Anda di halaman 1dari 52

ANALISIS KUALITAS

LINGKUNGAN

AMYATI, SKM.,MT.
STIKES SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
Kontrak Belajar

• KETERLAMBATAN : MAKSIMAL 15 MENIT


• DILARANG MEMBUNYIKAN HP
• DILARANG MENGOBROL SENDIRI
• DILARANG MENDENGARKAN MUSIK
• DILARANG MENYALAKAN LAPTOP UNTUK KEPENTINGAN LAIN YANG TIDAK TERKAIT
MATA KULIAH

• APABILA SAKIT/TIDAK MASUK WAJIB IJIN


• PENILAIAN
Referensi

1. CHANDRA, B. 2014. PENGANTAR KESEHATAN LINGKUNGAN. JAKARTA. EGC.


2. MUKONO, H.J. 2011. PRINSIP DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN EDISI KEDUA.
SURABAYA. AUP.
3. SOEMIRAT, J. 2014. KESEHATAN LINGKUNGAN. YOGYAKARTA. UGM PRESS.
5. SUMANTRI, ARIF. 2010. KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERESPEKTIF ISLAM.
JAKARTA. KENCANA.
6. KUSWIYANTO, 2015. BAKTERIOLOG I: BUKU AJAR ANALIS KESEHATAN. JAKARTA:EGC
7. KUSWIYANTO, 2015. BAKTERIOLOG 2: BUKU AJAR ANALIS KESEHATAN. JAKARTA:EGC
8. SUCIPTO,CECEP DANI. 2015.KEAMANAN PANGAN UNTUK KESEHATAN MANUSIA.
YOGYAKARTA: GOSYEN PUBLISING.
Mundiyatun, Daryanto. 2018. Sanitasi Lingkungan.
Yogyakarta: Gava Media.
ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

Penjelasan Umum
Pengenalan Instrumen Analisis Kualitas Lingkungan
Kinetik Bahan Pencemar di Lingkungan
Metode dan Tehnik sampling Analisis Fisik,Kimia,
Biologi Udara
Metode dan Tehnik sampling Analisis Fisik,Kimia,
Biologi Makanan
Biomonitoring dan Indikator Perubahan Lingkungan
PENGERTIAN

AKL adalah kegiatan yang untuk menentukan


apakah suatu hal terkait lingkungan dan ekologi
dalam keadaan baik atau tidak atau dampak apa
yang bisa ditimbulkan terhadap lingkungan dan
ekologi serta makhluk hidup di dalamnya.
Substansi yang dianalisa bisa bermacam-macam,
bisa kualitas udara, air, tanah, bangunan, tanaman,
pupuk, dan sebagainya.
AKIBAT KEMAJUAN IPTEK

KESEJAHTERAAN MANUSIA Positif


 KRISIS LINGKUNGAN Negatif
BENTUK PENCEMARAN

•CO2
•Debu
•Asap kendaraan dan industri
•Pestisida berlebihan
•Pewarna tekstil
•Sampah (plastik, logam, sayuran, buah- buahan,
dll)
•CFC (Chloro Fluro Carbon)
SUMBER PENCEMARAN

•Kendaraan yang mengeluarkan CO2


•Kebun dan lahan-lahan pertanian yang kelebihan
pemakaian pupuk dan pestisidanya terbawa aliran
air
 •Industri yang membuang bahan berbahaya dan
beracun ke sungai
 •Industri dan rumah tangga yang menghasilkan
sampah anorganik dan organik dalam jumlah besar
KECENDERUNGAN GLOBAL

1. Pertumbuhan populasi dan meningkatnya


konsumsi per orang
2. Degradasi tanah
3. Perubahan atmosfir global
 4. Hilang/berkurangnya keragaman hayati
Pencemaran Air

