Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH INDIVIDU

MANAJEMEN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN


” MENGANALISIS PERATURAN UNDANG-UNDANG KESEHATAN UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG
KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK”

Dosen Pengampu : Dr. Nani Yuniar.,M.Kes

OLEH:

ASRIAH SEPTIAWATI JABANI

(G2U119016)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul "Menganalisis Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik" dengan tepat waktu.
Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Manajemen Administrasi
dan Kebijakan Kesehatanyang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas penulis.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah
Manajemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Makalah ini dianjurkan untuk dibaca
oleh semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan dan pemahaman
tentang konsep dalam sebuah kebijakan.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah
ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya
makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif
sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang. Aamiin...
DAFTAR ISI

Halaman Sampul......................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................ ii
Daftar isi..................................................................................................... iii
Daftar Lampiran......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 5
B. Rumusan Masalah................................................................................ 6
C. Tujuan Masalah.................................................................................... 6
D. Metode Penelitian................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN
A. UU RI 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.... 7
B. Analisis Dasar Hukum UU Th 2008 Tentang Keterbukaan Publik.... 7
C. Analisis Pasal UU Th 2008 Tentang Keterbukaan Publik................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik........... 14

Lampiran 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia ................................. 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang – Undang Nomor 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik


(KIP), menjadi titik tolak terhadap aspek legalitas, upaya masyarakat dalam mencari,
memilih sumber dan menyalurkan informasi yang faktual dan dapat dipercaya. Melalui
UU No. 14 tahun 2008, berbagai masalah transparansi informasi, khususnya yang
terikat ataupun dikuasai oleh badan – badan publik, harus menyesuaikan dengan
ketentuan yang memberikan hak memperoleh informasi kepada masyarakat sebagai
pemohon atau pengguna informasi publik. Batasan informasi publik dalam UU KIP
sudah tertuang pada pasal demi pasal secara komprehensif. Penjelasan terhadap pasal-
pasal didalamnya juga dapat dipakai sebagai alat efektif untuk mengawasi lalu lintas
informasi dibelantara birokrasi badan publik di Indonesia. Ketentuan tentang kebebasan
informasi dalam UU KIP, sudah sejalan dengan UUD 1945 pasal 28F, menyebutkan :
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
meperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Bagi masyarakat, UU KIP
merupakan bentuk pengakuan hak masyarakat atas informasi dan bagaimana hak tersebut
harus dipenuhi dan dilindungi oleh negara. Sedangkan bagi pemerintah maupun badan
publik lainnya, UU KIP merupakan pedoman hukum untuk memenuhi dan melindungi
hak atas informasi masyarakat. Pedoman hukum tersebut untuk menghindari terjadinya
pelanggaran hak masyarakat atas informasi sekaligus jaminan agar keterbukaan tidak
merugikan kepentingan setiap orang dan kepentingan negara yang dilindungi oleh hukum.

Namun demikian, tidak bisa diabaikan bahwa, eksistensi dari undang – undang
yang sangat mengunggulkan terciptanya masyarakat informasi itu, tidak mudah
dijalankan, mengingat model pengelolaan informasi pada badan publik, khususnya
lembaga pemerintah terbisa dalam hegemoni kerahasiaan, berjenjang dan birokratis.
Karena itu, persoalan yang akan terus muncul terkait dengan diberlakukannnya
keterbukaan informasi adalah kegamangan badan publik dalam menjalankan
transparansi. Oleh karena itu makalah ini bertujuan untuk menganalisis pasal-pasal
dalam UU Nomor 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang
bermasalah dalam Peraturan Undang-Undang Kesehatan Tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan dibahas, agar pembahasan
dalam makalah ini tidak bergeser dari judulnya ada baiknya kita rumuskan masalah-
masalah yang akan di bahas, antara lain :

1. Menganalisis Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008


Tentang Keterbukaan Informasi Publik

B. Tujuan Penulisan
Ada pun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Agar Mahasiswa mampu mengetahui Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

D. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan


gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur
jurnal-jirnal yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media
massa/internet.
BAB II

PEMBAHASAN

NO JUDUL PUU DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 F, dan Pasal 28J
Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Undang-Undang Dasar Negara Republik
Keterbukaan Informasi Publik Indonesia Tahun 1945

A. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008


TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik ini terdiri dari 14 Bab, 64 Pasal, mengatur bahwa negara memberikan
jaminan terhadap semua orang untuk memperoleh informasi dari badan publik, masyarakat
dapat memantau setiap kebijakan, aktivitas maupun anggaran badan-badan publik yang
berkaitan dengan penyelenggaraan negara maupun yang berkaitan dengan kepentingan
publik lainnya, hal ini merupakan pemenuhan hak asasi manusia sebagai salah satu wujud
dari kehidupan berbangsa dan bernegara

B. ANALISIS TERHADAP DASAR HUKUM


Mengigat : UU 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, disebutkan 4 (empat)
pasal UUD 1945, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 F, Pasal 28 J yaitu :
 Pasal 20
Penyebutan pasal ini adalah untuk menunjukkan bahwa pembentukan UU ini
dibentuk oleh kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat (asas kelembagaan
atau pejabat pembentuk yang tepat pasal 5 huruf b UU 12 tahun 2011). Namun
seharusnya pasal 20 tidak disebutkan secara utuh yang disebutkan secara utuh,
melainkan hanya ayat (1) 49 yang terkait dengan ketepatan kelembagaan pembentuk.
(landasan formil)
 Pasal 21
Penyebutan pasal ini adalah untuk menunjukkan bahwa DPR berhak mengajukan
usul rancangan UU (rancangan Undang-Undang dapat berasal dari DPR atau Presiden
pasal 43 ayat (1) UU 12/2011).
 Pasal 28 F
Pasal 28 F berbunyi: Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
Informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki,dan menyimpan Informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran-saluran yang tersedia. Pasal ini mengamanatkan
negara memberikan jaminan terhadap semua orang dalam memperoleh informasi.
Mengingat hak untuk memperoleh Informasi merupakan hak asasi manusia sebagai
salah satu wujud dari kehidupan berbangsa dan bahwa bernegara yang demokratis.
 Pasal 28 J
1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang- undang dengan mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan,dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Penyebutan pasal ini mengamanatkan bahwa negara memberikan pembatasan
yang ditetapkan dengan undang- undang dan untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
 Keberadaan Undang-undang tentang Keterbukaan
Informasi Publik sangat penting sebagai landasan hukum yang berkaitan dengan hak
setiap orang untuk memperoleh informasi, kewajiban negara menyediakan dan
melayani permintaan informasi secara cepat, tepat waktu, biaya ringan/proposional,
dan cara sederhana.
 Hak dan kewajiban warga negara
Dalam UU ini diatur pada Bab III tentang Hak dan Kewajiban Pemohon dan
Pengguna Informasi Serta Hak dan Kewajiban Badan Publik, dalam Pasal 4 yang
menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan
Ketentuan Undang-undang ini.
C. ANALISIS PASAL
 Status Pasal : Masih berlaku
 Pasal 6
 Ayat (3) huruf e
Pasal 6 ayat 3 huruf e. Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik (UU
KIP) ini menyatakan bahwa “informasi Publik yang tidak dapat diberikan
oleh Badan Publik, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: ..... e.
Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan”.
 ANALISIS
Ketentuan ini secara implisit memberikan kelonggaran kepada Badan Publik
untuk tidak menyampaikan informasi publik dengan alasan belum menguasai atau
mendokumentasikan informasi publik tersebut. Ketentuan ini juga
dapat menyebabkan moral hazard Badan publik, yakni dengan secara
sengaja tidak menguasai dan mendokumentasikan informasi public yang berada di
bawah kewenanganya dengan maksud untuk menghindari transparansi
(keterbukaan), yang pada akhirnya dapat menyebabkan tidak terjaminnya
Transparansi (keterbukaan) informasi publik. Padahal sesuai dengan Pasal 7
ayat 1, Badan Publik justru diwajibkan untuk menyediakan informasi publik
yang berada di bawah kewenanganya. Kata “diwajibkan untuk
menyediakan”pada ketentuan Pasal 7 ayat 1 tersebut seharusnya dimaknai juga
sebagai kewajiban untuk menguasai dan mendokumentasikan informasi
publik yang berada di bawah kewenanganya sehingga dapat disediakan
kepada publik. Dengan demikian ketentuan Pasal 6 ayat 3 huruf e tersebut
sebaiknya ditinjau kembali.
 Pasal 7
 Ayat (3) Menyatakan bahwa untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Badan Publik harus membangun dan mengembangkan
sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi publik secara baik
dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.
 ANALISIS
Masyarakat atau pihak yang memerlukan informasi karena tidak jelas
rumusan frase bahwa Badan Publik harus membangun dan mengembangkan sistem
informasi dan dokumentasi, dalam bentuk ada hal tersebut.
 Pasal 52
Pasal 52 UU KIP ini menyatakan bahwa“Badan Publik yang dengan
sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan, dan/atau tidak menerbitkan
Informasi Publik berupa Informasi Publik secara berkala, Informasi Publik yang
wajib diumumkan secara sertamerta, Informasi Publik yang wajib tersedia setiap
saat, dan/atau Informasi Publik yang harus diberikan atas dasar permintaan sesuai
dengan UndangUndang KIP ini, dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain
dikenakan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah)”.
 ANALISIS
Pasal 52 tersebut memang sudah mengatur mengenai pengenaan sanksi terhadap
pelanggaran sebagaimana dimaksud di atas, namun sebagaimana dijelaskan pada
penjelasan Pasal 52 tersebut diketahui bahwa sanksi tersebut hanya mencakup
pada Badan Publik bukan Negara (dalam hal ini; badan hukum,
perseroan,perkumpulan, atau yayasan, dan orang yang memberikan perintah atau
pimpinan Badan Publik bukan Negara),sedangkan sanksi terhadap pelanggaran
yang dilakukan oleh Badan Publik negara atau pejabat Badan Publik Negara
belum diatur secara jelas. Bahwa semakin terbuka penyelenggaraan suatu
Badan Publik untuk diawasi oleh masyarakat, penyelenggaraan Badan Publik
tersebut semakin dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena itu sanksi terhadap
Badan Publik Negara atau pejabat Badan Publik Negara yang melanggar
ketentuan dalam Pasal 52 perlu diatur secara jelas agar Badan Publik Negara
ataupun Pejabat Badan Publik Negara tidak dengan mudah mengabaikan
pentingnya penyediaan informasi publik, terutama terkait pelaksanaan putusan
Komisi Informasi ataupun putusan pengadilan yang memerintahkan Badan Publik
Negara atau pejabat Badan Publik Negara untuk memberikan sebagian atau
seluruh informasi yang diminta oleh Pemohon Informasi Publik. Dengan demikian
Pasal 52 tersebut seharusnya diubah dengan menambahkan ketentuan sanksi
terhadap Badan Publik Negara atau pejabat Badan Publik Negara, yakni dalam hal
ini sanksi berupa pidana denda dan pidana tambahan berupa pengumuman putusan
hakim.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan


Informasi Publik berlandaskan hukum oleh Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 F, dan
Pasal 28J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dimana
UUD 1945 pasal 28F, menyebutkan bahwa : Setiap orang berhak untuk berkomunikasi
dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya,
serta berhak untuk mencari, meperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

2. Ayat (3) huruf e


Pasal 6 ayat 3 huruf e Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) ini
menyatakan bahwa “informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan
Publik, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:…e. Informasi Publik yang
diminta belum dikuasai atau didokumentasikan”. Hal ini justru bertentangan dengan
Pasal 7 ayat 1, dimana Badan Publik justru diwajibkan untuk menyediakan informasi
publik yang berada di bawah kewenanganya. Kata “diwajibkan untuk
menyediakan”pada ketentuan Pasal 7 ayat 1 tersebut seharusnya dimaknai juga
sebagai kewajiban untuk menguasai dan mendokumentasikan informasi publik yang
berada dibawah kewenanganya sehingga dapat disediakan kepada publik hal ini dapat
menyebabkan ketidaktransparansi (keterbukaan), yang pada akhirnya dapat
menyebabkan tidak terjaminnya
Transparansi (keterbukaan) informasi publik.

3. Pasal 7 Ayat (3) Menyatakan bahwa untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), Badan Publik harus membangun dan mengembangkan sistem
informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi publik secara baik dan efisien
sehingga dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.
4. Pasal 52 UU KIP sudah menjelaskan mengenai pengenaan sanksi terhadap pelanggaran
sebagaimana dimaksud di atas, namun sebagaimana dijelaskan pada penjelasan Pasal
52 tersebut diketahui bahwa sanksi tersebut hanya mencakup pada Badan Publik bukan
Negara (dalam hal ini; badan hukum, perseroan,perkumpulan, atau yayasan, dan orang
yang memberikan perintah atau pimpinan Badan Publik bukan Negara),sedangkan sanksi
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Badan Publik negara atau pejabat Badan
Publik Negara belum diatur secara jelas. Oleh karena itu Pasal 52 tersebut seharusnya
diubah dengan menambahkan ketentuan sanksi terhadap Badan Publik Negara atau
pejabat Badan Publik Negara, yakni dalam hal ini sanksi berupa pidana denda dan
pidana tambahan berupa pengumuman putusan hakim.

B. Saran
Pemerintah perlu meningkatkan penerapan UU KIP agar partisipasi masyarakat
terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintahan semakin meningkat. Pemerintah perlu
meningkatkan tanggung jawab dalam menjalankan tugas dan fungsinya sehingga tujuan
menciptakan tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel dan partisipasif dapat
tercapai sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai