis, selain itu kebisingan juga dapat

mengakibatkan gangguan psikologis misalnya suara yang tidak dikehendaki dapat

menimbulkan stress, sulit konsentrasi, berfikir, akibat lain adalah gangguan patologis

organis seperti pengaruhnya kebisingan terhadap alat pendengaran atau telinga yang

dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen (Depkes RI,

2003).

Kebisingan yang terjadi di area kerja ditangkap oleh otak yang merasakan

pengalaman sebagai ancaman, yang kemudian tubuh akan mengeluarkan hormone

stress seperti hormone katekolamin yang disekresi oleh bagian medulla kelenjar

adrenal dan sebuah neurotransmitter yang bekerja aktif di system saraf pusat.

Hormon stress akan mempengaruhi kecepatan denyut jantung, bila dalam tingkat

yang tinggi dapat membuat jantung berdebar-debar, apabila hal berlangsung secara

terus menerusakan menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Suara bising didengar sebagai rangsangan pada sel syaraf pendengar dalam

telinga yang ditimbulkan getaran dari sumber bising (mesin produksi). Gelombang

tersebut merambat melalui udara atau penghantar lainnya, mengaktifkan sistem syaraf

simpatis dan pusat hormonal di otak (hipotalamus) seperti kotekolamin, epinefrin,

norepinefrine, glukokortikoid, kortisol (hormon stres) dan kortison. Sistem

Hipotalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) merupakan bagian penting dalam sistem

Universitas Sumatera Utara


62

neuroendokrin yang berhubungan dengan terjadinya stres, hormon adrenal berasal

dari medula adrenal sedangkan kortikostreroid dihasilkan oleh korteks adrenal.

Kelebihan hormon kortisol bisa merusak fungsi di bagian prefrontal korteks yaitu

pusat emosional. Daerah ini juga berfungsi mengatur fungsi perencanaan, penalaran

dan pengendalian rangsangan atau impuls. Hipotalamus akan merangsang hipofisis,

kemudian hipofisis akan merangsang saraf simpatis. Pada waktu sumber stres

(stressor) berhasil diidentifikasi, otak akan mengirimkan pesan yang bersifat

biokimia kepada semua sistem dalam tubuh. Akibatnya, pernafasan akan meningkat,

tekanan darah nqik, otot menjadi tegang, dan timbul gejala fisiologis lainnya.

individu hanya mempunyai sumber energi yang terbatas, dan keterbatasan

kemampuan untuk menghadapi stressor sehingga individu tersebut menjadi stres

(Nuzulia, 2010).

Kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai gangguan

ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan

kenikmatan kerja sampai pada cacat yang berat karena kehilangan daya pendengaran

(Anizar, 2009). Gangguan terhadap konsentrasi kerja dapat mengakibatkan

menurunnya kuantitas dan kualitas kerja. Hal ini pernah dibuktikan pada sebuah

perusahaan film dimana penurunan intensitas kebisingan berhasil mengurangi jumlah

film yang rusak,sehingga dapat menghemat bahan baku. Gangguan dalam kenikmatan

kerja berbeda-beda untuk tiap orang. Untuk beberapa orang yang rentan, kebisingan

dapat menyebabkan rasa pusing, kantuk, sakit, tekanan darah tinggi, tegang dan stres

yang diikuti dengan sakit maag, kesulitan tidur. Gangguan konsentrasi dan

Universitas Sumatera Utara


63

kehilangan semangat kerja. Gangguan terhadap komunikasi akan mengganggu kerja

sama antara pekerja dan kadang-kadang mengakibatkan salah pengertian yang secara

tidak langsung menurunkan kualitas dan kuantitas kerja. Penurunan daya dengar,

adalah akibat yang paling serius dan dapat menimbulkan ketulian total, sehingga

seseorang sama sekali tidak dapat mendengarkan pembicaraan orang lain.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerjadan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor PER.13/MEN/X/2011 (2011:3) menyebutkan bahwa nilai ambang

batas (NAB) kebisingan selama 8 jam/hari atau 40 jam/minggu adalah 85 dBA.

Apabila melebihi NAB maka akan berpotensi menimbulkan gangguan pada

pendengaran maupun non pendengaran. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan

bahwa dari titik tempat kerja yang diukur, intensitas kebisingan tertinggi adalah 97,3

dB yaitu di lokasi Kamar Mesin, sedangkan nilai intensitas kebisingan terendah

adalah 81,3 dB yaitu lokasi Boiler. Dan sebahagian besar karyawan yang mengalami

stres berada di lokasi polishing drum sebanyak 6 orang (35,3%), kemudian di kamar

mesin sebanyak 4 orang (23,5%), dan di water treatment sebanyak 2 orang (11,8%),

sedangkan sisanya masing-masing sebanyak 1 orang (5,9%).

Lingkungan kerja merupakan salah satu sumber utama bahaya potensial

kesehatan kerja. Salah satu dari faktor yang terdapat dalam lingkungan kerjaa dalah

kebisingan. Kebisingan di tempat kerja sering kali merupakan problem tersendiri bagi

tenaga kerja, umumnya berasal dari mesin kerja. Sayangnya, banyak tenaga kerja

yang telah terbiasa dengan kebisingan tersebut, meskipun tidak mengeluh gangguan

kesehatan tetap terjadi, sedangkan efek kebisingan terhadap kesehatan tergantung

Universitas Sumatera Utara


64

pada intensitasnya (Anies, 2005). Kebisingan dapat menimbulkan efek berupa

gangguan fisiologis, psikologis dan gangguan patologis organis, salah satu contoh

gangguan psikologis yang diakibatkan oleh kebisingan adalah stress kerja (Depkes

RI, 2003).

Adanya hubungan kebisingan dengan stress kerja yang dialami tenaga kerja

yang berada dilingkungan kerja tersebut, ini dimungkinkan karena kondisi

lingkungan kerja dimana sumber kebisingan belum dikendalikan secara maksimal

yaitu mesin tidak menggunakan alat atau bahan yang bias meredam suara bising serta

kondisi mesin yang sudah cukup tua, jarak tenaga kerja dengan mesin yang sangat

dekat, tenaga kerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja.

Pekerja memperoleh waktu istirahat selama 45 menit dari 8 jam kerja.

Biasanya waktu tersebut digunakan untuk istirahat, sholat, dan makan. Letak kantin

yang cukup jauh membuat pekerja lebih sering membawa bekal makan dari pada ke

kantin. Namun ruang istirahat dan ruang mushola yang digunakan letaknya berada di

dalam ruang spinning dimana dalam ruang tersebut masih terdengar suara bising.

Seharusnya perusahaan menyediakan ruangan yang tidak bising agar telinga pekerja

dapat melakukan pemulihan dan tubuh menjadi lebih nyaman sehingga dapat

menurunkan resiko terjadinya stres.

Menurut Anies (2005), untuk mencegah penyakit akibat kerja karena

kebisingan, tingkat kebisingan harus dikurangi, antara lain dengan upaya berikut: (1)

Mendesain kembali peralatan, untuk mengurangi kecepatan dan benturan dari bagian

yang bergerak, memasang peredam pada lubang pemasukan dan pembuangan,

Universitas Sumatera Utara


65

mengganti peralatan yang telah lama dengan yang baru; (2) Merawat peralatan,

dengan mengganti yang telah aus serta memberikan pelumas pada semua bagian yang

bergerak; (3) Mengisolasi peralatan, dengan menjauhkan dari pekerja; (4) Memasang

peredam getaran, dengan bantalan karet, agar bunyi yang ditimbulkan oleh getaran

dapat dikurangi; (5) Terhadap pekerjanya sendiri dapat dilakukan upaya:

menggunakan penyumbat dan pelindung telinga, dan pekerja yang bekerja di tempat

dengan kebisingan tinggi, digilir, sehingga bukan pekerja tertentu saja yang bekerja di

lingkungan yang berisiko tinggi tersebut.

5.2. Pengaruh Iklim Kerja terhadap Stres Kerja pada Karyawan di Area
Produksi Pabdrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar area produksi pabrik

memiliki ilkim kerja ringan (52,0%). Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara iklim kerja dengan stres kerja. Karyawan yang

memiliki area iklim kerja sedang cenderung mengalami stres kerja dibanding

karyawan yang memiliki iklim kerja ringan. Hal ini dikarenakan batasan kemampuan

penerimaan panas yang diterima pekerja dari kontribusi kombinasi metabolisme

tubuh akibat melakukan pekerjaan dan faktor lingkungan (temperatur udara,

kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang

digunakan. Pada saat heat stress mendekati batas toleransi tubuh, risiko terjadinya

kelainan kesehatan menyangkut panas akan meningkat. Beban kerja sedang

membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari 350 kilo kalori.

Universitas Sumatera Utara


66

Berdasarkan hasil analisis multivariat menunjukkan ada pengaruh iklim kerja

terhadap stres kerja di area produksi pabrik kelapa sawit PTPN III. Karyawan yang

memiliki iklim kerja sedang berpeluang untuk stres sebesar 17 kali lebih besar

disbanding dengan karyawan yang iklim kerja ringan.