Dikutip dalam Keputusan Menteri Negara


Kepedudukan dan Lingkungan Hidup
No.02/MENLH/I/1998, yang dimaksud dengan
polusi/pencemaran air adalah masuk / dimasuk kannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain
kedalam air/udara oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam, kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
dengan peruntukannya.
Ciri-Ciri Air Tercemar Polusi

Ciri-ciri air yang mengalami polusi/tercemar sangat


bervariasi karena tergantung dengan jenis air dan
polutan yang terkandung didalamnya. Namun cirri yang
paling mudah diketahui adalah:
· Berbau
· Berwarna
· Beracun
· Berasa
Sifat-Sifat Pencemaran Air

Untuk mengetahui terpolusinya air dapat diamati


dengan terjadinya perubahan-perubahan antara lain :
a. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas pH normal air
adalah 6-8 pH. Bila terlalu rendah, maka dapat
menyebabkan korosif.
b. Suhu, Apabila suhu terlalu rendah, maka air akan
terasa sejuk bahkan dingin hingga sedingin es. Begitu
pula sebaliknya. Akan tetapi, air biasa selalu memiliki
suhu pas di ukuran 0o celcius.
c. Warna, Warna Air yang terpolusi biasanya berbeda
dengan warna normalnya (jernih dan bening).
d. Bau, Biasanya tergantung pada sumber air, dapat
disebabkan oleh bahan kimia, tumbuhan dan hewan air
baik yang hidup maupun mati (seperti bau amis dan
busuk).
e. Rasa, Air normal tidak mempunyai rasa, kecuali rasa
asin pada air laut.
* Jumlah kandungan oksigen dalam air :
Pencemaran mikroorganisme patogen Kandungan
minyak
Kandungan logam berat
Kandungan bahan radio aktif
Macam-Macam Sumber Air Yang Berpolutan

Macam-macam sumber air yang berpolusi, antara lain:


a. Limbah industri
b. Pertanian
c. Rumah Tangga
Ada beberapa tipe polutan yang mana dapat merusak
perairan, yaitu:
a. Mengandung bibit penyakit
b. Butuh banyak O2 (Oksigen) untuk penguraiannya
(sehingga kekurangan O2 saat proses penguraian)
c. Bahan-bahan kimia organik dari industri
d. Limbah pupuk pertanian
e. Bahan-bahan yang tidak sedimen (endapan)
f. Bahan-bahan yang mengandung radioaktif dan panas
Instrumen Pencegahan &

Perusakan Lingkungan Hidup


Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup menurut Pasal 14 UU PPLH 2009 terdiri
dari :
a. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),
b. Tata ruang,
c. Baku mutu lingkungan hidup,
d. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
e. Amdal,
f. UKL-UPL,
g. Perizinan,
h. Instrumen ekonomi lingkungan hidup,
I. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan
hidup,
j. anggaran berbasis lingkungan hidup,
k. analisis risiko lingkungan hidup,
 l. audit lingkungan hidup; dan
m. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau
perkembangan ilmu pengetahuan.
ANALISIS RISIKO LINGKUNGAN HIDUP

Analiss resiko lingkungan merupakan kegiatan untuk


mengkaji perkiraan kemungkinan terjadinya
konsekuensi kepada manusia atau lingkungan.
Dimana resiko tersebut terbagi menjadi dua, yakni
 Risiko yang terjadi kepada manusia disebut sebagai risiko
kesehatan,
 sedangkan risiko yang terjadi kepada lingkungan disebut sebagai
risiko ekologi.Ekologi merupakan cabang dari ilmu biologi, dimana
Ekologi adalah salah satu komponen dalam sistem pengelolaan
lingkungan hidup yang harus ditinjau bersama dengan komponen
lain untuk mendapatkan keputusan yang seimbang. Jd dalam hal
ini, Ekologilah yang menjadi titik pusat perhatian.
Analisis Resiko Lingkungan (ARl) adalah proses prediksi
kemungkinan dampak negatif yang terjadi terhadap
lingkungan sebagai akibat dari kegiatan tertentu.
Analisis resiko lingkungan (ARI) diatur dalam UU No. 32
Tahun 2009. Dengan melakukam Analisis resiko
lingkunngan (ARL) diharapkan piihak manajemen akan
lebih mudah untuk melakukan pengelolaan lingkungannya
dan akan sangat bermanfaat dalam audit lingkungan.
Penerapan dari ARI ini sendiri diperuntukkan kepada
industri-industri yang banyak menggunakan bahan-bahan
kimia yag beracun.
Dalam hal yang berkaitan dengan aspek sosial, terdapat tiga macam
risiko ekologis yang dimunculkan dari hal tersebut, yakni :

1. Risiko fisik-ekologis (physical-ecological risk), yaitu


aneka risiko kerusakan fisik pada manusia dan
lingkungannya;
2. Risiko mental (mental risk), yaitu aneka risiko
kerusakan mental akibat perlakuan buruk pada
tatanan psikis;
3. Risiko sosial (social risk), yaitu aneka risiko yang
menggiring pada rusaknya bangunan dan lingkungan
sosial (eco-social).
Tahapan analisis lingkungan untuk menncegah atau mengurangi
kerusakan lingkungan

1. Tentukan batasan studi atau analisis


2. Tentukan area yang ingin diperdalam dan informasi
yang ingin di dapat
3. Lakukan uji dampak lingkungan berdasarkan
informasi data dan pengkategorian data yang telah
dikumpulkan
4. Evaluasi informasi yang diperoleh dari uji data,
dengan melakukan uji aspek dan dampak lingkungan
lingkungan.   Indentifikasi dari kegiatan pada masa
lalu, masa kini dan masa yang akan datang memiliki
potensi memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.
Ada 4 langkah dalam menentukan aspek dan dampak lingkungan,
yaitu :

1. Identifikasi secara menyeluruh aktifitas dari suatu


kegiatan dengan menggunakan diagra alir atau table
2. Identifikasi aspek lingkungan dari kegiatan yang
dilakukan sebanyak-banyaknya
3. Identifikasi dampak yang ditimbulkan  berdasarkan
aspek-aspek yang telah dibuat
4. Evaluasi dampak yang signifikan.
Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Kerusakan
Lingkungan

Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan


bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau
benda lainnya.
Menurut pengertian secara pokok, baku mutu adalah peraturan
pemerintah yang harus dilaksanakan yang berisi spesifikasi dari
jumlah bahan pencemar yang boleh dibuang atau jumlah
kandungan yang boleh berada dalam media ambien.
Secara objektif, baku mutu merupakan sasaran ke arah mana suatu
pengelolaan lingkungan ditujukan. Kriteria baku mutu adalah
kompilasi atau hasil dari suatu pengolahan data ilmiah yang akan
digunakan untuk menentukan apakah suatu kualitas air atau udara
yang ada dapat digunakan sesuai objektif penggunaan tertentu.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap
lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan
aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian
terhadap pencemaran lingkungan dengan
menetapkan baku mutu lingkungan.
Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:
1. Pencemaran air;
2. Pencemaran udara
3. Pencemaran tanah
Baku mutu lingkungan dapat meliputi kualitas lingkungan hidup
(baku mutu ambient) dan kualitas buangan atau limbah (baku
mutu effluent). Menurut Pasal 20 ayat 2 UU PPLH 2009 baku
mutu lingkungan dibedakan atas:
 baku mutu air,
baku mutu limbah,
baku mutu air laut,
 baku mutu udara ambient,
baku mutu emisi,
baku mutu gangguan,
dan baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengatahuan dan teknologi.
Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau
kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada
atau yang seharusnya ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
udara ambien. Tiap negara memiliki standar baku
mutu udara yang berbeda. Pada artikel ini akan
dibahas perbedaan dari Standar Baku Mutu Udara
Ambien Negara Amerika Serikat, India dan
Indonesia.
Biomonitoring dan Indikator Perubahan Lingkungan

Biomonitoring adalah pengujian sampel dari


manusia, seperti darah dan air kemih, untuk
mengetahui metabolisme kimiawi.
Kapasitas ini adalah kunci dari fungsi inti untuk
efektivitas sebuah laboratorium kesehatan
masyarakat. Tanpa biomonitoring, diagnosis dan
pengobatan terhadap paparan bahan kimia dapat
tertunda
Biomonitoring adalah alat yang penting untuk
pencegahan penyakit.
Ketika hal ini dikombinasikan dengan usaha
penelusuran penyakit, biomonitoring
memungkinkan petugas kesehatan masyarakat
untuk mengerti dengan lebih baik apa, dimana dan
kapan keterpaparan terjadi, hal inilah yang dikaitkan
dengan faktor-faktor lingkungan.
Dalam hubungannya dengan risiko terhadp
kesehatan, pendekatan pemantauan biologi dan
pemantauan ambien terhadap risiko kesehatan
dapat dinilai dengan beberapa cara.
Cara tersebut antara lain membandingkan hasil
perhitungan parameter dengan nilai perkiraan
maksimum yang diperkenankan yaitu Treshold
Limit Value (TLV) atau Biological Limit Value (BLV).
Seperti halnya pemantauan ambien maka
pemantauan biologi suatu paparan merupakan
aktifitas pencegahan yang sangat penting dan
mendeteksi efek akibat bahan kimia.
Hal ini disebut sebagai aktifitas survailen kesehatan
(Health Surveillance). Khusus untuk petanda biologi
yang peka (sensitive biological marker), suatu
pemantauan biologi bertujuan untuk mendeteksi
tanda keracunan secara dini sebagai aktifitas
pencegahan.
Pemantauan ambien dipraktekkan untuk
memperkirakan paparan eksternal dari suatu bahan
kimia, sedangkan pemantauan biologi secara
langsung dapat untuk menilai jumlah bahan kimia
yang diserap organisme (dosis internal).
Dosis internal mempunyai arti yang berbeda
tergantung dari sifat parameter biologi dan keadaan
waktu dilakukan penghitungan.
Dosis aktif biologi merupakan jumlah total atau sebagian dari
bahan kimia yang diserap, bahan kimia yang disimpan di dalam
tubuh dan bahan kimia yang berada di dalam target sasaran
(dosis target). Dengan demikian pemantauan biologi berguna
pula untuk memperkirakan dosis internal.
Pemantauan biologi dipakai untuk mengidentifikasi suatu
paparan bahan kimia yang bekerja secara sistemik pada
organisme. Untuk menilai risiko kesehatan dari suatu bahan
kimia yang masuk tubuh lebih efektif memakai cara pemantauan
biologi. Bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh melalui kulit,
saluran pencernaan dan pernapasan yang bersumber dari tempat
kerja dan lingkungan lainnya dapat dilakukan dengan
pemantauan biologi.
Dalam rangka analisis keadaan lingkungan, masalah
indikator biologis perlu diketahui dan ditentukan.
Indikator biologis dalam hal ini merupakan petunjuk
ada-tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari garis
dasar, melalui analisis kandungan logam atau
kandungan senyawa kimia tertentu yang terdapat di
dalam hewan maupun tanaman, atau suatu hasil dari
hewan (susu, keju) atau tanaman (buah, umbi).
Indikator biologis dapat ditentukan dari hewan atau
tanaman yang terletak pada daur pencemaran
lingkungan sebelum sampai kepada manusia.
TES BIOLOGI SUATU PAPARAN

Untuk mengukur bahan kimia atau metabolik umumnya


digunakan media biologi. Media biologi yang sering dipakai
adalah urine, darah, udara alveolus. Sedangkan media biologi
yang jarang dipakai untuk pengukuran bahan kimia atau
metabolik adalah ASI, lemak, air liur, rambut, kuku, gigi dan
plasenta.
Pada umumnya urine dipakai sebagai media untuk mengukur
bahan kimia anorganik dan organik yang mudah larut dalam air.
Darah dipakai sebagai media untuk sebagian besar bahan kimia
anorganik dan organik yang sukar dilakukan biotransformasi,
sedangkan udara alveolus dipakai untuk bahan yang mudah
menguap.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengukuran suatu
parameter dan waktu pengambilan sampel adalah:

• Sifat fisiko-kimia dari bahan


• Kondisi paparan
• Parameter toksokinetik: distribusi, biotransformasi
dan eliminasi
• Sensitivitas dari metode analisis
• Gangguan kesehatan
• Dosis organ (besar dosis pada organ)
• Dosis target (besar dosis pada sasaran)
BIOMONITORING

Secara umum istilah biomonitoring dipakai sebagai


alat/cara yang penting dan merupakan metode baru
untuk menilai suatu dampak pencemaran
lingkungan.
Istilah yang lebih spesifik adalah monitoring biologi
(Biological Monitoring). Di dalam praktek
penggunaan monitoring biologi (MB) adalah untuk
memonitor populasi yang terpapar oleh bahan
polutan di tempat kerja maupun di lingkungan.
Kegiatan monitoring dapat dipakai untuk
mengevaluasi risiko kesehatan yang berhubungan
dengan bahan polutan. Dikenal ada 3 jenis
monitoring yaitu:
Monitoring ambien untuk menilai risiko kesehatan
Monitoring ambien tersebut digunakan untuk
memonitor paparan eksternal dari bahan kimia
untuk mengetahui berapa kadar bahan kimia di
dalam air, makanan, dan udara. Risiko kesehatan
dapat diperkirakan (diprediksi) berdasarkan batas
paparan lingkungan, misalnya Treshold Limit Value
(TLV) dan Time Weighted Average (TWA) dari suatu
paparan.
2. Monitoring biologi dari paparan (MB paparan) Monitoring
biologi suatu paparan adalah pemantauan suatu bahan yang
mengadakan penetrasi ke dalam tubuh dengan efek sistemik
yang membahayakan. Monitoring biologi dari suatu paparan
dapat dipakai untuk mengevaluasi risiko kesehatan.
Monitoring biologi tersebut dilaksanakan dengan memonitor
dosis internal dari bahan kimia, misalnya jumlah dosis
efektif yang diserap oleh organisme. Risiko terhadap
kesehatan diprediksi dengan membandingkan nilai observasi
dari parameter biologi dengan Biological Limit Value (BLV)
dan/atau Biological Exposure Index (BEI).
3.Monitoring biologi dari efek toksikan (health
surveillance) Tujuan monitoring biologi dari efek
toksikan adalah memprediksi dosis internal untuk
menilai hubungannya dengan risiko kesehatan,
mengevaluasi status kesehatan dari individu yang
terpapar dan mengidentifikasi tanda efek negatif
akibat suatu paparan, misalnya kelainan fungsi paru.
MACAM BIOMONITORING

1. Biomonitoring Logam


Biomonitoring logam dapat dilakukan dengan pemeriksaan suatu
media untuk menentukan bahan logam. Media yang dipakai
antara darah/urine, jaringan tubuh, ikan, binatang invertebrata,
dan tanaman perairan.
a. Logam yang dapat ditemukan pada darah/urine: Cadmium, Zat
besi, Manganese, Tembaga, Merkuri, Zink
b. Logam berat di atmosfer yang ditemukan pada jaringan burung:
partikel timbal, Cadmium, Arsen, Merkuri. Logam berat tersebut
berasal dari pabrik pengelasan logam dan secara tidak langsung
burung memakan serangga dengan yang terkontaminasi oleh logam
berat. Tempat akumulasi logam berat di dalam tubuh burung
terletak pada jaringan dan bulu burung.
c. Logam berat di perairan yang ditemukan pada ikan:
Chromium, Tembaga, Timbal, Zink. Logam tersebut akan
meningkat kadarnya, apabila ada peningkatan BOD di perairan.
d. Logam berat di perairan yang ditemukan pada binatang
invertebrata: Chromium, Cadmium, tembaga, timbal, cobalt,
nikel. Adanya logam berat tersebut pada tubuh invertebrata
merupakan indikator tercemarnya lingkungan.
e. Tanaman perairan dan tanaman darat dapat dipakai sebagai
bio indikator lingkungan yang terkontaminasi oleh logam berat.
Pabrik pengecoran besi yang mengeluarkan bahan pencemar
udara logam berat dapat dideteksi pada tanaman dengan
analisis Neutron Activation Analysis.
2. Biomonitoring Zat Organik
Akumulasi zat organik pada beberapa spesies mamalia
merupakan bio indikator yang potensial untuk mendeteksi
pencemaran lingkungan. Beberapa zat organik yang dipakai
indikator antara lain:
a. perubahan non protein sulfhidril pada sel liver dari tikus
sebagai indikator terpapar oleh pestisida.
b. Meningkatnya bilirubin pada tikus, menunjukkan adanya
paparan oleh Tri Nitro Toluen (TNT).
c. Terdapatnya hubungan antara pencemaran lingkungan
dengan Poly Chlorinated Bifenil (PCB), dioxin, dan furan
pada manusia.
d. Terdapatnya dioxin, furan, PCB, DDE, dan lindane pada telur
burung sebagai indikator tercemarnya lingkungan oleh zat organik
e. Terakumulasinya PCB, pestisida, dan bahan antropogenik pada
tubuh ikan sebagai indikator tercemarnya ekosistem perairan
f. Meningkatnya aktifitas Mixed Function Oxidase (MFO) pada
ikan di sungai yang tercemar oleh bahan organik, PAH, Dioxin,
dan PCB.
g. Aktivitas Xenobiotik – DNA adduct, Cytochrome P 450 induksi
dan oryl hidrokarbon hidroksilase pada ikan dipakai sebagai
biomarker pencemaran pantai oleh PCB dan DDT.
h. Mengurangnya komunitas phytoplankton dapat dipakai sebagai
biomonitoring pencemaran pestisida dalam perairan.
3. Biomonitoring Limbah Cair
Ada beberapa studi toksisitas yang dipakai untuk
menilai buangan limbah cair antara lain pemakaian
bakteri dan pemakaian invertebrata. Limbah pabrik
kertas yang mengandung bahan kimia pemutih
dilakukan studi memakai biota air misalnya ikan.
Cara baru untuk menilai kualitas air laut yang
terkontaminasi oleh bahan kimia pemutih adalah
dengan cara bio assay antara lain: uji inhibisi
pertumbuhan algae dan uji larva biota air.
5. Biomonitoring Asidifikasi
Perairan yang mempunyai pH rendah akan bersifat
asam. Keasaman perairan dapat dideteksi dengan
memakai biomarker biota yang hidup dalam perairan
tersebut. Dalam keadaan pH rendah (pH=3), maka
logam besi dan manganese akan terdeteksi dalam
perairan. Efek perairan dengan pH rendah, logam yang
toksis dan Dissolve Organic Carbon (DOC) terhadap
hewan amfibi akan menyebabkan terlambatnya
metamorfosa, menurunnya daya tahan dan
menurunnya berat badan hewan amfibi.
6. Biomonitoring Kesehatan Manusia
Biomonitoring Pb dan Cd pada wanita yang
melahirkan, dilakukan dengan pemeriksaan ASI dan
darah. Karyawan industri petrokimia yang terpapar
dengan PAH pada pemeriksaan urine ditemukan
biomarker hidroksipyrene.

Anda mungkin juga menyukai