Anda di halaman 1dari 29

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PERAWAT DALAM

PEMILAHAN LIMBAH INFEKSIUS DAN NON INFEKSIUS DI

TAHUN 2022

PROPOSAL

Disusun Oleh :

Nama : Maya Pratiwi

Nim : 62119008

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS SAINS, FARMASI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN

2022

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
DAFTAR ISI................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 2
1.1 Latar Belakang…………………………………………………….. 2
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………… 4
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………...…………… 4
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………...…….. 4
1.5 Ruang Lingkup…………………………………………………….. 6
1.6 Sistematika Penulisan…………………………………………...… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 7
2.1Landasan Teori.................................................................................. 7
2.2 Penelitian Relevan............................................................................ 16
2.3 Kerangka Teori................................................................................. 17
2.4 Kerangka Konsep ………………………………………………..... 18
2.5 Definisi Operasional………………………………………………. 18
BAB III METODELOGI PENELITIAN..................................................... 19
3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 19
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................... 19
3.3 Populasi Dan Sample Penelitian………………………………….. 19
3.4 Metode Pengumpulan Data…..……………………………………. 19
3.5 Analisis Data……………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit ialah salah satu dimana industri yang memberikan pelayanan kesehatan
bagi orang banyak. Dimana dalam rumah sakit memberikan pelayanan kepada masyarakat
rumah sakit akan menghasilkan limbah dari kegiatan pelayanan yang diberikannya. Limbah
rumah sakit juga memiliki potensi bahaya yang dimana perlu dikenali dan dikendalikan.
Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi menghasilkan
juga limbah infeksius yang dimana di dalam nya mengandung bahan beracun berbahaya (B3)
seperti limbah cucian rontgen dari ruang radiologi yang mengandung Hg, Ag (1).
Limbah rumah sakit ialah yang dimana semua limbah yang dihasilkan pada kegiatan rumah
sakit serta kegiatan penunjang lainnya yang secara umum dibagi menjadi dua kelompok
yang besar yaitu pada limbah medis dan non medis baik itu berbentuk padat maupun cair
(Asmadi, 2013). Limbah merupakan berupa padat, cair atau gas. Limbah akan dianggap
berbahaya jika memiliki karakteristik dengan kriteria yaitu: mudah terbakar,
bereaksi,meledak,berkarat, radioaktif, infeksius, mengiritasi, dan mudah bioakumulasi.
Limbah medis termasuk dalam limbah infeksius yang berbahaya yang dimana dihasilkan oleh
rumah sakit, klinik serta laboratorium (A.Pruss, 2013). Limbah tersebut termasuk jaringan
yang eksresi manusia atau binatang, obat-obatan dan produk kedokteran, kapas perban serta
peralatan, atau bahan yang serupa(BPPT, 2017). Limbah medis padat ialah yang dimana
limbah padat tersebut terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam,
limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container yang
bertekanan, serta juga limbah dengan kandungan logam berat tinggi (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia ,2014)
Tenaga Kesehatan merupakan provider pemberi pelayanan kesehatan pada
pasien,yang dimana di rumah sakit juga ialah sebagai penghasil limbah medis yang memiliki
risiko yang besar terhadap terjadinya kecelakaan serta penyebaran penyakit sehingga sebagai
orang pertama yang berkontak langsung dengan limbah medis atau penghasil limbah medis.
Secara global lebih dari 35 juta petugas kesehatan menghadapi risiko luka perkutan akibat
terkena benda tajam yang terkontaminasi. Insiden terpapar mikroorganisme yang dimana
diobservasi diantara semua tenaga kesehatan yang paling tinggi terpajan adalah perawat
karena disebabkan perawat adalah tenaga kesehatan yang paling sering kontak terhadap
pasien.
Pelayanan kesehatan manusia atau disebut dengan rumah sakit adalah suatu 3 instansi
yang memberikan fasilitas pelayanan rawat inap dan mampu menghasilkan limbah medis
padat baik yang bersifat infeksius dan tidak infeksius dari kegiatan perawatan tersebut
(Raharjo, 2018). Salah satunya adalah Perawat yang dimana perawat lebih banyak berperan
dalam melakukan tindakan pelayanan keperawatan kepada pasien, maka dari itu
berkemungkinan besar perawat tersebut yang pertama kali berperan apakah sampah medis
sudah dibuang ke tempat yang aman sebelum di kumpulkan dan diangkut ke tempat
pembuangan akhir yakni incinerator oleh petugas pengangkut sampah rumah sakit
(Muchsin dkk, 2016)
2
Dari hasil laporan unit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan unit
Keselamatan Kesehatan Kerja rumah sakit (K3RS) pada sepanjang tahun 2018 yaitu
ditemukan dari sebanyak 112 orang perawat bahwasanya telah ditemukan 23 perawat (21%)
mengaku pernah membuang limbah berbahaya (benda tajam) sebanyak 10 perawat (9%)
pernah mengalami cidera tertusuk jarum suntik karena ada limbah benda tajam yang tidak
dibuang ke tempat khusus yang tidak sesuai dengan data hasil pelaporan tersebut maka dari
itu tertusuk jarum di unit pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dan unit keselamatan
kesehatan kerja rumah sakit (K3RS) pada tahun 2018 sedangakan pada tahun 2019 sebanyak
45 perawat pernah membuang sampah medis kadang juga ditmpat sampah medis,maka dari
itu hal ini di terjadi peningkatan sebanyak 47% dari tahun sebelumnya Tahun2022 (Rumah
Sakit Umum Banten, 2020)
World Health Organitation (WHO) menyebutkan bahwa Di seluruh dunia, ada 16
miliar suntikan yang dimana suntikan tersbut diberikan setiap tahun.Jarum dan jarum suntik
tidak semua dibuang dengan aman, maka dari itu hal ini dapat mengakibatkan risiko yang
cedera dan infeksi serta peluang untuk digunakankembali. Pada tahun 2010 suntikan yang
tidak aman masih terdapat sebanyak 33.800 infeksi HIV baru, 1,7 juta infeksi hepatitis B dan
315.000 infeksi hepatitis C jika seseorang ada yang tertusuk jarum dari jarum yang digunakan
bersumber dari pasien berisiko tersebut maka dari itu dapat memiliki risiko yang
masingmasing 30%, 1,8%, dan 0,3% terinfeksi HBV, HCV dan HIV. Serta Bahaya lain yang
terjadi karena memulung di lokasi pembuangan limbah tersebut dan selama penanganan serta
pemilahan limbah berbahaya yang dimana dngan secara manual dari fasilitas 2 layanan
kesehatan (World Health Organitation,2020).
Berdasarkan data dari dinas lingkungan hidup provinsi Banten pada tahun 2019
Kapasitas Pengolah limbah medis berkapasitas : 43,308 Ton/Hari. limbah medis yang
dihasilkan di Provinsi Banten ini berdasarkan data per 24 April 2020 mencapai dengan 9 ton
lebih. Limbah medis tersebut dihasilkan dari sejumlah rumah sakit, Rumah Sakit Pakuhaji,
Siloam, RSUD Banten, RSUD Berkah Pandeglang, dan RSUD Adjidarmo Kabupaten Lebak
(Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2020).
Keberhasilan pengelolaan sampah rumah sakit selain dilihat dari tingkat pengetahuan,
ditentukan juga dari sikap. Sikap akan mempengaruhi perilaku perawat dan petugas lainnya
untuk berperilaku dengan baik dan benar dalam melakukan upaya penanganan dan
pembuangan sampah. Dukungan pengetahuan dan sikap ini akan berpengaruh langsung
terhadap perilaku yang nyata dalam mengelola sampah.
Rumah Sakit Umum Banten merupakan salah satu instansi Pemerintah Provinsi
Banten yang bertanggung jawab dalam bidang Kesehatan khususnya dalam hal pelayanan
kesehatan rujukan atau lanjutan. Sehubungan dengan fungsinya sebagai rumah sakit Provinsi
4 Banten, maka RSU Banten dituntut untuk selalu meningkatkan kualitas dan mutu
pelayanan, sehingga setiap program penyelenggarannya Pelayanan kesehatan kepada
masyarakat ini tentunya harus didukung oleh tenaga kesehatan yang bermutu, baik ditinjau
dari pengetahuan, sikap, perilaku yang disiplin, termasuk pengetahuan dan perilaku tenaga
kesehatan yaitu perawat dalam pengelolaan limbah medis. Pengelolaan limbah medis padat
dapat dilakukan mulai dari sumbernya sehingga tidak menimbulkan risiko kecelakaan kerja
seperti tertusuk jarum dan menimbulkan terinfeksi HBV, HCV dan HIV.
3
Upaya yang dilakukan unit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dalam
penananggulangan sampah medis dan adanya perilaku perawat yang tidak disiplin dalam
membuang sampah medeis yaitu dengan membentuk Tim PPI, mengangkat tenaga IPCN
yang purna waktu (full time) sebanyak satu orang. Adanya IPCN yang purna waktu tersebut
sangat membantu fungsi pengawasan terhadap kinerja Infection Prevention Control Link
Nurse (IPCLN) terutama yang berkaitan dengan tugas surveilans infeksi nosokomial dengan
mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi surveilans infeksi yang terjadi di
Rumah Sakit Umum Banten
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan
antara pengetahuan, sikap dan masa kerja dengan perilaku perawat dalam membuang limbah
medis padat, sehingga judul penelitian ini adalah “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Perawat dalam Membuang Limbah Padat Medis di Rumah Sakit Umum Banten
Tahun 2021”
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk
menganalisis faktor yang memengaruhi perilaku perawat dalam pemilahan limbah infeksius
dan non infeksius di RSUD Banten
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor yang
memengaruhi perilaku perawat dalam pemilahan limbah infeksius dan non infeksius di
RSUD Banten
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:.
1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap perilaku perawat dalam pemilahan
limbah
infeksius dan non infeksius.
2. Untuk mengetahui pengaruh masa kerja terhadap perilaku perawat dalam pemilahan
limbah
infeksius dan non infeksius.
3. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap perilaku perawat dalam pemilahan
limbah infeksius dan non infeksius.
4. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap perilaku perawat dalam pemilahan limbah
infeksius dan non infeksius.
5. Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan fasilitas terhadap perilaku perawat dalam
pemilahan limbah infeksius dan non infeksius.