Sejalan dengan penelitian Failasufa (2014) menunjukkan ada hubungan antara

iklim kerja dengan stres kerja. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Gesang

Lilihaning Tyas (2010), yang menyatakan ada hubungan antara iklim kerja dengan

stres kerja pada tenaga kerja yang bekerja di industri bakery, restaurant, konstruksi

dan peleburan besi yang tersebar di wilayah Medan, Samarinda, Maluku dan

Surabaya dengan nilai p sebesar 0,006.

Sejalan dengan penelitian Suksmono (2013), penelitian yang dilakukan pada

pekerja Produksi PT.NBI dari 42 responden hasil uji rank spearman diperoleh

kesimpulan adanya hubungan antara intensitas kebisingan dan iklim kerja dengan

stres kerja. Sejalan dengan penelitian Failasufa (2014), penelitian dilakukan di Bagian

Spining PT.Sinar Pantja Djaja dari 68 responden hasil penelitian ini menyimpulkan

ada hubungan antara kebisingan dan tekanan panas dengan stres kerja.

Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan

dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya efisiensi dan

produktivitas kerja. Suhu udara yang dianggap nyaman bagi orang Indonesia ialah

sekitar 240C- 260C dan selisih suhu di dalam dan di luar tidak boleh lebih dari 5oC.

Batas kecepatan angin secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dt (Heru Subaris dan

Haryono, 2007). Pekerja yang berada di lingkungan kerja yang panas harus

Universitas Sumatera Utara


67

menanggung panas badan yang terbentuk sebagai hasil aktifitas kerja fisik, di

samping itu juga mendapat beban tambahan berupa panas yang ditimbulkan oleh

proses kerjanya (Tulus Winarsunu, 2008). Menurut Grandjean (1988) salah satu

kondisi yang bisa menjadi stressor di lingkungan kerja yaitu physical environmental

problem yang meliputi antara lain: kebisingan dan suhu di tempat kerja (Tulus

Winarsunu, 2008). Begitu juga menurut Cartwright et.al (1995) dalam Tarwaka dkk

(2004) yang menyatakan bahwa keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman

seperti: bising, suhu panas, lembab, berdebu, bau, dan lain-lain termasuk dalam faktor

instrinsik pekerjaan yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya stres kerja.

Adanya pengaruh antara iklim kerja dengan stres kerja yang dialami tenaga

kerja yang berada di tempat kerja tersebut, hal ini disebabkan oleh pendingin pada

ruangan yang kurang, jarak antar mesin yang sangat dekat, banyaknya mesin yang

bekerja dimana mesin yang tersebut mengeluarkan panas yang menguap keatas

sehingga tenaga kerja yang bekerja di dekat mesin mengalami panas, penyediaan air

minum bagi tenaga kerja yang tidak memadai serta jarak yang relatif jauh dari tempat

tenaga kerja melakukan pekerjaannya.

Suhu lingkungan yang ekstrim panas akan menimbulkan rasa cepat lelah,

mengantuk, meningkatnya kemungkinan kesalahan kerja. Makin berat derajat kerja

fisik, maka beban metabolism tubuh makin besar sehingga lebih banyak panas tubuh

yang harus dikeluarkan dan stress terhadap suhu lingkungan akan semakin tinggi

(Ridwan Harrianto, 2010).

Universitas Sumatera Utara


68

Suhu nikmat kerja adalah suhu yang diperlukan seseorang agar dapat bekerja

secara nyaman. Suhu nikmat kerja berkisar antara 24-26 °C bagi orang Indonesia.

Orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya

sekitar 29-30 °C dengan kelembaban 85%-95%. Aklimatisasi terhadap panas berarti

suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama satu minggu pertama

berada di tempat kerja. Setelah satu minggu pertama berada di tempat panas, tenaga

kerja mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas, hal ini tergantung dari

aklimatisasi setiap individu yang dilihat dari beban kerja sehingga diperlukan variasi

kerja (Suma’mur, 2014).

5.3. Pengaruh Beban Kerja Mental terhadap Stres Kerja pada Karyawan di
Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar area produksi pabrik

memiliki beban kerja mental baik (70,0%) dan sebesar 30,0% memiliki beban kerja

mental buruk. Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan

antara beban kerja mental dengan stres kerja. Karyawan yang memiliki area beban

kerja mental buruk cenderung mengalami stres kerja dibanding karyawan yang

memiliki beban kerja mental baik. Hal ini dikarenakan beban kerja mental yang

dimiliki karyawan di area produksi pabrik adalah dalam satu hari sering bekerja lebih

dari 8 jam kerja, merasa cemas jika pekerjaan belum terselesaikan, semangat kerja

menurun bila hasil pekerjaan tidak dihargai oleh perusahaan, merasa bingung jika

tidak mampu melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan, dan sulit

berkonsenterasi dalam bekerja saat sedang banyak pikiran.

Universitas Sumatera Utara


69

Berdasarkan hasil analisis multivariat menunjukkan ada pengaruh beban kerja

mental terhadap stres kerja di area produksi pabrik kelapa sawit PTPN III. Karyawan

yang memiliki beban kerja mental buruk berpeluang untuk stres sebesar 72 kali lebih

besar disbanding dengan karyawan yang beban kerja mental baik. Semakin besar

beban kerja yang dirasakan semakin besar pekerja menderita stres. Bila banyaknya

pekerjaan dan tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian serta

waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres pada karyawan.

Pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik berupa fisik atau mental

dan menjadi tanggungjawabnya. Seorang tenaga kerja saat melakukan pekerjaan

menerima beban sebagai akibat dari aktivitas fisik yang dilakukan. Pekerjaan yang

sifatnya berat membutuhkan istirahat yang sering dan waktu kerja yang pendek. Jika

waktu kerja ditambah maka melebihi kemampuan tenaga kerja dan dapat

menimbulkan stres kerja.

Sejalan dengan penelitian Prabowo (2010) ada hubungan yang signifikan

antara beban kerja dengan stres kerja. Koefisien kerelasi 0,366 menunjukan hubungan

yang rendah antara dua variabel ini. Hal ini dikarenakan beban kerja yang diterima

karyawan setiap harinya terlalalu berat, mereka harus menyelesaikan pekerjaannya

sesuai dengan target yang telah ditentukan perusahaan, terkadang mereka harus kerja

lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.

Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan dengan

beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik atau mental,

atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul

Universitas Sumatera Utara


70

beban pada suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi

seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan

yang tepat. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan, pengalaman,

keterampilan, motivasi dan lain sebagainya (Suma’mur, 2013).

Evaluasi beban kerja mental merupakan point penting didalam penelitian dan

pengembangan hubungan antara mesin-mesin, mencari tingkat kenyamanan,

kepuasan, efisiensi dan keselamatan yang lebih baik di tempat kerja, sebagaimana

halnya yang menjadi target capaian implementasi ergonomi. Dengan maksud untuk

menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, efisiensi dan produktivitas jangka

panjang bagi pekerja, maka perlu menyeimbangkan tuntutan tugas sehingga pekera

tidak mengalami baik overstress maupun understress pada pekerjaanya.

Dewasa ini aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja kantor,

supervisior, dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang

lebih besar, pekerja dibidang teknik informasi, pekerjaan dengan menggunakan

teknologi tinggi, pekerjaan dengan kesiagaan tinggi, pekerjaan yang bersifat

monotoni dan lain-lain. Menurut Grandjean (1993) setiap aktivitas mental akan

selalu melibatkan unsur persepsi, intervensi dan proses mental dari suatu informasi

yang diterima oleh sensoris untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat

informasi yang lampau. Yang menjadi masalah pada manusia adalah kemampuan

untuk memanggil kembali atau mengingat informasi yang disimpan. Proses

mengingat kembali ini sebagian besar menjadi masalah bagi orang tua. Seperti kita

ketahui bahwa orang tua kebanyakan mengalami penurunan daya ingat.

Universitas Sumatera Utara


71

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Ada pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja di area produksi pabrik

kelapa sawit PTPN III. Beban kerja karyawan merupakan variabel yang paling

dominan berpengaruh. Karyawan yang memiliki beban kerja mental buruk

berpeluang untuk stres sebesar 72 kali lebih besar dibanding dengan karyawan

yang beban kerja mental baik. Karyawan yang memiliki area beban kerja mental

buruk cenderung mengalami stres kerja dibanding karyawan yang memiliki

beban kerja mental baik.

2. Ada pengaruh kebisingan terhadap stres kerja di area produksi pabrik kelapa

sawit PTPN III. Karyawan yang memiliki kebisingan berpeluang untuk stres

sebesar 24 kali lebih besar dibanding dengan karyawan yang tidak memiliki

kebisingan. Karyawan yang memiliki area bising cenderung mengalami stres

kerja dibanding karyawan yang tidak memiliki area bising.

3. Pengaruh Iklim kerja terhadap stres kerja 17 kali lebih besar di area produksi

pabrik kelapa sawit PTPN III.

71
Universitas Sumatera Utara
72

6.2. Saran

1. Manajemen perlu melakukan penyuluhan tentang kualitas hasil pertanian buah

kelapa sawit

2. Bagi perusahaan perlu melakukan pengendalian lingkungan kerja (kebisingan

secara rutin). Melakukan maintenance pada mesin secara berkala, untuk

mengurangi tingkat kebisingan pada mesin yang sudah tua dan tidak terawat

dengan baik, seperti isolasi dan memberikan peredam bunyi, penyedian APD

sesuai dengan kuantitas.

