Anda di halaman 1dari 23

Tugas Makalah

MANAJEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


” Isu-isu Masa Depan dalam manajemen kesehatan (Managed Care dalam sistem pelayanan
kesehatan, Aplikasi ilmu manajemen dalam Klinik dan Evidence based Policy and
Management)”

Dosen Pengampu : Dr.Nani Yuniar.,SSi.,M.Kes

OLEH:

KELOMPOK 6

1. ASRIAH SEPTIAWATI JABANI (G2U119016)


2. MUHAMMAD SUJARWAD (G2U119001)
3. BUDI ACTO POLII (G2U119030)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan
nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul "Isu-isu
Masa Depan dalam manajemen kesehatan “ (Managed Care dalam sistem pelayanan kesehatan,
Aplikasi ilmu manajemen dalam Klinik dan Evidence based Policy and Management) ”dengan
tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa kami sampaikan
terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Manajemen Administrasi dan Kebijakan
Kesehatanyang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua
yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota Tim Kelompok 6 yang selalu
kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Manajemen
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dan dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Makalah
ini dianjurkan untuk dibaca oleh semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan
dan pemahaman tentang konsep dalam sebuah kebijakan.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim kami khususnya dan pembaca yang budiman
pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Aamiin...
DAFTAR ISI

Halaman Sampul......................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................ ii
Daftar isi..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................ 6
C. Tujuan Masalah.................................................................................... 6
D. Metode Penelitian................................................................................. 7
BAB II PEMBAHASAN
A. Isu-isu masa depan Manajemen Kesehatan....................................... 8
B. Managed Care dalam sistem pelayanan kesehatan........................... 10
C. Aplikasi ilmu manajemen dalam Klinik........................................... 10
D. Evidence based Policy and Management.......................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 42
B. Saran...................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan publik merupakan langkah pemerintah untuk melaksanakan peraturan


perundang-undangan yang berlaku. Melalui implementasi kebijakan, pemerintah mengatur
jalannya roda pemerintahan. Tanpa kebijakan, pemerintah tidak dapat memberikan pelayanan
publik yang baik.

Kebijakan Publik atau public policy kita ketahui merupakan aturan yang sudah ditetapkan
dan harus ditaati. Bagi siapa yang melanggar akan mendapatkan sesuai dengan bobot pelanggaran
yang dilakukan dan sanksi yang dijatuhkan di depan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai
tugas menjatuhkan sanksi tersebut. Jadi, kebijakan publik ini bisa kita ibaratkan suatu hukum.
Bukan hanya sekedar hukum namun kita harus memahaminya secara utuh dan benar. Ketika suatu
isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu
tersebut menjadi kebijakan publik yang harus dilakukan dan disusun serta disepakati oleh para
pejabat yang berwenang.

Ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik, apakah
menjadi Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden termasuk
Peraturan Daerah maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus ditaati oleh
seluruh lapisan masyarakat dan bila melanggar akan mendapat sanksi. Namun begitu, kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah harus benar-benar dikaji secara mendalam kebenarannya dan
ketepatannya sehingga benar-benar efektif mengatasi permasalahan dan tidak justru menimbulkan
berbagai persoalan baru.

Isu yang masuk dalam agenda kebijakan biasanya memiliki latar belakang yang kuat
berhubungan dengan analisis kebijakan dan terkait dengan pertimbangan-pertimbangan seperti,
apakah isu tersebut dianggap telah mencapai tingkat kritis sehingga tidak bisa diabaikan, apakah
isu tersebut sensitif yang cepat menarik perhatian masyarakat, apakah isu tersebut menyangkut
aspek tertentu dalam masyarakat, apakah isu tersebut menyangkut banyak pihak sehingga
mempunyai dampak yang luas dalam masyarakat kalau diabaikan, apakah isu tersebut berkenaan
dengan kekuasaan dan legitimasi, dan terakhir apakah isu tersebut berkenaan dengan
kecenderungan yang sedang berkembang dalam masyarakat.

Itu sebabnya, suatu kebijakan dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak dan
mengarahkan kegiatan dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses implementasi kebijakan hanya dapat dimulai apabila tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran
yang semula bersifat umum sudah dirinci, program-program aksi telah dirancang dan sejumlah
dana/biaya telah dialokasikan untuk mewujudkan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran tersebut.

Kebijakan-kebijakan publik yang dibuat pemerintah merupakan hal yang sangat penting,
sebab pemerintah sudah seharusnya membuat perubahan-perubahan di segala bidang, baik di
dunia pendidikan demi tercapainya pelaksanaan pendidikan yang lebih baik, perubahan kebijakan
di bidang kesehatan yang bertujuan agar tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik, dan
perubahan-perubahan kebijakan di berbagai sektor. Tujuannya hanya satu, demi kesejahteraan
seluruh masyarakat.

Kita semua berharap pemerintahan dalam membuat kebijakan sebaiknya jangan hanya
mempertimbangkan apakah isu tersebut telah mencapai tingkat kritis sehingga tidak bisa
diabaikan, apakah isu tersebut sensitif, apakah isu tersebut menyangkut aspek tertentu, apakah isu
tersebut menyangkut banyak pihak sehingga mempunyai dampak yang luas dalam masyarakat kalau
diabaikan, apakah isu tersebut berkenaan dengan kekuasaan dan legitimasi, dan apakah isu tersebut
berkenaan dengan kecenderungan yang sedang berkembang dalam masyarakat. Tetapi sebaiknya,
buatlah kebijakan yang memang langsung bersentuhan dengan kepentingan masyarakat dan
memang sangat dibutuhkan masyarakat tanpa pandang bulu dan banyak pertimbangan.
B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, agar pembahasan dalam
makalah ini tidak bergeser dari judulnya ada baiknya kita rumuskan masalah-masalah yang akan
di bahas, antara lain :

1. Apa itu Isu-isu Masa Depan dalam manajemen kesehatan?


2. Apa itu Managed Care dalam sistem pelayanan kesehatan?
3. Bagaimana Aplikasi ilmu manajemen dalam Klinik?
4. Apa itu Evidence based Policy and Management?
C. Tujuan Penulisan
Ada pun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar Mahasiswa mampu mengetahui Isu-isu Masa Depan dalam manajemen kesehatan
2. Agar Mahasiswa mampu mengetahui Managed Care dalam sistem pelayanan kesehatan
3. Agar Mahasiswa mampu mengetahui Aplikasi ilmu manajemen dalam Klinik
4. Agar Mahasiswa mampu mengetahui Evidence based Policy and Management

D. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan gambaran
tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur buku-buku yang
tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media massa/internet. Dan diskusi mengenai
masalah yang dibahas dengan teman-teman kelompok
BAB II

PEMBAHASAN

A. ISU-ISU MASA DEPAN MANAJEMEN KESEHATAN


B. MANAGED CARE DALAM SISTEM PELAYANAN KESEHATAN (Dasar Asuransi )
Asuransi sosial dimulai di Jerman pada masa pemerintahan Bismarch (1883) dengan
mewajibkan para pekerja untuk mengikuti asuransi sakit dengan pembiayaan melalui pajak
penghasilan dengan nama Social Health Insurance. Asuransi di Jerman menggunakan pendekatan
pasar pada asuransi swasta, tetapi dengan subsidi negara. Besarnya premi berdasarkan persentase
bergantung dari penghasilan peserta, sehingga akan terjadi subsidi silang antar peserta asuransi.
Inggris memulai sistem asuransi kesehatan sosial pertama pada 1991 yang berkembang menjadi
British National Health Service (NHS) pada tahun 1946.

Di Indonesia Asuransi bukanlah barang baru, asuransi kesehatan untuk pegawai negeri sipil
merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling 1934 dan pada tahun 1985 dimulai asuransi untuk
tenaga kerja (ASTEK) serta tahun 1987 dengan menggerakkan dana masyarakat melalui
DUKM.Pada tahun 1992 diterbitkan tiga buah undang-undang yang berkaitan dengan asuransi
yaitu UU No. 2 Tentang Asuransi, UU No. 3 Tentang JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga
Kerja) serta UU No. 23 Tentang Kesehatan yang di dalamnya terkandung pasal 65-66 tentang
JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). JPKM mengikuti pola managed care di
Amerika dengan pembayaran prepaid berdasarkan kapitasi dan pelayanan yang bersifat
komprehensif meliputi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Sementara ini baru puskesmas
yang dicakup oleh pelayanan JPKM dengan dokter puskesmas sebagai gate keeper, dan saat ini
mulai dikembangkan dokter keluarga yang diharapkan menjadi gate keeper pada masa yang akan
datang. Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional maka dibentuk Badan penyelenggara Jaminan Sosial melalui Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dengan Undang-Undang ini
dibentuk 2 (dua) BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Pada era otonomi daerah yang disertai dengan desentralisasi bidang kesehatan sebagai salah
satu pelayanan dasar untuk mensejahterakan kesehatan masyarakat di daerah pemerintahan. Hal
tersebut sebagaimana termuat dalam Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah disebutkan bahwa salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten/kota adalah urusan penanganan bidang kesehatan. BPJS Kesehatan mulai
beroperasi menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014 dan
merupakan transformasi kelembagaan PT Askes (Persero). Pada saat yang bersamaan JKA juga
berubah menjadi JKRA. Namun Asuransi kesehatan saja tidak cukup. Diperlukan Asuransi
Kesehatan Sosial atau Jaminan Kesehatan Sosial (JKN) karena premi asuransi komersial relatif
tinggi sehingga tidak terjangkau bagi sebagian besar masyarakat dan manfaat yang ditawarkan
umumnya terbatas. Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem ini
diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory)
berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga
mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak

Definis Asuransi Kesehatan menurut Jacob ialah : Pembayaran untuk biaya yang
dikecualikan dari suatu kelompok yang dihasilkan dari pemanfaatan medis berdasarkan biaya yang
dikeluarkan oleh kelompok tersebut. Pembayaran dapat didasarkan pada peringkat komunitas atau
pengalaman (Jacobs P, 1997). Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992,
Asuransi didefinisikan sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tetanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.Obyek asuransi
itu sendiri dapat berupa benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum,
serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau berkurang nilainya.

1. Managed Care (Dasar Asuransi)

Pertama kali berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1973 yang ditandai dengan lahirnya
peraturan yang disebut dengan Health Management Organization Act of 1973. Peraturan ini
memberi kewenangan kepada pemerintah federal Amerika Serikat untuk menghimpun dana atau
memberikan pinjaman untuk mengembangkan Health Management Organizations atau HMOs.

 Definisi managed care menurut Marcinko & Hetico (2006) ada tiga pengertian antara lain:
1) Suatu sistem yang mengintegrasikan asuransi kesehatan, pembiayaan dan fungsi
pelayanan kesehatan termasuk risk sharing dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan dan menentukan jaringan provider (PPK);
2) Suatu sistem pembiayaan kesehatan atau pelayanan kesehatan yang dirancang agar
sebuah plan asuransi kesehatan dapat mengontrol dan mengkoordinasikan pelayanan
kesehatan dengan mewajibkan anggotanya untuk menekan belanja kesehatan dan
meningkatkan kualitas
3) Suatu pendekatan terhadap pemberian pelayanan kesehatan dan pemberian manfaat,
yang dirancang dengan mengintergrasikan pengelolaan dan koordinasi pelayanan
dengan pembiayaan, yang diharapkan dapat mempengaruhi utilisasi, biaya, kualitas,
dan hasil.

Dari definisi di atas, Managed Care merupakan sebuah sistem yang menggabungkan antara
pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, dan upaya-upaya untuk memindahkan risiko
sehingga diperoleh efisiensi dalam pemberian pelayanan kepada pasien.

Green & Rowell (2011) menyatakan managed care dibentuk untuk mengembangkan suatu
metode/cara yang dapat menghasilkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan komprehensif
(menyeluruh) bagi pasien atau anggota managed care. Sering orang menyebutnya sebagai asuransi
kesehatan modern yang bersifat lebih kompleks dibanding asuransi kesehatan konvensional.

Menurut Veeder (2013) “managed care is a complex health and behavior health care services
delivery system”, atau managed care merupakan sistem pemberian pelayanan kesehatan yang
kompleks. Kompleksitas ini disebabkan dua tujuan utama dari managed care yaitu efisiensi biaya
dan efektifititas dalam pelayanan kesehatan. Bahkan Veeder (2013) menyatakan managed care
bukan hanya meningkatkan kesehatan pasien namun juga memperbaiki perilaku kesehatan
masyarakat.

2. Ciri-Ciri Organisasi Managed Care

Organisasi yang menyelenggarakan managed care dapat dilakukan oleh:

a) Rumah sakit atau kelompok dokter


b) Perusahaan asuransi melalui heath plan (produk asuransi kesehatan)
c) Pemerintah melalui sistem kesehatan (health system) seperti halnya BPJS Kesehatan di
Indonesia.
Organisasi ini bertanggung jawab terhadap kesehatan anggota atau kelompok pasien yang
mendaftar managed care. Organisasi managed care disebut juga Managed Care Organization
(MCO). Metode pembayaran pelayanan kesehatan kepada organisasi penyelenggara managed care
menggunakan metode kapitasi (capitation payment). Dengan metode ini, MCO akan memperoleh
pembayaran tetap setiap periode waktu tertentu, tanpa memperhatikan jumlah pasien yang
berkunjung atau menerima pelayanan kesehatan. Artinya jika MCO pada periode waktu tertentu
membutuhkan biaya yang nilainya lebih kecil dari jumlah kapitasi maka dikatakan menerima
profit/keuntungan, dan sebaliknya.

Terdapat beberapa ciri khas atau karakter dari sistem managed care dibanding dengan asuransi
kesehatan tradisional, yaitu:

1) Peran fasilitas pelayanan primer sebagai Gatekeeper


Dalam managed care, seluruh pasien harus melalui pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP) yang ditunjuk. Peran FKTP antara lain bertanggung jawab terhadap
pengawasan dan koordinasi pelayanan kesehatan, menyetujui dan memberikan surat
rujukan kepada fasilitas kesehatan tingkat rujukan lanjut (FKTRL). Dengan demikian
peran FKTP adalah sebagai gatekeeper agar pelayanan kesehatan yang diberikan berbiaya
rendah, tidak pelayanan yang irasional, dan memiliki sistem rujukan pelayanan yang
sesuai.
2) Terdapat kendali mutu dan kendali biaya
Dalam managed care, penyelenggara akan secara rutin melakukan pengawasan terhadap
mutu pelayanan (quality control) yang diberikan oleh organisasi managed care.
Pengukuran kualitas pelayanan diselenggarakan sesuai dengan standar mutu pelayanan
kesehatan. Misalnya pengawasan oleh lembaga berwenang, survey kepuasan pasien, data
keluhan pasien, dan penilaiain oleh lembaga independen.
3. Jenis-Jenis Organisasi Managed Care

Menurut Sekhri (2000), managed care secara umum dapat diartikan sebagai pengaturan
finansial dan pelayanan kesehatan yang teritegrasi dan berkesinambungan.

Menurut Green & Rowell (2011) terdapat enam jenis atau model dari pelayanan dengan
managed care, yaitu: 1) Exclusive provider organization (EPO); 2) Integrated delivery sistem
(IDS); 3) Health maintenance organization (HMO); 4) Point-of-Service plan (POS); 5) Preferred
provider organization (PPO); dan 6) Triple option plan.

a) Exclusive Provider Organization (EPO)

EPO adalah jenis managed care yang memberikan manfaat pelayanan kesehatan menggunakan
jaringan provider (network provider) kepada anggota yang membutuhkan. Jaringan provider
adalah sekelompok dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan yang menjalankan kontrak dengan
managed care, biasanya pembayaran dengan cara fee-for-service atau FFS. Peserta managed care
dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar organisasi EPO. Namun, umumnya peserta tersebut
harus membayar harga pelayanan kesehatan lebih mahal dibanding jika menjalani pelayanan
kesehatan di provider anggota EPO. Dengan demikian pada EPO, organisasi/perusahaan managed
care menawarkan produk MC kepada sekelompok orang/pasien dengan provider pelayanan
kesehatan yang sudah ditentukan sebelumnya.

b) Integrated Delivery System (IDS)

IDS adalah jenis managed care yang ditawarkan kepada sekelompok orang/pasien oleh
sekelompok provider (seperti: rumah sakit, klinik rawat jalan, atau kelompok dokter). Model ini
terdiri dari:

1) Physician-Hospital Organization (PHO).


Pada model ini provider kesehatan, dokter, dan fasilitas pelayanan kesehatan melakukan
negosiasi dengan perusahaan asuransi, organisasi penyelenggara managed care, atau
penyelenggara jaminan kesehatan lainnya, untuk memberikan pelayanan kesehatan.
2) Management Service Organization (MSO)
Pada model ini rumah sakit, asosiasi dokter, atau pihak ketiga menjalankan pelayanan
kesehatan. Kontrak managed care dilakukan antara pihak pembayar (misalnya perusahaan,
kelompok orang) dengan rumah sakit atau dokter. Kontrak umumnya berisi skedul
pembayaran, penanganan administrasi pelayanan, dan penagihan.
3) Group Practice Without Walls (GPWW)
Pada model ini sekelompok dokter yang memiliki lisensi/ijin membentuk badan hukum
untuk memberikan pelayanan kesehatan. Pengertian group practice adalah sekelompok
orang yang memiliki kewenangan (lisensi) untuk menjalankan praktik medis di suatu
wilayah.
4) Integrated Provider Organization (IPO)
Pada model ini dibentuk sebuah badan hukum untuk menawarkan pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh rumah sakit, dokter (sebagai karyawan IPO), dan fasilitas kesehatan
lainnya (misal: klinik).
5) Medical foundation. Pada model ini managed care dijalankan organisasi nirlaba yang
menjalankan kontrak dengan klinik.

c) Health Maintenance Organization (HMO)

Merupakan bentuk managed care yang menanggung dan memberikan pelayanan kesehatan
secara komprehensif (meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) kepada pasien yang
terdaftar dalam program managed care.

HMO menyelenggarakan program pencegahan kesehatan untuk meningkatkan “wellness” atau


kesehatan, dan mengurangi biaya pengobatan. Seseorang yang akan menjadi anggota HMO harus
menjalani pemeriksaan kesehatan tahunan (annual MCU) dan penilaian risiko kesehatan. Biasanya
pembayaran menggunakan skema copayment. Terdapat dua jenis HMO, yaitu:

1) Closed-panel HMO, yaitu bentuk managed care dengan pelayanan kesehatan disediakan
oleh organisasi HMO baik klinik sendiri atau klinik satelit atau oleh dokter yang secara
khusus bagian dari HMO. Terdiri dari 1) Group Model HMO dan 2) Staff Model HMO
2) Opened-panel HMO yaitu bentuk managed care dengan pelayanan kesehatan disediakan
oleh individu-individu yang bukan merupakan bagian dari atau sebagai karyawan dari
HMO. Terdiri dari dua jenis: 1) Direct contract model HMO; 2) Individual Practice
Association (IPA) model; dan 3) Network model HMO.

d) Point-of-Service plan (POS)

Bentuk managed care yang memberi kebebasan kepada pasien untuk memilih pelayanan
kesehatan yang akan dikunjunginya, bisa kepada pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan
managed care, atau pelayanan kesehatan yang ditentukan sendiri oleh pasien. Pembayaran kepada
pelayanan kesehatan yang tidak bekerjasama dengan managed care akan lebih mahal dibanding
yang bekerjasama

e) Preferred Provider Organization (PPO)

Bentuk managed care yang ditandai dengan adanya gabungan kelompok dokter dan rumah
sakit yang melakukan kontrak kerjasama dengan perusahaan asuransi, perusahaan, dan organisasi
pelayanan kesehatan lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan harga
yang ekonomis tertentu secara fee-for-service.

f) Triple Option plan

Bentuk mananged care yang memberikan pilihan pemeriksaan kesehatan kepada pasien lebih
banyak dibanding model managed care lainnya. Disebut juga cafetaria plan atau flexible benefit
plan.

4. Kekurangan Managed Care


Berikut ini merupakan hal yang paling sering dikomplein dari sistem managed care yaitu:
a) Cost savings (penghematan biaya) Penghematan biaya yang diklaim oleh managed care
dianggap tidak benar atau tidak berkelanjutan.
b) Provider reimbursement Reimbursement rumah sakit dan kompensasi untuk dokter terlalu
rendah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik
c) Quality of care (kualitas pelayanan) Kualitas pelayanan yang diberikan oleh organisasi
managed care di bawah standar, termasuk penolakan pelayanan, akses yang sulit untuk
konsultasi dengan dokter spesialis dan batas waktu untuk rawat inap.
5. Keuntungan Managed Care
Secara keseluruhan manage care menimbulkan reaksi positif dalam mengontrol
pertumbuhan biaya pelayanan kesehatan tanpa menimbulkan efek negatif terhadap kualitas
pelayanan rumah sakit. Berikut keuntungan dari sistem managed care, yaitu:
a) Manajemen penyakit
Dengan sistem manage care, sistem pembiayaan fee for service dimana provider
membayar untuk suatu penyakit, berubah ke sistem kapitasi dimana keuntungan dapat
diperoleh jika penduduk dalam keadaan sehat. Pengobatan juga semakin efektif dengan
melibatkan pasien dan keluarga pasien dalam menangani penyakit kronik dan
melakukan promosi manfaat dari regimen obat yang digunakan. Selain itu, target utama
lainnya adalah program manajemen penyakit seperti asma pada anak, diabetes, cedera
tulang belakang, nyeri tulang belakang, penyakit ginjal kronik dan kesehatan mental
dengan biaya yang masuk akal.
b) Pengukuran kualitas
Beberapa teknik digunakan dalam managed care, salah satunya adalah guideline yang
berdasarkan praktik klinik terbaik, buku laporan yang berkualitas yang berisikan
informasi mengenai provider dan kinerja rencana kesehatan dan evidencebased-
medicines yang berhubungan dengan penemuan kedokteran mutakhir serta data
efektivitas biaya. Protokol klinis yang dikembangkan oleh HMOs memiliki efek positif
untuk memperpaiki kualitas. Evidence-based-medicines memerlukan hal tersebut
untuk mempromosikan kualitas pelayanan, baik dokter dan pasien dapat melakukan
diskusi untuk meningkatkan kualitas dalam menentukan pengobatan yang akan
dilakukan.
c) Penyelarasan insentif
Managed care melakukan beberapa cara untuk membayar provider dengan harga
terbaik dan membuat kerangka agar pembiayaan kesehatan menjadi efektif, produktif
dan berkualitas. Biaya juga dibatasi dengan cara mengeliminasi hal-hal yang tidak
sesuai dan tidak penting dalam sistem pelayanan kesehatan.
C. APLIKASI ILMU MANAJEMEN DALAM KLINIK
1. Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan


pengendalian kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi
lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Alam S, 2007 : 127).

2. Fungsi Manajemen

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan fungsi- fungsi manajemen. Fungsi manajemen
terdiri atas hal- hal yang dilakukan dalam urusan manajerial. Fungsi- fungsi manajemen telah
disusun sedemikian rupa agar didapat kesamaan sudut pandang untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

Dalam buku Dasar- Dasar Organisasi dan Manajemen karya Sarwoto (1978),

disebutkan fungsi- fungsi manajemen menurut beberapa ahli, diantaranya adalah :

 Henry Fayol
Menurut Henry Fayol fungsi manajemen adalah planning, organizing, staffing, directing
dan controlling.
 Koontz dan O’Donnel
Menurut Koontz dan O’Donnel fungsi manajemen adalah planning, organizing, staffing,
directing dan controlling.
 George R. Terry
Menurut George R. Terry fungsi manajemen adalah planning, organizing, actuating,
dan controlling.
 Luther Gulick
Menurut Luther Gulick fungsi manajemen adalah planning, organizing, staffing, directing,
coordinating, reporting, dan budgeting
 Lindal F. Urwick
Menurut Lindal F.Urwick fungsi manajemen adalah forecasting, planning, organizing,
commanding, coordinating, dan controlling.
 William Spriege
Menurut William Spriegel fungsi manajemen adalah planning, organizing, dan controlling.
 Louis A. Allen
Menurut Louis A. Allen fungsi manajemen adalah leading, planning, dan organizing.

Menurut The Liang Gie fungsi manajemen adalah planning, decision making, directing,
coordinating, controlling, dan improving. Para tokoh memang memiliki pendapat yang berbeda
mengenai fungsi manajemen namun hampir semua tokoh dalam mengemukakan fungsi- fungsi
manajemen selalu mengemukakan tiga fungsi pokok yaitu planning, organizing, dan controlling.
Ketiga hal tersebut merupakan fungsi utama dari manajemen sedangkan yang lainnya merupakan
variasi dari ketiga fungsi tersebut (Alam S, 2007 : 132) .Penjelasan mengenai ketiga fungsi tersebut
adalah :

1. Planning (perencanaan)
Perencanaan adalah hal yang penting ketika kita akan melakukan sebuah kegiatan. Agar sebuah
kegiatan dapat mencapai tujuan yang telah diperlukan perencanaan yang sistematis.
Pembahasan lebih lanjut mengenai fungsi planning (perencanaan) akan dibahas pada point
selanjutnya.
2. Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan proses pengelompokan orang- orang, alat- alat, tugas, tanggung
jawab atau wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (
Sarwoto, 1978 : 77). Pengorganisasian merupakan tindak lanjut dari perencanaan yang telah
dibuat. Menurut George R. Terry dalam Yayat M. Herujito (2001: 28) secara lebih terperinci
kegiatan pengorganisasian meliputi :

a) Membagi pekerjaan ke dalam tugas- tugas operasional.


b) Mengelompokkan tugas- tugas ke dalam posisi- posisi secara operasional.

 Menggabungkan jabatan- jabatan operasional ke dalam unit- unit yang saling berkaitan.
 Memilih dan menempatkan orang untuk pekerjaan yang sesuai.
 Menjelaskan persyaratan dari setiap jabatan.
 Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap anggota.
 Menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai.
 Menyelaraskan organisasi sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.

Pengorganisasian harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika suatu saat terjadi
perubahan dalam hal tujuan maka diperlukan perubahan dalam hal bentuk, susunan, corak,
ukuran, ataupun personalia organisasi yang bersangkutan. Proses pengubahan organisasi ini biasa
disebut dengan reorganisasi (reorganizing). Reorganizing bertujuan agar suatu organisasi lebih
efektif dan efisien (Nitisemito, 1984 : 71). Reorganisasi dapat bersifat vertikal ataupun horizontal.
Reorganisasi vertikal berarti reorganisasi dalam sistem organisasi tersebut sedangkan reorganisasi
horizontal berarti reorganisasi yang berkaitan dengan kondisi eksternal organisasi. Dalam
melakukan reorganisasi harus dilakukan dengan teliti dan hati- hati. Hal ini dikarenakan
reorganisasi bersifat sensitif sehingga sebelum melakukan reorganisasi perlu dilakukan konsultasi
dengan pihak- pihak yang bersangkutan dengan cara yang sebaik- baiknya.

3. Controlling

Fungsi manajemen yang ketiga adalah controlling (pengawasan). Menurut Stoner dan Wankel
definisi pengawasan adalah sebuah proses yang dilakukan untuk meyakinkan bahwa semua
kegiatan (dalam proses manajemen) berjalan mengikuti rencana yang telah ditetapkan dan menuju
kepada sasaran yang harus dicapai. Fungsi pengawasan meliputi 2 aspek yaitu pengawasan dan
pengendalian (Ruky,, tanpa tahun : 213). Pengendalian terdiri atas :

 Penelitian terhadap hasil kerja sesuai dengan rencana atau program kerja.
 Pelaporan hasil kerja dan pendataan berbagai masalah.
 Evaluasi hasil kerja dan problem solving.

 Adapun fungsi manajemen yang lain adalah :

 Actuating yaitu kegiatan yang menggerakkan dan mengusahakan agar para pekerja
melakukan tugas dan kewajibannya.
 Coordinating (mengoordinasikan) yaitu menyatukan dan menyelaraskan semua kegiatan.
 Evaluating (mengevaluasi) yaitu menilai semua kegiatan untuk menemukan indikator yang
menyebabkan sukses atau gagalnya pencapaian tujuan sehingga dapat dijadikan bahan
kajian berikutnya.

 Budgeting (penyusunan anggaran biaya) untuk menggunakan sumber- sumber keuangan


yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan terpadu.
 Forecasting yaitu kegiatan peramalan termasuk upaya memprediksi berbagai
kemungkinan yang akan terjadi setelah pelaksanaan kegiatan.
 Staffing atau assembling resources yang berkaitan dengan penempatan orang dalam tugas
dan kewajiban tertentu yang harus dilaksanakan.
 Directing and commanding merupakan kegiatan organisasi yang berhubungan dengan
pembinaan dan pelaksanaan instruksional para pemegang jabatan dalam organisasi.

D. Aplikasi Ilmu Manajemen di Klinik


1. Puskesmas

Fungsi Manajemen Kegiatan


Perencanaan Micro planning (perencanaan tingkat Puskesmas yang dilakukan setahun sekali,
unsur yang direncanakan meliputi; kebutuhan tenaga, alat dan sarana, serta
penunjang lainnya). Sedangkan perencanaan obat dan alat kesehatan dilakukan
setiap bulan, dengan cara mengajukan usulan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Pengorganisasian 1. Struktur organisasi Puskesmas, dengan jabatan struktural Kepala
Puskesmas, sedangkan lainnya bersifat fungsional
2. Pembagian tugas, yang berdasarkan program pokok Puskesmas, terdiri
dari 12 s/d 18 program pokok, yang melibatkan tenaga perawat dan bidan.
3. Pembagian wilayah kerja, setiap petugas Puskesmas melakukan
pembinaan ke desa-desa

Penggerakan 1. Lokakarya mini Puskesmas, dilakukan tiap bulan dalam rangka


Pelaksanaan koordinasi lintas program dan sektor
2. Adanya proses kepemimpinan
3. Dilakukan koordinasi secara lintas program & sektor
4. Pelaksanaan program pokok puskesmas yang melibatkan seluruh staf

Pengawasan dan 1. Melalui pemantauan laporan kegiatan


Evaluasi 1) Pemantauan wilayah setempat (PWS)
2) Supervisi
3) Rapat rutin (staff meeting)

2. Rumah Sakit

Fungsi Manajemen Kegiatan


Perencanaan Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting, karena
perencanaan memegang peranan yang sangat strategis dalam keberhasilan upaya
pelayanan kesehatan di RS. Terdapat beberapa jenis perencanaan spesifik yang
dilaksanakan di RS, yaitu :

a) perencanaan pengadaan obat dan logistik, yang disusun berdasarkan pola


konsumsi dan pola epidemiologi
b) perencanaan tenaga professional kesehatan, dalam menentukan kebutuhan
tenaga tersebut misalnya ; tenaga perawat dan bidan, menggunakan beberapa
pendekatan, antara lain ; ketergantungan pasen, beban kerja, dll.

Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan upaya untuk menghimpun semua sumber daya


yang dimiliki RS dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai
tujuannya. Pengorganisasian dalam manajemen pelayanan kesehatan di rumah
sakit, sama hal dengan di organisasi lainnya.
Penggerakan Penggerakan pelaksanaan, manajemen rumah sakit hampir sama dengan hotel
Pelaksanaan atau penginapan, hanya pengunjungnya adalah orang sakit (pasen) dan
keluarganya, serta pada umumnya mempunyai beban sosial-psikologis akibat
penyakit yang diderita oleh anggota keluarganya yang sedang
dirawat. Kompleksitas fungsi penggerakan pelaksanaan di RS sangat
dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu :

1) sifat pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada konsumen penerima jasa


pelayanan kesehatan (customer service), dengan hasil pelayanan
kemungkinan ; sembuh dengan sempurna, sembuh dengan cacat dan
meninggal. Apapun hasilnya kualitas pelayanan diarahkan untuk kepuasan
pasen dan keluarganya
2) Pelaksanaan fungsi actuating ini sangat kompleks,karena tenaga yang bekerja
di RS terdiri dari berbagai jenis profesi.

Pengawasan dan Pengawasan dan pengendalian, merupakan proses untuk mengamati secara terus
Evaluasi menerus (bekesinambungan) pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi (perbaikan) terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk
menjalankan fungsi ini diperlukan adanya standar kinerja yang jelas. Dari
standar tersebut dapat ditentukan indikator kinerja yang akan dijadikan dasar
untuk menilai hasil kerja (kinerja) pegawai. Penilaian kinerja pegawai di RS
meliputi tenaga yang memberikan pelayanan langsung kepada pasen, seperti ;
perawat, bidan dan dokter maupun tenaga administratif. Adanya indikator
kinerja, akan memudahkan dalam melakukan koreksi apabila ada penyimpangan.

E. EVIDENCE BASED POLICY AND MANAGEMEN


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuhaeini, Henni. 2007. Asuransi Kesehatan dan Manage Care. Program Pascasarjana
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjajaran: Bandung.
2. Green, Michele A., dan JoAnn C. Rowell. 2011.Understanding Health Insurance A Guide
to Billing and Reimbursement, 10th edition. New York: Delmar Cengeage Learning
3. Marcinko, David Edward dan Hope Rachel Hetico. 2006. Dictionary of Health Insurance
and Managed Care. New York: Springer Publishing
4. Morissey, Michael A. 2008. Health Insurance. Washington: AUPHA Press
5. Veeder, Nancy W (editors). 2001. Managed Care Service Policy, Program, and Research.
New Yord: Oxford University Press

Anda mungkin juga menyukai