TESIS
Oleh
SILVIA HANDAYANI
147032086/IKM
TESIS
Oleh
SILVIA HANDAYANI
147032086/IKM
Menyetujui
Komisi Pembimbing
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Silvia Handayani
147032086/IKM
Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering di jumpai di
lingkungan kerja. Dampak merugikan yang sering dirasakan oleh para pekerja yaitu
stres kerja. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh kebisingan
terhadap stres kerja pada karyawan agar dapat mengantisipasi penurunan kinerja
karyawan akibat stres kerja di area produksi pabrik kelapa sawit Rambutan PTPN III.
Jenis penelitian adalah metode analitik observasional dengan cara pendekatan
cross sectional. Populasi adalah semua karyawan yang bekerja di area produksi
pabrik kelapa sawit rambutan yaitu sebanyak 50 karyawan, seluruh populasi
dijadikan sampel (total populasi). Di area produksi terdapat delapan stasiun kerja
yaitu : Polishing Drum, Kernel, Kamar Mesin, Klarifikasi, Press, Sterilizer, Boiler,
Water Treatment. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran dan
wawancara langsung. Analisis data yang menggunakan uji chi square dan uji regresi
logistik ganda.
Hasil penelitian yang mengalami stress kerja sebanyak 17 orang. Kebisingan
> NAB ada tujuh stasiun kerja berkisar antara 87,0-97,3 dBA dan hasil penelitian
dari iklim kerja sedang di empat stasiun kerja berkisar 29,4˚C-30,3˚C menunjukkan
ada pengaruh kebisingan (p=0,047), iklim kerja (p=0,021) dan beban kerja mental
(p=0,003) terhadap stres kerja. Variabel yang paling besar berpengaruh terhadap
stres kerja adalah beban kerja mental dengan koefisien B sebesar 4,284. Karyawan
yang memiliki beban kerja mental buruk berpeluang untuk stres sebesar 72 kali lebih
besar, yang terpapar kebisingan berpeluang untuk stres sebesar 24 kali lebih besar
dan iklim kerja yang berpeluang untuk stres sebesar 17 kali lebih besar.
Diharapkan perusahaan melakukan pengendalian kebisingan dengan
melakukan isolasi mesin.
Kata Kunci : Stres Kerja, Beban Kerja Mental, Kebisingan, Iklim Kerja,
Kelapa Sawit
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Noise is one of the factors of physical danger which is usually found in work
environment. The bad impact by employees is work stress. The objective of the
research was to analyze the influence of noise on work stress in employees in order to
anticipate the decrease in their performance as the impact of work stress at the
production area of oil palm plant Rambutan PTPN III.
The research used observational analytic method with cross sectional design.
The population was 50 employees who worked at the production area of oil palm
plant Rambutan, and all of them were used as the samples (total population).In the
production ares there are eight work stations : Polishing Drum, Kernel, Engine
Room,Clarification, Press, Sterilizer, Boiler, Water Treatment. The data were
gathered by conducting in-depth interviews and analyzed by using chi square test and
multiple logistic regression tests.
The result of the research showed that there was the influence of noise
(p=0.047), work climate (p=0.021), and work load (p=0.003) on work stress. The
variable which had the most dominant influence on work stress was work load at the
coefficient β = 4.284. Employees who had bad mental work load had the opportunity
of stress of 72 times more than employees who had good mental work load, those who
were exposed to noise are 24 times more likely and the work climate is 17 times more
likely to stress.
It is recommended that monitoring work environment (routine noise) be
carried out by using machine controller.
Keywords: Work Stress, Mental Work Load, Noise, Work Climate, Palm Oil
ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
Kelapa Sawit Rambutan PTPN III Tahun 2016”. Tesis ini dibuat sebagai
Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang
tinggi kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Utara
3. Prof. Dr. Ir. Evawani Y.Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pasca
4. DR. ING-Ir. Ikhwansyah Isranuri sebagai Ketua Pembimbing dan Dra. Lina
Tarigan, Apt. M.S sebagai Anggota Pembimbing yang telah banyak meluangkan
iii
Universitas Sumatera Utara
5. dr. Halinda Sari Lubis MKKK sebagai Ketua Penguji dan Ir. Kalsum M.Kes
sebagai Anggota Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang
6. Ir. Jhoni H. Tarigan sebagai Manager Kebun Rambutan PTPN III yang telah
Rambutan.
7. Bapak / Ibu Dosen pengajar dan staf administrasi Program Studi S2 di Fakultas
kepada penulis.
8. Kepada Orang Tua saya (Ir. H Sufianto dan Hj. Nadimah Lubis), Suami (H.
Dedet Zulfikar Siagian) dan Anak-anak tercinta (Syifa Azzahra Z.S dan Nadira
9. Kepada seluruh rekan kerja Bagian Umum dan TI/TB (Khairul Fachri Lubis)
terkhusus Urusan Kesehatan (Kartika Hutasoid, dr. Marsono, dr. Sarah, dr.
Rinaldi, Faisal Hady, Hayyul, Abd.Kholik, dkk) yang telah banyak meluangkan
10. Teman-teman Angkatan Tahun 2014 Program S2 Ilmu Kesehatan Kerja – FKM
USU yang saling memberi semangat dan motivasi untuk selalu berjuang bersama
iv
Universitas Sumatera Utara
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini.
Untuk itu penulis berharap masukan dan saran dari para pembaca untuk
Silvia Handayani
147033086/IKM
v
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Juni 1980 di Medan Sumatera Utara, anak
dari pasangan ayahanda Ir. H. Sufianto dan ibunda Hj. Nadimah Lubis, penulis
merupakan anak kedua dari empat bersaudara, beragama Islam, bertempat tinggal di
Jln. Kutilang No. 26 A Medan. Penulis merupakan istri dari H. Dedet Zulfikar
Siagian, Ibu dari Syifa Azzahra Zulfikar dan Nadira Ataya Putri.
pada tahun 1992, melanjutkan pendidikan di SMP YPAK Sei Karang pada tahun
1992 sampai tahun 1995, menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri I Medan pada tahun 1998. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan kuliah di
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Suamtera Utara, dan meraih gelar dokter pada
Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sejak tahun 2014 dan menyelesaikan studi
tahun 2016.
Penulis bekerja sebagai Staf Urusan Kesehatan di PTPN III sejak tahun 2009
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
vii
Universitas Sumatera Utara
2.6.3. Faktor Individual ........................................................... 7
2.7. Kerangka Konsep ...................................................................... 38
BAB 3. METODE PENELITIAN................................................................... 39
3.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 39
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 39
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................. 39
3.3.1. Populasi ......................................................................... 39
3.3.2. Sampel........................................................................... 40
3.4. Metode Pengumpulan Data....................................................... 40
3.4.1. Data Primer ................................................................... 40
3.4.2. Data Sekunder ............................................................... 40
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................ 40
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ............................................ 43
3.5.1. Variable Penelitian ........................................................ 43
3.5.2. Definisi Operasional ..................................................... 43
3.6. Metode Pengukuran .................................................................. 44
3.7. Metode Analisis Data................................................................ 47
3.7.1. Analisis Univariat ......................................................... 48
3.7.2. Analisis Bivariat............................................................ 48
3.7.3. Analisis Multivariat ...................................................... 49
viii
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN ......................................................................................................... 76
DAFTAR TABEL
2.2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB)yang Diperkenankan(PERMENAKER NO. 13 TAHUN 2011) ...... 25
4.1. Distribusi Frekuensi Stres Kerja pada Karyawan di Area Produksi Pabrik
Kelapa Sawit Rambutan PTPN III ............................................................... 50
4.4. Distribusi Frekuensi Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban
Kerja Mental di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III . 53
4.6. Hubungan Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban Kerja Mental
dengan Stres Kerja di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan
PTPN III ...................................................................................................... 56
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
2.3. Dosimeter..................................................................................................... 20
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
9. Surat Izin Kuesioner dari PT. Perkebunan Nusantara III ............................ 104
10. Surat Selesai Penelitian dari PT. Perkebunan Nusantara III........................ 105
xi
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
penggunaan mesin uap telah menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Akibatnya
dengan membangun pabrik baru. Sejalan dengan itu mulai disarankan perlunya antara
2014).
Sejalan dengan itu Indonesia telah menuangkan peraturan tenaga kerja dalam
Undang-undang Dasar Negara R.I. Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan,
“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.” Atas dasar pasal tersebut maka telah disusun UU No. 14 tahun1969
tentang pokok-pokok tenaga kerja, mengatur dengan tegas hygiene perusahaan dan
tentang Ketenagakerjaan, maka UU No. 14 thn. 1969 tidak berlaku lagi. Namun
demikian, ada baiknya untuk diketahui ketentuan-ketentuan dari UU No. 14 thn. 1969
1
Universitas Sumatera Utara
2
c. Norma kerja
Atas dasar pasal 9 dan 10, UU No. 14 tahun 1969 itu maka dikeluarkan UU
No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja sebagai pengganti peraturan perundang-
Stbl No. 406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai. Undang-undang No.1
Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia saat ini bekerja pada kondisi yang
Labour Organization (ILO),setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan
oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan kerja (Depkes RI, 2007)
akibat kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan, alat, bahan, dan proses yang terjadi di tempat kerja (Anizar, 2009).
Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang
masyarakat pekerja terbukti memiliki korelasi yang langsung dan nyata terhadap
memperoleh derajat kesehatan setinggi tingginya, baik fisik maupun mental, sosial
dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
(Budiono, 2003).
tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala aspek yang
aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan atas kesehatan, keselamatan, pemeliharaan
moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama
(Aditama, 2002).
Menejemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Tenaga Kerja adalah tiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan jasa atau barang guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Bertitik tolak
dari hal tersebut, lingkungan kerja merupakan salah satu sumber utama bahaya
potensial kesehatan kerja. Salah satu dari faktor yang terdapat dalam lingkungan kerja
adalah kebisingan. Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga akan menyebabkan gangguan bagi siapa saja yang bekerja pada lingkungan
Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering di jumpai di
kerja yang selalu timbul pada industri besar. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor Per.13/Men/X/2011 Nilai Ambang Batas faktor fisika dan kimia tentang
kebisingan adalah sebesar 85 dB untuk pemaparan 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.
unwanted sound).
adalah pengaruh non auditorial (Non auditorial effects) Pengaruh ini bersifat
yang semakin tinggi menimbulkan banyak tekanan yang harus dihadapi pekerja di
dalam melakukan pekerjaan. Selain tekanan yang berasal dari dalam diri sendiri juga
berasal dari lingkungan kerja. Kondisi fisik lingkungan kerja merupakan salah satu
faktor yang dapat memberikan tekanan atau beban tambahan pada pekerja apabila
dirasakan oleh para pekerja yaitu stres kerja (Siti Nurhendar, 2007).
timbul kecelakaan. Dampak psikologis dari bising yang berlebihan ialah mengurangi
toleransi dari tenaga kerja terhadap pembangkit stres yang lain, dan menurunkan
motivasi kerja. Bising oleh para pekerja pabrik dinilai sebagai pembangkit stres yang
Iklim kerja merupakan salah satu faktor fisik yang berpotensi menimbulkan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja bila
berada pada kondisi yang ekstrim panas dan dingin dengan kadar yang melebihi nilai
Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas yang berada diluar
keringat sehingga terjadi dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya yang lebih berat.
secara alami. Dengan demikian hubungan iklim kerja dengan terjadinya penyakit bisa
terjadi secara langsung dan tidak langsung. Efek langsung pemanasan lingkungan
pada kesehatan manusia misalnya adalah stres akibat kepanasan yang banyak
Lama kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan
sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja ( Robbins, 2006) Davis dan
pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung stres kerja yang salah satunya
Selain beban kerja fisik, beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai.
Namun demikian penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja
fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh.
Fluktuasi beban kerja merupakan bentuk lain pemicu timbulnya stres. Pada jangka
waktu tertentu bebannya sangat ringan dan saat waktu yang lain bebannya bisa
2001) Stres merupakan hal yang menjadi bagian dari kehidupan manusia, dimana
tubuh memberikan respon terhadap lingkungan yang dapat memproteksi diri kita
yang juga merupakan bagian dari sistem pertahanan yang membuat kita tetap hidup.
individu dengan tuntutan situasi eksternal (Tulus Winarsunu, 2008) Menurut National
Institute for Occupational Safety and Health, lebih dari setengah pekerja di Amerika
melihat stres kerja sebagai permasalahan besar dalam kehidupan mereka, persentase
ini meningkat dua kali lipat dibanding awal tahun 1990. Jumlah orang yang
menderita sakit karena stres meningkat tiga kali lipat antara tahun 1999-2000.
The American Institute of Stress memperkirakan bahwa stres dan sakit yang
miliar dolar pertahun. Komunitas Eropa secara resmi menyatakan bahwa stres
dihadapi oleh para pekerja di Eropa (Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge,
stres okupasi sebagai respon fisik dan emosi yang muncul saat kebutuhan pekerja
tidak sesuai dengan kapabilitas, daya atau kebutuhan pekerja (Kholisa Nasution,
2011) Definisi yang lebih sederhana dikemukakanHealth and Safety Executive (HSE)
Inggris, stres okupasi atau stres terkait kerja adalah reaksi pada tekanan yang
berlebihan atau beban kerja yang terjadi di tempat kerja, baik reaksi fisik maupun
Menurut Fraser, stres timbul setiap kali karena adanya perubahan dalam
kompleksitas itu merupakan suatu sistem interaktif, maka stres yang dihasilkan
tersebut ada di antara beberapa komponen sistem. Dilihat dari segi operasional dan
dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti penyakit kulit atau gatal-gatal, sesak
mental atau kejiwaan, tetapi termanifestasi pada fisiknya yang tampak sakit.Eksekutif
banyak mengalami gangguan jiwa psikosomatis atau disebut dengan manager disease
(Soedirman, 2014).
Beberapa survei mengenai stres kerja akibat dari kebisingan telah dilakukan,
pekerja yang bekerja di tempat bising mengaku mengalami stres yang sangat parah.
Sedangkan surevei dari Families and Work Institute menyatakan bahwa 25% pekerja
sering dan sangat sering stress oleh lingkungan pekerjaannya yang bising.Universitas
Yale mengumumkan bahwa 29% pekerja melaporkan bahwa mereka merasa sakit
atau sangat stres di tempat kerja akibat mesin yang bising (Syamsul Arifin, 2001).
pekerjaan individu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor intristik dalam
pekerjaan, peran dalam organisasi serta struktur dan iklim organisasi. Sehinggga
Produksi PT.NBI dari 42 responden hasil uji rank spearman diperoleh kesimpulan
adanya hubungan antara intensitas kebisingan dan iklim kerja dengan stres kerja.
Pantja Djaja dari 68 responden hasil penelitian ini menyimpulkan ada hubungan
kesehatan tenaga kerja, berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan kerja yang akan
terjadinya stres kerja. Seorang individu menilai suatu situasi menimbulkan strss atau
tidak, sangatlah tergantung dari kepekaan individu dari mencakup beberapa variabel
diantaranya usia, masa kerja, komunikasi di tempat kerja, kepribadian dan semangat
kerja. Penjelasan tersebut terlihat bahwa faktor kebisingan dan masa kerja berperan
mengelolabuah kelapa sawit atau disebut dengan Tandan Buah Segar (TBS) dan Inti
sawit yang di proses menjadi minyak kelapa sawit atau disebut dengan Crude Palm
Oil (CPO) dan kernel. Proses pengolahan minyak sawit tersebut dimulai dari proses
perebusan sampai dengan proses pemurnian yang merupakan tahap akhir dari seluruh
Rambutan ini mengelola TBS dengan kapasitas 30 ton per jam. Area produksi PKS
Stres tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor fisik, salah satu jenis faktor fisik
selalu timbul pada industri besar, nilai ambang batas kebisingan adalah sebesar 85 dB
dengan pemaparan selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Sektor industri
merupakan lingkungan yang rentan akan kebisingan. Pabrik kelapa sawit tersebut
memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi, beberapa stasiun pengolahan kelapa
sawit yang membuat kebisingan terbesar adalah Stasiun kernel (91.9 dB), Stasiun
Kamar mesin (92,9 dB), Stasiun Klarifikasi (91,9 dB) Beberapa penelitian
Dari hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di pabrik kelapa sawit
pekerja tersebut sering mengalami sakit kepala jika terlalu lama berada di tempat
yang terlalu bising dan susah untuk tidur. Dari permasalahan diatas maka penulis
tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh kebisingan, iklim kerja, lama kerja dan
beban kerja mental terhadap stres kerja karyawan di area produksi pabrik kelapa
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian keterangan pada latar belakang di atas maka penulis dapat
1. Bagaimana kebisingan, iklim kerja, lama kerja dan beban kerja mental di area
2. Bagaimana stres karyawan yang bekerja di area produksi pabrik kelapa sawit
3. Bagaimana pengaruh akibat kebisingan, iklim kerja, lama kerja dan beban kerja
mental terhadap stres kerja pada karyawan di area produksi pabrik kelapa sawit
Untuk menganalisis pengaruh kebisingan, iklim kerja, lama kerja dan beban
kerja mental terhadap stres kerja pada karyawan agar dapat mengantisipasi penurunan
kinerja karyawan akibat stres kerja di area produksi pabrik kelapa sawit rambutan
PTPN III.
1.4. Hipotesis
Ada pengaruh kebisingan, iklim kerja, lama kerja dan beban kerja mental
terhadap stres kerja pada karyawan Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT. Perkebunan
1. Bagi perusahaan, dapat menjadi gambaran dan bahan masukan bagi perusahaan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh telinga karena getaran media
elastis. Sifat bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi bunyi
adalah jumlah gelombang bunyi yang lengkap yang diterima oleh telinga setiap detik
(Anizar, 2009)
Bising (noise) adalah bunyi yang ditimbulkan oleh gelombang suara dengan
1995)
dalam rentang yang dapat di dengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi di ukur dengan
14
Universitas Sumatera Utara
15
2. Frekuensi, frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia terletak antara 16-
3. Durasi, efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan dan
4. Sifat, mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi,
2.1.3.Sumber-sumber Kebisingan
dapat berjalan.
palu (hammer) atau alat pemukul sebagai alat pembengkok benda-benda metal
2.1.4.Jenis Kebisingan
2. Bising Fluktuasi ialah bunyi bising yang mempunyai perbedaan tingkat diantara
3. Bising Impuls ialah bunyi bising yang mempunyai intensitas yang sangat tinggi
dalam waktu yang singkat seperti tembakan senjata api, lagaan besi dan
sebagainya.
4. Bising bersela ialah bunyi yang terjadi didalam jangka waktu tertentu serta
berulang. Contohnya bising ketika memotong besi akan berhenti apabila gergaji
itu dihentikan. Terdapatnya kombinasi dari pada jenis bunyi diatas, contohnya
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER 13 tahun 2011
tentang nilai ambang batas faktor fisik dalam lingkungan kerja, termasuk didalamnya
2.1.5.Pengaruh Kebisingan
Kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan efek jangka pendek dan jangka
ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan
kenikmatan kerja sampai pada cacat yang berat karena kehilangan daya pendengaran
(Anizar, 2009)
dan kualitas kerja. Hal ini pernah dibuktikan pada sebuah perusahaan film dimana
sakit, tekanan darah tinggi, tegang dan stres yang diikuti dengan sakit maag,
3. Gangguan terhadap komunikasi akan mengganggu kerja sama antara pekerja dan
4. Penurunan daya dengar,adalah akibat yang paling serius dan dapat menimbulkan
dimana saja.
(Suma’mur, 2013)
Pemilihan alat ukur kebisingan ditentukan oleh jenis kebisingan yang akan
1. Soundlevel Meter
Merupakan instrumen dasar untuk mengukur variasi tekanan bunyi di udara, yang
dapat mengubah bising menjadi suatu sinyal elektrik, dan hasilnya dapat dibaca
2. Octaveband Analyzer
meter yang ada didalamnya hanya dapat mengukur satu frekuensi nada bising
yang dihasilkan.
3. Noise Dosimeter
dan terpajan bising yang berbeda-beda, tidak dapat diukur dengan alat pengukur
Pada situasi seperti ini digunakan noise dosimeter, yang terus dipakai pekerja
b. Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.
bunyi yang diukur (S untuk sumber bunyi relatif konstan atau F untuk
e. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di
sumber bunyi.
g. Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung
1. Nama perusahaan
2. Alamat perusahaan
3. Tanggal sampling
8. Tipe kalibrator
i. Bila alat ukur Sound Level Meter tidak memiliki fasilitas Leq, maka dihitung
(Ln/10)] (4)
Keterangan:
(Occupational Safety and Health Assosiation) sebesar 90 dBA untuk waktu kerja 8
kebisingan. Oleh karena itu, waktu kerja harus diatur sedemikian rupa sehingga
intensitas kebisingan yang diterima oleh pekerja tidak melebihi nilai ambang
batas.Selain peraturan jam kerja, beberapa hal lain dapat dilakukan sehubungan
kebisingan adalah sebesar 85 dBA untuk pemaparan 8 jam sehari dan 40 jam
Cuaca kerja (iklim kerja) adalah kombinasi dari suhu udara, kelembabanudara,
dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh dapat disebut dengan iklim kerja
(Suma’mur, 2014) Cuaca kerja merupakan suatu kombinasi dari suhu kerja,
kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja.
Cuacakerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan
dan faktor lingkungan (temperatur udara, kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi
perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. Pada saat heat stress mendekati
batas toleransi tubuh, risiko terjadinya kelainan kesehatan menyangkut panas akan
boiler, oven, tungku, pemanas atau bekerja di luar ruangan di bawah terik matahari
tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu
kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang
diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh. Menurut
Tarwaka dkk (2004) bahwa suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh
suatu pengaturan suhu. Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat keseimbangan di
antara panas yang dihasilkan dari metabolisme tubuh dan pertukaran panas di antara
Produksi panas didalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan,
gangguan sistem pengaturan panas seperti dalam kondisi demam dan lain-lain.
dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi, panas radiasi,
Suhu nikmat kerja adalah suhu yang diperlukan seseorang agar dapat bekerja
secara nyaman. Suhu nikmat kerja berkisar antara 24-26 °C bagi orang Indonesia.
Orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya
suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama satu minggu pertama
berada di tempat kerja. Setelah satu minggu pertama berada di tempat panas, tenaga
kerja mampu bekerja tanpa pengaruh iklim kerja, hal ini tergantung dari aklimatisasi
setiap individu yang dilihat dari beban kerja sehingga diperlukan variasi kerja
(Suma’mur, 2014).
Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang
Diperkenankan.
Tabel 2.2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB)yang Diperkenankan(PERMENAKER NO. 13 TAHUN 2011)
ISBB (*C)
Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam Beban Kerja
Ringan Sedang Berat
75% - 100% 31,0 28,0 -
50% - 75% 31,0 29,0 27,5
25% - 50% 32,0 30,0 29,0
0% - 25% 32,2 31,1 30,5
Indeks Suhu Basah dan Bola di luar ruangan dengan panas radiasi :
ISBB = 0,7 Suhu Basah Alami + 0,2 Suhu Bola + 0,1 Suhu Kering
Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi
Catatan :
1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 kilo kalori/jam
2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang
3. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang dari
tubuh. Tabel berikut ini menyajikan hubungan antara panas yang dihasilkan oleh
Lama kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan
sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja ( Robbins, 2006) Davis dan
pekerjaan dan lingkungan kerja yang mengandung stres kerja yang salah satunya
waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan seringkali memberikan
tugas dengan waktu yang terbatas . Akibatnya karyawan dikejar waktu untuk
Menurut Yager (2004) karyawan dapat menjadi pecandu kerja, yaitu orang
yang selalu ingin sempurna dan berenergi tinggi. Karyawan yang memiliki
lain dengan tuntutan-tuntutan yang tidak dapat dicapai. Seperti halnya kecanduan
alkohol, kecanduan kerja juga sulit untuk disembuhkan. Fathoni (2006) mengatakan
bahwa jam kerja sebagai faktor penyebab stres kerja dengan mengatakan bahwa
terdapat enam faktor penyebab stres kerja karyawan antara lain beban kerja yang sulit
dan berlebihan, tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan tidak wajar, waktu
dan peralatan yang kurang, konflik antarapribadi dengan pimpinan atau kelompok
kerja, balas jasa yang terlalu rendah, masalah-masalah kerluarga. Jam kerja
merupakan bagian paling umum yang harus ada pada sebuah perusahaan. Jam kerja
Selain beban kerja fisik, beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai.
Namun demikian penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja
fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh.
Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan
sehingga kebutuhan kalori untuk aktifitas mental juga lebih rendah. Padahal secara
moral tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan
aktivitas fisik karena lebih melibatkan kerja otak (white-collar) dari pada kerja otot
(Blue-collar).
Dewasa ini aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja kantor,
supervisior, dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang
kesiagaan tinggi, pekerjaan yang bersifat monotoni dan lain-lain. Menurut Grandjean
(1993) setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, intervensi dan
proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh sensoris untuk diambil suatu
keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Yang menjadi masalah
informasi yang disimpan. Proses mengingat kembali ini sebagian besar menjadi
masalah bagi orang tua.Seperti kita ketahui bahwa orang tua kebanyakan mengalami
Evaluasi beban kerja mental merupakan point penting didalam penelitian dan
kepuasan, efisiensi dan keselamatan yang lebih baik di tempat kerja, sebagaimana
halnya yang menjadi target capaian implementasi ergonomi. Dengan maksud untuk
panjang bagi pekerja, maka perlu menyeimbangkan tuntutan tugas sehingga pekera
Meister (1976) tentang tiga area atau region yaitu area A, B dan C. Area A dijelaskan
tentang tuntutan atau demand yang tidak menyebabkan penurunan performansi. Area
tuntutan tugas. Sehingga area B adalah area dimana performansi yang menurun
kerja. Selanjutnta pada area C merupakan tingkat beban kerja ekstrim yang akan
menurunkan performansi sampai batas minimum, dan performansi tetap pada tingkat
2.5.Stres
Stres adalah reaksi seseorang secara psikologi, fisiologi, maupun perilaku bila
Menurut Cooper (1994), stres adalah tanggapan atau proses internal atau eksternal
yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau
rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari
dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang
Pada umumnya stres dirasakan sebagai kondisi yang negatif, yang mengarah ke
Stres semacam ini diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Makin
tinggi dorongan untuk berprestasi, makin tinggi tingkat stresnya, dan makin tinggi
juga produktivitas dan efisiensinya. Stres pada jumlah tertentu dapat mengarah ke
stres kerja.
adalah apabila stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi perusahaan tempat
orang yang bersangkutan bekerja.Setiap aspek dari lingkungan kerja dapat dirasakan
sebagai stres oleh tenaga kerja. Tergantung dari persepsi tenaga kerja terhadap
2014)Sumber-sumber di lingkungan kerja fisik yang kurang baik, beban kerja terlalu
berat, tempo kerja terlalu cepat, pekerjaan terlalu sederhana, konflik peran, hubungan
dengan atasan maupun teman kerja yang kurang baik serta iklim organisasi yang
kurang menyenangkan.
Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres atau stres kerja,
yaitu faktor lingkungan dan faktor personal. Faktor lingkungan kerja dapat berupa
kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun karena
dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditempatkan
Selanjutnya Cartwright, et. Al. (1995) memilah penyebab stress akibat kerja
1. Faktor Intrinsik Pekerjaan, dimana dalam pekerjaan faktor ini sangat potensial
menjadi penyebab terjadinya stres dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk
pada mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak
2. Faktor Peran Individu Dalam Organisasi Kerja, beban tugas yang bersifat mental
dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stres yang tinggi
3. Faktor Hubungan Kerja, hubungan yang baik antara karyawan di tempat kerja
4. Faktor Pengembangan Karir, perasaan tidak aman dalam pekerjaan, posisi dan
terjadinya stres.
5. Faktor Struktur Organisasi dan Suasana Kerja, penyebab stres yang berhubungan
dengan struktur organisasi dan suasana kerja biasanya berawal dari budaya
1. Gejala fisik : sakit kepala, sakit maag, mudah kaget (berdebar-debar), banyak
keluar keringat dingin, gangguan pola tidur, lesu letih, kaku leher belakang
mudah menangis, pikiran bunuh diri, gelisah, pandangan putus asa dan
sebagainya.
3. Gejala sosial : makin banyak merokok, minum dan makan, sering mengontrol
pintu jendela, menarik diri dari pergaulan sosial, mudah bertengkar, membunuh
dikutip dari Cooper dan Marshall (1978) dan Levi (1991) bahwa reaksi stres atau
a. Reaksi emosional
Dalam keadaan stres tingkat emosional seseorang sangat tidak stabil dimana
sering kita lihat orang tersebut mudah marah, emosi, yang tidak terkontrol,
curiga yang berlebihan, perasaan tidak aman, depresi, irritabilitas dan lain-
lain.
Dalam keadaan stres atau tertekan seseorang dengan tanpa sadar mencari
c. Perubahan fisiologis
Dalam keadaan stres otot-otot kepala dan leher menjadi tegang yang
lain(Mendelson, 1990)
Akibat stres pada organisasi kerja akan memberikan pengaruh yang kurang baik.
Stres akibat kerja yang menyebabkan menurunnya produktivitas kerja, antara lain:
waktu kerja.
skala prioritas terhadap penyebab stres yang dominan dan melakukan pengendalian
agar setiap resiko yang ada dapat segera dikurangi atau dihilangkan.Jika organisasi
mengendalikan stressor yang telah diidentifikasi sebelumnya, maka perlu dinilai dan
kefatalan, cedera berat, cedera ringan,atau tidak ada cedera.Dalam hal ini cedera
diidentifikasikan sebagai suatu cedera yang dialami pekerja selama lima hari atau
lebih tidak dapat masuk kerja.Istilah cedera dalam kaitannya dengan stress
kemungkinan gangguan yang terjadi jika pekerja mengalami stres.Dalam hal ini,
c. Pemaparan (exposured)
banyak pekerja yang dapat mengalami stres.Aspek ini sangat penting pada saat
Dalam menghadapi stres (to fight) mencakup tiga macam strategi yang
harusnya dilakukan :
3. Meningkatkan daya tahan mental tenaga kerja terhadap stres. Misalnya dengan
Untuk mendapatkan tenaga kerja yang sehat, baik fisik, mental maupun sosial
diperlukan kerja sama dari pimpinan perusahaan dangan berbagai bidang keahlian,
Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat misalnya bising yang melebihi
ambang batas merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan gangguan
dengan intensitas dan frekuensi yang tidak menentu. Di sektor industri, bising berarti
bunyi yang sangat mengganggu dan membuang energi (Ridwan Harrianto, 2010)
sebagai salah satu penyebab stress dan gangguan kesehatan lainnya.Stres yang
a. Usia
Menurut Depkes RI (2003), menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara 18-
40 tahun. Semakin tua usia seseorang, semakin kecil kemungkinan keluar dari
pekerjaan. Faber dalam artikel Jacinta F. Rini (2002) menyatakan tenaga kerja <
40 tahun paling beresiko terhadap gangguan yang berhubungan dengan stres. Hal
ini disebabkan karena pekerja berumur muda dipengaruhi oleh harapan yang tidak
b. Masa kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja dari pertama mulai masuk
hingga sekarang masih bekerja. Masa kerja yang rentan terhadap penyakit akibat
kerja adalah pekerja yang masa kerjanya antara 2-6 tahun, semakin lama orang
tersebut bekerja maka semakin lama juga mereka terpapar berbagai penyakit
(Suma’mur,2013) .
Pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan intensitas kebisingan yang
tinggi dan dalam waktu yang lama beresiko lebih mudah stres dan mengalami
c. Kondisi kesehatan
Kondisi sehat dapat diartikan tidak menderita salah satu atau lebih dari penyakit
yaitu tidak memiliki gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi, sakit
kepala, nyeri punggung dan leher, karena seseorang yang sedang menderita sakit
(Sartono, 2002).
Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep atau variabel yang
akan diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2005).
Keterangan :
Variabel Bebas : Kebisingan, iklim kerja, lama kerja, beban kerja mental
BAB 3
METODE PENELITIAN
dengan cara pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mencari hubungan
antar variabel. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari
pengumpulan data di ukur atau dikumpulkan dalam waktu bersamaan atau sekaligus
Perkebunan Nusantara III. Penelitian ini akan direncanakan enam bulan terhitung
komprehensif.
3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua karyawan yang bekerja di area
39
Universitas Sumatera Utara
40
3.3.2. Sampel
orang (total populasi) di area produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PT.
Data primer adalah data-data daripekerja di area produksi pabrik kelapa sawit
b. Wawancara langsung dilakukan oleh peneliti dengan kuesioner tentang stres kerja
terhadap responden.
Nusantara III mengenai data sumber kebisingan dan pengujian kebisingan pada tahun
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan suatu alat ukur (instrument) dalam mengukur suatu pertanyaan, bahwa
instrumen dikatakan valid, apabila instumen tersebut dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Uji validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan
cara melakukan korelasi antar skor variabel atau item dengan skor total variabel
tersebut dikatakan valid sedangkan nilai Corrected Item Total Correlation< nilai r
tabel (0,361) maka butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak valid (Hidayat, 2010).
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukurdapat dipercaya atau dapat diandalkan sebagai alat pengumpul data. Instrumen
yangsudah dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula.
Teknikyang dipakai dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu jika nilai
Hasil uji validitas dan reliabilitas variabelstresdan beban kerja dapat dilihat
Berdasarkan Tabel 3.1. di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel stres
kerjasebanyak 10 pernyataan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai
cronbach alpha 0,879, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan variabel
stres kerja valid dan reliabel.
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Beban Kerja
Berdasarkan Tabel 3.2 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel beban
kerja sebanyak 16 pernyataan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan
nilai cronbach alpha 0,928, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan
b. Variabel Dependent adalah stres kerja pada karyawan diarea produksi Pabrik
a. Kebisingan adalah bunyi atau suara yang dihasilkan dari sekumpulan mesin-mesin
Nusantara III.
b. Iklim kerja adalah suhu panas yang diterima oleh tubuh pekerja di dalam
c. Waktu kerja adalah lama kerja yang ditentukan dalam satu hari kerja di pabrik
kelapa sawit.
d. Beban kerja mental adalah tekanan pekerjaan yang diterima dari atasan untuk
lama.
1. Pengukuran kebisingan dilakukan di tujuh titik sumber bising, yaiu kamar mesin,
stasiun klarifikasi, stasiun threser, kernel, polishing drum, water treatment, boiler
kategori, yaitu
b. Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam kondisi baik.
bunyi yang diukur (S untuk sumber bunyi relatif konstan atau F untuk sumber
bunyi kejut)
e. Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia yang ada di
sumber bunyi.
f. Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan karakteristik
mikropon (mikropon tegak lurus dengan sumber bunyi, 70o – 80o dari sumber
bunyi)
g. Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi sinambung setara
2. Iklim kerja dilakukan dengan menggunakaan alat ukur Heat Stress Apparatus,
kategori, yaitu :
b. Letakkan alat pada titik pengukuran dengan ketinggian > 1 m atau kurang
c. Basahi kain kasa dengan aquadest secukupnya pada alat pengukur suhu basah,
pastikan bahwa kain pembalut sensor suhu basah dalam kondisi bersih
e. Tekan tombol pada “I/O Enter” pada menu View hingga alat ON dan
f. Pastikan bahwa tegangan baterai lebih dan atau sama dengan 6,4 Volt, jika
g. Tunggu kurang lebih 10 menit agar sensor stabil dan adaptasi pada
lingkungan
h. Tekan tombol panah “∆“ atau “˅” hingga layar menunjukkan parameter yang
diinginkan (ISBB in, ISBB out, Wet, Dry, Globe, RH dan Heat Index)
i. Tekan tombol “RUN STOP” untuk memulai pengumpulan data dengan cara
Data Logging
k. Catat hasil pengukuran pada lembar yang telah tersedia jika dicatat secara
manual
l. Tekan tombol “I/O Enter” dan tahan hingga layar menunjukkan angka 3-2- 1
m. Tekan tombol “I/O Enter” dan tahan hingga menunjukkan angka 3-2-1 dan
yaitu ya dan tidak. Skala ini sering digunakan dalam berbagai penelitian yang
memperoleh data.
dengan cara pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mencari hubungan
antar variabel. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor kebisingan dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data di ukur atau dikumpulkan dalam waktu bersamaan atau sekaligus
menggunakan program komputer SPSS for Windows 16.0 analisis yang dilakukan
analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap variabel seperti
kebisingan, stres kerja, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2005) Hal ini sangat penting guna
dan terikat. Uji statistik untuk mengetahui hubungan antara kebisingan dengan stres
kerja yaitu mengguanakan uji Chi-Square. Uji Chi-Square adalah teknik statistik
yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau
Syarat Uji Chi-Square adalah tidak ada sel yang nilai observed bernilai nol dan
sel yang nilai expected (E) kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel. Jika syarat
3. Penggabungan sel adalah langkah alternatif uji Chi-Square untuk tabel selain 2x2
dan 2xk sehingga terbentuk suatu tabel BxK yang baru. Setelah dilakukan
penggabungan sel, uji hipotesis dipilih sesuai dengan tabel BxK yang baru
Taraf signifikan yang digunakan adalah 95% dengan nilai kemaknaan 5%.
Kriteria nilai p value yang dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan yang
dominan (kebisingan, iklim kerja, lama kerja dan beban kerja mental) terhadap stres
1
P (X) =
1 e ( a b1x1 b2 x 2 b3 x3 ....bk xk )
Dimana : P (X) = peluang terjadinya efek
a = konstanta
b = koefisien regresi
teknik analisis ini dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat serta terindentifikasi faktor paling dominan dari
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III
Pabrik kelapa merupakan salah satu pabrik dari pabrik kelapa sawit yang
dimiliki oleh PTPN 3 yang terletak di desa Paya Bagas Kecamatan Rambutan
Kotamadya Tebing Tinggi Propinsi Sumatera Utara. Pabrik Kelapa Sawit Rambutan
dibangun pada tahun 1983 dengan kapasitas 30 ton/jam, dimana sumber bahan baku
(tandan buah segar) berasal dari kebun seinduk, kebun pihak ketiga, terutama
Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang berada di daerah Deli Serdang dan sekitarnya.
rambutan PTPN III diperoleh bahwa yang tidak stres sebanyak 33 orang (66,0%) dan
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Stres Kerja pada Karyawan di Area Produksi
Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III
yang paling banyak dijawab ya adalah saya tidak nyaman bekerja bila mendengar
50
suara bising dari alat-alat kerja (pertanyaan nomor 2) sebanyak 27 orang (54,0%),
sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab tidak oleh karyawan adalah saya
sering abesn selama bekerja karena merasa lelah (pertanyaan nomor 9) sebanyak 48
orang (96,0%), secara jelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Stres Kerja di Area
Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III
Ya Tidak
No Pernyataan
n % n %
1. Saya selalu sulit berkonsenterasi bila 24 48,0 26 52,0
mendengar suara bising
2. Saya tidak nyaman bekerja bila mendengar 27 54,0 23 46,0
suara bising dari alat-alat kerja
3. Suara bising yang terus menerus membuat saya 15 30,0 35 70,0
mudah terpancing emosi.
4. Saya merasa mudah lelah bila terpapar suara 14 28,0 36 72,0
bising yang lama meski pekerjaan tidak berat.
5. Suara mesin yang terlalu berisik membuat saya 13 26,0 37 74,0
mudah sakit kepala.
6. Saya sering merasa bosan dalam pekerjaan 23 46,0 27 54,0
yang selalu monoton.
7. Suara bising sering menghambat pencapaian 9 18,0 41 82,0
target kerja saya.
8. Saya susah tidur karena sering terngiang- 9 18,0 41 82,0
ngiang suara bising di pabrik
9. Saya sering abesn selama bekerja karena 2 4,0 48 96,0
merasa lelah.
10. Saya masih belum terbiasa bekerja di area yang 5 10,0 45 90,0
bising.
diperoleh sebahagian besar karyawan yang stres berada di lokasi polishing drum
sebanyak 6 orang (35,3%), kemudian di kamar mesin sebanyak 4 orang (23,5%), dan
Lokasi Pengukuran n %
Polishing Drum 6 35,3
Kernel 1 5,9
Kamar Mesin 4 23,5
Klarifikasi 1 5,9
St. Press 1 5,9
Sterilizer 1 5,9
Boiler 1 5,9
Water Treatment 2 11,8
Jumlah 17 100,0
4.3. Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban Kerja Mental
sebanyak 38 orang (76,0%) dan tidak bising sebanyak 12 orang (24,0%). Iklim kerja
lebih banyak yang ringan sebanyak 26 orang (52,0%) dan sedang sebanyak 24 orang
(48,0%). Lama kerja karyawan lebih banyak ≤8 jam sebanyak 40 orang (80,0%) dan
>8 jam sebanyak 10 orang (20,0%). Kemudian beban kerja mental karyawan lebih
banyak yang baik sebanyak 35 orang (70,0%) dan yang buruk sebanyak 15 orang
(30,0%).
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban
Kerja Mental di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III
menjawab ya adalah dalam satu hari saya sering bekerja lebih dari 8 jam kerja
(pernyataan nomor 14) sebanyak 40 orang (80,0%) dan yang lebih banyak menjawab
tidak adalah teman kerja saya membuat saya merasa tidak nyaman dalam bekerja
(pernyataan nomor 5) sebanyak 48 orang (96,0%), secara jelas dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Jawaban Item Pernyataan Beban Kerja Mental
di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III
Ya Tidak
No Pernyataan
n % n %
1. Saya sering merasa adanya hubungan yang 5 10,0 45 90,0
tidak baik antara atasan dan bawahan atau
sesama teman kerja
2. Saya merasa bingung jika tidak mampu 30 60,0 20 40,0
melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan
kemampuan saya.
3. Saya sulit berkonsenterasi dalam bekerja saat 27 54,0 23 46,0
sedang banyak pikiran.
Ya Tidak
No Pernyataan
n % n %
4. Saya merasa cemas jika pekerjaan belum 39 78,0 11 22,0
terselesaikan.
5. Teman kerja saya membuat saya merasa tidak 2 4,0 48 96,0
nyaman dalam bekerja.
6 Atasan sering tidak menghargai pekerjaan saya 4 8,0 46 92,0
4.4. Pengaruh Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban Kerja Mental
dengan Stres Kerja di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan
PTPN III
1. Kebisingan
Karyawan yang tidak bising dengan tidak stres sebanyak 11 orang (91,7%)
dan yang stres sebanyak 1 orang (8,3%) sedangkan karyawan yang bising dengan
tidak stres sebanyak 22 orang (57,9%) dan yang stres sebanyak 16 orang (42,1%).
Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara
2. Iklim Kerja
Karyawan yang iklim kerja ringan dengan tidak stres sebanyak 23 orang
(88,5%) dan yang stres sebanyak 3 orang (11,5%) sedangkan karyawan yang iklim
kerja sedang dengan tidak stres sebanyak 10 orang (41,7%) dan yang stres sebanyak
14 orang (58,3%). Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan yang
signifikan antara iklim kerja dengan stres kerja dengan nilai p=0,001.
3. Lama Kerja
Karyawan yang lama kerja ≤8 jam dengan tidak stres sebanyak 25 orang
(62,5%) dan yang stres sebanyak 15 orang (37,5%) sedangkan karyawan yang lama
kerja >8 jam dengan tidak stres sebanyak 8 orang (80,0%) dan yang stres sebanyak 2
orang (20,0%). Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara lama
Karyawan yang beban kerja baik dengan tidak stres sebanyak 29 orang
(82,9%) dan yang stres sebanyak 6 orang (17,1%) sedangkan karyawan yang beban
kerja buruk dengan tidak stres sebanyak 4 orang (26,7%) dan yang stres sebanyak 11
orang (42,1%). Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan
antara beban kerja mental dengan stres kerja dengan nilai p=0,0001.
Tabel 4.6. Hubungan Kebisingan, Iklim Kerja, Lama Kerja dan Beban Kerja
Mental dengan Stres Kerja di Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan
PTPN III
Stres Kerja
Jumlah
Variabel Tidak stres Stres p
n % n % n %
Kebisingan
Tidak bising 11 91,7 1 8,3 12 100,0
0,039
Bising 22 57,9 16 42,1 38 100,0
Iklim Kerja
Ringan 23 88,5 3 11,5 26 100,0 0,001
Sedang 10 41,7 14 58,3 24 100,0
Lama kerja
<=8 jam 25 62,5 15 37,5 40 100,0
0,461
>8 jam 8 80,0 2 20,0 10 100,0
Beban kerja
Baik 29 82,9 6 17,1 35 100,0
0,0001
Buruk 4 26,7 11 73,3 15 100,0
uji regresi logistik ganda (multiple logistic regression), karena variabel dependennya
2 kategori yaitu stres dan tidak stres. Regresi logistik ganda yaitu salah satu
independen terhadap variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomi atau binary,
yang nilai p>0,05 akan dikeluarkan secara otomatis dari komputer sehingga dapat
variabel yang berpengaruh. Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi regresi
logistik ganda adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25 pada analisis
bivariatnya.
95,0% CI
Variabel B Sig Exp(B)
Lower Upper
Kebisingan 3,194 0,047 24,375 0,803 739,844
Iklim Kerja 2,825 0,021 16,858 1,538 184,805
Beban kerja 4,284 0,003 72,513 4,163 1,263E3
constant -6,458 0,003 0,002
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa kebisingan, iklim kerja dan
beban kerja mental berpengaruh terhadap stres kerja di area produksi pabrik kelapa
sawit PTPN III. Kebisingan memiliki nilai Exp (B) = 24,375 (95% CI 0,803-739,844)
artinya karyawan yang memiliki kebisingan berpeluang untuk stres sebesar 24 kali
lebih besar dibanding dengan karyawan yang tidak memiliki kebisingan. Iklim kerja
memiliki nilai Exp (B) = 16,858 (95% CI 1,538-184,805) artinya karyawan yang
memiliki iklim kerja sedang berpeluang untuk stres sebesar 17 kali lebih besar
dibanding dengan karyawan yang iklim kerja ringan. Beban kerja mental memiliki
nilai Exp (B) = 72,513 (95% CI 4,163-1,263) artinya karyawan yang memiliki beban
kerja mental buruk berpeluang untuk stres sebesar 72 kali lebih besar dibanding
dengan karyawan yang beban kerja mental baik. Nilai Overall Percentage diperoleh
sebesar 86 yang artinya variabel beban kerja mental, kebisingan dan iklim kerja bisa
menjelaskan pengaruhnya terhadap stres kerja di area produksi pabrik sebesar 86%,
sedangkan sisanya sebesar 14% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk
1
p( y ) ( 6, 4583,194( X1 ) 2,825( X 2 ) 4, 284( X 3 ))
1 e
Keterangan:
P : Probabilitas stres kerja
a : Konstanta -6,458
sedang dan beban kerja mental buruk memiliki probabilitas sebesar 98% untuk stres
kerja.
BAB 5
PEMBAHASAN
bising (76,0%). Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kebisingan dengan stres kerja. Karyawan yang memiliki area bising cenderung
mengalami stres kerja dibanding karyawan yang tidak memiliki area bising. Hal ini
dikarenakan suara bising yang ada di area produksi pabrik sebesar 85 dB yang
mengakibatkan karyawan sulit berkonsentrasi saat bekerja, tidak nyaman bekerja dari
alat-alat kerja dan mudah terpancing emosi. Kerusakan yang terjadi diantaranya
terus menerus juga dapat menurunkan konsenterasi pekerja dan mengakibatkan stres
terhadap stres kerja di area produksi pabrik kelapa sawit PTPN III. Karyawan yang
memiliki kebisingan berpeluang untuk stres sebesar 24 kali lebih besar dibanding
dengan karyawan yang tidak memiliki kebisingan. Stres merupakan kondisi yang
merasakan suatu pertentangan, apakah itu riil ataupun tidak, antara tuntutan situasi
dan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial. Dalam terminologi medis,
59
Universitas Sumatera Utara
60
stres akan mengganggu sistem homeostasis tubuh yang berakibat terhadap gejala fisik
dan psikologis.
pengaruh intensitas kebisingan dengan stress kerja dengan nilai p adalah 0,003 lebih
kecil dari 0,05 artinya kesimpulan H1 yang diterima. Intensitas kebisingan dapat
berpengaruh terhadap stabilitas mental pekerja dan penyebab stress dari pekerja.
Sejalan dengan penelitian Pradana (2013) bahwa ada hubungan antara kebisingan
dengan stres kerja pada pekerja bagian Gravity PT. Dua Kelinci dengan p value
0,000.
antara kebisingan dengan stress kerja pada pekerja bagian spinning PT. Sinar Pantja
Djaja Semarang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tri Budiyanto dan Erza
Yanti Pratiwi (2010) yang meneliti hubungan kebisingan dan massa kerja terhadap
terjadinya stress kerja, memperoleh hasil bahwa ada hubungan antara kebisingan
dengan stress kerja pada pekerja di bagian tenun Agung Saputra Tex di Yogyakarta,
dengan nilai p = 0,039. Sejalan dengan penelitian Oktarini (2010) bahwa ada
pengaruh kebisingan terhadap stress kerja tenaga kerja penggilingan padi CV Padi
Makmur Karanganyar.
mesin produksi yang beroperasi, sehingga para tenaga kerja akan mengalami
gangguan komunikasi baik itu pembicaraan atau instruksi tidak dapat di dengar secara
jelas sehingga harus berbicara dengan keras untuk dapat terdengar, yang berarti akan
darah. Ini merupakan gangguan secara fisiologis, selain itu kebisingan juga dapat
menimbulkan stress, sulit konsentrasi, berfikir, akibat lain adalah gangguan patologis
organis seperti pengaruhnya kebisingan terhadap alat pendengaran atau telinga yang
dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen (Depkes RI,
2003).
Kebisingan yang terjadi di area kerja ditangkap oleh otak yang merasakan
stress seperti hormone katekolamin yang disekresi oleh bagian medulla kelenjar
adrenal dan sebuah neurotransmitter yang bekerja aktif di system saraf pusat.
Hormon stress akan mempengaruhi kecepatan denyut jantung, bila dalam tingkat
yang tinggi dapat membuat jantung berdebar-debar, apabila hal berlangsung secara
Suara bising didengar sebagai rangsangan pada sel syaraf pendengar dalam
telinga yang ditimbulkan getaran dari sumber bising (mesin produksi). Gelombang
tersebut merambat melalui udara atau penghantar lainnya, mengaktifkan sistem syaraf
Kelebihan hormon kortisol bisa merusak fungsi di bagian prefrontal korteks yaitu
pusat emosional. Daerah ini juga berfungsi mengatur fungsi perencanaan, penalaran
kemudian hipofisis akan merangsang saraf simpatis. Pada waktu sumber stres
biokimia kepada semua sistem dalam tubuh. Akibatnya, pernafasan akan meningkat,
tekanan darah nqik, otot menjadi tegang, dan timbul gejala fisiologis lainnya.
(Nuzulia, 2010).
ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi dan
kenikmatan kerja sampai pada cacat yang berat karena kehilangan daya pendengaran
menurunnya kuantitas dan kualitas kerja. Hal ini pernah dibuktikan pada sebuah
film yang rusak,sehingga dapat menghemat bahan baku. Gangguan dalam kenikmatan
kerja berbeda-beda untuk tiap orang. Untuk beberapa orang yang rentan, kebisingan
dapat menyebabkan rasa pusing, kantuk, sakit, tekanan darah tinggi, tegang dan stres
yang diikuti dengan sakit maag, kesulitan tidur. Gangguan konsentrasi dan
sama antara pekerja dan kadang-kadang mengakibatkan salah pengertian yang secara
tidak langsung menurunkan kualitas dan kuantitas kerja. Penurunan daya dengar,
adalah akibat yang paling serius dan dapat menimbulkan ketulian total, sehingga
bahwa dari titik tempat kerja yang diukur, intensitas kebisingan tertinggi adalah 97,3
adalah 81,3 dB yaitu lokasi Boiler. Dan sebahagian besar karyawan yang mengalami
stres berada di lokasi polishing drum sebanyak 6 orang (35,3%), kemudian di kamar
mesin sebanyak 4 orang (23,5%), dan di water treatment sebanyak 2 orang (11,8%),
kesehatan kerja. Salah satu dari faktor yang terdapat dalam lingkungan kerjaa dalah
kebisingan. Kebisingan di tempat kerja sering kali merupakan problem tersendiri bagi
tenaga kerja, umumnya berasal dari mesin kerja. Sayangnya, banyak tenaga kerja
yang telah terbiasa dengan kebisingan tersebut, meskipun tidak mengeluh gangguan
gangguan fisiologis, psikologis dan gangguan patologis organis, salah satu contoh
gangguan psikologis yang diakibatkan oleh kebisingan adalah stress kerja (Depkes
RI, 2003).
Adanya hubungan kebisingan dengan stress kerja yang dialami tenaga kerja
yaitu mesin tidak menggunakan alat atau bahan yang bias meredam suara bising serta
kondisi mesin yang sudah cukup tua, jarak tenaga kerja dengan mesin yang sangat
dekat, tenaga kerja tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja.
Biasanya waktu tersebut digunakan untuk istirahat, sholat, dan makan. Letak kantin
yang cukup jauh membuat pekerja lebih sering membawa bekal makan dari pada ke
kantin. Namun ruang istirahat dan ruang mushola yang digunakan letaknya berada di
dalam ruang spinning dimana dalam ruang tersebut masih terdengar suara bising.
Seharusnya perusahaan menyediakan ruangan yang tidak bising agar telinga pekerja
dapat melakukan pemulihan dan tubuh menjadi lebih nyaman sehingga dapat
kebisingan, tingkat kebisingan harus dikurangi, antara lain dengan upaya berikut: (1)
Mendesain kembali peralatan, untuk mengurangi kecepatan dan benturan dari bagian
mengganti peralatan yang telah lama dengan yang baru; (2) Merawat peralatan,
dengan mengganti yang telah aus serta memberikan pelumas pada semua bagian yang
bergerak; (3) Mengisolasi peralatan, dengan menjauhkan dari pekerja; (4) Memasang
peredam getaran, dengan bantalan karet, agar bunyi yang ditimbulkan oleh getaran
menggunakan penyumbat dan pelindung telinga, dan pekerja yang bekerja di tempat
dengan kebisingan tinggi, digilir, sehingga bukan pekerja tertentu saja yang bekerja di
5.2. Pengaruh Iklim Kerja terhadap Stres Kerja pada Karyawan di Area
Produksi Pabdrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III
memiliki ilkim kerja ringan (52,0%). Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara iklim kerja dengan stres kerja. Karyawan yang
memiliki area iklim kerja sedang cenderung mengalami stres kerja dibanding
karyawan yang memiliki iklim kerja ringan. Hal ini dikarenakan batasan kemampuan
kelembaban, pergerakan udara, dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang
digunakan. Pada saat heat stress mendekati batas toleransi tubuh, risiko terjadinya
membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang dari 350 kilo kalori.
terhadap stres kerja di area produksi pabrik kelapa sawit PTPN III. Karyawan yang
memiliki iklim kerja sedang berpeluang untuk stres sebesar 17 kali lebih besar
iklim kerja dengan stres kerja. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Gesang
Lilihaning Tyas (2010), yang menyatakan ada hubungan antara iklim kerja dengan
stres kerja pada tenaga kerja yang bekerja di industri bakery, restaurant, konstruksi
dan peleburan besi yang tersebar di wilayah Medan, Samarinda, Maluku dan
pekerja Produksi PT.NBI dari 42 responden hasil uji rank spearman diperoleh
kesimpulan adanya hubungan antara intensitas kebisingan dan iklim kerja dengan
stres kerja. Sejalan dengan penelitian Failasufa (2014), penelitian dilakukan di Bagian
Spining PT.Sinar Pantja Djaja dari 68 responden hasil penelitian ini menyimpulkan
ada hubungan antara kebisingan dan tekanan panas dengan stres kerja.
Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat yang ditentukan
produktivitas kerja. Suhu udara yang dianggap nyaman bagi orang Indonesia ialah
sekitar 240C- 260C dan selisih suhu di dalam dan di luar tidak boleh lebih dari 5oC.
Batas kecepatan angin secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5 m/dt (Heru Subaris dan
Haryono, 2007). Pekerja yang berada di lingkungan kerja yang panas harus
menanggung panas badan yang terbentuk sebagai hasil aktifitas kerja fisik, di
samping itu juga mendapat beban tambahan berupa panas yang ditimbulkan oleh
proses kerjanya (Tulus Winarsunu, 2008). Menurut Grandjean (1988) salah satu
kondisi yang bisa menjadi stressor di lingkungan kerja yaitu physical environmental
problem yang meliputi antara lain: kebisingan dan suhu di tempat kerja (Tulus
Winarsunu, 2008). Begitu juga menurut Cartwright et.al (1995) dalam Tarwaka dkk
(2004) yang menyatakan bahwa keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman
seperti: bising, suhu panas, lembab, berdebu, bau, dan lain-lain termasuk dalam faktor
instrinsik pekerjaan yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya stres kerja.
Adanya pengaruh antara iklim kerja dengan stres kerja yang dialami tenaga
kerja yang berada di tempat kerja tersebut, hal ini disebabkan oleh pendingin pada
ruangan yang kurang, jarak antar mesin yang sangat dekat, banyaknya mesin yang
bekerja dimana mesin yang tersebut mengeluarkan panas yang menguap keatas
sehingga tenaga kerja yang bekerja di dekat mesin mengalami panas, penyediaan air
minum bagi tenaga kerja yang tidak memadai serta jarak yang relatif jauh dari tempat
Suhu lingkungan yang ekstrim panas akan menimbulkan rasa cepat lelah,
fisik, maka beban metabolism tubuh makin besar sehingga lebih banyak panas tubuh
yang harus dikeluarkan dan stress terhadap suhu lingkungan akan semakin tinggi
Suhu nikmat kerja adalah suhu yang diperlukan seseorang agar dapat bekerja
secara nyaman. Suhu nikmat kerja berkisar antara 24-26 °C bagi orang Indonesia.
Orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya
suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama satu minggu pertama
berada di tempat kerja. Setelah satu minggu pertama berada di tempat panas, tenaga
kerja mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas, hal ini tergantung dari
aklimatisasi setiap individu yang dilihat dari beban kerja sehingga diperlukan variasi
5.3. Pengaruh Beban Kerja Mental terhadap Stres Kerja pada Karyawan di
Area Produksi Pabrik Kelapa Sawit Rambutan PTPN III
memiliki beban kerja mental baik (70,0%) dan sebesar 30,0% memiliki beban kerja
mental buruk. Hasil uji Chi-Square diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan
antara beban kerja mental dengan stres kerja. Karyawan yang memiliki area beban
kerja mental buruk cenderung mengalami stres kerja dibanding karyawan yang
memiliki beban kerja mental baik. Hal ini dikarenakan beban kerja mental yang
dimiliki karyawan di area produksi pabrik adalah dalam satu hari sering bekerja lebih
dari 8 jam kerja, merasa cemas jika pekerjaan belum terselesaikan, semangat kerja
menurun bila hasil pekerjaan tidak dihargai oleh perusahaan, merasa bingung jika
tidak mampu melakukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan, dan sulit
mental terhadap stres kerja di area produksi pabrik kelapa sawit PTPN III. Karyawan
yang memiliki beban kerja mental buruk berpeluang untuk stres sebesar 72 kali lebih
besar disbanding dengan karyawan yang beban kerja mental baik. Semakin besar
beban kerja yang dirasakan semakin besar pekerja menderita stres. Bila banyaknya
pekerjaan dan tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian serta
waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres pada karyawan.
Pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik berupa fisik atau mental
menerima beban sebagai akibat dari aktivitas fisik yang dilakukan. Pekerjaan yang
sifatnya berat membutuhkan istirahat yang sering dan waktu kerja yang pendek. Jika
waktu kerja ditambah maka melebihi kemampuan tenaga kerja dan dapat
antara beban kerja dengan stres kerja. Koefisien kerelasi 0,366 menunjukan hubungan
yang rendah antara dua variabel ini. Hal ini dikarenakan beban kerja yang diterima
sesuai dengan target yang telah ditentukan perusahaan, terkadang mereka harus kerja
beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik atau mental,
atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul
beban pada suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi
seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan
Evaluasi beban kerja mental merupakan point penting didalam penelitian dan
kepuasan, efisiensi dan keselamatan yang lebih baik di tempat kerja, sebagaimana
halnya yang menjadi target capaian implementasi ergonomi. Dengan maksud untuk
panjang bagi pekerja, maka perlu menyeimbangkan tuntutan tugas sehingga pekera
Dewasa ini aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja kantor,
supervisior, dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang
monotoni dan lain-lain. Menurut Grandjean (1993) setiap aktivitas mental akan
selalu melibatkan unsur persepsi, intervensi dan proses mental dari suatu informasi
yang diterima oleh sensoris untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat
informasi yang lampau. Yang menjadi masalah pada manusia adalah kemampuan
mengingat kembali ini sebagian besar menjadi masalah bagi orang tua. Seperti kita
BAB 6
6.1. Kesimpulan
1. Ada pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja di area produksi pabrik
kelapa sawit PTPN III. Beban kerja karyawan merupakan variabel yang paling
berpeluang untuk stres sebesar 72 kali lebih besar dibanding dengan karyawan
yang beban kerja mental baik. Karyawan yang memiliki area beban kerja mental
2. Ada pengaruh kebisingan terhadap stres kerja di area produksi pabrik kelapa
sawit PTPN III. Karyawan yang memiliki kebisingan berpeluang untuk stres
sebesar 24 kali lebih besar dibanding dengan karyawan yang tidak memiliki
3. Pengaruh Iklim kerja terhadap stres kerja 17 kali lebih besar di area produksi
71
Universitas Sumatera Utara
72
6.2. Saran
kelapa sawit
mengurangi tingkat kebisingan pada mesin yang sudah tua dan tidak terawat
dengan baik, seperti isolasi dan memberikan peredam bunyi, penyedian APD
3. Iklim kerja di Stasiun Klarifikasi dan Thresser perlu mengatur suhu nikmat kerja
antara 26˚C-30˚C dengan memasang exhaust van atau air cooler van,
DAFTAR PUSTAKA
Dhonny Yudha Pratama Putra, 2015. Pengaruh Pemberian Reward and Punishment
Terhadap Kinerja Pegawai, Bandung.
Dwiyanti Endang, 2001. Stres Kerja di Lingkungan DPRP : Studi tentang Anggota
DPRD di Kota Surabaya, Malang, dan Kabupaten Jember. Jurnal Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik, Surabaya : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga.
Heru Subaris dan Haryono, 2007, Higiene Lingkungan Kerja, Yogyakarta: Mitra
Cendikia Press.
73
Universitas Sumatera Utara
74
Nuzulia, S., 2010. Dinamika Stres Kerja, Self-Efficacy dan Strategi Coping.
Semarang. UNDIP Pres
Oktarini, I., 2010. Pengaruh Kebisingan terhadap Stres Kerja Tenaga Kerja
Penggilingan Padi CV Padi Makmur Karanganyar. Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Pradana, 2013. Hubungan antara kebisingan dengan stres kerja pada pekerja bagian
Gravity PT.Dua Kelinci : UNS.
Prabowo, Y.F., 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stres Kerja pada
Bagian Produksi Industri Mebel PT. Chia Jiann Indonesia Furniture di
Wedelan Jepara Tahun 2009. Skripsi IKM Universitas Negeri Semarang.
Siti Nurhendar, 2007. Pengaruh Stres Kerja dan Semangat Kerja terhadap Kinerja
Pegawai Bagian Produksi Pada CV. Aneka Ilmu, Semarang : Jurnal Ekonomi
Dan Bisnis volume 7, No.3
Soedirman, 2014. Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes & Keselamatan Kerja,
Jakart : Penerbit Erlangga.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 13 Tahun 2011, Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja. Jakarta.
Kholisa Nasution, dkk, 2011. Stres Okupasi, Masalah Kesehatan Kerja yang
Terabaikan. Jakarta : Editorial.
I. Identitas Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan Terakhir :
4. Masa Kerja :
5. Lama Kerja :
6. Iklim Kerja : (Hasil Pengukuran)
7. Kebisingan : (Hasil Pengukuran)
Stres Kerja
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.879 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
sk1 .90 .305 30
sk2 .63 .490 30
sk3 .63 .490 30
sk4 .63 .490 30
sk5 .63 .490 30
sk6 .70 .466 30
sk7 .83 .379 30
sk8 .77 .430 30
sk9 .63 .490 30
sk10 .67 .479 30
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
sk1 6.13 8.809 .548 .873
sk2 6.40 8.386 .447 .880
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
7.03 9.895 3.146 10
Reliability Statistics
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
bk1 .93 .254 30
bk2 .67 .479 30
bk3 .67 .479 30
bk4 .70 .466 30
bk5 .70 .466 30
Item-Total Statistics
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
12.00 23.103 4.807 16
Analisis Univariat
Frequencies
Kebisingan kategori
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak bising 12 24.0 24.0 24.0
Bising 38 76.0 76.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Iklim kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 26 52.0 52.0 52.0
Sedang 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Beban kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 35 70.0 70.0 70.0
Buruk 15 30.0 30.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Stres Kerja
Stres kerja 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 26 52.0 52.0 52.0
Ya 24 48.0 48.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
stres kerja 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 23 46.0 46.0 46.0
Ya 27 54.0 54.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
stres kerja 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 35 70.0 70.0 70.0
Ya 15 30.0 30.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
stres kerja 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 36 72.0 72.0 72.0
Ya 14 28.0 28.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
stres kerja 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 37 74.0 74.0 74.0
Ya 13 26.0 26.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
stres kerja 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 27 54.0 54.0 54.0
Ya 23 46.0 46.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
stres kerja 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 41 82.0 82.0 82.0
Ya 9 18.0 18.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
stres kerja 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 41 82.0 82.0 82.0
Ya 9 18.0 18.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
stres kerja 9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 48 96.0 96.0 96.0
Ya 2 4.0 4.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
stres kerja 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 45 90.0 90.0 90.0
Ya 5 10.0 10.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Stres kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak stres 33 66.0 66.0 66.0
Stres 17 34.0 34.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Analisis Bivariat
Crosstabs
Kebisingan kategori * Stres kerja
Crosstab
Stres kerja
Tidak stres Stres Total
Kebisin Tidak bising Count 11 1 12
gan % within K_kat 91.7% 8.3% 100.0%
kategori
% within S_kerja 33.3% 5.9% 24.0%
% of Total 22.0% 2.0% 24.0%
Bising Count 22 16 38
% within K_kat 57.9% 42.1% 100.0%
% within S_kerja 66.7% 94.1% 76.0%
% of Total 44.0% 32.0% 76.0%
Total Count 33 17 50
% within K_kat 66.0% 34.0% 100.0%
% within S_kerja 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.0% 34.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.635a 1 .031
Continuity
3.253 1 .071
Correctionb
Likelihood Ratio 5.492 1 .019
Fisher's Exact Test .039 .030
Linear-by-Linear
4.543 1 .033
Association
N of Valid Casesb 50
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
4,08.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 12.178a 1 .000
b
Continuity Correction 10.182 1 .001
Likelihood Ratio 12.906 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
11.935 1 .001
Association
N of Valid Casesb 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
8,16.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Stres kerja
Tidak stres Stres Total
Lama kerja <=8 jam Count 25 15 40
kategori % within lk_kategori 62.5% 37.5% 100.0%
% within S_kerja 75.8% 88.2% 80.0%
% of Total 50.0% 30.0% 80.0%
>8 jam Count 8 2 10
% within lk_kategori 80.0% 20.0% 100.0%
% within S_kerja 24.2% 11.8% 20.0%
% of Total 16.0% 4.0% 20.0%
Total Count 33 17 50
% within lk_kategori 66.0% 34.0% 100.0%
% within S_kerja 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.0% 34.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1-
Value df sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.092a 1 .296
b
Continuity Correction .451 1 .502
Likelihood Ratio 1.170 1 .279
Fisher's Exact Test .461 .257
Linear-by-Linear
1.070 1 .301
Association
N of Valid Casesb 50
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
3,40.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
Stres kerja
Tidak stres Stres Total
Beban Baik Count 29 6 35
kerja % within B_kerja 82.9% 17.1% 100.0%
% within S_kerja 87.9% 35.3% 70.0%
% of Total 58.0% 12.0% 70.0%
Buruk Count 4 11 15
% within B_kerja 26.7% 73.3% 100.0%
% within S_kerja 12.1% 64.7% 30.0%
% of Total 8.0% 22.0% 30.0%
Total Count 33 17 50
% within B_kerja 66.0% 34.0% 100.0%
% within S_kerja 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.0% 34.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.
Value df sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 14.774a 1 .000
b
Continuity Correction 12.376 1 .000
Likelihood Ratio 14.636 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
14.478 1 .000
Association
N of Valid Casesb 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
5,10.
b. Computed only for a 2x2 table
Analisis Multivariat
Logistic Regression
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
a
1 31.611 .478 .661
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed
by less than ,001.
Classification Tablea
Predicted
S_kerja Percentage
Observed Tidak stres Stres Correct
Step 1 S_kerja Tidak stres 32 1 97.0
Stres 6 11 64.7
Overall Percentage 86.0
a. The cut value is ,500
Classification Tablea,b
Predicted
S_kerja Percentage
Observed Tidak stres Stres Correct
Step 0 S_kerja Tidak stres 33 0 100.0
Stres 17 0 .0
Overall Percentage 66.0
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500