3. Iklim kerja di Stasiun Klarifikasi dan Thresser perlu mengatur suhu nikmat kerja

antara 26˚C-30˚C dengan memasang exhaust van atau air cooler van,

menyediakan pakaian kerja berbahan cotton dan menyediakan air minum.

Universitas Sumatera Utara


73

DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sugeng Budiono,dkk.,2003.Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja,


Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Aditama T. Y. 2002. Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Jakarta : Universitas


Indonesia Press.

Anizar,2009.Tehnik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri.Yogyakarta :


Penerbit Graha Ilmu.

Bambang Tarupolo,2004. Warta Kesehatan Kerja Media Komunikasi Kesehatan


Kerja.Edisi 2.

British Occupational Health Research Foundation. Workplace Interventions for


People with Common Mental Health Problems : evidence review and
recommendations.2005.London :BOHRF.

Depkes RI,2003, Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja,


www.google.com.

Departemen Kesehatan RI, 2007. Promosi Kesehatan di Tempat Kerja, Jakarta :


Depkes RI

Dhonny Yudha Pratama Putra, 2015. Pengaruh Pemberian Reward and Punishment
Terhadap Kinerja Pegawai, Bandung.

Dwiyanti Endang, 2001. Stres Kerja di Lingkungan DPRP : Studi tentang Anggota
DPRD di Kota Surabaya, Malang, dan Kabupaten Jember. Jurnal Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik, Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.

Hadipoetro, 2014. Manejemen Komprehensif Keselamatan Kerja, Jakarta : Yayasan


Patra Tarbiyyah Nusantara.

Heru Subaris dan Haryono, 2007, Higiene Lingkungan Kerja, Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press.

Mendelson, G. 1990. Occupational Stress. Dalam:Journal of Occupational Health and


Safety. Aust NZ, 6(3): 175-180.

73
Universitas Sumatera Utara
74

M. Sopiyudin Dahlan, 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta:


Salemba Medika

Nuzulia, S., 2010. Dinamika Stres Kerja, Self-Efficacy dan Strategi Coping.
Semarang. UNDIP Pres

Oktarini, I., 2010. Pengaruh Kebisingan terhadap Stres Kerja Tenaga Kerja
Penggilingan Padi CV Padi Makmur Karanganyar. Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Pandji Anoraga, 1992. Psikologi Kerja, Jakarta : Rineka Cipta.

Pradana, 2013. Hubungan antara kebisingan dengan stres kerja pada pekerja bagian
Gravity PT.Dua Kelinci : UNS.

Prabowo, Y.F., 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stres Kerja pada
Bagian Produksi Industri Mebel PT. Chia Jiann Indonesia Furniture di
Wedelan Jepara Tahun 2009. Skripsi IKM Universitas Negeri Semarang.

Ridwan Harrianto,2010.Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Penerbit Buku


KedokteranEGC.

Sartono, 2002. Racun dan Keracunan, Jakarta: Widya Medika.

Siti Nurhendar, 2007. Pengaruh Stres Kerja dan Semangat Kerja terhadap Kinerja
Pegawai Bagian Produksi Pada CV. Aneka Ilmu, Semarang : Jurnal Ekonomi
Dan Bisnis volume 7, No.3

Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.

Sulaksmono,M.1997. Manajemen Keselamatan Kerja. Surabaya : Penerbit Pustaka.

Suma’mur.2013. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : CV Sagung Seto.

Susanto Arif, 2006.Kebisingan Serta Pengaruhnya terhadap Kesehatan dan


Lingkungan. Diakses pada 21 Februari 2016.

Soedirman, 2014. Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes & Keselamatan Kerja,
Jakart : Penerbit Erlangga.

Soekidjo Notoatmodjo, 2005, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

Universitas Sumatera Utara


75

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 13 Tahun 2011, Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja. Jakarta.

Kholisa Nasution, dkk, 2011. Stres Okupasi, Masalah Kesehatan Kerja yang
Terabaikan. Jakarta : Editorial.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 tahun 2012, Sistem Menejemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja, Jakarta.

Tarwaka, 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas,


Surakarta: UNIBA PRESS.

Tarwaka, 2013. Ergonomi Industri, Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi


di Tempat Kerja, Surakarta : Harapan Press.

Tulus Winarsunu, 2008, Psikologi Keselamatan Kerja, Malang : UMM Press.

Tri Budiyanto dan Erza Yanti Pratiwi (2010).

Waluyo M, 2009. Psikologi Teknik Industri, Surabaya : Graha Ilmu.

Universitas Sumatera Utara


76

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA


KARYAWAN DI AREA PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT
RAMBUTAN PTPN III TAHUN 2016

I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Masa Kerja :
5. Lama Kerja :
6. Iklim Kerja : (Hasil Pengukuran)
7. Kebisingan : (Hasil Pengukuran)

II. Petunjuk Pengisian Kuesioner


Jawablah pernyataan dibawah ini dengan cara memberi tanda cheklist (√) pada
salah satu pilihan jawaban yang sesuai dengan yang anda alami dalam
seminggu terakhir saat bekerja atau setelah bekerja, dengan alternatif jawaban
“ya atau tidak”.

No. Pernyataan Ya Tidak


Stres Kerja ( Y )
1. Saya selalu sulit berkonsenterasi bila mendengar
suara bising
2. Saya tidak nyaman bekerja bila mendengar suara
bising dari alat-alat kerja
3. Suara bising yang terus menerus membuat saya
mudah terpancing emosi.
4. Saya merasa mudah lelah bila terpapar suara bising
yang lama meski pekerjaan tidak berat.
5. Suara mesin yang terlalu berisik membuat saya
mudah sakit kepala.
6. Saya sering merasa bosan dalam pekerjaan yang
selalu monoton.
7. Suara bising sering menghambat pencapaian target
kerja saya.
8. Saya susah tidur karena sering terngiang-ngiang
suara bising di pabrik
9. Saya sering abesn selama bekerja karena merasa
lelah.

Universitas Sumatera Utara


77

10. Saya masih belum terbiasa bekerja di area yang


bising.
Beban Kerja Mental ( X )
1. Saya sering merasa adanya hubungan yang tidak baik
antara atasan dan bawahan atau sesama teman kerja
2. Saya merasa bingung jika tidak mampu melakukan
pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan saya.
3. Saya sulit berkonsenterasi dalam bekerja saat sedang
banyak pikiran.
4. Saya merasa cemas jika pekerjaan belum
terselesaikan.
5. Teman kerja saya membuat saya merasa tidak
nyaman dalam bekerja.
6. Atasan sering tidak menghargai pekerjaan saya
7. Tuntuan kerja yang memberatkan membuat saya
merasa frustasi ( harapan yang tidak sesuai dengan
kenyataan)
8. Semangat kerja saya menurun bila hasil pekerjaan
saya tidak dihargai oleh perusahaan
9. Atasan saya tidak pernah memberikan motivasi ketika
saya menghadapi masalah.
10 Saya sering merasa mendapat perlakuan tidak adil
dalam melakukan pekerjaan.
11. Dalam bekerja saya dikejar waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan baik
12. Saya mudah melakukan kesalahan yang membuat
pekerjaan saya tidak selesai pada waktunya.
13. Saya sering membuang- buang waktu kerja dengan
kegiatan yang lain yang tidak berkaitan dengan
pekerjaan.
14. Dalam satu hari saya sering bekerja lebih dari 8 jam
kerja.
15. Pekerjaan yang saya lakukan sering tidak terjadwal
dengan baik.
16. Saya sering mengabaikan urusan keluarga karena
terlalu banyak pekerjaan.
(Sumber : Hadipoetro, 2014)

Universitas Sumatera Utara


78

Lampiran 2. Master Data Penelitian

Universitas Sumatera Utara


79

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Stres Kerja
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.879 10

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
sk1 .90 .305 30
sk2 .63 .490 30
sk3 .63 .490 30
sk4 .63 .490 30
sk5 .63 .490 30
sk6 .70 .466 30
sk7 .83 .379 30
sk8 .77 .430 30
sk9 .63 .490 30
sk10 .67 .479 30

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
sk1 6.13 8.809 .548 .873
sk2 6.40 8.386 .447 .880

Universitas Sumatera Utara


80

sk3 6.40 7.559 .778 .853


sk4 6.40 7.834 .664 .862
sk5 6.40 7.834 .664 .862
sk6 6.33 8.230 .542 .872
sk7 6.20 8.303 .663 .864
sk8 6.27 8.340 .551 .871
sk9 6.40 7.559 .778 .853
sk10 6.37 8.378 .464 .878

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
7.03 9.895 3.146 10

Beban Kerja Mental


Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


.928 16

Item Statistics
Mean Std. Deviation N
bk1 .93 .254 30
bk2 .67 .479 30
bk3 .67 .479 30
bk4 .70 .466 30
bk5 .70 .466 30

Universitas Sumatera Utara


81

bk6 .73 .450 30


bk7 .83 .379 30
bk8 .77 .430 30
bk9 .67 .479 30
bk10 .70 .466 30
bk11 .77 .430 30
bk12 .73 .450 30
bk13 .73 .450 30
bk14 .70 .466 30
bk15 .87 .346 30
bk16 .83 .379 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha


Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
bk1 11.07 22.064 .409 .929
bk2 11.33 20.851 .462 .929
bk3 11.33 19.609 .769 .920
bk4 11.30 19.803 .743 .920
bk5 11.30 19.803 .743 .920
bk6 11.27 20.961 .471 .928
bk7 11.17 20.213 .806 .920
bk8 11.23 20.116 .726 .921
bk9 11.33 19.609 .769 .920
bk10 11.30 20.907 .464 .928
bk11 11.23 20.116 .726 .921
bk12 11.27 20.961 .471 .928
bk13 11.27 20.340 .631 .924
bk14 11.30 20.148 .654 .923
bk15 11.13 20.740 .712 .922
bk16 11.17 20.213 .806 .920

Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
12.00 23.103 4.807 16

Universitas Sumatera Utara


82

Lampiran 4. Hasil Statistik

Analisis Univariat
Frequencies

Kebisingan kategori
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak bising 12 24.0 24.0 24.0
Bising 38 76.0 76.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Iklim kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 26 52.0 52.0 52.0
Sedang 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Lama kerja kategori


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <=8 jam 40 80.0 80.0 80.0
>8 jam 10 20.0 20.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Beban Kerja Mental


beban kerja mental 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 45 90.0 90.0 90.0
Ya 5 10.0 10.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


83

beban kerja mental 2


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 20 40.0 40.0 40.0
Ya 30 60.0 60.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

beban kerja mental 3


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 23 46.0 46.0 46.0
Ya 27 54.0 54.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

beban kerja mental 4


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 11 22.0 22.0 22.0
Ya 39 78.0 78.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

beban kerja mental 5


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 48 96.0 96.0 96.0
Ya 2 4.0 4.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


84

beban kerja mental 6


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 46 92.0 92.0 92.0
Ya 4 8.0 8.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

beban kerja mental 7


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 31 62.0 62.0 62.0
Ya 19 38.0 38.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

beban kerja mental 8


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 18 36.0 36.0 36.0
Ya 32 64.0 64.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

beban kerja mental 9


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 45 90.0 90.0 90.0
Ya 5 10.0 10.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

beban kerja mental 10


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 42 84.0 84.0 84.0
Ya 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


85

beban kerja mental 11


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 29 58.0 58.0 58.0
Ya 21 42.0 42.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

beban kerja mental 12


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 39 78.0 78.0 78.0
Ya 11 22.0 22.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

beban kerja mental 13


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 46 92.0 92.0 92.0
Ya 4 8.0 8.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

beban kerja mental 14


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 10 20.0 20.0 20.0
Ya 40 80.0 80.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

beban kerja mental 15


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 36 72.0 72.0 72.0
Ya 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


86

beban kerja mental 16


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 37 74.0 74.0 74.0
Ya 13 26.0 26.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Beban kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 35 70.0 70.0 70.0
Buruk 15 30.0 30.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Stres Kerja
Stres kerja 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 26 52.0 52.0 52.0
Ya 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

stres kerja 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 23 46.0 46.0 46.0
Ya 27 54.0 54.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

stres kerja 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 35 70.0 70.0 70.0
Ya 15 30.0 30.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


87

stres kerja 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 36 72.0 72.0 72.0
Ya 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

stres kerja 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 37 74.0 74.0 74.0
Ya 13 26.0 26.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

stres kerja 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 27 54.0 54.0 54.0
Ya 23 46.0 46.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

stres kerja 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 41 82.0 82.0 82.0
Ya 9 18.0 18.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

stres kerja 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 41 82.0 82.0 82.0
Ya 9 18.0 18.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


88

stres kerja 9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 48 96.0 96.0 96.0
Ya 2 4.0 4.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

stres kerja 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 45 90.0 90.0 90.0
Ya 5 10.0 10.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Stres kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak stres 33 66.0 66.0 66.0
Stres 17 34.0 34.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


89

Analisis Bivariat

Crosstabs
Kebisingan kategori * Stres kerja
Crosstab
Stres kerja
Tidak stres Stres Total
Kebisin Tidak bising Count 11 1 12
gan % within K_kat 91.7% 8.3% 100.0%
kategori
% within S_kerja 33.3% 5.9% 24.0%
% of Total 22.0% 2.0% 24.0%
Bising Count 22 16 38
% within K_kat 57.9% 42.1% 100.0%
% within S_kerja 66.7% 94.1% 76.0%
% of Total 44.0% 32.0% 76.0%
Total Count 33 17 50
% within K_kat 66.0% 34.0% 100.0%
% within S_kerja 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.0% 34.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.635a 1 .031
Continuity
3.253 1 .071
Correctionb
Likelihood Ratio 5.492 1 .019
Fisher's Exact Test .039 .030
Linear-by-Linear
4.543 1 .033
Association
N of Valid Casesb 50
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
4,08.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


90

Iklim kerja * Stres kerja


Crosstab
Stres kerja
Tidak stres Stres Total
Iklim kerja Ringan Count 23 3 26
% within T_panas 88.5% 11.5% 100.0%
% within S_kerja 69.7% 17.6% 52.0%
% of Total 46.0% 6.0% 52.0%
Sedang Count 10 14 24
% within T_panas 41.7% 58.3% 100.0%
% within S_kerja 30.3% 82.4% 48.0%
% of Total 20.0% 28.0% 48.0%
Total Count 33 17 50
% within T_panas 66.0% 34.0% 100.0%
% within S_kerja 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.0% 34.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.178a 1 .000
b
Continuity Correction 10.182 1 .001
Likelihood Ratio 12.906 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
11.935 1 .001
Association
N of Valid Casesb 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
8,16.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


91

Lama kerja kategori * Stres kerja

Crosstab
Stres kerja
Tidak stres Stres Total
Lama kerja <=8 jam Count 25 15 40
kategori % within lk_kategori 62.5% 37.5% 100.0%
% within S_kerja 75.8% 88.2% 80.0%
% of Total 50.0% 30.0% 80.0%
>8 jam Count 8 2 10
% within lk_kategori 80.0% 20.0% 100.0%
% within S_kerja 24.2% 11.8% 20.0%
% of Total 16.0% 4.0% 20.0%
Total Count 33 17 50
% within lk_kategori 66.0% 34.0% 100.0%
% within S_kerja 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.0% 34.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.092a 1 .296
b
Continuity Correction .451 1 .502
Likelihood Ratio 1.170 1 .279
Fisher's Exact Test .461 .257
Linear-by-Linear
1.070 1 .301
Association
N of Valid Casesb 50
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3,40.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


92

Beban kerja * Stres kerja

Crosstab
Stres kerja
Tidak stres Stres Total
Beban Baik Count 29 6 35
kerja % within B_kerja 82.9% 17.1% 100.0%
% within S_kerja 87.9% 35.3% 70.0%
% of Total 58.0% 12.0% 70.0%
Buruk Count 4 11 15
% within B_kerja 26.7% 73.3% 100.0%
% within S_kerja 12.1% 64.7% 30.0%
% of Total 8.0% 22.0% 30.0%
Total Count 33 17 50
% within B_kerja 66.0% 34.0% 100.0%
% within S_kerja 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.0% 34.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 14.774a 1 .000
b
Continuity Correction 12.376 1 .000
Likelihood Ratio 14.636 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
14.478 1 .000
Association
N of Valid Casesb 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5,10.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


93

Analisis Multivariat

Logistic Regression

Case Processing Summary


a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 50 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 50 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 50 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original Value Internal Value
Tidak stres 0
Stres 1

Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio)


Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 32.493 3 .000
Block 32.493 3 .000
Model 32.493 3 .000

Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
a
1 31.611 .478 .661
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed
by less than ,001.

Universitas Sumatera Utara


94

Classification Tablea
Predicted
S_kerja Percentage
Observed Tidak stres Stres Correct
Step 1 S_kerja Tidak stres 32 1 97.0
Stres 6 11 64.7
Overall Percentage 86.0
a. The cut value is ,500

Variables in the Equation


95,0% C.I.for EXP(B)
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
Step Beban
4.284 1.458 8.634 1 .003 72.513 4.163 1.263E3
1a kerja
Kebisin
gan 3.194 1.741 3.364 1 .047 24.375 .803 739.844
kategori
Iklim
2.825 1.222 5.346 1 .021 16.858 1.538 184.805
kerja
Constan
-6.458 2.207 8.565 1 .003 .002
t
a. Variable(s) entered on step 1: B_kerja,
K_kat, I_kerjaP.

Model if Term Removed


Model Log Change in -2 Sig. of the
Variable Likelihood Log Likelihood df Change
Step 1 Beban
-24.729 17.847 1 .000
kerja
Kebisingan
-18.202 4.793 1 .029
kategori
Iklim kerja -19.972 8.333 1 .004

Block 0: Beginning Block

Universitas Sumatera Utara


95

Classification Tablea,b
Predicted
S_kerja Percentage
Observed Tidak stres Stres Correct
Step 0 S_kerja Tidak stres 33 0 100.0
Stres 17 0 .0
Overall Percentage 66.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.663 .299 4.936 1 .026 .515

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables Beban kerja 14.774 1 .000
Kebisingan kategori 4.635 1 .031
Iklim kerja 12.178 1 .000
Overall Statistics 25.109 3 .000

Universitas Sumatera Utara


96

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara


97

Universitas Sumatera Utara


98

Universitas Sumatera Utara


99

Universitas Sumatera Utara


100

Universitas Sumatera Utara


101

Lampiran 6. Skema Proses

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai