Anda di halaman 1dari 70

1

PENGARUH SISTEM INFORMASI KESEHATAN TERHADAP


KINERJA STAF DI PUSKESMAS HUTAIMBARU KOTA
PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2019

PROPOSAL

ELISA EFELINDA SIREGAR


1702011025

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019

1
2

PENGARUH SISTEM INFORMASI KESEHATAN TERHADAP


KINERJA STAF DI PUSKESMAS HUTAIMBARU KOTA
PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2019

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.KM)
Pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kebijakan dan Manajamen Pelayanan Kesehatan
Falkutas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Masyarakat Helvetia

Oleh :

ELISA EFELINDA SIREGAR


1702011025

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN 2019
3

KATA PENGANTAR
4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


5

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL...................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian............................................................ 7
1.3.1. Tujuan Umum..................................................... 7
1.3.2. Tujuan Khusus.................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................... 8
1.4.1. Manfaat Teoritis.................................................. 8
1.4.2. Manfaat Praktis................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 10


2.1. Kinerja............................................................................. 10
2.1.1. Pengertian........................................................... 10
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja........ 11
2.1.3. Indikator-indikator Kinerja................................. 12
2.1.4. Pengukuran Kinerja............................................ 12
2.2. Sistem Informasi Kesehatan........................................... 13
2.2.1. Definisi................................................................ 13
2.2.2. Tujuan dan Manfaat SIK..................................... 15
2.2.3. Peranan Sistem Informasi Kesehatan.................. 16
2.2.4. Keuntungan Sistem Informasi............................. 18
2.2.5. Startegi Sistim Informasi Kesehatan................... 22
2.2.6. Konsep-konsep Pengembangan Sistim
Informasi Kesehatan........................................... 26
2.2.7. Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan di
Indonesia ............................................................ 29
2.2.8. Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas......... 33
2.2.9. Aplikasi Manajemen Sistem Informasi Kesehatan
Di Puskesmas...................................................... 34
2.2.10. Masalah Dalam Sistem Informasi Kesehatan..... 37
2.2.11. Keterkaitan Sistem Informasi Kesehatan Dengan
Rahasia Medis..................................................... 38
2.2.12. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem
Informasi Kesehatan........................................... 40
2.3. Puskesmas....................................................................... 42
2.3.1. Pengertian........................................................... 42
6

2.3.2. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas.................. 43


2.3.3. Tugas................................................................... 44
2.3.4. Fungsi.................................................................. 45
2.3.5. Wewenang........................................................... 45
2.4. Penelitian Terdahulu....................................................... 47
2.5. Landasan Teori................................................................ 49
2.6. Kerangka Konsep............................................................ 50
2.7. Hipotesis......................................................................... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................... 52


3.1. Desain Penelitian............................................................ 52
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................... 52
3.2.1. Lokasi Penelitian................................................. 52
3.2.2. Waktu Penelitian................................................. 52
3.3. Populasi dan Sampel....................................................... 53
3.3.1. Populasi Penelitian.............................................. 53
3.3.2. Sampel Penelitian................................................ 53
3.4. Metode Pengumpulan Data............................................. 53
3.4.1. Jenis Data............................................................ 53
3.4.2. Teknik Pengumpulan Data.................................. 54
3.5. Uji Validitas dan Reabilitas............................................ 55
3.5.1. Uji Validitas........................................................ 55
3.5.2. Uji Realibitas....................................................... 55
3.6. Variabel dan Defenisi Operasional................................. 56
3.6.1. Variabel Penelitian.............................................. 56
3.6.2. Defenisi Operasional........................................... 56
3.7. Metode Pengukuran........................................................ 56
3.8. Metode Pengolahan Data................................................ 59
3.9. Analisa Data.................................................................... 60
7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat,

pemanfaatan teknologi informasi dapat ditemukan pada berbagai bidang, salah

satunya bidang kesehatan (Ernawati, 2016). Pembangunan kesehatan memerlukan

manajemen yang baik sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan

kebijakan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Oleh karena itu

pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan

baik dalam suatu sistem informasi kesehatan (Ariesanti, 2018).

World Health Organization, Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah

satu dari 6 “Building Block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di

suatu negara. Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan

Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu pada sub sistem

manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan sebuah sarana sebagai

penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem

informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses

pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan di Puskesmas atau Rumah Sakit

kecil sekalipun. Bukan hanya data, namun juga informasi yang lengkap, tepat,

akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan

yang tertata dan terlaksana dengan baik (Hidayah, 2016).


8

Negara-negara berkembang seperti Uganda, Afrika Selatan, Mexico, dan

Pakistan menggunakan pendekatan Perfomance Routine Information System

Management (PRISM) dari Aqil et al (2009) dalam memantau kinerja sistem

informasi kesehatan menggunakan variabel-variabel penentu keberhasilan sistem

informasi kesehatan secara komprehensif dengan meggunakan suatu model sistem

informasi kesehatan, model yang baik adalah model yang lengkap tetapi

sederhana. Model semacam ini disebut dengan model parsimoni Jogiyanto (2007)

hal ini penting dalam upaya meningkatkan kinerja sistem informasi kesehatan

secara berkesinambungan dalam melakukan intervensi secara lebih tepat

(Hotchkiss et al, 2010).

Penerapan Sistem Informasi kesehatan pernah juga dilakukan di Filipina,

proyek bantuan untuk informasi kesehatan publik yang dirancang untuk

kebutuhan output atau keluaran informasi kesehatan mengalami kegagalan.

Alasan utama kegagalan umumnya karena kurangnya pemahaman dan persiapan

organisasi dalam mengadopsi teknologi informasi. Gargeya & Brady (2005),

kegagalan dalam penerapan sistem informasi beresiko terhadap penurunan mutu

pelayanan perusahaan sekaligus penurunan kepercayaan konsumen. Menurut

Deniels & LaMarsh (2007), tingkat kegagalan poyek teknologi informasi

mencapai rata-rata 70% (Gunawan, 2013).

Peran sistem informasi kesehatan adalah untuk menghasilkan, menganalisa

dan mendesiminasi data kesehatan menjadi informasi yang dapat dimanfaatkan

pada tingkat manajemen kesehatan. Dalam Sistem Kesehatan Nasional

Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah mencantumkan informasi


9

kesehatan sebagai unsur utama dalam subsistem informasi kesehatan, dengan

didukung pula oleh unsur kebijakan, hukum, dan administrasi kesehatan.

Informasi kesehatan dinyatakan sebagai bahan pendukung bagi proses

pengambilan keputusan di berbagai jenjang administrasi (Kemenkes RI, 2009).

Kepmenkes RI Nomor 511 tahun 2002 tentang Kebijakan Strategi

Pengembangan Sistim Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) dan Kepmenkes

Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan

sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan keputusan

tersebut, akan terselenggaranya jaringan komunikasi data integrasi antara 80%

dinas kesehatan kabupaten/kota, dan 100% dinas kesehatan provinsi dengan

Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara 90%

dinas kesehatan kabupaten/kota, 100% dinas kesehatan provinsi, 100% rumah

sakit pusat, 100% Unit Pelaksana Teknis Pusat dengan Kementerian Kesehatan.

Terselenggaranya jaringan komunikasi data online terintegrasi antara seluruh

dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, Rumah Sakit dan UPT

Pusat dengan Kementerian Kesehatan. Dari beberapa hal tersebut, maka

pemerintah berupaya mengembangkan sistim informasi kesehatan yang sesuai

dengan keunikan dan karakteristiknya. Pengembangan sistim informasi kesehatan

daerah melalui perangkat lunak atau website, seperti: SIMPUS, SIMRS, SIKDA,

dan sebagainya (Hidayah, 2016).

Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi

kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa
10

diakses bila telah dihubungkan.  Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur

jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network

(WAN), jaringan telekomunikasi yang mencakup area yang luas serta digunakan

untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area Network (LAN) yang berbeda,

dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya.  Pengembangan jaringan komputer

(SIKNAS) online ditetapkan melalui keputusan Mentri Kesehatan

(KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. Dengan Tujuan pengembangan SIKNAS

online adalah untuk menjembatani permasalahan kekurangan data dari

kabupaten/kota ke depkes pusat dan memungkinkan aliran data kesehatan dari

kabupaten/kota ke pusdatin karena dampak adanya kebijakan desentralisasi

bidang kesehatan di seluruh Indonesia (Hidayah, 2016).

Terjadinya kemunduran dalam pelaksanaan sistem informasi kesehatan

secara nasional, seperti menurunnya kelangkapan dan ketepatan waktu

penyampaian data SP2TP/ SIMPUS, telah digunakan untuk mendukung kegiatan

pelayanan kesehatan sehari-hari yang dilakukan di unit pelayanan kesehatan

seperti puskesmas dan rumah sakit, terutama dalam penanganan pasien dan

intervensi penanggulangan masalah kesehatan. Sebaliknya dalam hal manajemen

kesehatan di tingkat kabupaten/ kota, provinsi dan pusat, SIK belum banyak

berperan karena belum menghasilkan data/ informasi yang akurat dan tepat waktu

(Kemenkes RI, 2011).

Pada tahun 2007 sistem informasi kesehatan pernah digunakan Propinsi

Kepulauan Bangka Belitung di 6 (enam) kabupaten dan 1 (satu) kotamadya,

dilaksankan di 47 puskesmas termasuk Kabupaten Belitung yang mendapat


11

bantuan sistem informasi puskesmas di 9 (sembilan) puskesmas. Namun dalam

pelaksanaannya banyak mendapat masalah dalam operasional simpus di

puskesmas mulai dengan kurangnya pendampingan dari pihak Dinas Kesehatan

Provinsi juga dari pihak pengembang atau vendor, adanya mutasi atau

perpindahan petugas simpus yang telah dilatih, pemangkasan anggaran,

kurangnya biaya pemeliharan operasional dan pengembangan, kurangnya

Sumberdaya (SDM) yang mengusai teknologi informasi (IT), adanya masalah

yang berkaitan dengan jaringan (konektivitas) dan masih adanya beberapa fasilitas

kesehatan yang belum mendapat aliran listrik dari PLN selama 24 jam, sehingga

dalam pelaksanaannya mengalami kegagalan. Kegagalan teknologi informasi di

Indonesia sendiri disebutkan mencapai 75% (Gunawan, 2013).

Identifikasi variabel penentu suksesnya pelaksanaan sistem informasi

kesehatan di tingkat kabupaten menjadi penting untuk menentukan strategi

intervensi yang tepat. Pendekatan PRISM dapat digunakan dalam

mengidentifikasi permasalahan dan hambatan pengembangan sistem informasi

kesehatan pada tingkat kabupaten secara menyeluruh, terutama pada aspek

sumber daya sistem informasi kesehatan, guna meningkatkan pengelolaan data

dan informasi kesehatan yang baik (Gunawan, 2013).

Dinas kesehatan Kota Padangsidimpuan sebagai contoh sejauh ini hanya

mengandalkan data kesehatan yang berasal dari puskesmas, dimana pelaksanaan

pengelolaan data di level ini (fasilitas kesehatan) sangat beragam. Sebagai upaya

untuk memperkuat SIK di level kabupaten/ kota, sangat penting bagi dinas

kesehatan untuk menilai kinerja sistem informasi di level puskesmas termasuk


12

jaringannya seperti pustu (puskesmas pembantu), poskesdes (pos kesehatan desa)

dan polindes (poliklinik kesehatan desa), terutama untuk menentukan strategi

manajemen data dalam memperkuat sistem informasi kesehatan secara

menyeluruh sesuai faktor determinannya (Hidayah, 2916).

Laporan yang masuk ke dinas kesehatan kabupaten/kota dari semua

fasilitas kesehatan (kecuali milik Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat),

dapat berupa laporan softcopy dan laporan hardcopy. Laporan hardcopy dientri ke

dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy diimpor ke dalam aplikasi

SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data

Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan

dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas kesehatan milik

provinsi (Hidayah, 2916).

Berdasarkan survey pendahuluan, Puskesmas Hutaimbaru sebagai

pelaksana kesehatan terendah mengalami kesulitan dalam melakukan pelaporan,

dimana data antara satu laporan dari satu program dengan laporan lain dari

program lainnya memiliki dataset yang hampir sama. Pengelolaan/pelaksanaan

SIK belum online, semuanya masih manual, tidak ada pedoman dalam

penyelenggaraannya. Pengumpulan data dilakukan oleh setiap pemegang program

dan bidan desa, data sebagian sudah menggunakan komputer namun ada juga

yang tulis tangan. Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa

data rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/ kota.

Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan

dikirim dalam bentuk softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan


13

kabupaten/kota. Bagi petugas kesehatan yang termasuk dalam jejaring puskesmas

yang belum komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk data

rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan bagi yang sudah

komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy untuk dilakukan

penggabungan data di puskesmas.

Sebagian besar Puskesmas belum ada sumber daya manusia (SDM) di

bidang SIK dan tidak ada pelatihan khusus. Kendala pelaksanaan SIK

menyangkut keterbatasan kinerja/staf khusus bidang SIK, keterbatasan anggaran,

tidak tersedianya sarana dan prasarana. Puskesmas Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan juga ingin mengembangkan sistem informasi kesehatan yang

berbasis komputer dengan harapan data dan informasi yang dihasilkan dapat

terintegrasi agar efisiensi dan efektifitas kerja meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “pengaruh sistem informasi kesehatan terhadap kinerja staf di

puskesmas hutaimbaru kota padangsidimpuan tahun 2019”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada pengaruh sistem informasi kesehatan terhadap

kinerja staf di puskesmas hutaimbaru kota padangsidimpuan tahun 2019?


14

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh sistem informasi kesehatan terhadap kinerja staf di

Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan Tahun 2019.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan kualitas pelayananan terhadap sistem informasi

kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

2. Untuk mengetahui hubungan kualitas system terhadap sistem informasi

kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

3. Untuk mengetahui hubungan kualitas informasi terhadap sistem informasi

kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

4. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayananan terhadap sistem informasi

kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

5. Untuk mengetahui pengaruh kualitas system terhadap sistem informasi

kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

6. Untuk mengetahui pengaruh kualitas informasi terhadap sistem informasi

kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

7. Ada pengaruh dominan terhadap sistem informasi kesehatan di Puskesmas

Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.


15

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang kesehatan, khususnya dibidang kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan Administrasi Kebijakan

Kesehatan.

2. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber

referensi dan informasi di bidang sistem informasi kesehatan

mengenai perencanaan program kesehatan dan pengembangan

sistem informasi kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini bermanfaat bagi Instansi dan seluruh jajaran

strukturalnya untuk mengevaluasi pelaksanaan sistem informasi

kesehatan di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan.

2. Penelitian ini dapat bermanfaat secara spesifik untuk menilai

pengaruh sistem informasi kesehatan terhadap kinerja staf di

Puskesmas Hutaimbaru.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan

informasi bagi mahasiwa yang menempuh pendidikan.

4. Penelitian ini diharapkan sebagai referensi bagi mahasiwa yang

melakukan penelitian selanjutnya dengan topik yang berhubungan

dengan judul ini.


16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Istianingsih dan Utami (2009), dengan menggunakan variabel

kualitas pelayanan, kualitas sistem, kualitas informasi, kepuasan pengguna

dan kinerja individu. Hasil penelitian adalah kualitas pelayanan, kualitas

sistem, kualitas informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan pengguna, sedangkan kepuasan pengguna sistem informasi

berpengaruh positif terhadap kinerja individu.

2. Penelitian Bondan Dwi Iranto, dengan menggunakan variable kualitas

pelayanan, kualitas system, kualitas infomasi terhadap kepuasaan pengguna

system dan kinerja individual. Hasil dari penelitian ini adalah : kualitas

pelayanan tidak berpengaruh terhadap kepuasan pengguna sistem informasi,

dengan alasan dalam pelaksanaannya pengguna SAP di PT. PLN (Persero)

pihak karyawan sudah mendapatkan paket sistem informasi tersebut dari PLN

Pusat yang sudah memiliki tenaga yang ahli dalam bidang sistem informasi,

sehingga sistem yang sesuai dengan harapan tidak terlalu berpengaruh

terhadap kepuasan pengguna sistem informasi di PT. PLN. Kualitas sistem

berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna sistem informasi. Kualitas

informasi berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna sistem informasi.

Kepuasan pengguna berpengaruh positif terhadap kinerja individu.

16
17

3. Penelitian Dony Setiawan Hendyca Putra, dimana terdapat 3 variabel bebas

dan 1 variabel terikat. Peneliti melakukan uji regresi linier berganda untuk

mengetahui adanya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hasil yang didapatkan adalah kualitas sistem memiliki pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap kepuasan pengguna pada sistem informasi

manajemen rumah sakit kalisat. Kualitas informasi memiliki pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna pada sistem informasi

manajemen rumah sakit kalisat. Kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna pada sistem informasi

manajemen rumah sakit kalisat. Kualitas sistem, kualitas informasi dan

kualitas pelayanan terhadap kualitas pengguna sistem informasi memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna pada

sistem informasi manajemen rumah sakit kalisat. Berdasarkan hasil diatas

peneliti dapat menyimpulkan bahwa kualitas sistem, kualitas informasi dan

kualitas layanan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan

pengguna SIMRS. Saran peneliti untuk SIMRS Kalisat harus di pertahankan

kualitasnya supaya dapat mempertahankan kepuasan pengguna SIMRS

Kalisat.

2.2. Kinerja

2.2.1. Pengertian

Istilah kinerja berasal dari kata job perfomance atau actual perfomance

(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).

Mangkunegara (2011) pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara
18

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut

Wirawan dalam Abdullah (2014) kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi

kerja yang padanannya dalam bahasa inggris adalah perfomance, kinerja adalah

keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu

pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.(23)

Secara umum kinerja (performance) didefinisikan sebagai tingkat

keberhasilan seseorang dalam melakukan kinerja. Penelitian Goodhue dan

Thompson (1995), pencapaian kinerja individu dinyatakan berkaitan dengan

pencapaian serangkaian tugas-tugas individu dengan dukungan teknologi

informasi yang ada.

Tingkat kesesuaian tugas teknologi yang tinggi akan dapat meningkatkan

dampak kinerja pemakai teknologi tanpa memperhatikan dalam situasi apa

teknologi dimanfaatkan (sukarela atau terpaksa). Pada suatu tingkat pemanfaatan

tertentu yang lebih besar dari nol, suatu teknologi yang memiliki tingkat kesesuain

tugas-teknologi yang tinggi akan menimbulkan kinerja yang lebih baik karena

teknologi tersebut lebih dapat memenuhi kebutuhan tugas perusahaan. Dengan

demikian kinerja individu merupakan fungsi dari pemanfaatan teknologi dan

kesesuaian tugas teknologi.

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Gibson (1977) determinan kinerja individu dalam organisasi

dibagi atas tiga kelompok yaitu :


19

1. Variabel individu

Variabel individu digolongkan atas kemampuan dan keterampilan, latar

belakang keluarga dan demografi. Kemampuan merupakan sifat yang dibawa lahir

atau dipelajari yang memungkinkan seseorang menyelesaikan pekerjaannya.

Keterampilan merupakan kecakapan yang berhubungan degan tugas yang dimiliki

dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu yang tepat.

2. Variabel Psikologis

Variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi, sikap, kepribadian,

belajar dan motivasi. Variabel ini menurut Gibson (1997) banyak dipengaruhi

oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel

demografis, variabel seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar, merupakan

hal yang komplek yang sulit untuk di ukur.

2. Variabel Organisasi

Variabel organisasi terdiri dari variabel sumber daya, kepemimpinan,

imbalan, struktur dan desain pekerjaan, dan berefek tidak langsung terhadap

prilaku dan kinerja individu.(24)

2.2.3. Indikator-indikator Kinerja

Menurut Mangkunegara (2011) menyebutkan indikator dari kinerja

karyawan adalah sebagai berikut:

1. Kualitas Kerja

Seberapa baik seorang karyawan mengerjakan apa yang seharusnya

dikerjakan.
20

2. Kuantitas Kerja

Seberapa lama seseorang pegawai bekerja dalam satu harinya. Kuantitas kerja

ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu masing-masing.

3. Pelaksanaan Tugas

Seberapa jauh karyawan mampu melakukan pekerjaannya dengan akurat atau

tidak ada kesalahan.

4. Tanggung Jawab

Kesadaran akan kewajiban melakukan pekerjaan dengan akurat atau tidak ada

kesalahan.(23)

2.2.4. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja ini melihat dampak sistem terhadap efektifitas

penyelesaian tugas. Penilaian kinerja berhubungan dengan penyelesaian tugas-

tugas tertentu, oleh pekerja, apakah berhasil atau gagal. Pencapaian ini juga perlu

dikaitkan dengan perilaku dari pekerja selama proses penilaian. Kinerja dalam

penelitian ini berhubungan dengan pencapaian serangkaian tugas-tugas oleh

individu. Kinerja yang semakin tinggi melibatkan kombinasi dari peningkatan

efisiensi, peningkatan efektifitas, peningkatan produktivitas dan peningkatan

kualitas. Kinerja yang lebih baik akan tercapai jika individu dapat memenuhi

kebutuhan individu dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas (Jin, 2003).

2.3. Sistem Informasi Kesehatan

2.3.1. Definisi

Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang

mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lainnya yang


21

bertujuan menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Pada Sistem

Informasi diperlukan klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan

keanekaragaman kebutuhan akan suatu informasi oleh pengguna informasi.

Kriteria dari Sistem Informasi antara lain yaitu fleksibel, efektif dan efisien.

Sistem Informasi merupakan kumpulan antara sub-sub sistem yang saling

berhubungan dan membentuk suatu komponen yang di dalamnya mencakup

input-proses-output yang berhubungan dengan pengolahan data sehingga

menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya.(15)

Pengertian Sistem Informasi Kesehatan (SIK)  adalah gabungan perangkat

dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi (mulai dari

pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung

pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan

kinerja sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan  adalah integrasi antara

perangkat, prosedur  dan kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus

informasi secara sistematis untuk mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan

yang terpadu dan menyeluruh dalam kerangka pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Dalam literature lain menyebutkan bahwa Sistem Informasi

Kesehatan  adalah suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan di

semua tingkat pemerintahan secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung

manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat (Hidayah, 2016).

Menurut WHO, Sistem Informasi Kesehatan merupakan salah satu dari 6

“Building Block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu negara.
22

Keenam komponen (building block) sistem kesehatan tersebut adalah:

Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan), Medical product, vaccine,

and technologies  (produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan), Health

worksforce (tenaga medis), Health system financing (sistem pembiayaan

kesehatan), Health information system (sistem informasi kesehatan), Leadership

and governance (kepemimpinan dan pemerintah). Sedangkan di dalam tatanan

Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu

pada sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan sebuah sarana

sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi

proses pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan di Puskesmas atau

Rumah Sakit kecil sekalipun. Bukan hanya data, namun juga informasi yang

lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan adanya sistem

informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik (Hidayah, 2016).

Budihartono (2006) menyebutkan ada beberapa prinsip umum yang dianut

dalam penyempurnaan sistem informasi kesehatan yaitu :(16)

1. SIK merupakan bagian integral dari sistem kesehatan.

2. Setiap data/informasi yang dikumpulkan harus jelas kegunaannya.

3. Setiap perubahan dalam pencatatan dan pelaporan, harus dikaitkan dengan

upaya pelayanan tanpa menghilangkan informasi yang penting.

4. Desain SIK disesuaikan dengan kemampuan manajerial unit pelaksana.

5. Tidak terjadi duplikasi data, terutama dalam kegiatan pencatatan.


23

2.3.2. Tujuan dan Manfaat SIK

Tujuan dari dikembangkannya sistem informasi kesehatan adalah sebagai

berikut :Sistem informasi kesehatan (SIK) merupakan subsistem dari Sistim

Kesehatan Nasional (SKN) yang berperan dalam memberikan informasi untuk

pengambilan keputusan di setiap jenjang adminisratif kesehatan baik di tingkat

pusat, provinsi, kabupaten/kota atau bahkan pada tingkat pelaksana teknis seperti

Rumah Sakit ataupun Puskesmas. Dalam bidang kesehatan telah banyak

dikembangkan bentuk-bentuk Sistem Informasi Kesehatan (SIK), dengan tujuan

dikembangkannya berbagai bentuk SIK tersebut adalah agar dapat

mentransformasi data yang tersedia melalui sistem pencatatan rutin maupun non

rutin menjadi sebuah informasi.

Manfaat Sistem Informasi Kesehatan World Health Organisation (WHO)

menilai bahwa investasi sistem informasi kesehatan mempunyai beberapa manfaat

antara lain : Membantu pengambil keputusan untuk mendeteksi dan

mengendalikan masalah kesehatan, memantau perkembangan dan

meningkatkannya. Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan

mudah dipahami, serta melakukan berbagai perbaikan kualitas pelayanan

kesehatan. Adapun manfaat adanya sistim informasi kesehatan dalam suatu

fasilitas kesehatan diantaranya: Memudahkan setiap pasien untuk melakukan

pengobatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan. Memudahkan fasilitas

kesehatan untuk mendaftar setiap pasien yang berobat. Semua kegiatan di fasilitas

kesehatan terkontrol dengan baik (bekerja secara terstruktur).


24

2.3.3. Peranan Sistem Informasi Kesehatan

Menurut WHO, dalam kerangka Health Metrics Network (HMN),

pengembangan Sistem Informasi Kesehatan membutuhkan enam komponen yang

saling berinteraksi untuk menghasilkan informasi yang lebih baik. Enam

komponen tersebut adalah :

1. HIS (Health Information Sistem) Resource atau sumber daya Sistem

Informasi Kesehatan) termasuk di dalamnya sistem koordinasi dan

kepemimpinan, kebijakan, sistem finansial dan sumber daya, serta

infrastruktur Sistem Informasi Kesehatan.

2. Indicators atau Indikator-indikator yang berhubungan dengan tiga domain

utama informasi kesehatan, meliputi determinan kesehatan, sistem kesehatan

dan status kesehatan.

3. Data Source atau Sumber data dapat dibagi ke dalam dua kategori,

pendekatan berbasis populasi dan berbasis institusi.

4. Management Data atau Manajemen data meliputi penyimpanan data, kualitas

data dan proses data.

5. Information Product berupa proses perubahan data menjadi informasi.

6. Dissemination and Use yaitu penyebaran dan pemanfaatan informasi yang

dapat mendukung pengambilan keputusan.(16)

Sistem Informasi Kesehatan pada hakikatnya harus dapat mengupayakan

dihasilkannya informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan di

berbagai tingkat sistem kesehatan. Sesuai dengan pembagian wilayah di Indonesia

yang berlaku saat ini, tingkat-tingkat sistem kesehatan dibagi menjadi :


25

1. Tingkat Kecamatan, dimana terdapat Puskesmas dan Pelayanan Kesehatan

dasar lain.

2. Tingkat Kabupaten/Kotamadya, dimana terdapat Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Kabupaten/Kota dan rujukan primer lain.

3. Tingkat Provinsi, dimana terdapat Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah Sakit

Provinsi dan rujukan sekunder lainnya.

4. Tingkat Pusat, dimana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pusat

dan pelayan kesehatan rujukan tersier lain.(16)

Subsistem dalam sistem informasi kesehatan secara umum meliputi :

1. Survailans epidemiologis (untuk penyakit menular dan tidak menular, kondisi

lingkungan dan factor resiko).

2. Pelaporan rutin dari puskemas, rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah,

gudang farmasi, praktek swasta.

3. Pelaporan program khusus, seperti TB, lepra, malaria, KIA, imunisasi,

HIV/AIDS, yang biasanya bersifat vertical

4. Sistem administrative, meliputi sistem pembiayaan, keuangan, sistem

kepegawaian, obat dan logistic, program pelatihan, penelitian dan lain-lain

5. Pencatatan vital, baik kelahiran, kematian maupun imigrasi Jika dicermati,

komponen tersebut tidak hanya tanggung jawab sector kesehatan semata,

tetapi juga lintas sector lainnya seperti statistic vital kependudukan, data

kelahiran, data kematian. Sistem pelaporan informasi kesehatan rutin dari

fasilitas kesehatan pun tidak berjalan dengan baik. Teknologi informasi

memberi berbagai kemudahan dalam proses manajemen di segala bidang.


26

Dengan teknologi Informasi, data dan informasi dapat diolah dan

didistribusikan secara lebih mudah, cepat, akurat, dan fleksibel. Hal ini

mendorong semakin dibutuhkannya pemanfaatan teknologi informasi dalam

berbagai kegiatan.(16)

2.3.4. Keuntungan Sistem Informasi

World Health Organization menilai bahwa investasi sistem informasi

menuai beberapa keuntungan, antara lain :

1. Membantu pegambil keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan

masalah kesehatan, memantau perkembangan dan meningkatkannya.

2. Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang efektif, evaluasi,

dan inovasi melalui penelitian.

3. Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru dan akuntabilitas,

cara yang digunakan Data yang diperlukan dalam sistem informasi kesehatan

yang komprehensif berkisar dari data kelahiran, morbiditas, dan mortalitas

untuk jenis dan lokasi tenaga kesehatan, dengan jenis dan kualitas pelayanan

klinis yang diberikan di tingkat nasional dan sub-nasional dan akhirnya

dengan indokator penduduk, seperti sebaai demografi dan status social

ekonomi.(16)

Sebagaimana gambar diatas, informasi kesehatan dapat dibagi menjadi

lima domain yang berbeda, yaitu :

1. Penentu kesehatan, yang meliputi factor risiko, perilaku, keturunan,

lingkungan, social ekonomi dan demografi.


27

2. Input sistem kesehatan, yang meliputi kebijakan, pembiayaan, sumber daya,

dan organisasi.

3. Output sistem kesehatan meliputi, informasi kemampuan pelayanan dan

kualitas.

4. Hasil sistem kesehatan meliputi, pemanfaatan pelayanan.

5. Status kesehatan meliputi, angka kematian, kesakitan atau ketidakmampuan,

dan kesejahteraasn. Sedangkan di dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional,

SIK merupakan bagian dari sub sistem ke 6 yaitu pada sub sistem

manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Sub sistem manajemen dan

informasi kesehatan merupakan subsistem yang mengelola fungsi-fungsi

kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hokum

kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya

kesehatan nasional agar berhasil guna, berdaya guna, dan mendukung

penyelenggaraan ke-6 subsistem lain di dalam SKN sebagai satu kesatuan

yang terpadu. Adapun sub sistem dalam Sistem Kesehatan Nasional

Indonesia, yaitu:

1) Upaya kesehatan

2) Penelitian dan pengembangan kesehatan

3) Pembiayaan kesehatan

4) Sumber daya manusia (SDM) kesehatan

5) Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan

6) Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan

7) Pemberdayaan masyarakat.
28

Dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan, harus dibangun

komitmen setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan agar setiap Sistem

Informasi kesehatan berjalan dengan baik dan yang lebih terpenting menggunakan

teknologi komputer dalam mengimplementasikan Sistem Informasi Berbasis

Komputer (Computer Based Information Sistem). Melalui hasil pengembangan

sistem informasi ini maka diharapkan dapa menghasilkan hal-hal sebagai berikut :

1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar

yang ditentukan oleh pemerintah daerah.

2. Dengan menggunakan open sistem tersebut diharapkan jaringan akan bersifat

interoperable dengan jaringan lain.

3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan

mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam

kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai

komponen sistem di masa depan.

4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan

kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel

universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien

sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah.

5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan,

mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi

yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.


29

6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari,

menganalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara

elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders.

7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan

access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan

secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan

kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya.

8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan

pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen,

penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan

pengembangan karir.

9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit

organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang

berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan

kedokteran.

10. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan

organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan

kompetitif.

11. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.

2.3.5. Strategi Sistem Informasi Kesehatan

Berdasarkan kepada analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan,

maka strategi pengembangan SIKNAS adalah :


30

1. Integrasi sistem informasi kesehatan yang ada

Pengertian terintegrasi tidak bermaksud mematikan/ menyatukan semua

sistem informasi yang ada. Sistem-sistem informasi yang lebih efisien bila

digabungkan akan disatukan. Sistem-sistem informasi lainnya, pengintegrasian

lebih berupa pengembangan: pembagian tugas, tanggung jawab dan otoritas-

otoritas dan mekanisme saling hubung. Dengan integrasi ini diharapkan semua

sistem informasi yang ada akan bekerja secara terpadu dan sinergis membentuk

SIKNAS. Pembagian tugas dan tanggung jawab akan memungkinkan data yang

dikumpulkan memiliki kualitas dan validitas yang baik. Otaritas akan

menyebabkan tidak adanya duplikasi dalam pengumpulan data, sehingga tidak

akan terdapat informasi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Mekanisme saling

hubung, khususnya dengan Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan akan

menjamin dapat dilakukannya pengolahan dan analisis data secara komprehensif.

2. Penyelenggaraan pengumpulan, pemanfaatan dan informasi terintegrasi.

Penyelenggaraan pengumpulan dan pemanfaatan bersama (sharing) data

dan informasi terintegrasi. Pertimbangan akan perlunya mengkoordinasikan lima

jenis pengumpulan data yang masing-masing memiliki kekhasan dan kepentingan

yang sangat signifikan, yaitu:

1) Surveilans, yang meliputi surveilans penyakit, gizi, kesehatan lingkungan dan

pemantauan ketersediaan obat.

2) Pencatatan dan pelaporan data rutin dari UPT kabupaten / kota ke Dinas

Kesehatan Kabupaten / Kota, dari UPT provinsi dan Dinas Kesehatan

Kabupaten / Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi ke Departemen Kesehatan


31

(kegiatan-kegiatan ini memerlukan suatu sistem pencatatan dan pelaporan

yang terintegrasi dan terkoordinasi.

3) Pencatatan dan pelaporan program-program kesehatan khusus yang ada,

seperti program pemberantasan malaria.

4) Pencatatan dan pelaporan sumber daya dan administrasi kesehatan yang

sudah berjalan seperti ketenaga kesehatan ( Sinakes, Sidiklat, dan lain-lain).

5) Survei dan penelitian untuk melengkapi data dan informasi dari pengumpulan

data rutin, yang meliputi baik yang berskala nasional ( seperti Survei

Kesehatan Nasional ), maupun yang berskala provinsi dan Kabupaten / Kota (

SI IPTEK Kesehatan / Jaringan Litbang Kesehatan )

2. Fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah

Sistem Informasi Kesehatan Daerah mencakup SIK yang dikembangkan di

unit-unit pelayanan kesehatan (khususnya puskesmas dan rumah sakit), SIK

kabupaten / kota, dan SIK provinsi. Sistem Informasi Kesehatan ( SIK ) di

Puskesmas memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan :

1) Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun luar

gedung.

2) Mengolah data.

3) Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.

4) Memelihara bank data.

5) Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan

manajemen unit puskesmas.


32

6) Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-

pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.

Sistem Informasi Kesehatan di rumah sakit  memiliki tanggung jawab

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan :

1) Memantau indikator kegiatan-kegiatan penting rumah sakit ( penerimaan

pasien, lama rawat, pemakaian tempat tidur, mortalitas, waktu tunggu dan

lain-lain ).

2) Memantau kondisi finansial rumah sakit ( cost recovery ).

3) Memantau pelaksanaan sistem rujukan.

4) Mengolah data.

5) Mengirim laporan berkala ke Dinas Kesehatan/ Pemerintah setempat.

6) Memelihara bank data.

7) Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien dan

manajemen unit rumah sakit.

8) Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-

pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.

Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten / Kota memiliki tanggungjawab

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan :

1) Mengolah data dari unit-unit pelayanan kesehatan dan sumber-sumber lain.

2) Menyelenggarakan survei / penelitian bilamana diperlukan.

3) Membuat profil kesehatan kabupaten / kota untuk memantau dan

mengevaluasi pencapaian Kabupaten / kota untuk memantau dan

mengevaluasi pencapaian Kabupaten / Kota sehat.


33

4) Mengirim laporan berkala / profil kesehatan kabupaten / kota ke dinas

kesehatan provinsi setempat dan pemerintah pusat.

5) Memelihara bank data.

6) Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien,

manajemen unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten / kota.

7) Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-

pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.

Sistem Informasi Kesehatan provinsi memiliki tanggungjawab untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan :

1) Mengolah data dari DKK, unit-unit pelayanan kesehatan milik daerah

propinsi dan sumber-sumber lain.

2) Menyelenggarakan survei / penelitian bilamana diperlukan.

3) Membuat profil kesehatan propinsi untuk memantau dan mengevaluasi

pencapaian propinsi sehat.

4) Mengirim laporan berkala / profil kesehatan propinsi ke pemerintah pusat.

5) Memelihara bank data.

6) Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien,

manajemen unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota.

7) Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-

pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya. Fasilitasi pengembangan

SIK daerah dilaksanakan dengan terlebih dahulu membantu menata sistem

kesehatannya, membantu pengadaan perangkat keras, perangkat lunak,

rekruitmen, dan pelatihan tenaga kesehatan.


34

2.3.6. Konsep-konsep Pengembangan Sistim Informasi Kesehatan

Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan

maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan

pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasaryang

harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem

informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:

1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi

Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan

teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer

dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer

(Computer Based Information Sistem). Pada pembahasan selanjutnya, yang

dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis

komputer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau

teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :

1) Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.

2) Informasi yang tersedia, tidak relevan.

3) Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.

4) Informasi yang ada, tidak tepat waktu.

5) Terlalu banyak informasi.

6) Informasi yang tersedia, tidak akurat.

7) Adanya duplikasi data (data redundancy).

8) Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.

3. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.


35

Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh

dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa

pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.

4. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem

Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah

menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak

guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi tersebut ditentukan

diantaranya oleh:

1) Perkembangan organisasi tersebut

2) Perkembangan teknologi informasi

5. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem

informasi itu sendiri.

Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang

tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha

untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu

sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar dan

harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada

dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat

mendapatkan sistem informasi yang terpadu. Sistem informasi, pada dasarnya

terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras, yaitu aspek

manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan sistem

informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek

tersebut. Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri pada
36

pengembangan aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya.

Hal ini di akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari

pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan

pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna

sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait dengan sistem dan

prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.

6. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada

strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.

Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat

bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem

informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang cakupannya luas dan tingkat

kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan pengembangan seperti: Penyusunan

Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan

Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi.

7. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan

fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik).

Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan

menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka

mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang

mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai pengembang

sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi

dan sistem yang ada didalam organisasi tersebut menjadi satu sistem informasi

yang terpadu. Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural


37

yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari

pimpinan organisasi tersebut.

8. Informasi telah menjadi aset organisasi.

Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu aset

dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan

informasi internal dan eksternal organisasi merupakan salah satu keunggulan

kompetitif (competitive advantage).

9. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang

mudah dipahami.

Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya dikenal

istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam

melakukan penjabaran sistem informasi yang cukup luas cakupannya.(16)

2.3.7. Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem informasi

yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional

maupun internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan.

SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian

dari sistem kesehatan.  Oleh karena itu, SIK di tingkat pusat merupakan bagian

dari sistem kesehatan nasional, di tingkat provinsi merupakan bagian dari sistem

kesehatan provinsi, dan di tingkat kabupaten atau kota merupakan bagian dari

sistem kesehatan kabupaten atau kota. SIKNAS di bagun dari himpunan atau

jaringan sistem-sistem informasi kesehtan provinsi dan sistem informasi


38

kesehatan provinsi di bangun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem informasi

kesehatan kabupaten atau kota.

Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi

kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa

diakses bila telah dihubungkan.  Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur

jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network

(WAN), jaringan telekomunikasi yang mencakup area yang luas serta digunakan

untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area Network (LAN) yang berbeda,

dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya.  Pengembangan jaringan komputer

(SIKNAS) online ditetapkan melalui keputusan Mentri Kesehatan

(KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. Dengan Tujuan pengembangan SIKNAS

online adalah untuk menjembatani permasalahan kekurangan data dari

kabupaten/kota ke depkes pusat dan memungkinkan aliran data kesehatan dari

kabupaten/kota ke pusdatin karena dampak adanya kebijakan desentralisasi

bidang kesehatan di seluruh Indonesia.

Model Alur Sistem Informasi Kesehatan Nasional ini terdapat 7 komponen

yang saling terhubug dan saling terkait yaitu:

1. Sumber Data Manual

Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih

dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model SIK Nasional

yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi masih tetap

dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai

keterbatasan infrastruktur (antara lain, pasokan listrik dan peralatan komputer


39

serta jaringan internet). Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem

manual akan melakukan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas.

Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data

rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/ kota. Fasilitas pelayanan kesehatan

dengan komputerisasioffline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy berupa data

individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Bagi petugas kesehatan yang

termasuk dalam jejaring puskesmas yang belum komputerisasi, laporan dikirim

dalam bentuk data rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Sedangkan bagi yang sudah komputerisasi offline, laporan dikirim dalam

bentuk softcopy untuk dilakukan penggabungan data di puskesmas.

2. Sumber Data Komputerisasi

Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber data yang

sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan kesehatan

dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data

Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain itu juga akan

dikembangkan program mobile health (mHealth) yang dapat langsung terhubung

ke sistem informasi puskesmas (aplikasi SIKDA Generik).

3. Sistim Informasi Dinas Kesehatan

Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan

baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan

kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik Pemerintah Provinsi

dan Pemerintah Pusat) dapat berupa laporan softcopy dan

laporan hardcopy. Laporan hardcopy dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik.


40

Laporan softcopy diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik, selanjutnya semua

bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan

provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk

laporan dari fasilitas kesehatan milik provinsi.

4. Sistim Informasi Pemangku Kepentingan

Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait

kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan pemangku

kepentingan di semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme yang disepakati.

5. Bank Data Kesehatan Nasional

Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua data

kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit program

tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke sumber data.

6. Penggunaan Data Oleh Kementrian Kesehatan

Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional

dapat dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian Kesehatan dan

UPT-nya serta Dinas Kesehatan dan UPTP/D-nya.

7. Pengguna Data

Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem

informasi sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan dapat

mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data Kesehatan Nasional

melalui website Kementerian Kesehatan. Namun sebesar apapun rencana pasti ada

juga kelemahan dan kemerosotan yang terjadi. Pelaksanaan SIKNAS di era

desentralisasi dipandang bukan menjadi lebih baik tetapi malah berantakan.  Hal
41

ini dikarenakan belum adanya infrastruktur yang memadai di daerah  dan juga

pencatatan dan pelaporan yang ada (produk sentralisasi) banya overlaps sehingga

dirasaka sebagai beba oleh daerah.

2.3.8. Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas

Dalam pelaksanaannya, puskesmas di Indonesia sudah menganut sistem

informasi kesehatan yang dicanangkan pemerintah.Sistem informasi kesehatan

yang dianut puskesmas pada saat ini masih di dominasi oleh SP2TP.seperti

diketahui bahwa puskesmas adalah ujung tombak pemerintah dalam upaya

pelayanan kesehatan di masyarakat. Sesuai dengan KEPMENKES RI No 128

tahun 2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat bahwa puskesmas

di definisikan sebagai unit pelaksana teknis di kabupaten / kota yang bertanggung-

jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah. Proses

penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian yang dilakukan puskesmas terhadap

rencana kegiatan yang telah ditetapkan baik rencan upaya wajib maupun

pengembangan dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayahnya.

Salah satu bentuk pemantauan adalah dengan Sistem Informasi Manajemen

Puskesmas (SIMPUS).(16)

SIMPUS merupakan pilihan bagi daerah dalam pengembangan sistem

informasi kesehatan yang lebih cepat dan akurat.Pada potensi yang dimilikinya

sebenarnya SIMPUS dapat menggantikan sistem pencatatan dan pelaporan

terpadu puskesmas (SP2TP).Karena SIMPUS merupakan hasil dari pengolahan

berbagai sumber informasi seperti SP2TP, survei lapangan, laporan lintas sektor,

dan laporan sarana kesehatan swasta. Seiring kemajuan teknologi, SIMPUS pun
42

dikembangkan melalui sistem komputerisasi dalam suatu software yang bekerja

dalam sebuah sistem operasi. Tetapi kendalanya SIMPUS masih belum berjalan

secara optimal di daerah.

2.3.9. Aplikasi Manajemen Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas

Penyelenggara layanan kesehatan masyarakat melalui puskesmas

merupakan kegiatan yang dibutuhkan suatu sistem informasi yang dapat

menangani berbagai macam kegiatan operasional puskesmas mulai dari

pengelolaan registrasi pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan, hingga

berbagai laporan bulanan, tribulanan, dan tahunan. Berbagai laporan eksekutif

yang dihasilkan oleh puskesmas dengan bantuan sistem informasi sangat

dibutuhkan dalam penentuan kebijakan kualitas layanan kesehatan masyarakat.

Secara umum , SIMPUS terdiri dari beberapa subsistem sebagai berikut :

1. Registrasi Pasien Registrasi merupakan subsistem yang menangani data

registrasi kunjungan pasien, baik kunjungan pemeriksaan umum, gigi,, gizi,

KIA, imunisasi, KB. Kegiatannya meliputi :

1) Pengolahan data pasien

2) Pengolahan data registrasi kunjunan pasien, terdapat beberapa macam

klasifikasi registrasi yaitu, pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi,

kunjungan gizi, kunjungan imunisasi, kegiatan KIA, kegiatan KB,

pemeriksaan laboratorium

2. Pemeriksaan/Pemberian Tindakan Medis Hal ini merupakan subsistem yang

menangani data yang terkait dengan keiatan pemeriksaan/pemberian tindakan

terhadap pasien oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan jenis pemeriksaannya,


43

subsistem ini diklasifikasin menjadi pemeriksaan umum, pemeriksaan gigi,

kunjungan gizi, kunjungan imunisasi, kegiatan KIA, kegiatan KB,

pemeriksaan laboratorium. Kegiatannya meliputi :

1) Pengolahan data kondisi pasien

2) Pengolahan data anamnesis

3) Pengolahan data diagnosis

4) Pengolahan data terapi

5) Pengolahan data pemeriksaan/tindakan medis/penggunaan lab.

6) Pengolahan data obat

7) Pengolahan data rujukan

3. Farmasi Farmasi merupakan subsistem yang menangani data yang terkait

dengan obat. Fungsionalitasnya meliputi :

1) Pengolahan data master obat

2) Pengolahan data stok obat baru

3) Pengolahan data persediaan obat

4) Pengolahan data pelayanan/pemberian resep pasien

4. Pemantauan Data Register Pemantauan data register merupakan pemantauan

data yang terjadi di puskesmas secara harian/bulanan maupun periode

tertentu. Kegiatannya meliputi :

1) Register pemeriksaan umum

2) Register pemeriksaan gigi

3) Register pemeriksaan gizi

4) Register pemeriksaan imunisasi


44

5) Register pemeriksaan KIA

6) Register pemeriksaan KB

5. Laporan Laporan merupakan subsistem untuk membuat laporan/ rekapitulasi.

Laporan manajemen ini meliputi:

1) Laporan kunjungan pasien

2) Laporan 10 penyakit terbanyak

3) Laporan pengguanaan obat

4) Laporan tindakan medis terbanyak

5) Laporan metode pembayaran oleh pasien

6) Laporan billing

6. Pemetaan Pemetaan wilayah meliputi kunjungan pasien, penyakit terbanyak,

penggunaan obat, riwayat KLB, dan lain sebagainya. Akan tetapi mapping

data kesehatan sangat jarang dilakukan.(15)

2.3.10. Masalah Dalam Sistem Informasi Kesehatan

Terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan sistem informasi

kesehatan di Indonesia, diantaranya data yang kurang akurat, kurang sesuai

dengan kebutuhan, pengiriman laporan/data yang tidak tepat waktu, banyaknya

pencatatan yang dilakukan di lapangan, sehingga memberi beban pada petugas.

Selain itu juga kuantitas dan kualitas tenaga pelaksana yang masih sangat kurang,

demikian pula pengolahan dan pemanfaatan data di berbagai tingkat administrasi

belum optimal. Identifikasi lainnya adalah pelaksanaan umpan balik sangat jarang

ditemui, perlengkapan komputer yang belum memadai, dana pengelolaan SIK

yang terbatas dan belum terakomodasinya data dari sektor yang terkait.
45

Menurut Hartono (2002), buruknya sistem informasi kesehatan karena

disebabkan oleh beberapa kelemahan yang ada, yaitu:

1. Pemanfaatan data dan informasi kesehatan masih sangat terbatas pada semua

tingkat dan unit dalam manajemen kesehatan dan sistem kesehatan.

2. Sistem pencatatan dan pelaporan yang tidak dikoordinir mengakibatkan

duplikasi pengumpulan data dari sumber yang sama.

3. Kebanyakan kota/kabupaten dan propinsi terbatas kapasitas, terutama di

dalam membangun sistem informasi kesehatan.

4. Pemanfaatan komputer dan fasilitas jaringan, terutama oleh para manajer

kesehatan, masih rendah.

5. Dukungan keuangan untuk membangun sistem informasi kesehatan yang

efektif sangat terbatas.

6. Hanya sedikit orang-orang statistik dan para profesional informasi kesehatan

lain bekerja penuh untuk sistem informasi kesehatan.

Menurut (Lippeveld, et al 2000) permasalahan sistem informasi kesehatan

menyangkut informasi yang tidak relevan dengan kebutuhan, kualitas data yang

kurang baik, duplikasi data menyebabkan tidak efisiennya informasi dan tidak

tepat waktu dalam pelaporan sehingga keterlambatan dalam tindak lanjut yang

secara keseluruhan mengakibatkan informasi yang didapat kurang berguna.(15)

2.3.11. Keterkaitan Sistem Informasi Kesehatan Dengan Rahasia Medis

Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam

tentang identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala

pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik
46

yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat

darurat Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya

sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu

sistem penyelenggaraan rekam medis yaitu mulai pencatatan selama pasien

mendapatkan pelayanan medik, dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam

medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari

tempat penyimpanan untuk melayani permintaan / peminjaman apabila dari pasien

atau untuk keperluan lainnya. 

Rekam medis mempunyai 2 bagian yang perlu diperhatikan yaitu : bagian

pertama adalah tentang individu : suatu informasi tentang kondisi kesehatan dan

penyakit pasien yang bersangkutan dan sering disebut Patient Record bagian

kedua adalah tentang manajemen: suatu informasi tentang pertanggungjawaban

apakah dari segi manajemen maupun keuangan dari kondisi kesehatan dan

penyakit pasien yang bersangkutan. Rekam medis juga merupakan kompilasi

fakta tentang kondisi kesehatan dan penyakit seorang pasien yang meliputi dua

hal:

1. Data terdokumentasi tentang keadaan sakit sekarang dan waktu lampau

2. Pengobatan yang telah dan akan dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional

secara tertulis.

Tujuan Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib

administrasi dalamrangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Tanpa

didukung suatu sistem pengelolaanrekam medis yang baik dan benar, maka tertib

administrasi tidak akan berhasil.


47

Kegunaan Rekam Medis antara lain :

1. Aspek Administrasi, Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai

administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan

tanggung jawab sebagai tenaga mdis dan perawat dalam mencapai tujuan

pelayanan kesehatan.

2. Aspek Medis, catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk

merencanakan pengobatan / perawatan yang harus diberikan kepada pasien.

3. Aspek Hukum, menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas

dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan

bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.

4. Aspek Keuangan, isi Rekam Medis dapat dijadikan sebagai bahan untuk

menetapkan biaya pembayaran pelayanan. Tanpa adanya bukti catatan

tindakan / pelayanan, maka pembayaran tidak dapat dipertanggungjawab-kan

5. Aspek Penelitian, berkas Rekam medis mempunyai nilai penelitian , karena

isinya menyangkut data / informasi yang dapat digunakan sebagai aspek

penelitian.

6. Aspek Pendidikan, berkas Rekam Medis mempunyai nilai pendidikan, karena

isinya menyangkut data / informasi tentang kronologis dari pelayanan medik

yang diberikan pada pasien.

7. Aspek Dokumentasi, isi Rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus

didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan

laporan sarana kesehatan.


48

2.3.12. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Informasi Kesehatan

Menurut Goodhue dan Thompson (1995) factor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan sistem informasi, yaitu:

1. Kualitas pelayanan

Kualitas layanan sebagai perbandingan antara harapan pelanggan dan

persepsi mereka tentang kualitas layanan pelanggan yang diberikan. Watson,

Pitt, dan Kavan (1998) merupakan peneliti pertama yang menerapkan

kualitas layanan ini dalam riset sistem informasi. Ketingger dan Lee (1994)

melakukan pengujian dengan membandingkan validitas dan reliabilitas

instrumen kualitas layanan dan kepuasan pengguna. Hasilnya menunjukkan

bahwa antara kedua variabel ini secara umum ádalah mutually exclusive dan

complementary. Atas dasar hal ini dalam model keberhasilan sistem informasi

yang dibangun, Myers, et. al. (1997) menyarankan perlunya menambahkan

variabel kualitas layanan dalam mengukur keberhasilan suatu sistem informasi

kesehatan.

2. Kualitas system

Kualitas sistem informasi merupakan karakteristik dari informasi yang

melekat mengenai sistem itu sendiri (DeLone dan McLean (1992). Kualitas sistem

informasi juga didefinisikan Davis et.al. (1989) dan Chin dan Todd (1995)

sebagai perceived ease of use yang merupakan tingkat seberapa besar

teknologi komputer dirasakan relatif mudah untuk dipahami dan digunakan.

Hal ini memperlihatkan bahwa jika pemakai sistem informasi merasa bahwa

menggunakan sistem tersebut mudah, mereka tidak memerlukan effort banyak


49

untuk menggunakannya, sehingga mereka akan lebih banyak waktu untuk

mengerjakan hal lain yang kemungkinan akan meningkatkan kinerja mereka

secara keseluruhan. Dalam pengujiannya, Seddon dan Kiew (1996) menemukan

bahwa terdapat hubungan positif antara system Quality dan User

Satisfaction

3. Kualitas infromasi

Kualitas informasi merupakan kualitas output yang berupa informasi

yang dihasilkan oleh sistem informasi yang digunakan (Rai et. al. ,2002).

Beberapa dimensi untuk menilai mengenai kualitas iformasi ini adalah:

authenticity, accuracy, completeness, uniqueness (nonredudancy), timeliness,

relevance, comprehensibility, precision, conciceness, dan informativeness

(Weber, 1999). Semakin baik kualitas informasi, akan semakin tepat pula

keputusan yang diambil. Apabila informasi yang dihasilkan tidak berkualitas,

maka akan berpengaruh negatif pada kepuasan pemakai.

2.4. Puskesmas

2.4.1. Pengertian

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,

dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.(25)

Selain itu, Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran


50

serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalambentuk kegiatan pokok.(26)

Menurut Alamsyah, 2011 Pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS)

adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang menjadi andalan atau tolak

ukur dari pembangunan kesehatan, sarana peran serta masyarakat, dan pusat

pelayanan pertama yang menyeluruh dari suatu wilayah. Fungsi puskesmas dalam

melaksanakan dapat mewujudkan empat misi pembangunan kesehatan yaitu

menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan pembangunann,

mendorong kemandirian masyarakatdan keluarga untuk hidup sehat, memelihara

dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau

serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan

masyarakat serta lingkungannya.(26)

2.4.2. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014, prinsip penyelenggaraan

Puskesmas meliputi:

1. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen

dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan

kesehatan di wilayah kerjanya.


51

3. Kemandirian Masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat.

4. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan

terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa

membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

5. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan

teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah

dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

6. Keterpaduan dan kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan menyelenggaraan UKM

(Upaya Kesehatan Masyarakat) dan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)

lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang

didukung dengan manajemen Puskesmas.(27)

2.4.3. Tugas

1. Puskesmas sebagai inti dari pembangunan kesehatan masyarakat di sekitar

daerah operasionalnya. Pada fungsi ini, puskesmas berguna sebagai lembaga

yang berguna membantu masyarakat yang ada di sekitar wilayah kerjanya

dalam proses membangun kehidupan yang lebih sehat lagi.

2. Puskesmas sebagai pembna masyarakat dalam membangun kehidupan yang

lebih sehat. Dalam hal ini, puskesmas memiliki fungsi sebagai lembaga yang
52

berperan aktif memberikan bimbingan dan binaan terhadap masyarakat yang

ada di sekitar lingkungan kerjanya dalam rangka peningkatan kesehatan

masyarakat sekitar. Para pegawai puskesmas memiliki kewajiban memiliki

kewajiban memberikan pengajaran tentang kehidupan yang lebih sehat

kepada masyarakat sekitar wilayah kerjanya.

3. Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan di sekitar daerah

operasionalnya. Puskesmas ditugaskan sebagai lembaga yang melayani

masyarakat dalam hal kesehatan. Masyarakat yang memiliki keluhan

kesehatan dapat mengunjungi Puskesmas untuk dilakukan pengobatan. (27)

2.4.4. Fungsi

Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2014, fungsi Puskesmas

adalahPuskesmas bertugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung

terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas tersebut Puskesmas

berfungsi sebagai penyelenggara UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) dan UKP

(Upaya Kesehatan Perseorangan) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas

juga diharapkan menjadi motivator, fasilitator dan turut serta memantau

terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif

terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.(27)

2.4.5. Wewenang

Dalam menyelenggarakan fungsinya sebagai penyelenggara UKM tingkat

pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk :


53

1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan.

4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait.

5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat.

6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.

7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan Pelayanan Kesehatandan

9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.(27)

Dalam menyelenggarakan fungsi sebagai penyelenggara UKP tingkat

pertama di wilayah kerjanya, Puskesmas berwenang untuk :

1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan, dan bermutu.

2. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif.


54

3. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat; menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan

pengunjung.

4. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja

sama inter dan antar profesi.

5. Melaksanakan rekam medis.

6. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses

pelayanan kesehatan.

7. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

8. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanyadan

9. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem

rujukan.(27)

2.5. Landasan Teori

Penggunaan system informasi merupakan perilaku yang muncul akibat

adanya keuntungan atas pemakaian sistem informasi tersebut. Perilaku yang

ditimbulkan dari pemakaian sistem informasi ini dalam proses keberhasilan

system informasi suatu perusahaan tergantung bagaimana system itu dijalankan,

kemudahan system itu bagi para pemakainya, dan pemanfaatan teknologi yang

digunakan (Goodhue, 1995). Kepuasan pengguna akhir system informasi dapat

dijadikan sebagai salah satu ukuran keberhasilan suatu system informasi.


55

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna sistem kesehatan

adalah kualitas pelayanan, kualitas sistem, kualitas informasi, sedangkan system

informasi kesehatan berpengaruh terhadap kinerja individu. Selanjutnya

diharapkan akan memberi dampak terhadap kinerja individu. Sistem Informasi

Kesehatan (SIK) merupakan salah satu bentuk pokok Sistem Kesehatan Nasional

(SKN) yang dipergunakan sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai

kebijakan, pedoman dan arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta

pembangunan berwawasan kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan ini dapat

dipengaruhi oleh kinerja maupun kebiasaan yang dilakukan oleh staf puskesmas

itu sendiri.
56

Kualitas Pelayanan

1. Bukti langsung (sangible)


2. Kehandalan (reliability)
3. Daya tanggap (responsiveness)
4. Jaminan (assurance)
5. Empati (emphaty)

Kualitas Sistem

1. Kegunaa (usability) Kinerja


Staf
2. Struktur (system navigasi)
Puskesmas
3. Desain visual (graphic design)
4. Isi (contents)
5. Kesesuaian (compatibility)
6. Memuat waktu (loading time)
7. Aksesibilitas (accesbility)
8. Interaktivitas (interactivity)

Kualitas Informasi

1. Kehandalan (reability)
2. Daya tahan (durability)
3. Kesesuaian (conformance)
4. Desai (design)

Gambar 2.2. Landasan Teori Penelitian Berdasarkan Teori Goodhue


dan Thompson (1995)

2.6. Kerangka Konsep

Untuk mengetahui pengaruh sistem informasi kesehatan terhadap kinerja

staf di Puskesmas Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan tahun 2019 disajikan dalam

kerangka konsep dibawah ini :


57

Variabel Independen Variabel Dependen


\

Kualitas Pelayanan

Kualitas Sistem Kinerja Staf Puskesmas

Kualitas Informasi

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

2.7. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang

diajukan ini adalah :

1. Ada hubungan kualitas layanan terhadap kinerja staf di Puskesmas Kota

Padangsidimpuan.

2. Ada hubungan kualitas sistem terhadap kinerja staf di Puskesmas Kota

Padangsidimpuan.

3. Ada hubungan kualitas informasi terhadap kinerja staf di Puskesmas Kota

Padangsidimpuan.

4. Ada pengaruh kualitas layanan terhadap kinerja staf di Puskesmas Kota

Padangsidimpuan.

5. Ada pengaruh kualitas layanan terhadap kinerja staf di Puskesmas Kota

Padangsidimpuan.
58

6. Ada pengaruh kualitas layanan terhadap kinerja staf di Puskesmas Kota

Padangsidimpuan.
59

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini, menggunakan metode kuantitatif, dengan jenis penelitian

survey melalui pendekatan metode cross sectional. Peneliti bertujuan untuk

menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis, yaitu

menjelaskan faktor pengaruh sistem informasi kesehatan (pemberdayaan,

peningkatan kualitas, penyediaan sarana dan prasarana, reward, punishment,

monitoring) terhadap kinerja staf di Puskesmas Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan tahun 2019.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Hutaimbaru, Jl. Makam Harondak

Kelurahan Hutaimbaru Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan, Sumatera

Utara. Adapun alasan digunakan lokasi puskesmas ini sebagai tempat penelitian

ini karena, dengan alasan puskesmas dengan wilayah kerja paling luas dari puskesmas

lainnya dan juga sering terlambat dalam pengumpulan data-data kesehatan yang akan

diinput oleh petugas SP2TP.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian inidilakukan selama 3 bulan pada bulan Januari 2020 sampai

dengan bulan Februari 2020, dengan tahapan penelitian antara lain yang dimulai
60

dengan uji validitas dan reliabilitas, mengumpulkan data, pengolahan data,

analisis data dan penyusunan akhir tesis.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek dalam

pengamatan yang dilakukan (Arikunto, 2010). Adapun yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah semua staf di Puskesmas Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan yang berjumlah 93 orang.

3.3.2. Sampel Penelitian

Metode pemilihan sampel adalah dengan metode purposive sampling,

yang merupakan metode pengambilan sampel dengan didasarkan pada kriteria

tertentu (Sekaran, 2003). Kriteria pemilihan sampel adalah responden yang

berpendidikan minimal D3 jurusan kebidanan dan telah bekerja menggunakan

software minimal satu tahun. Besarnya sampel ditentukan berdasarkan jumlah

responden yang mengembalikan kuesioner.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

1. Data primer

Merupakan data dari pemberian kuesioner terhadap petugas meliputi

karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan

lama bekerja) dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen


61

sistem informasi kesehatan (kualitas layanan, kualitas sistem dan kualitas

informasi).

2. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari Puskesmas Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan.

3. Data tertier

Merupakan data yang diperoleh dari sumber yang dipublikasikan seperti

jurnal, majalah penelitian, buku, laporan resmi, dan media ilmiah lainnya

yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Pengumpulan data penelitian dilakukan di Puskesmas Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan pada tahun 2019 dengan cara lembar kuesioner

diberikan kepada responden untuk diisi data meliputi karakteristik

responden (umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan lama bekerja )

dan faktor yang mempengaruhi manajemen sistem informasi

kesehatan( pemberdayaan, peningkatan kualitas, peyediaan sarana &

prasarana, reward, punishment, monitoring) setelah kuesioner diisi,

dikumpulkan kembali oleh peneliti.

2. Data Sekunder

Merupakan data resmi yang dan tertulis dalam bentuk laporan dari

puskesmas hutaimbaru. Dikumpulkan peneliti dengan cara mendatangi


62

puskesmas hutaimbaru dengan membawa surat pengantar dari institusi

pendidikan.

3. Data Tertier

Merupakan data diambil dari penelitian, buku atau laporan resmi dengan

catatan ada izin dari yang bersangkutan (yang diambil dari data mentah,

bukan hasil penelitiannya).

3.5. Uji Validitas Dan Reliabilitas

3.5.1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang dilakukan untuk menentukan

derajat ketepatan dari instrumen penelitian berbentuk kuesioner. Untuk

mengetahui apakah kuesioner dapat mengukur apa yang hendak di ukur (valid),

maka dapat di uji dengan uji Korelasi Persen Product Moment. Denganα=0,05.

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 51 butir soal

dan dilakukan uji validitas terhadap 20 orang staf di Puskesmas Sadabuan Kota

Padangsidimpuan.

3.5.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu indeks untuk menentukan derajat

konsistensi dari instrumen penelitian berbentuk kuesioner. Tingkat readilitas dapat

dilakukan dengan menggunakan SPSS melalui test Cronchbach’s 3,6 yang mana

pada penelitian ini menggunakan butir soal sebanyak 51 butir soal. Hasil

perhitungan construct reliability menunjukkan angka lebih besar dari 0,70, dan

variance extracted lebih besar dari 0,50.


63

3.6. Variabel dan Defenisi Operasional

3.6.1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu :

1. Variabel independen pengaruh sistem informasi kesehatan meliputi kualitas

pelayanan, kualitas sistem dan kualitas informasi.

2. Variabel dependen adalah kinerja staf di Puskesmas Hutaimbaru Kota

Padangsidimpuan.

3.6.2. Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional dari masing-masing variabel penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Kualitas layanan yang dimaksudkan adalah sejauh mana persepsi pengguna

paket program aplikasi sistem informasi kesehatan atas kualitas layanan yang

diberikan oleh vendor atau penyedia paket program tersebut.

2. Kualitas sistem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas

software yang dipakai dalam sistem informasi kesehatan.

3. Kualitas informasi merupakan kualitas keluaran (output) yang berupa

informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi kesehatan yang

digunakan.

4. Kinerja staf adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas.


64

3.7. Metode Pengukuran

Variabel yang di ukur dalam penelitian ini yaitu Variabel Independen yaitu

faktor yang mempengaruhi sistem informasi kesehatan dengan jumlah 49 soal

yang masing-masing responden menjawab sesuai dengan kinerja staf di

Puskesmas Hutaimbaru. Untuk menentukan kategori kinerja staf menggunakan

skala likert, yaitu :

Sangat Baik =5

Baik =4

Cukup =3

Kurang Baik =2

Tidak Baik =1

1) Kualitas layanan, variabel ini diukur dengan 14 pertanyaan menggunakan

skala Likert dari sangat tidak setuju sekali sampai sangat setuju

sekali. Semakin tinggi skor variabel ini, berarti kualitas layanan dari

penyedia paket program sistem informasi akuntansi semakin tinggi

menurut persepsi pemakai. Semakin rendah skor variabel ini,

menunjukkan bahwa kualitas layanan dari penyedia paket program

aplikasi sistem informasi akuntansi semakin rendah menurut persepsi

pemakai.

2) Kualitas sistem, variable ini diukur dengan 16 pertanyaan menggunakan skala

Likert dari sangat tidak setuju sekali sampai sangat setuju sekali. Semakin

tinggi skor variabel ini, berarti kualitas paket program sistem

informasi akuntansi semakin tinggi menurut persepsi pemakai. Semakin


65

rendah skor variabel ini, menunjukkan bahwa kualitas sistem informasi

akuntansi semakin rendah menurut persepsi pemakai.

3) Kualitas informasi, variable ini diukur dengan 7 pertanyaan menggunakan

skala Likert dari sangat tidak setuju sekali sampai sangat setuju sekali.

Semakin tinggi skor variable ini, berarti kualitas informasi yang dihasilkan

paket program sistem informasi akuntansi semakin tinggi menurut persepsi

pemakai. Semakin rendah skor variable ini, menunjukkan bahwa kualitas

informasi yang dihasilkan software akuntansi semakin rendah menurut

persepsi pemakai.

4) Kinerja staf, variabel ini diukur dengan 12 pertanyaan dalam skala Likert

dari sangat tidak setuju sekali sampai dengan sangat setuju sekali. Semakin

tinggi skor variabel ini, berarti dampak penggunaan paket program aplikasi

akuntansi dalam meningkatkan kinerja pemakai semakin tinggi menurut

persepsi pemakai. Semakin rendah skor variable ini, menunjukkan bahwa

dampak penggunaan paket program aplikasi akuntansi dalam meningkatkan

kinerja semakin rendah menurut persepsi pemakai.


66

Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Penelitian

N Nama Jumlah Cara dan Skala Value Skala


o Variabel Soal Alat ukur Ukur Ukur
Variabel Independen
1 Kualitas 14 Menghitung a. > 11 1. Baik Ordinal
pelayanan Skor Kualitas b. < 11 2. Kurang Baik
pelayanan
2 Kualitas sistem 16 Menghitung a. > 12 1. Baik Ordinal
Skor kualitas b. < 12 2. Kurang Baik
sistem
3 Kualitas 7 Menghitung a. > 6 1. Baik Ordinal
informasi Skor kualitas b. < 6 2. Kurang Baik
informasi
Variabel Dependen
4 Kinerja Staf 12 Menghitung 1. ≥ 9 1. Baik Ordinal
Skor Kinerja 2. < 9 2. Kurang Baik
Staf

3.8. Metode Pengolahan Data

Menurut Iman (28), data yang terkumpul diolah dengan cara

komputerisasidengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Memeriksa kelengkapan jawaban responden dalam kuesioner dengan tujuan

agar data yang dimaksud dapat diolah secara benar dan tepat.

2. Coding

Mengkode data dengan memberikan kode pada masing-masing jawaban

untuk mempermudah pengolahan data.

3. Skoring

Dalam hal ini peneliti melakukan perhitungan skor yang diperoleh setiap

responden atas jawaban atau pernyataan yang telah diajukan.


67

4. Tabulating

Memasukkan hasil perhitungan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

untuk melihat persentase dari jawaban yang telah diperoleh.

5. Entry

Data yang sudah diedit dan diberi kode dimasukkan kedalam suatu tempat

yang disebut dengan master tabel.

3.9. Analisa Data

Analisa data terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Anaslisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap seluruh variabel untuk mendapatkan

informasi mengenai distribusi frekuensi dari masing-masing variael bebas dan

variabel terikat.

2. Analisa Bivariat

Pada tahap ini variabel independen akan diuji dengan variabel dependen.

Uji yang digunakan adalah uji Chi-quare untuk membuktikan hubungan masing-

masing variabel independen dengan variabel dependen, ukuran kemaknaan yang

digunakan adalah sebesar 95% confidence level, atau dengan kata lain dikatakan

bermakna statistik jika p<0,05. Rumus persamaan yang digunakan adalah sebagai

berikut :
k
( Oi+ E i )2
X 2 =∑ ¿ 1
i Ei
68

Keterangan :
X2: Nilai distribusi Chi-quare dengan derajat kebebasan v=k-1
K : Jumlah Sel
O1 :Frekuensi Observasi
E1 : Frekuensi Harapan

3. Analisa Multivariat

Variabel independen yang bermakna pada tahap analisa Univariat

dilanjutkan dengan menganalisis variabel yang paling berpengaruh, menggunakan

uji statistik regresi logistik. Apabila didapatkan nilai p<0,05 maka Ho ditolak

yang berarti ada pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat, dan apabila

nilai p>0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas

dan variabel terikat dengan ukuran kemaknaan sebesar 95% confidence level.

Dengan rumus persamaan regresi logistik adalah sebagai berikut :

P
Ln 1−P = B0+ X1......

Dimana :
Ln P/1-P : Variabel dependen, yaitu Faktor Yang Mempengaruhi Sistem
Informasi Kesehatan
Β : Konstata
X1 : Nilai variabel bebas
69

DAFTAR PUSTAKA

1. Ariesanti W, Asih Prasetyowati, Endah Widaningtyas. Evaluasi Sistem


Informasi Manajemen Kesehatan (SIMKES) Terhadap Pelaporan Komunikasi
Data (KOMDAT) Online Kemenkes RI. Volume 9, No 1; 2018
2. Ernawati
3.
1. Erawantini F, Dehardja A, Yusfitasari Y. analisis kesiapan penerapan
sistem informasi manajemen puskesmas (simpus) dengan metode doq-it di
puskesmas wonotirto kabupaten blitar tahun 2016. kesehatan. 2016;4(1).
2. Ariesanti W, Prasetyowati A, Widaningtyas E. evaluasi sistem informasi
manajemen kesehatan (simkes) terhadap pelaporan komunikasi data
(komdat) online kemenkes ri. Penelit Kesehat suara forikes. 2018;9.
3. Putranto TYE. Analisis Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas Dengan Metode Framework For The Application Of System
Thingking (Fast) Di Dinas Kesehatan Kota Salatiga. 2012;
4. Sari WN. Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS) Di Puskesmas Sukaramai Kecamatan Medan Area Tahun 2017.
2017.
5. Cahyaningrum N. Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) Di UPTD Puskesmas Penumping Kota Surakarta.
2015;159–65.
6. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Vol. 2. 2009. 255 p.
7. Departemen Keshatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. 2016.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 511 Tahun 2014 Tentang Strategi
Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) Di Era
Otonomi Daerah. 2014.
9. SK Kepala Dinas Nomor 6661/2004 Tentang Kebijakan Pengelolaan Data.
2004.
10. Rondo TVM. Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan Di
Puskesmas Kabupaten Minahasa Tenggara. 2013;1–6.
11. Bambang Wahyudi. Faktor-faktor Yang berhubungan Dengan Kinerja
Pelaksana Program Dalam Penyelenggaraan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) Di Kota Bengkulu Tahun 2001. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia; 2002.
12. Hasmoko E V. Sistim Pengembangan Manajemen Kinerja Rumah Sakit
Panti Wilasa Citarum Semarang Tahun 2008 Tesis Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 Program Studi Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit Oleh : Em.
Univ Stuttgart. 2008;
13. Agustina Dwi Utami. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Kesehatan Di
70

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2015; Available from:


https://www.measureevaluation.org/resources/tools/health-information-sys-
tems/prism
14. Budi Dwi Karyono. Analisis sumber daya sistem informasi kesehatan
Kabupaten Ketapang dengan pendekatan kerangka Health Metrics
Network. 2010;
15. Wiadnyana Putra. Makalah Sistem Informasi Kesehatan. Malang; 2014.
16. WHO. Asseing The National Health Information System: an Assessment
Tool. health (san francisco). 2008.
17. Apriyanti E. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
Berdasarkan Metode Pieces di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap Tahun 2014. kesmasindo. 2014;7:179–90.
18. Soemitro D. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Tantangan e-
Kesehatan Indonesia. Bul Jendela Data dan Inf Kesehat. 2016;22–9.
19. Setiawan IPI, Piartrini PS. Pengaruh Pemberdayaan Karyawan dan Stres
Kerja Terhadap Komitmen Organisasional Karyawan Departemen
Housekeeping Pada Villa Ocean Blue. E-Jurnal Manaj Univ Udayana.
2018;7(1):164–91.
20. Lestari ES. Evaluasi Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi Jawa Tengah
Dalam Rangka Penguatan Sistem Informasi Kesehatan Nasional bahwa
semua komponen " ada tapi tidak. 2016;4(3).
21. Widyaningsih. Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Kinerja
Karyawan PT. Kereta Api Indonesia (KAI) PERSERO DAOP V
Purworkerto Stasiun Kutuarjo. Progr Stud Manaj Fak Ekon. 2017;4:23–42.
22. Ulumiyah NH. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan
Penerapan Upaya Keselamatan Pasien Di Puskesmas. J Adm Kesehat
Indones. 2018;6(2):149.
23. Mangkunegara Anwar Prabu. Perencanaan dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Bandung: RFLIKA ADITAMA; 2011.
24. Ummi Matisahtari. ANALISIS KINERJA PEGAWAI DI PUSKESMAS
JONGAYA MAKASSAR. 2015;151:10–7.
25. Komariah A, Satori D. Metodologi Penelitian Kualitatif. bandung: alfabeta;
2010.
26. Sugiyono. Metodologi Penelitian Kualitatif dan R & D. bandung: alfabeta;
2008.
27. Ri kementerian kesehatan. peraturan menteri kesehatan no.75 tahun 2014
tentang puskesmas. jakarta; 2014.

Anda mungkin juga menyukai