Anda di halaman 1dari 81

Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja

SOSIALISASI FAKTOR RISIKO KERJA BIOLOGI


DAN PENGENDALIANNYA DI PUSKESMAS LIMAPULUH
KOTA PEKANBARU

Oleh :

Annesha, S.Ked
Fadil Ahmadi, S.Ked
Fatimah Firmani, S.Ked
M. Damuri, S.Ked

Pembimbing :

Dr. Zahtamal, SKM, M.Kes


dr. Handayani, MKK

KEPANITERAAN KLINIK KJF ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan
judul "Sosialisasi Faktor Risiko Kerja Biologi dan Pengendaliannya di
Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru". Makalah ini diajukan sebagai
syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran Komunitas (KM-KK) Fakultas Kedokteran
Universitas Riau.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada Dr. Zahtamal, SKM, M.Kes dan dr. Handayani, MKK selaku
pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam
memberikan masukan pada penulisan makalah ini.

Penulis berharap masukan dan saran yang membangun dari


berbagai pihak terhadap makalah ini sehingga dapat menjadi lebih baik lagi
untuk masa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah
kelompok ini bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR……………….. .................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
vi

BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................
1
1.1 Latar Belakang....................................................................................
1
1.2 Tujuan Kegiatan.................................................................................
3
1.2.1 Tujuan Umum..........................................................................
3
1.2.2 Tujuan Khusus.........................................................................
3
1.3 Manfaat Kegiatan...............................................................................
4

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA........................................................................


6
2.1 Hazard Biologi.....................................................................................
6
2.2 Pengendalian Hazard Biologi..............................................................
8
2.3 Manajemen Covid-19 di puskesmas ...................................................
16
2.3.1 Manajemen puskesmas......................................................
17
2.3.2 UKM...................................................................................
18
2.3.3 UKP....................................................................................
20

ii
2.3.4 PPI.......................................................................................
20
BAB III: METODE PENELITIAN...................................................................
22
3.1 Deskripsi keadaan.....................................................................................
22
3.2 Plan...........................................................................................................
22
3.2.1 Identifikasi Masalah..........................................................................
23
3.2.2 Penentuan Prioritas Masalah............................................................
25
3.2.3 Analisa Penyebab Masalah..............................................................
27
3.2.4 Fishbone Ishikawa...........................................................................
30
3.2.5 Alternatif Pemecahan Masalah.......................................................
31
3.2.6 Definisi Operasional........................................................................
36
3.3 Do.............................................................................................................
37
3.4 Check .....................................................................................................
38
3.5 Action .....................................................................................................
41

BAB IV: PEMBAHASAN...................................................................................


42
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................
46
5.2 Saran ................................................................................................
49
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
50
LAMPIRAN……………….................................................................................
51

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh penggunaan APD dan lokasi penggunaannya...............13


Tabel 3.1 Identifikasi masalah....................................................................24
Tabel 3.2 Penentuan prioritas masalah.......................................................26
Tabel 3.3 Analisis penyebab masalah........................................................27
Tabel 3.4 Alternatif pemecahan masalah...................................................31

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hierarki Pengendalian Risiko K3.........................................................9


Gambar 2.2 Konsep Air Purification.....................................................................11
Gambar 3.1 Fishbone Ishikawa..............................................................................30

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Wawancara dengan Kepala Puskesmas dan Penanggung


Jawab K3...............................................................................................51
Lampiran 2 Wawancara dengan Petugas Puskesmas dan Cleaning
Service...................................................................................................55
Lampiran 3 Wawancara dengan Pengunjung Puskesmas.....................59
Lampiran 4 Hasil Observasi..................................................................61
Lampiran 5 Kuisioner Pre Test dan Post Test.......................................63
Lampiran 6 Poster, Leaflet dan Power Point Sosialisasi .....................65
Lampiran 7 Output SPSS .....................................................................70

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di

Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) adalah bagian dari sistem

manajemen Fasilitas Pelayanan Kesehatan secara keseluruhan dalam rangka

pengendalian risiko kerja di Fasyankes. Tujuan dari SMK3 di Puskesmas

yaitu memberikan acuan kepada Fasyankes dalam menyelenggarakan K3 dan

menciptakan Fasyankes yang sehat, aman, nyaman bagi SDM di Fasyankes,

pasien, pengunjung, maupun lingkungan Fasyankes. 1

Puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat adalah Fasilitas Pelayanan

Kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan ditingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

optimal. Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas meliputi

bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial, dan bahaya kecelakaan kerja. 1

Prevalensi penyakit yang diakibatkan oleh bahaya biologi seperti bakteri dan virus

menempati urutan teratas penyakit yang dapat menular dari pasien ke petugas

puskesmas selama bekerja, diantaranya penyakit TB Paru, Hepatitis B, Hepatitis

C, HIV/AIDS, dan yang terbaru adalah Covid-19.2

World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 mencatat kasus

infeksi akibat tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi virus diperkirakan


2

mengakibatkan Hepatitis B sebesar 32%, Hepatitis C sebesar 40%, dan HIV

sebesar 5% dari seluruh infeksi baru. Berdasarkan data Direktorat Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan tahun 1987-

2016 terdapat 178 petugas medis yang terkena HIV AIDS.1

Pada era pandemi covid-19, sebanyak 62 tenaga kesehatan dan pegawai

yang bekerja di Fasyankes di Provinsi Riau terinfeksi virus Corona. Berdasarkan

profesi, tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif Covid-19 antara lain dokter

ada 12 orang, perawat 18 orang, bidan 9 orang, tenaga kesehatan di dinas

kesehatan 2 orang, analis 2 orang, tim ahli laboratorium 1 orang. Pegawai bukan

tenaga kesehatan di antaranya terdiri dari pegawai administrasi 5 orang,

manajemen 2 orang, sekuriti 2 orang, serta pegawai pendidikan dan pelatihan,

surveilan, dan pekarya masing-masing 1 orang.3

Puskesmas merupakan garda terdepan dalam memutus mata rantai

penularan COVID-19 karena berada di setiap kecamatan dan memiliki konsep

wilayah. Dalam kondisi pandemi COVID-19 ini, Puskesmas perlu melakukan

berbagai upaya dalam penanganan pencegahan dan pembatasan penularan infeksi.

Meskipun saat ini hal tersebut menjadi prioritas, bukan berarti Puskesmas dapat

meninggalkan pelayanan lain.4

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru adalah salah satu Fasyankes di

Kota Pekanbaru. Pada era pandemi covid-19, terdapat 2 petugas Puskesmas

Limapuluh yang terkonfirmasi positif covid-19 yang bertugas di bagian pelayanan

dan bagian administrasi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan

petugas Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru, 3 dari 5 petugas memiliki

pengetahuan yang kurang tentang faktor risiko kerja biologi di Fasyankes.


3

Berdasarkan wawancara dengan penanggung jawab K3, didapatkan keterangan

belum adanya sosialisasi faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di

Puskesmas Limapuluh. Selain itu, wawancara juga dilakukan dengan pengunjung

Puskesmas Limapuluh, didapatkan hasil kurangnya pengetahuan mereka tentang

faktor risiko biologi di Puskesmas.

Berdasarkan wawancara tersebut, perlu dilakukan upaya untuk

meningkatkan pengetahuan petugas dan pengunjung Puskesmas tentang faktor

risiko kerja biologi dan upaya pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru. Untuk itu kami mengangkat topik mengenai Sosialisasi Faktor Risiko

Kerja Biologi dan Pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru .

1.2 Tujuan Kegiatan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari kegiatan ini adalah Sosialisasi Faktor Risiko Kerja

Biologi dan Pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari kegiatan ini adalah :

1. Identifikasi faktor risiko kerja di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru.

2. Ditentukannya prioritas masalah mengenai faktor risiko kerja di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

3. Dilakukan analisis mengenai penyebab masalah belum adanya

sosialisasi faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di

Puskesmas Limapuluh Kota pekanbaru.


4

4. Didapatnya beberapa alternatif kegiatan dalam mengatasi masalah

belum adanya sosialisasi faktor risiko kerja biologi dan

pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

5. Dilaksanakannya kegiatan sosialisasi tentang sosialisasi faktor risiko

kerja biologi dan pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru.

6. Dilakukan evaluasi kegiatan pemecahan masalah dalam sosialisasi

faktor risiko kerja biologi dan optimalisasi pengendaliannya di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

1.2.3 Manfaat kegiatan

Manfaat dari kegiatan ini bagi :

1. Kepala Puskesmas

Mengoptimalkan pengendalian faktor risiko kerja biologi dan

pengendaliannya dalam rangka menunjang reakreditasi puskesmas

dibidang K3.

2. Petugas Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

Mendapatkan infomasi mengenai faktor risiko kerja biologi dan

pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

3. Dokter Muda IKM-KK FK UNRI

Menambah wawasan mengenai faktor risiko kerja biologi dan

pengendaliannya
5

4. Masyarakat

Mendapatkan infomasi mengenai faktor risiko kerja biologi dan

pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hazard Biologi


Hazard atau bahaya merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas

yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat

kerja. Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk

muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari

rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. 5 Jenis bahaya

kesehatan antara lain:

a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non pengion,

suhu ekstrem dan pencahayaan.

b. Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material atau bahan

seperti zat di laboratorium, antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist,

fumes, gas, vapor.

c. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang

berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa, dan fungi (jamur)

yang bersifat patogen.

d. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture, manual

handling dan postur janggal.

e. Bahaya Psikososial, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan

dan kondisi kerja yang tidak nyaman.6,7

Bahaya biologi didefinisikan sebagai sesuatu yang berpotensi

menyebabkan kerugian atau penyakit yang berasal dari mikroorganisme atau

kuman penyakit dari udara atau pekerja yang menderita penyakit tertentu. Bahaya
7

biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-

infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme

viable, racun biogenik dan alergi biogenic. Kelompok biologis yang menyebabkan

infeksi adalah virus, bakteri, jamur dan parasit lainnya. Selain kelompok biologis

diatas terdapat juga bahaya biologis yang berasal dari serangga, tikus, dan

binatang pengganggu lainnya. Faktor bahaya biologis merupakan penyebab utama

untuk penyakit akibat kerja.8

Faktor bahaya biologis yang terdapat di Rumah Sakit dan Pelayanan

Kesehatan sebagai berikut:8

1. Virus

Lingkungan rumah sakit akan banyak sekali ditemukan virus. Seperti

virus HIV, virus SARS, virus Hepatitis, virus Influenza, virus Dengue, virus

Varicela yang merupakan bahaya potensial bagi petugas kesehatan dan mereka

yang bekerja di lingkungan rumah sakit. Virus Hepatitis B dan Hepatitis C

merupakan faktor risiko kerja yang potensial untuk tertular, yaitu ditularkan

melalui kontak dengan cairan tubuh. Risiko penularan Hepatitis C dan Hepatitis B

ini tergantung pada frekuensi terkena darah dan produk darah dan termasuk

dengan cara tertusuk jarum suntik.

2. Bakteri

Petugas kesehatan dan pekerja lain di rumah sakit mempunyai resiko

terinfeksi beberapa jenis bakteri dan patogen lainnya. Salah satunya adalah

Mycobacterium tuberculosis. Beberapa patogen penyebab infeksi saluran nafas

yang banyak terdapat di rumah sakit dan laboratorium antara lain Proteus sp.,

Escherichia colii, Staphylococcus aureus, Candida albicans, dan Pseudomonas


8

aeruginosa yang dapat menyebabkan infeksi baik pada kulit, saluran pernapasan

dan saluran pencernaaan.

3. Parasit

Infeksi parasih adalah pertumbuhan atau serangan organisme parasite

terhadap organ tubuh manusia sehingga menyebabkan

penyakit. Parasit merupakan organisme yang hidup dari organisme lain.

Infeksi parasit biasanya terjadi karena organisme tersebut masuk ke dalam tubuh

melalui mulut atau kulit. Salah satu contohnya adala penyakit malaria yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles, Ansxylostomiosis yang dapat

menyebabkan anemia kronis, dan scabies yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei.

2.2 Pengendalian Hazard Biologi

Pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu upaya

pengendalian potensi bahaya yang ditemukan di tempat kerja. Pengendalian risiko

perlu dilakukan sesudah menentukan prioritas risiko. Metode pengendalian dapat

diterapkan berdasarkan hierarki dan lokasi pengendalian. Hierarki pengendalian

merupakan upaya pengendalian mulai dari efektivitas yang paling tinggi hingga

rendah, sebagai berikut:1


9

Gambar 2.1 Hierarki Pengendalian Risiko K3 dari NIOSH (National Institute


For Occupational Safety and Health

Apabila suatu resiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah

diidentifikasi dan dinilai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

pengendalian resiko untuk mengurangi resiko sampai batas-batas yang dapat

diterima berdasarkan ketentuan, peraturan dan standar yang berlaku.

Untuk pengendalian bahaya biologis yang berupa virus, jamur, bakteri dan

pathogen lainnya dapat dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu dengan

cara sebagai berikut:

a. Upaya pengendalian dengan Eliminasi

Eliminasi merupakan pengendalian risiko faktor bahaya yang harus

diterapkan pertama kali. Eliminasi dilakukan dengan cara meniadakan atau

menghilangkan objek yang menyebabkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Peniadaan hazard biologi ini tidak dimungkinkan untuk dilakukan, karena sangat
10

sulit menghilangkan penyebab penyakit tersebut. Jadi dalam hal ini eliminasi tidak

dapat dilaksanakan.

b. Upaya pengendalian dengan Subtitusi

Jika eliminasi tidak berhasil untuk mengendalikan faktor resiko maka

subtitusi merupakan langkah yang harus diambil selanjutnya. Substitusi dilakukan

dengan cara mengganti bahan-bahan dan peralatan yang berbahaya dengan bahan-

bahan dan peralatan yang kurang berbahaya. Dalam hal ini pengendalian secara

substitusi tidak dapat dilaksanakan juga.

c. Upaya pengendalian dengan Rekayasa Teknik

Rekayasa Teknik untuk pengendalian faktor bahaya biologis dapat

dilakukan dengan cara antara lain :

1. Memisahkan alat-alat bekas perawatan pasien, seperti jarum suntik, perban

kedalam wadah tersendiri.

2. Pemisahan ruangan untuk pelayanan pasien curiga Covid 19 dan Non

Covid 19

3. Pemisahan ruangan pelayanan TB Paru di luar gedung utama Puskesmas.

4. Pembuatan instalasi HVAC, yaitu dengan mensirkulasi udara dalam

ruangan tertentu, memfilter udara tersebut, sehingga Virus, Jamur, dan

Bakteri tersebut dapat tertangkap pada filter, sedangkan udara yang sudah

tersaring dapat dimasukkan dalam ruangan itu kembali.


11

Gambar 2.3 Konsep Air Purification

d. Upaya Pengendalian Administratif

Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem

kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya

yang ditujukan dari sisi pekerja. Jenis pengendalian ini antara lain :

1. Seleksi karyawan, pengaturan jadwal kerja, rotasi kerja, jadwal istirahat.

hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pajanan bahaya kepada tenaga

kerja.

2. Pembuatan Standar Operasi Prosedur (SOP) yang baku, seperti SOP di

laboratorium, SOP sterilisasi ruangan dan peralatan, SOP tertusuk jarum

atau terkena cairan tubuh pasien.

3. Pendidikan dan pelatihan, pengawasan, modifikasi perilaku, dan

pemberian reward dan punishment.

e. Upaya pengendalian dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Alat Pelindung Diri merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem

pengendalian resiko. Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai

kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian


12

atau seluruh tubuh sumber daya manusia dari potensi bahaya di Fasyankes. Untuk

pengendalian faktor bahaya biologis dapat menggunakan Alat Pelindung Diri

berupa masker, sarung tangan, penutup kepala, yang sesuai dengan jenis

pekerjaannya. Pemakaian APD tersebut dapat mengurangi risiko paparan

penularan penyakit kepada petugas kesehatan.

Alat pelindung diri tidak mengurangi pajanan dari sumbernya, hanya saja

mengurangi jumlah pajanan yang masuk ke tubuh. APD bersifat eksklusif (hanya

melindungi individu) dan spesifik (setiap alat memiliki spesifikasi bahaya yang

dapat dikendalikan). Implementasi APD seharusnya menjadi komplementer dari

upaya pengendalian di atasnya dan/atau apabila pengendalian di atasnya belum

cukup efektif. Jenis-jenis APD yang dapat tersedia di Fasyankes sesuai dengan

kebutuhan sebagai berikut:

a) Penutup kepala (shower cap)

b) Kacamata Khusus (safety goggle)

c) Pelindung wajah (face shield) d) Masker

e) Sarung Tangan (hand schoon/sarung tangan karet)

f) Jas Lab dan Apron (apron/jas lab)

g) Pelindung kaki (safety shoes dan sepatu boots)

h) Coverall
13

Tabel 2.2 Contoh penggunaan APD dan lokasi penggunaannya dapat melihat

tabel berikut:

No APD Lokasi Pemakaian APD

1. Penutup kepala Laboratorium, ruang


sterilisasi, ruang tindakan,
ruang KIA, dapur
2. Kacamata khusus Laboratorium, ruang
tindakan dokter gigi, ruang sterilisasi,
ruang insersi IUD, pertolongan
persalinan,
ruang pembuatan kacamata
3. Pelindung wajah Laboratorium, ruang
tindakan dokter gigi, ruang
Persalinan
4. Masker Ruang persalinan, ruang tindakan untuk
kasus infeksi, balai pengobatan, ruang
tindakan dokter gigi, balai
pengobatan,
laboratorium, loket, ruang rekam medik,
ruang farmasi, dapur, cleaning service,
ruang pembuatan kacamata,
unit transfusi darah
5. Apron Ruang sterilisasi, ruang persalinan,
radiologi, ruang tindakan dokter gigi,
ruang tindakan untuk kasus
Infeksi
6. Sarung tangan Ruang tindakan, ruang KIA, ruang
tindakan dokter gigi, ruang sterilisasi,
laboratorium, dapur,
cleaning service, optik, ruang farmasi,
unit tansfusi darah
14

Untuk faktor risiko biologi yang sangat infeksius dan bahan kimia, dapat

menggunakan bentuk APD secara lengkap atau merujuk pada petunjuk teknis

terkait. Berikut penjelasan masing-masing APD beserta contoh gambar APD:

a. Penutup Kepala (shower cap)

Alat penutup kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi kepala dari jatuhnya mikroorganisme yang ada dirambut dan

kulit kepala petugas terhadap alat- alat/daerah steril dan juga sebaliknya

untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan bahan–bahan dari

pasien.

b. Kacamata Khusus (safety goggle)

Kacamata khusus (safety google) adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi mata dari paparan percikan darah dan cairan tubuh ,

bahan kimia berbahaya, , uap panas, sinar UV dan pecahan kaca (scrub).

c. Pelindung Wajah (face shield)

Alat pelindung wajah adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi wajah dari terpapar cairan tubuh, darah, dan percikan bahan-

bahan kimia.

d. Masker
15

Masker atau alat pelindung pernafasan adalah alat yang berfungsi

untuk melindungi pernafasan dari mikroorganisme yang ada di udara, dan

zat- zat kimia yang digunakan. Bagi SDM Fasyankes yang menggunakan

respirator harus dilatih untuk menggunakan dan memelihara respirator

khusus secara tepat. SDM Fasyankes harus tahu keterbatasan dan

pengujian kecocokan respirator secara tepat, minimal masker dengan tipe

N95 atau masker yang dapat memproteksi SDM dari paparan risiko

biologi maupun kimia. Masker kain efektivitas penyaringan pada masker

kain meningkat seiring dengan jumlah lapisan dan kerapatan tenun kain

yang dipakai. Efektifitas masker kain berkisar 50-70%. Masker Bedah 3

Ply memiliki efektifitas 80-90%. Masker N95 (ekuivalen)

efektivitasannya 95-100%. 9

e. Sarung Tangan (handscoen)

Sarung tangan adalah alat yang berfungsi untuk melindungi tangan

dari darah dan cairan tubuh, zat- zat kimia yang digunakan, dan limbah

yang ada.

f. Pelindung Kaki (sepatu boots, safety shoes)

Alat pelindung kaki adalah alat yang berfungsi untuk melindungi kaki

dari darah, cairan tubuh, zat- zat kimia yang digunakan, benturan benda

keras dan tajam, serta limbah yang ada. SDM Fasyankes yang berdiri

dalam jangka waktu lama ketika bekerja, perlu sepatu yang dilengkapi

bantalan untuk menyokong kaki. SDM Fasyankes yang bekerja dan

berhadapan dengan pekerjaan dengan risiko cidera akibat dari kejatuhan


16

benda keras yang mengenai jari kaki disarankan memakai sepatu dengan

ujung yang keras.

g. Jas Lab dan Apron

Jas lab dan apron adalah alat yang berfungsi untuk melindungi tubuh

dari darah dan cairan tubuh, zat-zat kimia yang digunakan, dan limbah

yang ada.

h. Coverall

Coverall adalah alat yang berfungsi untuk melindungi seluruh tubuh

dari kepala sampai kaki dari penularan melalui percikan darah ataupun

cairan tubuh sangat infeksius yang masuk melalui mucous membrane atau

luka. Penyediaan APD ini diutamakan pada Fasyankes yang melakukan

pelayanan dengan kasus karantina atau Fasyankes dengan pandemic

wabah, radiasi dan paparan bahan kimia yang sangat toksik.

2.3 Manajemen Covid-19 di Puskesmas

Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada

potensi bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu

kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi

listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang

berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-

potensi bahaya tersebut jelas mengancam jiwa bagi kehidupan para karyawan di

rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah

sakit.10
17

Peran FKTP pada pandemi COVID-19 sangat penting khususnya

Puskesmas dalam melakukan prevensi, deteksi  dan respon di dalam pencegahan

dan pengendalian COVID-19. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer

menerbitkan Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Saat Pandemi Covid-19

sebagai acuan Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan di masa pandemi covid-

19 dari segi aspek manajerial maupun penyelenggaraan baik ukp maupun ukm.

Pedoman ini menjelaskan tentang bagaimana pelaksanaan manajemen puskesmas

di masa pandemi, penyelenggaraan UKM, penyelenggaraan UKP, PPI dalam

penyelenggaraan puskesmas serta peran dinas kesehatan.4

2.3.1 Manajemen Puskesmas

Puskesmas perlu menyesuaikan tahapan manajemen Puskesmas (P1,P2,P3)

yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya dengan kebutuhan pelayanan

dalam menghadapi pandemi COVID-19.4

I. Perencanaan (P1)

a. Penyesuaian target kegiatan

b. Mencari akar penyebab masalah tidak tercapai indikator program

selain diakibatkan oleh situasi pandemi COVID-19 dan merencanakan

upaya inovasi pasca pandemi COVID-19.

c. Pelaksanaan revisi sesuai kebutuhan pandemi COVID-19

d. Menentukan target sasaran kasus COVID-19 dengan angka prevalensi

dari Dinkes daerah kabupaten/kota guna memperkirakan kebutuhan


18

logistik, termasuk APD, (Bahan Medis Habis Pakai) BMHP untuk

pengambilan spesimen RT-PCR dan  rapid test.

e. Menentukan populasi rentan (lansia, orang dengan komorbid, ibu

hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir) untuk menjadi sasaran

pemeriksaan.

II. Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)

a. Lokakarya mini (Lokmin) bulanan dan lokmin triwulanan tetap

dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah pada saat pandemi

COVID-19 seperti physical distancing, atau dapat memanfaatkan

teknologi informasi/daring.

b. Pelaksanaan kegiatan (pemantauan/ sweeping orang dengan riwayat

perjalanan dari daerah transmisi lokal/zona merah, pemantauan harian

OTG, ODP dan PDP ringan, tracing jika ditemukan kasus konfirmasi

covid-19).

c. Sistem pelaporan/pendataan untuk memantau orang dengan riwayat

perjalanan dari daerah transmisi lokal.

III. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Kinerja Puskesmas (P3)

a. Tetap melakukan pemantauan pencapaian target prioritas.

b. Menetapkan target indikator keberhasilan penanganan COVID-19

2.3.2 UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)

I. Promosi Kesehatan
19

a. Melakukan kemitraan untuk mendapat dukungan dan menjalin

kerjasama kegiatan Puskesmas dalam pencegahan COVID-19 di

wilayah kerja Puskesmas.

b. Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) dengan lintas

sektor, Ormas serta mitra.

c. Melakukan advokasi kepada penentu kebijakan untuk mendapatkan

dukungan terhadap optimalisasi kegiatan.

d. Meningkatkan literasi serta kapasitas kader, toma, toga, dan kelompok

peduli kesehatan.

e. Melakukan pengorganisasian dan memobilisasi potensi/sumber daya

masyarakat.

f. Membuat media promosi kesehatan.

g. Melakukan KIE bersama kader, tokoh masyarakat, tokoh agama,

ormas, kelompok peduli kesehatan, UKBM serta mitra.

II. Kesehatan Lingkungan

a. Konseling, dilakukan terhadap OTG dan ODP yang diintegrasikan

dengan pelayanan pengobatan dan/atau perawatan.

b. Inspeksi kesehatan lingkungan dilakukan terhadap media sarana dan

bangunan dengan mendata lingkungan yang pernah

didatangi/dikunjungi/kontak langsung oleh OTG dan ODP.

c. Intervensi kesehatan lingkungan berdasarkan hasil inspeksi.


20

d. Pengelolaan air limbah, limbah padat domestik, dan limbah B3 medis

padat.

III. Kesehatan keluarga (Kesga)

Pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan kondisi dan siklus hidup

(ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, balita dan anak pra sekolah,

usia sekolah dan remaja, calon pengantin, pasangan usia subur, lansia.

IV. Gizi

Pelayanan gizi dilakukan dengan janji temu atau kunjungan rumah.

Pelayanan gizi yang tetap dilakukan seperti pemantauan gizi buruk tetap

memperhatikan physical distancing.

V. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Meskipun sedang pandemi covid-19 namun deteksi dan surveilans

penyakit menular lainnya tetap berjalan. Pelayanan penyakit tidak menular seperti

pemantauan faktor risiko PTM dapat melalui kunjungan rumah, janji temu atau

penjadwalan khusus dengan tetap memperhatikan konsep PPI dan physical

distancing.4

2.3.3 UKP (Upaya Kesehatan Perorangan )

Pelayanan medik dapat dimodifikasi untuk mencegah penularan COVID-

19, antara lain dengan menerapkan triase/skrining terhadap setiap pengunjung

yang datang, mengubah alur pelayanan, menyediakan ruang pemeriksaan khusus


21

ISPA, mengubah posisi tempat duduk pasien, saat pelayanan (jarak dengan

petugas diperlebar), menggunakan kotak khusus bagi pasien yang mendapatkan

tindakan yang berpotensi menimbulkan aerosol yang dilakukan disinfeksi sesuai

pedoman setelah pemakaian, atau menggunakan sekat pembatas transparan antara

petugas kesehatan dan pasien.4

2.3.4 PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)

I. PPI di Puskesmas

a. Kewaspadaan standar : Kebersihan tangan, penggunaan APD,

kesehatan lingkungan, penempatan pasien, etika batuk dan bersin,

penyuntikan yang aman, pengolalaan limbah, dekontaminasi alat,

penanganan linen, perlindungan kesehatan petugas.

b. Kewaspadaan transmisi : Pengaturan penempatan posisi pemeriksa,

pasien dan ventilasi mekanis di dalam suatu ruangan dengan

memperhatikan arah suplai udara bersih yang masuk dan keluar.

II. PPI di masyarakat

a. Rutin cuci tangan

b. Hindari kerumunan

c. Hindari menyentuh mata hidung dan mulut

d. Melakukan etika batuk dan bersin

e. Berdiam diri di rumah

f. Hindari daerah dengan jumlah kasus COVID-19 tinggi


22

g. Karantina diri selama 14 hari jika memiliki riwayat bepergian ke

daerah terjangkit

h. Tidak berjabat tangan

i. Segera ganti baju dan mandi selepas bepergian ke luar rumah

j. Bersihkan barang-barang yang sering di sentuh

k. Menggunakan masker jika terpaksa harus ke luar rumah.4

BAB III

SOSIALISASI FAKTOR RISIKO KERJA BIOLOGI DAN


PENGENDALIANNYA DI PUSKESMAS LIMAPULUH
23

KOTA PEKANBARU

4.1 Deskripsi keadaan

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru adalah salah satu fasilitas

pelayanan kesehatan di Kota Pekanbaru. Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru mengacu

pada Permenkes No.52 tahun 2018.

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru memiliki 2 Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) yaitu UKM esensial dan keperawatan kesehatan masyarakat

dan UKM pengembangan dan 1 Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) serta

jaringan pelayanan kesehatan dan jejaring Fasyankes. Penanggung jawab

pelayanan kesehatan kerja merupakan bagian dari UKM pengembangan. Pada

awal tahun 2020 terjadi pergantian penanggung jawab K3 di Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru, dikarenakan mutasi jabatan ke Dinas BPKAD kota

Pekanbaru. Penanggung Jawab K3 Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru saat ini

adalah seorang bidan yang ditugaskan di puskesmas pembantu.

3.2 Plan

Kegiatan plan bertujuan untuk mencari permasalahan yang ada di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru terkait K3, dilaksanakan pada tanggal 2-14

November 2020 dengan rincian kegiatan sebagai berikut :


23

3.2.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah diperoleh melalui:

1. Wawancara terpimpin dengan Kepala Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

tentang permasalahan K3, protokol kesehatan selama pandemi, dan kebijakan

tentang pengendalian hazard biologi di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru.

2. Wawancara terpimpin dengan Penanggung Jawab K3 Puskesmas Limapuluh

Kota Pekanbaru tentang sosialisasi faktor risiko kerja biologi dan

pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

3. Wawancara terpimpin dengan Petugas Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

dengan metode sampling tentang sosialisasi faktor risiko kerja biologi dan

pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

4. Wawancara terpimpin dengan pengunjung Puskesmas Limapuluh tentang

pengetahuannya terkait bahaya biologi yang ada di Puskesmas.

5. Data laporan kasus Covid-19 di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru,

terdapatnya 2 petugas yang terkonfirmasi positif Covid-19.

6. Hasil observasi lapangan tentang identifikasi risiko kerja tiap unit di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru terkhusus bahaya biologi, bahaya

fisika, dan bahaya kimia.


24

Tabel 3.1 Identifikasi masalah Sosialisasi Faktor Risiko Kerja Biologi dan
Pengendaliannya Di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru
Aspek yang Masalah Evidence Based
dinilai
Pengendalian 1. Belum dilakukannya 1. Hasil wawancara dengan
faktor risiko kerja sosialisasi faktor risiko Penanggung Jawab K3
di Puskesmas kerja fisika dan upaya Puskesmas Limapuluh Kota
Limapuluh Kota pengendaliannya di Pekanbaru yaitu adanya
Pekanbaru Puskesmas Limapuluh faktor risiko kerja fisika
Kota Pekanbaru berupa kebisingan dari
kompresor dan getaran dari
alat bor di poli pelayanan
gigi dari mesin kompresor.
(lampiran wawancara no. 1)

2. Hasil observasi di lapangan


yaitu adanya faktor risiko
kerja fisika yaitu sumber
kebisingan dari mesin
kompresor. (lampiran hasil
observasi No. 1)

2. Belum dilakukannya 1. Hasil wawancara dengan


sosialisasi faktor risiko Cleaning service
kerja kimia dan upaya Puskesmas Limapuluh
pengendaliannya di yaitu adanya faktor risiko
Puskesmas Limapuluh kerja kimia berupa zat
Kota Pekanbaru pembersih yang digunakan
oleh Cleaning service yang
bisa mengakibatkan
penyakit seperti dermatitis
kontak. (lampiran
wawancara no. 2)

2. Hasil observasi di lapangan


yaitu adanya faktor risiko
kerja kimia yaitu zat
pembersih yang di gunakan
Cleaning Service (lampiran
hasil observasi No. 1)

3. Belum dilakukannya 1. Hasil wawancara dengan


sosialisasi faktor risiko petugas Puskesmas
25

kerja biologi dan Limapuluh yaitu terdapat 3


upaya dari 5 yaitu cleaning
pengendaliannya di service dan petugas
Puskesmas Limapuluh adminstrasi yang
Kota Pekanbaru pengetahuannya kurang
tentang faktor risiko kerja
biologi di Puskesmas.
(lampiran wawancara no. 2)

2. Hasil wawancara dengan


Penanggung Jawab K3
yaitu belum adanya
sosialisasi faktor risiko
kerja biologi di Puskesmas
Limapuluh Kota Pekanbaru

3. Data Laporan kasus Covid-


19 di Puskesmas
Limapuluh yaitu adanya
petugas yang terkonfirmasi
positif sebanyak 2 orang.

3.2.2 Penentuan prioritas masalah

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang menggunakan

dua unsur yaitu kriteria (urgensi atau kepentingan, solusi, kemampuan anggota

mengubah dan biaya) dan skor (nilai 1, 2, dan 3) yaitu :

1. Urgensi atau kepentingan

- nilai 1 tidak penting

- nilai 2 penting

- nilai 3 sangat penting

2. Solusi

- nilai 1 tidak mudah

- nilai 2 mudah

- nilai 3 sangat mudah

3. Kemampuan mengubah
26

- nilai 1 tidak mudah

- nilai 2 mudah

- nilai 3 sangat mudah

4. Biaya

- nilai 1 tinggi

- nilai 2 sedang

- nilai 3 rendah

Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan kelompok. Total

skordari masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah yaitu

masalah dengan total paling tinggi sebagai ranking pertama dan menjadi prioritas

masalah untuk dicari penyelesaian masalahnya.Penetuan prioritas masalah dibuat

ke dalam tabel penentuan prioritas masalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Penentuan prioritas masalah pada petugas Puskesmas Limapuluh

Kota Pekanbaru
27

Kriteria Masalah
Urgensi Solusi Kemampuan Biaya
Rank
No Masalah Total
Mengubah
1. Belum dilakukannya
sosialisasi faktor risiko
kerja fisika dan upaya
pengendaliannya di 3 1 1 1 3 III
Puskesmas Limapuluh
Kota Pekanbaru

2. Belum dilakukannya
sosialisasi faktor risiko
kerja kimia dan upaya
pengendaliannya di 3 2 2 1 12 II
Puskesmas Limapuluh
Kota Pekanbaru

3. Belum dilakukannya
sosialisasi faktor risiko
kerja biologi dan upaya
pengendaliannya di 3 3 2 2 36 I
Puskesmas Limapuluh
Kota Pekanbaru

3.2.3 Analisa penyebab masalah

Setelah ditetapkan prioritas masalah berdasarkan sistem seleksi diatas,

dilakukan analisis penyebab masalah dari berbagai aspek yaitu method, material,

dan market yang diperoleh melalui hasil wawancara. Adapun analisis masalah

dijelaskan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Analisa penyebab masalah

Masalah Penyebab Masalah Evidence Based


Belum a. Methode Berdasarkan hasil wawancara
dilakukannya 1. Belum adanya dengan PJ K3, wawancara dengan
sosialisasi faktor sosialisasi faktor petugas Puskesmas, yang
risiko kerja risiko kerja biologi di dilakukan oleh dokter muda IKM-
biologi dan upaya Puskesmas Limapuluh KK, belum adanya sosialisasi
28

pengendaliannya faktor risiko kerja biologi dan


di Puskesmas pengendaliannya di Puskesmas
Limapuluh Kota Limapuluh. (Lampiran 1) tanggal
Pekanbaru

b. Material
1. Belum adanya materi Berdasarkan hasil wawancara PJ
sosialisasi faktor K3, petugas Puskesmas telaah
risiko kerja biologi dokumen yang dilakukan oleh
dan pengendaliannya dokter muda IKM-KK, belum
di Puskesmas adanya materi sosialisasi faktor
Limapuluh. risiko kerja biologi dan
pengendaliannya di Puskesmas
Limapuluh. (Lampiran 1)

2. Belum adanya media Berdasarkan hasil observasi di


informasi seperti lapangan belum adanya media
poster dan video informasi seperti poster, leaflet,
untuk petugas dan video tentang faktor risiko
Puskesmas tentang kerja biologi dan pengendaliannya
faktor risiko kerja di Puskesmas Limapuluh
biologi dan
pengendaliannya di
Puskesmas Limapuluh

3. Belum adanya media Berdasarkan hasil wawancara


informasi seperti dengan pengunjung Puskesmas
leaflet untuk yang dilakukan oleh dokter muda
pengunjung IKM-KK yaitu belum pernah
Puskesmas tentang mendapat informasi tentang faktor
faktor risiko kerja risiko biologi di Puskesmas
biologi dan (Lampiran 3)
pengendaliannya di
Puskesmas Limapuluh

c. Market
1. Kurangnya
pengetahuan petugas Berdasarkan hasil wawancara
Puskesmas tentang petugas Puskesmas yang dilakukan
Lanjutan Tabel 3.3 Analisa penyebab masalah

Masalah Penyebab Masalah Evidence Based


faktor risiko kerja oleh dokter muda IKM-KK
biologi dan dengan metode sampling yaitu 3
pengendaliannya di dari 5 petugas sebutkan
Puskesmas Limapuluh memiliki pengetahuan yang
Kota Pekanbaru. kurang tentang faktor risiko
kerja biologi dan
29

pengendaliannya. Non nakes 3


orang (Lampiran 2) padahal
mereka sebg pekerja terpajan 7
jam perhari dalam 6 hari kerja.
2. Kurangnya
pengetahuan pengunjung –meskipun bukan
pengunjung pekerja –menjadi market karena
Puskesmas Limapuluh berisiko terpapar dari tempat
tentang faktor risiko yang dikunjunginya
kerja biologi dan Berdasarkan hasil wawancara
pengendaliannya di dengan metode sampling terhadap 3
Puskesmas Limapuluh pengunjung Puskesmas dengan
Kota Pekanbaru hasil kurangnya pengetahuan
mereka tentang faktor risiko kerja
biologi di Puskesmas. (Lampiran 3)
30

3.2.4 Analisis Tulang Ikan (Fishbone Ishikawa)

Dibawah ini dapat dilihat hubungan antara keempat faktor tersebut dengan menggunakan fishbone ishikawa pada gambar 3.1

 Kurangnya pengetahuan petugas  Belum adanya materi penyuluhan tentang faktor risiko
Puskesmas tentang faktor risiko kerja kerja biologi dan pengendaliannya di Puskesmas
biologi dan pengendaliannya di Limapuluh.
Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru  Belum adanya media informasi seperti poster dan video
 Kurangnya pengetahuan pengunjung untuk petugas Puskesmas tentang faktor risiko kerja
Puskesmas Limapuluh tentang faktor biologi dan pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh
risiko kerja biologi dan  Belum adanya media informasi seperi leaflet tentang
pengendaliannya di Puskesmas faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di
Limapuluh Kota Pekanbaru Puskesmas Limapuluh
 
Market Material

Belum adanya
sosialisasi faktor
risiko kerja biologi
dan
pengendaliannya

Methode

 Belum adanya sosialisasi faktor risiko kerja


biologi di Puskesmas Limapuluh

Gambar 3.1 (Fishbone Ishikawa)


31

3.2.5 Alternatif pemecahan masalah dan Plan of Action

Selanjutnya setelah didapatkan analisis penyebab masalah direncanakan beberapa alternatif pemecahan masalah. Berikut adalah

table alternatif pemecahan masalah :

Tabel 3.4 Alternatif pemecahan masalah

No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksana Kriteria Keberhasilan

Masalah Pemecahan Waktu Kegiatan

Masalah
1. Methode
Belum adanya Melakukan Menambah Petugas Puskesmas Dokter Bertambahnya
sosialisasi sosialisasi tentang pengetahuan Puskesmas Limapuluh Muda pengetahuan pekerja
tentang faktor faktor risiko kerja petugas kesehatan Limapuluh Kota IKM-KK Puskesmas tentang faktor
risiko kerja biologi dan tentang faktor Kota Pekanbaru FK UNRI risiko kerja biologi dan
biologi dan pengendaliannya di risiko kerja Pekanbaru pengendaliannya di
pengendaliannya Puskesmas biologi dan Puskesmas Limapuluh
di Puskesmas Limapuluh pengendaliannya
Limapuluh. di Puskesmas Dilakukannya sosialisasi
Limapuluh satu kali dengan optimal

Lanjutan Tabel 3.4 Alternatif pemecahan masalah


32

No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksana Kriteria Keberhasilan

Masalah Pemecahan Waktu Kegiatan

Masalah
2.22
Material P
Belum adanya Memberikan materi Menambah etugas Puskesmas Dokter Tersedianya materi
materi melalui sosialisasi pengetahuan Puskesmas Limapuluh Muda informasi tentang faktor
penyuluhan faktor risiko kerja petugas tentang Limapuluh Kota IKM- risiko kerja biologi dan
berupa tentang biologi dan faktor risiko kerja Kota Pekanbaru KK FK pengendaliannya oleh
faktor risiko pengendaliannya di biologi dan Pekanbaru UNRI pihak Puskesmas
kerja biologi dan Puskesmas pengendaliannya
pengendaliannya Limapuluh di Puskesmas Dibuatnya 1 file berisi
di Puskesmas Limapuluh materi penyuluhan
Limapuluh.

Lanjutan Tabel 3.4 Alternatif pemecahan masalah


Material
Belum adanya Memberikan media Agar Puskesmas Dokter Diterimanya media
33

media informasi informasi berupa bertambahnya Petugas Limapuluh Muda informasi berupa 2
seperti poster, poster, leaflet dan pengetahuan Puskesmas Kota IKM- poster, 30 leaflet dan 1
leaflet dan video video tentang tentang faktor Limapuluh Pekanbaru KK FK video durasi 3
untuk petugas faktor risiko kerja risiko kerja Kota UNRI menittentang faktor risiko
Puskesmas biologi dan biologi dan Pekanbaru kerja biologi dan
tentang faktor pengendaliannya di pengendaliannya pengendaliannya oleh
risiko kerja Puskesmas di Puskesmas pihak Puskesmas
biologi dan Limapuluh Limapuluh Kota
pengendaliannya Pekanbaru Kriteria jangka panjang ;
di Puskesmas media inf dipergunakan
Limapuluh untuk media penyuluhan

No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksana Kriteria

Masalah Pemecahan Waktu Kegiatan Keberhasilan

Masalah
34

Lanjutan Tabel 3.4 Alternatif pemecahan masalah

No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksana Kriteria Keberhasilan

Masalah Pemecahan Waktu Kegiatan

Masalah
Material
Belum adanya Memberikan media Agar pengunjung Pengunjun Puskesm Dokter Diterimanya media
media informasi berupa mengetahui dan g as Muda informasi berupa, 30
informasi , poster, leaflet, dan menerapkan Puskesmas Limapulu IKM-KK leaflet, dan 1 video
leaflet, dan video video tentang faktor tentang faktor Limapuluh h Kota FK UNRI tentang faktor risiko kerja
untuk risiko kerja biologi risiko kerja di Pekanbaru Pekanbar biologi dan
pengunjung P dan Puskesmas u pengendaliannya oleh
tentang faktor pengendaliannya di Limapuluh pihak Puskesmas
risiko kerja Puskesmas Media tersebut
biologi dan Limapuluh dipergunakan oleh pkm
pengendaliannya untk
di Puskesmas
Limapuluh
35

Lanjutan Tabel 3.4 Alternatif pemecahan masalah

No Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat / Pelaksana Kriteria Keberhasilan

Masalah Pemecahan Waktu Kegiatan

Masalah
3. Market
Kurangnya Melakukan Agar petugas Petugas Puskesm Dokter Bertambahnya
pengetahuan Sosialisasi tentang mengetahui dan Puskesmas as Muda pengetahuan tentang
petugas faktor risiko kerja menerapkan Limapuluh Limapulu IKM-KK faktor risiko kerja biologi
Puskesmas biologi dan tentang faktor Pekanbaru h Kota FK UNRI dan pengendaliannya di
tentang faktor pengendaliannya di risiko kerja Pekanbar Puskesmas Limapuluh
risiko kerja Puskesmas biologi dan u Kota Pekanbaru
biologi dan Limapuluh Kota pengendaliannya persentasi nilai terukur
pengendaliannya Pekanbaru di Puskesmas
di Puskesmas Limapuluh Kota Tambah market
Limapuluh Kota Pekanbaru pengunjung
Pekanbaru
.

Market
Kurangnya Melakukan Agar pengunjung Petugas Puskesm Dokter Bertambahnya
pengetahuan Sosialisasi tentang mengetahui dan Puskesmas as Muda pengetahuan tentang
pengunjung faktor risiko kerja menerapkan Limapuluh Limapulu IKM-KK faktor risiko kerja biologi
Puskesmas biologi dan tentang faktor Pekanbaru h Kota FK UNRI dan pengendaliannya di
tentang faktor pengendaliannya di risiko kerja Pekanbar Puskesmas Limapuluh
risiko kerja Puskesmas biologi dan u Kota Pekanbaru
biologi dan Limapuluh Kota pengendaliannya persentasi nilai terukur
pengendaliannya Pekanbaru di Puskesmas
36

di Puskesmas memberikan media Limapuluh Kota Diberikan minimal 5


Limapuluh Kota leaflet supaya masy Pekanbaru leaflet kepada
Pekanbaru tau bhy biologi dan pengunjung
. upaya pencegahan Jangka panjang :
dn penularan di dipergunakan media
pkm berupa leaflet dan video
37

3.2.6 Definisi Operasional

Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan

dalam Sosialisasi Faktor Risiko Kerja Biologi di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru.

1. Melaksanakan sosialisasi tentang faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya

oleh dokter muda IKM-KK pada hari Senin, 23 November 2020.

2. Memberikan media informasi berupa poster, leaflet dan video yang berisi

informasi tentang faktor risiko biologi dan pengendaliannya di Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru oleh dokter muda IKM-KK kepada Petugas

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru yang dapat menjadi bahan yang

bermanfaat bagi penerima informasi pada hari Senin, 23 November 2020.

3. Memberikan media informasi berupa poster, leaflet, dan video yang berisi

informasi tentang faktor risiko biologi dan pengendaliannya di Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru oleh dokter muda IKM-KK kepada pengunjung

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru yang dapat menjadi bahan yang

bermanfaat bagi penerima informasi pada hari Senin, 23 November 2020.

4. Merancang pembuatan dan memberikan bahan penyuluhan berupa power point


mengenai faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya kepada pegawai
Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru oleh dokter IKM-KK yang dilakukan pada
hari Senin, 23 November 2020.
38

3.3 Do

Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Faktor Risiko Kerja Biologi di Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru dapat dilihat dalam tabel 3.5 sebagai berikut.

Tabel 3.5 Do dalam kegiatan Optimalisasi Sistem Tanggap Kebakaran.

No Kegiatan Waktu Keterangan


1. Melaksanakan Sosialisasi Faktor Senin, 23 Terlaksana sesuai
Risiko Kerja Biologi di Puskesmas November 2020 PoA
Limapuluh Kota Pekanbaru
13.00 – 13.30
Wib

2. Memberikan media informasi Senin, 23 Sudah terlaksana


berupa poster, leaflet, dan video November 2020 sesuai PoA
tentang faktor risiko kerja biologi
dan pengendaliannya kepada 13.00 – 13.30
petugas Puskesmas Limapuluh Wib

3. Memberikan media informasi Senin, 23 Sudah terlaksana


berupa poster, leaflet, dan video November 2020 sesuai PoA
yang berisi informasi tentang faktor
risiko biologi dan pengendaliannya 13.00 – 13.30
kepada pengunjung Puskesmas Wib
Limapuluh Kota Pekanbaru
4. Merancang pembuatan dan Senin, 23 Sudah terlaksana
memberikan bahan penyuluhan November 2020 sesuai PoA
berupa poster, leaflet, dan video
power point mengenai faktor risiko 13.00 – 13.30
kerja biologi dan pengendaliannya Wib
kepada pegawai Puskesmas
Limapuluh Kota Pekanbaru
39

3.4 Check

Setelah kegiatan intervensi (do) dilakukan, selanjutnya melihat bagaimana

keadaan sesudah intervensi.

Tabel 3.6 Check dalam kegiatan Sosialisasi Faktor Risiko Kerja Biologi di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

Deskripsi keadaan Deskripsi keadaan


NO Intervensi
sebelum intervensi sesudah intervensi

1. Belum adanya Bertambahnya


sosialisasi tentang Melakukan pengetahuan pekerja
faktor risiko kerja sosialisasi tentang Puskesmas tentang
biologi dan faktor risiko kerja faktor risiko kerja
pengendaliannya di biologi dan biologi dan
Puskesmas pengendaliannya di pengendaliannya di
Limapuluh. Puskesmas Puskesmas Limapuluh
Limapuluh

2. Belum adanya materi Memberikan materi Tersedianya materi


penyuluhan tentang melalui sosialisasi informasi tentang faktor
faktor risiko kerja faktor risiko kerja risiko kerja biologi dan
biologi dan biologi dan pengendaliannya di
pengendaliannya di pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh
Puskesmas Puskesmas Kota Pekanbaru.
Limapuluh. Limapuluh

3. Belum adanya media Mencetak dan Diterimanya media


informasi seperti memberikan media informasi berupa poster,
poster, leaflet, dan informasi berupa leaflet, dan video
video untuk petugas poster, leaflet, dan tentang faktor risiko
Puskesmas tentang video kepada kerja biologi dan
faktor risiko kerja Petugas Puskesmas pengendaliannya oleh
biologi dan tentang faktor pihak Puskesmas
pengendaliannya di risiko kerja biologi
Puskesmas dan
Limapuluh pengendaliannya di
Puskesmas
40

Lanjutan Tabel 3.6 Check dalam kegiatan Sosialisasi Faktor Risiko Kerja
Biologi di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru

Deskripsi keadaan Deskripsi keadaan


NO Intervensi
sebelum intervensi sesudah intervensi
Belum adanya media Mencetak dan Diterimanya media
informasi poster, memberikan media informasi berupa poster,
4 leaflet, dan video untuk informasi berupa leaflet, dan video tentang
pengunjung tentang poster, leaflet, dan faktor risiko kerja biologi
faktor risiko kerja video tentang faktor dan pengendaliannya oleh
biologi dan risiko kerja biologi pihak Puskesmas
pengendaliannya di dan pengendaliannya
Puskesmas Limapuluh pengunjung di
Puskesmas
Limapuluh

Kegiatan yang pertama adalah sosialisasi mengenai faktor risiko kerja biologi

dan pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh, penyuluhan dihadiri oleh 8 orang

petugas Puskesmas Limapuluh dengan berbagai latar belakang pendidikan. Pendidkan

terakhir SMP sebanyak 2 orang, D3 sebanyak 2 orang, dan pendidikan terakhir S1

sebanyak 4 orang. Dari 8 responden ini terdiri dari 1 orang Tenaga Kesehatan

(Nakes) dan 7 orang Non Tenaga Kesehatan (Non Nakes). 7 meningkat 1 stagnan

Pretest dilaksanakan sebelum penyuluhan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan petugas terhadap faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di

Puskesmas Limapuluh. Berdasarkan data yang telah diolah didapatkan petugas

dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 2 orang (25%), tingkat pengetahuan cukup

sebanyak 3 orang (37,5%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (37,5%)

sehingga didapatkan rerata skor pengetahuan petugas adalah 56,25. Berdasarkan data

tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan petugas Puskesmas

Limapuluh tentang faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di Puskesmas


41

Limapuluh adalah cukup. Berdasarkan data tersebut diharapkan setelah diberikan

penyuluhan mengenai faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di Puskesmas

Limapuluh, petugas lebih memahami tentang faktor risiko kerja biologi dan upaya

pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh.

Setelah dilakukan sosialisasi dan pengisian kuisioner post test, terdapat

perbedaan tingkat pengetahuan petugas. Setelah dilakukan sosialisasi didapatkan

rerata skor pengetahuan petugas adalah 71,25 dengan proporsi tingkat pengetahuan

baik sebanyak 6 orang (75%) dan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 2 orang

(25%). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan skor

pengetahuan petugas Puskesmas Limapuluh terhadap faktor risiko kerja biologi dan

upaya pengendaliannya. Jumlah kenaikan meningkat,

Tabel 3.8 Hasil Pre Test dan Post Test

Variabel N Median

Pengetahuan Pre Test 8 55


Pengetahuan Post Test 8 70

Tabel 3.9 Hasil Analisis Data

3.5 Action
42

Kalimat awal di bab 4 Alternatif pemecahan masalah pada makalah ini

berupa sosialisasi mengenai faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru, memberikan media informasi berupa poster,

leaflet dan video kepada petugas dan pengunjung di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru. Ditinjau dari indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan, terdapat

peningkatan pengetahuan pada petugas Puskesmas terkait faktor risiko biologi dan

pengendalinnya. Diharapkan setelah bertambahnya pengetahuan petugas tersebut

dapat memberikan perubahan terhadap sikap dan perilaku selama bekerja di

Puskesmas.

Tindakan yang dilakukan do yang tidak sampai selesai. Pembagian leaflet

pengunjung, kriteria keberhasilan jangka panjang karena keterbatasan waktu

pengamatan media dipakai atau tidak tidak dapat di ketahui. Sarankan pkm untuk

melanjutkan pengawasan

Saran
42

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk sosialisasi faktor risiko kerja

biologi dan pengendaliannya bagi petugas dan pengunjung Puskesmas Limapuluh

Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil wawancara dengan PJ K3, hasil wawancara

dengan beberapa petugas Puskesmas di berbagai bagian, hasil wawancara dengan

beberapa pengunjung Puskesmas, Dokter Muda IKM-KK menemukan sebagian

besar petugas dan pengunjung Puskesmas memiliki pengetahuan yang kurang.

Kemudian diperkuat dengan hasil data kuesioner pretest dan post test tentang

faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya dan belum adanya media

informasi tentang faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannyan di Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru.

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah kurangnya pengetahuan

petugas Puskesmas, Dokter Muda IKM-KK melakukan sosialisasi tentang faktor

risiko kerja biologi dan upaya pengendaliannya serta hal-hal penting lainnya

terkait hazard biologi seperti penggunaan APD yang tepat, SOP tertusuk jarum,

melakukan cuci tangan dengan baik dan benar, serta etika batuk dan bersin yang

benar. Terlalu banyak Tingkat pengetahuan pada petugas dapat dilihat dari hasil

rekapan data kuesioner pengetahuan tentang faktor risiko kerja biologi dan upaya

pengendaliannya yang dilakukan oleh Dokter Muda IKM-KK, didapatkan

peningkatan rerata pengetahuan dari 56,25 menjadi 71,25 setelah dilakukan

sosialisasi. Tambahkan penilitian lain


43

Pada penelitian ini didapatkan hasil peningkatan pengetahuan petugas

setelah dilakukan sosialisasi. Terdapat 7 responden yang mengalami peningkatan

pengetahuan pada hasil post test. Metode sosialisasi merupakan salah satu cara

untuk meningkatkan pengetahuan. Hasil penelitian ini didapatkan p value = 0,003

(<0,005) yang berarti terdapat perbedaan bermakna tentang tingkat pengetahuan

sebelum dilakukan sosialisasi dan sesudah dilakukan sosialisasi, hal ini

menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan pada responden. Hasil ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Fuada Nadia dkk yang menyatakan bahwa

sosialisasi dapat meningkatkan pengetahuan pada perawat berapa persen

responden.11

Media informasi yang digunakan dalam sosialisasi adalah media

elektronik berupa presentasi dengan menggunakan powerpoint. Media informasi

ini penting karena menjadi salah satu sumber pengetahuan dasar tentang faktor

risiko kerja biologi dan pengendaliannya. Sosialisasi yang diberikan berisi

macam-macam hazard biologi, penyakit yang dapat ditimbulkan, cara penularan,

srta upaya yang bisa dilakukan untuk mengendalikan dan menegah faktor risiko

kerja biologi tersebut.

Alternatif pemecahan masalah lain terkait rendahnya pengetahuan ini

adalah dengan memberikan media informasi yang berisi faktor risiko kerja biologi

dan pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh. Dokter Muda IKM-KK telah

menyediakan beberapa media informasi berupa video singkat, poster, dan leaflet.

Media berbentuk video ini dinilai efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan

menimbulkan kesadaran. Penelitian Lia Kurniasari tahun 2017 menunjukkan


44

bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pemberian media video karena video

dapat mencerminkan adanya penyerapan informasi yang lebih efektif dengan

menggunakan indera penglihatan dan pendengaran serta dapat meningkatkan

pengetahuan dibandingkan hanya menggunakan indera penglihatan.12

Poster yang dirancang adalah berupa contoh faktor risiko kerja biologi

besrta penyakit-penyakit yang bisa ditimbulkan oleh faktor tersebut. Selain itu

poster juga berisi upaya-upaya yang dapat kita lakukan agar terhindar dari bahaya

biologi tersebut. Poster merupakan media informasi yang menyajikan dalam

bentuk visual dan menstimulasi indera penglihatan. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui indera penglihatan dan informasi lebih sering diingat

apabila mereka membaca informasi dalam bentuk yang menarik, mudah

dimengerti, dan dapat dijadikan pengingat.13 Apabila seseorang membaca poster

berkali-kali maka informasi yang disampaikan di poster tersebut dapat dipahami

dan diharapkan selain mempengaruhi pengetahuan juga memotivasi seseorang

dalam bersikap dan berperilaku.

Kendala pada proyek peningkatan mutu ini adalah adanya keterbatasan

waktu Dokter Muda IKM-KK sehingga hanya meneliti dan mempelajari tentang

sosialisasi faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru. Sedangkan pada Puskesmas Limapuluh terjadi

pergantian PJ K3 dan pergantian Kepala Puskesmas sehingga informasi dan

koordinasi terbatas.
46

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Simpulan dari kegiatan yang sudah dilakukan di Puskesmas Limapuluh adalah

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan PJ K3 dan

beberapa petugas di setiap bagian di Puskesmas Limapuluh di

dapatkan masalah belum adanya sosialisasi tentang faktor risiko

kerja dan pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru.

2. Prioritas masalah yang didapat adalah belum belum adanya

Sosialisasi tentang Faktor Risiko Kerja Biologi dan

Pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

3. Analisa penyebab masalah yang belum dilakukan yakni, belum

adanya sosialisasi tentang faktor risiko kerja biologi dan

pengendaliannya dan kurangnya pengetahuan petugas tentang

faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru, belum adanya media informasi seperti

poster,leaflet, video dan materi powerpoint tentang faktor risiko

kerja biologi dan pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru.

4. Alternatif pemecahan masalah untuk masiung-masing penyebab

adalah melakukan sosialisasi tentang faktor risiko kerja biologi dan


47

pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh, memberikan media

informasi berupa poster, leaflet, video dan materi powerpoint

tentang faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di

Puskesmas Limapuluh

5. Strategi pemecahan masalah adalah dilakukan sosialisasi faktor

risiko kerja biologi dan pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh

dan memberikan media informasi berupa materi powerpoint,

poster, leaflet, dan video.

6. Dilakuakan evaluasi pemecahan masalah terhadap sosialisasi faktor

risiko kerja biologi dan pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh

adalah berupa bertambahnya pengetahuan petugas Puskesmas

tentang faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di

Puskesmas Limapuluh, tersedianya materi informasi berupa poster,

leaflet,video dan materi powerpoint tentang faktor risiko kerja

biologi dan pengendaliannya oleh pihak Puskesmas

7. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, didapatkan kegiatan

sosialisasi menggunakan powerpoint tentang faktor risiko kerja

biologi dan pengendaliannya dapat dijadikan standarisasi untuk

pemecahan masalah kurangnya pengetahuan petugas Puskesmas

terhadap faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru. Sedangkan kegiatan

pemberian media informasi berupa poster, leaflet dan video

sebagai media sosialisasi belum dapat dinilai apakah bisa dijadikan


48

standar atau tidak karena keterbatasan waktu penulis untuk

melakukan evaluasi selanjutnya.


49

5.2 Saran

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat

diberikan adalah:

1. Kepada Kepala Puskesmas Limapuluh disarankan untuk melakukan

pengawasan yang ketat mengenai faktor risiko kerja biologi dan

pengendaliannya terhadap petugas yang berada di Puskesmas

Limapuluh Kota Pekanbaru.

2. Kepada Petugas Puskesmas Limapuluh diharapkan adanya

peningkatan pengetahuan dan perbaikan sikap petugas Puskesmas

tentang faktor risiko kerja biologi dan pengendaliannya di

Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.

3. Kepada teman sejawat Dokter Muda IKM-KK FK UNRI periode

selanjutnya yang ingin mengangkat topik yang sama diharapkan

dapat melakukan evaluasi mengenai hasil sosialisasi faktor risiko

kerja biologi dan pengendaliannya di Puskesmas Limapuluh Kota

Pekanbaru serta dapat mengidentifikasi faktor risiko kerja lain yang

terdapat di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru.


50

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.PER.52/MEN/2018 tentang


Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Jakarta; 2018

2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.PER.27/MEN/2017 tentang Pedoman


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Jakarta;2017

3. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Riau Tanggap Virus Corona. Pekanbaru;


2020 bulan tggl

4. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.


Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas pada Masa Pandemi Covid
19.Jakarta;2020

5. OHSAS. Ocupational Health and Safety Management System-


Requirements. 18001;2007 panjangkan

6. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2014. Undang-Undang


Nomor 1 Tahun 1970, tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Jakarta;2014

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.PER. 432/MENKES/SK/IV/2007


tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit. Jakarta;2007

8. Garner JS. Guideline for isolation precautions in hospital. Infect Control


Hosp Epidemiol. 1996;54– 80

9. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Standar APD (Alat


Pelindung Diri) untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia. Jakarta; 2020

10. Kepmenkes RI. Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit. Jakarta; , 2007

11. Fuada N, Wahyuni I, Kurniawan B. Faktor-faktor yang berhubungan


dengan stres kerja pada perawat kamar bedah Instalasi Bedah Sentral
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro. Vol.5, no.5 , hal 6-7. Oktober 2017.
12. Lia Kurniasari. 2017. Pengaruh Media Video Terhadap Pengetahuan
Dalam Pencegahan Perilaku Seks Pranikah Siswa SMP diunduh pada
tanggal 19 Juli 2018
13. Atikah W. Pengaruh sosialisasi terhadap tingkat pengetahuan tentang
mekanisme evakuasi pada sistem tanggap darurat kebakaran di gedung P.T
Jakarta Setiabudi International Tbk.[Skripsi]. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Esa Unggul. 2011.
Gambar
3.1
(Fishbone 51
Ishikawa)

Lampiran 1

Wawancara dengan Kepala Puskesmas (Bu Hotma ) . Pewawancara : Fadil Ahmadi


dan Fatimah Firmani. Senin, 10 November 2020, Pukul : 11.45 – 12.30 Wib,
Lokasi : Puskesmas lima puluh

1. Apakah Puskesmas Limapuluh memiliki SMK3 ?


 Ada, sekraang kami juga sedang melakukan pengecekan dokumen dokumen
terkait SMK3,karena akan dilakukan reakreditasi tahun depan. Untuk saat ini
saya sedang mempeajari tentang K3 di Puskesmas ini, karena saya baru
menjabat beberapa hari sebagai Kapus. Untuk info lengkapnya, coba Tanya ke
Penanggung Jawab K3 nya.

1. Langkah-langkah apa saja yang sudah dilakukan mengenai pengendalian


administrasi terhadap pencegahan faktor risiko di puskesmas terutama
dalam menghadapi pandemic Covid-19?

Kepala Puskesmas : Dalam masa pandemi kita melakukan screening di pintu


masuk dengan thermogun dan handsanitaizer. Jika suhu tidak melewati 37,3 C
maka pasien mendapatkan pelayanan umum atau administrasi ke lantai 2. Kita
menerapkan apa yang ada di buku pedoman tentang Covid-19 dari pemerintah
dan kita membuat pemberitahuan ke masyarakat secara langsung di ruang
tunggu puskesmas atau melalui Promkes luar gedung dan semua pegawai
diwajibkan menggunakan APD level 2

2. Langkah-langkah apa saja yang sudah dilakukan mengenai pengendalian


APD terhadap pencegahan faktor risiko di puskesmas terutama dalam
menghadapi pandemic Covid-19?

Kepala Puskesmas : Pada pegawai yang berinteraksi dengan pasien wajib


menggunakan APD level 2. Pada poli pelayanan atau ruang tindakan pada tim
penyelidikan epidemiologi(PE) APD level 3 dan kepala puskesmas sebagai
pimpinan memastikan ketersediaan APD tersebut melalui Dinkes dan BLUD.
Alhamdulillah sampai sekarang banyak bantuan LSM dan masyarakat untuk
ketersdiaan APD di Puskesmas
52

Wawancara dengan PJ K3 Sementara (Bidan Evi), Pewawancara : Annesha dan M.


Damuri , Senin, 2 November 2020, Pukul : 11.45 – 12.30 Wib, Lokasi : Pustu
Kelurahan Pesisir

1. Apakah Puskesmas Limapuluh memiliki SMK3 ?


 Ada

2. Apakah ada SOP tertulis adanya komitmen untuk menerapkan K3 di


Puskesmas Limapuluh?

 Ada, dibuat pada tahun 2018 untuk kepentingan akreditasi.

3. Berapa orang petugas Puskesmas 50 yang bekerja di unit K3 ?

Bu Evi : untuk saat ini hanya saya saja, dan saya baru beberapa bulan sebagai
penanggung jawab K3 menggantikan pak Asril, PJ K3 sebelumnya yang pindah
ke BPKAD Kota Pekanbaru.

4. Apa saja faktor risiko kerja K3 yang ada di Puskesmas 50 ini ?

Bidan Evi : faktor risiko kerja seperti tangga (ada turun naik dan sticker telapak
kaki untuk panduan naik dan turun, jalur evakuasi, pegangan tangga, triase di
depan IGD dan jalan untuk pasien yang menggunakan kursi roda diberi
pegangan”. Tetapi kalian bisa nilai sendiri apakah sudah sesuai standar atau
belum. Ada juga kebisingan dari mesin kompresor di ruang poli pelayanan gigi
yang sampai saat ini belum ditemukan solusinya.

5. Selain faktor risiko yang diatas, apakah ada faktor risiko lain yang
ada di Puskesmas ini?
Bidan Evi : untuk sampah medis padat mulai dari pemilihan hingga penyimpan
sementara telah dilakukan dengan baik, tetapi untuk pemusnahan kita masih
bekerja sama dengan pihak ke-3 yaitu PT Muda Madani. Diambil diambil 3
bulan sekali yang seharusnya diambil 2x24 jam. Selain itu ada faktor risiko
penyakit menular seperti pada saat sekarang ini penyakit Covid-19.

6. Apakah di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru pernah dilakukan


sosialisasi tentang faktor risiko kerja yang ada di Puskesmas?
Bu Evi : kalau sosialisasi langsung belum pernah dilakuka, tetapi tentang faktor
risiko tersebut sudah ada di file akreditasi puskesmas.
53

7. Apakah petugas Puskesmas pernah mengalami penyakit akibat kerja ?


terutama penyakit menular khususnya pada masa era pandemi ini?
Bu Evi : seingat saya tidak pernahada, nanti coba lihat dibuku laporan ya, tetapi
pada era era pandemic terdapat 2 petugas yang terkonfirmasi positif Covid-19
yang bekerja di bagian pelayanan dan administrasi.

8. Apa saja upaya Puskesmas dalam pengendalian faktor risiko biologi


di Puskesmas Limapuluh?
Bu Evi : Pembuatan SOP pencegahan risiko kerja di laboratorium,
penyediaan APD dan pemberlakuan WFH, shift kerja dan gencar melakukan
promosi kesehatan di Puskesmas Limapuluh, pelatihan kebersihan ruangan,
penyuluhan hand hygiene, pengelolaan limbah dan sampah.

9. Bagaimana untuk kepatuhan petugas dalam penggunaan APD dan


bagaimana ketersediaannya?
Bu Evi : Saya tidak bisa menilai kepatuhan setiap petugas karena saya
tidak selalu di Puskesmas, saya dinas di Puskesmas Pembantu (Pustu).
Untuk ketersediannya setiap petugas mendapat satu masker dan sepasang
handscoen per harinya. Untuk di pelayanan disediakan face shield dan
gown reuseable.

10. Apakah penggunaan APD ini sudah pernah di sosialisasikan sebelumnya


buk?
Bu Evi : untuk sosialisasi penggunaan APD secara khusus belum ada seingat
saya, tapi tentang penggunaan APD ini pernah disosialisasikan lewat grup
whatsapp.

11. Langkah-langkah apa saja yang sudah dilakukan mengenai pengendalian


teknis terhadap pencegahan faktor risiko di puskesmas terutama dalam
menghadapi pandemi Covid-19? Langkah-langkah apa saja yang sudah
dilakukan mengenai pengendalian teknis terhadap pencegahan faktor risiko
di puskesmas terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19?

“Pasien yang akan berobat ke puskesmas diwajibkan untuk menggunakan


masker, mencuci tangan sebelum masuk puskesmas, dan pasien wajib mematuhi
aturan physical distancing yang tertera disetiap tempat duduk. Untuk petugas
diberlakukan WFH dan pengaturan shift kerja. Memasang berbagi media
54

informasi di tempat umum tentang protokol kesehatan dan covid-19.serta


melakukan rapid test atau swab test jika ada petugas yang terindikasi covid-19.

12. Apakah petugas Puskesmas yang berpotensi tertular penyakit hepattits B,


hepatitis C seperti dokter, perawat, bidan, cleaning service pernah
mendapat vaksinasi ?

Bu Evi : Belum pernah

13. Apakah pernah dilakukan Medical Check Up atau pemeriksaan berkala


untuk menilai kondisi kesehatan petugas Puskesmas ?

Bu Evi : Belum ada dilakukan kalau MCU berkala untuk petugas

Lampiran 2
55

Wawancara dengan Cleaning Service, Petugas administrasi (pendaftaran), Bidam,


dan Dokter. Pewawancara : Fatimah Firmani dan Fadil Ahmadi, Selasa 10
November 2020, Pukul : 11.15– 13.15 Wib, Lokasi : Puskesmas Limapuluh Kota
Pekanbaru
1. Apa yang Ibuk ketahui tentang K3?
 Ibu erna wati :“saya tidak mengetahui”
 Ibu Afri :“saya tidak mengetahui”
 Ibu Verginia : “suatu usaha untuk mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja”
 Ibu Deni : “saya tidak mengetahui”
 Drg. Riris : “K3 adalah bidang yang berhubungan dengan
keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan
manusia yang bekerja pada sebuah institusi
maupun perusahaan yang bertujuan untuk
menjamin tenaga kerja dalam keadaan sehat”

2. Sudah berapa lama Ibu bekerja di Puskesmas Limapuluh Kota


Pekanbaru?

 Ibu erna wati : “saya bekerja sejak tahun 2014, sudah selama 6
tahun”
 Ibu Afri : “saya bekerja sejak tahun 2004 dan di bagian
pendaftaran sejak tahun 2017”
 Ibu Verginia : “saya bekerja sejak tahun 2004”
 Ibu Deni : “saya bekerja sejak tahun 2019”
 Drg. Riris : “saya bekerja sejak tahun 1993”

3. Apakah sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang K3 di Unit


tempat Ibu bekerja di Puskesmas Limapuluh Kota Pekanbaru?

 Ibu erna wati : “saya belum pernah mendapatkan penyuluhan


tentang K3”

 Ibu Afri : “saya belum pernah mendapatkan penyuluhan


tentang K3”

 Ibu Verginia : “saya belum pernah mendapatkan penyuluhan


tentang K3”
56

 Ibu Deni : “saya belum pernah mendapatkan penyuluhan


tentang K3”

 Drg. Riris : “saya belum pernah mendapatkan penyuluhan


tentang K3”

4. Apakah Ibu mengetahui risiko kerja yang mungkin terjadi di unit


tempat Ibu bekerja saat ini?
 Ibu erna wati : ”risiko kerja yang saya ketahui adalah tertusuk
jarum suntik pada saat mengumpulkan sampah
medis”
 Ibu Afri : “saya tidak mengetahui”
 Ibu Verginia : “risiko kerja yang saya ketahui adalah tertusuk
jarum suntik”
 Ibu Deni : “saya tidak mengetahui”
 Drg. Riris : “risiko kerja yang saya ketahui adalah penyakit
yang dapat ditularkan oleh pasien melalui udara seperti
tuberculosis, dan covid-19 dan beberapa penyakit yang mungkin
bersumber dari alat-alat yang digunakan seperti kebisingan dari
kompresor tetapi sudah di pindahkan ke luar poli. Kemudian
penggunaan bor yang bisa memunculkan getaran. “

5. Apakah Ibu mengetahui risiko bahaya bologi yang mungkin terjadi


pada saat Ibu bekerja?
 Ibu erna wati : “risiko kerja yang saya ketahui adalah tertusuk
jarum suntik pada saat mengumpulkan sampah medis”
 Ibu Afri : “saya tidak mengetahui”
 Ibu Verginia : “risiko kerja yang saya ketahui adalah tertusuk
jarum suntik”
 Ibu Deni : “saya tidak mengetahui”
 Drg. Riris : “risiko kerja yang saya ketahui adalah penyakit
yang dapat ditularkan oleh pasien melalui udara
seperti
bakteri yaitu tuberculosis, dan virus yaitu covid
19.”

6. Apakah ada pemeriksaan berkala yang dilakukan kepada petugas


puskesmas?
 Ibu erna wati : “tidak ada”
 Ibu Afri : “tidak ada”
57

 Ibu Verginia : “tidak ada”


 Ibu Deni : “tidak ada”
 Drg. Riris : “tidak ada”

7. Apakah ada sosialisasi APD pemeriksaan berkala yang dilakukan


kepada petugas puskesmas?
 Ibu erna wati :” “belum ada, tapi pernah dikasih tau kalau
bekerja harus menggunakan sarung tangan, masker, dan alas
kaki”
 Ibu Afri : “sosialisasi langsung belum ada, hanya lewat grup
WA”
 Ibu Verginia : “sosialisasi langsung belum ada, hanya lewat grup
WA”
 Ibu Deni : “sosialisasi langsung belum ada, hanya lewat grup
WA”
 Drg. Riris : “sosialisasi langsung belum ada, hanya lewat grup
WA ”

Tambahan Pertanyaan untuk cleaning service


Apa yang ibu gunakan untuk membersihkan lantai di
Puskesmas ?
 “Saya menggunakan So Klin Lantai”

Apakah ibu mengetahui bahaya bahan yang ibu gunakan


untuk membersihkan lantai ?
 “Saya tidak mengetahuinya”
58

Lampiran 3
59

Wawancara dengan Pasien. Pewawancara : Annesha dan Fatimah Firmani, Kamis


19 November 2020, Pukul : 10.15– 10.35 Wib, Lokasi : Puskesmas Limapuluh Kota
Pekanbaru
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang bahaya biologi ?
 Ibu Leni : “saya tidak mengetahui”
 Ibu Yumi : “saya tidak mengetahui”
 Bapak Joni : “saya tidak mengetahui”

2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jenis-jenis bahaya biologi ?


 Ibu Leni : “saya tidak mengetahui”
 Ibu Yumi : “saya tidak mengetahui”
 Bapak Joni : “saya tidak mengetahui”

3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui penyakit yang diakibatkan oleh


bakteri, virus dan jamur ?
 Ibu Leni : “saya hanya mengetahui Covid-19 yang
diakibatkan
oleh virus”
 Ibu Yumi : “saya tidak mengetahui”
 Bapak Joni : “saya mengetahui penyakit TB Paru akibat bakteri
dan Covid-19 akibat virus”
60

Lampiran 4

Hasil obseravasi lapangan


61
62
63

Lampiran 5

Identitas responden
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :P/L
Bagian :
Pendidikan Terakhir : SD D3
SMP S1
SMA S2
Pernah mendapat penyuluhan tentang faktor risiko bahaya biologi diunit tempat kerja?
Tidak Pernah
Pernah, oleh siapa? Kapan?

A. PENGETAHUAN
Memberi tanda (√) atau (x) pada kolom jawaban anda
No Pertanyaan Benar Salah
1 Penyakit TBC diakibatkan oleh virus

2 Penyakit akibat risiko biologis dapat


mengakibatkan kecacatan
3 Faktor risiko biologi contohnya
adalah penerangan di meja kerja
4 Hepatitis B ditularkan melalui udara

5 Imunisasi dapat mencegah tertular


penyakit
6 Penyakit akibat risiko biologis tidak
menular
7 Kuman mati apabila terkena sinar
matahari
8 Penyakit akibat risiko biologis dapat
dicegah dengan cara menggunakan
masker saja
9 Penyakit akibat risiko biologis dapat
sembuh sendiri
10 Meludah sembarangan tidak
menyebabkan penularan penyakit

B. SIKAP
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Saya khawatir bekerja di
Puskesmas karena takut
tertular penyakit
2 Saya khawatir jika orang
disebelah saya bersin
tanpa menutup mulutnya
64

3 Saya tidak percaya banyak


kuman di sekitar kita

C. PRILAKU
No Pertanyaan Sering Kadang- Tidak Alasannya
kadang Pernah
1 Saya mencuci tangan
dengan menggunakan
sabun dan air mengalir

2 Saya memakai masker


saat keluar rumah

3 Saya menutup mulut


saat batuk dan bersin

4 Saya meludah di
sembarang tempat
65

Lampiran 6
66
67
68
69
70

Lampiran 7

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

laki-laki 4 50.0 50.0 50.0

Valid perempuan 4 50.0 50.0 100.0

Total 8 100.0 100.0

UMUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

<30 tahun 4 50.0 50.0 50.0

Valid =>30 tahun 4 50.0 50.0 100.0

Total 8 100.0 100.0

PENDIDIKAN TERAKHIR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SMP 2 25.0 25.0 25.0

D3 2 25.0 25.0 50.0


Valid
S1 4 50.0 50.0 100.0

Total 8 100.0 100.0

SOSIALISASI TENTANG FAKTOR RISIKO KERJA BIOLOGI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid Tidak pernah 8 100.0 100.0 100.0


71

PENGETAHUAN PRETEST

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

baik 2 25.0 25.0 25.0

cukup 3 37.5 37.5 62.5


Valid
buruk 3 37.5 37.5 100.0

Total 8 100.0 100.0

PENGETAHUANPOSTTEST

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

baik 6 75.0 75.0 75.0

Valid cukup 2 25.0 25.0 100.0

Total 8 100.0 100.0

Statistics

pretest Posttest

Valid 8 8
N
Missing 6 6
Mean 56.25 71.25
Std. Error of Mean 6.250 5.489
Median 55.00 70.00
a
Mode 50 70
Std. Deviation 17.678 15.526
Minimum 30 50
Maximum 80 90
25 42.50 55.00

Percentiles 50 55.00 70.00

75 75.00 87.50

a. Multiple modes exist. The smallest value is


shown

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
72

Pair 1 pretest & posttest 8 .852 .007

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. 95% Confidence Interval tailed)

Deviati Error of the Difference


on Mean Lower Upper

Pair pretest -
-15.000 9.258 3.273 -22.740 -7.260 -4.583 7 .003
1 posttest
TestStatisticsa

POST TEST SKP

- PreTest SKP

Z -3.028b

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

b. Basedonnegativeranks.

Descriptives
Statistic Std. Error

PreTestPeng Mean 11.25 3.079

95% Confidence Interval LowerBound 51.20


forMean UpperBound 64.04

5% TrimmedMean 58.44

Median 11.00

Variance 199.048

Std. Deviation 2.508

Minimum 6

Maximum 16

Range 60

InterquartileRange 20

Skewness -.950 .501

Kurtosis 1.084 .972

POST TEST PENG Mean 14.25 2.595

95% Confidence Interval LowerBound 71.73

forMean UpperBound 82.56


73

5% TrimmedMean 77.41

Median 14.00

Variance 141.429

Std. Deviation 1.922

Minimum 10

Maximum 18

Range 50

InterquartileRange 5

Skewness -.962 .501

Kurtosis 1.575 .972

Sikap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Positif 1 12.5 12.5 12.5

Netral 7 87.5 87.5 100.0

Total 8 100.0 100.0

Prilaku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 6 75.0 75.0 75.0

Buruk 2 25.0 25.0 100.0

Total 8 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai