HIGIENE INDUSTRI
“RADIASI”
NAMA NIM
NURNA NINGSIH J1A117105
RESKI OKTIVIA ARIS J1A117117
ROSMALADEWI. K J1A117125
WA ODE PUTRI DIANA J1A117155
WIWIK PRATIWI J1A117163
ANDI REZKI J1A117180
DEWI AMINAH J1A117193
EKA PURNAMA SARI J1A117198
NURMILA J1A117325
SITI SARIBIA J1A117334
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tidak
lupa kami ucapkan untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada
Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga dapat
Makalah ini berisikan tentang RADIASI Kami menyadari makalah yang dibuat ini
tidaklah sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun
Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua.Amin.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................................Error!
Bookmark not defined.
DAFTAR ISI..................................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................Error! Bookmark not defined.
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN
TEORI............................................................................................................Error! Bookmark
not defined.
2.1 Pengertian Radiasi.....................................................................................................................3
2.2 Contoh Kasus Radiasi................................................................................................................9
2.3 Dampak Radiasi.......................................................................................................................11
2.4 Mekanisme Terjadinya Dampak Radiasi.................................................................................16
2.5 Alat ukur Radiasi.....................................................................................................................19
2.6 Cara Menggunakan Alat Ukur Radiasi....................................................................................26
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................37
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................................37
3.2 SARAN....................................................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................40
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang fisika radiasi untuk membantu
dalam proses pengukuran sebuah dosis, pengukuran untuk diagnosis dan seagainya. Begitu
banyak bentuk aplikasi dari bidang ini termasuk dalam bidang kesehatan yaitu kedokteran dan
juga dalam bidang kedokteran nuklir. Hal tersebut tentunya terus berkembanf dengan
disesuaikannya teknologi yang berkembang dengan pesat. Tentunya hal tersebut sangatlah
berkaitan. Radiasi merupakan sebuah proses dimana energy yang bergerak melalui media atau
melalui ruang dan akhirnya diserap oleh benda lain (Ratri, 2019).
Radiasi pada dasanya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke
lingkungannya tanpa membutuhkan medium. Gelombang radio, sinyal televisi, sinar radar,
cahaya tak terlihat, sinar-x dan sinar gamma merupakan contoh-contoh gelombang
bahwa paparan dari gelombang elektromagnetik ini dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan
dipancarkan oleh alat-alat listrik dapat mengganggu kesehatan pengguna dan orang-orang yang
berdiri di sekitarnya. Anggapan ini dibenarkan oleh para ahli bidang telekomunikasi, namun
1
2
tidak sedikit pula bantahan-bantahan oleh beberapa pihak yang menyangkal sebaliknya
(Swamardika, 2012).
1.2.5 Apa saja Alat Ukur yang dipakai untuk mengukur Radiasi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui materi tentang
TINJAUAN PUSTAKA
Radiasi dalam istilah fisika pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi
dari suatu sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau perantara.
gelombang radio. Selain radiasi, energi juga dapat dipindahkan dengan cara konduksi,
kohesi dan konveksi. Berdasarkan efek radiasi yang ditimbulkannya, maka radiasi dapat
dikelompokan menjadi radiasi pengion dan radiasi non‐pengion. Adapun yang temasuk
ke dalam kelompok radiasi pengion adalah cahaya matahari, sinar‐x dan radiasi dari
bahan radioaktif, sedangkan radiasi yang termasuk radiasi non‐pengion adalah seperti
sinar ultraviolet, radiasi panas, gelombang radio dan microwave (Supriyono, S., Rahim,
Radiasi Pengion menurut Pasal 1 Angka (6) PP Nomor 33 Tahun 2007 tentang
Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (yang untuk selanjutnya
dan partikel bermuatan yang karena energi yang dimilikinya mampu mengionisasi media
Sinar radiasi pengion adalah sinar yang mempunyai sifat tidak dapat dilihat, tidak
berwarna, tidak dapat dirasakan, namun mempunyai sifat yang dapat merusak sel‐sel
3
4
tubuh manusia dengan jalan bila mengenai dan menembus tubuh manusia, dalam besar
dosis tertentu serta periode jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan terjadinya proses
ionisasi sel‐sel tubuh manusia, dengan cara energi penyinaran yang diabsorpsi di dalam
tubuh akan membebaskan elektronelektron dari atom, dan atom yang telah mengalami
ionisasi akan menjadi unsur radikal bebas yang akan merusak materi genetik DNA.
Proses ini seiring dengan berjalannya waktu dapat mengakibatkan perubahan atau mutasi
sel atau gen yang kemudian dapat mempengaruhi sistem kerja biokimia enzim tubuh atau
pun sistem tubuh lainnya. Sedangkan radiasi sinar non pengion tidak mempunyai
kemampuan melakukan proses ionisasi seperti sinar pengion (Supriyono, S., Rahim, &
Murni, 2017).
1. Jenis‐jenis sinar pengion tersebut antara lain (Supriyono, S., Rahim, & Murni, 2017) :
a. Sinar Alfa, yang mempunyai radiasi daya tembus yang sangat pendek, namun
sistem perncernaan atau terhirup masuk sistem pernafasan dalam jumlah yang
cukup besar.
b. Sinar Beta mempunyai gelombang partikel yang lebih kecil daripada sinar Alfa,
yang dalam jumlah besar dapat menyebabkan kulit terbakar dan sangat berbahaya
gelombang radio dengan daya tembus yang kuat, yang dapat menembus materi
dan hanya bisa tertahan oleh bahan yang sangat padat dan tebal, dan karena itu
Menurut Pasal 1 Angka (7) PP Keselamatan Radiasi, yang dimaksud dengan Sumber
Radiasi adalah segala sesuatu yang dapat menyebabkan paparan Radiasi, meliputi zat
radioaktif dan peralatan yang mengandung zat radioaktif atau memroduksi Radiasi, dan
fasilitas atau instalasi yang di dalamnya terdapat zat radioaktif atau peralatan yang
Berbagai jenis radiasi dapat ditemukan di alam dalam berbagai bentuk yang
dihasilkan dengan cara yang berbeda, namun jenis radiasi yang paling banyak ditemukan
adalah radiasi yang berasal dari bahan radioaktif. Berdasarkan asalnya sumber radiasi
pengion dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber radiasi alam yang sudah ada di alam
ini sejak terbentuknya, dan sumber radiasi buatan yang sengaja dibuat oleh manusia
berikut: Pertama, Sumber Radiasi Alam. Radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi
alam disebut juga sebagai radiasi latar belakang (background radiation). Radiasi ini
merupakan radiasi terbesar yang diterima oleh manusia yang tidak bekerja di tempat yang
menggunakan radioaktif atau yang tidak menerima radiasi berkaitan dengan kedokteran
atau kesehatan. Radiasi latar belakang yang diterima oleh seseorang dapat berasal dari
tiga sumber utama yaitu (Supriyono, S., Rahim, & Murni, 2017) :
a. Sumber radiasi kosmis. Radiasi kosmis berasal dari angkasa luar, sebagian berasal
dari ruang antar bintang dan matahari. Radiasi ini terdiri dari partikel dan sinar yang
berenergi tinggi dan berinteraksi dengan inti atom stabil di atmosfir, membentuk inti
atom radioaktif seperti Carbon‐14, Helium‐3, Natrium‐22, dan Be‐7. Atmosfir bumi
dapat mengurangi radiasi kosmik yang diterima oleh manusia. Tingkat radiasi dari
6
sumber kosmik ini bergantung kepada ketinggian, yaitu radiasi yang diterima akan
radionuklida (sumber radiasi yang bersenyawa dengan unsur tanah bumi) didalam
kerak bumi. Radiasi ini dipancarkan oleh radionuklida yang disebut primordial yang
ada sejak terbentuknya bumi. Radionuklida yang ada dalam kerak bumi terutama
Plumbum‐206, deret Actinum (U‐235, Pb‐207) dan deret Thorium (Th‐232, Pb‐208).
Radiasi terestrial terbesar yang diterima manusia berasal dari Radon (R‐222) dan
Thoron (Ra‐220) karena dua radionuklida ini berbentuk gas sehingga dapat menyebar
kemana‐mana. Tingkat radiasi yang diterima seseorang dari radiasi terestrial ini
berbeda‐beda dari satu tempat ke tempat yang lain, bergantung kepada konsentrasi
c. Sumber radiasi Internal. Sumber radiasi ini juga ada didalam tubuh manusia sejak
dilahirkan, dan bisa juga masuk kedalam tubuh manusai melalui makanan, minuman,
pernafasan, atau luka. Radiasi internal ini terutama diterima dari radionuklida C‐14,
H‐3, K‐40, Radon, selain itu masih ada lagi sumber lainnya seperti Pb‐210, Po‐210
unsur K‐40. Kedua, Sumber Radiasi Buatan. Sumber radiasi buatan telah diproduksi
sejak awal abad 20, dengan ditemukannya sinar X oleh Wilhelm Conrad Roentgen.
Saat ini sudah banyak sekali jenis dari sumber radiasi buatan baik yang berupa zat
radioaktif dan sumber pembangkit radiasi (pesawat sinar X dan Linear akselerator
atau LINAC).
7
kemungkinan disebabkan dari paparan radiasi. Hal tersebut diumumkan pada Selasa
(20/10) sore WIB menurut situs Wall Street Journal, dikutip Rabu (21/10/2015).
Seorang pria berusia 30-an tahun, yang identitasnya dirahasiakan, telah didiagnosis
mengalami leukemia setelah bekerja di pabrik selama 18 bulan, antara tahun 2011
dan 2013, tutur kementerian kesehatan dan tenaga kerja Jepang. Dia melakukan
terjadi dalam sejarah penggunaan nuklir di Jepang, menyusul krisis pada 2011, kata
periode 2011-2013, pria tersebut terkena dosis total 15,7 millisieverts radiasi.
Menurut PBB, rata-rata pada keadaan normal orang bisa terkena dosis radiasi dalam
2,4 millisieverts per tahun selama kehidupan sehari-hari, karena radiasi alam dan
buatan. Dan saat ini pekerja di Fukushima itu sedang mendapatkan pengobatan rawat
jalan. Sebanyak 44.537 orang bekerja di PLTN sejak kecelakaan itu. Menurut
operator Tokyo Electric Power Co, 15.408 orang dari mereka telah terkena radiasi
melebihi 10 millisieverts.
2. Louis Slotin adalah fisikawan dan ahli kimia Kanada yang ambil bagian dalam
Proyek Manhattan yang menciptakan bom atom untuk pertama kalinya. Pada 21 Mei
8
1946 Slotin dan tujuh rekannya melakukan percobaan nuklir dengan menempatkan
dua setengah bola ber-illium di sekitar inti plutonium. Slotin mencoba menstabilkan
bola berilium dengan tangan kiri menggunakan pisau dan obeng. Jam 3:20 obeng
tergelincir menyebabkan bola berilium jatuh dan menciptakan ledakan radiasi. Saat
itu juga Slotin berusaha mengakhiri reaksi. Namun, Slotin sudah terkena dosis
mematikan radiasi. Meski sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi 9 hari kemudian
dirinya meninggal.
Daur Ulang Uranium di Tokaimura, sebelah timur laut Tokyo, pada 30 September
1999. Tiga pekerja terkena radiasi dosis mematikan. Salah satu pekerja, Hiroshi
Couchi, dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Tokyo dan tiga hari setelah
kecelakaan ia bisa bicara dan hanya tangan kanannya sedikit bengkak dan
4. Marie Sklodowska Curie adalah seorang ahli fisika dan kimia dan perintis di bidang
radioaktivitas. Curie meneliti sifat-sifat yang berbeda dari dua bijih uranium,satu
bijih uranium, dan chalcolite. Curie melakukan tugas berat memisahkan radium dari
bijih-bijih uranium. Dari satu ton bijih-bijih uranium, sepersepuluh gram radium
klorida dipisahkan. Sayangnya, Curie tidak menyadari efek kerusakan akibat paparan
radiasi. Marie Curie meninggal pada 4 Juli 1934 karena anemia aplastik akibat
paparan radiasi.
1. Dampak Ringan
a. Vertigo
Vertigo adalah gejala yang dialami oleh individu yang merasa sekelilingnya
berputar. Ada yang menyebutnya sebagai “halusinasi gerakan” atau “ilusi bergerak”.
dengan rasa mual, muntah, telinga berdenging, sakit kepala, dan kelelahan. Kondisi
(arteriosclerosis), gangguan pada pembuluh otak, kafein, nikotin, dan alkohol. Namun,
menurut teori terbaru tentang melatonin, melatonin yang rendah dapat menimbulkan
gejala ini. Salah satu penghambat produksi hormon melatonin adalah radiasi elektro
Tanda awal gangguan ini berupa keletihan yang kuat, terjadi secara tiba-tiba dan
hepatitis, atau stress emosional. Namun, sebagian orang yang hipersensitif terhadap
keletihan menahun dapat berupa rasa lemah pada otot yang menetap atau hilang timbul,
rasa saki tpada otot yang menetap atau hilang timbul, rasa lemah atau sakit pada otot
2. Dampak Berat
a. Insomnia
10
Insomnia adalah persepsi tentang kurangnya kualitas dan kuantitas tidur, dengan
akibat yang terkait pada siang hari. Keluhan yang dikemukakan, yaitu sulit
memulai tidur, sering terbangun dari tidur, sulit tidur lagi setelah terbangun malam
hari, dan cepat bangun di pagi hari. Sesuai definisinya, gejala tersebut berhubungan
terganggu, dan sebagainya. Namun, hormon melatonin yang turun, antara lain
karena rangsangans inar yang terang serta radiasi elektromagnetik ponsel, juga
gangguan irama sirkadian yang menyebabkan orang sukar tidur adalah radiasi
Jika hal tersebut terjadi, maka orang yang bersangkutan akan mengantuk dan tidur
siang hari, sedangkan di malam hari ia justru akan terbangun dan suli tuntu ktidur.
b. Leukimia
Leukemia dapat menyerang pria dan wanita, tetapi angka kejadian leukemia pada
umumnya menyerang lebih banyak pria dari pada wanita. Faktor keturunan dan
Radiasi di sini terutama berupa radiasi pegion, meskipun untuk kondisi tertentu
juga berasal dari radiasi non pegion. Tanda dan gejala leukemia akutadalahin feksi
berat disertai timbulnya luka pada selaput lendir, demam, napas cepat, mimisan,
11
dan perdarahan saluran cerna dan system saluran kemih.Dapat pula timbul gejala
kurang darah seperti pusing, cepat lelah, susah bernapas sewaktu bekerja fisik, dan
pucat yang nyata. Sedangkan tanda dan gejala leukemia kronik dapat berupa
kelelahan, kehilangan berat badan, produksi keringat yang meningkat, tidak tahan
panas, cepat kenyang, dan buang air besar tidak teratur.Semua tanda dan gejala
pada leukemia, baik akut maupun kronik, dapat merupakan gejala dan tanda khas
dari tiap-tiap leukemia atau pun merupakan gejala dan tanda gabungan dari kedua
jenis leukemia.
3. Kanker Payudara
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan angka kematiannya cukup tinggi. Penyebab
pasti penyakit ini belum diketahui, meskipun banyak dugaan-dugaan yang disimpulkan
dalam hal ini sebagai pemicu timbulnya kanker tersebut. Paparan bahan-bahan
radioaktif, sinar-X serta bahan lain yang termasuk radiasi pegion, beresiko
paparan zat radioaktif dalam tubuh manusia akan semakin bertambah. Sebenarnya,
secara alami tubuh manusia mengandung zat radioaktif dan terpapar banyak radiasi,
baik dar ialam maupun makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari. (3)
Semakin besar paparan zat radioaktif, semakin besar peluang munculnya radikal bebas
12
yang memicu kanker. Iodium 131 menyerang kelenjar tiroid, dan memicu kanker
tiroid.
Karena memiliki waktu paruh yang singkat, penundaan waktu komsumsi yang
disebabkan oleh pengolahan dan transportasi susu dapat menurunkan radio aktivitas
Iodium didalam susu Faktor ini memainkan peran penting dalam penelitian terakhir
dan tergantung dari apakah populasi yang mengkonsumsi terletak diperkotaan atau
terkontaminasinya I131 dalam tubuh. Anak anak membutuhkan lebih banyak tiroid
Setelah usia 50, massa tiroid dan kapasitas pengambilan yodium berkurang secara
bertahap.
radiasi
Radiasi menyebabkan efek kesehatan ketika sel-sel yang cukup baik mengalami
kematian cukup cepat sehingga mengganggu fungsi jaringan, atau sel mengalami
13
terhadap kelenjar tiroid dari dosis sedang sampai dosis tinggi (6,5 hingga 2.000
centigray) dari secara linear meningkatkan resiko untuk kanker tiroid. Penyakit ini
terjadi pada sekitar 20 % orang tapi mungkin tidak terlihat hingga 30 tahuns etelah
paparan awal. Wanita memiliki lebih besar kemungkinan untuk terkena kanker tiroid d+I
bandingkanp ria (2:1) dan anak-anak memiliki resiko lebih besar dibandingkan orang
(Menurut Anonim (2009) , berikut ini adalah beberapa pengaruh lain yang
4. Bayi cacat
Selain itu, menurut Anonim (2009), pengaruh radiasi terhadap organ reproduksi
kemandulan. Penyebabnya dikarenakan testis lebih sensitive dari pada ovum. Radiasi
ponsel akanmerusaksel-selsperma, sehingga sperma tersebut akan rusak dan tidak dapat
kemandulan.
14
yang dapat merusak DNA dan materi genetic lainnya. Kerusakan tersebut dapat
Radiasi menyebabkan efek kesehatan ketika sel-sel yang cukup baik mengalami
kematian cukup cepat sehingga mengganggu fungsi jaringan, atau sel mengalami
terhadap kelenjar tiroid dari dosis sedang sampai dosis tinggi (6,5 hingga 2.000
centigray) dari I131 secara linear meningkat kan resiko untuk kanker tiroid. Penyakit ini
terjadi pada sekitar 20 % orang tapi mungkin tidak terlihat hingga 30 tahun setelah
paparan awal. Wanita memiliki lebih besar kemungkinan untuk terkena kanker tiroid
dibandingkan pria dan anak-anak memiliki resiko lebih besar dibandingkan orang
dewasa.
Sekitar 1.800 kasus kanker tiroid dilaporkan terjadi dari kecelakaan pembangkit
listrik nuklir Chernobyl. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan yang diharapkan karena
asupan diet rendah yodium pada masyarakat dan daerahnya endemic gondok. Interaksi
radiasi dengan DNA dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur molekul gula atau
basa, putusnya ikatan hydrogen antarbasa, hilangnya basa dan lainnya. Kerusakan yang
lebih parah adalah putusnya salah satuu ntai DNA yang disebut single strand break, atau
putusnya kedua untai DNA yang disebut double strand breaks. Secara alamiah sel
15
timbul dengan menggunakan beberapa jenis enzim yang spesifik. Proses perbaikan dapat
berlangsung terhadap kerusakan yang terjadi tanpa kesalahan sehingg astruktur DNA
kembali seperti semula dan tidak menimbulkan perubahan struktur pada sel. Tetapi dalam
Kerusakan yang terjadi pada DNA dan kromosom sel sangat bergantung pada
baik/sempurna, dan juga tingkat kerusakan sel tidak tererlalu parah, maka sel bisa
kembali normal. Bila perbaikan sel tidak sempurna, sel tetap hidup tetapi mengalami
perubahan. Bila tingkat kerusakan sel sangat parah atau perbaikan tidak berlangsung
dengan baik, maka sel akan mati. Sel yang paling sensitive terhadap pengaruh radiasi
adalah sel yang paling aktif melakukan pembelahan dan tingkat differensiasi
(perkembangan/kematangan sel) rendah. Sedangkan sel yang tidak mudah rusak akibat
istirahat DNA untai ganda, penghapusan, mutasi titik dan / atau ketidakstabilan
kromosom. Pada karsinoma tiroid papiler, mutasi gen coding untuk efek torse panjang
jalur MAPK merupakan pusat untuk transformasi. Mutasititik BRAF paling sering terjadi
pada tumor sporadic, sebaliknya pada tumor akibat radiasi terjadi inverse paracentric
fusidi-frame antara ekson 1-8 dari gen AKAP9 dan ekson9-18 dari BRAF. Protein
fusiberisi domain protein kinase dan tidak memiliki bagian N-terminal dari autoinhibitory
BRAF. Protein ini memiliki aktivitas kinase tinggi dan mengubah NIH3T3 sel.
setelah pemaparan pendek, sedangkan BRAF mutasi titik tidak hadir dalam kelompok
ini. Data ini menunjukkan bahwa pada kanker tiroid, radiasi mengaktifkan komponen
dari jalur MAPK terutama melalui paracentric kromosom, sedangkan dalam dari
penyakit, efektor sepanjang jalur yang sama di aktifkan secara dominan oleh mutasi titik.
Pada analisis gen ditemukan fusi antara RET yang terletak di kromosom 10q11.2
dan gen lain yang secara spesifik ditemukan pada kanker kelenjar tiroid. Hal ini secara
kolektif disebut penyusunan ulang RET/PTC dan mewakili gen chimeric. Di antara16
jenis RET / PTC, RET/PTC1 dan RET/PTC3 adalah varian yang paling umum dan
terdapat sekitar 90% dari semua gen chimeric (12). Prevalensi penyusunan ulang
RET/PTC3 berkisar dari 11% menjadi 43% pada kanker tiroid papiler dan 50-80% pada
pasien dengan riwayat paparan radiasi. Namun, prevailance tinggi semua RET / PTC
penyusunan ulang adalah karakteristik dari kanker papiler pada pasien muda dan tidak
spesifik untuk iradiasi. Tipe lain dari piñata ulang gen, AKAP9-BRAF fusi, telah
ditemukan di 11% dari kanker tiroid onset awal papiler tetapi 0%dari tumor dengan
Prinsip kerja peralatan alat ukur radiasi pada umumnya didasarkan pada interaksi zarah
radiasi terhadap detektor (sensor) yang sedemikian rupa sehingga tanggap (respon) dari alat akan
sebanding dengan efek radiasi atau sebanding dengan sifat radiasi yang diukur. Dalam
penggunaanya, alat ukur radiasi digunakan sebagai alat proteksi radiasi, yang dibedakan atas :
Surveimeter harus dapat memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu area
secara langsung. Jadi, seorang pekerja radiasi dapat memperkirakan jumlah radiasi yang
akan diterimanya bila akan bekerja di suatu lokasi selama waktu tertentu. Dengan
informasi yang ditunjukkan surveimeter ini, setiap pekerja dapat menjaga diri agar tidak
terkena paparan radiasi yang melebihi batas ambang yang diizinkan(Umbar, 2012).
perlu sekecil sebuah dosimeter personal. Konstruksi survaimeter terdiri atas detektor dan
peralatan penunjang seperti terlihat gambar berikut. Cara pengukuran yang diterapkan
adalah cara arus (current mode) sehingga nilai yang ditampilkan merupakan nilai
intensitas radiasi. Secara elektronik, nilai intensitas tersebut dikonversikan menjadi skala
Semua jenis detektor yang dapat memberikan hasil secara langsung, seperti
Detektor sintilasi juga banyak digunakan, khususnya NaI(Tl) untuk radiasi gamma,
Terdapat beberapa jenis survey meter yang digunakan untuk jenis radiasi yang
1. Surveymeter Gamma
prinsipnya dapat digunakan untuk mengukur radiasi sinar X. Detektor yang sering
mempunyai detektor yang terletak di luar badan survey meter dan mempunyai
“jendela” yang dapat dibuka atau ditutup. Bila digunakan untuk mengukur radiasi
beta, maka jendelanya harus dibuka. Sebaliknya untuk radiasi gamma, jendelanya
ditutup. Detektor yang sering digunakan adalah detektorisian gas proporsional atau
Perlu diketahui bahwa pada Detektor Beta Gamma Analog untuk membedakan
radiasi beta dan gamma perlu perlakuan khusus. Apabila detektor digunakan untuk
mendeteksi radiasi gamma maka penutup (warna merah) tetap digunakan, sedangkan
untuk mendeteksi radiasi beta maka penutup harus dilepas (Umbar, 2012).
3. Surveymeter Alpha
detektornya harus mempunyai window tipis dan penutup yang dapat dilepas. Bila
19
sedangkan untuk radiasi beta penutup dipasang sehingga menyaring radiasi alpha
(Irwanto, 2017).
Survey meter ini digunakan untuk mengukur radiasi netron. Survey meter ini
menggunakan detektor proporsional yang diisi dengan gas BF3 atau survey meter
netron ini juga dilengkapi dengan bahan paraffin sebagai bahan penahan radiasi atau
5. Surveimeter Multipurpose
biasa, juga dapat mengukur intensitas radiasi selama selang waktu tertentu, dapat
diatur, seperti system pencacah dan bahkan bias menghasilkan spectrum distribusi
digital, sehingga tampilannya secara otomatis muncul hasil berupa angka dan
proporsional(Irwanto, 2017).
b. Dosimeter
paparan radiasi pengion. Dosimeter personal harus dipakai pekerja radiasi untuk
mengukur paparan radiasi. Dosimeter digunakan secara rutin mencatat dosis kumulatif
20
memberikan alarm bila dosis yang terukur mencapai nilai yang telah diatur (setting) oleh
pemakai atau pekerja. Integrasi doserate meter dan dosimeter digunakan untuk menaksir/
memperkirakan paparan eksterna yang cepat berubah. Personal dosimeter dan integrasi
doserate meter mengukur dosis ekivalen bahaya eksternal yang berubah terhadap waktu.
(1)
Dosis radiasi yang mengenai dosimeter personal akan dijumlahkan dengan dosis
yang telah mengenai sebelumnya. Dosimeter personal ini harus ringan dan berukuran
kecil karena alat ini harus selalu dikenakan oleh setiap pekerja radiasi yang sedang
1. Dosimeter Saku
prinsip kerjanya sama dengan detektor isian gas akan tetapi tidak menghasilkan
tanggapan secara langsung karena muatan yang terkumpul pada proses ionisasi
Pada saat ini, sudah dibuat dan dipasarkan dosimeter saku yang
sehingga skala pembacaannya tidak lagi dengan melihat pergeseran jarum (secara
menampilkan angka hasil pengukurannya. Dosimeter saku digital ini juga tidak
Setiap kali diaktif-kan, secara otomatis dosimeter ini menampilkan angka nol.
2. Film Badge
21
Film badge terdiri atas dua bagian yaitu detektor film dan holder.
Sebagaimana telah dibahas sebelum ini, bahwa detektor film dapat “menyimpan”
dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi selama film belum
diproses. Semakin banyak dosis radiasi yang telah mengenainya –atau telah
mengenai orang yang memakainya– maka tingkat kehitaman film setelah diproses
akan semakin pekat. Holder film selain berfungsi sebagai tempat film ketika
digunakan juga berfungsi sebagai penyaring (filter) energi radiasi. Dengan adanya
beberapa jenis filter pada holder, maka dosimeter film badge ini dapat
tertentu, misalnya satu bulan, baru kemudian diproses untuk mengetahui jumlah
ini adalah TLD reader. Keunggulan TLD dibandingkan dengan film badge adalah
terletak pada ketelitiannya. Selain itu, ukuran kristal TLD relatif lebih kecil dan
c. Monitor Kontaminasi
sampai terjadi di dalam tubuh. Kontaminasi sangat mudah terjadi kalau bekerja dengan
sumber radiasi terbuka, misalnya berbentuk cair, serbuk, atau gas. Adapun yang
22
2012).
Jika intensitas radiasi yang dipancarkan oleh sesuatu yang telah terkontaminasi
sangat rendah, maka alat ukur ini harus mempunyai efisiensi pencacahan yang sangat
tinggi. Detektor yang digunakan untuk monitor kontaminasi ini harus mempunyai
“jendela” (window) yang luas, karena kontaminasi tidak selalu terjadi pada satu daerah
tertentu, melainkan tersebar pada permukaan yang luas. Tampilan dari monitor
kontaminasi ini biasanya menunjukkan kuantitas radiasi (laju cacah) seperti cacah per
menit atau cacah per detik (cpd). Nilai ini harus dikonversikan menjadi satuan aktivitas
A adalah aktivitas radiasi, R adalah laju cacah dan h adalah efisiensi alat pengukur.
(airborne)(Umbar, 2012).
tingkat kontaminasi segala permukaan, misalnya meja kerja, lantai, alat ukur ataupun
pada bagian-bagian tubuh dari pekerja radiasi. Bagian tubuh yang paling sering
terkontaminasi adalah tangan dan kaki, sehingga terdapat monitor kontaminasi khusus
23
untuk tangan dan kaki yaitu hand and foot contamination monitor. Suatu instalasi
yang modern biasanya dilengkapi dengan monitor kontaminasi seluruh tubuh (whole
body monitor). Setiap pekerja yang akan meninggalkan tempat kerja harus diperiksa
1) Monitor tangan dan kaki (Hand and Foot monitor) yang digunakan
untuk mengukur tingkat kontaminasi pada tangan dan kaki. Setiap pekerja
kontaminasi tangan dan kaki setelah selesai melaksanakan tugas (Irwanto, 2017).
keluar fasilitas yang mempunyai potensi kontaminasi sangat tinggi, dan setiap
2017). Monitor seluruh tubuh bentuknya mirip seperti alat pendeteksi logam yang
ada di bandara untuk manusia.Alarm akan berbunyi jika ada zat radioaktif yang
diatmosfer. Tiga hal yang menjadi parameter mengapa alat proteksi radiasi perlu
dikalibrasi(Nikmah, 2017):
a) Surveymeter Gamma
digunakan, caranya dengan menekan tombol bat yang ada pada posisi
berdekatan dengan tombol reset. Apabila jarum bergerak dan berhenti pada
tulisan ”baterai OK”, berarti baterai masih layak untuk digunakan. Sedangkan
apabila jarum bergerak dan berhenti tidak pada tulisan ”baterai OK”, berarti
baterai harus diganti. Dalam memeriksa baterai, survey meter harus dalam
Memeriksa satuan dan skala yang digunakan. Kita dapat menggunakan skala
digunakan, kita menggunakan ukuran skala yang paling besar, jika tidak
diperhatikan skala apa yang ingin digunakan, apakah mikro Sievert per jam
pada surveymeter .
Jika tanggal kalibrasi telah melewati tanggal saat ini, maka alat tersebut tidak
faktor kalibrasinya, harus berada direntang angka 0,8 hingga 1,2. Jika
faktor kalibrasi berada dibawah 0,8 ataupun diatas 1,2 maka alat tersebut
digunakan, caranya dengan menekan tombol bat yang ada pada posisi
berdekatan dengan tombol reset. Apabila jarum bergerak dan berhenti pada
dilepas.
Memeriksa satuan dan skala yang digunakan. Kita dapat menggunakan skala
digunakan, kita menggunakan ukuran skala yang paling besar, jika tidak
diperhatikan skala apa yang ingin digunakan, apakah mikro Sievert per jam
per Jam.
c) Surveymeter Alpha.
detektornya harus mempunyai window tipis dan penutup yang dapat dilepas. Bila
dan terdapat satu permukaan detektor yang terbuat dari lapisan film yang sangat
tipis, biasanya terbuat dari berrilium, sehingga mudah sobek bila tersentuh atau
2017):
27
Jika tanggal kalibrasi telah melewati tanggal saat ini, maka alat tersebut tidak
faktor kalibrasinya, harus berada direntang angka 0,8 hingga 1,2. Jika
faktor kalibrasi berada dibawah 0,8 ataupun diatas 1,2 maka alat tersebut
digunakan, caranya dengan menekan tombol bat yang ada pada posisi
berdekatan dengan tombol reset. Apabila jarum bergerak dan berhenti pada
Sedangkan apabila jarum bergerak dan berhenti tidak pada tlisan ”baterai
harus dalam keadaan ON agar jarum dapat bergerak. Adapun baterai yang
Memeriksa satuan dan skala yang digunakan. Kita dapat menggunakan skala
digunakan, kita menggunakan ukuran skala yang paling besar, jika tidak
diperhatikan skala apa yang ingin digunakan, apakah mikro Sievert per
surveymeter.
28
contoh, jika hasil pada surveymeter menunjukan 2 mikro Sievert per Jam,
per Jam
e) Surveimeter Multipurpose
Jika tanggal kalibrasi telah melewati tanggal saat ini, maka alat tersebut tidak
dilepas.
menunjukan bahwa satuan yang digunakan ialah mikro Sievert per jam.Cara
menunjukan 0,161 mikro Sievert per Jam sebagaimana pada gambar diatas,
diperoleh hasil pengukuran sebenarnya ialah 0,159 mikro Sievert per Jam.
1) Memeriksa baterai
Hal ini dilakukan untuk menguji kondisi catu daya tegang antinggi detektor. Bila
tegangan tinggi detector tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, maka detector tidak
peka atau tidak sensitive terhadap radiasi yang mengenainya, akibatnya survaimeter
yang membandingkan nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur dan nilai dosis
sebenarnya.
berbeda-beda, biasanya terdapat beberapa faktor pengalian misalnya x1; x10; x100
dan sebagainya. Sedang display-nya juga berbeda-beda, ada yang berskala rontgent /
jam ; rad / jam ; Sievert /jam atau mSievert / jam atau bahkan masih dalam cpm
b. Dosimeter
a) Dosimeter Saku
CARA PENGGUNAAN
potensial.
terbentuk ion-ion positif dan negatif. Ion-ion ini akan bergerak menuju
nilai dosis.
b) Film Badge
CARA PENGGUNAAN
b. Alat ini hanya boleh digunakan hanya selama 1-3 bulan saja, setelah itu
harus segera diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang telah
CARA PENGGUNAAN
a. Cara penggunaannya hampir sama dengan film badge, tetapi bahan yang
(lithium flourida ).
32
b. Proses yang terjadi pada bahan ini bila dikenai radiasi adalah proses
pancaran cahaya dari suatu benda padat sebagai akibat proses eksitasi
c. Sama halnya dengan film badge, alat ini hanya boleh digunakan selama
1-3 bulan kemudian diproses untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang
telah diterimanya.
dosis radiasi.
c. Monitor Kontaminasi
CARA PENGGUNAAN :
3. Hasil atau tampilan dari monitor ini biasanya menunjukkan kuantitas radiasi
(laju cacah) seperti cacah per menit atau cacah per detik (cpd).
33
4. Terakhir, nilai tersebut dikonversi menjadi satuan aktivitas radiasi, Currie atau
Becquerel.
CARA PENGGUNAAN :
terbuka, maka letakkan alat monitor tersebut pada bagian tangan dan
kaki
CARA PENGGUNAAN :
2. Alat tersebut akan mendeteksi dan berbunyi ketika ada zat radioaktif yang
melewatinya.
CARA PENGGUNAAN :
filter khusus.
34
2. Setelah itu kertas filter ini akan dideteksi menggunakan Monitor gas yang
atmosfer.
3. Zat yang akan terdeteksi adalah alfa dan beta, sedangkan gamma tidak.Sebab
akantersaring oleh filter, sedangkan alfa serta beta akan tersaring sebab
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Radiasi dalam istilah fisika pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari
suatu sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau perantara.
gelombang radio.
Daur Ulang Uranium di Tokaimura, sebelah timur laut Tokyo, pada 30 September
1999. Tiga pekerja terkena radiasi dosis mematikan. Salah satu pekerja, Hiroshi
Couchi, dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Tokyo dan tiga hari setelah
kecelakaan ia bisa bicara dan hanya tangan kanannya sedikit bengkak dan kemerahan.
kromosom di sel-selnya.
1) Dampak Ringan
a. Vertigo
2) Dampak Berat
a. Insomnia
35
36
b. Leukimia
3) Kanker Payudara
4. Tubuh manusia menyera piodium dan menyimpannya dalam kelenjar tiroid. Ketika
yang dapat merusak DNA dan materi genetic lainnya. Kerusakan tersebut dapat
Radiasi menyebabkan efek kesehatan ketika sel-sel yang cukup baik mengalami
kematian cukup cepat sehingga mengganggu fungsi jaringan, atau sel mengalami
terhadap kelenjar tiroid dari dosis sedang sampai dosis tinggi (6,5 hingga 2.000
centigray) dari I131 secara linear meningkat kan resiko untuk kanker tiroid. Penyakit
ini terjadi pada sekitar 20 % orang tapi mungkin tidak terlihat hingga 30 tahun setelah
paparan awal. Wanita memiliki lebih besar kemungkinan untuk terkena kanker tiroid
dibandingkan pria dan anak-anak memiliki resiko lebih besar dibandingkan orang
dewasa.
6. Cara menggunakan alat ukur Radiasi ini berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
37
3.2 Saran
Dengan adanya materi tentang Radiasi ini, dalam mata kuliah Higiene Industri kita sebagai
tenaga kesehatan masyrakat yang memiliki basic ‘mencegah’. Dapat menambah ilmu dalam
pencegahan akibat dari dampak radiasi untuk diri sendiri dan masyarakat. Sehingga dengan ini,
diharapkan kita dapat mempelajari tentang materi ini, dan materi kelompok lainnya dengan baik,
agar dapat berdampak tidak ada diri kita sendiri tetapi untuk banyak orang. Serta, saran dari Ibu
dosen kami harapkan untuk perbaikan makalah/isi dari materi kami. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Nikmah, K. R. (2017, Mei 2). Laporan Praktikum Alat Deteksi Pengukuran RadiasI. Retrieved
Mei 1, 2019, from SRIBD: https://www.scribd.com/document/357993109/ADPR-Pengenalan-
Alat-Ukur
Ratri, L. R. (2019, April 3). Radiasi. Retrieved Mei 1, 2019, from Academia.edu:
https://www.academia.edu/7857748/Makalah_Radiasi.
Supriyono, P., S., W. C., Rahim, A. H., & Murni, T. W. (2017). Keamanan Peralatan Radiasi
Pengion Dikaitkan Dngan Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kesehatan Di Bidang Radiologi
Diagnostik. SOEPRA Jurnal Hukum Kesehatan , 102-116.
38
39
Umbar, T. (2012, Oktober 9). Alat Ukur Radiasi. Retrieved Mei 1, 2019, from SCRIBD:
https://www.scribd.com/doc/118551645/Alat-Ukur-Radiasi
Umbar, T. (2012, Oktober 9). Alat Ukur Radiasi. Retrieved Mei 1, 2019, from SRIBD:
https://www.scribd.com/doc/118551645/Alat-Ukur-Radiasi