4
6. Untuk mengetahui pengaruh ketersediaan informasi terhadap perilaku perawat dalam
pemilahan limbah infeksius dan non infeksius.
7. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan terhadap perilaku perawat dalam pemilahan limbah
infeksius dan non infeksius

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis dan praktis.
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang administrasi manajemen rumah sakit pada
khususnya dan sebagai referensi atau titik tolak tambahan bila diadakan penelitian lebih
lanjut yang ingin mengkaji mengenai perilaku perawat dalam pemilahan limbah infeksius dan
non infeksius.
2. Manfaat Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan sebagai dasar
pertimbangan dalam usaha perbaikan manajemen rumah sakit pada umumnya dan diharapkan
dapat memberikan masukan untuk meningkatkan kinerja perawat lebih optimal untuk
mencegah penyakit infeksi.
3. Manfaat Praktis
Penelitian ini merupakan proses pembelajaran untuk dapat menerapkan ilmu yang
telah diperoleh selama ini dan diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan
wawasan mengenai faktor yang memengaruhi perilaku perawat dalam pemilahan limbah
infeksius dan non infeksius, sehingga hasil penelitian ini dapat menerangkan dan mempunyai
pengetahuan teoritis dalam kasus nyata di lapangan.
5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1.5.1 Ruang Lingkup Tempat
Lokasi Penelitian Ini Di RSUD Banten
1.5.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian Ini Dilaksanakan Pada Bulan Februari Sampai Juli 2022
1.5.3 Ruang Lingkup Keilmuan
Penelitian Ini Termasuk Dalam Lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat Kkomentsrasi
Lingkungan
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Ini Adalah:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini beriikan latar belakang, maksud dan tujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang sampah perilaku perawat dalam menangani limbah
infeksius dan non infeksius di RSUD Banten
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tahapan penelitian yang dilakukan , metode sampling,
analisis serta lokasi dan waktu penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.2 Limbah Rumah Sakit
2.1.3 Pengertian Limbah Rumah Sakit
Limbah rumah sakit adalah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit, limbah
rumah sakit juga baik itu pada klinik, rumah sakit maupun puskesmas adalah limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan yang ada di instansi tersebut maka dari itu sampah dan limbah
tersebut dapat di kategorikan kompleks , sampah medis berbentuk padat, cair, gel maupun
gas yang mengandung mikroorganisme pathogen yang bersifat infeksius , bahan kimia
beracun serta ada juga yang bersifat radioaktif , secara umum sampah dn limbah rumah sakit
dibagi menjadi 2 kompleks yaitu sampah limbah klinis dan non klinis baik padat maupun
cair.
Melihat dampak yang akan timbul maka dari itu di perlukan dalam upayapengelolaan
dengan baik dan benar dengan cara meliputi alat, sarana serta keuangan dan tatalaksana
dalam perorganisasian yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi
fasilitas Kesehatan yang memenuhi persyaratan pada kesehatan lingkungan tersebut.
2.1.4 Jenis- jenis limbah rumah sakit
Jenis limbah medis rumah sakit dibagi menjadi 3 yaitu
a. Limbah Cair
limbah cair adalah limbah cair yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan
mengandung mikroorganisme,bahan kimia beracun dan radio aktif atau juga limbah cair ialah
limbah yang dihasikan dari air rumah sakit yang dimana seluruh buangan cair yang berasal
dari hasil seluruh proses kegiatan rumah sakit yang mengandung limbah cair domestic yakni
buangan kamar dari tiap rumah sakit tersebut
b. Limbah Padat
Limbah padat adalah limbah rumah sakit yang berbentuk padat karena diakibatkan
kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis
( (Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004), yaitu:
1. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumh sakit diluar
medis yang dihasilkan atau berasal dari dapur, perkantoran, serta yang lain nya yang bisa
dimanfaatkan oleh teknologi . Sebagian besar limbah ini merupakan limbah organik dan
bukan merupakan limbah B3, sehingga pengelolaannya dapat dilakukan bersama-sama
dengan sampah kota yang ada. Jenis limbah non medis tersebut antara lain, limbah cair.

7
2. Limbah medis padat adalah yang dihasilkan oleh buangan dari suatu aktivitas, limbah
medis
harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan da dan penyimpanan menjadi pilihan
terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah.
3. Limbah Infeksius Adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang tidak rutin
yang ada di lingkungan dan organisme dalam jumlah serta virulensi yang cukup
menularkan
penyakit pada manusia yang sudah sangat rentan.
4. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang dihasilkan dari pembiakan stok bahan
infeksius
otopsi, organ binatang serta bahan yang diinokulasi yang sudah terkontaminasi dengan
bahan infeksius
c. limbah gas adalah limbah yang memanfaatka udara sebagaimana media secara alami udara
mengandung unsur kimia, penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan udara
alami
akan menurunkan kualitas udara, Limbah gas adalah semua limbah yang berbantuk gas
yang
berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenertor, dapur, perlengkapan
generator, anastesi, dan pembuatan obat.
2.1.5 Limbah Medis Padat
Limbah medis padat ialah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi ,limbah
radioaktif dan limbah yang mengandung logam berat, Limbah medis cenderung bersifat
infeksius dan kimia beracun yang dapat memengaruhi kesehatan manusia, memperburuk
kelestarian lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan baik, Berdasarkan potensi bahaya
yang dapat ditimbulkannya, limbah medis telah digolongkan sebagai berikut:
a. limbah benda tajam , yaitu jarum, jarum suntik, skapel, peralatan infus, dan pecahan kaca,
materi ini dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk, limbah ini sangat terbilang limbah
yang sangat berbahaya.
b. limbah infeksius ialah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
c. limbah patologi, yaitu limbah berupa buangan selama kegiatan operasi, otosi, atau prosedur
medis lain nya termasuk jaringan, organ,bagian tubuh, cairan tubuh dan specimen beserta
kemasan nya.

8
d. limbah farmasi, yaitu limbah yang dihasilkan dari instalasi farmasi misalnya obat
kadaluarsa,
obat terkontaminasi,sarung tangan, masker, selang penghubung, obat yang tidak diperlukan
lagi atau limbah dari proses produksi obat yang harus dibuang dengan tepat. Kategori ini
mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menagani produk farmasi,
misalnya botol atau kotak yang berisi reidu, sarung tangan, selang, masker, selang
penghubung dan ampul obat.
e. limbah sitotoksis, yaitu limbah yang dimana bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitoktosik selama peracikan, pengangkutan atau Tindakan
terapi
sitoktosik, penanganan limbah ini memerlukan absorben yang tepat serta bahan
pembersihnya harus selalu tersedia dalam ruangan peracikan
f. limbah kimiawi, yaitu merupakan sisa bahan dari sebuah percobaan atau eksperimen yang
menggunakan bahan-bahan kimia nah bahan tersebut bisa berupa bahan kimia yang sudah
tidak bisa digunakan lagi Ketika anda ingin melakukan pembuangan limbah tentunya harus
memperhatikan beberapa faktor.
g. limbah radioaktif, yaitu limbah jenis limbah yang mengandung atau terkontaminasi
radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas yang melebhi batas yang diijinkan dan di
tetapkan oleh badan pengawas tenaga nuklir l8imbah ini diklasifikasi menjadi 3 bagian
yaitu
jenis limbah cair, limbah padat,dan limbah gas, sedangkan berdasarkan aktivitasnya limbah
radioaktif ini dikelompokan menjadi limbah aktivitas rendah, sedang dan aktivitas tinggi.
h. limbah logam berat limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik. Contohnya limbah
merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak (misalnya termometer
dan alat pengukur tekanan darah), pembatasan radiasi sinar x dan dibagian diasnogtik.
2.1.6 Dampak Limbah terhadap Kesehatan dan Lingkungan
Layanan kesehatan buka hanya untuk mencari kesembuhan, merupakan depot bagi
berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita pengunjung yang berstatus karier.
Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang pada lingkungan sarana Kesehatan
contohnya : seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non
medis. Dari lingkungan, kuman dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru. Infeksi ini
disebut infeksi nosokomial.

9
Limbah layanan kesehatan yaitu yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat yang
memiliki potensi mengakibatkan keterpajanan yang dapat mengakibatkan penyakit atau
cedera. Menurut Pruss, sifat bahaya dari limbah layanan kesehatan tersebut mungkin muncul
akibat satu atau beberapa karakteristik berikut:
a. Limbah mengandung agent infeksius.
b. Limbah bersifat genoktosik.
c. Limbah mengandung zat kimia atau obat – obatan berbahaya atau baracun.
d. Limbah bersifat radioaktif.
e. Limbah mengandung benda tajam
orang- orang yang terpajan limbah berbahaya dari fasilitas kesehatan kemungkinan
nya yang sanagat besar menjadi orang yang beresiko, termasuk yang berada dalam 24
fasilitas penghasil limbah berbahaya, dimana mereka yang berada diluar fasilitas serta
memiliki pekerjaan mengelola limbah semacam itu, atau yang beresiko akibat kecerobohan
dalam sistem manajemen limbahnya, atau dimana pekerja atau orang – orang sekitar yang
dapat terken adampak nya adalah :
a. Dokter, perawat, pegawai layanan kesehatan dan tenaga pemeliharaan rumah sakit.
b. Pasien yang menjalani perawatan di instansi layanan kesehatan atau dirumah
c. Penjenguk pasien rawat inap.
d. Tenaga bagian layanan pendukung yang bekerja sama dengan instansi layanan kesehatan
masyarakat, misalnya , pengelolaan limbah dan bagian transportasi.
e. Pegawai pada fasilitas pembuangan limbah (misalnya, ditempat penampungan sampah
akhir
atau incinerator, termasuk pemulung)
2.1.7 Bahaya Akibat Limbah Infeksius dan Benda Tajam
Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme pathogen.
Patogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur:
a. Akibat tusukan, lecet, atau luka dikulit.
b. Melalui membrane mukosa.
c. Melalui pernafasan.
d. Melalui ingesti (28).
Contoh infeksi akibat terpajan limbah infeksius adalah infeksi gastroenteritis dimana
media penularnya adalah tinja dan muntahan, infeksi saluran pernafasan melalui sekret yang
terhirup atau air liur dan lain – lain

10
2.1.8 Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi
Intosikasi dapat terjadi akibat zat kimia dan bahan farmasi dengan melewati pada kulit
membrane mulkosa atau juga bisa melewati pernafasan dan pencernaan kandungan zat yang
ada pada limbah bisa mengkibatkan intoksasi dan keracunan sebab akibat pajanan dengan
akut maupun akut serta kronis, zat kimia juga mudah terbakar formaldehide atau
volatile/mudah menguap maka menagkibatkan cedera jika terkena kulit, mata, pernafasan ,
cedera tersebut yaitu terjadinya luka bakarr
2.1.9 Managemen Pengolahan Limbah Rumah Sakit
Konsep pengelolaan lingkungan yang pengelola nya sebagai sistem dan juga berbagi
proses pada manajemen yang di dalam nya dikenal senagai manajemen lingkungan,
pengelolaan lingkungan ini tidak hanya hanya meliputi bagaimana cara mengolah limbah
tetapi juga mengembangkan pada strategi manajemen melalui pendekatan sistematis dengan
meminimasi limbah dari sumberdaya dan menimasi limbah dari sumbernya supaya
meningkatkan efisein pada sumber daya sehingga dapat mencegah pada pencemaran dan
meningkatkan peforma pada lingkungan
Beberapa konsep pengelolaan lingkungan dengan cara reduksi limbah pada
sumbernya, mimimasi limbah,produksi bersih dan teknologinya juga bersih, Pengelolaan
kualitas lingkungan menyeluruh serta Continous Quality Improvement.
Secara konvensional pengelolaan limbah medis dapat meliputi hal-hal dengan pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, pemilahan pada sumber dan
pemotongan.
1. pemilahan dan pengurangan pada sumber
Hal ini dengan cara limbah dipilah dan juga mempertimbangkan hal-hal pada
kelancaran penagnganan serta penampungan, limbah b3 dan non b3 pengurangan jumlah
limbah ini memerlukan perlakuan khusus dan diusahakan menggunakan bahan kimia non
b3
juga dapat dikemas dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah tujuan nya
untuk mengurangi biaya , pembuangan, tenaga kerja dan pemisahan limbah berbahaya
yang
dihasilkan dari semua limbah dan pada tempat penghasil limbah juga akan mengurangi
kemungkinan pada kesalahan petugas dan penanganan nya.
2. pengumpulan
Pemadatan merupakan cara yang efisien dalam limbah penyimpanan yang biasanya
dibuang dan di timbun, akan tetapi sarana pada penampungan harus memadai dengan cara
diletakan pada tempat yang pas, aman, serta higienis namun hal ini tidak boleh dilakukan
pada limbah infeksius dan pada benda tajam.

11
3. pemisahan limbah
Cara mudah untuk pengenalan jenis limbah dengan cara menggunakan kantong
berkode
atau disebut juga kantong berawrna yang dimana dimaksud kode berwarna itu:
a) Kantong hitam: untuk limbah domestic dan limbah rumah tangga
b) Kantong kuning: untuk semua jenis limbah yang akan dibakar (limbah infeksius)
c) Kuning strip hitam: untuk jenis limbah yang dibakar tetapi bisa juga dibuang ke
sanitary
d) landfill bila dilakukan pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan
e) Biru muda(transparan) & strip biru tua: untuk limbah autoclaving (pengolahan
sejenis)sebelum pembuangan akhir.
Gambar 2.1 Tempat Pembuangan Limbah Medis

12
Tabel 2.1 Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

No Kategori Warna Kontenier Keterangan


1 Radioaktif Merah Kantong
bok Dengan
Symbol radioaktif
2 Sangan Infeksius Kuning Kantong
plastik kuat, anti
bocor, Atau kontainer
yang Dapat disterilisasi
Dengan Otoklaf
3 Limbah Infeksius, Kuning kantong
plastik kuat dan
tahan bocor, atau
konteiner
4 Sitotoksis Ungu
5 Limbah Kimia& Farmasi Coklat Kantong
plastic atau kontainer
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengolahan limbah klinis adalah sebagai berikut:
1. Penghasil limbah klinis dan yang sejenis harus menjamin keamanan dalam memilah-milah
jenis sampah, pengemasan, pemberian label,penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, dan
pembuangan.
2. Penghasil limbah klinis hendaknya mengembangkan dan secara periodik meninjau
kembali strategi pengolahan limbah secara menyeluruh.
3. Menekan produksi sampah hendaknya menjadi bagian integral dari strategi pengelolaan.
4. Pemisahan sampah sesuai sifat dan jenisnya adalah langkah awal prosedur pembuangan
yang benar
5. Limbah radioaktif harus diamanakan dan dibuang sesuai dengan peraturan yang berlaku
oleh instansi berwenang
6. Incinerator adalah metode pembuangan yang hanya disarankan untuk limbah tajam,
infeksius, dan jaringan tubuh
7. Incinerator dengan suhu tinggi disarankan untuk memusnahakan limbah citotoksis
(110°C)
8. Incinerator harus digunakan dan dipelihara sesuai dengan spesifikasi desain. Mutu emisi
udara harus dipantau dalam rangka menghindari pencemaran udara.
9. Sanittary landfill mungkin diperlukan dalam keadaan tertentu bila sarana incinerator tidak
mencukupi

13
2.2 Penanganan Limbah Infeksius
Limbah infeksius mengandung banyak bakteri penyakit yang dialami pasien misalnya
feses dan urin, dalam menngani limbah infeksius kita harus menggunakan APD untuk
mengatisipasi apabila jika terkena limbah tersebut, APD yang digunakan merupakan dari jas
laboratorium, sarung tangan steril dan masker, maka dari itu dengan cara
1. menyiapkan serta menggunakan APD dengan baik dan benar
2. menyiapkan tisu serta diinfekstan
3. mengelap limbah infeksius dengan tisu terlebih dahulu
4. memberi diinfekstan pada bekas limbah tersebut
5. kemudian mengelap Kembali bekas diinfekstan tadi
6. Membuang Tisu Bekas Penggunaan Ke Tempat Sampah Infeksius Berwarna Kuning
7. Melepas Apd Yang Sudah Digunakan
8. Melepas Dan Membuang Sarung Tangan Dan Masker Lalu Memasukan Pada Plastic
Warna Kuning
9. Mencuci Tangan Sampai Bersih8
Adapun Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberantasan Infeksi Yang
Diakibatkan Limbah Infeksius Yaitu:
1. Memasukan Alat Suntik Bekas Digunakan Kedalam Wadah Tertentu Setelah Pemakaian
2. Menggunakan Selalu Alat Suntik Sekali Pakai Atau Yang Baru Untuk Setiap Satu Kali
Penyuntikan
3. memusnahkan disposafe box pada tempat pembakaran dan tidak dicampur dengan limbah
yang lain nya.
4. tidak diperbolehkan menggunakan Kembali alat suntik yang telah digunakan untuk
menyuntik Kembali dan juga hanya diganti jarum nya
5. tidak melepas dan mengganti lalu menutup Kembali jarum yang sudah digunakan sebelum
dimasukkan ke dalam disposafe box.
6. tidak menggunakan jarum suntik yang sudah digunakan dengan tanpa proteksi yang aman,
semisal tidak menggunakan sarung tangan dari karet

14
2.2.1 Faktor yang Memengaruhi Perilaku Perawat dalam Memilah Limbah Infeksius
dan Non Infeksius
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku perawat dalam memilah limbah
infeksius dan non infeksius adalah:
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan bidng yang sangat penting serta yang sangat strategis dalam
bidang pembangunan nasional karena Pendidikan merupakan salah satu penentu kemajuan
suatu bangsa. Pendidikan juga merupakan salah satusarana paling efektif unutk meningkatkan
kualitas hidup dan derajat kesejahteraan masyarakat, maka dari tiu semakin tinggi Pendidikan
maka dari itu juga akan berbanding lurus dengan wawasan serta pengalaman yang
dimilikiinya dan dapat juga membuat seseorang mempunyai suatu tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya serta mudah menelaah berbagai informasi khusunya pada informasi
Kesehatan
2. lama kerja
Perawat yang memiliki masa kerja kurang dari 11 tahun lebih baiknya tidakan nya
daripada perawat yang masa kerjanya lebih dari atau juga sama dengan 11 tahun.maka
Perawat yang bekerja cukup lama, seiring waktu mereka akan lebih menguasai dari berbagai
keterampilan dan kemampuan pada bidang Kesehatan serta Betambahnya masa kerja diikuti
dengan keseringan keterpaparan pada informasi Kesehatan yang membuat mereka memiliki
kesadaran dalam melaksanakan tanggung jawabanya untuk meningkatkan kinerja Nurhaeni
(2002), Bahwa semakin banyak masa kerja pada perawat maka semkin banyak pula pengalam
perawat tersebut dalam memberikan asuhan perawat n yang sesuai dengan standar atau
prosedur tetap yang berlaku
3. pengetahuan
Pegetahuan adalah hasil tau dan terjadi setelah orang melakukan hal tertentu terhadap
suatu obyek, pengetahuan mengenai Kesehatan merupakan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu; ekonomi atau pendapatan, hubungan sosial, Pendidikan dan paparan media masa
4. sikap
Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang muncul dari suatu individu terhadap
objek yang kemuian memunculkan perilaku objek tersebut dengan beberapa hal yang dengan
cara2 tertentu, respon seseorang dapat mempengaruhi perilaku dalam memelihara Kesehatan.
5. ketersediaan fasilitas
Ketersediaan fasilitas adalah faktor pendukung pada terjadinya suatu sikap yang
menjadi suatu perilku Penelitian Sumiati (2004) di RS Panembahen Senopati Bantul,
mengatakan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi perilaku karyawan dalam membuang
limbah klinis adalah ketersediaan fasilitas pembuangan limbah klinis yang kurang,
mempunyai resiko mempengaruhi perilaku yang kurang baik

15
6. ketersediaan informasi
Dengan dana atau tidaknya fasilitas pembuangan sampah medis padat dan juga sarana
untuk memperoleh informasi limbah medis padat ini dipengaruhi juga oleh adanya
perencanaan yang matang serta dana yang tersedia, dan diwujudkan dengan adanya
pengadaan fasilitas dan sarana yang diperlukan. Untuk perawat juga diperlukan diadakan
pelatihan, kursus, penyuluhan dan juga memiliki suatu bahan atau contohnya seperti leflet
brosur dan poster tentang pengelolaan limbah medis padat yang diselenggarakan oleh rumah
sakit atau pihak lain, dan adanya sosialisasi peraturan tertulis berupa prosedur tetap
pembuangan limbah medis padat yang mudah di engerti oleh perawat. Ketersediaan sarana
memperoleh informasi limbah medis padat akan memudahkan perawat memperoleh
informasi limbah medis padat dan dapat mengubah perilaku perawat membuang limbah
medis padat sesuai persyaratan. Ketersediaan informasi berhubungan dengan tindakan
responden membuang limbah medis padat
7. kebijakan rumah sakit
Kebijakan merupakan rujukan utma cara anggota organisasi atau anggota masyarakat
tersebut dalam berprilaku Adapun juga Kebijakan harus memberi peluang diintepretasikan
sessai kondisi spesifikk yang ada, karena Adanya berbagai ketentuan yang diambil oleh
pihak rumah sakit meliputi adanya peraturan tertulis tentang pengolahan limbah klinis yang
diterbitkan rumah sakit dengan mengacu pada peraturan diatasnya dan diketahui oleh
perawat, adanya sanksi dan penghargaan pelaksanaan prosedur tetap pembuangan limbah
medis padat dan diketahui oleh perawat di unit penghasil limbah medis padat akan
berpengaruh terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah medis padat. Kebijakan
rumah sakit berhubungan dengan tindakan responden membuang limbah medis padat

16
2.3 Kerangka Teori
Faktor-faktor yang berpengaruh bagi perawat didalam memilah limbah medis padat di
pengaruhi oleh 3 faktor hal ini ada kaitan nya dengan kinerja perawat di ruang rawat inap dan
itu pula pemilahan limbah padat pada rumah sakit ialah kunci pengelolaan yang baik
dilakukan oleh perawat 3 faktor yang berpengaruh yaitu:
1. faktor predisposisi yaitu: dapat terwujudnya pengetahuan kepercayaan,
sikap,keyakinan,nilai-nilai dan sosio dempgrafi
2. faktor pendorong yaitu: dapat terwujud dalam ucapan maupun sikap serta Tindakan oleh
petugas Kesehatan dan petugas lain nya yang tujuan nya supaya memotivasi kepada
seorang
perawat membuang limbah medis pada tempatnya maka dari itu ada kebijakan yang
berhubungan dengan pegelolaan limbah medis yaitu dengan adanya peraturan tertulis yang
merujuk peraturan di atasnya berupa kegiatan sosialisasi prosedur tetap, koordinasi dengan
tim kerja lain, penyelenggaraan pelatihan/workship, pemantauan dengan pemberian sanksi
sanksi dan penghargaan.
3. faktor pendukung yaitu: supaya terwujud dalam lingkungan fisik yaitu tersedia dan tida
tersedia fasilitas Kesehatan pada pembuangan limbah medis yaitu tempat limbah medis
dan
non medis yang dimana tempat limbah medis ialah yang memenuhi syarat Kesehatan yaitu
tidak mudah bocor, tertutup dan mudah di bersihkan, sedangkan
Sesuai perspektif perilaku, fase diagnosis pendidikan/ organisasi model precede
memberi penekanan pada faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong yang
dimana menganalisa kebutuhan kesehatan masyarakat dengan cara lima diagnosis sosial,
epidemiologi, perilaku/ lingkungan, pendidikan/organisasi, dan administrasi atau kebijakan.
Diagnosis pendidikan maupun perilaku, keduanya menekankan pada hubungan antara
perilaku dan lingkungan

PROMOSI
KESEHATAN
Faktor
Ppredisposisi

Pendidikan
Kesehatan Perilaku Kesehatan
Faktor
Pendorong

Kualitas Hidup

17
2. 4 Kerangka Konsep
Berdasarkan model teori precede oleh Green and Kreuter yang telah dikemukakan di
atas, faktor yang memengaruhi perilaku perawat dalam pemilahan limbah infeksius dan non
infeksius yaitu pendidikan, masa kerja, PROMOSI KESEHATAN Pendidikan Kesehatan
Faktor Pendorong Faktor predisposisi PERILAKU Kesehatan Kualitas Hidup 40
pengetahuan, sikap, ketersedian fasilitas, ketersediaan informasi, dan kebijakan rumah sakit.
Faktor lainnya seperti kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, penghargaan disebabkan selain
sulit untuk diukur, juga tidak menjadi permasalahan atau penyebab faktor perilaku perawat
dalam memilah limbah medis sesuai dengan hasil survei awal yang dilakukan
2.5 Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel definisi operasional variabel independen dan
dependen sebagai berikut:
1. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang pernah ditamatkan perawat sampai
penelitian ini dilakukan.
2. Masa kerja adalah lamanya waktu bekerja perawat di rumah sakit yang dihitung dalam
tahun.
3. Pengetahuan adalah pemahaman perawat tentang pengertian jenis, macam, sifat dan
bahaya,
serta cara memilah limbah infeksius dan non infeksius sesuai persyaratan yang ada.
4. Sikap adalah tanggapan perawat tentang jenis, macam, bahaya, dan cara memiliah limbah
infeksius dan non infeksius dan upaya meningkatkan respons tersebut ke arah yang lebih
baik.
5. Ketersediaan fasilitas adalah upaya manajemen rumah sakit menyediakan tempat limbah
infeksius dan non infeksius tempat sampah dan kantong sampah berwarna, instruksi dan
alat pelindung diri (masker dan sarung tangan) sesuai ketentuan pesyaratan Kepmenkes
no.1204/Menkes/SK/X/2004.
6. Ketersediaan informasi adalah upaya manajemen rumah sakit memberikan informasi
kesehatan tentang pemilihan limbah infeksius dna non infeksius melalui pelatihan,
sosialisasi, buku saku, kursus, pendidikan dan pelatihan K3.
7. Kebijakan rumah sakit adalah berbagai ketentuan yang diambil oleh pihak rumah sakit
meliputi ada tidaknya peraturan tertulis tentang pemilahan limbah infeksius dan non
infeksius berupa buku saku direvisi, evaluasi, penyediaan fasilitas, penghargaan, dan
penerapan sanksi.
18
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang dimaskud dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan
pendekatan cross sectional study dengan tujuan untuk menganalisis faktor yang memengaruhi
perilaku perawat dalam pemilahan limbah infeksius dan non infeksius di RSUD BANTEN
tahun 2022
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di RSUD BANTEN Alasan pengambilan lokasi ini
adalah lebih banyak menghasilkan limbah infeksius dan non infeksius pada rumah sakit
tersebut
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan maret sampai dengan bulan juli 2022
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di RSUD
BANTEN
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran dari populasi. Besar
sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di RSUD BANTEN
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan oleh tenaga pengumpul data (interviewer/surveyor) yang diketahui
oleh penulis sebagai orang yang sudah terlatih dengan jenjang pendidikan minimal Diploma
III. Agar data yang dikumpulkan lebih akurat dan sesuai dengan yang diinginkan oleh
peneliti, maka sebelum melakukan pengumpulan data interviewer/surveyor tersebut dilatih
terlebih dahulu tentang cara-cara pengisian kuesioner dan cara pengumpulan data, baik data
primer
maupun data sekunder
3.4.1. Jenis Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu data
primer, data sekunder, dan data tertsier.
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/ suatu
organisasi secara langsung dari obyek yang diteliti dan untuk kepentingan studi ini diperoleh
melalui interview (wawancara) dan kuesioner.
19
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan berupa data
dokumentasi dan arsip-arsip resmi yang mendukung data primer serta peraturan pemerintah
yang berkaitan dengan penelitian ini.
3) Data Tersier
Data tersier merupakan data yang diperoleh dari berbagai referensi yang sangat valid
seperti jurnal, text book, hasil penelitian yang sudah dipublikasikan.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif.
1) Data primer diperoleh dari kuesioner yang diisi responden berupa data tentang umur,
jenis
kelamin, pendidikan, masa kerja dan pernah mengikuti pelatihan, pengetahuan, sikap,
ketersediaan sarana, ketersediaan informasi dan kebijakan serta perilaku memilah
limbah.
2) Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen/ laporan Rumah Sakit Umum Haji
Medan.
3) Data tertier diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu jurnal yang terpublikasikan, sumber
dari internet seperti, keputusan menteri kesehatan, dan peraturan pemerintah serta undang-
undang.

20
3.5 Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dibagi menjadi:
1) Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan dengan mendeskripsikan distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel yang diteliti, dengan ukuran persentase dan proporsi yaitu variabel
bebas yaitu pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana, ketersediaan
informasi dan kebijakan serta variabel terkait (dependen) yaitu perilaku dalam memilah
limbah infeksius dan non infeksius.
2) Analisis bivariat
Analisis bivariat adalah metode pengolahan variabel penelitian antara variabel
independen dan dependen. Analisis bivariat dilakukan dengan menganalisis hubungan
variabel bebas yaitu pendidikan, masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana,
ketersediaan informasi dan kebijakan dengan variabel terkait (dependen) yaitu perilaku
dalam memilah limbah infeksius dan non infeksius menggunakan uji chi square. Jika nilai
p<α, maka keputusannya adalah ada hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen dan jika nilai p>α, maka keputusannya adalah tidak ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
3) Analisis multivariat,kjbv
Analisis multivariat adalah metode pengolahan variabel dalam jumlah yang banyak
melalui uji statistik. Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui faktor yang dominan
berhubungan atau (korelasi) variabel bebas yaitu pendidikan, masa kerja, pengetahuan,
sikap, ketersediaan sarana, ketersediaan informasi dan kebijakan terhadap variabel terkait
(dependen) yaitu perilaku dalam memilah limbah infeksius dan non infeksius serta
menentukan faktor mana yang paling dominan berhubungan dengan variabel terikat. Hasil
analisis bivariat menghasilkan nilai p<0,25 maka variabel tersebut dapat dimasukkan dalam
model multivariat. Variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini bersifat kategorik
(dikotomi), sehingga uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik biner yaitu variabel
penelitian hanya mempunyai dua kategori saja. Persamaan regresi logistik berganda yang
diacu yaitu:
Keterangan:
f (z) = Probabilitas kepuasan kerja perawat
α = Konstantaβ1-βi = Koefisien regresi
X1 = Pendidikan
X2 = Masa kerja
X3 = Pengetahuan
X4 = Sikap
X5 = Ketersediaan fasilitas X6= ketersediaan Informasi
21
DAFTAR PUSTAKA
Sirait, A. A. F. D., Mulyadi, A., & Nazriati, E. (2015). Analisis Pengelolaan Limbah Medis
Di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Gunungtua Kabupaten Padang Lawas Utara Propinsi
Sumatera Utara. Jurnal Ilmu Lingkungan, 9(2), 183-192.
Yustiani, Y. M. (2019). Evaluasi operasional sistem pengelolaan limbah padat medis di
rumah sakit garut. ENVIROSAN: Jurnal Teknik Lingkungan, 2(1), 14-18.
Huda, M. S., & Simanjorang, A. (2020). Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Perawat Dalam
Pemilahan Limbah Infeksius Dan Non Infeksius Di Ruang Rawat Inap Kelas 3 Rumah Sakit
Umum Haji Medan. Health Care: Jurnal Kesehatan, 9(2), 100-106.
Muchsin, dkk. Gambaran Perilaku Perawat dalam Membuang Limbah Medis dan Non Medis
di RSUD Kab. Aceh Tamiang Tahun 2013. FKM. USU. 2013
peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
Sudiharti, S., & Solikhah, S. (2012). Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku
perawat dalam pembuangan sampah medis di rumah sakit pku muhammadiyah
yogyakarta. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad
Daulan, 6(1), 24951.
Idaiani, S., & Riyadi, E. I. (2018). Sistem kesehatan jiwa di Indonesia: tantangan untuk
memenuhi kebutuhan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 70-80.
Rachmawati, S., Sumiyaningsih, E., & Atmojo, T. B. (2018). Analisis Manajemen
Pengelolaan Limbah Padat Medis B3 Di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1).
Sistiarani, A. F. W., Nurhayati, S., & Wahyuningsih, E. (2014). Evaluasi Pengelolaan
Limbah Klinis Tajam di RSUD Kabupaten Cilacap. Kesmas Indonesia, 6(3), 183-193.
Subekti, S. (2011). Pengaruh dan dampak limbah cair rumah sakit terhadap kesehatan serta
lingkungan. Dinamika Sains, 9(19).
Yustiani, Y. M. (2019). Evaluasi operasional sistem pengelolaan limbah padat medis di
rumah sakit garut. ENVIROSAN: Jurnal Teknik Lingkungan, 2(1), 14-18.
Jayanti, L. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Sanitasi Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar).

22
Oktavia, D. S. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik Pengelolaan
Limbah Medis Padat di Puskesmas Kuok Tahun 2020 (Doctoral dissertation, Universitas
Pahlawan Tuanku Tambusai).
Jana, S. K. M., Wayan, I., Suyasa, S. K. M., & Gede, I. N. (2020). Gambaran Tingkat
Pengetahuan Sikap Dan Tindakan Bidan Tentang Pengelolaan Sampah Medis Pada Praktek
Mandiri Bidan Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas I Negara Tahun 2020 (Doctoral
dissertation, Jurusan Kesehatan Lingkungan Prodi D III).
LAMPIRAN – LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU
PERAWAT DALAM PEMILAHAN LIMBAH INFEKSIUS DAN NON INFEKSIUS DI
RUANG RSUD BANTEN TAHUN 2022

No. Responden :………………….. Tanggal Pengisian :……………………..


(Diisi oleh peneliti)
A. Identitas
Umur :…………………Tahun
Jenis kelamin :………………………..
Pendidikan :………………………..
Lama bekerja :……………Tahun
Pelatihan yang pernah diikuti: a. Pernah b. Tidak pernah
Sebutkan :
B. Pengetahuan
Petunjuk Pengisian:
Pilihlah Salah Satu Jawaban Yang Sesuai Dengan Keadaan Yang Sebenarnya Dan
Memberi Tanda (√) Pada Kolom Jawaban.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Limbah Rumah Sakit Infeksius Apakah Dapat Menularkan
Penyakit
2 Limbah Rumah Sakit Apa Dibedakan Menjadi Limbah Infeksius
Dan Non Infeksius
3 Tempat Pembuangan Limbah Medis Dipisahkan Dengan Limbah
Non Medis Mulai Dari Awal Di Ruang Penghasil Limbah Medis
4 Muntahan Pasien Berpenyakit Menular Termasuk Limbah Medis
Infeksius
5 Sisa Jaringan Tubuh, Termasuk Limbah Sangat Infeksius
6 Perban Dan Pembalut Termasuk Limbah Medis Infeksius
7 Tempat Bak Sampah Khusus Limbah Medis Infeksius 100- 200
Liter
8 Kantong Plastik Untuk Limbah Infeksius Adalah Kuning Dengan
Tanda Biohazard
9 Pengangkutan Minimal 2x 24 Jam
10 Kantong Plastik Untuk Limbah Sitotoksik Adalah Ungu
11 Kantong Plastik Untuk Limbah Radioaktif Adalah Merah
12 Kantong Plastik Untuk Limbah Non Medis Adalah Hitam
13 Rekapitulasi Jumlah Limbah Medis Infeksius Yang Akan
Dimusnakan Minimal Triwulan (1 Bulan)
24
C. Sikap
Petunjuk pengisian:
Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan memberi
8tanda (√) pada kolom Jawaban.
No8 Pertanyaan Ya Tidak
18 Perawat memiliki kebiasaan membuang limbah medis di
sembatang tempat bukan kebiasaan yang baik
2 Perawat seharusnya memisahkan limbah rumah sakit menjadi
limbah infeksius dan non infeksius
38 Perawat sebaiknya memilah limbah medis seperti perban dan
pembalut bekas pasien di buang tidak dengan limbah non
medis karena berbahaya
84 Perawat sebaiknya memilah limbah infeksius dan infeksius
supaya mengurangi jumlah limbah yang memilki perlakuan
khusus
5 Perawat setelah menggunakan jarum suntik, maka dibuang
pada tempat tersendiri sehingga tidak melukai perawat.
6 Perawat sebaiknya membuang srynge dan selang infus bekas
pasien secara terpisah bukan untuk tujuan di manfaatkan
Kembali
Perawat sebaiknya membuang obat kadaluarsa dibuang
tersedndiri dalam kantong limbah berwarna kuning
8 Perawat sebaiknya membuang sisa jaringan tubuh tidak boleh
di tempat limbah non medis
9 Perawat sebaiknya membuang limbah infeksius dan non
infeksius harus mengenali warna kantong yang tepat
10 Perawat sebaiknya mendapatkan instruksi pemilahan limbah
medis di rumah sakit dari atasan
11 Perawat sebaiknya mendapatkan sosialiasi tentang jenisjenis
limbah berbahaya dan tidak berbahaya untuk mendukung
pemilahan limbah
12 Perawat setelah memilah limbah medis hendaknya mencuci
tangan dengan menggunakan sabun desinfektan

25
D. Ketersediaan Fasilitas
Petunjuk pengisian:
Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan memberi
tanda (√) pada kolom Jawaban.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Tersedia Tempat Limbah infeksius dan non infeksius berlapis
kantong warna kuning
2 Tersedua tempat limbah infeksius lainnya berlapis kantong
berwarna
3 Tersedia masker untuk menutup mulut saat memilah limbah
medis8
4 88
5 Tersedia di dinding atas tempat limbah medis tersedia
prosedur pembuangan limbah medis
E. Kersediaan Informasi
Petunjuk pengisian:
Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan memberi
tanda (√) pada kolom Jawaban.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Perawat mengikuti pelatihan tentang memilahan limbah medis
infeksius dan limbah benda tajam diadakan oleh rumah sakit
2 Perawat mengikuti sosialiasi tentang memilahan limbah medis
infeksius dan limbah benda tajam diadakan di rumah sakit
3 Perawat membawa buku satu tentang pemilahan limbah di
rumah sakit dan membacanya jika belum paham cara
pemilihan limbah (Hasil wawancara jarang dibawa dan tidak
ada pemeriksaan)
4 Perawat mengikuti kursus tentang memilahan limbah medis
infeksius dan limbah benda tajam diadakan di rumah sakit
5 Perawat mengikuti pendidikkan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja di rumah sakit (program keselamatan
pasien)

26
F. Kebijakan
Petunjuk pengisian:
Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan sikap Anda dengan memberi tanda (√)
pada kolom Jawaban.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Manajemen rumah sakit melaksanakan sidak kepada perawat
di ruangan dalam memilah jenis medis
2 Manajemen rumah sakit menerapkan sanksi terhadap perawat
yang melanggar prosedur tetap pemilahan jenis limbah
infeksius dan non infeksius
3 Manajemen rumah sakit mensosilisasikan tata kelola
pemilahan limbah medis infekius dan non infeksius
4 Manajemen rumah sakit menyelenggarakan workshop di
ruang rawat inap tentang pemilahan limbah medis
5 Manajemen rumah sakit melaksanakan koordinasi dengan tim
lain agar perawat memilah limbah medis sesuai jenisnya
E. Pemilahan Limbah Infeksius dan Non Infeksius
Petunjuk pengisian:
Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan ketersediaan fasilitas dan prasana
dengan memberi tanda (√) pada kolom Jawaban.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Perawat memilah jarum suntik bekas pasien dibuang ke
tempat limbah medis berlapis kantong warna kuning.
2 Perawat memilah limbah infeksius dan membuang pada
tempat sampah kuning
3 Perawat memilah limbah infeksius dan membuang pada
tempat sampah kuning
4 Perawat memilah limbah plester, perban, dan pembalut bekas
pasien ke tempat limbah non medis berlapis kantong warna
hitam (seharunys kuning)
5 Perawat memilah limbah sitotoksis dan membuang pada
tempat sampah biru
6 Perawat memilah sisa jaringan tubuh pasien dibuang ke
tempat limbah medis berlapis kantong warna kuning.
7 Perawat memilah limbah kimia dan farmasi dan membuang di
tempat sampah kuning
8 Perawat membuang sarung tangan setelah memilih limbah
infeksius
9 Perawat berusaha mencari sarung tangan, masker sebelum
memilih limbah infeksius
10 Perawat mencuci tangan dengan sabun anti septik setelah
membuang limbah/ sampah rumah sakit.

27

Anda mungkin juga menyukai